Anda di halaman 1dari 21

T a F s i R

&
T a ’ W i L
Dosen Pengampu :
Mamat Rahmat S.Pd.I.,M.Pd.I.
K e l o m p o k 1
Alfu Zahra Huzayemah
Gunadi
Hernawati Yunita
Siti Elsa
Pengertian Tafsir
Secara Harfiah (Etimologis), tafsir berarti menjelaskan (Al- Idhah), menerangkan
(Al-Tibyan), menampakkan (Al-Izhar), menyibak (Al-Kasyf), dan merinci (Al-Tafshil).
Tafsir diambil dari kata fassara – yufassiru – tafsiran yang berarti keterangan, penjelasan atau uraian.
Al-jurjani berpendapat bahwa kata tafsir menurut pengertian bahasa al-kasyf wa al-izhar yang
artinya menyingkap dan melahirkan.
Menurut Al-Kilabi dalam At-Tashil:
Tafsir secara bahasa adalah menyingkapkan, menjelaskan, menerangkan, memberikan perincian
atau menampakkan.
Secara istilah, tafsir berarti menjelaskan makna ayat al-qur’an, keadaan kisah dan sebab turunnya
ayat tersebut dengan lafal yang menunjukkan kepada makna zahir.
Pengertian Tafsir menurut para ahli

1. Menurut al-Jurjani, tafsir adalah menjelaskan makna ayat keadaannya, kisahnya, dan sebab yang
karenanya ayat diturunkan, dengan lafadz yang menunjukkan kepadanya dengan jelas sekali.

2. Menurut az-Zarkazyi, tafsir ialah suatu pengetahuan yang dapat dipahamkan kibullah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, menjelaskan maksud maksudnya, mengeluarkan hukum-
hukumnya dan hikmahnya.

3. Menurut al-Kilbyi, tafsir ialah mensyarahkan al-qur’an, menerangkan maknanya dan menjelaskan
apa yang dikehendakinya dengan nashnya atau dengan isyaratnya ataupun dengan najwahnya.

4. Menurut Syeikh Thorir, tafsir ialah mensyarahkan lafad yang sukar difahamkan oleh pendengan
dengan uraian yang menjelaskan maksud dengan menyebut muradhifnya atau yang mendekatinya
atau ia mempunyai petunjuk kepadanya melaui suatu jalan.
menjelaskan

memerinci
Tafsir Makna menampakkan
Harfiah
menyingkap

Pengertian Tafsir Tafsir Makna Istilah menerangkan ayat-ayat Al-Qur’an dan


berbagai ospek

ilmu yang membahas tentang teknik atau


Ilmu Tafsir cara penafsiran Al-Qur’an berikut hal-hal
yang berkaitan dengannya
c a m - m a c a m T a f s
M a i r
2. Tafsir Bir-Ra’yi
1. Tafsir Bilma’tsur
adalah Tafsir yang menggunakan rasio/akal
adalah tafsir yang menggunakan Alquran dan
sebagai sumber penafsirannya. Tafsir bir-
Sunnah sebagai sumber penafsirannya.
ra’yi ialah tafsir yang di dalam menjelaskan
Penafsiran Al-Quran yang mendasarkan pada
maknanya mufasir hanya berpegang pada
penjelasan Al-Quran sendiri, penjelasan Rasul,
pemahaman sendiri dan penyimpulan
penjelasan para sahabat melalui ijtihadnya,
(istinbat) yang didasarkan pada ra’yu
dan aqwal tabi’in.
semata.
Tafsir berdasarkan corak penafsirannya

Tafsir Shufi/Isyari
Tafsir Fiqhy
Tafsir Falsafi
Tafsir Ilmiy
Tafsir al-Adab Al-Ijtima’i

Tafsir berdasarkan metodenya


Metode Tahlily (metode Analisis)
Metode Ijmaly (metode Global)
Metode Muqaran (metode
Komparasi/Perbandingan)
Metode Maudhu’i (metode Tematik)
Urgensi Tafsir
Urgensi tafsir terkait dengan kedudukan, sistem, tujuan, serta keutamaannya, juga kaitannya dengan
kompetensi praktis-religius maupun pragmatis. Kedudukan tafsir dapat dipahami sebagai kunci
representatif untuk membuka tabir rahasia makna al-Qur’an. Kedudukan tersebut, dalam sistem ajaran
Islam berfungsi sebagai media (tariqah) untuk menggapai tujuan yang dikehendaki dalam memahami
makna al-Qur’an, yakni memperoleh mutiara dan permata sebagai simbol makna tertinggi— di dalamnya.
Pemahaman tersebut dijadikan sebagai pegangan yang kokoh untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki.
Sehingga, kompetensi apapun yang berorientasi pada hal-hal profanik (duniawi) maupun eskatologik
(ukhrawi) secara langsung bergantung pada equilibrium pemahaman terhadap makna yang terkandung
dalam kalamullah sebagai sumber utama yurisprudensi kehidupan.
Demikianlah kelindan tafsir dengan kepentingan praktis-religius maupun pragmatis. Dari sini dapat
dicerna secara aksentuatif akan mendesaknya kebutuhan terhadap tafsir. Berikut, penulis hadirkan
perbandingan masukan dua ahli ulum al-Qur’an. Pertama, menurut al-Sabuniy, tafsir merupakan kunci
untuk membuka gudang simpanan yang terhimpun dalam al-Qur’an. Tanpa tafsir orang tidak akan dapat
membuka gudang simpanan tersebut untuk mendapatkan mutiara dan permata yang ada di dalamnya.
Itulah sebabnya tafsir menjadi kebutuhan yang begitu penting. Karena tanpa tafsir tentu tidak akan
diperoleh pemahaman yang tepat terhadap berbagai ayat al-Qur’an
Kedua, dengan kalimat yang sedemikian romantis al-Suyutiy menyatakan
urgensi tafsir, demikian:
Tafsir adalah ilmu syari’at yang paling agung dan paling tinggi kedudukannya.
Tafsir merupakan ilmu yang paling mulia objek pembahasan dan tujuannya, serta
dibutuhkan. Objek pembahasannya adalah kalamullah yang merupakan sumber
segala hikmah dan tambang segala keutamaan. Tujuan utamanya untuk dapat
berpegang pada tali yang kokoh dan mencapai kebahagiaan hakiki. Sedangkan
kebutuhan terhadapnya sangat mendesak karena segala kesempurnaan
agamawi dan duniawi haruslah sejalan dengan syara’, sedang kesejalanan ini
sangat bergantung pada pengetahuan tentang kitab Allah.
Aspek Tafsir Al-Sabuniy Al-Suyutiy

kedudukan/keutamaan sebagai kunci untuk sebagai ilmu yang


membuka gudang paling mulia karena
simpanan al-Qur’an objek dan tujuannya

tujuan mendapatkan media untuk


mutiara dan mencapai
permata dalam kebahagiaan hakiki
alQur’an

Tekanan Urgensi diperolehnya kebutuhan


pemahaman yang mendesak akan
tepat terhadap al- kesempurnaan
Qur’an halhal duniawi dan
agamawi
Keutamaan Tafsir Al-Qur’an

Mempelajari tafsir Al-Qur’an memiliki banyak keutamaan, yaitu:


1. Materi ilmu tafsir adalah materi yang paling mulia;
2. Merupakan cara mempelajari Al-Qur’an yang paling mulia;
3. Allah mengancam akan mengunci hati orang yang tidak mau menadaburi Al-
Qur’an;
4. Dapat menemukan jawaban atas segala permasalahan hidup di dalam Al-
Qur’an;
5. Terhindar dari kesesatan di dunia dan mendapat kebahagiaan di akhirat;
6. Merupakan salah satu tujuan diturunkannya Al-Qur’an;
7. Menjadi jalan untuk mendapatkan kesempurnaan agama dan dunia; serta
8. Dengan mengetahui tafsirnya, Anda akan mendapatkan kenikmatan dalam
membaca Al-Qur’an.
Pengertian Ta’wil
Kata Ta’wil secara lughowi (etimologis) berasal dari kata Al-Awl, artinya kembali
(Ar-Ruju’) atau dari kata Al-Ma’al yang artinya tempat kembali (Al-Mashir) dan Al-
Aqibah yang berarti kesudahan. Ada yang menduga bahwa kata ini berasal dari
kata Al-Iyalah yang berarti As-Siyasah yang antara lain berarti mengatur.
Muhammad Husayn Al-Dzahabi mengemukakan, menurut pandangan ulama
salaf (klasik), ta’wil memiliki dua macam pengertian.

satu, menafsirkan suatu pembicaraan (teks) dua, ta’wil adalah substansi yang dimaksud
dan menerangkan maknanya tanpa dari sebuah pembicaraan itu sendiri (nafs
persoalan apakah penafsiran dan al-mufrad bi al-kalam). Kalau pembicaraan
keterangan itu sesuai dengan apa yang itu berupa tuntutan, ta’wilnya adalah
tersurat atau tidak. Dalam konteks perbuatan yang dituntut oleh ta’wul itu
pengertian ini, ta’wil dan tafsir benar-benar sendiri,. Jika pembicaraan itu berbentuk
kata yang sinonim (muradif). Inilah yang berita, yang dimaskud adalah substansi dari
dimaksud dengan kata ta’wil yang identik sesuatu yang diinformasikan.
dengan tafsir seperti dalam ungkapan
sebagai pakar tafsir Al-Qur’an. .
Pengertian Ta’wil menurut para ahli
1. Al-Jurjani: ialah memalingkan lafad dari makna yang dhahir kepada makna yang muhtamil,
apabila makna yang mu’yamil tidak berlawanan dengan al-quran dan as-sunnah.

2. Imam Al-Ghazali dalam Kitab Al-Mutashfa : “Sesungguhnya takwil itu dalah ungkapan
tentang pengambilan makna dari lafazh yang bersifat probabilitas yang didukung oleh dalil
dan menjadikan arti yang lebih kuat dari makna yang ditujukan oleh lafazh zahir.”

3. Menurut Wahab Khalaf : takwil yaitu memalingkan lafazh dari zahirnya, karena adanya dalil.

4. Menurut Abu Zahra : takwil adalah mengeluarkan lafazh dari artinya yang zahir kepada
makna yang lain, tetapi bukan zahirnya.
Pengertia Ta’wil

Makna Makna
Etimologi Terminologi

Tempat kembali Mutaqaddimin atau klasik: Menafsirkan


pembicaraan atau menerangkan
Mengatur maknanya atau menjelaskan substansinya
yang dimaksud dari suatu pembicaraan

Mutaakhikhirin atau Modern: Mengalihkan


makna lafal dari yang (rajih) kepada makna
yang dikuatkan (marjuh) karena ada dalil
yang mendukung
Syarat-syarat Ta’wil
1. Lafaz itu dapat menerima ta’wîl seperti lafaz zhahir dan lafaz nash serta tidak
berlaku untuk muhkam dan mufassar.
2. Lafaz itu mengandung kemungkinan untuk di-ta’wîl-kan karena lafaz tersebut
memiliki jangkauan yang luas dan dapat diartikan untuk di-ta’wîl. Serta tidak asing
dengan pengalihan kepada makna lain tersebut.
3. Ada hal-hal yang mendorong untuk ta’wîl seperti:
Bentuk lahir lafaz berlawanan dengan kaidah yang berlaku dan diketahui secara
dharuri
Nash itu menyalahi dalil lain yang lebih kuat dilalah-nya
Lafaz itu merupakan suatu nash untuk suatu objek tetapi menyalahi lafaz lain yang
mufassar. Dalam semua bentuk itu berlakulah ta’wîl.
Macam-macam Ta’wil
Secara garis besarnya, ada dua macam lapangan Ta’wîl:
1. Ta’wîl Al-Qur’an atau hadis Nabi yang diduga mengandung bentuk
penyamaan sifat Tuhan dengan apa yang berlaku di kalangan manusia,
padahal kita mengetahui bahwa Allah itu tidak ada yang menyamahi-Nya.
2. Ta’wîl bagi nash yang khusus berlaku dalam hukum taklifi yang terdorong
oleh usaha mengkompromikan antara hukum-hukum dalam ayat Al-
Qur’an atau hadits Nabi yang kelihatan menurut lahirnya bertentangan.
Persamaan dan Perbedaan Tafsir dan Ta’wil
Adakah persamaan dan perbedaan antara tafsir dan takwil. Menurut sebagian ulama,
antara lain, Abu Ubaidah dan yang sependirian dengannya, tafsir dan takwil memiliki
satu arti karena keduanya merupakan sinonim (murâdif) sehingga yang satu dan
lainnya digunakan untuk pengertian yang sama. Jadi, jika disebut kata tafsir berarti juga
takwil, dan sebaliknya, jika disebut kata takwil, berarti juga kata tafsir. Sebagian ahli
tafsir lainnya menentang pengidentikan, apalagi penyamaan, antara tafsir dan takwil
seperti yang dikemukakan Abu Ubaidah. Bagi mereka, takwil tidak sama dengan tafsir.
Hanya saja, mereka berbeda pendapat dalam mengedepankan sisi perbedaannya.
Istilah tafsir ar-Raghib, lebih banyak digunakan dalam konteks lafal dan makna
mufradat, sedangkan penggunaan takwil lebih banyak dihubungkan dengan persoalan
makna (isi) dari rangkaian pembicaraan secara keseluruhan (utuh). Menurut al-Thabarsi
(hidup pada awal abad enam Hijrah), tafsir adalah upaya menyibak pengertian dari lafal
yang musykil, sedangkan takwil adalah upaya mengembalikan salah satu dari dua
makna yang dimungkinkan ke arah pengertian yang lebih sesuai dengan makna lahir.
Abu Thalib Al-Tsa’labi mrngatakan bahwa takwil lebih berorientasi pada
pengabaran tentang hakikat sesuatu yang dikehendaki, sedangkan
tafsir lebih mengedepankan berita-informasi tentang dalil (petunjuk)
yang dikehendaki.
Terlepas dari perbedaan persepsi di antara para ahli tafsir tentang
persamaan dan perbedaan antara tafsir dan takwil itu, sesungguhnya,
sasaran dan tujuannya sama saja, yaitu menjelaskan maksud dan
makna. dari ayat-ayat Alquran. Secara teknis, mereka hampir tidak
pernah mempersoalkan persamaan atau perbedaan istilah tafsir dan
takwil persis sama seperti di antara ulama fikih yang tidak lagi
mempersoalkan sebutan wajib dan fardu dalam praktek ibadah.
Padahal, secara terminologi, terdapat perbedaan persepsi yang sangat
mendasar di antara fuqaha, terutama antara jumhur ulama di satu
pihak, dan Mazhab Hanafi di pihak lain
Persamaan
sama-sama sebagai sarana untuk memahami Al-Qur’an
memiliki tujuan yang sama, yaitu menjelaskan Al-Qur’an

Tafsir dan Ta’wil


Perbedaan
Tafsir lebih berorientasi pada riwayat dan makna lahir ayat

Ta’wil lebih mengacu kepada makna tersirat (isyarat) dan


pemahaman ayat
Daftar Pustaka
Izzan Ahmad, METODOLOGI ILMU TAFSIR, Tafakur (Kelompok HUMANIORA)- Anggota Ikapi
Berkhidmat untuk umat: Bandung. e-book
https://www.researchgate.net/profile/Sokhi-Huda/publication/321110175_Tafsir_al-
Qur'an_Konsep_Dasar_Klasifikasi_dan_Perkembangannya/links/5a0de14445851541b7079c5b/Taf
sir-al-Quran-Konsep-Dasar-Klasifikasi-dan-Perkembangannya.pdf
https://tafsir.learn-quran.co/blog/tafsir-ibnu-katsir/
https://andybudicahyono.blogspot.com/2018/05/makalah-tafsir-tawil-dan-terjemahan-al.html?
m=1
https://iqra.republika.co.id/berita/pozdun313/beda-tafsir-terjemah-dan-takwil
Semoga
bermanfaat :)

Anda mungkin juga menyukai