Anda di halaman 1dari 5

I.

Kata Pengantar
Cerita mengenai Lot dan kedua anak perempuannya yang sekaligus menjadi cerita
bagi asal-usul bangsa Moab dan Amon ini merupakan sebuah tambahan pada bab 19 dari
kitab Kejadian. Ia berasal dari tradisi bangsa Moab dan Amon, bdk Bilangan
22:361.Kunci untuk memahami cerita tersebut terletak pada ayat 37 dan 38 “dialah bapa
orang Moab dan Amon yang sekarang” ini 2. Sebagai anak-anak yang berasal dari Lot,
kedua bangsa tersebut dicirikan sebagai sanak saudaranya yang sedarah daging dengan
Israel menurut keturunan.
Tetapi dalam cerita tentang hubungan bangsa-bangsa dikatakan pula bahwa
keasingan dan kelainan Israel dari Moab dan Amon. Perkawinan yang terjadi di antara
sanak saudara yang karib dilarang dengan keras oleh taurat. Bagi Israel seluruh adat
perkawinan bangsa Moab dan Amon merupakan suat kecemaran dan kekejian:
Perkawinan sumbang yang menentang dengan kemauan Allah yang suci.3

II. Isi
A. Pengertian Hukum Taurat
Kata Ibrani Torahatau kata Arab Taurat memiliki beberapa arti yakni,
pengajaran, hukum, peraturan dan Keputusan yang terkait kasus tertentu. Namun
demikian arti pertamanya adalah pengajaran dan Keputusan. Berhubung bahwa
pengajaran dan Keputusan tersebut bersifat mengikat, maka hukum tersebut juga
bersifat wajib untuk di taati oleh semua orang.
Menurut perhitungan para Rabbi atau guru agama Yahudi , dalam kitab Taurat
atau Pentateukh (kelima kitab Musa: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan
Ulangan), terdapat 613 ketetapan atau peraturan hukum, yang terdiri dari 248 perintah
dan dan 365 larangan.4

B. Lot dan kedua anak perempuannya dan hukum taurat tentang perkawinan yang sah.
Dalam kelima kitab Musa yang kita sebut sebagai Kitab Pentateukh terdapat
lima macam kumpulan ketetapan atau peraturan hukum yang berasal dari sumber dan
zaman yang berbeda. Kelima kumpulan tersebut secara teknis diberi nama, hukum

1
Kitab Suci Katolik, Pengantar dan Catatan Lengkap, Ende, Arnoldus Ende.
2
Tafsiran Alkitab, Kejadian 12:4-25:18, Jakarta, PT. BPK Gunung Mulia, 246.
3
Tafsiran Alkitab, Kejadian 12:4-25:18, Jakarta, PT. BPK Gunung Mulia, 246-247.
4
P. Hendrik Njiolah, Hukum Agama dalam Perspektif Kitab Suci, Suatu Tinjauan, Yogyakarta, Yayasan Pustaka
Nusatama, 9.

KitabTauratdansejarah Page1
dasar, hukum perjanjian, hukum ulangan, hukum kekudusan dan hukum peribadatan
atau imamat. Berkaitan dengan tema ‘hukum taurat tentang perkawinan’, maka saya
menitikberatkan fokus saya pada teks Imamat yang berbicara mengenai hukum
kekudusan. Khususnya pada Imamat, bab.18.19 dan 20.
Pada bab 18 ini disajikan secara mendetail akan kudusnya sebuah perkawinan
dan hukuman-hukuman atas perbuatan yang melawan perintah Allah. Teks ini diawali
dengan firman Tuhan kepada Musa, “berbicaralah kepada orang Israel dan katakan
kepada mereka: Akulah Tuhan Allahmu. Janganlah kamu berbuat seperti yang
diperbuat orang di tanah Mesir, dimana kamu diam dahulu, juga janganlah kamu
berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Kanaan, kemana Aku membawa kamu,
janganlah kamu hidup menurut kebiasaan mereka (Im. 18,1-3).”
Pada kedua bab selanjutnya yakni bab 19 dan 20 masih juga berbicara
mengenai kekudusan hidup umat Allah. Menarik bahwa, kedua bab ini seperti juga
pada bab 18, diawali dengan sabda atau firman Tuhan kepada Musa yang kemudian
diteruskan kepada orang-orang Israel (Im. 19,1-3. 20,1-2). Secara keseluruhan ketiga
bab ini mengangkat kasus yang kurang lebih sama, yaitu ketidaksahan sebuah
hubungan seks dan akibat yang ditanggung dari perbuatan tersebut.
Banyak peraturan danlarangan dalam kitab Imamat 18 berkaitan dengan
hubungan seks terlarang yang dilakukan terhadapkerabat-kerabatnya yang
terdekat.Beberapa kutipan, dalam ayat 7, dikatakan bahwa, janganlah kausingkapkan
aurat istri ayahmu, karena ia hak ayahmu, dan dia adalah ibumu. Dalam ayat 9,
mengenai aurat saudaramu perempuan, anak ayahmu atau ibumu, baik yang lahir di
rumah ayahmu atau ibumu, janganlah kausingkapkan auratnya. Ayat 10, mengenai
aurat anak perempuan dari seorang istri ayahmu, yang lahir pada ayahmu sendiri,
janganlah kausingkapkan auratnya, karena ia saudaramu perempuan. Pada ayat
sepuluh ini secara secara impilisit mau menegaskan juga bahwa seseorang tidak
diperbolehkan untuk menyingkapkan aurat anak perempuan yang lahir dari darah
dagingnya sendiri.
Menarik juga bahwa jika kisah mengenai Kejadian 19:1-8, Sodom dan
Gomoradihancurkan dan Lot diselamatkan dengan kisah dalam Hakim-hakim 19:1-
26, kisah tentang perbuatan noda di Gebea, dari kedua kisah ini kita bisa menarik
sebuah kemiripan yakni berkaitan dengan pelangaran yang dilakukan oleh seorang
ayah terhadap anak-anak gadisnya demi menyelamatkan nyawa orang lain. Sebuah
tindakan menyerahkan dengan perintah untuk ‘perbuatlah kepada mereka seperti yang

KitabTauratdansejarah Page2
kamu pandang baik’ (Kej. 19:8) atau ‘diperkosa’ (Hak.19,24). Kedua kisah ini
dikatakan sebagai sebuah tindakan yang berdosa karena sesuai dengan kudusnya
perkawinan yang ditawarkan dalam Imamat 18:21, di sana dikatakan bahwa,
“janganlah kauserahkan seorang dari anak-anakmu untuk dipersembahkan kepada
Molokh, supaya jangan engkau melanggar kekudusan nama Allahmu, Akulah
Tuhan”.“Persembahan kepada Molokh” secara harfiah melampaui, melalui terhadap
Molokh. Itu kelihatan menjadi sebuah penyimpangan frase yang digunakan dimana
pun (I King, 23:10), “untuk membuat seorang anak lewat melalui api menuju
Molokh”5.Ayat ke-21 ini secara eksplisit melarang mengorbankan seorang anak. Ayat
ini memiliki paralel dalamImamat 20:2-5, dikatakan bahwa, “setiap orang, baik dari
antara orang Israel maupun dari antara orang asing yang tinggal ditengah-tengah
orang Israel, yang menyerahkan seorang dari anak-anaknya kepada Molokh, pastilah
ia dihukum mati, yakni rakyat negeri harus melontari dia dengan batu”.
Dalam tafsiran lain, kisah dalam Kejadian 19:30-38 cenderung mengarah pada
dua arah. Kebanyakan biasa memahami teks ini sebagai kesimpulan pada kisah Lot,
tingkat akhir yang turun-naik, menunjukkan kedalaman iman seseorang yang telah
jatuh. Itu menunjukkan sebuah kemungkinan perjalanan iman bagi siapa saja seperti
yang dialami Abraham. Lot menjumpai sebuah akhir dari kehancuran kota-kota yang
dari sana ia di angkat. Sekalipun, ketakutannya berada di Zoar mungkin berarti dia
tidak menerima salah satu dari orang-orang disana.
Lot yang awalnya telah menyerahkan anak-anak perempuannya pada
pelecehan seksual, ironisnya menjadi seseorang yang turut serta menyukseskan
sebuah perbuatan, tapi pasif. Jadi dia menjadi objek pasif dari hubungan seks.
Dengan cara demikian narator memberikan hukuman yang tajam terhadap Lot atas
penyerahan kedua putrinya.
Tafsiran yang lain memperlihatkan kisah ini sebagai sebuah awal baru; putri
Lot mengambil inisiatif untuk melanjutkan keturunan ayat 32,34. Paralel dengan 9:18-
27 yang telah memperlihatkan, termasuk keadaan mabuk, ketidaklayakan hubungan
seks, fokus pada ilmu bangsa-bangsa, dan masalah untuk melanjutkan keturunan
(penekanan pada Zoar dalam ayat 30 menunjukkan bahwa kedua putri tersebut
memfokuskan tentang keturunan bagi keluarga, bukan menambah jumlah populasi di
dunia). Seperti sebuah ‘perbuatan yang nekat’ beresornasi, khususnya dengan kisah

5
K.L. Barker & J.R. Kohlenberger, Zonderven NIV Bible Commentary, Old Testamnet, Michigan, Zondervan
Publishing House. 147.

KitabTauratdansejarah Page3
Tamar (bab 38 dan para Bidan dalam Keluaran) 6. Orang barat berbicara akan tindakan
memberontak melawan standar-standar moralitas yang berlaku untuk tujuan hidup
yang terpuji dan keluarga yang baik.

C. Kemurnian hubungan seks,Imamat, 18:19-20.


Ayat-ayat ini menjelaskan tentang perzinahan sebagai suatu larangan yang
khusus dan termuat dalam Perintah ketujuh, “Jangan berzinah” (Kel. 20:14; Ul.22:22).
Penyimpangan seksual yang lain dikatakan mendapatkan berbagai hukuman.
Pergaulan dengan seorang perawan mewajibkan orang itu untuk menikah (Ul.22:28-
29). Tetapi pelanggaran terhadap istri seorang pria menghancurkan ikatan perkawinan
dan menghancurkan rumah tangga. Orang dengan mudah memanggil itu “menyontek
atau menjiplak” saat ini, tapi dalam pandangan Tuhan itu merupakan kesalahan yang
besar.7
Tindakan Homoseksual juga merupakan perbuatan yang sangat dibenci oleh
Tuhan. Hukuman diberikan (Im.20:13) adalah hukuman yang besar. Homoseksual
juga dikumandangkan dalam Roma 1-26-27. Dosa ini merupakan dikenal baik di
antara orang Kana-saksiSodom (Kej 19”5) dan Gibea (Hak. 19:22) tapi itu merupakan
kejahatan tanpa pengetahuan dalam pandangan Tuhan. Dengan jelas “pandangan
gereja terhadap homoseksual”, homoseksual yang semakin merajalela, dapat ada
hanya dimana orang harus membuang kuasa Kitab suci.
Sifat kebinatangan adalah juga dihukum mati (Im.20:15-16; Kel, 22:19, Ul.
27:21). Ini merupakan perbuatan kejahatan yang tak wajar akan kesucian dari
hubungan seksual.Sifat kebinatangan juga disebutkan dalam Imamat 18:23, itu
merupakan sesuatu yang dilarang. Itu juga dekat dengan hukuman mati. Juga dalam
Keluaran 22:19 hal tersebut juga terdaftar dalam kesalahan-kesalahan yang besar dan
dalam Ulangan 27:21, itu termasuk diantara sumpah-sumpah atau kutukan di gunung
Ebal.8
Dari perikop ini dapat di tarik sebuah sintesa bahwa pada prinsipnya Tuhan
menolak setiap bentuk penyimpangan dari hubungan seks. Sebab, jika kita melihat
dalam Kitab Kejadian, di sana dikatakan bahwa pada awalmulanya Tuhan

6
N.M. Alexander, The New Interpreter’s Bible, General Article, Vol.1, Nashville, Abingdon Press, 475-476.
7
K.L. Barker & J.R. Kohlenberger, Zonderven NIV Bible Commentary, Old Testamnet, Michigan, Zondervan
Publishing House. 146.
8
Zonderven NIV Bible Commentary, Old Testamnet, Michigan, Zondervan Publishing House.152.

KitabTauratdansejarah Page4
menciptakan manusia pria dan wanita seturut dengan rupanNya dan memberkati
mereka, dan memerintahkan untuk beranak cucu dan penuhilah muka bumi, (bdk.
Kej.1:27-28). Dengan demikian, setiap bentuk hubungan seks yang tidak sah seperti
yang dipaparkan dalam Kitab Imamat 18:19-20 ini bertentangan dengan kehendak
Tuhan.

III. Penutup
Dalam keseluruhan kelima kitab Musa atau Pentateukh, kita dapat menemukan satu
kitab yang secara khusus berbicara bagaimana seseorang harus bertindak dan berprilaku
dalam kehidupannya. Kitab tersebut yang kita sebut sebagai kitab Imamat. Dalam kitab ini
kita menemukan berbagai aturan hidup yang berkaitan dengan nilai-nilai moralitas. Kitab ini
berisikan berbagai aturan dan larangan yang harus di taati oleh setiap orang yang hendak
mencapai sebuah kesucian dan kekudusan hidupnya.
Berkaitan dengan tema diatas, dapat dikatkan bahwa, hubungan seks yang dilakukan
oleh kedua anak perempuan terhadap ayahnya (kisah Lot dan kedua anak perempuannya, Kej.
19:30-38), merupakan suatu perbuatan yang pada saat perbuatan itu dilakukan belum ada
aturan yang mengatur hidup secara sistematis. hal ini menjadi berbeda jika kita kaitkan
dengan hukum Musa. Karena adanya hukum Musa yang mengatur tentang hubungan manusia
dan Tuhan serta hubungan antara manusia dan manusia (moralitas) baru ada setelah dari
kejadian ini.
Dengan demikian, muncul pertanyaan dalam diri saya, apakah perbuatan itu dapat
dibenarkan secara hukum atau tidak? Dengan melihat pembahsan diatas dalam keterkaitan
dengan hukum Musa dapat saya simpulkan bahwa, perbuatan tersebut tidak dapat dibenarkan
secara hukum. Karena bagaiman pun juga, perbuatan tersebut melangar perintah kekudusan
dari Allah yang termuat dalam Kitab Imamat bab 20 tentang kekudusan umat Allah.
Hukum akan kekudusan dari tradisi Imam juga sangat jelas tercantum dalam
pembukaan Imamat 19. “Youmustbeholy, for I the Lord yourGodamHoly”. Seruan dari ayat
ini hendak mengajak kita untuk menjaga kekudusan hidup, yakni dengan
pertanggungjawaban dalm kaitan dengan hubungan seks yang sah dan kesetiaan kepada
Allah9. Sehingga akhirnya setiap orang yang hidup dalam aturan Tuhan dapat
memperolehkan berkat dariNya

9
R.M. Paterson,Tafsiran Alkitab, Kitab Imamat, Jakarta, PT. BPK Gunung Mulia,282.

KitabTauratdansejarah Page5

Anda mungkin juga menyukai