Anda di halaman 1dari 3

YAW

DONGENG DARI DESA AIR ITAM KAB. PALI SUM-SEL

( Agus Munir)

Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa bernama Pinang Belarik yang terhampar
di antara hutan dan rawa-rawa dengan air yang jernih berwarna hitam, terdapat sebuah
rumah yang dihuni oleh keluarga yang taat beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Mereka hidup dengan penuh keberkahan dan kebahagiaan, selalu mengingat
anugerah Tuhan dalam setiap langkah hidup mereka.

Di pinggiran desa itu, terdapat sebuah rumah yang dihuni oleh keluarga yang penuh
kasih sayang. Di halaman belakang rumah, seorang gadis kecil bernama Menayu
dengan penuh semangat sedang bermain sambil bernyanyi

"Kajut, oh kajut, dimana kau... dimana kau...

Puguk, oh puguk, dimana kau... dimana kau...

Aku ingin pulang, Aku ingin pulang,

Aku lapar, Aku ingin pulang,

Kajut, oh kajut, dimana kau... dimana kau...

Aku lapar, puguk, oh puguk, dimana kau... dimana kau...

Aku lapar..."

Namun, nyanyian riang Menayu terputus oleh suara kentongan yang mengumumkan
waktu ashar, memanggil umat untuk kembali kepada Tuhan dalam shalat.

"Menayu, pulanglah sekarang! Sudah saatnya ashar, jangan bermain terlalu lama di
luar," seru Arya, kakak Menayu, dengan penuh kepedulian.

"Kak, aku belum selesai bermain!" Menayu menjawab dengan riang.

"Baiklah, tetapi ingatlah akan waktu shalat kita," Arya mengingatkannya sebelum pergi.
Kemudian, ayah Menayu datang menghampiri dengan lembut.

"Ayu, saatnya mandi, jangan biarkan ayahmu memanggilmu dua kali," pintanya dengan
penuh kasih sayang.

"Ayah, aku masih ingin bermain sebentar lagi," Menayu menolak dengan lembut.

"Ayu, dengarkanlah ayahmu. Setelah bermain, segeralah mandi," ayahnya berkata


dengan lembut sebelum meninggalkannya bermain sendirian dibelakang rumah.

Menayu melanjutkan bermain dengan penuh kegembiraan, namun bola yang ia mainkan
tergelinding masuk ke dalam hutan. Tanpa ragu, Menayu mengejar bola tersebut dan
terus masuk lebih dalam ke dalam hutan.

"Dimanakah bola itu?" gumamnya sambil mencari. Tanpa disadari, ia semakin jauh
masuk ke dalam hutan dan kehilangan arah.

"Tidak! Aku tersesat! Ayah, tolong aku!" Menayu menangis, kehilangan jalan pulang.

Tiba-tiba, terdengar suara samar dari kejauhan, seakan-akan nenek Menayu


memanggilnya. Ia segera berlari menuju suara itu.

"Nenek, aku di sini!" serunya, namun yang muncul bukanlah neneknya. Namun Sebuah
sosok menakutkan dengan kepala terbalik dan tatapan tajam yang seram, serta telapak
kakinya terbalik ke belakang membuatnya semakin menakutkan.

"Tidak!..." teriak Menayu, Menayu pun seketika teringat dengan doa yang diajarkan
oleh orang tuanya. Menayu pun berdoa meminta kepada tuhan agar dijauhkan dari
mahluk menyeramkan itu.

Di desa, orang-orang mencari Menayu namun tak kunjung ditemukan. Mereka percaya
bahwa Menayu telah diculik oleh sosok yang menyeramkan itu, yang mereka sebut
YAW, mahluk halus pengganggu anak-anak yang berani bermain sendirian diwaktu
antara Ashar dan Magrib.

Namun dengan ajaibnya, Menayu ditemukan tertidur pulas ditempat dia bermain,
setelah tiga hari dicari-cari oleh warga desa dan keluarganya. Akhirnya Menayu pun
kembali kepada keluarganya dan Menayu berjanji akan patuh kepada orang tua dan rajin
sholat.

Legenda tentang YAW masih diceritakan hingga kini.

Dongeng ini mengajarkan pentingnya beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, dan berakhlak mulia. Semoga kita selalu dijauhkan dari bahaya dan selalu
mendapat perlindungan-Nya.

Anda mungkin juga menyukai