Oleh Kelompok “By U”

1. Ikbar Rijal Musthofa

2. Raditya Bayu Kurniawan
3. Bayu Taufiqurrohman

Kasus

Ada seorang mahasiswi yang sering berpakaian seperti pria: kaos oblong, celana jeans longgar,
sepatu olahraga, dan topi . Ini membuat teman-temannya di kampus bertanya. Diatidak peduli
dengan stereotip gender dan merasa nyaman dengan penampilannya. Dia juga ingin mengejar hobi
olahraganya tanpa peduli dengan stereotip. Kasus ini menjadi perdebatan di Indonesia
tentang kebebasan berpakaian. Ada yang tidak nyaman dengannya, dan ada yang mendukungnya.

Penjelasan

ِ ‫ َو اْلُم َتَش ِّبَهاِت ِم َن الِّنَس اِء ِبالِّر َج اِل‬، ‫يَن ِم َن الِّر َج اِل ِبالِّنَس اِء‬
“Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita, begitu pula wanita yang menyerupai laki-laki” (HR.
Ahmad no. 3151, 5: 243. Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari).

Kasus ini mencerminkan perdebatan yang lebih luas tentang tasyabuh—larangan Islam untuk
perempuan menyerupai laki-laki. Interpretasi hukum tasyabuh berbeda-beda, dan pendapat tentang
hukum ini juga berbeda.

Pandangan yang menganggap tasyabuh sebagai larangan mungkin menunjukkan bahwa

dia melanggar aturan ini dengan berpakaian seperti laki-laki. Kita mungkin percaya bahwa
dia seharusnya mengikuti standar sosial dan cara berpakaian yang dianggap sesuai dengan identitas
jenis kelaminnya.

Namun, perspektif di jaman modern dapat memungkinkan Aisyah untuk mengikuti preferensinya dan
berpakaian sesuai keinginan tanpa terbebani oleh stereotip gender. Kita mungkin berpendapat
bahwa agama juga menghargai kebebasan ekspresi individu dan bahwa tasyabuh dapat ditafsirkan
dengan cara yang berbeda.

Penting untuk diingat bahwa perspektif tentang masalah ini sangat subjektif dan dapat dipengaruhi
oleh hal-hal seperti agama, budaya, dan pandangan pribadi. Debat tentang tasyabuh dan kebebasan
berpakaian sering kali mencerminkan perspektif yang berbeda di masyarakat yang beragam seperti
Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan diskusi lebih lanjut tentang kasus ini