Anda di halaman 1dari 19

PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF TAFSIR TARBAWI

Oleh
Rifaldi Wiranata
rifaldiwiranata83@gmail.com
kasfulanwarus@gmail.com

Abstrak:
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting karena tanpa melalui pendidikan
proses transformasi dan aktualisasi pengetahuan moderen sulit untuk diwujudkan.
Demikian halnya dengan sains sebagai bentuk pengetahuan ilmiah dalam
pencapaiannya harus melalui proses pendidikan yang ilmiah pula. Yaitu melalui
metodologi dan kerangka keilmuan yang teruji. Karena tanpa melalui proses ini
pengetahuan yang didapat tidak dapat dikatakan ilmiah. Dalam Islam pendidikan
tidak hanya dilaksanakan dalam batasan waktu tertentu saja, melainkan dilakukan
sepanjang usia (long life education). Islam memotivasi pemeluknya untuk selalu
meningkatkan kualitas keilmuan dan pengetahuan. Tua atau muda, pria atau wanita,
miskin atau kaya mendapatkan porsi sama dalam pandangan Islam dalam kewajiban
untuk menuntut ilmu (pendidikan). Bukan hanya pengetahuan yang terkait
urusan ukhrowi saja yang ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan yang terkait
dengan urusan duniawi juga. Karena tidak mungkin manusia mencapai kebahagiaan
hari kelak tanpa melalui jalan kehidupan dunia ini. Islam juga menekankan akan
pentingnya membaca, menelaah, meneliti segala sesuatu yang terjadi di alam raya ini.
Membaca, menelaah, meneliti hanya bisa dilakukan oleh manusia, karena hanya
manusia makhluk yang memiliki akal dan hati. Selanjutnya dengan kelebihan akal dan
hati, manusia mampu memahami fenomena-fenomena yang ada di sekitarnya,
termasuk pengetahuan. Dan sebagai implikasinya kelestarian dan keseimbangan alam
harus dijaga sebagai bentuk pengejawantahan tugas manusia sebagai khalifah fil ardh.
Kata Kunci: Tafsir , Pendidikan, Islam
Pendahuluan manusia yang pluralistik, diperlukan
Alquran adalah kalamulla>h yang keterlibatan pemikiran yang merupakan
diturunkan kepada Nabi Muhammad kreatifitas manusia. Alquran sebagai
sebagai mukjizat yang ditulis dalam kitab suci ummat Islam, selalu memberi
mushaf dan diriwayatkan dengan bimbingan dan mengajak umat manusia
mutawatir serta membacanya adalah untuk mencapai kebajikan dan
ibadah. Alquran diturunkan tidak hanya kesentosaan dalam kehidupan melalui
kepada manusia tetapi juga jin agar bisa dialog sesuai dengan strata, status dan
dijadikan petunjuk (hudan) dan pembeda kemampuan masing-masing.
(furqa>n) antara kebenaran dan Kesemuanya ikut merasa memiliki dan
kesesatan. Allah menurunkan Alquran mengambil bagian dari isi dan petunjuk
untuk dibaca dengan penuh penghayatan yang dikandung Alquran sesuai dengan
(tadabbur), meyakini kebenarannya dan human interest, spesialisasi serta
berusaha untuk mengamalkannya.Allah subjektifitas masing-masing, baik awam,
berfirman, "Maka apakah mereka tidak cendekiawan, kaya, miskin, berpangkat,
memperhatikan Alquran?Kalau kiranya rakyat jelata dan lain sebagainya.
Alquran itu bukan dari sisi Allah, Alquran selalu berupaya menunjukkan
tentulah mereka mendapat pertentangan manusia kepada tujuan yang ingin
yang banyak di dalamnya. (QS. Al-Nisa, dicapai dalam kehidupan. Oleh
[> 4]:82). Juga firman Allah, “Maka karenanya Alquran sering menyifati
apakah mereka tidak memperhatikan dirinya sebagai petunjuk (huda>),
Alquran ataukah hati mereka terkunci rahmat, peringatan (al-dzikr),nasehat
(QS. Muhammad,[47]:24). Alquran (mau’izhah) dan lain-lain. Tidak terlalu
adalah sumber ajaran Islam yang asing dalam tataran pemahaman kitab
berhubungan dengan totalitas kehidupan suci Alquran kalau muncul berbagai
manusia.Dalam kenyataan empirik, tidak pendekatan yang dikenal dengan istilah
dapat dipungkiri, bahwa ketika sumber tafsir.Dalam dunia tafsir muncul
ajaran itu hendak dihapami dan berbagai terminologi pendekatan dengan
dikomunikasikan dengan kehidupan berbagai variasi disiplin ilmu yang
menghampirinya.Pada abad awal dunia menampakkan). Kata tafsir juga berarti
Islam, kehadiran ilmu tafsir merupakan menerangkan sesuatu yang masih samar
terminologi tunggal dan ideal untuk serta menyingkap sesuatu yang tertutup.
memaknai Alquran— yangberpredikat Dalam kaitannya dengan kata, tafsir
sebagai proper noun of understanding berarti menjelaskan makna kata yang
Alquran (memayungi nama- nama sulit dipahami sehingga kata tersebut
disiplin keilmuan yang berhubungan dapat dipahami maknanya.5Dalam
dengan Alquran). Tafsi>r Tarbawi,> pendapat yang lain, kata tafsir ini
yang merupakan ijtihad akademisi tafsir, diambil dari kata tafsiroh yang berarti
berupaya mendekati Alquran melalui suatu perkakas yang dipergunakan tabib
sudut pandang pendidikan, baik dari segi untuk mengetahui penyakit orang lain.
teoretik maupun praktik. Ijtihad ini Dengan demikian, secara etimologis
diharapkan dapat mewacanakan sebuah kata tafsir adalah digunakan untuk
paradigma tentang konsep pendidikan menunjukkan maksud (menjelaskan,
yang dilandaskan kepada kitab suci dan mengungkap, menerangkan) suatu
mampu untuk diimplementasikan masalah yang masih kabur, samar dan
sebagai nilai-nilai dasar dalam belum jelas. Berdasarkan pengertian
pendidikan. Dalam pembahasan ini etimologis tersebut dapat dipahami
dipaparkan pandangan Islam tentang bahwa suatu kata tidak dapat dikatakan
pendidikan, pemerolehan pengetahuan telah mengalami proses penafsiran jika
(pendidikan), dan arah tujuan tidak terdiri dari kata yang masih samar
pemanfaatan pendidikan. dan belum jelas maknanya. Jika ada
orang yang mendengar suatu ucapan
Pembahasan yang memiliki makna zhahir yang secara
1. Terminologi Tafsir Pendidikan spontan dapat dipahami kemudian
(tarbawi>) Kata tafsir (ْ‫)تَ ْف ِس ْي ْر‬ memberitahukan makna dari ucapan
adalah bentuk masdar dari kata ْ‫فَ ّس َر‬ tersebut, maka makna yang
(fassara) yang secara etimologis berarti ) disampaikannya itu bukanlah penafsiran.
‫ اَ ْل َك ْشف‬4 ْ‫ار‬FFFFَ‫ و ْا ِِل ْظه‬mengungkap dan Hal itu karena pada hakikatnya ia tidak
mengungkapkan atau menjelaskan dengan tuan, pemilik, memperbaiki,
sesuatu yang sebelumnya masih samar. perawatan, tambah, mengumpulkan, dan
Sesuatu dapat dikatakan telah memperindah.
mengalami suatu proses penafsiran jika b. Abi> Abdilla>h Muhammadbin

seseorang telah berusaha dan Ahmad al- Anba>ri al-Qurthu>bi>

bersungguh-sungguh untuk mengungkap memberikan arti al- rabb dengan

dan menjelaskan ucapan yang masih pemilik, tuan, Yang Maha Memperbaiki,

terlihat samar atau rancu. Sedangkan Yang Maha Pengatur, Yang Maha

kata tarbiyah, secara leksikaltidak Menambah, dan Yang Maha

ditemukan dalam Alquran.Akan tetapi Menunaikan. Pengertian di atas

ditemukan bahwa Alquran merupakan interpretasi dari kata al-rabb

mempergunakan kata-kata yang akar dalam surah al-Fa>tihah, yang

katanya mempunyai sumber derivasi merupakan nama dari nama-nama Allah

(isytiqa>q) yang sama dengan al- Swt.

tarbiyyah. Kata-kata yang c. Imam Fakhruddin al-Raz> i

dimaksudialah al-rabb, rabbaya>ni, berpendapat bahwa al-rabb merupakan

nurabbi>, kata yang seakar dengan al-tarbiyyah

ibbi>n,rabba>ni.Demikianpula,dalamha yang mempunyai makna al-tanmiyyah

dis ditemukan penggunaan istilah (pertumbuhan dan perkembangan).

rabba>ni. Meskipun kelihatannya semua d. Al-Jauharari memberikan makna al-

istilah tersebut mempunyai pola akar tarbiyyah, rabban> dan rabba, adalah:

kata yang sama, namun masing- Memberi makan, memelihara, dan

masingmempunyai konotasi makna yang mengasuh. Sedangkan secara

berbeda-beda. Apabila istilah al- terminologi, para ahli memiliki cara

tarbiyyah dilacak maknanya dari kata al- yang beragam dalam memberikan

rabb, maka ditemukan berbagai konotasi makna al-tarbiyyah. Hal itu dapat dilihat

makna yang diketengahkan oleh para sebagai berikut:

pakar bahasa sebagai berikut : a.Muhammad Jamaluddi>n al-Qas>imi

a. Louis Ma’luf mengartikan al-Rabb berpendapat bahwa al-tarbiyyah ialah


proses penyampaian sesuatu sampai kompetensi-kompetensi jiwa yang
pada bataskesempurnaan yang dilakukan mantap, yang dapat membuahkan sifat-
secara tahap demi tahap.11Pendapat sifat bijak, baik, cinta akan kreasi, dan
senada dikemukakan oleh al- berguna bagi tanah airnya.
Ashfaha>niyangmenyatakan bahwa e. Ahmad Musthafa Al-Maragi

pengertian tarbiyyah adalah proses memberikan definisi al-tarbiyyahdengan

menumbuhkan secara bertahap yang membaginya kepada dua kategori: 1)

dilakukan secara bertahap sampai pada Tarbiyyah Khalqiyyah, yaitu pembinaan

batas kesempurnaan. dan pengembangan jasad, jiwa dan akal


b. Abdul Fatta>h Jala>l mendefinisikan dengan
istilah al-tarbiyyahsebagaiproses berbagaipetunjuk;2)TarbiyyahDin>iyyah
persiapan dan pemeliharaan anak pada Tahqibiyyah, yaitu pembinaan jiwa
masa kanak-kanak di dalam keluarga. dengan wahyu untuk kesempurnaan akal
c. Isma>il Haqi> al-Barusa>wi> dan kesucian jiwa.
berpendapat bahwa al-tarbiyyah f. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi
bermakna proses pemberian nafsu berpendapat bahwa al-tarbiyyahadalah :
dengan berbagai kenikmatan, Upaya mempersiapkan individu untuk
pemeliharaan hati nurani dengan kehidupan yang lebih sempurna,
berbagai kasih sayang, bimbingan jiwa kebahagiaan hidup, cinta tanah air,
dengan hukum-hukum syari’ah, serta kekuatan raga, kesempurnaan etika,
pengarahan hati nurani dengan berbagai sistematik dalam berpikir, tajam
etika kehidupan dan penerangan rahasia berperasaan, giat dalam berkreasi,
hati dengan hakikat pelita. toleransi pada yang lain, berkompetensi
d.Mustafa> al-Ghula>yaini berpendapat dalam mengungkapkan bahasa tulis dan
bahwa al-tarbiyyahadalah penanaman bahasa lisan, serta terampil
etika yang mulia pada jiwa anak yang berkreativitas.
sedang tumbuh dengan cara memberi Berdasarkan makna kata tafsir dan
petunjuk dan nasihat, sehingga ia tarbiyah tersebut, maka istilah tafsir
memiliki potensi-potensi dan pendidikan (tafsi>r tarbawi>) dapat
diartikan sebagai tafsir yang al-Qur’an juga telah memperingatkan
menitikberatkan pada masalah tarbiyah manusia agar mencari ilmu pengetahuan,
dalam rangka membangun peradaban sebagaimana dalam al-Qur’an surat at-
yang sesuai dengan petunjuk dan spirit Taubah ayat 122 disebutkan:
Alquran. Iamerupakan proper dan
abstract noun dari term tafsir> , yang
termasuk kategori disiplin keilmuan
yang baru.

“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap


Pendidikan Menurut al-Qur’an
golongan di antara mereka beberapa

al-Qur’an telah berkali-kali menjelaskan orang untuk memperdalam pengetahuan

akan pentingnya pengetahuan. Tanpa mereka tentang agama dan untuk

pengetahuan niscaya kehidupan manusia memberi peringatan kepada kaumnya

akan menjadi sengsara. Tidak hanya itu, apabila mereka telah kembali

al-Qur’an bahkan memposisikan kepadanya, supaya mereka itu dapat

manusia yang memiliki pengetahuan menjaga dirinya”.

pada derajat yang tinggi. al-Qur’an surat


Dari sini dapat dipahami bahwa betapa
al-Mujadalah ayat 11 menyebutkan:
pentingnya pengetahuan bagi
kelangsungan hidup manusia. Karena
dengan pengetahuan manusia akan
mengetahui apa yang baik dan yang
buruk, yang benar dan yang salah, yang
“…Allah akan meninggikan orang- membawa manfaat dan yang
orang yang beriman di antaramu dan membawa madharat.
orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat…”. Dalam sebuah sabda Nabi saw.
dijelaskan:
Dari sini, sudah seyogyanya manusia
selalu berusaha untuk menambah
kualitas ilmu pengetahuan dengan terus

“Mencari ilmu adalah kewajiban setiap berusaha mencarinya hingga akhir hayat.

muslim”. (HR. Ibnu Majah)


Dalam al-Qur’an surat Thahaa ayat 114

Hadits tersebut menunjukkan bahwa disebutkan:

Islam mewajibkan kepada seluruh


pemeluknya untuk mendapatkan
pengetahuan. Yaitu, kewajiban bagi
mereka untuk menuntut ilmu
“Katakanlah: ‘Ya Tuhanku,
pengetahuan.
tambahkanlah kepadaku ilmu
Islam menekankan akan pentingnya pengetahuan’.”
pengetahuan dalam kehidupan manusia.
Pemerolehan Pengetahuan dan
Karena tanpa pengetahuan niscaya
Objeknya (Proses Pendidikan)
manusia akan berjalan mengarungi
kehidupan ini bagaikan orang tersesat,
Pendidikan Islam memiliki karakteristik
yang implikasinya akan membuat
yang berkenaan dengan cara
manusia semakin terlunta-lunta kelak di
memperoleh dan mengembangkan
hari akhirat. Imam Syafi’i pernah
pengetahuan serta pengalaman.
menyatakan:
Anggapan dasarnya ialah setiap manusia
dilahirkan dengan membawa fitrah serta
“Barangsiapa menginginkan dunia,
dibekali dengan berbagai potensi dan
maka harus dengan ilmu. Barangsiapa
kemampuan yang berbeda dari manusia
menginginkan akhirat, maka harus
lainnya. Dengan bekal itu kemudian dia
dengan ilmu. Dan barangsiapa
belajar: mula-mula melalui hal yang
menginginkan keduanya, maka harus
dapat diindra dengan menggunakan
dengan ilmu”.
panca indranya sebagai jendela
pengetahuan; selanjutnya bertahap dari “Dan dia menundukkan untukmu apa
hal-hal yang dapat diindra kepada yang yang di langit dan apa yang di bumi
abstrak, dan dari yang dapat dilihat semuanya, (sebagai rahmat) daripada-
kepada yang dapat difahami. Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
Sebagaimana hal ini disebutkan dalam itu benar-benar terdapat tanda-tanda
teori empirisme dan positivisme dalam (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
filsafat. Dalam firman Allah Q.s. an- berfikir”.
Nahl ayat 78 disebutkan:
Namun, pada dasarnya proses
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari pemerolehan pengetahuan adalah
perut ibumu dalam keadaan tidak dimulai dengan membaca, sebagaimana
mengetahui sesuatupun, dan Dia dalam al-Qur’an surat al-‘Alaq ayat 1-5:
memberi kamu pendengaran,
penglihatan, dan hati agar kamu
bersyukur”.[1]

Dengan pendengaran, penglihatan dan


hati, manusia dapat memahami dan
“Bacalah dengan (menyebut) nama
mengerti pengetahuan yang disampaikan
Tuhanmu yang Menciptakan (1), Dia
kepadanya, bahkan manusia mampu
telah menciptakan manusia dari
menaklukkan semua makhluk sesuai
segumpal darah (2). Bacalah, dan
dengan kehendak dan kekuasaannya.
Tuhanmulah yang Maha Pemurah (3),
Dalam al-Qur’an surat al-Jatsiyah ayat
Yang mengajar (manusia) dengan
13 disebutkan:
perantaran kalam (4), Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya (5)”.

Dalam pandangan Quraish Shihab


kata Iqra’ terambil dari akar kata yang
berarti menghimpun. Dari menghimpun
lahir aneka makna seperti alam sekitarnya. Karena dari lingkungan
menyampaikan, menelaah, mendalami, ini manusia juga bisa belajar dan
meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan memperoleh pengetahuan.
membaca teks tertulis maupun tidak.
Dalam al-Qur’an surat asy-Syu’ara ayat
Wahyu pertama itu tidak menjelaskan 7 juga disebutkan:
apa yang harus dibaca, karena al-Qur’an
menghendaki umatnya membaca apa
saja selama bacaan tersebut bismi
Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk
kemanusiaan. Iqra’ berarti bacalah, “Dan apakah mereka tidak

telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri memperhatikan bumi, berapakah

sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu

zaman, sejarah, maupun diri sendiri, pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang

yang tertulis maupun yang tidak. baik?”.

Alhasil, objek perintah iqra’ mencakup


Demikianlah, al-Qur’an secara dini
segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.
menggarisbawahi pentingnya
[2]
“membaca” dan keharusan adanya

Sebagaimana dalam al-Qur’an surat keikhlasan serta kepandaian memilih

Yunus ayat 101 disebutkan: bahan bacaan yang tepat.[3]

Namun, pengetahuan tidak hanya


terbatas pada apa yang dapat diindra
saja. Pengetahuan juga meliputi berbagai
hal yang tidak dapat diindra.
“Katakanlah: ‘Perhatikanlah apa yaag
Sebagaimana tertuang dalam al-Qur’an
ada di langit dan di bumi”.
surat Al-Haqqah ayat 38-39:
Al-Qur’an membimbing manusia agar
selalu memperhatikan dan menelaah
manusia. Yaitu pengetahuan terkait
urusan duniawi dan ukhrowi, yang dapat
menjamin kemakmuran dan

“Maka Aku bersumpah dengan apa yang kesejahteraan hidup manusia di dunia

kamu lihat (38). Dan dengan apa yang dan di akhirat.

tidak kamu lihat (39)”.


Pengetahuan duniawi adalah berbagai

Dengan demikian, objek ilmu meliputi pengetahuan yang berhubungan dengan

materi dan nonmateri, fenomena dan urusan kehidupan manusia di dunia ini.

nonfenomena, bahkan ada wujud yang Baik pengetahuan moderen maupun

jangankan dilihat, diketahui oleh pengetahuan klasik. Atau lumrahnya

manusia pun tidak. Dalam al-Qur’an disebut dengan pengetahuan umum.

surat Al-Nahl ayat 8 disebutkan: Sedangkan pengetahuan ukhrowi adalah


berbagai pengetahuan yang mendukung
terciptanya kemakmuran dan
kesejahteraan hidup manusia kelak di
akhirat. Pengetahuan ini meliputi
“Allah menciptakan apa yang kamu berbagai pengetahuan tentang perbaikan
tidak mengetahuinya”.[4] pola perilaku manusia, yang meliputi
pola interaksi manusia dengan manusia,
Sebagaimana telah dipaparkan di atas,
manusia dengan alam, dan manusia
dalam pengetahuan manusia tidak hanya
dengan Tuhan. Atau biasa disebut
sebatas apa yang dibutuhkan untuk
dengan pengetahuan agama.
kelangsungan hidup manusia, namun
juga semua pengetahuan yang dapat Pengetahuan umum (duniawi) tidak
menyelamatkannya di akhirat kelak. dapat diabaikan begitu saja, karena sulit
bagi manusia untuk mencapai
Islam mengehendaki pengetahuan yang
kebahagiaan hari kelak tanpa melalui
benar-benar dapat membantu mencapai
kehidupan dunia ini yang mana dalam
kemakmuran dan kesejahteraan hidup
menjalani kehidupan dunia ini pun harus
mengetahui ilmunya. Demikian halnya
dengan pengetahuan agama (ukhrowi),
manusia tanpa pengetahuan agama
niscaya kehidupannya akan menjadi “Segala sesuatu di sisi-Nya memiliki
hampa tanpa tujuan. Karena ukuran”.
kebahagiaan di dunia akan menjadi sia-
sia ketika kelak di akhirat menjadi nista. Dari sini dapat dipahami bahwa Allah
selalu menciptakan segala sesuatu dalam
Islam selalu mengajarkan agar manusia keadaan seimbang, tidak berat sebelah.
menjaga keseimbangan, baik Demikian halnya dalam penciptaan
keseimbangan dhohir maupun batin, manusia. Manusia juga tercipta dalam
keseimbangan dunia dan akhirat. Dalam keadaan seimbang. Dari keseimbangan
Qs. Al-Mulk ayat 3 disebutkan: penciptaannya, manusia diharapkan
mampu menciptakan keseimbangan diri,
lingkungan dan alam semesta. Karena
hanya manusia yang mampu
melakukannya sebagai bentuk dari
kekhalifahan manusia di muka bumi.

“Yang telah menciptakan tujuh langit


Dalam  al-Qur’an surat al-Qashash ayat
berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak
77 disebutkan:
melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha
Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.
Maka lihatlah berulang-ulang! Adakah
kamu lihat sesuatu yang tidak
seimbang?”.

“Dan carilah pada apa yang telah


Dalam al-Qur’an surat ar-Ra’d ayat 8
dianugerahkan Allah kepadamu
juga disebutkan:
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat “Dan tiadalah kehidupan dunia ini,
baiklah (kepada orang lain) selain dari main-main dan senda gurau
sebagaimana Allah telah berbuat baik belaka. Dan sungguh kampung akhirat
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat itu lebih baik bagi orang-orang yang
kerusakan di (muka) bumi. bertaqwa. Maka tidakkah kamu
Sesungguhnya Allah tidak menyukai memahaminya?”.
orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Islam menghendaki agar pemeluknya
Manusia tidak dianjurkan oleh Islam mempelajari pengetahuan yang
hanya mencari pengetahuan yang hanya dipandang perlu bagi kelangsungan
berorientasi pada urusan akhirat saja. hidupnya di dunia dan di akhirat kelak.
Akan tetapi, manusia diharapkan tidak Dalam al-Qur’an surat al-Baqoroh ayat
melupakan pengetahuan tentang urusan 201 disebutkan:
dunia. Meskipun kehidupan dunia ini
hanyalah sebuah permainan dan senda
gurau belaka, atau hanyalah sebuah
sandiwara raksasa yang diciptakan oleh
Tuhan semesta alam. Namun, pada “Dan di antara mereka ada orang yang

dasarnya manusia diharapkan mampu berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami

menjaga keseimbangan dirinya dalam kebaikan di dunia dan kebaikan di

menjalani realita kehidupan ini, akhirat dan peliharalah kami dari siksa

termasuk dalam mencari pengetahuan. neraka”.

Al-Qur’an surat al-An’aam ayat 32 Kebaikan (hasanah) dalam bentuk

menyebutkan: apapun tanpa didasari ilmu, niscaya


tidak akan terwujud. Baik berupa
kebaikan duniawi yang berupa
kesejahteraan, ketenteraman,
kemakmuran dan lain sebagainya.
Apalagi kebaikan di akhirat tidak akan
tercapai tanpa adanya pengetahuan yang Yang dimaksud nama-nama pada ayat
memadai. Karena segala bentuk tersebut adalah sifat, ciri, dan hukum
keinginan dan cita-cita tidak akan sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi
terwujud tanpa adanya usaha dan mengetahui rahasia alam raya.
pengetahuan untuk mencapai keinginan
Adanya potensi itu, dan tersedianya
dan cita-cita itu sendiri.
lahan yang diciptakan Allah, serta
Pemanfaatan Pengetahuan (Orientasi ketidakmampuan alam raya
Pendidikan) membangkang terhadap perintah dan
hukum-hukum Tuhan, menjadikan
Manusia memiliki potensi untuk
ilmuwan dapat memperoleh kepastian
mengetahui, memahami apa yang ada di
mengenai hukum-hukum alam.
alam semesta ini. Serta mampu
Karenanya, semua itu mengantarkan
mengkorelasikan antara fenomena yang
manusia berpotensi untuk memanfaatkan
satu dan fenomena yang lainnya. Karena
alam yang telah ditundukkan Tuhan.[5]
hanya manusia yang disamping diberi
kelebihan indera, manusia juga diberi Namun, di sisi lain manusia juga
kelebihan akal. Yang dengan inderanya memiliki nafsu yang cenderung
dia mampu memahami apa yang tampak mendorong manusia untuk menuruti
dan dengan hatinya dia mampu keinginannya. Nafsu jika tidak
memahami apa yang tidak nampak. terkontrol maka yang terjadi adalah
Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat keinginan yang tiada akhirnya. Nafsu
31 disebutkan: juga tidak jarang menjerumuskan
manusia dalam lembah kenistaan. Dalam
al-Qur’an surat Yusuf ayat 53
disebutkan:

“Allah mengajarkan kepada Adam


nama-nama (benda-benda) seluruhnya”.
“Sesungguhnya nafsu “Sebaik-baik manusia adalah yang
itu selalu menyuruh kepada kejahatan, paling bermanfaat”.
kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Pisau akan sangat berguna ketika
Tuhanku”.
digunakan oleh orang yang berpikiran
al-Qur’an menandaskan bahwa umat positif dan ahli dalam menggunakan
Islam adalah umat terbaik, yang mampu pisau. Sebaliknya, ketika pisau
menciptakan lingkungan yang baik, digunakan oleh orang yang berpikiran
kondusif, yang bermanfaat bagi seluruh negatif, niscaya bukan kemanfaatan dan
alam. Karena sebaik-baik manusia kemaslahatan yang akan dihasilkan dari
adalah yang paling bermanfaat bagi pisau itu, melainkan kemadharatan.
manusia lainnya.
Demikian halnya dengan pengetahuan,
Dalam al-Qur’an surat Ali Imron ayat ketika penggunaannya bertujuan untuk
110 disebutkan: mencapai kemanfaatan niscaya
pengetahuan itu pun akan bermanfaat.
Namun sebaliknya, ketika pengunaan
pengetahuan digunakan untuk
kemadharatan, maka kemadharatan
itulah yang akan didapat.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh
Ilmu pengetahuan adalah sebuah
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari
hubungan antara pancaindera, akal dan
yang munkar, dan beriman kepada
wahyu. Dengan pancaindera dan akal
Allah”.
(hati), manusia bisa menilai sebuah
kebenaran (etika) dan keindahan
Sabda Nabi saw.:
(estetika). Karena dua hal ini adalah
piranti utama bagi manusia untuk
mendapatkan pengetahuan. Namun,
disamping memiliki kelebihan, kedua
piranti ini memiliki kekurangan. merugikan diri mereka sendiri bahkan
Sehingga keduanya masih membutuhkan lingkungan sekitar. Padahal dengan
penolong untuk menunjukkan tentang adanya kemajuan sains dan teknologi
hakikat suatu kebenaran, yaitu wahyu. kehidupan manusia diharapkan menjadi
Dan dengan wahyu manusia dapat lebih mudah, efisien, instan, yang bukan
memahami posisinya sebagai khalifah fil malah menimbulkan tekanan jiwa dan
ardh.[6] kerusakan lingkungan.

Wahyu yang diturunkan kepada manusia Dalam Islam telah digariskan aturan-
tidak hanya berisikan perintah dan aturan moral penggunaan pengetahuan.
larangan saja, akan tetapi lebih dari itu Apapun pengetahuan itu, baik kesyaritan
al-Qur’an juga membahas tentang maupun lainnya, teoritis maupun praktis,
bagaimana seharusnya hidup dan ibarat pisau bermata dua yang dapat
menghargai kehidupan. Dan tidak digunakan pemiliknya untuk berlaku
terlepas juga di dalam al-Qur’an dikaji munafik dan berkuasa atau berbuat
tentang sains dan teknologi sehingga kebaikan dan mengabdi kepada
tidaklah berlebihan jika kita kepentingan umat manusia. Pengetahuan
menyebutnya sebagai kitab sains dan tentang atom umpamanya, dapat
medis[7]. digunakan untuk tujuan-tujuan
perdamaian dan kemanusiaan, tapi dapat
Namun, berbagai bentuk kemajuan sains
pula digunakan untuk menghancurkan
dan teknologi serta ilmu pengetahuan
kebudayaan manusia melalui senjata-
tanpa didasari tujuan yang benar,
senjata nuklir.[8]
niscaya hanya akan menjadi sebuah
bumerang yang menghancurkan Al-Qur’an juga telah menegaskan bahwa
kehidupan manusia. Karena tidak jarang kerusakan di muka bumi adalah akibat
saat ini manusia malah mengalami dari ulah manusia sendiri. Dalam al-
kejenuhan, kehampaan jiwa, hedonisme, Qur’an surat ar-Rum ayat 41 disebutkan:
materialisme bahkan dekadensi moral
yang tidak jarang pula implikasinya
“Telah nampak kerusakan di darat dan
di laut disebabkan Karena perbuatan
“Sempurnakanlah takaran dan
tangan manusia”.
timbangan dan janganlah kamu
kurangkan bagi manusia barang-barang
Manusia adalah makhluk yang memiliki
takaran dan timbangannya, dan
tanggung jawab, yaitu tanggung jawab
janganlah kamu membuat kerusakan di
menjadi khalifah fil ardh. Kekhalifahan
muka bumi sesudah Tuhan
manusia adalah salah satu bentuk
memperbaikinya. Yang demikian itu
dari ta’abbud-nya kepada sang Khalik.
lebih baik bagimu jika betul-betul kamu
Sedangkan ta’abbud adalah tugas pokok
orang-orang yang beriman“.
dari penciptaan manusia, sekaligus
menggali, mengatur, menjaga dan
Pemanfaatan pengetahuan harus
memelihara alam semesta ini.
ditujukan untuk mendapatkan
Sebagaimana telah dijelaskan dalam al-
kemanfaatan dari pengetahuan itu
Qur’an surat adz-Dzariyat ayat 56:
sendiri, menjaga keseimbangan alam
semesta ini dengan melestari-kan
kehidupan manusia dan alam sekitarnya,
yang sekaligus sebuah aplikasi dari
tugas kekhalifahan manusia di muka
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan
bumi. Dan pemanfaatan pengetahuan
manusia melainkan supaya mereka
adalah bertujuan untuk ta’abbud kepada
mengabdi kepada-Ku”.
Allah swt., Tuhan semesta

Dalam al-Qur’an surat al-A’raf ayat 85 alam. Wallahu a’lam.

disebutkan:

Penutup
Kesimpulan
Istilah tafsi>r telah lazim digunakan metodologi dan pendekatan tafsi>r
untuk memahami Alquran dengan tarbawi> hingga mampu mengambil
berbagai corak dan jenisnya. Namun simpulan serta mengaplikasikannya
setelah sekian lama ilmu dan metode dalam praktik pendidikan nyata. Dapat
tersebut digunakan dan telah disimpulkan bahwa al-Qur’an telah
menghasilkan berbagai karya, ternyata memberikan rambu-rambu yang jelas
masih terfokus pada corak dan ragam kepada kita tentang konsep pendidikan
tertentu seperti bahasa, hukum, tasawuf yang komperehensif. Yaitu pendidikan
dan lain lain. Dalam dunia pendidikan yang tidak hanya berorientasi untuk
Islam, tafsir tidak pernah luput dari kepentingan hidup di dunia saja, akan
pengajarannya. Namun ada pertanyaan tetapi juga berorientasi untuk
mendasar, mengapa dalam pendidikan keberhasilan hidup di akhirat kelak.
Islam yang mengajarkan tafsir tidak ada Karena kehidupan dunia ini adalah
yang membahas tafsir Alquran berbasis jembatan untuk menuju kehidupan
pada konstruks teori pendidikan.Dari sebenarnya, yaitu kehidupan di akhirat.
pertanyaan ini, muncul tawaran Manusia sebagai insan kamil dilengkapi
pendekatan dalam memahami Alquran dua piranti penting untuk memperoleh
dengan menggu- nakan pendekatan pengetahuan, yaitu akal dan hati. Yang
pendidikan yang diijtihadkan namanya dengan dua piranti ini manusia mampu
dengan tafsi>r tarbawi>. memahami “bacaan” yang ada di
sekitarnya. Fenomena maupun nomena
Hal itu dimaksudkan agar para
yang mampu untuk ditelaahnya. Karena
mahasiswa mampu mendekati dan
hanya manusia makhluk yang diberi
memahami Alquran melalui sudut
kelebihan ini. Pengetahuan yang telah
pandang pendidikan (education
didapat manusia sudah seyogyanya
perspctive), baik secara teoretik maupun
diorientasikan untuk kepentingan
praktik, yang berhubungan dengan
seluruh umat manusia. Karena sebaik-
kepen- didikan, melalui kajian kritis
baik manusia adalah yang paling
terhadap tafsir ayat-ayat dengan
bermanfaat bagi manusia seluruhnya.
Namun, tidak boleh dilupakan bahwa Banjarmasin: Antasari
manusia juga hidup berdampingan Press, 2010.

dengan lingkungan, sehingga tidak bisa Jala>l, Abdul Fatta>h.Min al-Ushu>l al-

serta merta kemajuan pengetahuan Tarbawiyyah fí> al-Isla>m,

pengetahuan dan teknologi malah diterjemahkan oleh Herry Noer Ali

menghancurkan dan merusak dengan judul Asas- Asas Pendidikan

keseimbangan alam. Karena sudah Islam.Cet.1. Bandung: CV.Dipenogoro,

menjadi tugas manusia untuk 1988.

melestarikan alam ini sebagai Ma’luf,Louis.Al-Munjid fi> al-Lughah

pengejawantahan kekhalifahan manusia wa al- ‘Ala>m. Cet. XXVII. Beirut:

sekaligus bentuk ta’abbudnya kepada Dar> al- Masyriq, 1984.

Allah swt.
Ahmad, al-Hajj, Yusuf. al-Qur’an Kitab
Sains dan Medis. Terj. Kamran Asad
Daftar Pustaka
Al-Ashfaha>ni>, al-Raghi>b.Mu’jam Irsyadi. Grafindo Khazanah Ilmu.

Mufrada>t Alfradat Alfazdal-Qur’a>n. Jakarta. 2003.

Beirut: Dar al- Fikr, t.t..


al-Qardawi, Yusuf. Sunnah, Ilmu
Al-Munawar, Said Agil.Alquran
Pengetahuan dan Peradaban. Terj.
Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki.
Abad Badruzzaman. PT. Tiara Wacana.
Jakarta: Ciputat Press, 2003.
Yogyakarta. 2001.
Al-Qaththa>n, Manna>’.Maba>his
fi>‘Ulu>mul al- Qur’a>n. Kairo:
Aly, Noer, Hery & Suparta,
Maktabah Wahbah, 2004.
Munzier. Pendidikan Islam Kini dan
Bukha>ri>,Ima>m.Shahí>h al-
Mendatang. CV. Triasco. Jakarta. 2003.
Bukha>ri>, Juz I.
Beirut: Da>r al-Kutub al-’Ilmiyah, 1992. Habib, Zainal. Islamisasi Sains. UIN-
Buseri, Kamrani. Reinventing Malang Press. Malang. 2007.
Pendidikan Islam:Mengagas kembali
pendidikan Islam yang lebih baik. Shihab, Quraish, M. Membumikan al-
Qur’an. Mizan. Bandung. 2004.

Anda mungkin juga menyukai