Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH POTENSI KEBANGKRUTAN, MANAJEMEN LABA, DAN

RISIKO SISTEMATIS TERHADAP HARGA SAHAM


(Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2016-2018)

Disusun Oleh:
Della Ramadhani Safira (165020301111049)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya

Dosen Pembimbing:
Nurlita Novianti, SE., MSA., Ak.

ABSTRACT
Utilizing secondary data, this research aims to predict and explain the effect of
potential bankruptcy, earnings management, and systematic risk on stock prices. The data
used in this study is banking companies with complete financial statement data, listed on
the Indonesia Stock Exchange between 2016 and 2018. The purposive sampling method
used obtains a total of 42 companies and 126 data analyzed by using Multiple Regression.
The final results indicate that bankruptcy and systematic risk variables partially have a
positive effect on stock prices, while the earnings management variable has no effect on
stock prices. It is expected that this research can be of a reference for investors to
consider and evaluate, for instance, what triggers stock price movement to maximize
profits through systematic risk, when investing in companies listed on the stock exchange
Keywords: Potential Bankruptcy, Earnings Management, Systematic Risk, Stock Prices, Altman
Z-Score, Modified Jones, Capital Assets Pricing Model.

ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan data sekunder bertujuan
untuk memprediksi dan menjelaskan pengaruh potensi kebangkrutan, manajemen laba,
dan risiko sistematis terhadap harga saham. Data yang digunakan pada penelitian ini
adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
2016-2018 dan memiliki data laporan keuangan yang lengkap. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan metode purposive sample dengan jumlah total 42
perusahaan dan 126 data. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalaah
Regresi Berganda. Hasil akhir penelitian menunjukkan bahwa variabel potensi
kebangkrutan dan risiko sistematis secara parsial berpengaruh positif terhadap harga
saham, sedangkan variabel manajemen laba tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Implikasi penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi bagi
investor ketika akan melakukan investasi pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek,
seperti mempertimbangkan penyebab dari pergerakan harga saham yang terjadi dan
memaksimalkan keuntungan melalui risiko sistematis.

Kata Kunci: Potensi Kebangkrutan, Manajemen Laba, Risiko Sistematis, Harga Saham,
Altman Z-Score, Modified Jones, Capital Assets Pricing Model
PENDAHULUAN mengetahui tren historis sebuah
Harga saham merupakan hal pertama pergerakan saham. Ketiga informasi
yang wajib dilihat bagi investor sebelum tersebut diyakini dapat mempengaruhi
mengambil keputusan untuk membeli harga saham sebuah perusahaan,
saham perusahaan. Hal ini disebabkan, khususnya perusahaan perbankan.
harga saham menggambarkan kondisi Perkembangan perbankan sendiri tidak
dari suatu perusahaan. Penurunan kinerja terlepas dari berbagai isu yang
perusahaan dapat tercermin dari melingkupinya. Salah satu isu yang
penurunan harga saham, begitu pun sempat terangkat adalah kemunculan
sebaliknya. Secara umum, ketika harga berita mengenai financial technology
saham rendah investor akan melakukan pada tahun 2016 yang menyebabkan
pembelian saham dengan tujuan dijual harga saham perbankan hingga saat ini
pada saat kinerja perusahaan membaik. mengalami ketidakstabilan.
Analisis mengenai penyebab perubahan Financial technology merupakan
harga saham yang akan dibeli sangat fenomena global yang disebabkan oleh
penting untuk dilakukan sehingga kemunculan teknologi-teknologi bersifat
kerugian dapat dihindari. disruptive. Teknologi disruptive adalah
Pada transaksi investasi, terdapat sebuah inovasi yang berhasil
beberapa informasi yang dibutuhkan mentransformasi suatu sistem atau pasar
oleh investor untuk dijadikan yang saat ini ada dan menggantinya
pertimbangan dalam membeli saham, dengan suatu sistem baru dengan
antara lain potensi kebangkrutan, menawarkan kepraktisan, kemudahan
manajemen laba, risiko investasi. akses, kenyamanan dan biaya yang lebih
Potensi kebangkrutan merupakan ekonomis. Financial technology timbul
informasi pertama yang wajib diketahui sebab masyarakat memerlukan alternatif
investor, apakah perusahaan yang akan dari jasa industri keuangan yang lebih
dibeli sahamnya merupakan perusahaan demokratis dan transparan serta layanan
sehat atau tidak secara finansial. Selain keuangan yang lebih efisien dan
potensi kebangkrutan, informasi menjangkau masyarakat luas. (Wijaya,
mengenai manajemen laba juga penting 2019)
untuk diketahui. Risiko investasi pun Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa
turut digunakan sebagai acuan untuk Keuangan (OJK) mencatat hingga tahun
2019, lebih dari 176 financial technology menjadi sangat kecil bahkan tidak ada.
telah terdaftar. (Simorangkir, 2019) Penurunan tersebut kemudian
Jumlah ini diperkirakan akan terus memotivasi perusahaan untuk
bertambah seiring dengan kebutuhan melakukan manajemen laba sehingga
dari masyarakat yang kian meningkat. laba yang dimiliki menjadi tinggi dan
Financial technology juga mampu kinerja perusahaan terlihat baik.
menjangkau lapisan masyarakat yang Manajemen laba sendiri merupakan
tidak terjangkau oleh bank. Hal tersebut teknik yang digunakan oleh perusahaan
kemudian menimbulkan kekhawatiran untuk memanipulasi jumlah laba
bagi investor sebab kemunculan menjadi lebih tinggi maupun lebih
financial technology dapat memicu rendah.
ketidakstabilan bank yang mereka Risiko sistematis sendiri merupakan
investasikan. Worldbank menyatakan komponen yang dapat menentukan
bahwa pada wilayah Asia, keberadaan tingkat kesensitifan harga terhadap
perusahaan berbasis financial Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
technology, seperti Alibaba dan Gojek Risiko sistematis (beta) merupakan
memberikan tekanan tersendiri untuk risiko yang ditimbulkan oleh kondisi
institusi keuangan yang masih bersifat pasar dan cenderung sulit untuk
tradisional. dihindari. Beta seringkali digunakan
Secara umum, kinerja perusahan yang oleh analis sebagai salah satu dasar untuk
memburuk dapat memicu terjadinya menentukan saham perusahaan yang
suatu kebangkrutan. Kebangkrutan ingin diinvestasikan.
sendiri merupakan kondisi ketika Berdasarkan uraian yang telah
perusahaan tidak lagi mampu untuk dijabarkan, peneliti bermaksud
melunasi kewajiban. Perusahaan yang melakukan penelitian dengan judul
mengalami kebangkrutan akan memiliki “Pengaruh Potensi Kebangkrutan,
harga saham rendah. Penurunan harga Manajemen Laba, dan Risiko
saham yang disebabkan oleh Sistematis Terhadap Harga Saham
kebangkrutan perusahaan wajib (Studi Pada Perusahaan Perbankan
dihindari. yang Terdaftar di Bursa Efek
Kebangkrutan perusahaan dapat Indonesia Tahun 2016-2018)”.
menyebabkan laba yang diperoleh LANDASAN TEORI
Teori Sinyal (Prihadi, 2011: 332) Kondisi tersebut
Teori sinyal merupakan teori yang dipicu oleh berbagai macam faktor,
mengasumsikan bahwa seringkali seperti permasalahan ekonomi, hukum,
terdapat asimetri informasi dalam hingga teknologi. Kebangkrutan sering
hubungan yang terjadi antara manajer disebut pula sebagai likuidasi
dengan investor. Pada teori ini, perusahaan dan gejala awal yang terjadi
dinyatakan bahwa manajer memiliki seringkali disebut sebagai potensi
informasi yang tidak diketahui oleh kebangkrutan.
investor. Menurut teori sinyal, Model Altman Z-Score
pengungkapan informasi perusahaan Model Altman Z-Score sendiri
merupakan hal yang sangat penting dicetuskan oleh seorang peneliti
untuk dilakukan. (Wolk, et. al, 2001) bernama Altman (1968). Penelitian
Teori Keagenan tersebut dilakukan dengan menggunakan
Hubungan keagensian merupakan sampel berupa 66 perusahaan
hubungan yang terjadi antara beberapa manufaktur, 33 di antaranya merupakan
pihak (principal) terhadap pihak lain perusahaan yang mengalami
(agen) terkait pemberian wewenang kebangkrutan dan sisanya sehat. Selain
untuk mengelola perusahaan. (Jensen itu, terdapat 22 rasio yang berpotensi
dan Meckling, 1976) Konflik yang untuk dievaluasi dan dimasukkan ke
terjadi di dalam sebuah perusahaan dalam persamaan untuk mengukur
seringkali menyangkut hubungan antar potensi terjadinya kebangkrutan.
anggota yang terdapat di dalam Setelah dievaluasi, dari 22 rasio
perusahaan. Hal ini dapat terjadi ketika tersebut terpilih 5 rasio yang
pemegang saham memutuskan untuk dikombinasikan menjadi satu dalam
menyerahkan wewenang untuk sebuah persamaan untuk memprediksi
mengelola operasi perusahaan kepada terjadinya kebangkrutan.
manajer. Pada tahun 1983, Altman
Kebangkrutan mengembangkan kembali model untuk
Kebangkrutan merupakan keadaan mengukur kebangkrutan perusahaan
ketika sebuah perusahaan mengalami karena model sebelumnya hanya
kesulitan finansial sehingga tidak lagi berfungsi secara akurat untuk
mampu untuk memenuhi kewajibannya. perusahaan manufaktur. Model yang
selanjutnya dikembangkan bertujuan negatif. Kegiatan manajemen laba
untuk memprediksi kebangkrutan yang dikatakan positif apabila dapat
terdapat pada perusahaan swasta dan menguntungkan perusahaan serta
perusahaan non-manufaktur. Persamaan informasi yang disajikan tidak
yang digunakan untuk memprediksi menyesatkan pengguna laporan.
kebangkrutan perusahaan non- Model Modified Jones
manufaktur ialah: Model Jones pertama kali dicetuskan
Z = 3,25 + 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4 oleh seorang peneliti bernama Jones
Sumber: Altman (2006: 248)
(1991). Model ini berusaha untuk
Keterangan:
menyederhanakan asumsi bahwa akrual
Z = Nilai Z-Score
nondiskresioner memiliki sifat konstan.
X1 = Modal Kerja/Total Aset Pada model Jones, efek atas perubahan
X2 = Saldo Laba/Total Aset lingkungan ekonomi yang terjadi kepada
X3 = Laba Sebelum Bunga dan perusahaan terhadap akrual non-
Pajak/Total Aset diskresioner dikendalikan.
X4 = Nilai Buku Ekuitas/Nilai Buku Setelah dievaluasi, ternyata model
Total Hutang tersebut memiliki suatu kelemahan,
Kriteria: yakni menimbulkan kebiasan estimasi
1. Z < 1,1 menandakan bahwa dari manajemen laba terhadap nilai nol.
perusahaan mengalami kebangkrutan Keterbatasan tersebut menyebabkan
2. 1,1 < Z < 2,6 menandakan bahwa timbul model Jones yang dikembangkan
perusahaan berada pada grey area kembali oleh Dechow et., al. (1995).
3. 2,6 < Z menandakan bahwa Pengembangan dilakukan dengan
perusahaan tidak mengalami menambahkan unsur piutang ke dalam
kebangkrutan persamaan yang digunakan untuk
Manajemen Laba memprediksi manajemen laba.
Manajemen laba merupakan upaya Beberapa tahun kemudian model
campur tangan pihak manajemen untuk Jones kembali dimodifikasi oleh Kothari
memanipulasi laporan keuangan (2005). Modifikasi ini dilakukan dengan
sehingga dapat meningkatkan laba dan menambahkan unsur Return On Assets
menguntungkan manajer maupun (ROA) dalam persamaan yang
perusahaan. (Saputro dan Setiawati, digunakan untuk memprediksi
2004) Hal ini dapat berarti positif dan
manajemen laba. Persamaan yang Model)
digunakan pada model Jones modifikasi Capital Asset Pricing Model
Kothari adalah: merupakan model yang digunakan untuk
1. TAC = Niit – CFOit memperkirakan total return yang
2. TAit/Ait-1 = β1 (1/Ait-1) + β2 (ΔREVit/Ait-1) + β3
kemungkinan diperoleh ketika
(PPEit/Ait-1) + β4 (ROAit/Ait-1) + ʋt
3. NDAit = β1 (1/Ait-1) + β2 (ΔREVit/Ait-1 - melakukan investasi pada suatu saham.
ΔRECit/Ait-1) + β3 (PPEit/Ait-1) + β4 (ROAit/Ait-1) Model ini diciptakan dan dikembangkan
4. DAit = TAit/Ait-1 - NDAit oleh beberapa peneliti secara terpisah,
Sumber: Kothari (2005)
antara lain Sharpe (1964), Lintner
Keterangan:
(1965), dan Mossin (1696). (Hartono,
DAit = Akrual diskresioner pada tahun t
2017: 575) Pada model CAPM,
NDAit = Akrual non diskresioner pada persamaan yang digunakan adalah:
tahun t E(Ri) = RBR + βi . [E(RM) – RBR]

TAit = Total akrual pada tahun t Sumber: Hartono (2017: 469)


NIit = Laba bersih pada tahun t Keterangan:
CFOit – Arus kas operasi pada tahun t E(Ri) = Return Ekspektasian
Ait-1 = Total aset pada tahun t-1 RBR = Suku Bunga Bebas Risiko
ΔREVit = Pendapatan pada tahun t βi = Risiko Sistematis

dikurangi pendapatan pada tahun t-1 E(RM) = Return Pasar (IHSG)

PPEit = Property, Plant, dan Equipment Pengaruh Potensi Kebangkrutan


pada tahun t Terhadap Harga Saham

ʋt = error Berdasarkan teori sinyal,

Risiko Sistematis kebangkrutan menjadi salah satu

Risiko sistematis merupakan risiko informasi yang menjadi sinyal bagi para

yang memiliki pengaruh besar dalam investor untuk pengambilan keputusan

pengelolaan sebagian besar aset dalam berinvestasi. Ketika perusahaan

perusahaan. (Ross, 2015: 517) Faktor berpotensi tinggi mengalami

penyebab terjadinya risiko ini umumnya kebangkrutan, maka investor tidak akan

berasal dari pasar sehingga cenderung berminat untuk melakukan investasi. Hal

sulit untuk ditebak kemungkinan tersebut disebabkan, perusahaan dengan

terjadinya. potensi kebangkrutan yang tinggi

Model CAPM (Capital Assets Pricing menandakan bahwa kinerja yang


dimiliki buruk. Tingginya potensi
kebangkrutan dapat dicerminkan melalui Kegiatan manajemen laba dapat terjadi
nilai Z-Score yang rendah. Potensi akibat konflik kepentingan yang terjadi
kebangkrutan yang tinggi akan antara pihak agen (manajemen) dengan
menimbulkan penurunan harga saham. principal (pemegang saham). Salah satu
Beberapa peneliti terdahulu telah pemicu terjadinya manajemen laba
mencoba untuk melakukan penelitian adalah ketika perusahaan memiliki
terkait pengaruh potensi kebangkrutan informasi yang kemungkinan dapat
terhadap harga saham. Penelitian yang memberikan sinyal buruk kepada
dilakukan oleh Ardian dan Khoirudin investor saat dipublikasikan.
(2014) menyatakan bahwa potensi Penelitian terkait manajemen laba
kebangkrutan yang dinilai dengan model sebelumnya telah dilakukan oleh
Altman Z-Score tidak berpengaruh beberapa peneliti. Salah satu penelitian
terhadap harga saham. Namun, hasil mengenai strategi manajemen laba
yang berbeda ditemukan dalam dilakukan oleh Upayarto (2012) dengan
penelitian yang dilakukan oleh Irama hasil akhir yang menunjukkan bahwa
(2018) dengan hasil akhir yang manajemen laba tidak berpengaruh
menyatakan bahwa potensi terhadap harga saham. Hasil tersebut
kebangkrutan memiliki pengaruh positif didukung dengan penelitian yang
terhadap harga saham. Hasil penelitian dilakukan oleh Laili (2013). Namun,
tersebut kemudian diperkuat dengan hasil yang bertentangan ditemukan
penelitian yang diakukan oleh Lestari, dalam penelitian yang dilakukan oleh
Damayanti, dan Nurlaily (2020). Phan (2018) dengan hasil akhir yang
Berdasarkan penjabaran di atas, maka menunjukkan bahwa strategi manajemen
dapat diperoleh sebuah hipotesis, yakni: laba memiliki pengaruh positif terhadap
H1 = Potensi kebangkrutan berpengaruh harga saham. Berdasarkan penjabaran di
positif terhadap harga saham atas, maka dapat diperoleh sebuah
Pengaruh Manajemen Laba hipotesis, yakni:
Terhadap Harga Saham H2 = Manajemen laba berpengaruh
Berdasarkan teori keagenan, variabel positif terhadap harga saham
manajemen laba merupakan dampak Pengaruh Risiko Sistematis Terhadap
yang diakibatkan oleh keadaan yang Harga Saham
terjadi pada sebuah perusahaan. Teori sinyal menjelaskan bahwa
variabel risiko sistematis merupakan Saerang, dan Untu (2017) yang
salah satu informasi yang dijadikan menyatakan bahwa risiko sistematis
sebagai sinyal oleh investor dalam tidak berpengaruh signifikan terhadap
berinvestasi. Ketika risiko sistematis harga saham. Berdasarkan penjabaran di
yang terdapat dalam sebuah perusahaan atas, maka diperoleh sebuah hipotesis,
tinggi, maka investor akan berminat yakni:
untuk melakukan investasi dengan H3 = Risiko sistematis berpengaruh
harapan return yang diperoleh juga positif terhadap harga saham
tinggi. Risiko yang tinggi umumnya METODA PENELITIAN
disebabkan oleh inovasi yang dilakukan Jenis yang digunakan pada penelitian
perusahaan dengan kinerja baik dalam ini adalah explanatory. Penelitian
rangka menjaga kualitas yang telah explanatory adalah penelitian yang
dimiliki. Selain itu, perusahaan dengan bertujuan untuk menjelaskan fenomena
kinerja yang baik umumnya memiliki yang ada. Penelitian yang dilakukan
jumlah investor yang banyak sehingga tergolong ke dalam penelitian
tanggung jawab yang dimiliki menjadi kuantitatif. Selain itu, pengujian
besar. hipotesis juga dilakukan untuk menguji
Beberapa penelitian terdahulu telah pengaruh potensi kebangkrutan, strategi
mencoba untuk menguji pengaruh dari manajemen laba, dan risiko sistematis
risiko sistematis terhadap harga saham. terhadap harga saham.
Salah satu penelitian tersebut dilakukan Selain itu, penelitian ini
oleh Prakoso (2014) dengan hasil akhir menggunakan perusahaan perbankan
risiko sistematis memiliki pengaruh dengan saham terdaftar di Bursa Efek
positif terhadap harga saham. Hasil Indonesia selama periode 2016-2018
tersebut didukung dengan penelitian sebagai populasi. Pemilihan perusahaan
yang dilakukan oleh Arief, Nurhayati, perbankan dilakukan karena usaha
dan Utami (2014) yang menyatakan tersebut berhubungan dengan bidang
bahwa risiko sistematis memiliki keuangan sehingga sangat rentan
pengaruh yang signifikan dan positif terhadap berbagai fenomena yang terjadi
terhadap harga saham. Hasil yang di suatu negara. Berdasarkan populasi
bertentangan kemudian ditemukan pada tersebut, kemudian dapat ditentukan
penelitian yang dilakukan oleh Rorong, sampel berjumlah 42 perusahaan.
Jenis data yang digunakan adalah One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

sekunder, berupa laporan keuangan Unstandardized Residual

perusahaan yang diperoleh melalui N 126


a,b
Normal Parameters Mean ,0000000
website (www.idx.co.id) dan berakhir
Std. 1,40894229
pada periode 31 Desember 2016-2018.
Deviation
Analisis data untuk penelitian dilakukan Most Extreme Absolute ,062

dengan menggunakan analisis regresi Differences Positive ,062


Negative -,038
berganda menggunakan program SPSS.
Test Statistic ,062
HASIL DAN PEMBAHASAN Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

Uji Analisis Deskriptif Sumber: Hasil olah data SPSS


Pengujian statistik deskriptif Pada tabel di atas tertera hasil yang
dilakukan dengan tujuan untuk menyatakan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-
menggambarkan berbagai karakteristik tailed) memiliki nilai sebesar 0,200.
data, seperti mean, median, modus, Nilai tersebut lebih besar dari 0,05
varian dan tandar deviasi. Hasil akhir sehingga dapat disimpulkan bahwa data
dari uji stratistik deskriptif pada yang akan digunakan telah berdistribusi
penelitian ini ditunjukkan oleh tabel dengan normal.
berikut: b. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Tabel 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Descriptive Statistics
Metode Glejser
Std. Coefficientsa
N Minimum Maximum Mean Deviation Unstandardized Standardized
Manajemen Coefficients Coefficients
126 -,84 ,19 ,0001 ,10166
Laba Std.
Risiko Model B Error Beta t Sig.
126 -4,40 7,27 ,7240 1,86032
Sistematis
1 (Constant) ,00
Potensi 1,042 ,120 8,663
126 -2,97 8,26 2,0384 1,54748 0
Kebangkrutan
Potensi ,22
Harga Saham 126 3,91 10,17 6,4814 1,51516 ,056 ,046 ,109 1,215
Kebangkrutan 7
Valid N
126 Manajemen ,31
(listwise) ,707 ,700 ,091 1,009
Laba 5
Sumber: Hasil olah data SPSS
Risiko ,86
Uji Asumsi Klasik ,007 ,038 ,015 ,170
Sistematis 5
a. Uji Normalitas Sumber: Hasil olah data SPSS
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas
Data dapat dinyatakan terbebas dari multikolinearitas.
gejala heteroskedastisitas ketika memiliki d. Uji Autokorelasi
nilai signifikansi melebihi 0,05. Pada Tabel 5. Hasil Uji Autokorelasi
kolom signifikansi tertera bahwa variabel Model Summaryb

potensi kebangkrutan, manajemen laba, Std. Error

R Adjusted of the Durbin-


dan risiko sistematis masing-masing
Model R Square R Square Estimate Watson
memiliki nilai 0,227; 0,315; dan 0,865. Hal
1 ,368a ,135 ,114 1,42616 ,922
ini menunjukkan bahwa ketiga variabel Sumber: Hasil olah data SPSS
independen terbebas dari adanya gejala Hasil uji autokorelasi di atas
heteroskedastisitas. menunjukkan bahwa nilai yang
c. Uji Multikolinearitas dihasilkan dari perhitungan Durbin-
Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas
Watson memiliki nilai 0,922. Nilai yang
Coefficientsa terdapat dalam tabel Durbin-Watson
Collinearity Statistics
dengan 3 variabel independen dan
Model Tolerance VIF jumlah data 126 adalah 1,6608 (dL) dan
1 (Constant)
1,7582 (dU). Melalui tabel tersebut
Potensi Kebangkrutan ,997 1,003
diketahui bahwa nilai 4-dL adalah
Manajemen Laba ,996 1,004 2,3392 dan 4-dU adalah 2,2418. Hasil
Risiko Sistematis ,999 1,001 perhitungan memiliki nilai kurang dari
Sumber: Hasil olah data SPSS
dL dan menandakan bahwa telah terjadi
Hasil pengujian multikolinearitas
autokorelasi positif.
menunjukkan bahwa nilai tolerance dari
Hal tersebut diantisipasi dengan
variabel potensi kebangkrutan,
menggunakan uji autokorelasi dengan
manajemen laba, dan risiko sistematis
menggunakan metode Cochrane Orcutt.
masing-masing bernilai 0,997; 0,996;
(Hidayat, 2015) Nilai yang terdapat
dan 0,999. Kemudian, terkait VIF
dalam tabel Durbin-Watson dengan 3
masing-masing variabel independen
variabel independen dan jumlah data 125
memiliki nilai 1,003; 1,004; dan 1,001.
adalah 1,6592 (dL) dan 1,7574 (dU).
Nilai tolerance berada di atas 0,10 dan
Melalui tabel tersebut diketahui bahwa
VIF kurang dari 10,00 untuk ketiga
nilai 4-dL adalah 2,3408 dan 4-dU
variabel sehingga dapat disimpulkan
adalah 2,2426. Hasil pengujian yang
bahwa tidak terjadi gejala
dilakukan dengan menggunakan data
yang telah ditransformasi ditunjukkan Sum of Mean
dengan tabel berikut: Model Squares df Square F Sig.

Tabel 6. Hasil Uji Autokorelasi 1 Regression 38,825 3 12,942 6,363 ,000b

Residual 248,140 122 2,034


Cochrane Orcutt
Total 286,965 125
Model Summaryb
Sumber: Hasil olah data SPSS
Std. Error
Pada hasil pengujian di atas diketahui
R Adjusted of the Durbin-
Model R Square R Square Estimate Watson
bahwa nilai signifikansi yang tertera
1 ,300a ,090 ,067 1,17439 1,806 dalam tabel kurang berjumlah 0,000
Sumber: Hasil olah data SPSS lebih kecil dari 0,05. Selain itu nilai F
Pada tabel di atas, diketahui nilai hitung berjumlah 6,363 dan F tabel
Durbin-Watson menjadi bernilai 1,806. berjumlah 2,68. Hasil tersebut
Nilai tersebut lebih besar dari 1,7574 dan menyatakan bahwa variabel potensi
kurang dari 2,2426 sehingga dapat kebangkrutan, manajemen laba, dan
disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala risiko sistematis secara simultan
autokorelasi. berpengaruh terhadap harga saham serta
Uji Regresi Berganda model regresi yang digunakan baik atau
a. Uji Koefisien Determinasi signifikan.
Tabel 7. Hasil Uji Koefisien c. Uji t Parsial
Determinasi Tabel 9. Hasil Uji t Parsial
Model Summaryb Coefficientsa
R Adjusted R Std. Error of the Unstandardized Standardized
Model R Square Square Estimate Coefficients Coefficients
1 ,368a ,135 ,114 1,42616 Std.
Sumber: Hasil olah data SPSS Model B Error Beta t Sig.
Berdasarkan hasil di atas dapat 1 (Constant) 5,767 ,216 26,707 ,000

diketahui bahwa 11,4% harga saham Potensi


,291 ,083 ,297 3,521 ,001
Kebangkrutan
dijelaskan oleh variabel potensi
Manajemen
kebangkrutan, manajemen laba, dan 1,074 1,257 ,072 ,855 ,394
Laba
risiko sistematis. Kemudian, 88,6% Risiko
,168 ,069 ,207 2,452 ,016
harga saham dijelaskan oleh faktor lain. Sistematis

b. Uji F Sumber: Hasil olah data SPSS

Tabel 8. Hasil Uji F Pada tabel di atas diketahui bahwa


variabel potensi kebangkrutan,
ANOVAa
manajemen laba, dan risiko sistematis kebangkrutan maka tidak akan mendapat
memiliki nilai masing-masing sebesar perhatian dari investor. Hal tersebut
0,001; 0,394; dan 0,016. Nilai untuk berdampak kepada terjadinya penurunan
variabel potensi kebangkrutan dan risiko harga saham. Potensi kebanngkrutan
sistematis berada di bawah 0,05 sehingga sendiri diukur dengan menggunakan
dapat disimpulkan bahwa hanya kedua model Altman Z-Score. Nilai Z-Score
variabel tersebut yang berpengaruh yang tinggi memberi informasi bahwa
terhadap harga saham atau H1 dan H3 perusahaan berada dalam kondisi sehat
diterima. sehingga permintaan investasi
Pengaruh antara variabel mengalami peningkatan dan harga
independen dan dependen juga dapat saham pun menjadi naik. Hasil ini
dilihat dengan membandingan t tabel sejalan dengan penelitian yang
dengan t hitung. Pada hasil pengujian di dilakukan oleh Irama (2018).
atas diketahui bahwa t hitung untuk Pengaruh Manajemen Laba
variabel potensi kebangkrutan, Terhadap Harga Saham
manajemen laba, dan risiko sistematis Kenaikan laba secara drastis dari satu
masing-masing adalah 3,521; 0,855; dan periode satu ke periode lain dalam
2,452. T tabel yang digunakan sebagai sebuah perusahaan dapat menimbulkan
acuan memiliki nilai sebesar 1,979. Hasil kecurigaan oleh beberapa investor.
akhir menyatakan bahwa nilai t hitung Investor yang naif akan cenderung
variabel potensi kebangkrutan dan risiko langsung merespon positif peningkatan
sistematis lebih besar daripada t tabel laba perusahaan. Namun, investor yang
sehingga dapat dikatakan bahwa kedua memiliki sikap skeptis akan melihat
variabel tersebut memiliki pengaruh terlebih dahulu kewajaran jumlah
terhadap harga saham. peningkatan laba tahun ini dengan tahun
Pembahasan sebelumnya. Sifat investor yang
Pengaruh Potensi Kebangkrutan berbeda-beda tersebut menyebabkan
Terhadap Harga Saham tindakan manajemen laba yang diambil
Saat berinvestasi, investor oleh perusahaan tidak selalu berdampak
memerlukan informasi yang terhadap peningkatan permintaan
menunjukkan bahwa perusahaan sehat. investasi. Oleh karena itu, manajemen
Perusahaan yang dinyatakan mengalami laba tidak memiliki pengaruh terhadap
harga saham. Hasil tersebut searah PENUTUP
dengan penelitian yang diakukan oleh Kesimpulan
Laili (2013), tetapi bersifat kontra Berdasarkan hasil dari penelitian
dengan penelitian yang dilakukan oleh yang telah dilakukan dengan metoda
Phan (2018). analisis regresi berganda dapat ditarik
Pengaruh Risiko Sistematis Terhadap beberapa kesimpulan, yakni:
Harga Saham 1. Potensi kebangkrutan
Pada model Capital Assets Price berpengaruh positif terhadap
Model, dijelaskan bahwa risiko harga saham.
sistematis (beta) memiliki hubungan 2. Manajemen laba tidak
dengan tingkat imbal hasil yang berpengaruh terhadap harga
diharapkan. Hubungan yang terdapat di saham.
antara keduanya bersifat positif. Ketika 3. Risiko sistematis berpengaruh
risiko sistematis mengalami kenaikan, positif terhadap harga saham.
umumnya tingkat imbal hasil yang Keterbatasan
diharapkan juga akan mengalami Pada penelitian ini, terdapat
kenaikan. Kemudian, ketika tingkat keterbatasan yang dihadapi oleh penulis.
imbal hasil yang diharapkan mengalami Keterbatasan tersebut menyebabkan
kenaikan, harga saham akan mengikuti. kemungkinan timbulnya kelemahan di
Hal ini disebabkan meskipun risiko yang dalam penelitian. Penelitian yang
akan dihadapi tinggi, tetapi investor dilakukan belum mempertimbangkan
memiliki kemungkinan untuk faktor makro ekonomi yang
memperoleh imbal hasil yang tinggi mempengaruhi pergerakan harga saham,
pula. Perolehan imbal hasil yang tinggi seperti tingkat suku bunga, inflasi, dan
memotivasi investor untuk berlomba sebagainya.
lomba melakukan investasi. Dampak Saran
yang dihasilkan dari banyaknya Berdasarkan keterbatasan di atas,
permintaan tersebut adalah peningkatan terdapat saran yang diharapkan dapat
harga saham. Hasil tersebut sejalan dilakukan pada penelitian-penelitian
dengan penelitin yang dilakukan oleh selanjutnya. Peneliti dapat
Arief, Nurhayati, dan Utami (2014) serta mempertimbangkan penggunaan faktor
Prakoso (2014). makro ekonomi yang dapat
mempengaruhi pergerakan harga saham, Hartono, J. (2017). Teori Portofolio
seperti inflasi, tingkat suku bunga, dan Analisis Investasi (Edisi 11).
pertumbuhan ekonomi, dan sebagainya. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Irama, O. N. (2018). Pengaruh Potensi
Altman, E. I., & Hotchkiss, E. (2006). Kebangkrutan Terhadap Harga
Corporate Financial Distress and Saham Pada Perusahaan
Bankruptcy: Predict and Avoid Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Bankruptcy, Analyze and Invest in Efek Indonesia. Jurnal Bisnis Net,
Distressed Debt. New Jersey: John 1(1).
Wiley & Son, Inc. Jensen, M. C., & Meckling, W. H.
Ardian, A. & Khoiruddin, M. (2014). (1976). Theory of The Firm:
Pengaruh Analisis Kebangkrutan Managerial Behaviour Agency
Model Altman Terhadap Harga Costs and Ownership Structure.
Saham Perusahaan Manufaktur. Journal of Financial Economics, 3,
Management Analysis Journal, 308.
1(3), 1. Jones, J. J. (1991). Earnings
Arief, M. R. H., Nurhayati, & Utami. E. Management During Import Relief
S. (2014). Analisis Faktor Investigations. Journal of
Fundamental Keuangan dan Risiko Accounting Research, 29(2), 206-
Sistematis Terhadap Harga Saham 212.
Perusahaan LQ45 Di Bursa Efek Kothari, S. P., Leone, A. J., & Wasley,
Indonesia (BEI). (S1), Universitas C. E. (2005). Performance Matched.
Jember, Jember. Discretionary Accrual Measures.
Dechow, P. M., Sloan, R. G., & Journal of Accounting and
Sweeney, A. P. (1995). Detecting Economics, 39(1), 163-197.
Earning Managements. The Laili, Z. (2013). Pengaruh Manajemen
Accounting Review, 70(2), 199. Laba Terhadap Harga Pasar Saham
Hartono, J. (2013). Metodologi di Bursa Efek Indonesia. (S1),
Penelitian Bisnis: Salah Kaprah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
dan Pengalaman-Pengalaman Perbanas, Surabaya.
(Edisi 6). Yogyakarta: BPFE Lestari, A. D. A., Cacik, R. D., &
Yogyakarta. Nurlaily, F. (2020). Pengaruh
Altman Z-Score Terhadap Harga Setiawati, L., & Saputro, J. A. (2004).
Saham (Studi Kasus Pada Kesempatan Bertumbuh dan
Perusahaan Sektor Jasa Manajemen Laba: Uji Hipotesis
Telekomunikasi dan Subsektor Polytical Cost. Jurnal Riset Akuntansi
Penyedia Menara Telekomunikasi Indonesia, 7(2), 251-263.
yang Terdaftar di BEI Periode 2015- Simorangkir, Eduardo. (2019). Benarkah
2018). Jurnal Administrasi Bisnis Fintech Jadi Ancaman Buat Bank?.
Universitas Brawijaya Malang, https://m.detik.com/finance/fintech/d
78(1), 66. -4542888/benarkah-fintech-jadi-
Phan, T. D. Q. (2018). Research on The ancaman-buat-bank
Effect of Earnings Management on Prihadi, T. (2011). Analisis Laporan
Stock Price Informativeness in Keuangan Teori dan Aplikasi.
Vietnam. (S3), University of Jakarta: PPM.
Danang, Vietnam. Upayarto, Budi. (2012). Pengaruh
Prakoso, H. (2014). Pengaruh Kinerja Manajemen Laba Pada Laporan
Keuangan dan Beta Saham Keuangan yang Diterbitkan
Terhadap Harga Saham Pada Terhadap Harga Saham Syariah
Perusahaan yang Masuk di Jakarta (Studi Pada Perusahaan yang
Islamic Index Tahun 2008-2001. termasuk dalam Jakarta Islamic
(S1), Univesitas Islam Negeri Sunan Index (JII) Periode Tahun 2004-
Kalijaga, Yogyakarta. 2007 di BEI. Jurnal Akuntansi Riset
Rorong, A., Saerang, I. S., & Untu, V. Prodi Akuntansi UPI, 4(1), 691.
(2017). Analisis Risiko Sistamatis Wijaya, A. S. (2019). Perkembangan
dan Faktor Fundamental Terhadap Fintech dan Pengaruhnya di
Harga Saham Pada Perusahaan Indonesia.
Sektor Properti yang Terdaftar di https://sis.binus.ac.id/2019/07/19/p
Bursa Efek Indonesia. Jurnal erkembangan -fintech-dan-
EMBA, 5(3), 4015. pengaruhnya-di-indonesia/
Ross, S. A., Westerfield, R. W., Jordan, Wolk, E. A. (2001). Signaling, Agency
B. D., Lim, J., & Tan, R. (2015). Theory, Accounting Policy Choice.
Pengantar Keuangan Perusahaan Accounting and Business Research,
(Edisi 1). Jakarta: Salemba Empat. 18, 47-56.

Anda mungkin juga menyukai