6695 12945 1 SM
6695 12945 1 SM
Disusun Oleh:
Della Ramadhani Safira (165020301111049)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Dosen Pembimbing:
Nurlita Novianti, SE., MSA., Ak.
ABSTRACT
Utilizing secondary data, this research aims to predict and explain the effect of
potential bankruptcy, earnings management, and systematic risk on stock prices. The data
used in this study is banking companies with complete financial statement data, listed on
the Indonesia Stock Exchange between 2016 and 2018. The purposive sampling method
used obtains a total of 42 companies and 126 data analyzed by using Multiple Regression.
The final results indicate that bankruptcy and systematic risk variables partially have a
positive effect on stock prices, while the earnings management variable has no effect on
stock prices. It is expected that this research can be of a reference for investors to
consider and evaluate, for instance, what triggers stock price movement to maximize
profits through systematic risk, when investing in companies listed on the stock exchange
Keywords: Potential Bankruptcy, Earnings Management, Systematic Risk, Stock Prices, Altman
Z-Score, Modified Jones, Capital Assets Pricing Model.
ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan data sekunder bertujuan
untuk memprediksi dan menjelaskan pengaruh potensi kebangkrutan, manajemen laba,
dan risiko sistematis terhadap harga saham. Data yang digunakan pada penelitian ini
adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
2016-2018 dan memiliki data laporan keuangan yang lengkap. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan metode purposive sample dengan jumlah total 42
perusahaan dan 126 data. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalaah
Regresi Berganda. Hasil akhir penelitian menunjukkan bahwa variabel potensi
kebangkrutan dan risiko sistematis secara parsial berpengaruh positif terhadap harga
saham, sedangkan variabel manajemen laba tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Implikasi penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi bagi
investor ketika akan melakukan investasi pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek,
seperti mempertimbangkan penyebab dari pergerakan harga saham yang terjadi dan
memaksimalkan keuntungan melalui risiko sistematis.
Kata Kunci: Potensi Kebangkrutan, Manajemen Laba, Risiko Sistematis, Harga Saham,
Altman Z-Score, Modified Jones, Capital Assets Pricing Model
PENDAHULUAN mengetahui tren historis sebuah
Harga saham merupakan hal pertama pergerakan saham. Ketiga informasi
yang wajib dilihat bagi investor sebelum tersebut diyakini dapat mempengaruhi
mengambil keputusan untuk membeli harga saham sebuah perusahaan,
saham perusahaan. Hal ini disebabkan, khususnya perusahaan perbankan.
harga saham menggambarkan kondisi Perkembangan perbankan sendiri tidak
dari suatu perusahaan. Penurunan kinerja terlepas dari berbagai isu yang
perusahaan dapat tercermin dari melingkupinya. Salah satu isu yang
penurunan harga saham, begitu pun sempat terangkat adalah kemunculan
sebaliknya. Secara umum, ketika harga berita mengenai financial technology
saham rendah investor akan melakukan pada tahun 2016 yang menyebabkan
pembelian saham dengan tujuan dijual harga saham perbankan hingga saat ini
pada saat kinerja perusahaan membaik. mengalami ketidakstabilan.
Analisis mengenai penyebab perubahan Financial technology merupakan
harga saham yang akan dibeli sangat fenomena global yang disebabkan oleh
penting untuk dilakukan sehingga kemunculan teknologi-teknologi bersifat
kerugian dapat dihindari. disruptive. Teknologi disruptive adalah
Pada transaksi investasi, terdapat sebuah inovasi yang berhasil
beberapa informasi yang dibutuhkan mentransformasi suatu sistem atau pasar
oleh investor untuk dijadikan yang saat ini ada dan menggantinya
pertimbangan dalam membeli saham, dengan suatu sistem baru dengan
antara lain potensi kebangkrutan, menawarkan kepraktisan, kemudahan
manajemen laba, risiko investasi. akses, kenyamanan dan biaya yang lebih
Potensi kebangkrutan merupakan ekonomis. Financial technology timbul
informasi pertama yang wajib diketahui sebab masyarakat memerlukan alternatif
investor, apakah perusahaan yang akan dari jasa industri keuangan yang lebih
dibeli sahamnya merupakan perusahaan demokratis dan transparan serta layanan
sehat atau tidak secara finansial. Selain keuangan yang lebih efisien dan
potensi kebangkrutan, informasi menjangkau masyarakat luas. (Wijaya,
mengenai manajemen laba juga penting 2019)
untuk diketahui. Risiko investasi pun Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa
turut digunakan sebagai acuan untuk Keuangan (OJK) mencatat hingga tahun
2019, lebih dari 176 financial technology menjadi sangat kecil bahkan tidak ada.
telah terdaftar. (Simorangkir, 2019) Penurunan tersebut kemudian
Jumlah ini diperkirakan akan terus memotivasi perusahaan untuk
bertambah seiring dengan kebutuhan melakukan manajemen laba sehingga
dari masyarakat yang kian meningkat. laba yang dimiliki menjadi tinggi dan
Financial technology juga mampu kinerja perusahaan terlihat baik.
menjangkau lapisan masyarakat yang Manajemen laba sendiri merupakan
tidak terjangkau oleh bank. Hal tersebut teknik yang digunakan oleh perusahaan
kemudian menimbulkan kekhawatiran untuk memanipulasi jumlah laba
bagi investor sebab kemunculan menjadi lebih tinggi maupun lebih
financial technology dapat memicu rendah.
ketidakstabilan bank yang mereka Risiko sistematis sendiri merupakan
investasikan. Worldbank menyatakan komponen yang dapat menentukan
bahwa pada wilayah Asia, keberadaan tingkat kesensitifan harga terhadap
perusahaan berbasis financial Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
technology, seperti Alibaba dan Gojek Risiko sistematis (beta) merupakan
memberikan tekanan tersendiri untuk risiko yang ditimbulkan oleh kondisi
institusi keuangan yang masih bersifat pasar dan cenderung sulit untuk
tradisional. dihindari. Beta seringkali digunakan
Secara umum, kinerja perusahan yang oleh analis sebagai salah satu dasar untuk
memburuk dapat memicu terjadinya menentukan saham perusahaan yang
suatu kebangkrutan. Kebangkrutan ingin diinvestasikan.
sendiri merupakan kondisi ketika Berdasarkan uraian yang telah
perusahaan tidak lagi mampu untuk dijabarkan, peneliti bermaksud
melunasi kewajiban. Perusahaan yang melakukan penelitian dengan judul
mengalami kebangkrutan akan memiliki “Pengaruh Potensi Kebangkrutan,
harga saham rendah. Penurunan harga Manajemen Laba, dan Risiko
saham yang disebabkan oleh Sistematis Terhadap Harga Saham
kebangkrutan perusahaan wajib (Studi Pada Perusahaan Perbankan
dihindari. yang Terdaftar di Bursa Efek
Kebangkrutan perusahaan dapat Indonesia Tahun 2016-2018)”.
menyebabkan laba yang diperoleh LANDASAN TEORI
Teori Sinyal (Prihadi, 2011: 332) Kondisi tersebut
Teori sinyal merupakan teori yang dipicu oleh berbagai macam faktor,
mengasumsikan bahwa seringkali seperti permasalahan ekonomi, hukum,
terdapat asimetri informasi dalam hingga teknologi. Kebangkrutan sering
hubungan yang terjadi antara manajer disebut pula sebagai likuidasi
dengan investor. Pada teori ini, perusahaan dan gejala awal yang terjadi
dinyatakan bahwa manajer memiliki seringkali disebut sebagai potensi
informasi yang tidak diketahui oleh kebangkrutan.
investor. Menurut teori sinyal, Model Altman Z-Score
pengungkapan informasi perusahaan Model Altman Z-Score sendiri
merupakan hal yang sangat penting dicetuskan oleh seorang peneliti
untuk dilakukan. (Wolk, et. al, 2001) bernama Altman (1968). Penelitian
Teori Keagenan tersebut dilakukan dengan menggunakan
Hubungan keagensian merupakan sampel berupa 66 perusahaan
hubungan yang terjadi antara beberapa manufaktur, 33 di antaranya merupakan
pihak (principal) terhadap pihak lain perusahaan yang mengalami
(agen) terkait pemberian wewenang kebangkrutan dan sisanya sehat. Selain
untuk mengelola perusahaan. (Jensen itu, terdapat 22 rasio yang berpotensi
dan Meckling, 1976) Konflik yang untuk dievaluasi dan dimasukkan ke
terjadi di dalam sebuah perusahaan dalam persamaan untuk mengukur
seringkali menyangkut hubungan antar potensi terjadinya kebangkrutan.
anggota yang terdapat di dalam Setelah dievaluasi, dari 22 rasio
perusahaan. Hal ini dapat terjadi ketika tersebut terpilih 5 rasio yang
pemegang saham memutuskan untuk dikombinasikan menjadi satu dalam
menyerahkan wewenang untuk sebuah persamaan untuk memprediksi
mengelola operasi perusahaan kepada terjadinya kebangkrutan.
manajer. Pada tahun 1983, Altman
Kebangkrutan mengembangkan kembali model untuk
Kebangkrutan merupakan keadaan mengukur kebangkrutan perusahaan
ketika sebuah perusahaan mengalami karena model sebelumnya hanya
kesulitan finansial sehingga tidak lagi berfungsi secara akurat untuk
mampu untuk memenuhi kewajibannya. perusahaan manufaktur. Model yang
selanjutnya dikembangkan bertujuan negatif. Kegiatan manajemen laba
untuk memprediksi kebangkrutan yang dikatakan positif apabila dapat
terdapat pada perusahaan swasta dan menguntungkan perusahaan serta
perusahaan non-manufaktur. Persamaan informasi yang disajikan tidak
yang digunakan untuk memprediksi menyesatkan pengguna laporan.
kebangkrutan perusahaan non- Model Modified Jones
manufaktur ialah: Model Jones pertama kali dicetuskan
Z = 3,25 + 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4 oleh seorang peneliti bernama Jones
Sumber: Altman (2006: 248)
(1991). Model ini berusaha untuk
Keterangan:
menyederhanakan asumsi bahwa akrual
Z = Nilai Z-Score
nondiskresioner memiliki sifat konstan.
X1 = Modal Kerja/Total Aset Pada model Jones, efek atas perubahan
X2 = Saldo Laba/Total Aset lingkungan ekonomi yang terjadi kepada
X3 = Laba Sebelum Bunga dan perusahaan terhadap akrual non-
Pajak/Total Aset diskresioner dikendalikan.
X4 = Nilai Buku Ekuitas/Nilai Buku Setelah dievaluasi, ternyata model
Total Hutang tersebut memiliki suatu kelemahan,
Kriteria: yakni menimbulkan kebiasan estimasi
1. Z < 1,1 menandakan bahwa dari manajemen laba terhadap nilai nol.
perusahaan mengalami kebangkrutan Keterbatasan tersebut menyebabkan
2. 1,1 < Z < 2,6 menandakan bahwa timbul model Jones yang dikembangkan
perusahaan berada pada grey area kembali oleh Dechow et., al. (1995).
3. 2,6 < Z menandakan bahwa Pengembangan dilakukan dengan
perusahaan tidak mengalami menambahkan unsur piutang ke dalam
kebangkrutan persamaan yang digunakan untuk
Manajemen Laba memprediksi manajemen laba.
Manajemen laba merupakan upaya Beberapa tahun kemudian model
campur tangan pihak manajemen untuk Jones kembali dimodifikasi oleh Kothari
memanipulasi laporan keuangan (2005). Modifikasi ini dilakukan dengan
sehingga dapat meningkatkan laba dan menambahkan unsur Return On Assets
menguntungkan manajer maupun (ROA) dalam persamaan yang
perusahaan. (Saputro dan Setiawati, digunakan untuk memprediksi
2004) Hal ini dapat berarti positif dan
manajemen laba. Persamaan yang Model)
digunakan pada model Jones modifikasi Capital Asset Pricing Model
Kothari adalah: merupakan model yang digunakan untuk
1. TAC = Niit – CFOit memperkirakan total return yang
2. TAit/Ait-1 = β1 (1/Ait-1) + β2 (ΔREVit/Ait-1) + β3
kemungkinan diperoleh ketika
(PPEit/Ait-1) + β4 (ROAit/Ait-1) + ʋt
3. NDAit = β1 (1/Ait-1) + β2 (ΔREVit/Ait-1 - melakukan investasi pada suatu saham.
ΔRECit/Ait-1) + β3 (PPEit/Ait-1) + β4 (ROAit/Ait-1) Model ini diciptakan dan dikembangkan
4. DAit = TAit/Ait-1 - NDAit oleh beberapa peneliti secara terpisah,
Sumber: Kothari (2005)
antara lain Sharpe (1964), Lintner
Keterangan:
(1965), dan Mossin (1696). (Hartono,
DAit = Akrual diskresioner pada tahun t
2017: 575) Pada model CAPM,
NDAit = Akrual non diskresioner pada persamaan yang digunakan adalah:
tahun t E(Ri) = RBR + βi . [E(RM) – RBR]
Risiko sistematis merupakan risiko informasi yang menjadi sinyal bagi para
penyebab terjadinya risiko ini umumnya kebangkrutan, maka investor tidak akan
berasal dari pasar sehingga cenderung berminat untuk melakukan investasi. Hal
Descriptive Statistics
Metode Glejser
Std. Coefficientsa
N Minimum Maximum Mean Deviation Unstandardized Standardized
Manajemen Coefficients Coefficients
126 -,84 ,19 ,0001 ,10166
Laba Std.
Risiko Model B Error Beta t Sig.
126 -4,40 7,27 ,7240 1,86032
Sistematis
1 (Constant) ,00
Potensi 1,042 ,120 8,663
126 -2,97 8,26 2,0384 1,54748 0
Kebangkrutan
Potensi ,22
Harga Saham 126 3,91 10,17 6,4814 1,51516 ,056 ,046 ,109 1,215
Kebangkrutan 7
Valid N
126 Manajemen ,31
(listwise) ,707 ,700 ,091 1,009
Laba 5
Sumber: Hasil olah data SPSS
Risiko ,86
Uji Asumsi Klasik ,007 ,038 ,015 ,170
Sistematis 5
a. Uji Normalitas Sumber: Hasil olah data SPSS
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas
Data dapat dinyatakan terbebas dari multikolinearitas.
gejala heteroskedastisitas ketika memiliki d. Uji Autokorelasi
nilai signifikansi melebihi 0,05. Pada Tabel 5. Hasil Uji Autokorelasi
kolom signifikansi tertera bahwa variabel Model Summaryb