Suplemen Evaluasi
Suplemen Evaluasi
EVALUASI
Suplemen
bimtek
pangan nasional kapasitasnya
pembangunan
kompeten
melaksanakan
perhatian tematik permasalahan
reviu audit
sosialisasi
memenuhi pelaksanaan ukuran memberikan terhadap
tambah
tindak kertas
mengenai kerja
pihak kredibilitas
tersebut keuangan
Dalam disusun atas
Peran menyusun
auditintern
teknis
mengemuka minimal issue
belum program
bersikap sebagai
kegiatan
Intern penjabaran rangka
berkualitas
negara
SPIP
dapat
Presiden dalam nilai Luas ada proaktif selalu
IACM
BPKP
acuan
petunjuk lanjut guna
lingkungan Untuk
juga
perbaikan hasil kegiatan
secara mutu
rinci Standar Sebagai
profesi
jelas merespon
semakin
menjadi ini untuk batasan didukung
evaluasi
baru depan
terkait
SKPI
dengan namun jenis suatu
Adapun
terwujud
ketika
dampak current
perlu efektif
atau
reviu
suplemen
kondisi
dilakukan disusunlah asistensi konsultansi
dijabarkan
standar
masa
internnya
masyarakat penjelasan
menjelaskan
komunikasi
akuntabilitas
diperlukan kedeputian menuntut
perencanaan
menggambarkan pada
auditor
Pengawalan
mewujudkan pemerintah
mempertimbangkan
Edisi 1
Tahun 2019
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
EVALUASI
Suplemen
bimtek
pangan nasional kapasitasnya
pembangunan
kompeten
melaksanakan
perhatian tematik permasalahan
reviu audit
sosialisasi
memenuhi pelaksanaan ukuran memberikan terhadap
tambah
tindak kertas
mengenai kerja
pihak kredibilitas
tersebut keuangan
Dalam disusun atas
Peran menyusun
auditintern
teknis
mengemuka minimal issue
belum program
bersikap sebagai
kegiatan
Intern penjabaran rangka
berkualitas
negara
SPIP
dapat
Presiden dalam nilai Luas ada proaktif selalu
IACM
BPKP
acuan
petunjuk lanjut guna
lingkungan Untuk
juga
perbaikan hasil kegiatan
secara mutu
rinci Standar Sebagai
profesi
jelas merespon
semakin
menjadi ini untuk batasan didukung
evaluasi
baru depan
terkait
SKPI
dengan namun jenis suatu
Adapun
terwujud
ketika
dampak current
perlu efektif
atau
reviu
suplemen
kondisi
dilakukan disusunlah asistensi konsultansi
dijabarkan
standar
masa
internnya
masyarakat penjelasan
menjelaskan
komunikasi
akuntabilitas
diperlukan kedeputian menuntut
perencanaan
menggambarkan pada
auditor
Pengawalan
mewujudkan pemerintah
mempertimbangkan
Edisi 1
Tahun 2019
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
- ii -
TIM PENYUSUN
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
A. Pengertian ...................................................................... 6
B. Independensi dan Objektivitas ....................................... 10
C. Kompetensi, Kecakapan, dan Kecermatan Profesional .... 12
D. Dasar Penugasan ........................................................... 14
E. Sarana dan Prasarana.................................................... 15
F. Jangka Waktu Penugasan .............................................. 15
G. Sumber Pembiayaan ...................................................... 15
H. Tahapan Umum Penugasan ........................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai Auditor Internal Pemerintah RI, BPKP mempunyai misi
untuk menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas
pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional guna mendukung tata
kelola pemerintahan dan korporasi yang bersih dan efektif. Pengawasan
yang dilakukan diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi strategis,
proses pelaksanaan pengawasan sesuai dengan standar profesi, kegiatan
dukungan secara sinergis dan terintegrasi menghasilkan nilai tambah
pada pengelolaan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional.
Ruang lingkup pengawasan intern atas akuntabilitas pengelolaan
keuangan dan pembangunan nasional dilakukan oleh BPKP mencakup:
1. Kegiatan yang bersifat lintas sektoral;
2. Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara; dan
3. Kegiatan berdasarkan penugasan oleh presiden.
Selain hal tersebut, BPKP juga mendapatkan penugasan khusus yang
atas kegiatan yang terkait dengan maturitas SPIP dan kapabilitas APIP.
Dalam kapasitasnya sebagai auditor intern pemerintah,
kredibilitas dan nilai tambah pengawasan intern dapat terwujud ketika
auditor bersikap proaktif dan pengawasan internnya memberikan
pandangan baru dan mempertimbangkan dampak masa depan.
Pengawasan BPKP juga dilakukan untuk merespon permasalahan yang
mengemuka pada pembangunan nasional yang menjadi perhatian
Presiden atau masyarakat luas. Pengawalan akuntabilitas keuangan
negara menuntut BPKP untuk selalu proaktif dalam melakukan
pengawasan terhadap current issue yang sedang berkembang.
Peran BPKP yang efektif perlu didukung oleh Auditor yang
profesional dan kompeten dengan hasil pengawasan intern yang semakin
berkualitas. Dalam rangka mewujudkan hasil pengawasan intern yang
-2-
B. Tujuan
Suplemen evaluasi disusun dengan tujuan untuk:
1. Menjadi petunjuk pelaksanaan dalam penugasan evaluasi yang
dilakukan auditor BPKP;
2. Menjamin tercapainya transparansi dan keseragaman dalam proses
penugasan evaluasi yang dilakukan auditor BPKP;
3. Sebagai sarana pengendalian dan evaluasi atas kualitas pelaksanaan
kegiatan penugasan evaluasi di BPKP.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Suplemen Evaluasi ini meliputi:
1. Perencanaan penugasan evaluasi;
2. Pelaksanaan penugasan evaluasi;
3. Pelaporan dan pemantauan penugasan evaluasi.
-3-
D. Hierarki SKPI
E. Sistematika Penyajian
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan antara lain tentang latang belakang, tujuan, ruang
lingkup pedoman, hierarki SKPI, dan sistematika penyajian.
Bab II Gambaran Umum
Bab ini menguraikan antara lain tentang pengertian, independensi dan
objektivitas, kompetensi, kecakapan dan kecermatan professional, dasar
penugasan, sarana dan prasarana, jangka waktu penugasan, dan
sumber pembiayaan, dan tahapan umum penugasan.
Bab III Perencanaan
Bab ini menguraikan antara lain tentang perencanaan penugasan,
penetapan tujuan penugasan, penetapan ruang lingkup penugasan, dan
kegiatan perencanaan.
Bab IV Pelaksanaan
Bab ini menguraikan tentang pengidentifikasian informasi dan bukti,
analisis dan evaluasi bukti, perumusan simpulan hasil penugasan dan
-5-
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Pengertian
Pemberian Keyakinan (assurance) adalah seluruh proses
penyelenggaraan kegiatan seperti audit, reviu, evaluasi, dan pemantauan,
yang bertujuan untuk memberikan keyakinan bahwa kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien serta meningkatkan kualitas informasi yang andal dan
relevan untuk kepentingan pimpinan dalam rangka mewujudkan tata
kelola/kepemerintahan yang baik.
Penugasan pemberian keyakinan memberikan tingkat keyakinan
yang berbeda. Tingkat keyakinan yang diberikan bergantung pada sifat
tingkat pengumpulan bukti. Jenis laporan yang diberikan juga berbeda
untuk setiap penugasan pemberian keyakinan. Rincian karakteristik jenis
penugasan diuraikan sebagai berikut:
Jenis Derajat Keandalan Kedalaman Jumlah Sifat
Penugasan Assurance Bukti Bukti Bukti Assurance
Audit Tinggi / Sangat Sangat Ekstensif Positif
Memadai Andal Dalam / Luas
Reviu Sedang / Andal Dalam Signifika Negatif
Terbatas n
Evaluasi, Cukup Cukup Cukup Cukup Negatif
Pemantaua andal dalam
n dan
Pengawasan
Lainnya
D. Dasar Penugasan
Dasar Penugasan adalah dasar untuk melakukan tugas evaluasi
oleh auditor. Dasar penugasan dapat bersumber dari penugasan yang
bersifat mandatory (sudah semestinya) maupun permintaan. Penugasan
mandatory bersumber dari ketentuan atau peraturan yang diterbitkan
pemerintah yang memberikan kewenangan kepada BPKP untuk
melakukan penugasan pengawasan intern. Jenis penugasan ini biasanya
sudah masuk dalam PKPT (Program Kerja Pemeriksaan Tahunan) BPKP.
Penugasan yang bersifat permintaan adalah penugasan yang bersumber
dari permintaan tertulis dari objek pengawasan/mitra kerja. Penugasan
yang bersifat permintaan dari objek pengawasan/mitra kerja dapat
berupa bantuan kedinasan.
Bantuan kedinasan adalah kerja sama antara Badan dan/atau
Pejabat Pemerintah guna kelancaran pelayanan administrasi
pemerintahan di suatu instansi pemerintahan yang membutuhkan.
Mekanisme dan tata cara permintaan bantuan kedinasan tertuang dalam
Peraturan BPKP Nomor 4 Tahun 2018 tentang Bantuan Kedinasan di
Lingkungan BPKP dan perubahannya.
Secara umum mekanisme penugasan yang bersifat permintaan
(bantuan kedinasan) adalah sebagai berikut:
1. Nota Kesepahaman (MoU)
Nota Kesepahaman adalah kesepakatan di antara pihak untuk
berunding bahwa kedua belah pihak secara prinsip sudah memahami
dan akan melakukan sesuatu untuk tujuan tertentu sesuai isi dari
Nota Kesepahaman tersebut di kemudian hari.
MOU biasanya dibuat antara BPKP dengan stakeholder yang belum
mempunyai payung hukum atas kerja sama yang akan dilakukan di
kemudian hari.
a. Judul Nota Kesepahaman;
b. Pembukaan Nota Kesepahaman;
c. Substansi Nota Kesepahaman;
d. Bagian tanda tangan para pihak.
- 15 -
G. Sumber Pembiayaan
Pembiayaan adalah sumber dana yang digunakan untuk
membiayai penugasan evaluasi oleh auditor. Biaya yang diperlukan untuk
menunjang kegiatan penugasan yang dapat berupa biaya perjalanan
dinas dan atau honorarium. Sumber pembiayaan dapat bersumber dari
intern BPKP atau objek pengawasan/mitra kerja. Pengaturan lebih lanjut
mengenai pembiayan yang berasal dari mitra dapat dilihat dalam
- 16 -
BAB III
PERENCANAAN
A. Perencanaan Penugasan
Perencanaan penugasan sebagai aktivitas evaluasi harus
didasarkan atas penilaian risiko yang terdokumentasikan, yang dilakukan
sekurang-kurangnya setahun sekali. Auditor harus menyusun dan
mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan yang mencakup
tujuan penugasan, ruang lingkup, waktu, dan alokasi sumber daya.
Rencana penugasan harus mempertimbangkan strategi organisasi, tujuan
dan risiko-risiko yang relevan untuk penugasan itu.
Dalam merencanakan penugasan, auditor harus
mempertimbangkan:
1. Strategi dan sasaran dari kegiatan yang sedang dievaluasi dan
mekanisme yang digunakan dalam mengendalikan kinerjanya, risiko
signifikan atas sasaran, sumber daya, dan operasi aktivitas yang
direviu, dan bagaimana menurunkan dampak risiko tersebut sampai
pada tingkat yang dapat diterima.
2. Kecukupan dan efektivitas tata kelola, pengelolaan risiko dan proses
pengendalian dibandingkan dengan kerangka atau model yang relevan,
peluang untuk meningkatkan secara signifikan proses tata kelola,
pengelolaan risiko dan pengendalian.
Proses perencanaan penugasan evaluasi di BPKP terbagi menjadi
empat tahap, yaitu:
1. Penyusunan Rencana Evaluasi
Rencana Evaluaimsi didefinisikan sebagai daftar semua kemungkinan
pemantauan yang dapat dilakukan atas entitas‐entitas evaluasi
(evaluation units). Pendekatan yang dapat digunakan untuk menyusun
evaluasi adalah:
a. Struktur organisasi (unit instansi, satuan kerja, dan lain‐lain);
b. Proyek (pembangunan fisik, sarana prasarana, pengembangan
sistem, prosedur dan program, pengembangan produk, dan lain‐lain);
- 18 -
4. Sustainability (Keberlanjutan);
5. Impact/dampak upaya pembangunan.
BAB IV
PELAKSANAAN
3. Pengumpulan/Perolehan Data
Kegiatan ini terfokus pada pengumpulan dan/atau perolehan data
tentang kegiatan, hasil, konteks, dan faktor-faktor lain. Teknik yang
dipilih dalam kegiatan ini tergantung dari jenis informasi yang ingin
diperoleh dari partisipan dan cara yang akan digunakan untuk
menganalisis informasi tersebut.
Kegiatan pengumpulan/perolehan data dapat dikelompokan menjadi:
a. Informasi dari perorangan
1) Deliberative Opinion Polls, yaitu perolehan informasi dari para
responden yang sebelumnya telah menerima informasi
tentang permasalahan yang dievaluasi sehingga responden
tersebut mendapat pengetahuan lebih banyak sebelum
menjawab pertanyaan.
2) Hierarchical Card Sort, yaitu pernyortiran kartu secara
partisipatif yang dirancang untuk memberikan wawasan
tentang bagaimana masyarakat melakukan pengelompokan
dan pemeringkatan fenomena-fenomena yang berbeda.
3) Convergent Interviews, yaitu jenis wawancara yang
dimaksudkan untuk mengeksplorasi permasalahan secara
luas dengan menggunakan wawancara yang tidak terstruktur
dan sampel yang sangat beragam.
4) In-depth Interviews, yaitu penggunaan beberapa sesi
wawancara untuk mengumpulkan tanggapan secara rinci dari
responden, lebih rinci dari jawaban awal atas perntanyaan
yang diajukan.
5) Key Informant Interviews, yaitu wawancara yang dilakukan
kepada responden tertentu yang memiliki pegetahuan lebih
banyak tentang permasalahan yang dievaluasi.
- 38 -
c. Observasi
1) Field Trips, yaitu menyelenggarakan perjalanan dimana
pesertanya dapat mengunjungi situs atau tempat pelaksanaan
kegiatan/program.
2) Non-participant Observation, yaitu melakukan pengamatan
tanpa berpartisipasi secara langsung dengan objek pengamatan.
- 40 -
c. Prinsip lengkap dan cermat artinya informasi dan data dalam KKE
harus lengkap dan cermat agar mendukung simpulan, hasil
evaluasi dan rekomendasinya. Kelengkapan dan kecermatan lebih
berhubungan dengan informasi/data atas suatu permasalahan,
bukan berhubungan dengan populasi data. Auditor di lapangan
sebaiknya membuat daftar hal-hal yang perlu dilakukan untuk
menjaga kelengkapan dan kecermatan KKE.
d. Prinsip mudah dipahami artinya KKE harus menggunakan bahasa
yang sederhana, ringkas dan runtut alur pikirnya, sehingga dapat
diketahui perencanaan, yang telah dilaksanakan, yang ditemukan
dan yang disimpulkan. Agar mudah dipahami, judul harus jelas
pada setiap permasalahan/topik. Penggunaan tickmarks dan
simbol lainnya harus konsisten selama evaluasi dan diberi
penjelasan yang memadai. KKE yang berkaitan harus diberi
referensi silang yang memadai dan sumber data harus
diidentifikasi dengan jelas.
e. Prinsip rapi berhubungan dengan tata ruang/layout penulisan,
pengorganisasian dan pengelolaan fisik KKE. Untuk kerapian, KKE
sebaiknya ditulis pada satu muka. Apabila diperlukan untuk
menulis pada halaman sebaliknya, harus dibuat petunjuk yang
jelas. Penyisipan dan penulisan di sela-sela baris harus
dihindarkan dengan memperkirakan kebutuhan dan pengaturan
sebelum dimulai penulisan. Untuk informasi/data yang saling
berhubungan antar berbagai lembar KKE, perlu dilengkapi dengan
pemberian daftar isi, penomoran dan pemberian indeks secara
sistematis, serta pemberian referensi yang jelas.
f. Prinsip efisien artinya menghindari pembuatan daftar yang tidak
perlu dan menggunakan copy dari catatan objek
pengawasan/mitra kerja. Auditor cukup memberikan simbol dan
tickmark untuk menandai pengujian yang dilakukan. Agar efisien,
auditor perlu melakukan berbagai analisis dalam satu daftar
(worksheet). Usaha efisiensi penyusunan KKE berarti pula
- 48 -
18. Penjelasan dalam KKE atas prosedur atau kesimpulan evaluasi yang
dibuat setelah LHE terbit, sebaiknya:
a. Menunjukkan cara mengubah informasi tersebut beserta komentar
dan analisis kerja semula;
b. Menunjukkan secara jelas dilakukannya prosedur-prosedur
evaluasi terkait atau kesimpulan yang dicapai sebelum tanggal
terbit LHE;
c. Dilengkapi dengan tanda tangan atau paraf petugas yang
menyiapkan dan mereviu KKE; dan
d. Dilengkapi dengan tanggal saat informasi di dalam KKE
ditambahkan atau direviu.
19. Perubahan (penambahan dan/atau pengurangan) pada KKE
hendaknya tidak dibuat setelah:
a. Terdapat panggilan pengadilan yang berkaitan dengan proses
pengadilan, investigasi yang dilakukan aparat penegak hukum,
atau persoalan-persoalan lainnya;
b. Datangnya informasi yang menjadi perhatian auditor yang
menunjukkan bahwa LHE atau ruang lingkup evaluasi ditolak.
20. KKE hendaknya mengidentifikasi hasil pelaksanaan prosedur, hal-hal
penting yang dilaksanakan dalam mencapai suatu kesimpulan, dan
pernyataan singkat mengenai kesimpulan tersebut.
21. Pada kesimpulan hasil evaluasi, sebaiknya tidak dijumpai lagi adanya
unsur-unsur yang terbuka, prosedur-prosedur yang belum selesai,
simbol-simbol yang tidak dapat dijelaskan, atau pertanyaan-
pertanyaan yang belum dijawab. KKE harus konsisten (dalam segala
hal) dengan LHE.
22. Untuk ketertiban dan memudahkan identifikasi seerta penggunaan
KKE sebagai referensi/rujukan di waktu yang akan datang, serta
memudahkan reviu, maka KKE wajib diberi nomor, dan skema
penomorannya wajib diterapkan secara konsisten.
23. Ordner atau rangkaian map berisi kumpulan KKE hendaknya
memiliki daftar isi sebagai petunjuk singkat mengenai informasi yang
- 52 -
E. Supervisi Penugasan
Pada setiap tahap penugasan evaluasi, auditor harus disupervisi
secara memadai untuk memastikan tercapainya sasaran, terjaminnya
kualitas, dan meningkatnya kompetensi auditor. Supervisi merupakan
tindakan yang terus-menerus selama penugasan evaluasi, mulai dari
perencanaan hingga dikomunikasikannya hasil akhir evaluasi. Supervisi
harus diarahkan baik pada substansi maupun metodologi evaluasi
dengan tujuan antara lain untuk mengetahui:
1. pemahaman tim evaluasi atas rencana evaluasi;
2. kesesuaian pelaksanaan penugasan evaluasi dengan standar evaluasi;
- 53 -
a) Perencanaan evaluasi
Ketua tim melakukan pembinaan kepada anggota tim untuk
memahami tujuan evaluasi, PKE, dan bentuk LHE beserta
isi/informasi yang akan dituangkan di dalam LHE.
b) Pelaksanaan evaluasi
Ketua tim evaluasi bertanggung jawab atas pelaksanaan
evaluasi dengan arahan dari Pengendali Teknis/Mutu
evaluasi. Ketua tim harus meyakinkan diri bahwa setiap
anggota tim telah diberitahu mengenai hubungan tugas
setiap anggota tim dengan:
(1) keseluruhan pekerjaan dalam evaluasi;
(2) kualitas pekerjaan yang diharapkan;
(3) kriteria untuk evaluasi pelaksanaan evaluasi;
(4) metode-metode pelaksanaan evaluasi; dan
(5) isi laporan yang diusulkan.
Ketua tim juga harus terus memantau kegiatan yang
dilakukan anggota tim secara terus menerus dan
berkesinambungan. Anggota tim tidak boleh dibiarkan
terlalu lama dalam kesukaran atau kebingungan dalam
melaksanakan evaluasi karena adanya hal-hal yang belum
dapat mereka putuskan. Evaluasi yang berjalan salah arah
akan mengakibatkan kegiatan evaluasi kurang efektif dan
pemborosan sumber daya dan dana. Hal-hal yang harus
direviu oleh ketua tim pada saat pelaksanaan kegiatan
evaluasi adalah sebagai berikut:
(1) reviu atas pelaksanaan PKE;
(2) reviu pembuatan KKE;
(3) reviu atas kecukupan, relevansi, dan keandalan bukti;
(4) reviu atas kecukupan dan kecermatan pengujian;
(5) reviu atas pembuatan simpulan, konsistensi data dan
ikhtisar;
(6) reviu atas pencapaian tujuan evaluasi dan kegiatan;
- 58 -
2) Format Formulir KM 7a
Nama Kementerian/Lembaga/Pemda Formulir KM 7 a
Nama Unit Kerja Eselon I/II
LAPORAN HARIAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGGUNAAN
JAM PENUGASAN KEGIATAN PENGAWASAN
Periode 1 Januari-30 Juni/1 Juli-31 Desember*
Tahun …………..
A. Identitas Auditor
1. Nama : …………………………………………………
2. NIP : …………………………………………………
3. Pangkat/Gol. Ruang : …………………………………………………
4. Jabatan : …………………………………………………
8 keterangan lembur.
(9) Kolom : Diisi dengan jam kerja yang dapat
9 dipertanggungjawabkan oleh Auditor pada
jam kerja lembur (misal mulai 0 s/d 2 jam).
Kolom ini diisi oleh Auditor.
(10) Kolom : Diisi dengan paraf atasan langsung dalam
10 penugasan minimal auditor
madya/pengendali teknis sebagai tanda
telah sahnya jumlah jam kerja pada kolom
9.
(11) Kolom : Diisi dengan penjumlahan kolom 6 dan 9.
11
b. Formulir KM 7b
Formulir KM 7 b adalah formulir yang berisi informasi tentang
Laporan Rekapitulasi Pertanggungjawaban Penggunaan Jam
Penugasan Kegiatan Pengawasan.
1) Tujuan Formulir KM 7b
Formulir KM 7b merupakan rekapitulasi pertanggungjawaban
jam kerja masing-masing auditor sesuai perannya yaitu:
Anggota Tim, Ketua Tim, Dalnis dan Daltu dalam suatu periode.
Melalui Form KM 7b ini maka penugasan yang dilaksanakan
oleh setiap auditor pada periode tertentu dapat dipantau dan
dinilai oleh atasan langsungnya dengan membandingkan antara
anggaran waktu dengan realisasinya.
2) Format KM 7b
- 70 -
Ttd
Nama
NIP
c. Formulir KM 8
Formulir KM 8 adalah formulir yang berisi informasi tentang
Lembar Reviu Supervisi.
1) Tujuan Formulir KM 8
Formulir KM 8 merupakan laporan supervisi pelaksanaan
pengawasan yang digunakan untuk mencatat hasil kunjungan
supervisi yang dilakukan oleh Pengendali Teknis, atau
Pengendali Mutu. Setiap melakukan kunjungan supervisi,
Dalnis atau Daltu harus membuat atau mengisi formulir KM 8
ini, agar efektif sebaiknya dilakukan pada saat penugasan
sedang berlangsung dan waktunya harus disesuaikan dengan
rencana sesuai Kartu Penugasan (KM 5). Formulir KM 8 yang
telah dibuat harus diserahkan/dilaporkan kepada atasan
langsung sebagai laporan atas supervisi yang telah dilakukan
serta untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
pengawasan di lapangan. Pengendali Teknis melaporkan hasil
supervisinya kepada Pengendali Mutu, dan Pengendali Mutu
melaporkan hasil supervisinya kepada Penanggung jawab.
Formulir KM 8 yang telah dibuat harus ditandatangani oleh
Pejabat yang melakukan supervisi (Pengendali Teknis atau
Pengendali Mutu).
2) Format KM 8
- 73 -
1
2
....
Pengendali Teknis/Daltu,
Tanda tangan : ………………………
Nama : ………………………
Tanggal : ………………………
3) Petunjuk Pengisian Formulir KM 8
d. Formulir KM 9
Formulir KM 9 adalah formulir yang berisi informasi tentang
Evaluasi Pemakaian Jam Penugasan.
1) Tujuan Formulir KM 9
Formulir KM 9 digunakan untuk mengevaluasi pemakaian jam
pelaksanaan pengawasan per mingguan, tetapi dibuat secara
bulanan. Evaluasi tersebut dibuat untuk setiap tahap
pengawasan, yaitu mulai tahap persiapan, tahap pelaksanaan
sampai dengan tahap penyelesaian pengawasan. Formulir KM 9
ini dibuat terutama untuk penugasan yang lamanya lebih dari
- 75 -
Minggu/Bulan ke JUML
Tahap Pengawasan Jam Auditor
AH
I II III IV V
1 2 3 4 5 6 7 8
………………,………….. ..............,.............
Disetujui oleh Disusun oleh
Atasan
Langsung/Daltu/
Pejabat Eselon III Pengendali Teknis
e. Formulir KM 10
Formulir KM 10 adalah formulir yang berisi informasi tentang
Daftar Pengujian (Check List) untuk Ketua Tim, Dalnis, dan Daltu.
1) Tujuan Formulir KM 10
Formulir KM 10 digunakan untuk menguji apakah kegiatan
pengawasan mulai persiapan, pelaksanaan sampai dengan
penyelesaian pengawasan telah dilaksanakan sesuai dengan
kebijakan dan rencana pengawasan, telah sesuai dengan
prosedur yang seharusnya, dan telah memenuhi kelengkapan
dokumen pengawasan. Formulir KM 10 dibuat dengan tujuan
sebagai salah satu alat pengendalian dalam rangka general
review atas perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian
pengawasan untuk setiap penugasan pengawasan, apakah
secara umum telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan
pelaksanaan pengawasan sebagaimana mestinya. Dengan
diselenggarakannya Formulir KM 10 ini, maka dapat diketahui
sejauh mana pelaksanaan tanggung jawab pengawasan dari
masing-masing pejabat yang terlibat pada organisasi
pengawasan. Formulir KM 10 pertama kali disiapkan oleh Ketua
Tim kemudian menempelkan pada konsep Laporan Hasil
Pengawasan (LHP) yang disusun oleh Ketua Tim. Bersamaan
dengan proses reviu terhadap konsep LHP, setiap pejabat yang
terlibat dalam kegiatan pengawasan mulai dari Ketua Tim,
- 78 -
No. KETUA
Pertanyaan DALNIS DALTU
Urut TIM
(1) (2) (3) (4) (5)
I PENUGASAN PERENCANAAN
A Apakah dibuat Kartu Penugasan?
B
Apakah dikembangkan Tujuan Pengawasan,
Lingkup Pekerjaan, Penaksiran Risiko?
C Apakah sudah diperoleh:
1 Misi, tujuan dan rencana organisasi;
2 Informasi organisasi;
3 Kertas Kerja terakhir;
4 File permanen;
5 Data pembanding;
6 Data Anggaran;
7 Literatur teknis.
D Adakah perubahan pelaksana dari rencana semula?
E Jika ada perubahan apakah sudah dibuat Memo
persetujuan dan sudah dilampirkan ke kartu
penugasan di Pengendali Mutu?
F Apakah sudah dibuat rapat koordinasi ?
G Apakah sudah dibuat ringkasannya dan telah
didistribusikan?
H
Apakah sebelum dibuat program pengawasan, telah
dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:
- 79 -
No. KETUA
Pertanyaan DALNIS DALTU
Urut TIM
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Melakukan persiapan survei pendahuluan;
2 Melakukan survei pendahuluan;
3 Membuat ikhtisar hasil survei.
I Apakah program pengawasan telah mengacu pada
program baku dan hasil pengumpulan informasi?
No. KETUA
Pertanyaan DALNIS DALTU
Urut TIM
(1) (2) (3) (4) (5)
di tim
dengan Pengendali Teknis
dengan Pengendali Mutu
Q Apakah dilakukan komunikasi temuan dan
rekomendasi perbaikan dengan objek
pengawasan/mitra kerja?
R Apakah ada komitmen tindak lanjut dari objek
pengawasan/mitra kerja yang dituangkan dalam
Berita Acara Kesepakatan atas rekomendasi yang
diberikan?
A RINGKASAN PIMPINAN
Ringkasan pimpinan memuat overview ringkas atas
objek pengawasan/mitra kerja/instansi
(Kementrian, Lembaga), Pemda, Badan Usaha,
Program, Kegiatan , tujuan pengawasan, ruang
lingkup, referensi atas kriteria pengawasan,
metodologi pengawasan, dan simpulan hasil
pengawasan atas setiap tujuan pengawasan.
B BADAN LAPORAN
Kecukupan informasi latar belakang objek
1 pengawasan/mitra kerja, instansi (Kementrian,
Lembaga), Pemda, Badan Usaha, Program, Kegiatan.
2 Tujuan pengawasan dan kriteria yang berkaitan.
No. KETUA
Pertanyaan DALNIS DALTU
Urut TIM
(1) (2) (3) (4) (5)
C FORMAT LAPORAN
Daftar isi yang menggambarkan struktur laporan
1 dan judul yang sama dengan judul pada halaman
badan.
D LAIN-LAIN
Penyusunan telah melalui proses reviu yang
1
memadai:
a. Pengendali Teknis;
b. Pengendali Mutu.
2 Distribusi laporan telah sesuai ketentuan.
BAB V
KOMUNIKASI HASIL EVALUASI
A. Fungsi Komunikasi
Salah satu tahapan akhir proses penugasan evaluasi adalah
komunikasi hasil evaluasi. Komunikasi hasil evaluasi berfungsi untuk:
1. Mengomunikasikan hasil evaluasi kepada objek pengawasan/mitra
kerja dan pihak lain yang berwenang berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
2. Menghindari kesalahpahaman atas hasil evaluasi.
3. Menjadi bahan untuk melakukan tindakan perbaikan bagi objek
pengawasan/mitra kerja dan instansi terkait.
4. Memudahkan pemantauan tindak lanjut untuk menentukan
pengaruh tindakan perbaikan yang semestinya telah dilakukan.
Salah satu bentuk komunikasi hasil evaluasi antara lain
penyampaian hasil sementara dan laporan. Komunikasi hasil evaluasi
harus mencakup sasaran dan ruang lingkup penugasan evaluasi serta
simpulan, saran atau rekomendasi, dan rencana aksi. Simpulan evaluasi
harus mempertimbangkan harapan objek pengawasan/mitra kerja dan
para pemangku kepentingan lainnya serta harus didukung oleh
informasi yang cukup, kompeten, relevan, dan berguna.
Sebelum penyusunan laporan evaluasi, auditor harus memperoleh
tanggapan pejabat objek pengawasan/mitra kerja yang bertanggung
jawab mengenai kesimpulan, fakta, dan rekomendasi auditor, serta
perbaikan yang direncanakan. Sehingga dapat diperoleh suatu laporan
yang tidak hanya mengemukakan fakta dan pendapat auditor saja,
melainkan memuat pula pendapat dan rencana yang akan dilakukan
oleh pejabat yang bertanggung jawab tersebut.
Apabila tanggapan dari objek pengawasan/mitra kerja
bertentangan dengan kesimpulan, fakta, dan rekomendasi dalam laporan
hasil evaluasi, dan menurut pendapat auditor tanggapan tersebut tidak
benar, maka auditor harus menyampaikan ketidaksetujuannya atas
- 83 -
C. Pelaporan
Laporan hasil evaluasi adalah sarana mengomunikasikan hasil
evaluasi kepada pemakai laporan secara tertulis. Para pemakai laporan
mengharapkan informasi yang akurat dan objektif yang akan digunakan
dalam melaksanakan fungsi di bidangnya masing-masing. Auditor
berkewajiban menyediakan informasi yang berguna dan tepat waktu
mengenai persoalan penting serta menyarankan perbaikan.
1. Bentuk Komunikasi Hasil Evaluasi
Komunikasi evaluasi melalui laporan hasil evaluasi (LHE) harus
dibuat dalam bentuk dan isi yang dapat dimengerti oleh objek
pengawasan/mitra kerja dan pihak lain yang terkait. Bentuk laporan
pada dasarnya bisa berbentuk bab maupun surat.
a. LHE bentuk bab
Penyusunan LHE dalam bentuk bab sangat sesuai untuk
menyampaikan informasi penting dengan jumlah materi yang
banyak.
b. LHE bentuk surat
Laporan bentuk surat biasanya digunakan apabila hal–hal yang
ingin dilaporkan materinya relatif sedikit atau harus disampaikan
segera.
2. Isi Laporan Hasil Evaluasi
Baik bentuk surat maupun bab, laporan hasil evaluasi setidaknya
harus memuat:
a. dasar melakukan evaluasi;
b. identifikasi objek pengawasan/mitra kerja;
c. tujuan/sasaran, lingkup dan metodologi evaluasi;
d. pernyataan bahwa evaluasi dilaksanakan sesuai dengan standar
evaluasi;
- 86 -
d. Objektif
Objektif berarti adil, tidak memihak, tidak berat sebelah, dan
merupakan hasil dari pemikiran adil dan seimbang atas seluruh
fakta dan keadaan yang relevan.
e. Meyakinkan
Informasi yang disajikan harus cukup meyakinkan pengguna
laporan untuk mengakui validitas hasil evaluasi tersebut dan
manfaat penerapan rekomendasi.
f. Jelas
Jelas berarti mudah dipahami dan logis, terhindar dari pemakaian
istilah teknis yang tidak penting dan menyajikan seluruh informasi
yang signifikan dan relevan.
g. Ringkas
Ringkas berarti langsung pada masalahnya, dan menghindari
uraian yang tidak perlu, detail yang berlebihan, pengulangan, dan
terlalu panjang.
PENYELESAIAN
NO URUT HAL LHP PERMASALAHAN KETERANGAN
MASALAH
1 2 3 4 5
1. Bentuk Formulir KM 12
ROUTING SLIP
E. Distribusi Laporan
Auditor harus mengomunikasikan dan mendistribusikan hasil
penugasan evaluasi kepada pihak yang tepat, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pengomunikasian hasil penugasan
evaluasi harus dilaksanakan tepat waktu kepada pemberi tugas dan
pihak yang berkepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Namun dalam hal yang dievaluasi merupakan
rahasia negara maka untuk tujuan keamanan atau dilarang disampaikan
kepada pihak-pihak tertentu atas dasar ketentuan peraturan perundang-
undangan, auditor dapat membatasi pendistribusian hasil evaluasi.
BAB VI
PEMANTAUAN TINDAK LANJUT
1. Perencanaan
a. Lakukan kaji ulang terhadap Laporan Hasil Evaluasi termasuk
rencana tindak lanjut temuan, surat-surat berkaitan dengan
proses tindak lanjut atau informasi lainnya dari pihal objek
pengawasan/mitra kerja, atau dari pihak auditor sebelumnya.
Perhatikan rekomendasi yang seharusnya sudah ditindak lanjuti
pada periode sebelumnya, tetapi kenyataannya belum
dilaksanakan. Pemeriksa harus mempelajari kembali kertas kerja
pemeriksaan tindak lanjut sebelumnya;
b. Tentukan rekomendasi yang berstatus dalam proses pelaksanaan
dan rekomendasi-rekomendasi mana yang belum jatuh tempo;
c. Tentukan pejabat atau orang yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan tindak lanjut;
d. Tentukan bukti-bukti apa saja yang diperlukan untuk menilai
pelaksanaan tiap rekomendasi;
e. Lakukan pembicaraan pada tingkat pusat sebelum melakukan
kunjungan ke lokasi guna mendapatkan informasi yang mutakhir
terutama yang berkaitan dengan temuan yang tindak lanjutnya
melibatkan kantor pusat;
f. Susun rencana pemeriksaan secara detail atau rinci per tiap
rekomendasi yang mencakup:
1) Apakah pemeriksaan dilakukan di tempat (on desk review) atau
di lapangan (on site review);
2) Apakah pengujian secara rinci atau tidak;
3) Apakah perlu dilakukan wawancara dan siapa saja yang akan
diwawancarai (format wawancara harus disiapkan sebelum ke
lapangan);
4) Jenis bukti apa saja yang perlu diuji.
- 98 -
2. Pelaksanaan
a. Adakan pertemuan dengan pejabat yang berwenang dan jelaskan
sasaran, ruang dan proses pemeriksaan serta pelaporan hasil
pemeriksaan tindak lanjut;
b. Dapatkan bukti yang diperlukan sebagai hasil dilaksanakannya
tindak lanjut;
c. Nilai tindakan yang telah dilaksanakan apakah telah menjamin
tujuan rekomendasi yang disarankan;
d. Susun kertas kerja pemeriksaan;
e. Bicarakan hasil evaluasi dengan pihak objek pengawasan/mitra
kerja, terutama rekomendasi yang telah jatuh tempo namun belum
ada tindak lanjutnya, atau tidak lanjut yang tidak sesuai dengna
saran tindak lanjut yang telah disepakati semula;
f. Adakan analisis posisi masing–masing rekomendasi temuan hasil
evaluasi yaitu:
1) Telah dilaksanakan sesuai rekomendasi (dilengkapi bukti yang
cukup);
2) Sedang dalam proses pelaksanaan (disertai bukti dukungan);
3) Belum dapat dilaksanakan;
4) Tidak dapat dilaksanakan karena alasan tertentu (temuan
teguran, dan dibicarakan dengan pihak pemeriksa yang
mendapatkan temuan).
Catatan Status
01 telah ditindak lanjuti
02 sedang dalam proses
03 tidak dapat ditindak lanjuti
- 101 -
DAFTAR PUSTAKA
Messier, WF, Glover, SM, & Prawitt, DF. 2008. Auditing & Assurance
Services: A Systematic Approach (Sixth Edition). New York: McGraw-Hill.
Reding, KF, Sobel, PJ, Anderson, UL, Head, MJ, Ramamoorti, A, Salamasick
M & Riddle, C. 2013. Internal Auditing: Assurance & Advisory Services
(Third Edition). Chicago: The Institute of Internal Auditors.