Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

RETORIKA DAN KEHIDUPAN SEHARI HARI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Retorika


Dosen Pengampu : Nawardi Syahputra,S.Pd., M.Pd

Oleh
Kelompok 3
1. Ananda Putri Nabila Riski 21317001076
2. Nuriza Afrillia 21317001062
3. Surmaini 21317001050
4. Sekar Sinta Pertiwi 21317001016
5. Satria Anugrah 213170010
6. Sulastri 213170010

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


STKIP USMAN SAFRI KUTACANE
2024/2025
KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT, atas karunianya sehingga makalah ini
dapat kami selesaikan. Makalah ini merupakan syarat untuk melengkapi tugas Mata Kuliah
"Retorika" keberhasilan makalah ini tidak lain juga disertai referensi-referensi serta bantuan dari
pihak-pihak yang bersangkutan. Makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan dan
kesalahan, baik dalam penyampaian materi atau dalam penyusunan kata dalam makalah ini.
Sehingga kritik dan saran yang membangun yang sangat saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kutacane 02 Mei 2024

Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara adalah merupakan suatu aktivitas kehidupan manusia normal yang sangat
penting, karena dengan berbicara kita dapat berkomunikasi antara sesama manusia, menyatakan
pendapat, menyampaikan maksud dan pesan, mengungkapkan perasaan dalam segala kondisi
emosional dan lain sebagainya.

Kalau diamati dalam kehidupan sehari-hari, banyak didapati orang yang berbicara.
Namun tidak semua orang didalam berbicara itu memiliki kemampuan yang baik didalam
menyampaikan isi pesannya kepada orang lain sehingga dapat dimengerti sesuai dengan
keinginannya, dengan kata lain, tidak semua orang memiliki kemampuan yang baik didalam
menyelaraskan atau menyesuaikan dengan detail yang tepat antara apa yang ada dalam pikiran
atau perasaannya dengan apa yang diucapkannya sehingga orang lain yang mendengarkannya
dapat memiliki pengertian dan pemahaman yang pas dengan keinginan si pembicara.

Untuk penyampaian hal-hal yang sederhana mungkin bukanlah suatu masalah, akan
tetapi untuk menyampaikan suatu ide/gagasan, pendapat, penjelasan terhadap suatu
permasalahan, atau menjabarkan suatu tema sentral, biasanya memiliki tingkat kesulitan yang
cukup tinggi bagi seorang pembicara yang belum terbiasa, bahkan tidak semua orang mampu
melakukannya dengan baik. Dibutuhkan suatu keterampilan atau kecakapan dengan proses
latihan yang secukupnya untuk dapat tampil dengan baik menjadi seorang pembicara yang
handal.

B .Tujuan

Tujuan retorika adalah persuasi, yang dimaksudkan dalam persuasi dalam hubungan ini
adalah yakinnya pendengar akan kebenaran gagasan hal yang dibicarakan pembicara. Artinya
bahwa tujuan retorika adalah membina saling pengertian yang mengembangkan kerjasama dalam
menumbuhkan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat lewat kegiatan bertutur.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Retorika Dalam Keseharian

Berbicara atau bertutur merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan orang dalam
kehidupan bermasyarakat. Sebelum dikenal adanya tulisan, bertutur sudah digunakan sebagai
alat komunikasi. Seiring perkembangan zaman, kegiatan bertutur memiliki peranan penting bagi
kehidupan bermasyarakat dan berbudaya. Sering kita temui daerah dengan kebudayaan yang baik
memiliki kebiasaan bertutur yang baik pula, sesuai dengan ungkapan ”bahasa menggambarkan
budaya setempat”.

Berbicara menjadi suatu hal yang penting dalam keseharian. Berbicara dipergunakan
untuk berkomunikasi, menyampaikan informasi, menyampaikan maksud, sampai digunakan
untuk berdebat. Kecakapan dalam berbicara untuk menyampaikan suatu ide merupakan
kecerdasan linguistik, bagian dari delapan kecerdasan yang disampaikan oleh Howard Gardner
pada tahun 1983 dalam bukunya Frames of Mind. Kecerdasan ini pada dasarnya dimiliki oleh
setiap manusia dengan kadar kemampuannya yang berbeda-beda. Untuk memiliki kemampuan
ini ternyata bukanlah hal yang mudah. Banyak orang yang mampu merumuskan sebuah gagasan
dengan baik, namun kesulitan dalam hal penyampaiannya. Dalam penyampaiannya pun harus
jelas dan sistematis agar mudah dipahami oleh pendengar.

Dahulu kemampuan berbicara yang baik hanya dimiliki oleh orang yang mempunyai
status atau fungsi tertentu seperti kepala suku saat upacara adat, pemakaman, kelahiran, dan
sebagainya. Penguasaan mantra, kata-kata bijak, dan nasehat yang diberikan kepada masyarakat
menjadi kelebihan yang mereka miliki jika dibandingkan dengan orang lain. Kemampuan
berbicara inilah yang membuat para kepala suku dihormati dan disegani oleh masyarakatnya.

Kemampuan berbicara ini juga berkembang di Yunani dan Roma dengan tokohnya seperti
Socrates dan Aristoteles. Mereka menyebut kemampuan berbicara ini dengan retorika yang
berasal dari bahasa Latin rhetorica yang berarti ’ilmu berbicara/bertutur’. Awalnya mereka
menganggap ilmu ini untuk memenangkan suatu kasus. Namun, penggunaan retorika kini sudah
bergeser pada ilmu yang mengajarkan tindak dan usaha bertutur untuk membina saling
pengertian. Sesuai yang dikatakan oleh I Gusti Ngurah Oka.: “Retorika adalah ilmu yang
mengajarkan tindak dan usaha yang efektif dalam persiapan, penataan dan penampilan tutur
untuk membina saling pengertian dan kerja sama serta kedamaian dalam kehidupan
bermasyarakat.”

B. Pemanfaatan Retorika dalam keseharian

Pemanfaatan retorika dalam kehidupan sehari-hari antara lain: “secara spontan atau
intuitif, secara tradisonal atau konvensional, dan secara terencana.” Pemamanfaatan retorika
secara spontan atau intuitif ini sering terjadi dalam kehidupan bertutur sehari-hari. Biasanya
pembicara tidak banyak mempersiapkan bahan materi yang akan dibicarakan. Jadi lebih bersifat
spontan. Pemanfaatan retorika secara tradisional yaitu dengan mengikuti konvensi atau
kesepakatan yang sudah diberikan oleh generasi sebelumnya. Seperti penghormatan kepada
pejabat dengan menggunakan kalimat “Yang terhormat”. Pemanfaatan retorika secara terencana
maksudnya ialah, “penggunaan retorika yang direncanakan sebelumnya secara sadar diarahkan
ke suatu tujuan yang jelas” Pemanfaatan retorika secara terencana dibagi menjadi bidang politik,
bidang usaha atau ekonomi, karyawan bahasa, bidang kesenian, dan bidang pendidikan. Pada
bidang pendidikan, pemanfaatan retorika secara terarah tampak lebih menonjol lagi pada proses
pengajaran di dalam kelas.
Pendidikan merupakan pilar utama dalam usaha memajukan bangsa dengan mencetak
generasi yang cerdas dan mandiri. Pendidikan menjadi sarana dalam mewujudkan cita-cita
bangsa, yaitu mencerdaskan bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai
pendidikan, bangsa yang peduli dengan pendidikan, dan bangsa yang mengedepankan
pendidikan. Sebuah negara akan terpuruk bila pendidikan yang diselenggarakan negara tersebut
kurang atau tidak baik.

Dalam dunia pendidikan, khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia, berbicara menjadi
kompetensi yang harus dimiliki siswa. Berbicara menjadi bagian catur tunggal, yaitu menyimak,
membaca, berbicara, dan menulis yang tidak dapat dipisahkan dari keempat keterampilan
berbahasa tersebut. Bila satu saja dari keempat keterampilan itu tidak ada, maka dapat dipastikan
orang tersebut akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Dalam kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia pada tingkat Sekolah Menengah Atas
(SMA)/Madrasyah Aliyah (MA), pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa untuk berkomunikasi dengan baik dan benar, secara efektif dan efisien, baik
lisan maupun tulisan. Selain itu pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk menumbuhkan
apresiasi terhadap karya sastra di Indonesia.

C. Penerapan Retorika dalam keseharian

Dalam pembelajaran kemampuan berbahasa, kemampuan berbicara sering terabaikan


karena yang ditekankan dan mendapat perhatian lebih ialah kemampuan menulis. Padahal tujuan
utama pembelajaran bahasa ialah untuk berkomunikasi. Bukan hanya tulisan tetapi juga lisan.
Oleh karena itu, diperlukan perhatian yang khusus untuk kemampuan berbicara. Diperlukan
keseriusan dalam hal ini. Diperlukan strategi dan metode yang tepat agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Pada kurikulum kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia pada tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA) / Madrasyah Aliyah (MA), salah satu Standar Kompetensi berbicara pada
kelas XII yaitu pidato, merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa. Kompetensi
Dasar yang harus dimiliki setelah proses pembelajaran adalah siswa mampu berpidato tanpa teks
dengan menggunakan pelafalan, intonasi, nada, dan sikap yang tepat.

Dalam penerapannya, pembelajaran berpidato pada tingkat SMA ternyata belum


memberikan hasil yang memuaskan. Siswa cenderung menjadi pribadi yang sulit berbicara di
depan umum. Hal utama yang menjadi penyebab biasanya adalah faktor keragu-raguan atau
keberanian dari siswa. Siswa khawatir berkata salah ketika berpidato. Bahan pembicaraan yang
sudah dipersiapkan menjadi hilang ketika berada di depan orang banyak untuk berpidato. Dari
sekian banyak siswa tentunya ada beberapa siswa yang mampu tampil dengan berani dan
percaya diri. Hal ini karena adanya pembiasaan yang dilakukan karena siswa tersebut
mempunyai pengalaman dalam berorganisasi yang menuntut mereka untuk sering berinteraksi
dengan banyak orang. Keberanian dan percaya diri memang merupakan modal utama dalam
berpidato, namun tidak cukup hanya kedua hal itu saja. Dalam berpidato, siswa dituntut mampu
memilih kata dan menyusun kalimat dengan baik serta memahami faktor-faktor lain seperti
pelafalan yang baik, intonasi, dan sikap yang tepat.

Metode yang paling sering digunakan guru dalam pembelajaran berpidato adalah guru
menjelaskan faktor-faktor yang dinilai dalam berpidato. Kemudian siswa diminta untuk
berpidato. Setelah itu, performa siswa tersebut dievaluasi secara bersama-sama. Metode ini
memang baik untuk memberikan pemahaman tentang faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam berpidato. Namun, dalam hal praktek tentunya siswa menampilkan hanya sebatas
pengetahuannya saja. Kecuali bila siswa memiliki pengalaman lomba berpidato atau memiliki
jabatan ketua pada suatu organisasi yang sering diminta untuk berpidato. Bagi siswa yang belum
memiliki pengalaman yang cukup mengenai pidato maka sangatlah perlu siswa tersebut melihat
sebuah contoh dalam berpidato. Dalam hal inilah seorang guru harus memberikan sebuah model
yang dapat dipelajari oleh siswa. Model itu dapat dilakukan oleh guru ataupun selain guru.

Seperti pendapat Albert Bandura dalam teori sosial learning yang menyatakan bahwa
proses belajar dimulai dari meniru, maka dalam belajar berpidato alangkah baiknya bila siswa
mencontoh pemidato yang baik. Dengan contoh ini siswa akan mendapatkan gambaran mengenai
cara berpidato yang baik. Contoh ini dapat dijadikan model dalam pembelajaran berpidato.

Media merupakan alat komunikasi dalam pendidikan. Media pendidikan menjadi alat
bantu untuk menyampaikan pesan yang diberikan oleh guru kepada siswa. Penggunaan media
tidaklah asal saja tetapi harus dengan pertimbangan bahwa penggunaan media tersebut sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai. Jangan sampai media yang telah dipersiapkan tidak sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan.

Dengan bantuan media, proses dan hasil pembelajaran diharapkan menjadi lebih baik jika
dibandingkan tanpa menggunakan media. “Media tidak terbatas hanya pada alat saja secara luas
media bisa termasuk manusia, benda ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik
memperoleh pengetahuan dan keterampilan.” Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain, “sumber
belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan pengajaran terdapat
atau asal untuk belajar seseorang” , media inilah yang dapat membantu memperkaya wawasan
siswa dalam belajar.

Dalam proses pembelajaran, model merupakan media yang dapat dijadikan sumber untuk
belajar. Model ini dapat dicontoh dan dikembangkan oleh siswa. Oleh karena itu, media bisa pula
guru atau model yang diberikan di luar pihak guru, seperti model dalam berpidato yang telah
disebutkan sebelumnya.

Mengenai model mana yang harus dipilih kita harus melihat kualitas model itu sendiri.
Sesuatu yang akan dijadikan model diusahakanlah yang terbaik karena akan dicontoh dan
mungkin dikembangkan oleh siswa setelah mengamati model tersebut. Dalam model untuk
berpidato beberapa hal pokok yang wajib menjadi kriteria, yaitu kemampuan linguistik,
kemampuan mempersuasi, dan kemampuan memotivasi. Ketiga hal tersebut terangkum dalam
ilmu retorika.
D. Manfaat Retorika dalam keseharian

Motivator bisnis merupakan salah satu profesi yang menggunakan ilmu retorika.
Kemampuan retorika sangat berguna dan membantu untuk menunjang profesi ini. Tugas utama
sebagai motivator bisnis ialah mampu mempersuasi para pendengar agar termotivasi untuk
melakukan saran-saran yang diberikan olehnya. Layaknya seorang orator dalam sebuah
kampanye, seorang motivator bisnis harus tampil dengan percaya diri dan mampu meyakinkan
pendengarnya dengan sikap dan kata-kata yang diungkapkannya. Dengan kriteria ini seorang
motivator bisnis merupakan model yang layak untuk pembelajaran berpidato karena dengan
predikatnya sebagai seorang ”motivator” maka tentunya ia harus memiliki kriteria-kriteria
tersebut.

Pemodelan retorika motivator bisnis ini berlaku sebagai media pada saat pembelajaran
berpidato. Pemberian model yang baik akan mempermudah siswa dalam belajar. Dengan media,
pemodelan retorika motivator bisnis ini diharapkan memberikan wawasan yang lebih baik
kepada siswa untuk berpidato serta siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam
berpidato sehingga dapat meyakinkan pendengarnya.

Bicara merupakan bentuk komunikasi manusia yang paling mendasar, yang membedakan
kita sebagai suatu spesies. Meskipun setiap hari kita berbicara, dan sepantasnya kita berlatih agar
dapat bicara lebih baik. Alasannya sederhana, jalan menuju sukses, baik di bidang sosial maupun
prefesional, biasanya dapat dilalui dengan bicara. Bicara merupakan salah kenikmatan hidup
terbesar, satu hal yang terpenting adalah mau berbicara. Banyangkan saja dalam sehari kita dapat
berapa banyak mengucapkan ribuan kata. Mengapa kita tidak mengembangkan keterampilan
bicara dan menjadi pembicara terbaik.
Bicara itu seperti bermain golf, mengendarai mobil, atau seperti mengelola bisnis toko.
Semakin sering melakukannya maka semakin mahir dan semakin merasakan senang. Tetapi kita
harus mengetahui dasar-dasarnya, demikian juga dengan berbicara yaitu dasar-dasar percakapan
yang berhasil antara lain: kejujuran, sikap yang benar, minat terhadap orang lain, dan
keterbukaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

Untuk sebagian orang seperti penyiar radio, penyiar tv, motivator, dll, merupakan
pembicara yang bekerja dengan mengembangkan keterampilan berbicara. Sehingga berbicara
bisa jadi sebagai sumber penghasilan.

E. Cara Beretorika yang baik

Menurut Larry King “orang sukses adalah pembicara yang sukses dan sebaliknya.
Adakah orang sukses yang tidak dapat mengekspresikan dirinya? Jawabannya adalah nihil.
Mungkin mereka tidak pandai ngobrol atau mungkin tidak dapat bicara di depan umum, tetapi
mereka cukup berbicara dalam suasana sosial cukup berbeda, untuk meraih kesuksesan. Untuk
sebagian orang berbicara di depan umum bukan mejadi hal yang mudah, tak heran kalau
seseorang mengangap bicara adalah momok yang sangat menakutkan dan memalukan, malah
menjadikan orang gugup ketika disuruh berbicara sehingga sering terjadi kesleo lidah, dan
menjadi terpleset kata. Mereka itu hanya orang-orang yang takut berbicara karena takut salah,
atau takut salah untuk mengatakan hal yang benar.

Tidak ada yang mengatakan Harry Truman sebagai orator ulung, tapi banyak yang
mengganggapnya presiden hebat. Ia adalah pembicara yag baik dalam urusan politik. Ia bukan
pembicara yang memikat, tetapi merupakan komunikator yang baik, karena ia berusaha agar
pembicaranya mudah dipahami. Ia tidak teoritis, tetapi mampu meluncurkan gagasan yang jelas
dan langsung.

Tetapi kebanyakan yang paling penting untuk kita adalah mengefektifkan percakapan
sehari-hari, entah dalam kehidupan sehari-hari, atau di ruang publik. Tak ubahnya seorang
pembelajar yang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Berbicarapun sama, seseorang
mempunyai gaya berbicara sendiri-sendiri. Seseorang dapat menilai dan memberikan gambaran
bahwa gaya bicara orang berbeda-beda, tetapi masing-masing mempunyai karakteristik
tersendiri, dan mengomentari apakah gaya berbicaranya cocok atau tidak dengan vocal
pembicara. Berbicara adalah hal yang simple sebenarnya berbicara menggunakan otak, lakukan
dengan enjoy, mengikuti zaman, jangan berpikir negatif, mengembangkan unsur-unsur yang ada
seperti warna suara, penyampaian, dan penampilan (performance), dan sikap komunikator.
Anggap lah berbicara adalah kesempatan. Tak usah enggan untuk berbicra ingat pepatah: “Jika
anda tidak merasa ahli berbicara maka yakinlah bahwa anda akan ahli berbicara, namun jika
anda merasa pandai berbicara maka anda dapat melakukan lebih baik”. Terus berlatih dan
kembangkan kemampuan berbicara di mulai berbicara yang sederhana, dan memperhatikan
orang bicara adalah salah satu media untuk belajar menjadi pembicara yang baik dan dapat lebih
dinikmati.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Retorika sebuah teknik pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan


dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen (logo), awalnya Aristoteles
mencetuskan dalam sebuah dialog sebelum The Rhetoric dengan judul 'Grullos' atau Plato
menulis dalam Gorgias, secara umum ialah seni manipulatif atau teknik persuasi politik yang
bersifat transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan
pendengar melalui pidato, persuader dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam merumuskan
nilai, keprcayaan dan pengharapan mereka. Berbicara pada dasarnya harus dimiliki oleh semua
orang yang didalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang sifatnya satu arah
maupun yang timbal balik ataupun keduanya.
B. Saran

Seseorang yang memiliki ketermapilan berbicara yang baik, akan memiliki kemudahan
didalam pergaulan, baik di rumah, di kantor, maupun di tempat lain. Dengan keterampilannya
segala pesan yang disampaikannya akan mudah dicerna, sehingga komunikasi dapat berjalan
lancar dengan siapa saja.

DAFTAR PUSTAKA

Keraf Gorsyi. Diksi dan Gaya Bahasa Seri Retorika, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 2006
NGURAH..I GUSTI OKA. Retorik Sebuah Tinjauan Pengantar , Bandung, Tarate Bandung
1985.
SUWITO, Sosiolinguistik , Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 1985.

Anda mungkin juga menyukai