Anda di halaman 1dari 2

Adanya Ijazah Tidak Berarti Berilmu, Tidak Ada Ijazah Dianggap Tidak Berilmu

Oleh Sachi Tria Alfida

Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, dunia pendidikan telah


mengalami berbagai macam perubahan yang signifikan dari berbagai aspeknya. Hal tersebut
dapat dilihat dari bagaimana ciri lulusan dari suatu lembaga pendidikan yang menjadi tolak
ukur dari sejauh mana kualitas pendidikan yang ada pada negeri ini. Sebenarnya hasil akhir
dari seseorang mengikuti jalur pendidikan dari berbagai jenjang adalah ilmu, yang dapat
dilihat dari adanya perubahan atau peningkatan yang berkaitan dengan ranah koginitif
(Pengetahuan), afektif (Sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Ketiga hal tersebut menjadi
“Hasil akhir” dari seseorang ketika telah menempuh pendidikan yang dapat diaplikasikan
pada dunia kerja, secara implisit ketiga hal tersebut adalah “Manfaat” yang didapatkan
seseorang ketika telah memperoleh ilmu yang diperoleh dari proses belajar pada dunia
pendidikan. Dan yang kedua adalah bukti otentik yang dapat membuktikan bahwa seseorang
telah menempuh jalur pendidikan. Yaitu ijazah. Adanya ijazah adalah sesuatu yang sangat
vital dan harus dimililiki oleh seseorang jika ingin diakui sebagai seseorang yang
berpendidikan. Karena pada realitanya, jangankan seseorang yang memiliki ijazah dengan
tertera nilai-nilai tinggi didalamnya, bahkan seseorang yang “hanya” sekedar memiliki
ijazahpun akan lebih dihargai dan diprioritaskan apabila dibandingkan dengan seseorang
yang memiliki ilmu atau pengetahuan yang sangat luas tetapi tidak dapat dibuktikan dengan
adanya ijazah. Dan terlebih lagi di Negara Indonesia, untuk memperoleh suatu pekerjaan..
syarat mutlak yang paling utama adalah ijazah. Oleh karena itu banyak orang berlomba-
lomba untuk mendapatkan ijazah agar dapat memiliki pekerjaan dan memperoleh uang dari
pekerjaannya.
Lantas mana yang lebih penting? Ilmu atau ijazah? Tentu keduanya sama-sama
penting. Tetapi pada realitanya ijazah seolah lebih dihargai daripada ilmu. Maka tak sedikit
orang-orang berlomba untuk memperoleh ijazah dengan mengenyampingkan ilmu yang
didapatkan. Karena terlebih lagi masyarakat Indonesia telah terdoktrin bahwa keberadaan
ijazah lebih penting dibanding dengan ilmu. Orientasi mereka khususnya orang-orang yang
menempuh jalur pendidikan lebih kepada bagaimana mereka memperoleh pekerjaan setelah
lulus, memang hal tersebut tidak sepenuhnya salah. Karena tak dapat dipungkiri bahwa tujuan
akhir dari seseorang menempuh pendidikan adalah untuk mendapatkan pekerjaan dan
diharapkan bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dari pekerjaannya tersebut.
Hal itu tentu menjadi dilema bagi pendidikan di Indonesia, karena jika otak
masyarakat telah terkonsep jika adanya pendidikan adalah hanya untuk mencetak ijazah dan
memperoleh pekerjaan setelah lulus. Maka manfaat dari adanya pendidikan menjadi perlu
dipertanyakan. Ketika bukan ilmu atau manfaat yang dicari, melainkan ijazah untuk mencari
pekerjaan dan menghasilkan uang, maka pendidikan di Indonesia tidak bertujuan untuk
mencerdaskan penerus bangsa. Tapi hanya memproduksi robot-robot pekerja. Karena jika
yang lebih diutamakan hanya ijazahnya saja tidak dengan ilmu, skill ataupun kemampuan.
Maka dapat dipastikan seseorang tersebut tidak akan bertahan di dunia pekerjaan. Seperti
yang dikemukakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) 2015 tingkat pengangguran terbuka di
Indonesia pada agustus 2015 menapak hingga 7,56 juta orang. Angka ini setara dengan 6,18
persen dari total 122,4 juta orang angkatan kerja.
Oleh karena itu, untuk menghindari hal tersebut. Maka perspektif masyarakat
Indonesia mengenai pendidikan perlu diubah secara global, yaitu dengan menyetarakan
kepentingan antara pemerolehan ilmu dan manfaat serta ijazah yang akan berimbas pada
pemerolehan pekerjaan yang menghasilkan uang bagi seseorang. Karena apabila seseorang
berorientasi pada ilmu yang tentunya memiliki manfaat, maka dapat dipastikan seseorang
tersebut tidak akan kesulitan dalam hal pekerjaan ataupun ekonomi, karena selain memilliki
ijazah yang menjadi syarat mutlak untuk bekerja, ia juga dibekali dengan ilmu yang tidak
akan pernah habis dan luntur tergerus waktu dan zaman.

Anda mungkin juga menyukai