Anda di halaman 1dari 1

Al ta’dib

Ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada
manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan
sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan
keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya.

Kata ta’dib lazimnya diinterpretasikan dengan kata melatih atau Membiasakan, serta memiliki
asal kata makna dasar sebagai berikut:

1.Kata Ta’dib yang merujuk pada akar kata “adaba-ya’dubu” yang Mengandung arti melatih, dengan
tujuan agar peserta didik dapat lebih berada

2. Kata Ta’dib yang merujuk pada akar kata “adaba-yu’dibu” yang Diinterpretasikan dengan arti
menggelar pesta atau jamuan dengan berperilaku sopan santun.

3. Sedangkan kata addabu yang bermetamorfosis menjadi kata ta dib Memiliki arti mendidik,
melatih, memperbaiki, mendisiplinkan, dan Kemudian melakukan tindakan.

Al-Naquib al-Attas mengetengahkan kata ta’dib sebagai representasi konsep dari pendidikan Islam.
Menurutnya, penggunaan kata ini adalah tepat untuk merepresentasikan pengertian pendidikan,
dan menurutnya kata tarbiyah terlalu melebar sebab istilah pendidikan ini di dalamnya terkandung
pula pendidikan untuk binatang. Al-Naquib al-Attas menguraikan pula bahwa istilah ta ‘dib adalah
masdar dari fi’il addaba yang dapat dimaknai sebagai pendidikan. Turunan dari fi’il addaba ini
menurutnya adalah kata adabun

Kata adabun ini dapat dimaknai sebagai upaya mengenal dan mengakui hakikat pengetahuan
dan wujud yang memiliki keteraturan dalam sifatnya dan hierarkisme yang sejalan dengan berbagai
levelnya, serta berkaitan dengan posisi seorang yang tepat dalam korelasi nya dengan hakikat itu

Al-Ta'dib, menurut al-Attas merupakan istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan
Islam. Kata ini berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke
dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam
tatanan penciptaan.

Muhammad Nadi A-Badri, sebagaimana dikutip oleh Ramayulis mengemukakan, pada zaman klasik,
orang hanya mengenal kata to’dib untuk menunjukkan kegiatan pendidikan. Pengertian seperti ini
terus terpakai sepanjang masa kejayaan islam, hingga semua ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh
akal manusia pada masa itu disebut adab, baik yang berhubungan langsung dengan islam secara fikih
tafsir, tauhid, ilmu bahasa arab dan sebagainya, maupun yang tidak berhubungan langsung seperti
ilmu fisika, filsafat, astronomi, kedokteran, farmasi, dan lain-lain. Semua buku yang memuat ilmu
tersebut dinamai kutub al-adab. Dengan demikian, terkenallah Al-Adab Al-Kabir dan Al-Adab Ash-
Shaghir yang ditulis oleh Ibnu Al-Muqaffa (w.760 M). Seorang pendidik pada masa itu disebut
Mu’addib (Ramayulis, 1991:6).

Dalam struktur telaah konseptualnya, ta’dib sudah mencakup unsur-unsur pengetahuan (‘ilm),
pengajaran (taʼlim), dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Dengan demikian, ta’dib lebih lengkap
sebagai term yang mendeskripsikan proses pendidikan islam yang sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai