Anda di halaman 1dari 60

Cerita Dongeng Aceh : Kisah Banta Barensyah

Cerita dongeng Aceh yang ada di blog ini sudahlah banyak. Kali ini kami dongengkan
satu cerita rakyat Aceh yang paling terkenal. Ceritanya sangat seru dan memiliki
pesan moral yang dapat dipetik. Banta Berensyah Merupakan seorang anak laki-laki
yatim dan miskin. Ia sangat rajin bekerja dan selalu bersabar dalam menghadapi
berbagai hinaan dari pamannya yang bernama Jakub. Berkat kerja keras dan
kesabarannya menerima hinaan tersebut, ia berhasil menikah dengan seorang putri
raja yang cantik jelita dan dinobatkan menjadi raja. Bagaimana kisahnya? Ikuti
cerita Banta Berensyah berikut ini!
Cerita Dongeng Aceh Terbaik : Kisah Banta Berensyah

Pada jaman dahulu kala, di sebuah dusun terpencil di daerah Nanggro Aceh
Darussalam, hiduplah seorang janda bersama seorang anak laki-lakinya yang bernama
Banta Berensyah. Banta Berensyah seorang anak yang rajin dan mahir bermain suling.
Kedua ibu dan anak itu tinggal di sebuah gubuk bambu yang beratapkan ilalang dan
beralaskan dedaunan kering dengan kondisi hampir roboh.

Kala hujan turun, air dengan leluasa masuk ke dalamnya. Bangunan gubuk itu benar-
benar tidak layak huni lagi. Namun apa hendak dibuat, jangankan biaya untuk
memperbaiki gubuk itu, untuk makan sehari-hari pun mereka kesulitan.

Untuk bertahan hidup, ibu dan anak itu menampi sekam di sebuah kincir padi milik
saudaranya yang bernama Jakub. Jakub adalah saudagar kaya di dusun itu. Namun, ia
terkenal sangat kikir, loba, dan tamak. Segala perbuatannya selalu diperhitungkan
untuk mendapatkan keuntungan sendiri. Terkadang ia hanya mengupahi ibu Banta
Berensyah dengan segenggam atau dua genggam beras. Beras itu hanya cukup dimakan
sehari oleh janda itu bersama anaknya.

Pada suatu hari, janda itu berangkat sendirian ke tempat kincir padi tanpa ditemani
Banta Berensyah, karena sedang sakit. Betapa kecewanya ia saat tiba di tempat itu.
Tak seorang pun yang menumbuk padi. Dengan begitu, tentu ia tidak dapat menampi
sekam dan memperoleh upah beras. Dengan perasaan kecewa dan sedih, perempuan paruh
baya itu kembali ke gubuknya. Setibanya di gubuk, ia langsung menghampiri anak
semata wayangnya yang sedang terbaring lemas. Wajah anak itu tampak pucat dan
tubuhnya menggigil, karena sejak pagi perutnya belum terisi sedikit pun makanan.
Advertisements

“Ibu...! Banta lapar,” rengek Banta Berensyah.

Janda itu hanya terdiam sambil menatap lembut anaknya. Sebenarnya, hati kecilnya
teriris-iris mendengar rengekan putranya itu. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa,
karena tidak ada sama sekali makanan yang tersisa. Hanya ada segelas air putih yang
berada di samping anaknya. Dengan perlahan, ia meraih gelas itu dan mengulurkannya
ke mulut Banta Berensyah. Seteguk demi seteguk Banta Berensyah meminum air dari
gelas itu sebagai pengganti makanan untuk menghilangkan rasa laparnya. Setelah
meminum air itu, Banta merasa tubuhnya sedikit mendapat tambahan tenaga. Dengan
penuh kasih sayang, ia menatap wajah ibunya. Lalu, perlahan-lahan ia bangkit dari
tidurnya seraya mengusap air mata bening yang keluar dari kelopak mata ibunya.

“Kenapa ibu menangis?” tanya Banta dengan suara pelan.

Mulut perempuan paruh baya itu belum bisa berucap apa-apa. Dengan mata berkaca-
kaca, ia hanya menghela nafas panjang. Banta pun menatap lebih dalam ke arah mata
ibunya. Sebenarnya, ia mengerti alasan kenapa ibunya menangis.

“Bu! Banta tahu mengapa Ibu meneteskan air mata. Ibu menangis karena sedih tidak
memperoleh upah hari ini,” ungkap Banta.
“Sudahlah, Bu! Banta tahu, Ibu sudah berusaha keras mencari nafkah agar kita bisa
makan. Barangkali nasib baik belum berpihak kepada kita,” bujuknya.
Advertisements

Mendengar ucapan Banta Berensyah, perempuan paruh baya itu tersentak. Ia tidak
pernah mengira sebelumnya jika anak semata wayangnya, yang selama ini dianggapnya
masih kecil itu, ternyata pikirannya sudah cukup dewasa. Dengan perasaan bahagia,
ia merangkul tubuh putranya sambil meneteskan air mata. Perasaan bahagia itu
seolah-olah telah menghapus segala kepedihan dan kelelahan batin yang selama ini
membebani hidupnya.

“Banta, Anakku! Ibu bangga sekali mempunyai anak sepertimu. Ibu sangat sayang
kepadamu, Anakku,” ucap Ibu Banta dengan perasaan haru.

Kasih sayang dan perhatian ibunya itu benar-benar memberi semangat baru kepada
Banta Berensyah. Tubuhnya yang lemas, tiba-tiba kembali bertenaga. Ia kemudian
menatap wajah ibunya yang tampak pucat. Ia sadar bahwa saat ini ibunya pasti sedang
lapar. Oleh karena itu, ia meminta izin kepada ibunya hendak pergi ke rumah
pamannya, Jakub, untuk meminta beras. Namun, ibunya mencegahnya, karena ia telah
memahami perangai saudaranya yang kikir itu.

“Jangan, Anakku! Bukankah kamu tahu sendiri kalau pamanmu itu sangat perhitungan.
Ia tentu tidak akan memberimu beras sebelum kamu bekerja,” ujar Ibu Banta.

“Banta mengerti, Bu! Tapi, apa salahnya jika kita mencobanya dulu. Barangkali paman
akan merasa iba melihat keadaan kita,” kata Banta Berensyah.
Advertisements

Berkali-kali ibunya mencegahnya, namun Banta Berensyah tetap bersikeras ingin pergi
ke rumah pamannya. Akhirnya, perempuan yang telah melahirkannya itu pun memberi
izin. Maka berangkatlah Banta Berensyah ke rumah pamannya. Saat ia masuk ke
pekarangan rumah, tiba-tiba terdengar suara keras membentaknya. Suara itu tak lain
adalah suara pamannya.

“Hai, anak orang miskin! Jangan mengemis di sini!” hardik saudagar kaya itu.

“Paman, kasihanilah kami! Berikanlah kami segenggam beras, kami lapar!” iba Banta
Berensyah.

“Ah, persetan dengan keadaanmu itu. Kalian lapar atau mati sekalian pun, aku tidak
perduli!” saudagar itu kembali menghardiknya dengan kata-kata yang lebih kasar
lagi.

Betapa kecewa dan sakitnya hati Banta Berensyah. Bukannya beras yang diperoleh dari
pamannya, melainkan cacian dan makian. Ia pun pulang ke rumahnya dengan perasaan
sedih dan kesal. Tak terasa, air matanya menetes membasahi kedua pipinya.

Dalam perjalanan pulang, Banta Berensyah mendengar kabar dari seorang warga bahwa
raja di sebuah negeri yang letaknya tidak berapa jauh dari dusunnya akan mengadakan
sayembara. Raja negeri itu mempunyai seorang putri yang cantik jelita nan rupawan.
Ia bagaikan bidadari yang menghimpun semua pesona lahir dan batin. Kulitnya sangat
halus, putih, dan bersih. Saking putihnya, kulit putri itu seolah-olah tembus
pandang. Jika ia menelan makanan, seolah-olah makanan itu tampak lewat
ditenggorokannya. Itulah sebabnya ia diberi nama Putri Terus Mata. Setiap pemuda
yang melihat kecantikannya pasti akan tergelitik hasratnya untuk mempersuntingnya.
Sudah banyak pangeran yang datang meminangnya, namun belum satu pun pinangan yang
diterima. Putri Terus Mata akan menerima lamaran bagi siapa saja yang sanggup
mencarikannya pakaian yang terbuat dari emas dan suasa.
Mendengar kabar itu, Banta Berensyah timbul keinginannya untuk mengandu untung. Ia
berharap dengan menikah dengan sang Putri, hidupnya akan menjadi lebih baik. Siapa
tahu ia bernasib baik, pikirnya. Ia pun bergegas pulang ke gubuknya untuk menemui
ibunya. Setibanya di gubuk, ia langsung duduk di dekat ibunya. Sambil mendekatkan
wajahnya yang sedikit pucat karena lapar, Banta Berensyah menyampaikan perihal
hasratnya mengikuti sayembara tersebut kepada ibunya. Ia berusaha membujuk ibunya
agar keinginannya dikabulkan.

“Bu! Banta sangat sayang dan ingin terus hidup di samping ibu. Ibu telah berusaha
memberikan yang terbaik untuk Banta. Kini Banta hampir beranjak dewasa. Saatnya
Banta harus bekerja keras memberikan yang terbaik untuk Ibu. Jika Ibu merestui niat
tulus ini, izinkanlah Banta merantau untuk mengubah nasib hidup kita!” pinta Banta
Berensyah.

Perempuan paruh baya itu tak mampu lagi menyembunyikan kekagumannya kepada anak
semata wayangnya itu. Ia pun memeluk erat Banta dengan penuh kasih sayang.

“Banta, Anakku! Kamu adalah anak yang berbakti kepada orangtua. Jika itu sudah
menjadi tekadmu, Ibu mengizinkanmu walaupun dengan berat hati harus berpisah
denganmu,” kata perempuan paruh baya itu.

“Tapi, bagaimana kamu bisa merantau ke negeri lain, Anakku? Apa bekalmu di
perjalanan nanti? Jangankan untuk ongkos kapal dan bekal, untuk makan sehari-hari
pun kita tidak punya,” tambahnya.

“Ibu tidak perlu memikirkan masalah itu. Cukup doa dan restu Ibu menyertai Banta,”
kata Banta Berensyah.

Setelah mendapat restu dari ibunya, Banta Berensyah pun pergi ke sebuah tempat yang
sepi untuk memohon petunjuk kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Setelah semalam suntuk
berdoa dengan penuh khusyuk, akhirnya ia pun mendapat petunjuk agar membawa sehelai
daun talas dan suling miliknya ke perantauan. Daun talas itu akan ia gunakan untuk
mengarungi laut luas menuju ke tempat yang akan ditujunya. Sedangkan suling itu
akan ia gunakan untuk menghibur para tukang tenun untuk membayar biaya kain emas
dan suasa yang dia perlukan.

Keesokan harinya, usai berpamitan kepada ibunya, Banta Berensyah pun pergi ke rumah
pamannya, Jakub. Ia bermaksud meminta tumpangan di kapal pamannya yang akan
berlayar ke negeri lain. Setibanya di sana, ia kembali dibentak oleh pamannya.

“Ada apa lagi kamu kemari, hai anak malas!” seru sang Paman.

“Paman! Bolehkah Ananda ikut berlayar sampai ke tengah laut?” pinta Banta
Berensyah.

Jakub tersentak mendengar permintaan aneh dari Banta Berensyah. Ia berpikir bahwa
kemanakannya itu akan bunuh diri di tengah laut. Dengan senang hati, ia pun
mengizinkannya. Ia merasa hidupnya akan aman jika anak itu telah mati, karena tidak
akan lagi datang meminta-minta kepadanya. Akhirnya, Banta Berensyah pun ikut
berlayar bersama pamannya. Begitu kapal yang mereka tumpangi tiba di tengah-tengah
samudra, Banta meminta kepada pamannya agar menurunkannya dari kapal.

“Paman! Perjalanan Nanda bersama Paman cukup sampai di sini. Tolong turunkan Nanda
dari kapal ini!” pinta Banta Betensyah.

Saudagar kaya itu pun segera memerintahkan anak buahnya untuk menurunkan Banta ke
laut. Namun sebelum diturunkan, Banta mengeluarkan lipatan daun talas yang
diselempitkan di balik pakaiannya. Kemudian ia membuka lipatan daun talas itu
seraya duduk bersila di atasnya. Melihat kelakuan Banta itu, Jakub menertawainya.
“Ha... ha... ha...! Dasar anak bodoh!” hardik saudagar kaya itu.

“Pengawal! Turunkan anak ini dari kapal! Biarkan saja dia mati dimakan ikan besar!”
serunya.

Namun, betapa terkejutnya saudagar kaya itu dan para anak buahnya setelah
menurunkan Banta Berensyah ke laut. Ternyata, sehelai daun talas itu mampu menahan
tubuh Banta Berensyah di atas air. Dengan bantuan angin, daun talas itu membawa
Banta menuju ke arah barat, sedangkan pamannya berlayar menuju ke arah utara.

Setelah berhari-hari terombang-ambing di atas daun talas dihempas gelombang


samudra, Banta Berensyah tiba di sebuah pulau. Saat pertama kali menginjakkan kaki
di pulau itu, ia terkagum-kagum menyaksikan pemandangan yang sangat indah dan
memesona. Hampir di setiap halaman rumah penduduk terbentang kain tenunan dengan
berbagai motif dan warna sedang dijemur. Rupanya, hampir seluruh penduduk di pulau
itu adalah tukang tenun.

cerita dongeng aceh banta barensyah (2)

Banta pun mampir ke salah satu rumah penduduk untuk menanyakan kain emas dan suasa
yang sedang dicarinya. Namun, penghuni rumah itu tidak memiliki jenis kain
tersebut. Ia pun pindah ke rumah tukang tenun di sebelahnya, dan ternyata si
pemilik rumah itu juga tidak memilikinya. Berhari-hari ia berkeliling kampung dan
memasuki rumah penduduk satu persatu, namun kain yang dicarinya belum juga ia
temukan. Tinggal satu rumah lagi yang belum ia masuki, yaitu rumah kepala kampung
yang juga tukang tenun.

“Tok... Tok... Tok.. ! Permisi, Tuan!” seru Banta Berensyah setelah mengetuk pintu
rumah kepala kampung itu.

Beberapa saat kemudian, seorang laki-laki paruh baya membuka pintu dan
mempersilahkannya masuk ke dalam rumah.

“Ada yang bisa kubantu, Anak Muda?” tanya kampung itu bertanya.

Setelah memperkenalkan diri dan menceritakan asal-usulnya, Banta pun menyampaikan


maksud kedatangannya.

“Maaf, Tuan! Kedatangan saya kemari ingin mencari kain tenun yang terbuat dari emas
dan suasa. Jika Tuan memilikinya, bolehkah saya membelinya?” pinta Banta Berensyah.

Kepala kampung itu tersentak kaget mendengar permintaan Banta, apalagi setelah
melihat penampilan Banta yang sangat sederhana itu.

“Hai, Banta! Dengan apa kamu bisa membayar kain emas dan suasa itu? Apakah kamu
mempunyai uang yang cukup untuk membayarnya?”

“Maaf, Tuan! Saya memang tidak mampu membayarnya dengan uang. Tapi, jika Tuan
berkenan, bolehkah saya membayarnya dengan lagu?” pinta Banta Berensyah seraya
mengeluarkan sulingnya.

Melihat keteguhan hati Banta Berensyah hendak memiliki kain tenun tersebut, kepala
kampung itu kembali bertanya kepadanya.

“Banta! Kalau boleh saya tahu, kenapa kamu sangat menginginkan kain itu?”

Banta pun menceritakan alasannya sehingga ia harus berjuang untuk mendapatkan kain
tersebut. Karena iba mendengar cerita Banta, akhirnya kepala kampung itu memenuhi
permintaannya. Dengan keahliannya, Banta pun memainkan sulingnya dengan lagu-lagu
yang merdu. Kepala kampung itu benar-benar terbuai menikmati senandung lagu yang
dibawakan Banta. Setelah puas menikmatinya, ia pun memberikan kain emas dan suasa
miliknya kepada Banta.

“Kamu sangat mahir bermain suling, Banta! Kamu pantas mendapatkan kain emas dan
suasa ini,” ujar kepala kampung itu.

“Terima kasih, Tuan! Banta sangat berhutang budi kepada Tuan. Banta akan selalu
mengingat semua kebaikan hati Tuan,” kata Banta.

Setelah mendapatkan kain emas dan suasa tersebut, Banta pun meninggalkan pulau itu.
Ia berlayar mengarungi lautan luas menuju ke kampung halamannya dengan menggunakan
daun talas saktinya. Hati anak muda itu sangat gembira. Ia tidak sabar lagi ingin
menyampaikan berita gembira itu kepada ibunya dan segera mempersembahkan kain emas
dan suasa itu kepada Putri Terus Mata.

Namun, nasib malang menimpa Banta. Ketika sampai di tengah laut, ia bertemu dan
ikut dengan kapal Jakub yang baru saja pulang berlayar dari negeri lain. Saat ia
berada di atas kapal itu, kain emas dan suasa yang diperolehnya dengan susah payah
dirampas oleh Jakub. Setelah kainnya dirampas, ia dibuang ke laut. Dengan perasaan
bangga, Jakub membawa pulang kain tersebut untuk mempersunting Putri Terus Mata.

Sementara itu, Banta yang hanyut terbawa arus gelombang laut terdampar di sebuah
pantai dan ditemukan oleh sepasang suami-istri yang sedang mencari kerang. Sepasang
suami-istri itu pun membawanya pulang dan mengangkatnya sebagai anak. Setelah
beberapa lama tinggal bersama kedua orang tua angkatnya tersebut, Banta pun memohon
diri untuk kembali ke kampung halamannya menemui ibunya dengan menggunakan daun
talas saktinya. Setiba di gubuknya, ia pun disambut oleh ibunya dengan perasaan
suka-cita. Kemudian, Banta pun menceritakan semua kejadian yang telah dialaminya.

“Maafkan Banta, Bu! Sebenarnya Banta telah berhasil mendapatkan kain emas dan suasa
itu, tetapi Paman Jakub merampasnya,” Banta bercerita kepada ibunya dengan perasaan
kecewa.

“Sudahlah, Anakku! Ibu mengerti perasaanmu. Barangkali belum nasibmu mempersunting


putri raja,” ujar Ibunya.

“Tapi, Bu! Banta harus mendapatkan kembali kain emas dan suasa itu dari Paman. Kain
itu milik Banta,” kata Banta dengan tekad keras.

“Semuanya sudah terlambat, Anakku!” sahut ibunya.

"Apa maksud Ibu berkata begitu?” tanya Banta penasaran.

“Ketahuilah, Anakku! Pamanmu memang sungguh beruntung. Saat ini, pesta


perkawinannya dengan putri raja sedang dilangsungkan di istana,” ungkap ibunya.

Tanpa berpikir panjang, Banta segera berpamitan kepada ibunya lalu bergegas menuju
ke tempat pesta itu dilaksanakan. Namun, setibanya di kerumunan pesta yang
berlangsung meriah itu, Banta tidak dapat berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai bukti
untuk menunjukkan kepada raja dan sang Putri bahwa kain emas dan suasa yang
dipersembahkan Jakub itu adalah miliknya. Sejenak, ia menengadahkan kedua tangannya
berdoa meminta pertolongan kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Begitu ia selesai berdoa,
tiba-tiba datanglah seekor burung elang terbang berputar-putar di atas keramaian
pesta sambil berbunyi.

“Klik.. klik... klik... kain emas dan suasa itu milik Banta Berensyah...!!! Klik...
klik.. klik... kain emas dan suasa itu milik Banta Berensyah...!!!” demikian bunyi
elang itu berulang-ulang.

Mendengar bunyi elang itu, seisi istana menjadi gempar. Suasana pesta yang meriah
itu seketika menjadi hening. Bunyi elang itu pun semakin jelas terdengar. Akhirnya,
Raja dan Putri Terus Mata menyadari bahwa Jakub adalah orang serakah yang telah
merampas milik orang lain. Sementara itu Jakub yang sedang di pelaminan mulai
gelisah dan wajahnya pucat. Karena tidak tahan lagi menahan rasa malu dan takut
mendapat hukuman dari Raja, Jakub melarikan diri melalui jendela. Namun, saat akan
meloncat, kakinya tersandung di jendela sehingga ia pun jatuh tersungkur ke tanah
hingga tewas seketika.

Setelah peristiwa itu, Banta Berensyah pun dinikahkan dengan Putri Terus Mata.
Pesta pernikahan mereka dilangsungkan selama tujuh hari tujuh malam dengan sangat
meriah. Tidak berapa lama setelah mereka menikah, Raja yang merasa dirinya sudah
tua menyerahkan jabatannya kepada Banta Berensyah. Banta Berensyah pun mengajak
ibunya untuk tinggal bersamanya di istana. Akhirnya, mereka pun hidup berbahagia
bersama seluruh keluarga istana.

Demikian cerita dongeng Aceh Banta Berensyah dari daerah Nanggroe Aceh
Darussalam, Indonesia. Sedikitnya ada dua pelajaran penting yang dapat dipetik dari
kisah di atas. Pertama, orang yang senantiasa berusaha dan bekerja keras, pada
akhirnya akan memperoleh keberhasilan. Sebagaimana ditunjukkan oleh perilaku Banta
Berensyah, berkat kerja keras dan kesabarannya, ia berhasil mempersunting putri
raja dan menjadi seorang raja. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu:

wahai ananda cahaya mata,

rajin dan tekun dalam bekerja

penat dan letih usah dikira

supaya kelak hidupmu sejahtera

Pelajaran kedua yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah bahwa orang kaya yang
kikir dan serakah seperti Jakub, pada akhirnya akan mendapat balasan yang setimpal.
Ia tewas akibat keserakahannya. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu:

apa tanda orang tamak,

karena harta marwah tercampak

(Samsuni/sas/150/06-09)

Sumber Cerita Dongeng Aceh Banta Barensah adalah:

Isi cerita diadaptasi dari L. K. Ara. 1999. “Banta Berensyah,” dalam Cerita Rakyat
dari Aceh. Jakarta: Grasindo.

-Anonim. “Nanggroe Aceh Darussalam,


https://id.wikipedia.org/wiki/Nanggroe_Aceh_Darussalam, diaskes pada tanggal 23
Juni 2000.
ongeng cerita aceh jaman dulu : Kisah Sultan Mughayat Syah dan Putri Hijau

Ketika sedang beristirahat, tiba-tiba Sultan Mughayat Syah melihat cahaya hijau
dari arah timur. Sang Sultan segera menanyakan kepada penasihatnya mengenai cahaya
itu. Sang penasihat pun tidak mengetahui perihal cahaya itu. Maka, diutuslah
seorang prajurit kepercayaannya untuk menyelidiki cahaya itu. Ternyata, cahaya itu
berasal dari tubuh Putri Hijau di Deli Tua.
Dongeng cerita aceh jaman dulu

Dongeng cerita aceh jaman dulu

Setibanya di perbatasan kerajaan, sang Sultan mengirim utusan untuk meminang sang
Putri. Akan tetapi, sang Putri menolak lamaran tersebut. Mengetahui lamarannya
ditolak, sang Sultan menjadi marah.

Tak lama kemudian, pecah peperangan. Karena wilayah Deli Tua dikelilingi oleh bambu
berduri, prajurit Aceh menembakkan banyak uang di sekitar bambu. Melihat banyak
uang, rakyat Deli Tua memotongi dan menebangi rumpun bambu berduri itu untuk
mengambil uang. Akibatnya, pertahanan Deli Tua hancur.

Melihat keadaan, penguasa Deli Tua mengira jika mereka akan kalah. Ia pun berpesan
kepada Putri Hijau bila sang Putri kelak ditawan, sebaiknya memohon agar dapat
dimasukkan ke dalam keranda kaca. Sebelum tiba di Aceh, tubuhnya tidak boleh
disentuh oleh Sultan Aceh. Setibanya, ia harus memohon agar rakyat Aceh membawa
persembahan masing-masing sebutir telur ayam dan segenggam beras putih. Semua
persembahan itu harus dibuang ke laut. Pada saat itu, Putri Hijau harus keluar dari
keranda kacanya lalu memanggil nama Mambang Jazid. Setelah itu, sang Penguasa Deli
Tua menghilang.
Advertisements

Setelah itu, sang Putri Hijau ditawan. Ia pun meminta syarat seperti yang
dipesankan sang Penguasa Deli Tua. Sang Sultan mengabulkan permintaan itu. Di Aceh,
kapal sang Sultan berlabuh di Tanjung Jambu Air. Sultan memerintahkan rakyatnya
agar mengadakan upacara persembahan kepada Putri Hijau.

Seusai upacara, Putri Hijau keluar dari keranda kacanya. Sesuai pesan, Putri Hijau
menyebutkan nama Mambang Jazid. Tiba-tiba, turun angin ribut dan hujan lebat.
Halilintar dan gulungan ombak besar menyusul.

Tiba-tiba, muncul seekor naga raksasa dari dalam ombak dan langsung menuju kapal
Sultan Aceh. Dihantamnya kapal itu hingga terbelah dua. Dalam keadaan itu, Putri
Hijau kembali ke keranda kacanya sehingga ia dapat terapung di atas laut.

Sang Naga segera menghampiri keranda itu lalu dibawa ke Selat Malaka. Gerakan itu
amat cepat, sehingga Sultan Aceh tidak dapat berbuat apa-apa. Ia pun menyadari
kesalahannya. Ia tidak bisa memaksa orang lain jika orang itu memang tidak mau.

Pesan moral dari Dongeng cerita aceh jaman dulu : Legenda Putri Hijau adalah jangan
memaksakan kehendak kita kepada orang lain.

Kumpulan Cerita Rakyat Nanggroe Aceh Darussalam : Kisah Tujuh Anak Pria

Alkisah di Aceh ada sepasang suami istri yang mempunyai tujuh anak laki-laki, suatu
waktu, musim kemarau panjang melanda kampung mereka. Banyak tumbuhan mati, sehingga
terjadi bencana kelaparan.
Kumpulan Cerita Rakyat Nanggroe Aceh Darussalam
Kumpulan Cerita Rakyat Nanggroe Aceh Darussalam

Karena kasihan, sepasang suami istri itu meninggalkan ketujuh anaknya di hutan.
Ketujuh anak pun sedih. Mereka mencari orang tuanya. Pencarian tersebut membawa
mereka ke suatu rumah besar di tengah hutan. Pemilik rumah tersebut raksasa
perempuan. Sang Raksasa iba dengan keadaan mereka. Ia memberi mereka makanan dan
emas. Setelah itu, mereka diminta pergi agar tidak dimangsa suaminya.

Ketujuh saudara segera melanjutkan pencarian. Akhirnya, mereka sampai di suatu


negeri. Mereka pun menjual emas pemberian sang Raksasa untuk modal hidup, Mereka
kerja dengan giat, sehingga hidup sejahtera.

Kini, ketujuh saudara telah dewasa. Mereka teringat kedua orang tuanya. Mereka
kembali ke desa tempat tinggalnya dulu. Mereka pun bertemu dengan kedua orang
tuanya. Lalu, mereka mengajak kedua orang tuanya untuk tinggal bersama mereka.
Advertisements
Cerita Rakyat Nusantara : Putra Mahkota Amat Mude

Dahulu di negeri Aceh, ada seorang raja yang memerintah dengan bijaksana. Sang Li
Raja memiliki bayi laki-laki bernama Amat Mude. Belum genap setahun usia Amat Mude,
sang Ayah meninggal. Pamannya yang bernama Raja Muda diangkat menjadi raja untuk
sementara. Namun, karena Raja Muda ingin menguasai tahta selamanya, maka Amat Mude
dan ibunya diasingkan.

Singkat cerita, Amat Mude tumbuh menjadi pemuda tampan dan tangkas. Suatu hari,
Amat Mude dan ibunya pergi ke pasar untuk menjual ikan. Seorang saudagar memborong
ikan mereka. Sesampai di rumah, sang Saudagar membelah perut ikan-ikan itu.
Ternyata isinya adalah telur emas yang sangat banyak. Sang Saudagar memberikan
telur-telur itu kepada Amat Mude dan ibunya. Amat Mude dan ibunya menjadi kaya.
Mereka menyedekahkan kekayaannya kepada fakir miskin.

Berita itu sampai ke telinga Raja Muda. Raja Muda lalu memanggil Amat Mude dan
ibunya. Ia kemudian menugaskan Amat Mude agar mencari obat berupa kelapa gading
untuk istri sang Raja Muda di suatu pulau yang dihuni oleh banyak binatang buas.
Cerita Rakyat Aceh Pangeran Amat Mude

Cerita Rakyat Aceh Pangeran Amat Mude

Amat Mude menyanggupi tugas berat itu. Berkat bantuan ikan besar bernama Silenggang
Raye, Amat Mude berhasil mendapatkan kelapa gading. Dia pun selamat dari gangguang
binatang buas.

Berkat kelapa gading itu, istri Raja Muda sembuh. Raja Muda gembira. Ia lalu
menyerahkan tahta kerajaan kepada Amat Mude sekaligus meminta maaf. Amat Mude dan
ibunya pun memaafkan sang Raja Muda.

Baca Kumpulan Cerita Rakyat Nanggroe Aceh Darussalam lainnya di blog ini pada
artikel kami berikut ini Cerita Rakyat Aceh : Pangeran Amat Mude dan artikel
lainnya Macam Macam Dongeng dari Aceh Darussalam

erita Rakyat Nanggroe Aceh Darussalam : Mentiko Betuah

Pada zaman dahulu di negeri Simeulue, hiduplah seorang raja. Ia memiliki seorang
anak laki-laki yang bernama Rohib. Namun, mereka terlalu memanjakannya, sehingga
Rohib tumbuh menjadi anak yang manja. Setelah remaja, raja mengirimnya untuk
belajar di kota. Tetapi sifat manjanya terbawa ke tempatnya belajar. Suatu hari,
Rohib pulang sebelum masa belajar berakhir. Tentu saja, ayahnya sangat marah.
"Hai, Rohib! Mana hasilnya kamu belajar di sana? Sungguh anak tak tahu diuntung!
Pengawal, gantung anak ini sampai mati!" perintah Sang Raja.

"Jangan, Kanda! Bagaimana kalau kita suruh ia keluar dari istana saja? Tetapi
dengan memberinya uang sebagai modal untuk berdagang," usul Sang Permaisuri.

"Hmm, baiklah, Dinda." jawab Sang Raja.


Advertisements

"Bagaimana pendapatmu,Anakku?" tanya Permaisuri kepada Rohib."Baiklah! Terima


kasih, Bunda." jawab Rohib.

Rohib pun berpamitan kepada orang tuanya. Ia pergi dari satu kampung ke kampung
lainnya. Di perjalanan, ia bertemu anak-anak yang sedang menembak burung dengan
ketapel.

"Wahai, saudaraku! Kalian jangan menganiaya burung itu!" tegur Si Rohib. "Hei, kamu
siapa? Berani-beraninya melarang kami," hardik seorang anak. "Jika kalian berhenti
menembaki burung itu, aku akan memberi kalian uang," tawar Rohib.

Tawaran Rohib pun diterima anak-anak. Rohib melanjutkan perjalanan dan ia selalu
memberi uang kepada orang-orang yang menganiaya binatang. Tanpa disadari, uang
untuk modalnya sudah habis. Karena perjalanan sangat melelahkan, Rohib lantas
beristirahat di bawah pohon. Tiba-tiba seekor ular besar mendekatinya. Rohib sangat
ketakutan.

"Jangan takut, anak muda! Aku adalah Raja Ular di hutan ini," kata Ular itu. "Kamu
sendiri siapa? Kenapa kamu bersedih?" tanya Ular itu.

"Namaku Rohib," jawab Rohib. Lalu ia menceritakan semua pengalamannya. "Kamu adalah
anak yang baik. Kamu pantas mendapatkan hadiah dariku," tambah ular itu sambil
mengeluarkan sesuatu dari mulutnya.
Advertisements
Cerita Rakyat Nanggroe Aceh Darussalam

Cerita Rakyat Nanggroe Aceh Darussalam

"Benda apa itu?" tanya Si Rohib. "Ini namanya Mentiko Betuah. Apa pun yang kau
minta, pasti akan dikabulkan," jelas Ular itu, lalu pergi meninggalkan Si Rohib.

"Wah, benda ini bisa menolongku dari kemurkaan ayah," gumam Rohib. Rohib pun
kembali ke istana. Sebelumnya, ia memohon kepada Mentiko Betuah agar memberinya
uang banyak. Tiba di istana, ayahnya senang karena Rohib membawa uang yang banyak.

Singkat cerita, Rohib membawa Mentiko Betuah kepada tukang emas untuk dijadikan
cincin. Namun, tukang emas itu justru membawa kabur benda tersebut. Rohib pun
meminta bantuan kepada sahabatnya, yaitu tikus, kucing, dan anjing. Anjing berhasil
menemukan jejak Si Tukang Emas. Ketika Si Tukang Emas tengah tertidur, Si Kucing
memasukkan ekornya ke lubang hidungnya. Akibatnya tukang emas bersin, sehingga
Mentiko Betuah terlempar dari mulutnya. Tikus segera mengambil benda itu. Namun,
tikus menipu kedua temannya bahwa Mentiko Betuah terjatuh ke dalam sungai. Kedua
temannya pun panik dan segera mencarinya ke dasar sungai, sedangkan Si Tikus segera
memberikan Mentiko Betuah kepada Rohib.

Ketika Si Kucing dan Si Anjing menghadap Rohib, mereka sangat terkejut bahwa
Mentiko Betuah itu sudah kembali ke tangan Rohib. Rupanya perilaku licik tikus
segera tercium oleh kucing dan anjing. Keduanya marah besar terhadap perbuatan
curang tikus. Sejak itulah anjing dan kucing membenci tikus sampai saat ini.
Pesan moral dari Cerita Rakyat Nanggroe Aceh Darussalam : Mentiko Betuah
adalah manusia adalah makhluk sosial, maka perlu sikap tolong menolong. Manusia
juga makhluk individu, apabila terlalu memanjakan anak di waktu kecil akan
berakibat buruk ketika anak tumbuh dewasa.

Dongeng Rakyat Aceh Ahmad Rhang Manyang


dongeng cerita rakyat28 April 2017 2411 views
★★★★★

Advertisements

Tersebutlah sebuah desa yang berada di sekitar Krueng (Sungai) Peusangan, desa yang
menyimpan ribuan misteri dan cerita yang menjadi tauladan dalam hidup. Cerita yang
akan terus dikenang oleh masyarakat disana dan diceritakan kepada masyarakat
lainnya juga. Desa yang berjejer rumah - rumah gubuk di sepanjang jalan dalam desa
ini terkenal dengan seorang pemuda yang tampan, bijak, pandai, rajin dan berbakti
kepada orang tua.

Amat (Ahmad) Rhang Manyang, itulah nama pemuda yang mulai menginjak usia remaja
ini. Remaja yang biasa disapa Amad ini menyibukkan diri dalam kesehariannya sebagai
buruh tani di desa. Hanya menamatkan pendidikan dasar di dayah desa seberang, dia
menggali ilmu - ilmu yang terpendam di Iingkungannya, belajar pada alam dan
bertanya pada Tuhan. Tak ada keputusasaan dalam menjalani hidup meski terkadang
harus makan nasi 2 kali sehari, baginya itulah rezeki yang sudah ditentukan setelah
berusaha dan berdoa.

Waktu yang terus berputar telah membawa Amat sebagai pemuda yang di sanjung di
desa. Pergaulan yang telah luas mengajari Amat untuk hidup Iebih mandiri lagi.
Apalagi sekarang dia hanya tinggal di sebuah gubuk bambu dengan ibunya yang telah
renta. Penghasilan dari buruh tani mulai terasa kurang dan ini harus diatasi oleh
Amat.

"Mak, bukan Amad tidak lagi bisa bersyukur atas rezeki yang telah diberikan Allah,
tetapi alangkah baiknya jika Amad mencari kerja ke luar desa", Kata Amad pada suatu
sore pada Mamaknya sambil menikmati ubi rebus dengan duduk beralaskan tikar tua.

"Tapi kita masih bisa mencari rezeki disini Nyak", Jawab Mamak
Advertisements

"Betul Mak, bukan pula aku bosan bekerja seperti ini di desa, tetapi bukankah
berusaha itu wajib? Bukankah bekerja itu juga ibadah? Jadi apa salahnya jika Amad
pergi merantau?", Ahmad berbicara datar sambil menyandarkan kepalanya ke lutut
Mamaknya yang melukiskan dekatnya dua insan ini dalam kemanjaan Ibu dan Anak.

Sambil membelai lembut rambut ikal di kepala Amad dan memandang dalam - dalam ke
anaknya, Mak Minah berujar "Haruskah Ananda merantau meninggalkan Emakmu disini
sendiri, dalam kesepian dan dalam kepapaan?".

Amad tersentak dengan kata - kata yang keluar dari bibir perempuan yang sedang
mengusap lengan legamnya itu.

"Mak, bukan begitu maksud Amad, anak mana yang tega meninggalkan ibunya jika
kepergiannya itu tidak mendesak dan untuk kepentingan Emaknya juga? Mak, Amad
merantau untuk membahagiakan Emak, untuk hidup seperti hidup orang lain. Bahagia
dunia akhirat". seakan hendak bersimpuh dengan meneteskan airmata ketulusan Amad
berujar dengan terbata-bata takut hati Emaknya sedih.

Setelah mengobrol cukup lama, akhirnya Mak Minah tak bisa menahan lagi keinginannya
anak satu - satunya dan penyangga hidupnya selama ini. Tempat dia bercerita dan
menyunggingkan senyum.

Hari terus berlalu hingga tibalah saatnya Amad berangkat dengan perlengkapan
seadanya. Dia hendak merantau ke negeri seberang dan perjalanan akan dilalui dengan
Kapal air dari Krueng Peusangan.
Advertisements

"Nyak, rajinlah beribadah disana, rajinlah berdoa dan tegarlah dalam berusaha.
Hidup di negeri orang harus membawa bekal ilmu dan akhlak asalmu. Janganlah mereka
mengubahmu tapi tularkan kebaikan pada mereka". ujar Mak Mina.

"Mak, akan Amad ingat pesan Mak sebagai pendamping dalam bekerja. Amad hanya akan
pergi beberapa tahun dan akan kembali untuk bersama Emak. Jaga diri Emak baik-
baik".

Mereka saling melemparkan kata-kata perpisahan hingga suara sirine kapal mulai
terdengar. Memegang tangan Mak Minah, memeluk dan mencium kening penuh rona tua dan
akhirnya berlutut mencium kaki Emaknya, Ahmad pamitan dan berangkat merantau. Mak
Minah masih berdiri di dermaga menatap hilangnya kapal yang ditelan berlikunya
Krueng Peusangan. Airmata bercucuran karena inilah pertama mereka berpisah setelah
hidup belasan tahun bersama-lama. Ketika hari beranjak senja, Mak Minah pun
melangkahkan kaki-kaki gontainya menuju gubuk tua.
Dongeng Rakyat Aceh Ahmad Rhang Manyang

Dongeng Rakyat Aceh Ahmad Rhang Manyang

Kapal terus berlayar menyusuri sungai yang jernih dengan lompatan ikan-ikan
didalamnya. Amad terpesona dengan keindahan panorama sungai dan hutan
disekelilingnya yang rimbun, hijau dan anggun. Kini kapal telah membelah laut
menuju negeri seberang, negeri idaman Amad, negeri yang akan mewujudkan cita-
citanya.

Singkat cerita akhirnya Amad tiba dinegeri seberang dan bekerja pada seorang
saudagar kaya. Dia diterima sebagai tukang pikul barang-barang di dermaga. Amad
bekerja dengan tekun, berdoa dengan ikhlas dan mendoakan kedua orang tuanya.
Advertisements

Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tak terasa Iebih sepuluh almanak Ahmad
telah hidup di rantau orang. Negeri yang kini telah ditaklukan dengan ilmu dan
nasehat yang pernah diajarkan Mak Minah. Ahmad telah menjadi orang terpandang
disana, dan kini juga telah menjadi bangsawan setelah mempersunting anak saudagar
tempatnya bekerja. Tuan Amad kini harus mengurus usaha mertuanya dan itu sangat
menyita waktu. Tak ada lagi waktu beribadah dan tak dibutuhkan lagi berdoa. Semua
terkikis tergores batu kemewahan dan kenikmatan dunia.

"Kanda, Dinda rindu akan kampung halaman Kanda!" istri Amad berkata dengan
kejujuran ketika mereka berjalan di taman yang mewah.

"Tapi Kanda sibuk sayang, tak ada waktu untuk bisa meninggalkan ini semua" Amad
berkilah

"Bukankah Kanda pernah berjanji akan membawa Dinda berkunjung ke Negri Kanda dan
bertemu lbunda disana? Bukankah janji harus ditepati?" Istri Amad mulai merayu
dengan kata - kata manis sehingga Iuluhlah hati Amad.

Dalam kesendirian Amad juga merindukan kampung halamannya, Krueng Peusangan,


Emaknya, dan sahabat-sahabatnya.
Setelah semua dipersiapkan, berangkatlah sebuah kapal mewah untuk mengarungi lautan
menuju ke Tanah Rencong, tanah kelahiran Tuanku Ahmad Rahmanyang. Perlengkapan yang
berkecukupan dan pengawal yang gagah berani turut menyertai pelayaran ini.

"Kanda, inikah tanah yang pernah Kanda ceritakan? Inikah hutan dan sungai yang
indah itu?" ujar Istri Amad dengan takjubnya.

"Iya Dinda. Dan sebentar lagi kita akan sampai di Istana Kakanda.” Amad menceritakn
kisah bahwa dia adalah anak saudagar dari bandar Peusangan.

Setibanya di dermaga Krueng Peusangan semua kru dan pengawal turun dan melihat
keindahan alam Peusangan.

Mak Minah yang mendengar kepulangan Amad bergegas menuju dermaga, tak lupa juga dia
membungkuskan makanan kesukaaan anaknya. Hatinya berbunga — bunga dan rasa sakit
yang selama ini di deritanya seakan sembuh total.

"Alhamdulilah Ya Allah, Engkau telah kabulkan doa hamba ini...!” bisik lirih hati
Mak Minah sambil melangkah lamban ke dermaga.

Amad sedang bercanda dengan sahabat — sahabat lamanya, dengan penduduk yang masih
mengenalnya dan suara wibawanya ketika Mak Minah juga tiba disana.

"Amad„ Amad„ Amad anakkur,” panggil Mak Minah sambil menyeruak dalam kerumanan
manusia yang sedang meneriman bingkisan dari Amad.

"Amad, lihatlah Emakmu ini Nyak. Amad...!!" Mak Minah terus berteriak tapi Amad
seakan tak mendengar sehingga istrinya berbisik.

"Kanda, ada ibu tua yang memanggil Kanda. Dia memanggil "anak" kepada Kanda,
siapakah dia?" Bisik Istrinya

"Kanda tak kenal Dinda, mungkin penduduk baru disini..!", kata Amad dengan suara
yang terdengar oleh Emaknya.

"Amad, ini Emakmu Nyak!" kata Mak Minah lagi ketika mereka sudah berhadap hadapan.

"Emak, aku tak punya Emak seperti kamu, Orang tuaku adalah saudagar bukan fakir
sepertimu", Amad berontak dalam dirinya dan demi menjaga wibawa dihadapan lstri dan
pengawalnya dia rela tak mengakui Emaknya.

"Amad, ini Emakmu, lupakah kamu kepada Emak?", tanya Mak Minah sambil menangis.

"Aku tak lupa, tapi karena kau bukan Emakku maka aku tak kenal. Pengawal, tangkap
perempuan ini dan seret dia jauh dari hadapanku,” perintah Amad kepada pengawal.

Lalu beberapa pengawal menyeret Mak Minah, dengan muka basah airmata Mak Minah
berdiri, melemparkan tongkat dan berujar

"Ya Allah, jika benar saudagar yang berdiri di depanku ini adalah Amad maka
kutuklah dia bersama pengawal dan harta bendanya menjadi bukit ...!", doa Mak Minah
terhenti ketika petir mulai menyambar. Ahmad tersentak tapi semua sudah terlambat,
doa ibu renta begitu cepat dikabulkan terhadap anaknya yang durhaka tak mengakui
Emaknya. Dalam sekajap Ahmad, Istrinya, Pengawalnya dan seluruh harta bendanya
termasuk Kapalnya berubah dan menyatu menjadi sebuah Bukit.

Sampai sekarang di desa tersebut masih terlihat sebuah Bukit berbentuk kapal yang
dinamai "Glee Kapai" atau Bukit Kapal.
Pesan Moral dari adalah Jangan pernah durhaka pada orangtuamu. Sebaiknya selalu
cintai

dan kasihi mereka hingga akhir hayatmu.

Dongeng Tentang Legenda : Atu Belah Atu Bertangkup

“Bu, aku pergi berburu dulu. Siapa tahu hari ini aku mendapat rusa untuk makanan
anak-anak kita," kata seorang pria pada istrinya. Istrinya mengangguk. "Berhati-
hatilah, jangan sampai terluka," jawabnya.

Keluarga itu tinggal di sebuah desa di Tanah Gayo, Aceh. Mereka dikaruniai dua anak
yang masih kecil. Mereka amat miskin, sehingga kadang dalam sehari mereka tak bisa
makan dengan layak. Untuk persediaan makan, kadang sang Ayah menangkap belalang
yang banyak berkeliaran di kebun. Belalang itu lalu disimpan dalam lumbung, bersama
persediaan padi mereka. Sang Ayah selalu mengingatkan istrinya untuk selalu menutup
pintu lumbung. Jangan sampai belalang-belalang yang ia kumpulkan dengan susah payah
itu terbang keluar.

Setelah sang Ayah pergi, si Ibu pun bermain-main dengan kedua anaknya. Anaknya yang
sulung sudah agak besar, sedangkan yang kecil masih belajar berjalan. Hari semakin
siang, tapi Ayah tak kunjung pulang. "Bu... aku lapar," rengek si Sulung.
"Tunggulah sebentar lagi, Nak. Ayahmu akan segera pulang membawa daging rusa. Kita
bisa makan sepuasnya." jawab Ibu. Si Sulung pun diam. Dalam hati ia berharap,
semoga perkataan ibunya benar.
Dongeng Tentang Legenda Atu Belah Atu Bertangkup

Dongeng Tentang Legenda Atu Belah Atu Bertangkup

Namun setelah lama menunggu, Ayah tak kunjung pulang. Si Sulung merengek lagi,
"Bu... aku benar-benar lapar. Gorengkan saja beberapa belalang untukku." Ibu
menuruti permintaan anaknya itu. Ia sudah hampir beranjak ke lumbung untuk
mengambil belalang, tiba-tiba si Bungsu menangis. Rupanya si Bungsu ingin menyusu.
Advertisements

Sambil memangku anak bungsunya, Ibu berkata pada si Sulung, "Ambillah beberapa
belalang agar Ibu goreng. Jangan lupa untuk menutup pintu lumbungnya, ya." Si
Sulung segera menuju lumbung. Kriiettt.... suara pintu lumbung dibuka. Dengan hati-
hati ia melangkah dan mulai mencari belalang yang bersembunyi.

"Aha... itu mereka," teriaknya ketika melihat beberapa belalang be terbangan.

"Hap... hap... hap..." dengan sigap si Sulung berusaha menangkap belalang itu.
Namun aneh, beberapa saat kemudian, belalang-belalang itu sudah tak tampak lagi. Si
Sulung heran, kemana belalang-belalang itu? Bukankah tadi mereka masih terbang di
sini?

Jantung si Sulung berdegup kencang. Pintu lumbung terbuka lebar! Ia lupa menutup
pintu. "Aduh... mengapa aku begitu bodoh? Sekarang belalangnya kabur semua, Ayah
dan Ibu pasti akan memarahiku." Si Sulung terduduk lemas. Ia tak berani pulang ke
rumah.

Di rumah, Ibu menunggu si Sulung. "Mengapa lama sekali? Ada apa dengannya?" tanya
Ibu dalam hati. Ibu kemudian menyusul ke lumbung. Dilihatnya pintu lumbung terbuka
dan tampak si Sulung sedang duduk menangis."Ada apa, Nak?Apa yang terjadi?" tanya
ibunya cemas. "Belalang-belalang kita terbang keluar semua, Bu. Aku lupa menutup
pintunya," jawab si Sulung sambil terus terisak.
Ibunya menghela napas. Suaminya pasti akan marah besar mengetahui hal ini. Namun
semuanya sudah terjadi. Waktu tak bisa diputar kembali. "Sudah... sudah... ayo kita
pulang. Biar Ibu yang menjelaskan pada Ayah."
Advertisements

Sesampainya di rumah, Ibu menyuruh si Sulung untuk makan. Hanya nasi saja, tanpa
lauk pauk. Sambil memandangi kedua anaknya ia terus berpikir, apa yang akan ia
katakan pada suaminya. Sore harinnya Sang suami pulang dengan wajah lesu. Ia tak
membawa sedikit pun hasil buruan. Sambil menyeka keringat Ayah berkata, "Hari ini
kita tidak beruntung Bu. Aku tidak mendapatkan apa-apa. Jangankan rusa, tikus pun
tak terlihat olehku."

"Lagi-lagi hari ini kita harus makan belalang," gumam si Agah. Ibu dan si Sulung
saling berpandangan. Dengan berhati-hati si Ibu berkata, "Maafkan aku, Yah. Tadi
waktu mengambil beras di lumbung, aku lupa menutup pintunya. Semua belalang itu
kabur, jadi aku tak bisa memasaknya. Hari ini kita hanya bisa makan nasi tanpa
lauk." Ya, Ibu berbohong untuk menutupi kesalahan si Sulung. Ia tak ingin suaminga
memarahi anaknya.

Mendengar hal itu, Ayah langsung naik pitam. "Apa? Bukankah sudah seribu kali
kukatakan jangan lupa menutup pintu lumbung?" teriaknya.

"Benar Yah, tapi aku benar-benar lupa. Maafkan aku," kata Ibu lagi.

"Maaf? Seharian aku mencari makanan untuk keluarga kita, dan kau bahkan tak bisa
menjaga belalang-belalang itu." Tiba-tiba Ayah berdiri dan masuk ke kamar. Ia
mengeluarkan semua baju dan kain Ibu. "Keluar kau dari rumah ini. Aku tak sudi
punya istri yang tak bisa menjaga kepercayaanku!" usirnya.
Advertisements

Si sulung terkejut. Ibu pun terkejut. "Mengapa Ayah tega mengusir Ibu? Ibu kan
sudah minta maaf?" tanya si Sulung sambil menangis. "Tak usah membela ibumu,

“Nak. Dia tidak layak menjadi ibumu." jawab Agah. Hati perempuan itu sangat sakit
mendengar kata-kata suaminya. Ia tak menyangka suaminya akan mengusirnya begitu
saja. Namun ia tahu benar tabiat suaminya. Jika suaminya sudah berkata begitu, maka
itulah yang harus terjadi.

Sambil memunguti baju dan kainnya, si Ibu pamit pada kedua anaknya. "Maafkan Ibu,
Nak. Ibu harus keluar dari rumah ini. Jaga diri kalian, ya?" katanya sambil mencium
kedua buah hatinya. Ia berjalan tak tentu arah dan akhirnya tiba di depan sebuah
batu besar yang dikenal dengan nama Atu Belah. Atu Belah adalah batu yang bisa
terbelah dan menelan orang yang mendekatinya dalam keadaan sedih. Batu ini tidak
menyukai orang yang bersedih. Sayangnya, si Ibu tidak mengetahui hal tersebut. Ia
malah duduk di depan batu itu sambil meratapi nasibnya.

Tiba-tiba, Bumi bergetar. Batu besar itu bergerak-gerak, kemudian kraakk... batu
itu terbelah dua. Tanpa sempat menyadari apa yang terjadi, si Ibu sudah tertelan
oleh si Atu Belah.

"Ibuu... jangan tinggalkan kami... kembalilah Bu..." tiba-tiba terdengar teriakan


si Sulung. Rupanya, diam-diam ia dan adiknya mengikuti Ibu. Tapi mereka terlambat,
ibu mereka sudah ditelan Atu Belah.

Si Sulung menangis dan menyesali kecerobohannya. Ia merasa bersalah telah


menyebabkan ibunya bernasib demikian. Sambil menggendong adiknya, ia mendekati Atu
Belah itu. Ia mengusap-usapnya dan berkata, "Semoga Ibu bahagia... aku sungguh
menyesal telah menyusahkan Ibu. Doakan kami, supaya bisa bertahan tanpa Ibu."
Tiba-tiba dari dalam batu muncullah beberapa helai rambut Ibu. Si Sulung yakin, Ibu
sengaja memberikan rambutnya untuk melindungi anak- anaknya. Si Sulung memetik
tujuh lembar rambut ibunya dan menjadikannya jimat. Jimat itu ia gunakan untuk
melindungi dirinya dan adiknya dari segala bahaya. "Selamat tinggal, Ibu...."

Pesan moral dari Dongeng Tentang Legenda : Atu Belah Atu Bertangkup adalah
dengarkan nasihat kedua orangtua. Jika kamu berbuat salah, segeralah meminta maaf
pada mereka. Kasih ibu sepanjang masa, ia pasti mengampuni kesalahan kita. Berlaku
sebaliknya ketika kita melihat kesalahan orang lain, berjiwa besarlah untuk
memaafkan.

Kumpulan Cerita Rakyat Aceh : Legenda Pangeran Amat Mude

Raja dan Ratu Negeri Alas sudah lama menikah, tapi mereka belum dikaruniai anak.
Akhir-akhir ini, Raja sering melamun, cemas memikirkan nasib Kerajaan Alas jika
mereka tak memiliki putra mahkota. Ratu berusaha untuk menghibur Raja. "Kita sudah
berusaha keras. Sebaiknya kita bersabar dan terus berdoa, Kanda." Raja tersenyum
dan menjawab, "Sungguh Kanda beruntung memiliki istri seperti Dinda. Benar, kita
tak boleh berhenti berusaha dan berdoa. Semoga Tuhan mengabulkan doa kita."
cerita rakyat aceh - Pangeran Amat Mude sedang menombak ikan

cerita rakyat aceh - Pangeran Amat Mude sedang menombak ikan

Suatu pagi, Ratu tak enak badan dan tubuhnya lemas. Raja panik. Tabib kerajaan
dipanggil untuk memeriksa Ratu. "Selamat Baginda. Ratu sedang mengandung, " kata
Tabib sambil menyalami tangan Raja. Raja dan Ratu amat senang mendengar perkataan
tabib itu. Mereka mengucap syukur pada Tuhan. Kabar kehamilan Ratu pun cepat
tersebar. Seluruh rakyat bersuka cita.

Ratu melahirkan bagi laki-laki yang sempurna, tampan, berkulit bersih, dan berambut
tebal. Raja menggelar pesta besar-besaran untuk menyambut putranya. Selain seluruh
rakgat, semua hewan dan makhluk halus pun turut diundang. Dalam pesta itu, Raja
mengumumkan, bahwa putranya bernama Amat Mude.

Pangeran Amat Mude tumbuh menjadi anak yang lucu dan pintar. Usianya belum genap 10
tahun ketika sang Raja mulai sakit-sakitan dan akhirnya meninggal dunia. Seluruh
rakyat berduka. Lalu muncul persoalan. Siapa yang akan memerintah kerajaan?
Pangeran Amat Mude masih sangat kecil. Karena itu, Ratu memutuskan untuk
menyerahkan takhta sementara pada adik Raja. Sang Paman setuju. Rencananya ia akan
memerintah sampai Pangeran Amat Mude cukup umur. Namun lama-kelamaan sang Paman
lupa diri. Ia ingin menjadi raja selamanya. Ia lalu mencari cara untuk
menyingkirkan Pangeran Amat Mude. Mula-mula kamar Ratu dan Pangeran dipindahkan ke
belakang. Lalu sang Paman juga mengabaikan kesejahteraan sang Ratu. Ratu yang baik
hati tidak berprasangka buruk dan menerima semua perlakuan itu.
Advertisements
cerita rakyat aceh - Ibunda Pangeran Amat Mude menemukan emas di dalam perut ikan

cerita rakyat aceh - Ibunda Pangeran Amat Mude menemukan emas di dalam perut ikan

Suatu hari sang Paman mengumpulkan para prajurit dan mengeluarkan perintah,
"Ajaklah Ratu dan Pangeran berburu ke hutan, kemudian tinggalkan mereka di sana."
Para prajurit bingung. "Bukankah Pangeran Amat Mude adalah putra mahkota Negeri
Alas?" tanya mereka. "Tutup mulut! Akulah Raja Negeri Alas. Laksanakan perintahku
atau kalian kuhukum," jawab sang Paman. Akhirnya Ratu dan Pangeran Amat Mude
dibuang ke hutan.

Pangeran Amat Mude adalah anak yang pintar dan tidak manja. Meskipun hidup di rumah
sederhana di hutan, ia tak pernah mengeluh. Ia bahkan sering membantu ibunya
mencari makanan atau buah-buahan ke kedalaman hutan.
Suatu hari, ketika Pangeran Amat Mude mencari buah-buahan, ia menemukan sungai yang
penuh ikan. Dengan ranting pohon yang sudah diasah tajam, ia menangkap ikan-ikan
itu. Dalam sekejap, ia berhasil menangkap beberapa ekor ikan. Sesampainya di rumah,
Ratu menyambut hasil tangkapan itu dengan gembira.

Saat membersihkan perut ikan, Ratu merasa ada benda keras di dalamnya. Ratu mengira
itu adalah telur ikan. Namun setelah diamati, ternyata itu adalah emas. Ratu
berteriak, "Anakku... cepatlah kemari. Lihat, Ibu menemukan sebutir emas di dalam
perut ikan ini." Pangeran Amat Mude terkejut. Lalu ia membantu ibunya membuka
perut-perut ikan yang lain. Ternyata setiap ikan memiliki sebutir emas dalam
perutnya.

Mereka mengucap syukur pada Tuhan. Ratu kemudian menjual emas itu, dan uangnya
digunakan untuk membeli rumah yang layak huni. Ia juga membeli selimut dan pakaian
baru untuk putranya. Setiap hari Pangeran pergi menangkap ikan dan menjual emasnya.
Uang mereka menjadi banyak. Sekarang mereka memiliki rrumah yang bagus, ternak, dan
kebun gang luas. Mereka juga tak lupa membantu orang miskin.

Pangeran Amat Mude kini telah dewasa. Kekayaan dan kedermawanannya terdengar sampai
ke Negeri Alas. Pamannya tak mengira jika dia masih hidup. Dipikirnya Pangeran Amat
Mude dan ibunya telah mati diterkam harimau. Ia memerintahkan para prajuritnya
untuk menjemput Pangeran Amat Mude kembali ke istana.
Advertisements

Di istana, sang Paman berkata. "Amat Mude, kau sudah dewasa sekarang. Mungkin sudah
saatnya kau menjadi raja. Tapi tidak semudah itu. Kau boleh menjadi raja jika
berhasil memetik sebutir kelapa gading. Bukan kelapa gading sembarangan, tapi
kelapa gading dari pulau kecil di tengah laut. Jika kau berhasil, kau boleh kembali
ke istana. Tapi jika gagal, takhta kerajaan ini selamanya menjadi milikku," lanjut
pamannya. Dalam hati, sang Paman tertawa. Laut itu dijaga oleh tiga hewan buas yang
siap memangsa siapa saja yang lewat. "Amat Mude tak mungkin selamat!" pikirnya.
Pangeran setuju. Ia memang ingin kembali ke istana demi kebahagiaan ibunya.
Cerita Rakyat Aceh Pangeran Amat Mude

Cerita Rakyat Aceh Pangeran Amat Mude

Saat Pangeran Amat Mude mendayung, air laut bergejolak. Perahu yang ditumpanginya
nyaris terbalik. Ia amat ketakutan. Lalu, munculah seekor ikan besar didampingi
seekor buaya dan seekor naga. "Hai, Anak Muda! Berani-beraninya kau melewati
wilayah kami tanpa izin? Siapa kau clan hendak ke mana?" tanya ikan itu. Dengan
gemetar, Pangeran Amat Mude menjawab "Na... na... namaku Amat Mude. Aku hendak ke
pulau di tengah laut untuk memetik sebutir kelapa gading."

"Amat Mude? Apakah kau putra Raja Negeri Alas?" tanya Buaya dan Naga bersamaan.
"B... b... benar... dari mana kalian tahu?" tanya Pangeran Amat Mude. Mereka
tertawa clan berkata "Ayahmu adalah sahabat kami. Kami dulu diundang ke pesta
kelahiranmu. Tak kusangka kau sekarang sudah menjadi pemuda yang gagah."

"Tenanglah, kami akan membantumu sampai ke pulau itu," sambung Naga. Sebelum
berpisah, Naga memberi Pangeran Amat Mude sebuah cincin ajaib yang bisa mengabulkan
semua permintaannya.

Ternyata pohon kelapa itu tinggi sekali. Pangeran Amat Mude nyaris putus asa. Tiba-
tiba ia teringat pada cincin ajaib dan berbisik pada cincin itu, "Bantulah aku
memetik sebutir kelapa gading." Ajaib! Dengan mudah ia berhasil memanjat dan
memetik sebutir kelapa gading. Ia mengucap syukur lalu mendayung perahunya pulang.
Advertisements
"Paman, ini kelapa gading yang Paman minta. Sekarang saatnya Paman menepati janji."
Sang Paman heran. Bagaimana mungkin Amat Mude bisa kembali dengan selamat? Lalu
sadarlah ia, Pangeran Amat Mude memang ditakdirkan untuk menjadi raja. Tuhan selalu
melindungi anak itu dari segala niat jahatnya. "Amat Mude, kau memang layak menjadi
raja. Mulai sekarang, kau adalah raja Negeri Alas yang sah."

Sejak itu, Negeri Alas dipimpin oleh Raja Amat Mude. Ia memimpin dengan arif
bijaksana, persis seperti ayahnya. Ia juga tak dendam dan tetap mengizinkan
Pamannya tinggal di istana. Namun sang paman menolak. Ia memilih untuk keluar dan
hidup sebagai rakyat biasa.

Pesan dari Kumpulan Cerita Rakyat Aceh : Legenda Pangeran Amat Mude untukmu
adalah Anak yang penyabar, tidak manja, rajin berdoa dan berusaha, pasti akan
dimudahkan hidupnya oleh Tuhan.

Cerita Rakyat Melayu : Kisah Si Alamsyah


dongeng cerita rakyat11 January 2015 No comment 2214 views
★★★★★
kerajaan melayu dalam cerita rakyat kisah si alamsyah

kerajaan melayu dalam cerita rakyat kisah si alamsyah


Advertisements

Tersebutlah sebuah kerajaan di tanah Alas , pada zaman dahulu. Sang Raja memerintah
dengan sifat adil dan bijaksana. Rakyat pun hidup dalam kedamaian , keamanan,serta
kesejahteraan. Dang raja mempunyai seorang penasihat. Tande Wakil. Namanya . Apapun
juga yang disebutkan Tande Wakil Sang Raja akan menurutinya.

Dalam kehidupannya, Sang Raja belum juga dikaruniai seorang anak pun meski telah
lama berumah tangga. Kenyataan itu membuatnya kerap bersedih hati. Begitu pula
dengan Sang Permaisuri. Keduanya tak putus putus nya berdoa dan memohon agar
dikaruniai anak. Hingga suatu hari Sang raja bermimpi. Dalam impiannya itu seorang
kakek datang kepadanya dan memberitahunya, hendaklah Sang Permaisuri meminum ramuan
yang dibuat oleh seorang tabib yang tinggal di sebuah hutan di ujung wilayah
kerajaan.
Keesokan paginya Sang Raja lantas memerintahkan para prajurit untuk mencari
keberadaan si tabib dan mengajak nya untuk datang ke istana kerajaan. Tak berapa
lama kemudian tabib yang dimaksud telah datang ke istana kerajaan. Si tabib segera
membuatkan ramuan setelah Sang Raja memintanya. Benar pesan si kakek dalam impian
Sang Raja , tak berapa lama setelag meminum ramuan buatan si tabib, Permaisuri pun
mengandung. Sembilan bulan kemudian Permaisuri melahirkan seorang bayi laki- laki .
Sang Raja member nama Alamsyah untuk anak lelakinya itu.

Begitu gembiranya hati Sang Raja dan Permaisuri setelah dikaruniai seorang anak.
Namun kegembiraan itu tidak berlangsung lama . Belum juga genap sebulan usia
Alamsyah , Tande Wakil menghadap Sang Raja dan menjelaskan perihal impiannya. Kata
Tande Wakil,’’Hamba bermimpi, bahwa kelahiran putra Paduka itu adalah petaka
sekaligus bencana besar bagi segenap rakyat! Putra Paduka itu hendaklah dibuang ke
hutan agar bencana itu tidak mewujud dalam kenyataan.’’

‘’Apakah tidak ada cara lain selain membuang putraku itu ke hutan agar bencana itu
tidak mewujud? ‘’tanya Sang Raja.

‘’Ampun yang mulia,’’ kata tande wakil .


Advertisements

‘’Menurut impian hamba , satu- satunya cara untuk mencegah datangnya bencana dan
petaka yang akan melanda negeri kita ini hanyalah dengan membuang putra paduka ke
hutan.’’

Sang raja pun menurut. Betapa pun ia sangat mencintai anak lelakinya itu, namun
jika kehadirannya akan membawa petaka dan bencana bagi segenap rakyat yang
dipimpinnya, ia pun berketetapan hati untuk membuang Alamsyah ke hutanh.

Alamsyah yang masih bayi itu lantas dibuang ke hutan . Seekor kera sakti merawat
Alamsyah. Dalam asuhan si kera sakti , Alamsyah pun tumbuh besar. Beberapa tahun
kemudian Alamsyah telah berubah menjadi seorang pemuda. Wajahnya sangat
tampan.Tubuhnya kuat dan kekar. Si kera sakti mengajarinya sopan santun dan tata
krama hingga Alamsyah tumbuh menjadi pemuda yang baik hati dan mengenal sopan
santun.

Pada suatu hari Alamsyah keluar hutan. Di pinggir hutan ia berjumpa dengan seorang
kakek. Setelah saling bertegur sapa, sang kakek akhirnya mengetahui siapa
sesungguhnya Alamsyah. Si kakek lantas mengajak Alamsyah untuk kembali ke istana
kerajaan.

‘’Ayahanda Paduka telah wafat,’’kata si kakek dalam perjalanannya menuju


kerajaan.’’ Kini yang memerintah kerajaan adalah Paman Paduka. Sangat jauh
pemerintahannya dibandingkan Ayahanda Paduka. Paman Paduka itu memerintah dengannn
sangat kejam dan sewenang –wenang. Sangat mudah dia menjatuhi hukuman, bahkan
terhadap orang yang sesungguhnya tidak bersalah. Beberapa dijatuhi hukuman mati
karena berani menentang kehendak Raja. Rakyat hidup dalam kecemasan dan ketakutan.
Raja sama sekali tidak memperhatikan kesejahteraan rakyat dan kejahatanpun tumbuh
subur layaknya jamur di musim penghujan.

Alamsyah sangat sedih mendengar cerita si kakek.” Lantas bagaimana nasib ibu?”
Tanyanya.
Advertisements

“Ibu paduka masih hidup dan tinggal di sebuah gubug di luar istana. Setiap hari ibu
paduka dipaksa untuk bekerja keras layaknya seorang pembantu. Seringkali ibu paduka
tidak diberi makan karena dianggap pekerjaannya tidak bagus. Bahkan, makanan
untuknya pun kadang makanan yang sudah basi.”

Alamsyah kian merasa sedih. Dia berniat kuat menemui pamannya dan meminta pamannya
tidak sewenang-wenang dalam memerintah dan tidak berlaku aniaya terhadapo ibunya.

Alamsyahpun tiba di istana kerajaan. Pamannya sangat tidak suka mendapati


kedatangannya. Dia khawatir, Alamsyah akan meminta tahta yang menjadi haknya. Raja
lantas memperlakukan Alamsyah dengan buruk. Alamsyah dipaksa untuk bekerja keras,
melebihi kerja yang dilakukan pembantu. Jika Alamsyah tidak bekerja, dia tidak akan
diberi makan. Alamsyah juga dilarang bertemu ibunya. Para perajurit diberi
kewenangan oleh raja untuk memukul Alamsyah, jika Alamsyah dianggap tidak baik
dalam bekerja. Alamsyah terpaksa menerima perlakuan buruk terhadapnya itu, karena
tidak memiliki kemampuan untuk melawan.

Sang Raja telah berulangkali berusaha untuk mencelakai Alamsyah. Secara diam-diam
dia memerintahkan orang-orang kepercayaanya untuk membunuh Alamsyah. Namun,
usahanya selalu mengalami kegagalan.

Suatu hari sang Raja memerintahkan seorang kepercayaanya yang bernama Penghulu Mude
untuk membunuh Alamsyah. Penghulu Mude lantas mengajak Alamsyah untuk membeli
kerbau. Ditengah perjalanan, Alamsyah didorongnya hingga jatuh ke jurang. Penghulu
mude kemudian kembali ke istana untuk menghadap sang raja. Dia melaporkan bahwa
Alamsyah telah mati jatuh ke Jurang.
Advertisements
Alamsyah terjatuh ke jurang yang dalam. Namun, dia selamat karena ditolong oleh jin
baik yang bernama Siah Ketambe. Alamsyah sama sekali tidak terluka dan bahkan
sedikitpun kulitnya tidak lecet.

Siah Ketambe menjelaskan, bahwa jatuhnya Alamsyah ke jurang itu karena siasat
pamannya.” Pamanmu menghendaki engkau mati, sehingga dia menyuruh Penghulu Made
mendorongmu ke jurang ini.”

Alamsyah sependapat dengan penjelasan Siah Ketambe. Berulang-ulang dia telah


merasakan berbagai usaha pamannya untuk mencelakakan dirinya.

Siah Ketambe mengharapkan agar Alamsyah memiliki ilmu beladiri yang cukup untuk
bisa menjaga diri serta menolong orang-orang yang membutuhkan. Akhirnya Alamsyah
belajar ilmu beladiri dan kesaktiaan dari Siah Ketambe. Karena Alamsyah orang yang
cerdas dan tekun, dalam waktu singkat dia telah menguasai ilmu beladiri dan
berbagai kesaktian yang diajarkan oleh Siah Ketembe.

Siah Ketambe memberikan pesan kepada Alamsyah.” Gunakan ilmu dan kesaktianmu itu
baik-baik. Sebisa mungkin hindarkanlah perkelahian. Namun, jika engkau dalam
keadaan terdesak atau mendapati dirimu dalam keadaan bahaya, barulah engkau boleh
menggunakan ilmumu itu untuk membela diri.”
cerita rakyat melayu kisah si alamsyah

cerita rakyat melayu kisah si alamsyah

Setelah merasa ilmu beladiri dan kesaktian Alamsyah sudah cukup, Siah Ketambe
mengijinkan Alamsyah untuk kembali ke kerajaan. Kedatangan Alamsyah sangat
mengejutkan Raja dan Penghulu Mude. Setibanya di istana Alamsyah langsung diserang
oleh Penghulu Mude dibantu oleh para perajurit. Namun karena kesaktian Alamsyah
sangat tinggi, dengan mudah Alamsyah dapat mengalahkan mereka semua.

Sang Raja begitu terperanjat mendapati kemampuan keponakannya itu begitu luar
biasa. Dia pun merasa tidak akan mampu menghadapi Alamsyah, terlebih lagi para
perajurit dan pejabat kerajaan yang sebelumnya menjadi kaki tanggany, sekarang
berbalik menduku Alamsyah, karena mengetahui bahwa Alamsyahlah yang berhak menjadi
Raja.

Sang Raja akhirnya menemui Alamsyah.” Alamsyah keponakanku. Maafkan pamanmu yang
telah khilaf ini. Ampuni aku. Dengan ini kuserahkan kembali tahta yang memang
seharusnya engkau duduki. Sekali lagi, maafkan pamanmu dan jangan engkau sakiti
pamanmu yang tleh renta ini.”

Alamsyah memaafkan kesalahan pamannya. Dia juga memaafkan kesalahan Penghulu Mude
dan seluruh perajurit yang pernah menyakitinya selama mereka berjanji tidak akan
mengulangi kesalahan mereka.

Setelah penyerahan kekuasaan itu, Alamsyah dinobatkan menjadi raja baru. Alamsyah
segera menjemput ibunya dan mendudukannya disampinya dengan penuh penghormatan.
Seluruh rakyat sangat bergembira dengan penobatan Alamsyah sebagai Raja, apalagi
Alamsyah memerintah dengan adil dan bijaksana. Alamsyah menegakan hukum dengan adil
sehingga tingkat kejahatan menurun drastis. Rakyat hidup makmur dan sejahtera

Pesan Moral dari Cerita Rakyat Melayu : Kisah Si Alamsyah

Orang yang baik akan mendapatkan kebaikannya dan orang yang jahat atas
perilakunya juga akan mendapatkan buah kejahatannya. Hak seseorang akan kembali
kepadanya meski harus melalui usaha keras dan perjuangan yang panjang.
Legenda Sepasang Batu di Tepi Danau Laut Tawar
dongeng cerita rakyat20 December 2014 No comment 5918 views
★★★★★
Legenda Sepasang Batu di Tepi Danau Laut Tawar

Legenda Sepasang Batu di Tepi Danau Laut Tawar


Advertisements

Pada jaman dahulu kala di negeri Aceh, hiduplah seorang gadis berwajah cantik. Si
gadis amat menyayangi dan mencintai keluarganya. Begirupun dengan keluarganya,
sangay menyayangi dan mencintai si gadis.

Kecantikan gadis tersebut terdengar sampai ke negeri seberang lautan. Seorang


pemuda tampan yang berasal dari keluarga terhormat datang ke desa dimana sigadis
tinggal. Si pemuda mengajukan pinangannya untuk memperistri si gadis. Si gadis
tidak semerta-merta menerima pinangan itu, ia harus berembuk dahulu dengan
keluarganya.

“Tampaknya, ia pemuda yang baik dan bertanggung jawab.Sikapnya santun dan


bersahaja. Pantas kiranya ia menjadi suamimu.” Kata ayah si Gadis.

Si Gadis akhirnya menerima pinangan si pemuda setelah keluarganya memberi restu


padanya.

Pesta pernikahanpun lantas dilangsungkan. Amat meriah pesta itu. Segenap keluarga,
kerabat, dan tetangga datang dengan wajah suka cita untuk menjadi saksi pernikahan
si Gadis. Setelah beberapa hari tinggal di desa tempat si Gadis berada, si pemuda
pun mengajak si Gadis yang telah menjadi istrinya itu untuk kembali ke kampung
halamannya di seberang lautan.
Advertisements

Meski telah menjadi istri si pemuda, hati si Gadis sesungguhnya amat berat
meninggalkan keluarga dan juga desa tempat tinggaknya itu. Namun dia harus
mengikuti ajakan suaminya sebagai tanda kesetiaan dan baktinya pada suaminya.

Sebelum berangkat ayah si Gadis berpesan,” Wahai anakku, tinggallah engkau baik-
baik di negeri suamimu. Ingatlah pesanku, selama engkau dalam perjalanan, jangan
sekali-kali engkau menoleh kebelakang! Jangan sekali-kali! Jika engkau
melakukannya, niscaya engkau akan menjadi batu!”

“Baiklan ayah,” Ujar si Gadis menyanggupi.

Si gadis dan suaminya pun pergi meninggalkan desa itu untuk memulai perjalanan jauh
menuju negeri seberang lautan. Dari desa tempat tinggalnya, si Gadis harus menembus
kepekatan hutan belantara, mendaki bukit dan menyebrangi danaulaut tawar. Selama
dalam perjalanannya si Gadis tetap teguh memegang pesabn ayahhandanya. Sama sekali
dia tidak berani menoleh wajahnya kearah belakang. Hingga tibalah keduannya di
danau laut tawar. Dengan menaiki sebuah sampan, Si gadis dan suamninya menyebrangi
danau di laut tawar.
Danau Laut Tawar

Danau Laut Tawar

Beberapa saat sampan itu mengarungi danau Laut Tawar, Si Gadis didera penasaran
yang sangat. Ia mendengar sayup-sayup suara Ibunda tercintanya. Suara ibunda
tercinta yang memanggil-manggil namanya. Batin dan perasaan sigadis terpecah,
antara tetap menjaga pesan ayahnya untuk tidak menoleh dan menoleh untuk memenuhi
panggilan ibundanya. Beberapa saat kejadian itu terus berlangsung, sehingga
akhirnya si Gadis lebih memilih menoleh untuk memenuhi panggilan dari Ibunya.

Petakapun terjadi. Sesaat setelah si Gadis menolehkan wajahnya kebelakang, seketika


itupula tubuh si gadis berubah menjadi batu.
Advertisements

Tidak terkira kesedihan suami si gadis ketika mendapati tubuh istrinya telah
berubah menjadi batu. Karena rasa cinta dan sayangnya, suami si gadis berkehendak
dapat bersama-sama dengan istrinya. Ia lantas memohon agar dirinya juga dapat
berubah menjadi batu. Permohonanpun dikabulkan. Selesai memohon, tubuh si pemuda
yang berasal dari negeri seberang itupun berubah pula menjadi batu.

Sepasang batu itu tetap berada di pinggir danau air tawar. Keduanya berdekatan sama
seperti kuatnya cinta kasih mereka sebagai suami istri.
Asal Mula Danau Laut Tawar

Asal Mula Danau Laut Tawar

Pesan Moral dari Cerita Rakyat Yang berasal dari Daerah Aceh Legenda Sepasang Batu
di Tepi Danau Air Tawar adalah

Kita hendaklah menuruti pesan dan nasihat orang tua. Melanggar pesan dan
nasihat orang tua akan merugikan diri kita dan membuat kita menyesal di kemudian
hari.

Cerita Rakyat Indonesia : Lutung Kasarung


dongeng cerita rakyat5 February 2015 No comment 19691 views
★★★★★
Advertisements

Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang putri bernama Purbasari. Dia merupakan anak
bungsu dari Prabu Tapa Agung yang merupakan raja kerajaan pasir batang. Purbasari
memiliki enam orang kakak perempuan yaitu Purbararang, Purbadewata, Purbaendah,
Purbakancana, Purbamanik dan Purbaleuih.
Cerita Rakyat Indonesia Lutung Kasarung

Cerita Rakyat Indonesia Lutung Kasarung

Purbasari sangat baik sifat dan kelakuannya. Dia lembut, manis budi, ddan suka
menolong. Siapapun juga yang membutuhkan pertolongan dengan senang hati dibantunya.
Selain hatinya yang elok, Purbasari juga memiliki paras yang cantik dan rupawan,
setiap orang yang melihatnya pasti jatuh hati pada pandangan pertama. Sayangnya
kecantikan dan kebaikan hati purbasari tidak menurun dari kakak sulungnya
Purbararang yang berperangai sangat buruk. Walaupun cantik Purbararang sangat
kasar, sombong, kejam dan iri hati terhadap siapapun juga.

Setelah bertahta dalam waktu yang cukup lama, Prabu Tapa Agung berniat turun tahta.
Telah dipikirkan masak-masak, bahwa untuk melanjutkan kepemimpinannya dia akan
menunjuk Purbasari. Sang Prabu telah mengamati selama puluhan tahun bahwa Purbasari
adalah sosok yang paling pantas menggantikannya, bukan Purbararang walaupun
Purbararang adalah anak sulungnya. Pemikirian dari sang Prabu yang bijaksana ini
terutama karena sifat dan perilaku anak sulungnya yang buruk. Prabu Tapa agung
khawatir, jika Purbararang menjadi Raja maka ketentraman dan kedamaian kehidupan
rakyat akan terganggu dan bahkan menjadi rusak akibat kepemimpinan Purbararang yang
memiliki sifat sangat buruk.

Dihadapan seluruh pembesar kerajaan dan juga ketujuh putrinya raja, Prabu Tapa
Agung menyerahkan takhtanya kepada Purbasari. Prabu Tapa Agung lantas meninggalkan
istana kerajaannya untuk memulai hidup barunya sebagai pertapa.

Purbararang sangat marah luar biasa mendapati takhta Kerajaan Pasir Batang
diserahkan kepada adik bungsunya dan tidak kepada dirinya. Maka, berselang satu
hari sejak penobatan Purbasari menjadi Ratu Kerajaan Pasir Batang, Purbararang
menghubungi Indrajaya tunangannya. Keduanya kemudian meminta bantuan nenek sihir
untuk mencelakai Purbasari.
Advertisements

Nenek sihir jahat memberikan boreh (zat berwarna hitam yang dibuat dari tumbuhan)
kepada Purbararang. Nenek sihir itu berkata.” Semburkan boreh ini kewajah dan
seluruh tubuh dari Purbasari.”

Purbararang segera melaksanakan pesan dari si nenek sihir. Boreh itu disemburkan ke
wajah dan seluruh tubuh Purbasari. Akibatnya diseluruh tubuh Purbasari bermunculan
bercak-bercak hitam yang mengerikan. Dengan kondisi tersebut Purbararang memiliki
alsan untuk mengusir Purbasari dari istana.

“ Orang yang dikutuk hingga memiliki penyakit mengerikan ini tidak pantas menjadi
Ratu kerajaan Pasir Batang. Sudah seharusnya dia diasingkan ke hutan agar
penyakitnya tidak menular.” Kata Purbararang.

Purbararang kemudian mengambil tahta Kerajaan Pasir Batang. Dia memerintahkan Uwak
Batara yang merupakan penasihat istana mengasingkan Purbasari ke hutan.

Ketika Purbasari tengah diasingkan dihutan, terjadilah masalah besar di khayangan.


Pangeran Guru Minda tidak berkenan menikah dengan bidadari khayangan seperti yang
diperintahkan Sunan Ambu ibunya. Pangeran Guruminda hanya berkenan menikah dengan
perempuan yang kecantikannya setara dengan Sunan Ambu ibunya.

Sunan ambu menjelaskan bahwa sosok perempuan yang secantik dirinya hanya akan
ditemui Pangeran Guruminda di dunia manusia. Namun jika pangeran Guruminda
bersikeras ingin menemui wanita sesuai keinginannya itu, dia harus pergi ke dunia
tidak dalam bentuk pangeran Guruminda yang gagah dan tampan, melainkan harus dalam
wujud penyamaran berupa lutung.” Lutung kasarung namamu.” Kata sunan Ambu.” Apakah
engkau bersedia melakukannya?”
Advertisements

Pangeran Guruminda menyatakan kesediannya. Setelah menjelma menjadi seekor Lutung


Kasarung, Pangeran Guru Minda segera turun ke dunia manusia. Dia tiba di hutan.
Dalam waktu singkat saja Lutung Kasarung sudah menjadi raja para lutung dan kera
dihutan tersebut. Hal ini sangat wajar karena tidak ada kera dan lutung yang mampu
menandingi kesaktian, kecerdasan dan kekuatan dari Pangeran Guruminda.
Lutung Kasarung mengetahui keburukan dan kekejaman dari Purbararang yang bertakhta
sebagai ratu di kerajaan Pasir Batang. Lutung Kasarung atau Pangeran Guruminda
benar-benar ingin memberi pelajaran kepada Ratu yang kejam tersebut. Maka, ketika
dia mendengar rencana Purbararang mencari hewan kurban di hutan, Lutung Kasarung
membiarkan dirinya ditangkap oleh orang-orang suruhan Purbararang.

Sebelum dijadikan hewan kurban, Lutung Kasrung tiba-tiba mengamuk dan menimbulkan
kerusakan di istana Pasir Batang. Para prajurit kerajaan Pasir Batang yang berniat
menangkapnya dibuat tidak berdaya. Kalang kabut semua yang berniat meringkusnya.
Lutung Kasarung sepertinya menunjukan permusuhan dengan semua prajurit Kerajaan
Pasir Batang.

Melihat kondisi prajuritnya yang terus terdesak. Purbararang meminta Uwak Barata
untuk menjinakan Lutung Kasarung. Anehnya saat Uwak Batara maju ke medan laga,
Lutung Kasarung seperti tidak berniat menyakiti Uwak Batara. Bahkan saat Uwak
Batara menangkapnya Lutung Kasarung tidak melawan. Purbararang segera meminta Uwak
Batara membuang Lutung Kasarung ke hutan dimana Purbasari diasingkan. Dia
menghendaki Purbasari tewas dimangsa Lutung Kasarung yang dianggapnya sebagai hewan
buas.

Uwak Batara Lengser membawa Lutung Kasarung ke hutan dimana Purbasari diasingkan.
Uwak Batara Lengser yakin bahwa Lutung Kasarung bukanlah hewan biasa, oleh karena
itu dia memberikan pesan kepada Lutung Kasarung saat mereka bertemu Purbasari.”
Lutung, puteri yang saat ini ada didepanmu adalah putri dari Prabu Tapa Agung. Ia
adalah Putri yang baik hati dan seharusnya menjadi Ratu Kerajaan Pasir Batang.
Hanya karena kekuatan jahatlah dia diasingkan dan tersingkir ke hutan ini. Oleh
karena itu hendaklah engkau menjaga junjungan kami ini.”
Advertisements

Lutung Kasarung menganggukan kepala tanda mengerti. Maka sejak saat itu Lutung
Kasarung menjadi penjaga sekaligus menjadi sahabat dekat Purbasari. Dengan hadirnya
Lutung Kasarung disisinya membuat kesedihan Purbasari perlahan sirna. Dia
mendapatkan sahabat yang menghibur dan melindunginya. Untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, Lutung Kasarung memerintahkan para kera untuk membawa makanan dan
buah-buahan untuk Purbasari. Kelembutan hati, kebaikan dan sifat baik Purbasari
membuat Lutung Kasarung semakin lama semakin sayang kepada Purbasari. Sedangkan
sikap tanggung jawab, kepemimpinan dan kecerdasan dari Lutung Kasarung membuat
Purbasari menjadi jatuh cinta. Semakin lama mereka merasa tidak dapat dipisahkan
lagi.

Tanpa diketahui Purbasari, Lutung Kasarung memohon kepada ibundannya Sunan Ambu
untuk dibuatkan taman yang indah dengan tempat pemandian untuk Purbasari. Sunan
ambu lantas memerintahkan para dewa dan para bidadari turun ke bumi untuk
mewujudkan keinginan dari putranya. Para Dewa dan Bidadari membuatkan taman dan
tempat mandi yang sangat indah untuk Purbasari. Pancurannya terbuat dari emas
murni. Dinding dan lantainya terbuat dari batu pualam. Air telaga yang mengalir
berasal dari telaga kecil yang murni bersih dan dengan doa-doa dari para dewa. Para
Dewa dan Bidadari menyebut taman yang indah itu Jamban Salaka. Selain dibuatkan
telaga dan taman yang indah, para bidadari menyiapkan beberapa pakaian indah untuk
Purbasari. Pakaian itu sangat indah dan lembut. Terbuat dari awan yang lembut
dengan hiasan batu-batu permata dari dalam lautan. Tidak ada pakaian di dunia ini
yang mampu menandingi keindahan pakaian Purbasari.

Pada saat melihat telaga dengan pancuran yang indah. Purbasari segera berniat mandi
untuk membersihkan diri. Pada saat itulah boreh kutukan yang menempel di wajah dan
tubuhnya perlahan sirna. Kecantikannya telah kembali. Lutung Kasarung yang melihat
hal tersebut menjadi terperangah tidak menyangka orang yang selama ini disayangi
ternyata wanita yang sangat cantik mempesona. Bahkan kecantikan Purbasari dapat
mengalahkan kecantikan dari Sunan Ambu. Lutung Kasarung dan Purbasari sangat senang
dengan keadaan ini. Walaupun Purbasari telah kembali kewujudnya yang cantik
rupawan, kasih sayang Purbasari terhadap Lutung Kasarung tidak berkurang, malah
bisa dikatakan semakin bertambah.

Kabar mengenai kembalinya kecantikan Purbasari didengar Purbararang. Purbararang


tidak percaya dengan berita ini, dia masih percaya diri karena tahu bahwa boreh
yang disemburkan kepada Purbasari mengandung kutukan yang sangat jahat dan kuat.
Purbararang lantas mengajak tunangannya untuk melihat kebenaran berita tersebut.
Betapa kagetnya dia melihat Purbasari telah kembali kesosok nya yang cantik
rupawan. Purbasari terlihat semakin mempesona dengan balutan pakaian dari para
bidadari.
rambut purbasari lebih panjang dari rambut purbararang

rambut purbasari lebih panjang dari rambut purbararang

Purbararang khawatir, telah kembalinya kecantikan adiknya Purbasari akan mengancam


takhta yang saat ini dikuasainya. Dia pun memutar otak mencari cara untuk kembali
menyingkirkan adiknya tersebut, bahkan kali ini dia berniat menyingkirkan Purbasari
untuk selama-lamanya. Purbararang lantas menantang Purbasari untuk beradu panjang
rambut. Katanya.” Jika rambutku lebih panjang dibandingkan rambut Purbasari, maka
leher Purbasari harus dipenggal algojo kerajaan.”

Purbararang menelan kekecewaan yang besar setelah terbukti rambutnya yang sebetis
kalah panjang dengan rambut Purbasari yang sepanjang tumit. Purbararang sangat malu
mendapati kekalahannya. Untuk menutupi kekalahannya. Purbararang mengemukakan
tantangan baru untuk Purbasari. Tidak tanggung-tanggung tantangan ini diucapkan
didepan seluruh masyarakat Kerajaan Pasir Batang. Dengan suara lantang agar
didengar warga masyarakat, Purbararang berkata.” Jika wajah tunanganmu lebih tampan
dibandingkan wajah tunanganku, takhta Pasir Batang akan kuserahkan kepadamu. Namun
jika sebaliknya, maka engkau hendaklah merelakan lehermu dipenggal algojo
kerajaan.”

Purbasari paham dia tidak akan mampu menang pada tantangan kali ini. Namun cintanya
kepada Lutung Kasarung membuatnya tegar. Dia menggenggam tangan Lutung Kasarung. “
Aku mencintaimu dan ingin engkau menjadi suamiku.” Ucapnya kepada Lutung Kasarung.
Air mata berlinang mengalir dikedua pipinya. Lutung Kasrung balas menggenggam
tangan Purbasari kemudian mengusap air mata dipipi putri cantik jelita itu.

Purbararang tertawa terbahak-bahak.” Monyet hitam itu tunanganmu?”

“ Iya.” Jawab Purbasari lantang dan mantap.

Sebelum Purbararang memerintahkan algojo untuk memenggal Purbasari. Lutung Kasarung


tiba-tiba duduk bersila dengan mata terpejam. Mulutnya terlihat komat-kamit. Tiba-
tiba asap tebal menyelimuti tubuh Lutung Kasarung. Tidak dalam waktu yang lama,
asap tebal menghilang, sosok lutung kasarung dengan wajah jelek, menghilang seiring
berlalunya asap pekat. Berganti dengan sosok Pangeran guru Minda yang sangat tampan
dan gagah.
Lutung Kasarung berubah menjadi Pangran guruminda yang tampan

Lutung Kasarung berubah menjadi Pangran guruminda yang tampan

Terperanjatlah semua yang hadir ditempat itu mendapati keajaiban yang luar biasa
tersebut. Betapa tampannya Pangeran Guru Minda, bahkan sangat jauh melebihi
ketampanan Indrajaya tunangan dari Purbararang.

Pangeran Guruminda lantas mengumumkan bahwa ratu kerajaan Pasri Batang yang
sebenarnya adalah Purbasari. Purbararang telah mengalami kekalahan dari tantangan
yang dibuatnya sendiri.

Dalam kondisi seperti itu, Purbararang tidak dapat menyangkal dan mau tidak mau
mengakui kekalahannya. Tidak ada lagi yang dapati diperbuatnya selain menyerakan
takhta kerajaan pasri batang kepada adiknya Purbasari. Dia pun memohon ampun atas
kejahatan yang telah dilakukannya bersama Indrajaya tunangannya. Dengan kebaikan
hatinya, Purbasari memaafkan kesalahan kakak sulungnya itu.
Purbasari memaafkan kesalahan Purbararang

Purbasari memaafkan kesalahan Purbararang

Sejak saat itu Purbasari kembali bertakhta sebagai Ratu. Segenap rakyat sangat
bergembira menyambut ratu mereka yang baru, dan sekaligus terlepas dari belenggu
pemerintahan Purbararang yang jahat. Mereka semakin berbahagia mengetahuii bahwa
Ratu Mereka Purbasari menikah dengan Pangeran guruminda yang tampan dan gagah.
Purbasari dan Pangeran guruminda pun hidup berbahagia.

Pesan Moral dari Cerita Rakyat Indonesia Lutung Kasarung adalah Kebenaran dan
Kebaikan akan dapat mengalahkan kebatilan dan kesewenang-wenangan. Kebenaran pada
akhirnya akan keluar sebagai pemenang.

Cerita Rakyat Malin Kundang dari Sumatera Barat


dongeng cerita rakyat8 June 2015 No comment 9914 views
★★★★★
Advertisements

Posting kali ini merupakan versi ketiga dari cerita rakyat malin kundang. Pada
artikel sebelumnya kami telah menerbitkan dua artikel cerita rakyat maling kundang
yaitu Cerita Rakyat Sumatera Barat : Malin Kundang dan Cerita Dongeng Malin Kundang
(Cerita Rakyat SumBar). Cerita rakyat indonesia malin kundang memiliki amanat moral
yang baik untuk disampaikan kepada anak kita. Karena pesan moral yang baik inilah
dongeng malin kundang diceritakan secara turun temurun dari mulut kemulut.
Dongeng Dari Sumatera Barat : Cerita Rakyat Malin Kundang

“Hu huuuu huuu.” tangis Malin Kundang sambil memegangi lengannya yang berdarah.
Rupanya lagi-lagi ia dipatok oleh ayam jago milik Datuk Firman. Bunda membersihkan
lukanya dengan sabar. Kali ini, luka Malin cukup parah. Bunda Malin Kundang yang
bernama Mande Rubayah membalutnya dengan perban.
Dongeng Cerita Rakyat Malin Kundang

Dongeng Cerita Rakyat Malin Kundang

"Malin, jangan nakal. Jangan kau kejar-kejar lagi ayam jago itu. Ingat, kau sudah
tidak punya ayah, kaulah satu-satunya harapan Bunda," nasihat ibunya. Malin hanya
mengangguk dan menyeringai.

Sejak ayah Malin meninggal, ibunya bekerja keras untuk menghidupi Malin. Ia
membantu para nelayan membongkar ikan hasil tangkapan di pantai. Kadang, Malin ikut
dengannya. Di sana, Malin bertemu dengan Saudagar Ali, salah satu orang kaya di
kampung itu. Saudagar Ali telah menganggap Malin seperti anaknya sendiri. Beliau
mengajari Malin cara berdagang dan mengemudikan kapal. Bagi Saudagar Ali, Malin
cerdas dan dewasa, tidak seperti anak kecil pada umumnya.

Ketika Malin beranjak dewasa, Saudagar Ali mengajaknya untuk ikut berlayar ke
negeri seberang. Di sana, ia akan mengenalkan Malin pada saudaranya yang juga
memiliki usaha perdagangan. Malin pun berpamitan pada ibunya Mande Rubayah. "Bunda,
Saudagar Ali mengajakku untuk ikut dengannya. Izinkan aku pergi Bunda, karena aku
ingin bekerja di negeri seberang. Jika aku sukses, aku akan kembali dan memboyong
Bunda." Ibunya menunduk. Tak terasa, air matanya menetes. "Bunda tak bisa
melarangmu, Malin. Bunda tahu keinginanmu begitu besar," jawabnya.
Advertisements

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, Malin berlayar ke negeri seberang. Rasanya
seperti mimpi yang jadi kenyataan. Saat Malin sedang melamun, tiba-tiba kapal
berhenti. Seperti ada sesuatu yang menabraknya. Mendengar suara gaduh di bawah,
Malin melongokkan kepalanya. Ia melihat segerombolan orang dengan pedang terhunus
menaiki kapal itu. Malin merasa tak enak. "Pasti mereka para perompak. Aku harus
segera bersembunyi," katanya dalam hati. Beruntung, ia menemukan sebuah keranjang
ikan dari bambu yang cukup besar untuk bersembunyi.

Para perompak itu mengambil semua uang dan emas milik Saudagar Ali. Mereka juga
membunuh Saudagar Ali dan anak buahnya. Malin selamat, karena para perompak itu
tidak tertarik pada keranjang bambu tempat persembunyian Malin. Mereka hanya
mengobrak-abrik peti-peti yang berisi uang dan emas. Sepeninggal para perompak itu,
Malin keluar dari tempat persembunyiannya. Ia mengemudikan kapal itu ke daratan
terdekat. Malin lalu menceritakan apa yang terjadi pada penduduk setempat. Warga
bergotong royong untuk menguburkan jenazah Saudagar Ali dan anak buahnya.

Karena tak tahu harus pergi ke mana, Malin memutuskan untuk tinggal di sana. Ia
menggunakan kapal Saudagar All untuk mengangkut barang- barang penduduk yang akan
dikirim ke tempat lain. Malin menerima bayaran dari jasa pengiriman itu. Lama
kelamaan, jasa pengirimannya itu berkembang pesat. Malin bahkan bisa membeli kapal-
kapal yang lain.

Malin sekarang telah menjadi pemuda yang kaya raya. Ia menikahi seorang gadis yang
cantik, anak tetua kampung itu. Sadar bahwa istrinya berasal dari keluarga yang
terpandang, Malin pun merahasiakan asal-usulnya. Tiap kali istrinya bertanya
tentang orang tuanya, Malin selalu menjawab kalau mereka sudah meninggal. Malin
mengatakan, bahwa Saudagar Ali adalah ayahnya. Ia tak tahu bahwa ibunya menunggu
dengan hati cemas di kampung halaman.

Suatu hari, Malin dan istrinya pergi berlayar. Entah mengapa, nahkoda membawa kapal
itu ke arah kampung halaman Malin. Mendekati bibir pantai, Malin tersadar.
"Bukankah ini kampung halamanku?" bisiknya cemas. Baru saja Malin ingin meminta
nahkoda untuk berbalik arah, istrinya berteriak kegirangan, "Suamiku... lihat!
Kapal nelayan itu sedang membongkar ikan. Aku ingin sekali makan ikan segar. Ayo
kita turun untuk membeli ikan!" Malin tak kuasa menolak. Ia dan istrinya berjalan
menuju kapal nelayan itu. "Minggir...minggir... Saudagar Malin mau lewat..." kata
anak buah Malin.

Mande Rubayah ibu Malin yang kebetulan sedang membantu para nelayan terkesiap.
"MALIN? Apakah aku tidak salah dengar?" Mata wanita itu mencari-cari dan hatinya
berdesir, "Ya, benar. Itu Malin anakku!" Tak bisa menahan diri, ia berlari ke arah
Malin. "MALIN... MALIN KUNDANG anakku!!" teriak ibunya. Ia memeluk Malin erat-erat
dan menangis. Malin kaget bukan kepalang, ia tak siap dengan keadaan itu. Istrinya
menatapnya dengan heran, "Malin, bukankah kau bilang ibumu sudah meninggal sejak
kau kecil?"
Advertisements

Malin cepat-cepat melepaskan diri dari pelukan ibunya. "Hei kau wanita tua, berani
sekali kau menyebutku anakmu," teriak Malin lantang.

Bunda terpana mendengar ucapan Malin itu. "Malin anakku sayang... sudah lupakah kau
pada bundamu sendiri?" ratap wanita itu.
Istri Malin berusaha menengahi keadaan, "Wahai Ibu, apakah Ibu bisa membuktikan
bahwa Malin benar-benar anak Ibu?" tanyanya dengan santun.
Cerita Rakyat Malin Kundang

Cerita Rakyat Malin Kundang

"Semua orang di kampung ini tahu bahwa Malin adalah anakku. Namun jika kau tak
percaya, cobalah periksa lengan kanannya. Ada bekas luka karena patokan ayam Datuk
Firman. Bunda percaya kau masih ingat hal itu Malin," kata Bunda sambil menatap
Malin tajam. Istri Malin kemudian memeriksa lengan kanan suaminya dan benar, ada
bekas luka di sana. Istrinya memandang Malin dengan sedih, "Malin, kenapa kau
mengingkari ibumu sendiri?"

"Istriku, kau harus percaya padaku. Ibuku sudah meninggal ketika melahirkanku.
Tentu Ibu ini tahu tentang luka di lenganku, karena semua orang di sini tahu cerita
itu," kata Malin membela diri.
Advertisements

Setelah berkata demikian, Malin mengajak istrinya pergi dari tempat itu. Mereka
menaiki kapal. Bunda menangis tersedu-sedu sambil bersimpuh di bawah kapal. "Malin
anakku... jangan kau tinggalkan Bundamu lagi, Nak... Bunda sangat merindukanmu.
Kaulah satu-satunya harta Bunda di dunia ini," ratapnya. Malin bergeming. Sambil
memandang sinis ke bawah, ia meludahi ibunya. "Dasar orang tua tak tahu diri,
berani sekali kau mengaku sebagai ibuku!"

Hati wanita tua itu sakit sekali. Tanpa sadar, ia mengucap doa, "Ya Tuhan, sadarkan
anak hamba. Ia telah mengingkariku sebagai ibu yang pernah melahirkan dan
menyusuinya." Seketika itu juga langit menjadi mendung clan hujan turun deras
sekali. Petir menggelegar dan angin bertiup sangat kencang. Tiba-tiba, petir
menyambar tepat di depan kaki Malin. Ajaib, di tengah gemuruh hujan, tubuh Malin
langsung kaku.

Mula-mula kakinya tak bisa digerakkan. Istrinya berteriak, "Malin, apa yang terjadi
pada kakimu? Kakimu seperti batu!" Rupanya tak hanya kakinya yang menjadi batu,
perlahan- lahan seluruh tubuhnya juga jadi batu. Malin sangat ketakutan. Ia sadar
ini adalah hukuman Tuhan atas perbuatannya. "Bunda, ampuni aku. Tolong selamatkan
aku Bunda..." teriaknya. Namun semuanya sudah terlambat. Seluruh tuhuh Malin
akhirnya jadi batu.

Mulutnya menganga karena ia berteriak mohon ampun. Ibunya menangis, istri Malin pun
menangis. Mereka berdua memeluk Malin yang sudah jadi patung.

Konon kabarnya, batu yang menyerupai Malin Kundang masih dapat ditemui di Pantai
Air Manis, di sebelah selatan Kota Padang, Sumatra Barat.

Pesan dari Cerita Rakyat Malin Kundang dari Sumatera Barat untukmu adalah
hormati dan sayangi kedua orang tuamu, terutarna ibumu. Berkat doa merekalah kita
bisa meraih kesuksesan.

Jangan sampai adik-adik meniru perilaku buruk Malin dalam dongeng maling kundang si
anak durhaka. Pada artikel berikutnya kami akan memposting cerita rakyat malin
kundang dalam bahasa jawa.

Cerita Rakyat Nyi Roro Kidul Laut Selatan


dongeng cerita rakyat23 October 2015 14075 views
★★★★★
Advertisements
Kisah Nyi Roro Kidul sebagai penguasa Laut Selatan menjadi cerita rakyat Jawa yang
sangat terkenal. Bahkan hingga saat ini masih banyak masyarakat yang percaya dengan
keberadaan Ratu cantik penjelmaan Putri Kandita tersebut. Walau demikian banyak
sekali versi mengenai cerita rakyat Nyi Roro Kidul. Legenda Ratu Laut Pantai
Selatan Nyi Roro Kidul akan kakak ceritakan malam hari ini.
Cerita Rakyat Nyi Roro Kidul Laut Selatan
Legenda Ratu Laut Pantai Selatan
Cerita Rakyat Nyi Roro Kidul Laut Selatan

Cerita Rakyat Nyi Roro Kidul Laut Selatan

Pada zaman dahulu, tepat di daerah Jawa Barat. Terdapat sebuah Kerajaan bernama
Pakuan Pajajaran. Kerajaan tersebut di pimpin oleh seorang Raja yang sangat
bijaksana dan arif. Rakyat dibawah kekuasaanya sangat bahagia dan menghormati sang
raja karena kepemimpinannya membuat hidup para rakyat sejahtera. Raja tersebut
bernama Raja Prabu Siliwangi. Sang Prabu mempunyai cukup banyak anak, salah satunya
bernama Putri Kandita. Ia adalah seorang gadis yang sangat cantik jelita, baik hati
dan memiliki sifat yang sama seperti Ayahnya. Sang Prabu Siliwangi sangat
menyayangi Putri Kandita, dan Seiring bertambahkan usia, putri Kandita semakin
memiliki paras yang cantik dan area ia merupakan anak tunggal maka ialah sang calon
pewaris tahta raja Prabu Siliwangi kelak.

Mendengar keinginan Prabu Siliwangi untuk menjadikan Putri Kandita sebagai penerus
tahta para Selir dan anak-anaknya tidak setuju. Mereka tidak rela jika Putri
Kandita yang akan menjadi Ratu kelak.

Suatu hari, para Selir dan anak-anaknya berkumpul untuk merencanakan siasat jahat
untuk menyingkirkan Putri Kandita dan ibunya keluar dari Istana. Untuk melancarkan
rencananya mereka meminta bantuan kepada seorang penyihir sakti yang tiggal di
sebuah desa terpencil, yang memiliki berbagai macam ilmu hitam .

Suatu hari, Tanpa sepengetahuan raja, para selir dan anaknya mendatangi Penyihir
tersebut dan dengan memberikan imbalan yang diminta sang Penyihir, selir dan
anaknya ingin putri Kandita serta permaisurinya diberi kutukan agar tidak menjadi
pewaris tahta sang raja.
Advertisements

Tanpa menunggu lama, sang Penyihir melaksanakan tugasnya. Dengan ilmu hitam ia
menyihir Putri Kandita dan Ibunya agar menderita penyakita Kusta. Suatu hari,
ketika bangun dari tidurnya Putri Kandita dan Ibunya berubah menjadi buruk rupa,
Tubuh yang awalnya mulus, bersih dan kuning langsat seketika langsung berubah,
tubuh keduanya di penuhi dengan borok dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.

Putri Kandita dan sang permaisuri mengidap penyakit kusta yang tak kunjung sembuh.
Prabu Siliwangi yang merasa heran melihat penyakit aneh pada kedua orang
kesayangannya itu langsung memanggil tabib istana untuk melakukan pengobatan.
Tetapi setelah dicoba dengan berbagai macam ramuan, sang tabib istana tetap tidak
dapat menyembuhkan mereka.

Penyakit Putri Kandita dan ibundanya bertambah parah. Tubuh mereka semakin lemah
karena tidak dapat mencerna makanan dan minuman. Putri Kandita yang masih muda
dapat bertahan menghadapi penyakit yang dideritanya. Namun, Sang ibunda yang sudah
tua ternyata tidak dapat bertahan hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhir.

Putri Kandita dan raja sangat terpukul dengan meninggalnya permaisuri. Selama
berhari-hari, Raja Prabu Siliwangi termenung sendirian, ia merasa sangat sedih
karena orang yang paling di cintainya sudah meninggalkan dunia terlebih dahulu.
Namun, sang Prabu pun merasa sangat sangat terpikul melihat kondisi Putri Kandita
yang tidak menunjukkan tanda-tanda kesembuhannya. Ia merasa sangat cemas karena
Putri Kandita yang akan menggantikan meneruskan tahta Kerajaan.

Suatu hari, para Selir dan anak-anaknya datang menemui Raja untuk menghasut agar
Putri Kandita di usir. Awalnya, Raja menolak. Namun, karena takut penyakitnya
menular dengan terpaksa Prabu Siliwangi menyetujui usulan tersebut.

Tanpa sepengetahuan Raja, Selir dan Saudara-saudaranya. Putri Kandita yang


mendengar pembicaraan tersebut sangat kecewa dan ia memutuskan untuk melarikan diri
dari istana. Dalam suasana hati yang sedih, bingung, dan tidak menentu Putri
Kandita berjalan keluar dari istana tanpa tujuan yang pasti.
Advertisements

Selama berhari-hari ia berjalan tanpa arah hingga akhirnya tiba di pesisir pantai
selatan Pulau Jawa yang memiliki banyak batu karang dan ombak besar. Di salah satu
batu karang itu dia kemudian beristirahat hingga akhirnya tertidur karena
kelelahan. Dalam tidurnya, Putri Kandita bermimpi mendengar sebuah suara gaib yang
menyuruhnya menceburkan diri ke laut agar penyakitnya sembuh dan sehat seperti
sediakala.

"Ceburkanlah dirimu ke dalam laut, Putri Kandita, jika kamu ingin sembuh dari
penyakitmu. Kulitmu akan mulus seperti sedia kala."

Putri Kandita pun terbangun dari tidurnya. Ia lalu merenung meresapi kata-kata gaib
tersebut karena ragu apakah suara itu merupakan sebuah wangsit atau hanya orang
iseng yang membisiki saat dia tertidur. Tetapi setelah melihat sekeliling, sejauh
mata memandang yang ada hanyalah hamparan pasir putih beserta ombak bergulung-
gulung di sekitarnya. Oleh karena itu, yakinlah Putri Kandita bahwa suara gaib tadi
merupakan sebuah wangsit yang harus dia laksanakan demi kesembuhan dirinya.

Meyakini bahwa suara itu sebuah wangsit, Putri Kandita segera melakukan yang
diperintahkan. Sangat ajaib! Ketika menyentuh air, seluruh tubuh Putri Kandita
yang dihinggapi borok berangsur-angsur hilang dan menjadi mulus kembali.

Kesembuhan Putri Kandita tidak membuatnya kembali ke istana. Dia lebih memilih
untuk menetap di pantai selatan dan berbaur dengan penduduk sekitar yang sebagian
besar berprofesi sebagai nelayan.
Advertisements

Sejak tinggal disana, Putri Kandita sangat terkenal karena kecantikan yang ia
miliki. Banyak Pangeran dari berbagai kerajaan datang untuk melamarnya. Namun, dari
sekian banyak yang melamarnya Putri Kandita sama sekali tidak tertarik. Sebagian
dari mereka mundur karena Putri Kandita mengajukan syarat yang sangat sulit. Salah
satu syaratnya adalah mengadu kesaktianya di atas gelombang pantai laut. Namun,
sebagian dari mereka yang menerima syarat.

Ternyata, dari sekian banyak lelaki yang beradu kesaktian, tak seorang pun mampu
mengalahkan Putri Kandita. Mereka akhirnya menjadi pengikut setia yang selalu
mengawal Sang Putri ke mana pun dia pergi. Sejak itulah, Putri Kandita dikenal
sebagai Ratu Penguasa Laut Selatan Pulau Jawa yaitu Nyai Roro Kidul.

Pesan moral dari Cerita Rakyat Nyi Roro Kidul Laut Selatan adalah janganlah
kamu berbuat jahat, karena perbuatan jahat akan menimbulkan malapetaka dikemudian
hari.
Cerita Rakyat Si Pitung dari Betawi
dongeng cerita rakyat18 June 2015 No comment 5663 views
★★★★★
Advertisements

Cerita Rakyat Si Pitung dari Betawi (DKI Jakarta) adalah cerita rakyat yang paling
banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia. Bahkan rumah si Pitung hingga saat ini
terus dirawat dan dijaga kelestariannya. Pada beberapa waktu lalu kami pernah
memposting versi yang lain dari cerita si pitung yaitu dalam artikel Kisah Rakyat
Nusantara : Si Pitung dari Betawi.
Cerita Rakyat Si Pitung : Jagoan Dari Betawi
Cerita Rakyat Si Pitung dari Betawi

Cerita Rakyat Si Pitung dari Betawi

Hati si Pitung geram sekali. Sore ini ia kembali melihat kesewenang-wenangan para
centeng Babah Liem. Babah Liem atau Liem Tjeng adalah tuan tanah di daerah tempat
tinggal si Pitung. Babah Liem menjadi tuan tanah dengan memberikan sejumlah uang
pada pemerintah Belanda, Selain itu, ia juga bersedia membayar pajak yang tinggi
pada pemerintah Belanda. Itulah sebabnya, Babah Liem mempekerjakan centeng-
centengnya untuk merampas harta rakyat dan menarik pajak yang jumlahnya mencekik
Ieher.

Si Pitung bertekad, ia harus melawan para centeng Babah Liem. Untuk itu ia berguru
pada Haji Naipin, seorang ulama terhormat dan terkenal berilmu tinggi. Haji Naipin
berkenan untuk mendidik si Pitung karena beliau tahu wataknya. Ya, si Pitung memang
terkenal rajin dan taat beragama. Tutur katanya sopan dan ia selalu patuh pada
kedua orangtuanya, Pak Piun dan Bu Pinah.

Beberapa bulan kemudian, si Pitung telah menguasai segala ilmu yang diajarkan oleh
Haji Naipin. Haji Naipin berpesan, "Pitung, aku yakin kau bukan orang yang sombong.
Gunakan ilmumu untuk membela orang-orang yang tertindas. Jangan sekali-kali kau
menggunakannya untuk menindas orang lain." Si Pitung mencium tangan Haji Naipin
lalu pamit. Ia akan berjuang melawan Babah Liem dan centeng-centengnya.

"Lepaskan mereka!" teriak si Pitung ketika melihat centeng Babah Liem sedang
memukuli seorang pria yang melawan mereka.
Advertisements
Cerita Rakyat Si Pitung

Cerita Rakyat Si Pitung

"Hai Anak Muda, siapa kau berani menghentikan kami?" tanya salah satu centeng itu.

"Kalian tak perlu tahu siapa aku, tapi aku tahu siapa kalian. Kalian adalah para
pengecut yang bisanya hanya menindas orang yang lemah!" jawab si Pitung.

Pemimpin centeng itu tersinggung mendengar perkataan si Pitung. Dia lalu


memerintahkan anak buahnya untuk menyerang si Pitung. Namun semua centeng itu roboh
terkena jurus-jurus si Pitung. Mereka bukanlah lawan yang seimbang baginya. Mereka
Ian terbirit-birit, termasuk pemimpinnya.

Sejak saat itu, si Pitung menjadi terkenal. Meskipun demikian ia tetaplah si Pitung
yang rendah hati dan tidak sombong.

Sejak kejadian dengan para centeng Babah Liem, si Pitung memutuskan untuk
mengabdikan hidupnya bagi rakyat jelata. Ia tak tahan menyaksikan kemiskinan
mereka, dan ia muak melihat kekayaan para tuan tanah yang berpihak pada Belanda.

Suatu saat ia mengajak beberapa orang untuk bergabung dengannya. Mereka merampok
rumah orang-orang kaya dan membagikan hasil rampokan tersebut pada rakyat jelata.
Sedikit pun ia tak pernah menikmati hasil rampokan itu secara pribadi.
Advertisements

Rakyat jelata memuji-muji kebaikan hati si Pitung. Sebaliknya, pemerintah Belanda


dan para tuan tanah mulai geram.
Legenda Cerita Rakyat Si Pitung dari Betawi

Legenda Cerita Rakyat Si Pitung dari Betawi

Apalagi banyak perampok lain yang bertindak atas nama si Pitung, padahal mereka
bukanlah anggota si Pitung. Pemerintah Belanda kemudian mengeluarkan perintah untuk
menangkap si Pitung. Meskipun menjadi buronan, si Pitung tak gentar. Ia tetap
merampok orang-orang kaya, dengan cara berpindah tempat agar tak mudah tertangkap.

Kesal karena tak bisa menangkap si Pitung, pemerintah Belanda menggunakan cara yang
licik. Mereka menangkap Pak Piun dan Haji Naipin. Salah satu pejabat pemerintah
Belanda yang bernama Schout Heyne mengumumkan bahwa kedua orang tersebut akan
dihukum mati jika si Pitung tak menyerah. Berita itu sampai juga ke telinga si
Pitung. Ia tak ingin ayah dan gurunya mati sia-sia. Ia lalu mengirim pesan pada
Schout Heyne. Si Pitung bersedia menyerahkan diri jika ayah dan gurunya dibebaskan.
Schout Heyne menyetujui permintaan si Pitung. Pak Piun dibebaskan, tapi Haji Naipin
tetap disandera sampai si Pitung menyerahkan diri. Akhirnya si Pitung muncul.
"Lepaskan Haji Naipin, dan kau bebas menangkapku," kata si Pitung. Schout Heyne
menuruti permintaan tersebut. Haji Naipin pun dilepaskan.

"Pitung, kau telah meresahkan banyak orang dengan kelakuanmu itu. Untuk itu, kau
harus dihukum mati," kata Schout Heyne.

"Kau tidak keliru? Bukannya kau dan para tuan tanah itu yang meresahkan orang
banyak? Aku tidak takut dengan ancamanmu," jawab si Pitung.
Advertisements

"Huh, sudah mau mati masih sombong juga. Pasukan, tembak dia!" perintah Schout
Heyne pada pasukannya.
Pak Piun dan Haji Naipin berteriak memprotes keputusan Schout Heyne. "Bukankah
anakku sudah menyerahkan diri? Mengapa harus dihukum mati?" ratap Pak Piun. Namun
Schout Heyne tak perduli, baginya si Pitung telah mengancam jabatannya.

Suara rentetan peluru pun memecahkan kesunyian, tubuh si Pitung roboh bersimbah
darah terkena peluru para prajurit Belanda. Pak Piun dan Haji Naipin sangat
berduka. Mereka membawa pulang jenazah si Pitung kemudian menguburkannya. Berkat
jasa-jasanga, bangak sekali orang yang mengiringi pemakamannga dan mendoakannga.
Meskipun ia telah tiada, si Pitung tetap dikenang sebagai pahlawan bagi rakyat
jelata.

Pesan moral dari Cerita Rakyat Si Pitung Dari Betawi untukmu adalah Jadilah
orang yang rendah hati dan berani membela kebenaran

Cerita Rakyat Banten : Mushola Penunjuk Kebenaran


Kisah tentang Masjid Terate Udik : Cerita Rakyat Banten

Ustadz Wahid baru saja menyelesaikan sholat lohor ketika warga berbondong-bondong
datang ke mushola.
Cerita Rakyat Banten Mushola Penunjuk Kebenaran

Cerita Rakyat Banten Mushola Penunjuk Kebenaran

"Ustadz, Pak Sidik dan Pak Tio sedang bertengkar di balai desa. Mereka
memperebutkan tanah warisan Ki Ahmad," kata salah seorang warga. "Mohon bantuan Pak
Ustadz untuk mengelesaikan masalah ini," kata warga yang lain. Ustadz Wahid segera
menuju balai desa. Baik Pak Sidik maupun Pak Tio tak mau mengalah. Masing-masing
bersikeras bahwa merekalah yang berhak atas tanah warisan Ki Ahmad. Akhirnya Ustadz
Wahid berkata, "Siapkan bukti atau saksi kalian masing-masing. Besok kita
selesaikan masalah ini di mushola. Saksi-saksi kalian akan disumpah untuk
mengatakan kebenaran."

Saksi dari pihak Pak Sidik bernama Rahmad, dan saksi dari pihak Pak Tio bernama
Randik. Keduanya disumpah demi Allah di hadapan Alquran sebelum bersaksi. "Tanah
ini benar-benar milik Pak Sidik, saya mendengar sendiri ketika Ki Ahmad berkata
pada Pak Sidik sebelum beliau meninggal," kata Rahmad.

"Omong kosong, saya juga mengaksikan Ki Ahmad mewariskannya pada Pak Tio. Bahkan
beliau menuliskannya di surat wasiatnya, ini buktinya," sanggah Randik sambil
mengerahkan selembar surat. Ustadz Wahid mempelajari surat wasiat itu, lalu
memutuskan bahwa Pak Tio yang berhak atas tanah itu.

Seminggu kemudian tersiar kabar bahwa Randik sakit keras lalu meninggal. Pak Tio
ketakutan, ia merasa bersalah. Sebenarnya ia telah berbohong pada semua orang dan
menyuruh Randik untuk bersumpah palsu. Tanah warisan Ki Ahmad sebenarnya adalah hak
Pak Sidik. Meski ketakutan, Pak Tio tidak mau mengaku dan tetap menguasai tanah
itu.

Suatu malam, rumah Pak Tio kebakaran. Apinya besar sekali sehingga seluruh harta
bendanya ludes. Pak Tio sendiri tewas dalam musibah kebakaran itu. Dengan kematian
Randik dan Pak Tio, warga mulai menyadari bahwa kedua orang itu telah termakan
sumpah yang mereka ucapkan di mushola. Sejak saat itu, tak ada lagi warga yang
berselisih soal tanah. Mereka hidup tenteram.
Kisah tentang Masjid Terate Udik Cerita Rakyat Banten

Kisah tentang Masjid Terate Udik Cerita Rakyat Banten

Berbulan-bulan kemudian, ketenteraman warga terganggu. Tiba-tiba, kegaduhan terjadi


di rumah Fatimah.

"Maling... maling..." teriak Fatimah. Kejadian itu terjadi pada malam hari, suasana
gelap sehingga Fatimah tak bisa melihat siapa maling itu. Warga yang mendengar
teriakan Fatimah berusaha membantu, namun terlambat. Maling itu telah melarikan
diri. Fatimah menangis. Ustadz Wahid yang datang ke rumahnya hanya bisa menghibur,
"Sudahlah Fatimah, harta bisa dicari, yang penting kau selamat."

Peristiwa kemalingan itu nyaris dilupakan warga, hingga suatu saat, seorang warga
baru, Fikar, mengadakan acara syukuran atas kepindahannya. Ia mengundang seluruh
warga desa.

Semua warga bersenang-senang dalam acara itu. Hanya satu warga yang tak bisa
tenang, ia adalah Pak Umar suami Fatimah. Seusai acara, Ustadz Wahid menangainya,
"Ada apa Umar? Dari tadi kulihat kau gelisah."

"Bukannya saya mau menuduh, tapi cincin batu yang dikenakan Fikar tadi adalah milik
saya. Saya tahu pasti karena cincin itu warisan kakek saya. Beliau membuatnya
sendiri, jadi tak mungkin Fikar bisa memiliki cincin yang sama. Pasti Fikar
mencurinya dari rumah saya," jelas Pak Umar.

"Jangan berburuk sangka dulu, sebaiknya kita cari tahu kebenarannya," kata Ustadz
Wahid. Beliau lalu mengajak Pak Umar kembali ke rumah Fikar untuk menanyakan cincin
tersebut.

"Cincin ini adalah warisan dari kakakku. Ia meninggal bulan lalu," jawab Fikar.
Tiba-tiba mata Pak Umar terpaku pada kalung yang dikenakan istri Fikar. "Bagaimana
dengan kalung itu?" tanyanya.

"Kalung itu juga warisan dari kakakku," jawab Fikar lagi.

Ustadz Wahid kemudian menjelaskan semuanya kepada Fikar, tentang pencurian di rumah
Fatimah dan tentang kecurigaan Pak Umar.

"Maaf, kami bukan menuduh, tapi untuk mencaritahu kebenarannya, maukah kau
bersumpah di mushola atas nama Allah?" tanya Ustadz Wahid. Dengan sombong, Fikar
menjawab "Tentu saja, aku tak takut bersumpah karena perhiasan ini memang milikku."

"Jika begitu, kami tunggu kau besok di mushola," jawab Ustadz Wahid.

Keesokan paginya, setelah disumpah di bawah kitab suci Alquran, Fikar berkata "Demi
Allah, cincin dan kalung ini adalah warisan dari kakakku. Aku tak pernah mencurinya
dari rumah Umar."

Semua yang mendengar sumpah Fikar berharap, semoga apa yang diucapkan Fikar benar
adanya. Namun harapan warga tidak terkabul. Seminggu kemudian Fikar terserang
penyakit aneh. Tubuhnya mengeluarkan bau anyir dan bisul-bisul yang akan meletus.
Karena tak tahan merawatnya, istrinya kabur dad rumah. Karena tidak terurus, Fikar
pun meninggal dengan mengenaskan.

Dari kejadian yang menimpa Randik, Pak Tio, dan Fikar, warga berkesimpulan bahwa
mushola di desa mereka itu adalah mushola keramat. Karena itu mereka memutuskan
untuk memperbesar mushola itu dan menjadikannya masjid. Masjid itu diberi nama
Masjid Terate Udik. Warga menyelesaikan perselisihan mereka di masjid itu. Tapi
sejak itu, tak ada lagi percekcokan yang berarti karena warga sadar untuk menjaga
ucapan dan tidak mudah mengucapkan sumpah. Masjid Terate Udik ini terletak di
kampung Terate Udik, Desa Masigit di Kecamatan Cilegon.

Pesan moral dari Cerita Rakyat Banten : Mushola Penunjuk Kebenaran untukmu
adalah Jagalah ucapanmu dan jangan memelihara kebiasaan untuk berdusta. Kebenaran
akan selalu terungkap dengan cara yang berbeda-beda.

Dongeng Cerita Rakyat Jaka Tarub


dongeng cerita rakyat4 November 2015 9514 views
★★★★★
Advertisements

Cerita Rakyat Jaka Tarub adalah dongeng rakyat nusantara yang sangat populer di
Indonesia. Walaupun demikian sebenarnya dongeng Jaka Tarub memiliki banyak versi
baik di Indonesia maupun di luar negeri. Malam ini Kakak akan menceritakan salah
satu versi terbaik dari cerita rakyat Joko Tarub. Selamat membaca.
Dongeng Jaka Tarub – Cerita Rakyat Jaka Tarub

Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa tinggallah seorang Janda bernama Mbok Randa.
Ia tinggal seorang diri karena suaminya sudah lama meninggal dunia. Suatu hari, ia
mengangkat seorang anak Laki-laki menjadi anaknya. Anak angkatnya diberi nama Jaka
Tarub. Jaka Tarub pun tumbuh beranjak dewasa.

Jaka Tarub menjadi pemuda yang sangat tampan, gagah, dan baik hati. Ia juga
memiliki kesaktian. Setiap hari, ia selalu membantu ibunya di sawah. Karena
memiliki wajah yang sangat tampan banyak gadis-gadis cantik yang ingin menjadi
istrinya. Namun, ia belum ingin menikah.

Setiap hari ibunya menyuruh Jaka Tarub untuk segera menikah. Namun, lagi-lagi ia
menolak permintaan ibunya. Suatu hari Mbok Randa jatuh sakit dan menghembuskan
nafas terakhirnya. Jaka Tarub sangat sedih.

Sejak kematian Mbok Randha, Jaka Tarub sering melamun. Kini sawah ladangnya
terbengkalai.
Advertisements
Contoh Cerita Rakyat Legenda Dari Jawa Tengah Kisah Jaka Tarub

Contoh Cerita Rakyat Legenda Dari Jawa Tengah Kisah Jaka Tarub

“Sia-sia aku bekerja. Untuk siapa hasilnya?” demikian gumam Jaka Tarub.

Suatu malam, Jaka Tarub bermimpi memakan Daging Rusa. Pada saat ia terbangun dari
tidurnya, ia pun langsung pergi ke hutan. Dari pagi sampai siang hari ia berjalan.
Namun, ia sama sekali tidak menjumpai Rusa. Jangankan Rusa, Kancil pun tidak ada.

Suatu ketika, ia melewati telaga itu dan secara tidak sengaja ia melihat para
bidadari sedang mandi disana. Di telaga tampak tujuh perempuan cantik tengah
bermain-main air, bercanda, bersuka ria. Jaka Tarub sangat terkejut melihat ke-
cantikan mereka.

Karena jaka Tarub merasa terpikat oleh tujuh bidadari itu, akhirnya ia mengambil
salah satu selendangnya. Setelahnya para bidadari beres mandi, merekapun berdandan
dan siap-siap untuk kembali ke kahyangan.

Mereka kembali mengenakan selendangnya masing-masing. Namun salah satu bidadari itu
tidak menemukan selendangnya. Keenam kakaknya turut membantu mencari, namun hingga
senja tak ditemukan juga. Karena hari sudah mulai senja, Nawangwulan di tinggalkan
seorang diri. Kakak-kakanya kembali ke Khayangan. Ia merasa sangat sedih.
Tidak lama kemudian Jaka Tarub datang menghampiri dan berpura-pura menolong sang
Bidadari itu. Di ajaknya bidadari yang ternyata bernama Nawang Wulan itu pulang ke
rumahnya. Kehadiran Nawang Wulan membuat Jaka Tarub kembali bersemangat.
Advertisements

Singkat cerita, merekapun akhirnya menikah. Keduanya hidup dengan Bahagia. mereka
pun memiliki seorang putri cantik bernama Nawangsih. Sebelum mereka menikah, Nawang
wulan mengingatkan kepada Jaka Tarub untuk tidak menanyakan kebiasan yang akan
dilakukannya nanti setelahnya ia menjadi istri.

Rahasianya Nawang Wulan yaitu, Ia memasak nasi selalu menggunakan satu butir beras,
dengan sebutir beras itu ia dapat menghasilkan nasi yang banyak. Setelah mereka
menikah Jaka Tarub sangat penasaran. Namun, dia tidak bertanya langsung kepada
Nawang wulan melainkan ia langsung membuka dan melihat panci yang suka dijadikan
istrinya itu memasak nasi. Ia melihat Setangkai padi masih tergolek di dalamnya, ia
pun segera menutupnya kembali. Akibat rasa penasaran Jaka Tarub. Nawang Wulan
kehilangan kekuatannya. Sejak saat itu, Nawang Wulan harus menumbuk dan menampi
beras untuk dimasak, seperti wanita umumnya.

Karena tumpukan padinya terus berkurang, suatu waktu, Nawangwulan tanpa sengaja
menemukan selendang bidadarinya terselip di antara tumpukan padi. ternyata
selendang tersebut ada di lumbung gabah yang di sembunyikan oleh suaminya.

Nawang wulan pun merasa sangat marah ketika suaminyalah yang mencuri selendangnya.
Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi ke kahyangan. Jaka Tarub pun meminta maaf dan
memohon kepada istrinya agar tidak pergi lagi ke kahyanngan, Namun Nawangwulan
sudah bulat tekadnya, hingga akhirnya ia pergi ke kahyangan. Namun ia tetap
sesekali turun ke bumi untuk menyusui bayinya. Namun, dengan satu syarat, jaka
tarub tidak boleh bersama Nawangsih ketika Nawang wulan menemuinya. Biarkan ia
seorang diri di dekat telaga.

Jaka Tarub menahan kesedihannya dengan sangat. Ia ingin terlihat tegar. Setelah
Jaka Tarub menyatakan kesanggupannya untuk tidak bertemu lagi dengan Nawangwulan,
sang bidadaripun terbang meninggalkan dirinya dan Nawangsih. Jaka Tarub hanya
sanggup menatap kepergian Nawangwulan sambil mendekap Nawangsih. Sungguh
kesalahannya tidak termaafkan. Tiada hal lain yang dapat dilakukannya saat ini
selain merawat Nawangsih dengan baik
Advertisements

Pesan moral dari Dongeng Jaka Tarub – Cerita Rakyat Jaka Tarub adalah tepati
janji yang telah kamu ucapkan, tidak menepati janji hanya akan membawa keburukan
dimasa yang akan datang. Selain itu jangan mudah dalam mengucapkan janji atau
sumpah.

Baca kisah Jaka Tarub dan cerita rakyat Indonesia lainnya pada posting berikut ini
2 Contoh Cerita Rakyat Legenda Paling Populer Di Nusantara dan Dongeng Rakyat Dari
Papua Ba

Dongeng Cerita Rakyat Indonesia Cindelaras dari Jawa timur

Pada Zaman Dahulu, Di Sebuah Kerajaan Jenggala. Hiduplah Seorang Raja Yang Bernama
Raden Putra. Ia Mempunyai Seorang Permaisuri Yang Sangat Baik Hati, Dan Seorang
Selir Yang Cantik. Namun, Kecantikan Selir Tidak Sama Seperti Hatinya. Selir
Mempunyai Sifat Yang Sangat Iri Pada Permaiuri .

Kedua Istri Raja Tinggal Di Istana Yang Sangat Megah. Selir Mulai Merencanakan
Kejahatan Untuk Menggantikan Posisi Permaisuri. Ia Bekerja Sama Dengan Seorang
Tabib Istana, Untuk Melaksanakan Rencananya.

Suatu Hari, Selir Raja Pura-Pura Sakit. Raja Segera Memanggil Tabib. Setelah
Memeriksa Keadaan Selir, Raja Pun Menanyakan Apa Yang Terjadi.

‘’ Paduka, Ada Seseorang Yang Sudah Menaruh Racun Pada Minuman Selir.’’ Jawab
Tabib.
Advertisements

‘’ Siapa Yang Berani Melakukan Ini Kepada Selirku?’’ Tanya Sanga Raja.

‘’ Yang , Melakukan Ini Pada Ku Adalah Permaisuri Mu Sendiri. Sepertinya Permaisuri


Ingin Membunuhku, Agar Kasih Sayang Baginda Hanya Kepadanya, Dan Kekuasaan Kerajaan
Jatuh Ke Tangannya.’’ Jawab Selir Raja.
Dongeng Cerita Rakyat Indonesia Cindelaras

Dongeng Cerita Rakyat Indonesia Cindelaras

Mendengar Yang Di Katakana Selir, Raja Sangat Marah Dan Langsung Memerintahkan
Patih Untuk Mengusir Permaisuri Yang Sedang Mengandung Dan Membunuhnya Di Hutan.
Patih Pun Langsung Membawa Permaisuri Pergi Ke Hutan Belntara. Namun, Patih Yang
Sangat Bijak Itu Tidak Membunuh Permaisuri. Ia Tahu Ini Rencana Jahat Selir
Tersebut. Patih Pun Menangkap Seekor Kelinci.

‘’ Permaisuri, Aku Tidak Akan Membunuhmu. Namun, Hamba Akan Memberitahukan Kepada
Raja, Bahwa Anda Sudah Hamba Bunuh, Dan Untuk Membuat Raja Dan Selir Tuan Putri
Sudah Mati. Hamba Akan Membunuh Seekor Kelinci Ini, Dan Melumuri Darahnya Pada
Selendang Milik Permaisuri Dan Pedang Hamba.’’ Ujar Sang Patih.

‘’ Aku Sangat Berterima Kasih Patih, Karena Kau Tidak Membunuhku Dan Membiarkan Aku
Hidup.’’ Jawab Permaisuri.

‘’ Permaisuri, Saya Terpaksa Harus Meninggalkan Mu Di Hutan Belantara Ini Seorang


Diri. Hamba Mohon Maap Karena Tidak Bisa Menemani.’’ Kata Patih.
Advertisements

Setelah Beberapa Bulan Permaisuri Tinggal Di Dalam Hutan, Ia Pun Melahirkan Seorang
Anak Laki-Laki. Anak Itu Di Beri Nama Cindelaras. Cindelaras Tumbuh Menjadi Anak
Yang Cerdas Dan Tampan. Sejak Kecil Ia Sudah Terbiasa Berteman Dengan Binatang.

Suatu Hari, Cindelaras Sedang Asik Bermain. Tiba-Tiba, Seekor Rajawali Menjatuhan
Sebutir Telur Tepat Di Sebelah Cindelaras. Cindelaras Langsung Mengambil Telur Itu
Dan Menetaskannya. Tiga Minggu Kemudian, Menetaslah Telur Tersebut Menjadi Seekor
Anak Ayam Yang Lucu.Cindelaras Merawat Ayam Tersebut Dengan Sangat Baik. Tubuh Ayam
Itu Terlihat Kuat Dan Kekar, Paruhnya Kokoh Dan Runcing Seperti Paruh Burung
Rajawali. Kedua Kakinya Kekar Berotot Dan Memiliki Kuku Yang Runcing Tajam Seperti
Kuku Rajawali. Namun, Suara Kokoknya Sangat Berbeda Dengan Ayam-Ayam Lainnya. Suara
Kokoknya Sangat Aneh, ‘’ Kukuruyuk, Tuanku Cindelaras, Rumahnya Di Dalam Hutan
Belantara, Atap Rumahnya Terbuat Dari Daun Kelapa, Ayahnya Raden Putra Raja
Jenggala.” Bunyi Kokok Ayam Cendelaras.

Cindelaras Sangat Terkejut Dan Langsung Menunjukannya Kepada Ibunya. Permaisuri Pun
Merasa Sangat Terkejut Mendengar Suara Kokok Si Ayam. Ia Pun Langsung Menceritakan
Siapa Ayahnya Dan Mengapa Mereka Tinggal Di Dalam Hutan. Mendengar Cerita Ibunya,
Cindelaras Memutuskan Untuk Pergi Ke Istana Untuk Bertemu Ayahnya.

Awalnya Ibunya Tidak Mengijinkan Cindelaras Pergi. Namun, Ia Terus Memaksa. Setelah
Ibunya Mengijinkannya Pergi. Ia Langsung Berangkat Di Temani Ayam Jantannya. Namun,
Di Tengah Perjalanan Cindelaras Bertemu Dengan Orang-Orang Yang Sedang Mengadu
Ayam. Mereka Melihat Cindelaras Membawa Ayam Jagonya Dan Mengajaknya Ikut Menguji
Kehebatan Ayamnya.

‘’ Hei Kau, Apakah Berani Adu Ayam Dengan Ayam Jago Ku Yang Kuat Ini?’’ Ujar
Mereka.
Advertisements

‘’ Baiklah.’’ Jawab Cindelaras.


Dongeng Cerita Rakyat Indonesia Cindelaras dari Jawa timur

Dongeng Cerita Rakyat Indonesia Cindelaras dari Jawa timur

Ternyata, Ayam Jantan Milik Cindelaras Dapat Mengalahlan Lawan Setelah Beberapa
Kali Di Adu. Namun, Ayamnya Tidak Dapat Di Kalahkan.

Berita Tentang Kehebatan Ayam Jantannya Cindelaras Terdengar Hingga Teling Raja
Raden Putra. Raja Langsung Menyruh Hulubalangnya Mengundang Cindelaras Datang Ke
Istana. Cindelaras Pun Sampai Istana.

‘’ Paduka, Hamba Menghadapmu.’’ Kata Cindelaras Dengan Sopan.

‘’ Anak Ini Sangat Tampan Dan Cerdas, Sepertinya Ia Bukan Dari Kalangan Rakyat
Biasa.’’ Ujarnya Dalam Hati.

Akhirnya, Di Adulah Ayam Jantan Milik Cndelaras Melawan Ayam Jantan Milik Raja.
Namun, Raja Mengajukan Satu Syarat Kepada Cindelaras. Jika Ia Kalah, Ia Harus
Bersedia Menyerahkan Ayam Jantannya Dan Kepalanya Di Pancung. Namun, Jika Ia
Menang. Raja Raden Putra Akan Memberikan Setengah Kekayaannya.

Dua Ekor Ayam Jantan Bertarung Dengan Sangat Gagah. Dalam Beberapa Menit, Ayam
Jantan Milik Cindelaras Dapat Mengalahkan Ayam Jantan Milik Raja. Penonton Pun
Bersorak Memberikan Selamat Kepada Cindelaras.

‘’ Baiklah, Aku Mengaku Kalah. Akan Ku Serahkan Setengah Kekayaan Ku Menjadi Milik
Mu Cindelaras. Namun, Siapa Kamu Sebenarnya’’ Ujarnya Sang Raja.

Cindelaras, Langsung Membungkuk Dan Membisikka Sesuatu Kepada Ayamnya. Beberapa


Menit Kemudian. Ayam Jantan Tersebut Mengeluarkan Suara.

“Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, Rumahnya Di Dalam Hutan, Atapnya Terbuat Dari Daun
Kelapa, Ayahnya Raden Putra…,” Ayam Jantan Itu Berkokok Berulang-Ulang.

Raden Putra Sangat Terkejut Mendengar Suara Kokok Ayam Cindelaras.

‘’ Benarkah Itu ?’’ Tanyanya Dengan Sangat Heran Dan Penasaran.

‘’ Benar Sekali Baginda. Hamba Cindelaras, Putra Dari Permaisuri Baginda.’’


Jawabnya Dengan Tegas.

Raja Raden Putra, Langsung Memangil Patih. Patih Pun Langsung Menceritakan
Kebenarannya.

‘’ Aku Sudah Melakukan Kesalahan Dan Memberikan Hukuman Kepada Permaisuri Yang
Tidak Bersalah. Aku Akan Memberikan Hukuman Yang Setimpal Kepada Selir’’ Ucapnya
Menyesal.

Raja Raden Putra Langsung Memeluk Cindelaras Dan Meminta Maap Atas Semua
Kesalahannya Itu. Raden Putra, Patih Dan Hulubalang Langsung Pergi Ke Hutan Dan
Menjemput Permaisuri.

Akhirnya Raja Raden Putra, Permaisuri Dan Cindelaras Hidup Bersama Dan Bahagia.
Setelah Raden Putra Meninggal. Cinderalaslah Yang Menggantikan Ayahnya Sebagai
Raja. Ia Memimpin Kerajaab Dengan Adil Dan Bijaksana.

Pesan moral dari Dongeng Cerita Rakyat Indonesia Cindelaras adalah jika kita
berbuat jahat maka kita akan mendapatkan buah dari sifat jahat itu di kemudian
hari, begitu juga jika kita melakukan sebaliknya. Jauhilah sifat suka berjudi
karena hanya akan merugikan diri kita.

Kisah Legenda Jawa : Cerita Rakyat Ande Ande Lumut

Pada zaman dahulu, ada sebuah Kerajaan besar yang bernama Kerajaan Kahuripan.
Namun, untuk mencegah perang persaudaraan Kerajaan Kahuripan di bagi menjadi dua
Kerajaan, yaitu Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala. Suatu hari sebelum Raja
Erlangga meninggal, ia berpesan untuk menyatukan kembali kedua Kerajaan tersebut.

Akhirnya, kedua Kerajaan tersebut bersepakat untuk menyatukan kedua Kerajaan,


dengan cara menikahkan Pangeran dari Kerajaan Jenggala, yaitu Raden Panji
Asmarabangun. Dengan Putri cantik Dewi Sekartaji dari Kerajaan Kediri.
Legenda Cerita Rakyat Ande Ande Lumut

Legenda Cerita Rakyat Ande Ande Lumut

Namun, keputusan untuk menikahkan Pangeran Raden Panji Asmarabangun dengan Putri
Sekartaji, di tentang oleh Ibu Tiri Putri Sekartaji. Karena Istri kedua dari
kerajaan Kediri menginginkan Putri kandungnya sendiri yang menjadi Ratu Jenggala.
Akhirnya, ia merencanakan untuk menculik dan menyembunyikan Putri Sekartaji dan ibu
kandungnya.

Suatu hari, Raden Panji datang ke Kerajaan Kediri untuk menikah dengan Dewi
Sekartaji. Namun, Putri Sekartaji sudah menghilang. Mengetahui hal itu Pangeran
Panji sangat kecewa. Namun, Ibu tiri Putri Sekartaji membujuknya untuk tetap
melangsungkan pernikahan tersebut. Putri Sekartaji di gantikan dengan Putri
kandungnya Intan Sari. Namun, Pangeran langsung menolak usulan tersebut.
Advertisements

Karena sangat kecewa, Pangeran Panji memutuskan untuk mencari Putri Sekar dan
Ibunya. Ia akhirnya mengganti namanya menjadi Ande-ande Lumut. Suatu hari, ia
menolong seorang Nenek yang sedang kesusahan yang bernama Mbok Randa. Akhirnya,
mbok Randa mengangkatnya sebagai anak angkat dan tinggal dirumah Mbok Randa.

Suatu hari, Ande-ande Lumut meminta ibu angkatnya untuk mengumumkan bahwa ia sedang
mencari calon istri. Banyak gadis-gadis desa di sekitar desa Dadapan untuk bertemu
dan melamar Ande-ande Lumut. Namun, tidak seorangpun yang ia terima untuk di
jadikan istrinya.

Sementara, Putri Sekar dan ibunya Candrawulan berhasil membebaskan diri dari
sekapan ibu tirinya. Mereka pun mengirimkan pesan melalui Burung Merpati untuk di
sampai kepada Raja dari Kerajaan Kediri. Mengetahui bahwa Putri Sekar dan Ibunya
mengirimkan surat. Intan Sari dan Ibunya segera melarikan diri.
Putri Sekar sangat senang dan berniat untuk bertemu dengan Pangeran Panji. Namun,
ia pun kecewa karena Pangeran Panji sudah pergi berkelana. Ia pun memutuskan untuk
berkelana juga untuk mencari Pangeran Panji.

Suatu hari, ketika Putri Sekar tiba di rumah seorang janda yang mempunya tiga anak
gadis cantik. Nama ke tiga Janda tersebut adalah, Klenting Merah, Kelentin Biru dan
Klenting Ijo. Akhirnya, Putri Sekar pun mengganti namanya menjadi Klenting Kuning.

Mendengar berita yang bersumber dan desa Dadapan kabar itu menyebutkan jika Mbok
Randa mempunyai anak angkat, seorang pemuda yang sangat tampan wajahnya_ Ande-ande
Lumut namanya. Ketampanan Ande-ande Lumut sangat terkenal menjadi buah bibir
dimana-rnana. Banyak gadis yang datang ke desa Dadapan untuk melamar anak angkat
Mbok Randa itu.
Advertisements

Kabar tentang Ande-ande Lumut sedang mencari Istri terdengar oleh ke ke empat gadis
cantik tersebut. Akhirnya, Janda tersebut menyuruh anak-anaknya untuk pergi menemui
Ande-Ande Lumut.
sungai luas yang harus disebrangi untuk bertemu ande-ande lumut

sungai luas yang harus disebrangi untuk bertemu ande-ande lumut

Suatu hari, mereka segera berangkat. Namun, mereka hanya pergi bertiga karena
Klenting Kuning mempunyai pekerjaan rumah yang belum selesai. Mereka bertiga saling
mendahului agar terpilih oleh Ande-ande Lumut. Namun, di tengah perjalanan mereka
sangat kebingungan karena harus menyebrang sungai. Di tengah kebingungan tersebut.
Tiba-tiba, muncullah. Pemuda bernama Yuyu Kakang. Ia menawarkan untuk mengantarkan
mereka menyebrang. Tapi, Yuyu Kakang mengajukan satu syarat. ‘’ Jika sudah
menyebrangkan kalian, maka perbolehkan aku untuk mencium kalian bertiga’’ pada
awalnya mereka menolak. Namun, karena itu jalan satu-satunya mereka pun terpaksa
menyetujui persyaratan tersebut.

Sesampainya di rumah mbok Randa, mereka langsung memperkenalkan diri satu persatu.
Melihat kedatangn ketiga gadis cantik tersebut, ia segera memanggil Ande-ande
Lumut. Namun, ia langsung menolak ketiga gadis tersebut.

Sementara itu, setelah menyelesaikan pekerjaannya Kleting Kuning. Kleting Kuning


pun juga berniat datang ke desa Dadapan Untuk bertemu dengan Ande-ande Lumut.
Keinginan itu disarnpaikannya kepada ibu angkatnya. Kleting Kuning berangkat
menyusul ketiga Kleting lainnya. Tibalah ia di tepi sungai. Ia pun merasa
kebingungan untuk menyebrang. Namun, lagi-lagi Yuyu Kangkang datang menawarkan
bantuannya. Sama seperti ketiga Klenting setelah di sebrangkan Klenting Kuning
harus bersedia untuk di cium. Klenring Kuning pun segera naik ke punggung Yuyu
Kangkang.

Setelah mereka tiba di seberang, Kleting Kuning langsung membuka kotoran ayam yang
dibungkus daun pisang. Ia mengoleskannya pada kedua pipinya. Yuyu Kangkang kemudian
menagih janji. Kleting Kuning segera memasang pipinya yang diolesi kotoran ayam.
Yuyu Kakang pun marah dan menyuruhnya segera pergi.
Advertisements

Ande-ande Lumut menolak ke tiga Klenting karena telah di cium oleh Yuyu Kangkang.
Tiba-tiba, Ande-ande Lumut sangat terkejut ketika melihat kedatangan Klenting
Kuning. Mbok Randa sangat heran melihat sikap anak angkatnya. Banyak gadis-gadis
cantik yang datang untuk melamarnya. Namun, ia tolak dengan berbagai alasan. Tapi,
melihat Klenting Kuning yang berpakaian sangat kumal dan badannya yang sangat bau
malah di sambut dengan wajah bahagia dan berseri-seri.

Akhirnya, Mbok Randa pun terdiam. Ia mengikuti Ande-Ande Lumut menemui gadis itu.
Sementar, Kleting Kuning terkejut sekali melihat Ande-Ande Lumut adalah
tunangannya, Raden Panji Asmarabangun.

Akhirnya, di depan semua orang, Klenting Kuning langsung mengubah diri menjadi
Putri Sekartaji. Semua orang sangat terkejut melihat sosoknya yang sangat cantik.
Ketiga kakak angkatnya pun sangat terkejut ketika mengetahui jika sosok yang selama
itu mereka perlakukan dengan tidak baik itu ternyata Putri Sekartaji.

Tak lama kemudian, mereka di kejutkan oleh Ande-ande Lumut yang membuka dirinya. Ia
tidak lain adalah Pangeran Raden Panji. Kedua sejoli tersebut sangat bahagia karena
dapat bertemu kembali. Akhirnya, Raden Panji langsung membawa Putri Sekar dan ibu
angkatnya Mbok Randa ke Kerajaan Jenggala. Mereka pun segera melangsungkan
pernikahan.

Akhirnya Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala dapat bersatu kembali.

Pesan moral dari Legenda Cerita Rakyat Ande Ande Lumut adalah anak yang berbuat
baik akan mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan di kemudian hari. Sedangkan anak
yang berbuat buruk akan mendapatkan kesedihan di masa yang akan datang.

Cerita Rakyat Indonesia Dongeng Keong Mas dari Jawa Timur

Pada zaman dahulu kala. Hiduplah seorang Raja yang bernama Kertamarta. Ia memimpin
sebuah kerajaan yang sangat indah dan megah, kerajaan tersebut adalah kerajaan
Daha. Raja Kertamarta mempunyai dua orang Putri yang cantik, Dewi Galuh dan Candra
Kirana. Kehidupan mereka sangat bahagia dan berkecukupan.
cerita rakyat indonesia keong mas

cerita rakyat indonesia keong mas

Pada suatu hari, datanglah seorang Pangeran tampan dari kerajaan Kahuripan.
Pangeran tersebut bernama Raden Inu Kertapati. Kedatangan Pangeran ke kerajaan Daha
adalah untuk melamar salah satu Putri Raja, yaitu Candra Kirana. Kedatangan dan
maksud Pangeran sangat di sambut baik oleh Raja Kertamarta. Putri Candra Kirana pun
menerima lamaran Pangeran Raden Inu Kertapati.

Karena pertunangan itu lah membuat Dewi Galuh merasa sangat iri. Ia menaruh hati
pada Raden Inu Kertapati dan merasa dirinyalah yang lebih cocok menjadi
tunangannya. Dari perasaan irilah kemudian berkembang menjadi perasaan benci. Dewi
Galuh mulai merencanakan untuk menyingkirkan Candra Kirana dari kerajaan.

Suatu hari, secara diam-diam Putri Dewi Galuh pergi menemui sorang penyihir jahat.
Ia meminta bantuan kepada Penyihir untuk menyihir Candra Kiran menjadi sesuatu yang
menjijikan dan Pangeran Raden Inu menjauhinya. Ia pun berharap menjadi pengganti
Candra Kirana sebagai tunangannya.
Advertisements
dongeng keong mas

dongeng keong mas


Penyihir pun menyetujui permintaan Dewi Galuh. Namun, Penyihir tidak dapat masuk
istana karena akan menimbulkan sebuah kecurigaan. Akhirnya, Dewi Galu mempunyai
siasat untuk memfitnah Candra Kirana, sehingga ia di usir dari kerajaan. Candra
Kirana meninggalkan kerajaan dengan perasaan sedih. Di tengah perjalanan ia bertemu
dengan penyihir jahat dan menyihir Candra Kirana menjadi Keong Mas. Setelah
berhasil menyihir Candra Kirana, penyihir langsug membuangnya ke sungai.

‘’ Kutukanmu akan hilang, jika kamu dapat bertemu dengan tunanganmu Pangeran Raden
Inu.’’ Ujar Penyihir.

Suatu hari, seorang Nenek sedang mencari ikan dengan menggunakan jala. Akhirnya,
Keong Mas ikut tersangkut oleh jala tersebut. Melihat betapa indahnya Keong Mas
yang ia dapatkan. Si Nenek langsung membawanya pulang dan di simpannya Keong Mas di
tempayan. Nenek tersebut memelihara Keong Mas dengan baik dan memberikan makan,
agar tidak mati.

Keesokan harinya, sang Nenek kembali ke sungai untuk mencari Ikan. Namun, tidak
satu pun yang ia dapatkan. Karena sudah terlalu lama tapi tidak mendaptkan hasil.
Ia pun segera memutuskan untuk pulang kerumah.

Ketika Nenek sampai di rumah. Ia sangat terkejut. Ia melihat makanan yang sangat
enak sudah tersedi di atas mejanya. Ia merasa sangat heran dan bertanya-tanya siapa
yang sudah membuatkan makanan ini.

Setiap hari kejadian serupa terus terjadi. Karena merasa penasaran. Sang Nenek
memutuskan untuk pura-pura pergi ke laut. Sebenarnya ia ingin tahun dan mengintip
siapa yang sudah membuatkan makanan setiap hari.
Advertisements

Sang nenek sangat terkejut. Melihat Keong Mas yang ia simpan di tempayan berubah
menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Gadis cantik tersebut langsung meniapkan
makanan di atas meja. Karena rasa penasarannya, Sang Nenek langsung menghampiri
Gadis cantik tersebut

“ Siapa kamu Putri yang cantik? Dan dari manakah asalmu?”. Tanya sang Nenek

Keong Mas yang berubah menjadi wujud aslinya yaitu Candra Kirana. Sangat terkejut
melihat kedatangan Sang Nenek yang tiba-tiba. Akhirnya, Candra Kirana menjelaskan
siapa ia sebenarnya. Dan menceritakan kenapa ia berubah menjadi Keong Mas. Setelah
menjelaskan kepada Sang Nenek, Candra Kirana pun kembali berubah wujud menjadi
Keong Mas.
keong emas penjelmaan candra kirana tertangkap jala nenek nelayan

keong emas penjelmaan candra kirana tertangkap jala nenek nelayan

Sementara, Pangeran Raden In uterus mencari Putri Candra Kirana yang mendadak
hilang entah kemana. Namun, kabar dari Candra Kirana pun tidak dapat ia dapatkan.
Pangeran Raden Inu kertapati sangat yakin bahwaCandra Kirana masih hidup. karena
kenyakinan itu membuat Raden Inu tidak berhenti mencari. Ia pun berjanji, tidak
akan kembali ke kerajaan sebelum menemukan tunangannya Candra Kirana.

Akhirnya, Penyihir jahat mengetahui bahwa Pangeran Raden sedang mencari Candra
Kirana. Ia mencari cara agar Pangeran tidak dapat menemukan Candra Kirana. Ia pun
menyamar menjadi seekor Burung Gagak.
Advertisements

Di tengah perjalanan, Raden Inu di kejutkan oleh Burug Gagak yang dapat bicara.
Burung Gagak tersebut mengetahui tujuannya. Pangeran yang merasa senang dan
menganggap Burung tersbut tahu dimana keberadaan candra Kirana. Ia pun mengiikuti
petunjuk yang di berikan Burung Gagak. Padahal petunjuk jalan tersebut salah.

Pangeran Raden, mulai kebingungan dengan petunjuk yang di berikan Burung Gagak. Di
tengah perjalanan, ia bertemu dengan seorang Kakek tua yang sedang kelaparan. Ia
segera memberikan makanan. Ternyata, Kakek tersebut adalah seorang Kakek yang sakti
dan menolong Raden Inu dari Burung Gagak. Kakek memukul Burung Gagak dengan
tongkatnya dan tiba-tiba burung Gagak berubah menjadi asap.
Legenda Keong Mas - Cerita Keong Mas - Dongeng Keong Mas

Legenda Keong Mas - Cerita Keong Mas - Dongeng Keong Mas

Kakek tersebut memberikan petunjuk jalan. Pangeran Raden Inu Kertapati segeran
menuju Desa Dadapan. Berhari-hari, ia menempuh perjalanan. Namun, di tengah
perjalanan bekalnya telah habis. Ia merasa sangat kehausan . ia pun melihat sebuah
Rumah dan segera menuju ke rumah tersebut. Ia berniat untuk meminta segelas air.
Namun, bukannya hanya air yang ia dapatkan. Tetapi candra Kira yang ia cari. Ia
melihat tunangannya dari jendela sedang memasak.

Akhirnya, Pangeran Raden dapat menemukan Candra Kirana. Ia merasa sangat senang.
Begitu pula dengan Candra Kirana yang berhasil menghilangkan kutukannya, apabila
bertemu dengan tunangannya. Candra Kirana menjadi gadis cantik jelita.

Raden Inu Kertapti segera membawa Candra Kirana ke kerajaan Daha. Ia pun mengajak
Nenek yang sudah menolongnya. Candra Kirana pun menjelaskan perbuatan Dewi Galu
selama ini kepada Baginda Raja. Akhirnya, kejahatan Dewi Galu terbongkar.

Dewi Galuh mendapat hukuman atas perbuatannya itu. Namun, karena maerasa takut akan
hukuman. ia melarikan diri ke hutan. Sementara Baginda minta maaf kepada Candra.

Akhirnya, Pangeran Raden Inu dan Candra Kirana memutuskan untuk menikah. Mereka
hidup behagia.

Pesan moral dari Cerita Rakyat Indonesia Keong Mas - Dongeng Keong Mas adalah
sebaik-baiknya kamu menutupi kejahatan, suatu saat akan terbongkar juga. Selalu
berbuat baik dan jauhkan diri dari iri dengki maka kamu akan selamat dalam
menjalani kehidupan.

Legenda Sangkuriang : Asal Gunung Tangkuban Perahu


dongeng cerita rakyat14 January 2015 No comment 6571 views
★★★★★

Advertisements

Alkisah pada jaman dahulu kala seekor babi tengah melintas di sebuah hutan
belantara. Babi hutan itu sedang merasa kehausan di tengah panasnya terik matahari.
Pada saat dia mencari-cari mata air, dia melihat ada air yang tertampung di pohon
keladi hutan.
Legenda Asal Muasal Gunung Tangkuban Perahu Kisah Sangkuriang

Legenda Asal Muasal Gunung Tangkuban Perahu Kisah Sangkuriang


Segera diminumnya air itu untuk melepas dahaga. Tanpa disadarinya air itu adalah
air seni Raja Sungging Perbangkara. Karena kesaktian Raja Sungging Perbangkara,
babi hutan itu pun mengandung setelah meminum air seninya. Sembilan bulan kemudian
si babi hutan melahirkan seorang bayi perempuan.

Raja Sungging Perbangkara mengetahui perihal adanya bayi perempuan yang terlahir
karena air seninya itu. Ia pun pergi ke hutan untuk mencarinya. Ditemukannya bayi
prempuan itu. Dia pun memberinya nama Dayang Sumbi dan membawanya pulang ke istana
kerajaan.

Dayang Sunbi tumbuh menjadi perempuan yang sangat cantik wajahnya. Serasa tak
terbilang jumlah raja, pangeran dan bangsawan yang berkehendak memperistri anak
perempuan Raja Sungging Perbangkara itu. Namun, semua pinangan itu di tolak Dayang
Sumbi dengan halus. Sama sekali tidak diduga oleh Dayang Sumbi , mereka yang
ditolak pinangannya itu saling berperang sendiri untuk memperebutkan dirinya.

Dayang Sumbi sangat bersedih mengetahui kenyataan bahwa para pangeran, raja dan
bangsawan yang ditolaknya saling melakukan peperangan. Dia pun memohon kepada Raja
Sungging Perbangkara untuk mengasingkan diri. Sang Raja akhirnya mengijinkan
anaknya tersebut untuk mengasingkan diri. Dayang Sumbi mengasingkan diri di sebuah
bukit ditemani oleh seekor anjing jantan bernama si tumang. Untuk mengisi waktu
luangnya selama dalam pengasingan, Dayang Sumbi pun menenun.
Advertisements

Alkisah, ketika Dayang Sumbi sedang menenun, peralatan tenunannya terjatuh. Ketika
itu Dayang Sumbi merasa malas untuk mengambilnya. Terlontarlah ucapan yang tidak
terlalu disadarinya.” Siapapun juga yang bersedia mengambilkan peralatan tenunku
yang terjatuh, seandainya itu lelaki akan kujadikan suami, jika dia perempuan dia
akan kujadikan saudara.”

Tak disangka si tumang mengambil peralatan tenun yang terjatuh itu dan
memberikannya kepada Dayang Sumbi.

Tidak ada yang dapat diperbuat Dayang Sumbi selain memenuhi ucapannya. Dia menikah
dengan Si Tumang yang ternyata titisan dewa. Si Tumang adalah dewa yang dikutuk
menjadi hewan dan dibuang ke bumi. Beberapa bulan setelah menikah, Dayang Sumbi pun
mengandung dan melahirkan seorang bayi laki-laki. Dayang Sumbi memberinya nama
Sangkuriang.

Waktu terus berlalu. Beberapa tahun kemudian terlewati. Sangkuriang telah tumbuh
menjadi seorang pemuda yang tampan wajahnya. Gagah. Tubuhnya kuat dan kekar. Sakti
mandraguna pula anak Dayang Sumbi ini.

Sejak kecil Sangkuriang telah senang berburu. Setiap kali melakukan perburuan di
hutan. Sangkuriang senantiasa ditemani oleh si tumang. Sama sekali Sangkuriang
tidak tahu bahwa si Tumang adalah ayah kandungnya.

Pada suatu hari Sangkuriang dengan di temani Si Tumang kembali meakukan perburuan
di hutan. Sangkuriang berniat mencari kijang karena ibunya sangat menghendaki
memakan hati kijang. Setelah beberapa saat berada di dalam hutan, Sangkuriang
melihat seekor kijang yang tengah merumput di balik semak belukar. Sangkuriang
memerintahkan si tumang untuk mengejar kijang itu Sangat aneh, si Tumang yang
biasanya penurut, ketika itu tidak menuruti perintahnya. Sangkuriang menjadi marah.
Katanya.” Jika engkau tetap tidak menuruti perintahku, niscaya aku akan mebunuhmu.”
Advertisements

Ancaman Sangkuriang seakan tidak dipedulikan si Tumang. Karena jengkel dan marah,
Sangkuriang lantas membunuh si Tumang. Hati anjing hitam itu diambilnya dan
dibawanya pulang ke rumah. Sangkuriang memberikan hati si Tumang kepada ibunya
untuk dimasak.

Tanpa disadari Dayang Sumbi bahwa hati yang diberikan anaknya adalah hati suaminya.
Dia kemudian memasak dan memakan hati itu. Maka, tak terperikan amarah Dayang Sumbi
kepada Sangkuriang ketika dia tahu hati yang dimakannya adalah hati si Tumang. Dia
lalu meraih gayung yang terbuat dari tempurung kelapa dan memukul kepala
Sangkuriang, hingga kepala Sangkuriang terluka.

Sangkuriang sangat marah dan sakit hati dengan perlakuan ibunya itu. Menurutnya,
Ibunya lebih menyayangi si Tumang dibandingkan dirinya. Maka, tanpa pamit kepada
Dayang Sumbi ibunya, Sangkuriang lantas pergi mengembara ke arah timur.

Dayang Sumbi sangat menyesal setelah mengetahui kepergian Sangkuriang anaknya. Dia
pun bertapa dan memohon ampun kepada para dewa atas kesalahan yang diperbuatnya.
Para dewa mendengar permintaan Dayang Sumbi, mereka menerima permintaan maaf itu
dan mengaruniakan Dayang Sumbi kecantikan abadi.

Syahdan, Sangkuriang terus mengembara tanpa tujuan yang pasti. Dalam pengembaraanya
Sangkuriang terus menambah kesaktiannya dengan berguru kepada orang-orang sakti
yang ditemuinya selama pengembaraan. Bertahun-tahun Sangkuriang mengembara tanpa
disadari dia kembali ke tempat dimana dia dahulu dilahirkan.
Advertisements

Sangkurian terpesona dengan kecantikan Dayang Sumbi yang abadi, dia tidak menyadari
bahwa perempuan cantik yang ditemuinya di hutan adalah ibu kandungnya sendiri. Hal
yang sama terjadi juga pada Dayang Sumbi yang tidak menyadari pemuda gagah yang
sakti itu adalah Sangkuriang anaknya. Karena saling jatuh cinta mereka merencenakan
untuk menikah.
dayang sumbi berdoa semoga pekerjaan sangkuriang gagal

dayang sumbi berdoa semoga pekerjaan sangkuriang gagal

Sebelum pernikahan dialngsungkan Sangkuriang berniat untuk berburu. Dayang Sumbi


membantu Sangkuriang mengenakan penutup kepala. Ketika itulah dayang Sumbi melihat
luka di kepala calon suaminya. Teringatlah dia pada anak lelakinya yang telah
meninggalkannya. Dia sangat yakin pemuda gagah itu tidak lain adalah Sangkuriang
anaknya.

Dayang Sumbi kemudian menjelaskan bahwa dai sesungguhnya adalah ibu kandung dari
Sangkuriang. Oleh karena itu dia tidak bersedia menikah dengan anak kandungnya
tersebut. Namun, Sangkuriang yang telah dibutakan oleh hawa nafsu tidak
memperdulikan penjelasan Dayang Sumbi, dia tetap bersikukuh akan menikahi Dayang
Sumbi.

“Jika memang begitu kuat keinginanmu untuk menikahiku, aku mau engkau memenuhi satu
permintaanku” Kata Dayang Sumbi

“Apa permintaan yang engkau kehendaki.” Tantang Sangkuriang.

Dayang Sumbi mengajukan syarat yang laur biasa berat yaitu dia ingi sungai citarum
dibendung untuk dibuat danau, dan didalam danau itu ada perahu besar.” Semua itu
harus dapat engkau selesaikan dalam waktu satu malam.” Ucap Dayang Sumbi.” Sebelum
fajar terbit, kedua permintaanku itu harus telah selesai engaku kerjakan.”

Tanpa ragu Sangkuriang menyanggupi permintaan dari Dayang Sumbi.” Baiklah, aku akan
memenuhi permintaanmu.”

Sangkuriang segera bekerja mewujudkan permintaan Dayang sumbi. Pertama kali dia
menebang pohon besar untuk dibuatnya sebuah perahu. Cabang dan ranting pohon yang
tidak dibutuhkannya ditumpukan. Tumpukan cabang dan ranting pohon itu dikemudian
hari menjelma menjadi gunung Burangrang.Begitu pula tunggul pohpon itu kemudian
berubah menjadi sebuah gunung yang lebih dikenal gunung bukit tinggul.

Perahu besar itu akhirnya selesai dibuat Sangkuriang. Pemuda Sakti itu lantas
berniat membendung aliran sungai Citarum yang deras untuk dibuat sebuah danau.
Sangkuriang kemudian memanggi para makhluk halus untuk membantunya mewujudkan
permintaan Dayang sumbi.

Semua yang dilakukan Sangkuriang diketahii oleh Dayang Sumbi. Terbit kecemasan
dalam hati Dayang Sumbi ketika melihat pekerjaan Sangkuriang sebentar lagi selesai.
Dia harus menggagalkan pekerjaan Sangkuriang agar pernikahan dengan anak kandungnya
itu tidak terlaksana. Dia pun memohon pertolongan dari para Dewa.

Setelah berdoa, Dayang Sumbi mendapatkan petunjuk. Dayang Sumbi lantas menebarkan
boeh rarang (kain putih hasil tenunan). Dia juga memkasa ayam jantan berkokok
disaat waktu masih malam. Para makhluk halus sangat ketakutan ketika mengetahui
fajar telah tiba. Mereka berlari dan menghilang kesegala penjuru. Mereka
meninggalkan pekerjaannya membuat danau dan perahu yang belum selesai.
Sangkuriang menendang perahu sehingga menjadi gunung tangkuban perahu

Sangkuriang menendang perahu sehingga menjadi gunung tangkuban perahu

Sangkuriang sangat marah. Dia merasa Dayang Sumbi telah berlaku curang kepadanya.
Ida sangat yakin jika fajar sesungguhnya belum tiba. Dia merasa masih tersedia
waktu baginya untuk menyelesaikan pekerjaan. Dengan kemarahan tinggi, Sangkuriang
lantas menjebol bendungan di Sanghyang Tikoro. Sumbat aliran citarum lantas
dilemparkannya ke arah timur yang kemudian menjelma menjadi gunung Manglayang. Air
yang semula memenuhi danau itu pun menjadi surut. Serasa belum reda kemarahannya.
Sangkuriang lantas menendang perahu besar yang telah dibuatnya hingga terlempat
jauh dan jatuh tertelungkup. Menjelmalah perahu besar itu menjadi sebuah gunung
yang kemudian di sebut gunung Tangkuban Perahu.

Kemarahan Sangkuriang belum reda. Dia mengetahui, semua itu sesungguhnya adalah
siasat dari Dayang Sumbi untuk menggagalkan pernikahan dengannya. Dengan kemarahan
yang terus meluap, Dayang sumbi pun dikejarnya. Dayang sumbi yang ketakutan terus
berlari untuk menghindar hingga akhirnya menghilang di sebuah bukit. Bukit itu
kemudian menjelma menjadi gunung Putri. Sedangkan Sangkuriang yang tidak berhasil
menemukan Dayang Sunbi akhirnya menghilang ke alam gaib.

Pesan Moral dari Legenda Asal Muasal Gunung Tangkuban Perahu : Kisah
Sangkuriang adalah Bersikaplah untuk jujur karena kejujuran akan membawa kebaikan
dan kebahagiaan di kemudian hari. Perbuatan curang akan merugikan diri sendiri
serta bisa mendatangkan musibah bagi diri sendiri ataupun orang lain

Cerita Rakyat Nusantara : Legenda Batu Menangis

Dahulu kala, di sebuah bukit yang jauh dari Pedesaan. Hiduplah seorang Janda miskin
bersama anak perempuannya. Anaknya dari Janda tersebut sangat cantik jelita, ia
selalu membanggakan kecantikan yang ia miliki. Namun, kecantikannya tidak sama
dengan sifat yang ia miliki. Ia sangat pemalas dan tidak pernah membantu ibunya.
Cerita Rakyat Legenda Nusantara Batu Menangis

Cerita Rakyat Legenda Nusantara Batu Menangis


Selain pemalas, ia juga sangat manja. Segala sesuatu yang ia inginkan harus di
turuti. Tanpa berpikir keadaan mereka yang miskin, dan ibu yang harus banting
tulang meskipun sering sakit-sakitan. Setiap ibunya mengajaknya ke sawah, ia selalu
menolak.

Suatu hari, ibunya mengajak anaknya berbelanja ke pasar. Jarak pasar dari rumah
mereka sangat jauh, untuk sampai ke pasar mereka harus berjalan kaki dan membuat
putrinya kelelahan. Namun, anaknya berjalan di depan ibunya dan memakai baju yang
sangat bagus. Semua orang yang melihatnya langsung terpesona dan mengaggumi
kecantikannya, sedangkan ibunya berjalan di belakang membawa keranjang belanjaan,
berpakaian sangat dekil layaknya pembantu.

Karena letak rumah mereka yang jauh dari masyarakat, kehidupan mmereka tidak ada
satu orang pun yang tahu. Akhirnya, mereka memasuki kedalam desa, semua mata
tertuju kepada kecantikan Putri dari janda tersebut. Banyak pemuda yang
menghampirinya dan memandang wajahnya. Namun, penduduk desa pun sangat penasaran,
siapa perempuan tua di belakangnya tersebut.
Advertisements

‘’ Hai, gadis cantik! Siapakah perempuan tua yang berada di belakangmu? Apakah dia
ibumu?’’ Tanya seorang Pemuda.

‘’ Tentu saja bukan, ia hanya seorang pembantu!.’’ Jawabnya dengan sinis.

Sepanjang perjalanan setiap bertemu dengan penduduk desa, mereka selalu bertanya
hal yang sama. Namun, ia terus menjawab bahwa ibunya adalah pembantunya. Ibunya
sendiri di perlakukan sebagai seorang pembantu.

Pada awalnya, Sang ibu masih bisa menahan diri, setiap kali mendengar jawaban dari
Putri kandungnya sendiri. Namun, mendengar berulang kali dan jawabannya itu sangat
menyakkitkan hatinya, tiba-tiba sang ibu berhenti, dan duduk pinggir jalan sambil
meneteskan air mata.

‘’ Bu, kenapa berhenti di tengah jalan? Ayo lanjutkan perjalanan.’’ Tanya putrinya
heran.

Beberapa kali ia bertanya. Namun, ibunya sama sekali tidak menjawab. Sang ibu malah
menengadahkan kedua tangannya ke atas dan berdoa. Melihat hal aneh yang di lakukan
ibunya, sang anak merasa kebingungan.
Advertisements

‘’ Ibu sedang apa sekarang!’’ bentak putrinya.

Sang ibu tetap tidak menjawab, dan meneruskan doanya untuk menghukum putrinya
sendiri.

‘’ Ya Tuhan, ampunilah hamba yang lemah ini, maafkan hamba yang tidak bisa mendidik
putrid hamba sendiri, sehingga ia menjadi anak yang durhaka. Hukumlah anak durhaka
ini.’’ Doa sang Ibu.

Tiba-tiba, langit menjadi mendung dan gelap, petir mulai menyambar dan hujan pun
turun. Perlahan-lahan, tubuhnya berubah menjadi batu. Kakinya mulai berubah
menjadi batu dan sudah mencapai setengah badan. Gadis itu menangis memohon ampun
kepada ibunya. Ia merasa ketakutan.

‘’ Ibu, tolong aku. Apa yang terjadi dengan kakiku? ibu maafkan aku. Aku janji akan
menjadi anak yang baik bu’’ teriak Putrinya ketakutan.
Advertisements
Gadis tersebut terus menangis dan memohon. Namun, semuanya sudah terlambat. Hukuman
itu tidak dapat di hindari. Seluruh tubuhnya perlahan berubah menjadi batu. Gadis
durhaka itu hanya menangis dan menagis menyesali perbuatannya. Sebelum kepalanya
menjadi batu, sang ibu masih melihat air matanya yang keluar. Semua orang yang
berada di sana menyaksikkan peristiwa tersebut. Seluruh tubuh gadis itu berubah
menjadi batu.

Sekalipun sudah menjadi batu. Namun, melihat kedua matanya masih menitihkan air
mata seperti sedang menangis. Oleh karena itu, masyarakat tersebut menyebutnya
dengan Batu Menangis. Batu Menangis tersebut masih ada sampai sekarang.

Pesan moral dari Cerita Rakyat Legenda Batu Menangis adalah selalu hormati dan
sayangi kedua orang tuamu, karena kesuksesan dan kebahagiaan mu akan sangat
tergantung dari doa kedua orangtuamu.

Dongeng Cerita Rakyat Danau Toba dari Sumatra Utara

Pada jaman dahulu kala terlihat seorang pemuda tampak sedang memancing di tepi
sungai. Namun nahas, sepanjang hari itu tak ada seekor ikan pun yang terkena alat
pancingnya. Pemuda itu sangat miskin. Sehari-hari, ia membantu tetangganya menjaga
sawah. Jika tak ada yang meminta bantuannya, ia memancing ikan atau berburu ayam di
hutan.

"Alangkah malangnya nasibku hari ini. Ikan-ikan itu bersembunyi di mana, ya?"
tanyanya dalam hati. Karena hari sudah gelap, ia pun segera membereskan alat
pancingnya. Saat pemuda itu hendak beranjak pergi saat tiba-tiba seekor ikan besar
berwarna kuning keemasan naik ke permukaan sungai. "Wah... ini dia yang kutunggu
dari tadi," kata pemuda itu dengan riang. Secepat kilat ditangkapnya ikan itu.
Cerita Rakyat Sumatera Utara Asal Mula Danau Toba

Cerita Rakyat Sumatera Utara Asal Mula Danau Toba

Sesampainya di rumah, pemuda itu bersiap memasak ikan tangkapannya. Namun melihat
tatapan ikan itu, ia mengurungkan niatnya. Ikan itu seolah-olah berkata,"Jangan
bunuh aku."

"Ikan cantik, aku akan memeliharamu. Biarlah malam ini aku makan nasi berlauk garam
saja.” Kata pemuda itu. Ikan itu ia letakan di sebuah tempayan dan diberinya makan
beberapa butir nasi.
Advertisements

Keesokan harinya, pemuda itu pergi ke sawah. Hari sudah sore ketika pemuda itu
pulang. Saat itu ia sungguh lapar. Ia berencana untuk memasak sayur yang didapatnya
dari pemilik sawah. Saat memasuki dapur, mata pemuda itu terbelalak. Ia melihat
banyak hidangan lezat di sana. Ada nasi putih hangat, gulai ikan, samba', dan aneka
sayuran. Ia mengucek mata karena tak percaya. "Apo aku sedang bermimpi?" pikirnya.
Namun karena sudah sangat lapar, ia tak lagi berpikir panjang. Dilahapnya semua
hidangan itu sampai licin tak bersisa.

Sejak itu, setiap hari selalu tersedia hidangan lezat di rumahnya. Lama- kelamaan,
ia menjadi penasaran dan memutuskan untuk mengintip siapa gerangan yang menyediakan
makanan, ia ingin berterima kasih. Keesokan paginya, pemuda itu pura-pura pergi ke
sawah. Namun sebenarnya ia bersembunyi di dekat jendela dapurnya. Tak lama kemudian
ia mendengar kesibukan di dapur. Aroma masakan pun tercium sampai keluar.
Penasaran, ia mengintip dan jendela dapur. Alangkah terkejutnya ia saat melihat
seorang gadis cantik sedang memasak. "Siapa dia," bisiknya. Dalam sekejap, pemuda
itu langsung jatuh cinta pada wanita cantik itu.
"Hai, siapa kau dan sedang apa di rumahku?" tanya pemuda itu. Wanita cantik itu
menoleh kaget. Wajahnya pucat pasi karena ketahuan. "A... a... aku... ah...
bagaimana menjelaskannya padamu?" katanya bingung. Pemuda itu melompati jendela
dapur dan melongok ke tempayan. Ikan itu hilang. "Apakah kau ikan yang kupelihara
di ternpayan ini?" tanya pemuda itu menyelidik.

"Eh... ehm... benar. Aku adalah siluman ikan. Akulah yang memasak setiap hari. Aku
berterima kasih karena kau tidak membunuhku," jawabnya.

Pemuda itu senang. Ternyata ikan yang ditangkapnya adalah seorang wanita cantik.
"Karena kau sudah ada di sini, maukah kau menikah denganku? Aku berjanji akan
menjagamu dengan baik," kata pemuda itu melamar.
Dongeng Cerita Rakyat Danau Toba dari Sumatra Utara

Dongeng Cerita Rakyat Danau Toba dari Sumatra Utara

Wanita itu tampak bingung, tapi akhirnya menjawab "Aku tidak keberatan menjadi
istrimu. Namun ada saat-saat tertentu aku harus berubah menjadi ikan. Aku minta kau
menjaga rahasia ini, bahkan kepada anak kita kelak. Jangan sekali-kali kau
memberitahu bahwa ibunya adalah seekor ikan," katanya lagi. Pemuda itu tersenyum
dan mengangguk mantap. Akhirnya, mereka menikah dan hidup rukun.
Advertisements

Pasangan suami-istri itu dikaruniai seorang anak laki-laki. Anak itu suka sekali
makan, sehingga tubuhnya besar dan gemuk. Tak ada makanan yang tak disukainya dan
ia mudah sekali merasa lapar. Baru saja selesai makan, ia bisa makan lagi dengan
lahap. Ia seperti tak pernah kenyang. Suatu hari, ibunya menyuruhnya untuk
mengantar makan slang untuk sang Ayah yang sedang bekerja di sawah. "Ingat, makanan
ini untuk ayahmu. Jangan mencicipinya apalagi memakannya. Ayahmu bisa marah," pesan
ibunya. "Balk Bu," sang Anak pun berangkat dengan riang.

"Aduh, aku haus," tiba-tiba di tengah perjalanan anak itu mengeluh. Kemudian
dibukanya bekal untuk ayahnya. "Ah, ada teh hangat. Lumayan untuk menghilangkan
rasa hausku," katanya sambil meneguk teh untuk ayahnya itu. Lalu matanya tertumpu
pada sebuah bungkusan. "Wah, apa ini ya? Coba aku lihat." Ternyata bungkusan itu
berisi nasi dan sepotong ayam goreng. Air Iiurnya langsung menetes. "Jika aku
memakannya sedikit saja, tentu Ayah tak akan tahu." Tak sadar ia sudah melahap
habis semua makanan itu. Yang tersisa hanyalah tulang-tulang ayam. Anak itu
ketakutan, tapi ia tetap harus menemui ayahnya.
Cerita Rakyat Danau Toba dari Sumatra Utara

Cerita Rakyat Danau Toba dari Sumatra Utara

"Apa ini? Tulang? Ibumu memberi aku makan tulang? Ia pikir aku kucing?" teriak
ayahnya dengan marah. Sang anak memandang ayahnya dengan ketakutan. Ia tak tega
jika ibunya yang disalahkan.

"Eh... Ayah... bukan salah Ibu. Semua ini salahku. Aku yang memakan bekal itu
sampai habis. Maafkan aku Ayah, aku tak bisa menahan diri." Mendengar pengakuan
anaknya, sang Ayah malah makin marah. "Dasar anak ikan. Beginilah jika seekor ikan
mendidik anak, benar-benar tak becus!" teriak ayahnya. Sang ayah lupa pada janjinya
sebelum menikahi istrinya.

"Huuu... huuu... Ibuu... Ayah mengataiku anak ikan. Katanya Ibu tak becus
mendidikku karena Ibu adalah seekor ikan. Apa itu benar Bu?" si anak pulang melapor
pada ibunya sambil menangis. Ibunya terkejut. "Rupanya suamiku sudah lupa pada
janjinya."
Advertisements
Ketika suaminya tiba di rumah, istrinya berkata "Mulai saat ini, aku akan membawa
anakku pulang ke alamku. Jangan pernah berharap kau bisa menemui kami lagi."

Belum sempat suaminya menjawab, langit menjadi gelap dan hujan turun dengan
derasnya. Siluman ikan itu mengajak anaknya keluar dari rumah dan berdiri di tanah
lapang. Petir menyambar-nyambar dan tiba-tiba tubuh ibu dan anak itu hilang entah
ke mana. Hujan pun reda seiring dengan hilangnya mereka. Sang suami tak dapat
menemukan mereka. Ia menyesal dan meratapi kesalahannya. "Istriku, anakku...
kembalilah. Maafkan aku yang telah mengingkari janji kepada kalian." Namun semuanya
sia-sia.

Tiba-tiba, dari tempat ibu dan anaknya tadi berdiri, muncullah mata air yang cukup
deras. Airnya terus mengalir hingga membentuk danau yang cukup luas. Danau itulah
yang sampai sekarang disebut Danau Toba. Tak ada yang tahu, ke mana perginya ibu
dan anak tadi. Mungkin mereka kembali menjadi ikan dan tinggal di Danau Toba itu.

Pesan dari Cerita Rakyat Danau Toba dari Sumatra Utara untukmu adalah Tepatilah
janji yang telah kau buat. Ingat, mengingkari janji akan membuat orang lain kecewa.

Dongeng Cerita Bawang Putih Bawang Merah dari Sumatera Barat

Di sebuah desa, hiduplah seorang janda dengan dua putrinya yang cantik, Bawang
Merah dan Bawang Putih. Ayah kandung Bawang Putih yang juga suami dari ibu Bawang
Merah telah meninggal lama, jadi Bawang Putih adalah saudara tiri dari Bawang
Merah.

Bawang Merah dan Bawang Putih memiliki karakter dan kepribadian yang berbeda.
Bawang Putih rajin, baik hati, jujur dan rendah hati. Sementara itu, Bawang Merah
malas, glamor, bangga dan iri. Kepribadian Bawang Merah yang buruk diperburuk
karena ibunya memanjakannya. Ibunya selalu memberinya semua yang dia inginkan.
Sedangkan Bawang Putih yang melakukan semua pekerjaan di rumah. Mencuci, memasak,
membersihkan rumah, dan semua pekerjaan dilakukan sendiri. Sementara itu, Bawang
Merah dan ibunya hanya menghabiskan waktu untuk diri mereka sendiri, karena ketika
mereka membutuhkan sesuatu, mereka bisa meminta Bawang Putih.

Dongeng Cerita Bawang Putih Bawang Merah

Bawang Putih tidak pernah mengeluh nasib buruk yang harus dia hadapi. Dia selalu
melayani ibu tiri dan saudara perempuannya dengan gembira. Suatu hari, Bawang Putih
sedang mencuci baju ibu dan saudara perempuannya di sungai. Bawang Putih tidak
menyadarinya ketika sepotong kain milik ibunya hanyut oleh sungai. Betapa sedihnya
dia, berpikir bahwa jika kain itu tidak dapat ditemukan, dia akan disalahkan, dan
bukan tidak mungkin dia akan dihukum dan diusir dari rumah.

Karena takut kain ibunya tidak bisa ditemukan, Bawang Putih terus mencari dan
berjalan di sepanjang sungai. Setiap kali dia melihat seseorang di tepi sungai, dia
selalu bertanya tentang pakaian ibunya yang hanyut oleh sungai, tetapi semua orang
tidak tahu di mana kain itu. Akhirnya Bawang Putih datang ke suatu tempat di mana
sungai mengalir ke sebuah gua. Anehnya, ada seorang wanita yang sangat tua di dalam
gua. Bawang Putih bertanya pada wanita tua itu jika dia tahu keberadaan kain milik
ibunya.
Advertisements

Wanita itu tahu di mana kain itu, tetapi dia memberi syarat sebelum menyerahkannya
ke Bawang Putih. Syaratnya adalah dia harus bekerja membantu wanita tua itu. Bawang
Putih terbiasa bekerja keras sehingga pekerjaannya menyenangkan wanita tua itu.
Saat itu sore hari dan Bawang Putih sedang mengucapkan selamat tinggal kepada
wanita tua itu. Wanita itu menyerahkan kain itu padanya. Karena kebaikannya, wanita
tua itu menawarkannya hadiah labu . Ada dua di antaranya, yang satu lebih besar
dari yang lain. Bawang Putih diminta untuk memilih hadiah yang diinginkannya.
Karena Bawang Putih tidak serakah, maka dia memilih yang lebih kecil.

Setelah itu Bawang Merah kembali ke rumah. Ibu tirinya dan Bawang Merah sangat
marah karena Bawang Putih terlambat. Dia pun menceritkan apa yang terjadi. Ibu
tirinya masih marah karena Bawang Putih terlambat dan hanya membawa satu labu
kecil, jadi ibunya membanting labu itu ke tanah.

Prakk" dan labunya pecah, tapi aneh ternyata di labu ada perhiasan emas yang indah
dan berkilauan. Ibu tirinya dan Bawang Merah sangat terkejut. Mereka akan menjadi
sangat kya dengan perhiasan yang begitu banyak. Tapi mereka serakah, mereka malah
berteriak pada Bawang Putih dan membentak kenapa Bawang Putih tidak mengambil labu
yang besar. Dalam pikiran Bawang Merah dan Ibunya, jika labu yang lebih besar
diambil, mereka pasti mendapatkan lebih banyak perhiasan.

Untuk memenuhi keserakahan mereka, Bawang Merah mengikuti langkah-langkah yang


diceritakan oleh Bawang Putih. Dia rela menghanyutkan kain ibunya, berjalan di
sepanjang sungai, bertanya pada orang-orang dan akhirnya datang ke gua tempat
wanita tua itu tinggal. Namun, tidak seperti Bawang Putih, Bawang Merah menolak
perintah wanita tua itu untuk bekerja dan ia bahkan dengan arogan memerintahkan
wanita tua itu untuk memberinya labu yang lebih besar. Wanita tua itu memenuhi
permintaan Bawang Merah memberikan labu yang Besar untuk Bawang Merah.

Bawang Merah dengan senang hati membawa labu yang diberikan wanita tua itu, sambil
membayangkan berapa banyak perhiasan yang akan ia dapatkan. Sekembalinya ke rumah,
sang Ibu menyambut putri kesayangannya. Tidak lama setelah itu, labunya dihancurkan
ke tanah, tetapi alih-alih perhiasan, berbagai ular berbisa yang menakutkan keluar
dari dalam labu. Bawang Merah dan Ibunya akhirnya menyadari apa yang telah mereka
lakukan selama ini adalah salah dan meminta Bawang Putih untuk memaafkan mereka.

Pesan moral dari Dongeng Cerita Bawang Putih Bawang Merah adalah jadilah anak
yang rajin maka orang lain akan menyukaimu. Selain itu ingatlah sifat serakah tidak
kan membuatmu bahagia, bahkan akan membaw kesusahan dimasa yang akan datang.

Cerita Rakyat Roro Jonggrang | Dongeng Candi Prambanan


dongeng cerita rakyat8 February 2016 9385 views
★★★★★
Advertisements

Hai adik-adik semua. Apakah kalian pernah mendengar cerita rakyat Roro Jonggrang?
Jika belum ini ini saat yang tepat bagi kalian menyimak kisah ini yang juga dikenal
sebagai Dongeng Candi Prambanan. Tentunya kalian bingung apa hubungan antara Roro
Jonggrang dengan Candi Prambanan yang ada di Yogyakarta. Untuk tahu jawabannya
kalian harus membaca kisah ini hingga selesai. Selamat membaca.
Cerita Rakyat Roro Jonggrang | Dongeng Candi Prambanan dari Yogyakarta

Dahulu kala, di Desa Prambanan, ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Baka.
la memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Roro Jongrang.

Suatu ketika, Prambanan dikalahkan oleh Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh
Bandung Bondowoso. Prabu Baka tewas di medan perang. Dia terbunuh oleh Bandung
Bondowoso yang sangatb sakti.

Bandung Bondowoso kemudian menempati Istana Prambanan. Melihat putri dari Prabu
Baka yang cantik jelita yaitu Roro Jongrang, timbul keinginannya untuk memperistri
Roro Jongrang.

Roro Jonggrang tahu bahwa Bandung Bondowoso adalah orang yang membunuh ayahnya.
Karena itu, ia mencari akal untuk menolaknya. Lalu, ia mengajukan syarat dibuatkan
1.000 buah candi dan dua buah sumur yang dalam. Semuanya harus selesai dalam
semalam.
Advertisements

Bandung Bondowoso menyanggupi persyaratan Roro Jonggrang. Ia meminta pertolongan


kepada ayahnya dan mengerahkan balatentara roh-roh halus untuk membantunya pada
hari yang ditentukan. Pukul empat pagi, hanya tinggal lima buah candi yang belum
selesai dan kedua sumur hampir selesai.

Mengetahui 1.000 candi telah hampir selesai, Roro Jonggrang ketakutan.

"Apa yang harus kulakukan untuk menghentikannya?" pikirnya cemas membayangkan ia


harus menerima pinangan Bandung Bondowoso yang telah membunuh orangtuanya.
Cerita Rakyat Roro Jonggrang Dongeng Candi Prambanan

Cerita Rakyat Roro Jonggrang Dongeng Candi Prambanan

Akhirnya, ia pergi membangunkan gadis-gadis di Desa Prambanan dan memerintahkan


untuk menghidupkan obor-obor dan membakar jerami, memukulkan alu pada lesung, dan
menaburkan bunga-bunga yang harum. Suasana saat itu menjadi terang dan riuh.
Semburat merah memancar di langit dengan seketika.

Ayam jantan pun berkokok bersahut-sahutan. Mendengar suara itu, para roh halus
segera meninggalkan pekerjaan. Mereka menyangka hari telah pagi dan matahari akan
segera terbit. Pada saat itu hanya tinggal satu sebuah candi yang belum dibuat.

Bandung Bondowoso sangat terkejut dan marah menyadari usahanya telah gagal. Dalam
amarahnya, Bandung Bondowoso mengutuk Roro Jonggrang menjadi sebuah arca untuk
melengkapi sebuah buah candi yang belum selesai.
Advertisements

Batu arca Roro Jonggrang diletakkan di dalam ruang candi yang besar. Hingga kini,
candi tersebut disebut dengan Candi Roro Jonggrang. Sementara itu, candi-candi di
sekitarnya disebut dengan Candi Sewu (Candi Seribu) meskipun jumlahnya belum
mencapai 1.000.

Pesan moral dari Cerita Rakyat Roro Jonggrang | Dongeng Candi Prambanan adalah
jangan memaksakan kehendak kita kepada orang lain, hormati apa yang menjadi
keinginan orang lain. Kita pun tidak akan suka jika dipaksa mengerjakan pekerjaan
yang tidak kita sukai.

Cerita Rakyat Rawa Pening – Kumpulan Dongeng Legenda dari Jawa Tengah

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang anak yang sakti. Kesaktiannya ini membuat
seorang menyihir jahat iri. Penyihir jahat menyihir anak itu, sehingga tubuhnya
penuh luka dengan bau yang sangat menyengat. Luka-luka baru akan muncul begitu luka
lama mulai kering. Keadaannya kondisi tubuhnya itu, tidak ada seorang pun yang mau
berhubungan dengannya. Jangankan bertegur sapa, berdekatan saja orang tidak mau.
Mereka takut tertular.

Suatu hari, anak ini bermimpi ada seorang perempuan tua yang dapat menyembuhkan
penyakitnya. Ia pun berkelana mencari perempuan tua dalam mimpinya tersebut. Di
setiap kampung yang ia datangi, ia selalu ditolak oleh penduduk. Mereka merasa
jijik dan mengusir anak ini.

Akhirnya, sampailah ia di sebuah kampung yang sebagian besar penduduknya adalah


orang-orang yang sombong. Tidak banyak orang yang miskin di desa itu. Mereka akan
diusir atau dibuat tidak nyaman kalau tinggal di sana. Hal ini mengusik hati anak
kecil ini.

Pada sebuah pesta yang diselenggarakan di kampung itu, anak kecil ini berhasil
masuk. Namun, orang-orang segera mengusirnya dan mencaci-makinya. Ia langsung
diseret keluar.
Advertisements

Pada saat terseret, ia berpesan kepada orang-orang itu supaya lebih memerhatikan
orang tak punya. Mendengar kata-kata anak itu, beberapa orang makin marah, bahkan
meludahinya sambil berkata, "Dasar anak setan, anak buruk rupa!"

Anak itu merasa terluka dengan perlakuan orang-orang tersebut. Lalu, ia menancapkan
sebuah lidi di tanah don berkata, "Tak ada satu pun yang bisa mencabut lidi ini
dari tanah, hanya aku yang bisa melakukannya!"

Orang-orang meragukan ucapan anak tersebut. Mereka pun mencoba mencabut lidi
tersebut. Namun, tak seorangpun dapat melakukannya. Dalam beberapa hari, lidi itu
tak bisa tercabut. Suatu hari, secara diam-diam, anak itu datang don mencabut lidi
itu. Tanpa sepengetahuannya, ada seorang warga yang melihatnya dan melaporkannya
kepada warga yang lain.
Cerita Rakyat Rawa Pening Dari Jawa Tengah

Cerita Rakyat Rawa Pening Dari Jawa Tengah

Dari tempat lidi itu dicabut, mengalirlah mata air. Semakin lama, air itu semakin
deras. Air menenggelamkan daerah tersebut, sehingga menjadi sebuah telaga yang kini
bernama Telaga Rawa Pening.

Tidak ada yang selamat dari musibah itu kecuali seorang perempuan tua yang berbaik
hati memberinya tempat tinggal dan merawatnya. Secara ajaib penyakit kulit anak itu
sembuh.

Namun, penyihir jahat yang telah menyihir si anak itu tidak terima dengan
kesembuhan itu. Kemudian, ia menyihir anak itu menjadi seekor ular besar dengan
sebuah kalung genta di lehernya.
Advertisements

Konon, ular ini sering keluar dari sarangnya pada tengah malam. Setiap kali
bergerak, dentingan kalung di lehernya selalu berbunyi klentang-klenting. Bunyi
inilah yang kemudian membuatnya dinamakan Baru Klinting.

Kemunculan ular itu diyakinin masyarakat sebagai tando keberuntungan bagi nelayan
nelayan yang tidak mendapat ikan.

Kini, Telaga Rama Pening adalah objek wisata yang sangat populer di Jawa Tengah.
Tempat ini terletak di Desa Bukit Cinta, Kabupaten Ambarawa.
Pesan moral dari Cerita Rakyat Rawa Pening Dari Jawa Tengah adalah hargai orang
lain dan jangan saling membenci. Jangan pernah hanya menilai seseorang dari
penampilan luarnya saja. Apa yang terlihat menarik bisa saja buruk untuk kita
begitu juga sebaliknya, apa yang kita tidak suka bisa saja bermanfaat untuk kita.

Cerita Rakyat Banten Dongeng Telaga Warna


dongeng cerita rakyat26 February 2016 2500 views
★★★★★
Advertisements

Dongeng Telaga Warna pernah kakak ceritakan di blog kesayangan kita ini. Adik-adik
dapat menemukan kisahnya di posting berikut ini Cerita Rakyat Telaga Warna. Kali
ini kakak ceritakan kembali cerita rakyat Banten ini untuk kalian. Selamat membaca.
Legenda Rakyat Banten Dongeng Telaga Warna

Pada zaman dahulu, terdapat sebuah kerajaan yang tentram dan damai bernama Kerajaan
Kutatanggehan. Kerajaan tersebut di pimpin oleh Raja yang adil dan bijaksana
bernama Prabu Sunarwalaya, Raja Sunarwalaya di damping oleh Permaisuri yang bernama
Purbanamah. Namun, Raja dan Permaisuri belum juga mempunyai seorang anak. Mereka
sudah cukup lama menikah. Raja sering sekali termenung sedangkan Permasuri hanya
dapar mengeluarkan air mata.

Berbagai upaya sudah dilakukan, termasuk menggunakan ramuan-ramuan yang dimakan,


baik oleh sang Raja atau pun Permaisuri. Banyak dukun yang sudah diundang dan
membacakan mantera-mantera. Namun, itu usaha tersebut hanya sia-sia.

Beberapa penasehat kerajaan menyarankan Raja dan Permaisuri untuk memungut anak
yatim. Karena, di kerajaan banyak anak yatim piatu, di antaranya adalah anak dari
para prajurit dan perwira yang gugur di medan perang. Namun, Raja dan Permaisuri
tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh para penasehat. Karena mereka berpikir,
anak pungut pasti sangat berbeda dengan anak sendiri.

Suatu hari, Raja memutuskan untuk pergi bertapa, ia pergi bertapa kedalam hutan.
Setelah Raja berminggu-minggu bertapa. Tiba-tiba, antara sadar dan tidak ia
mendengar sebuah suara.
Advertisements

‘’ Hai Prabu, apa yang kamu inginkan? Sehingga kau datang kesini untuk bertapa?’’

‘’ Hamba menginginkan seorang anak’’ jawab sang Raja.

‘’ Bukankah kamu dapat memungut seorang anak?’’ Tanya suara itu.

‘’ Hamba menginginkan anak sendiri dan darah daging sendiri.’’ Jawab Raja lagi.

‘’ Jadi? Kamu hanya menginginkan anak sendiri?’’ Tanya suara itu.

‘’ Ya, bagaimana pun keadaannya. Anak sendiri lebih baik dari anak pungut.’’ Jawab
sang Raja.
Advertisements

‘’ Baiklah jika itu yang kau inginkan. Sekarang, pulanglah!’’

Mendengar suara tersebut, Raja pun kembali pulang ke Istana. Beberapa waktu setelah
kejadian tersebut. Permaisuri hamil. Seluruh kerajaan merasa sangat senang dengan
kabar tersebut. banyak warga kerajaan yang mengirim hadiah kepada Raja dan Ratu
sebagai bentuk rasa senang mereka. Akhirnya, hari yang ditunggu pun tiba.
Permaisuri melahirkan seorang bayi perempuan. Kelahiran sang Putri di sambut dengan
pesta tujuh hari tujuh malam. Sang Putri pun diberi nama Putri Gilang Rukmini.
Untuk menyambut kelahiran sang Putri, banyak sekali warga kerajaan mengirimkan
berbagai macam hadiah yang sangat mahal.

Sang Putri pun menjadi seorang remaja, ia sangat cantik. Namun, karena kehadirannya
sangat di inginkan oleh ke dua orang tuanya dan oleh rakyat. Akibatnya, sang Putri
berperangai sangat buruk, semua keinginannya harus dituruti. Jika di tentang, ia
pasti akan marah besar. Ia pun selalu memerntah para pelayan semena-mena. Tidak
jarang ia selalu bertingkah kasar dan menggunakan kata-kata yang tidak layak keluar
dari seoran Putri.
Dongeng Telaga Warna Dari Banten

Dongeng Telaga Warna Dari Banten

Dongeng Telaga Warna

Walaupun seperti itu, Raja, Permaisuri dan Rakyat sangat mencintainya. Putri pun
tumbuh semakin dewasa, ia semakin bertambah cantik. Pada usianya yang ke tujuh
belas tahun, tidak ada Putri lain atau gadis dari kerajaan yang menandingi
kecantikannya. Sebelum ulang tahunnya yang ke tujuh belas, rakyat memberikan hadiah
kepadanya. Dari berbagai pelosok. Hadiah-hadiah tersebut berupa barang-barang yang
sangat berharga. Seperti, emas, uang, perhiasaan-perhiasan dan permata.
Advertisements

Raja sangat berterimakasih kepada seluruh rakyat atas kecintaannya kepada Putrinya
tersebut. ia hanya mengambil beberapa perhiasan dan permata. Perhiasan tersebut ia
serahkan kepada tukang emas untuk dibuat menjadi perhiasan baru yang lebih besar
dan lebih indah. dengan senang hati, seorang empu pembuat perhiasan emas membuat
perhiasan berbentuk kalung yang sangat indah. kalung itu menggambarkan tanaman
dengan daun-daun dari emas dan perak, serta bunga-bunga dan buah-buahan dari
permata yang berwarna-warni.

Seluruh warga kerajaan benar-benar sangat menunggu penyerahan kalung tersebut


kepada sang Putri pada saat ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Ketika tiba
saatnya, berkumpullah warga Kutatanggeuhan di halaman istana. Mereka mengalah ke
arah anjungan, tempat Raja dan keluarga istana. Tidak lama kemudian, Raja dengan di
damping Permaisuri dan para bangsawan pun keluarlah dari dalam istana. Raja
melambaikan tangan kepada rakyatnya dan di sambut sorak-sorai oleh mereka.

Sorak-sorai kembali ketika Putri Gilang Rukmini datan diiringi belasan orang inang
pengasuh. Sang Putri sangat cantik bagaikan Bidadari. Karena, kecantikannya banyak
orang terpesona dan berhenti bersorak-sorai.

‘’ Warga Kutatanggeuhan yang baik, sebelum upacara selamatan untuk menyambut usia
tujuh belas tahun anakku, saya akan menyampaikan hadiah kalian untuk Putri Gilang
Rukmini. Biarlah ia tahu, betapa besar cinta kalian kepadanya.’’ Kata sang Raja.

Mendengar hal tersebut rakyat pun kembali bersorak-sorai. Setelah tenang kembali.
Raja membuka sebuah kotak yang berukir yang terbuat dari kayu cendana.dan
mengeluarkan kalung buatan sang empu.

‘’ Anakku Gilang Rukmini, ini adalah sebuah hadiah dari warga kerajaan sebagai
kegembiraan mereka karena saat ini kau sudah menginjak dewasa. Kalung ini adalah
ungkapan kasih sayang mereka kepadamu. Pakailah Nak, supaya mereka melihat kau
dapat menerimanya dengan gembira.’’ Ujar sang Raja.
Sang Putri pun menerima kalung tersebut. ia terdiam sejenak.

‘’ Jelek sekali kalung ini! Aku tidak suka.’’ Katanya melemparkan kalung tersebut.

Kalung itu pun putus berceceran. Hadirin membisu menyaksikan peristiwa itu. Tidak
ada satu orangpun yang bergerak dan berkata-kata. Di tengan keheningan tersebut,
terdengar suara isak tangis sang permaisuri. Rakyat pun ikut menangis terutama para
wanita. Pada saat yang sama, suatu keajaiban terjadi.

Tiba-tiba, keluarlah air yang jernih, seakan bumi pun ikut menangis. Air itu pun
keluar hingga menjadi mata air yang besar dan dalam waktu sekejap telah membentuk
sebuah danau. Danau itu semakin lama semakin luas dan akhirnya menenggelamkan
kerajaan Kutatanggeuhan dengan segala isinya.

Danau tersebut saat ini sudah surut, yang tertinggal hanyalah sebuah danau kecil
ditengah-tengah hutan di daerah puncak, Jawa Barat. Nama danau tersebut adalah
Telaga Warna.

Pada siang hari, air telaga tersebut berwarna-warni sangat indah. keindahan yang
penuh warna tersebut sebenarnya bayangan hutan di sekeliling telaga dan langit biru
di atasnya. Banyak orang yang mengatakan bahwa warna-warni itu datang dar permata
bercerai-berainya kalung milik Putri Gilang Rukmini.

Pesan moral dari Cerita Rakyat Banten Dongeng Telaga Warna adalah jangan jadi
anak yang sombong dan suka merendahkan orang lain. Sifat sombong hanya akan membuat
kamu dijauhi oleh teman-teman.

Cerita Rakyat Joko Kendil – Dongeng Jawa Tengah


dongeng cerita rakyat12 October 2016 8700 views
★★★★★
Advertisements

Banyak sekali dongeng dari Jawa Tengah yang telah kakak terbitkan. Salah satu yang
menarik dan akan kakak posting hari ini adalah cerita rakyat Joko Kendil. Dongeng
Joko Kendil memerikan kita banyak pelajaran berharga. Yuk kita ikuti bersama sampai
selesai.
Dongeng dari Jawa Tengah - Cerita Rakyat Joko Kendil

Pada zaman dahulu kala, di suatu desa terpencil di Jawa Tengah ada seorang janda
miskin. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bentuknya menyerupai periuk untuk
menanak nasi. Di Jawa Tengah, periuk untuk menanak nasi itu disebut kendil. Karena
anak laki-laki itu menyerupai kendil maka Ia dikenal dengan nama Joko Kendil.

Meskipun anaknya seperti kendil, namun sang ibu tidak merasa malu maupun menyesali,
bahkan sebaliknya Ia sangat menyayanginya dengan tulus.

Ketika masih kecil, Joko Kendil seperti anak-anak seusianya. Ia sangat jenaka
sehingga disenangi teman-temannya. Pada suatu hari ada pesta perkawinan di dekat
desanya. Diam-diam Joko Kendil menyelinap ke dapur.

"Aduh, ada kendil bagus sekali. Lebih baik untuk tempat kue dan buah-buahan," kata
seorang ibu sambil memasukkan bermacam-macam kue dan buah ke dalam kendil itu. Ia
tidak tahu bahwa kendil itu sebenarnya adalah manusia. Setelah terisi penuh, Joko
Kendil perlahan-lahan menggelinding keluar.
Advertisements

"Kendil ajaib! Kendil ajaib! Teriak orang-orang yang melihat kejadian itu. Mereka
berebutan memiliki kendil ajaib itu. Joko Kendil pun semakin cepat menggelinding
pulang ke rumah.

Setibanya di rumah, Joko Kendil Iangsung menemui ibunya. "Dari mana kau mendapat
kue dan buah-buahan sebanyak ini?" tanya ibunya penuh keheranan. Joko Kendil dengan
jujur menceritakan apa yang dialaminya. Semuanya itu bukan hasil curian melainkan
pemberian ibu-ibu di dapur suatu pesta perkawinan. Menurut mereka kendil yang indah
itu Iebih tepat untuk menyimpan kue dan buah-buahan daripada digunakan untuk
menanak nasi.

Tahun demi tahun Joko Kendil bertambah umur dan semakin dewasa. Namun tubuhnya
tidak berubah, tetap seperti kendil. Pada suatu hari Joko Kendil menyampaikan
keinginannya untuk segera menikah. Tentu saja ibunya bingung, siapa yang mau
menikah dengan anaknya yang berbentuk kendil. Ibunya semakin bingung lagi ketika
Joko Kendil menyatakan hanya mau menikah dengan puteri raja.

"Apa keinginanmu tidak keliru, anakku? Engkau anak orang miskin, bentuk tubuhmu
seperti kendil. Mana mungkin puteri raja mau menikah denganmu?"

kata ibunya. Tapi Joko Kendil tetap mendesak untuk segera melamarkan puteri raja
untuknya. Akhirnya pada hari yang ditentukan Joko Kendil dan ibunya menghadap raja.

Sang raja mempunyai tiga orang puteri yang cantik jelita. Ibu Joko Kendil dengah
hati-hati menyampaikan bahwa maksud kedatangannya adalah untuk melamar salah
seorang puteri raja. Sang raja sangat terkejut tetapi dengan bijaksana Ia
menanyakan jawabannya kepada ketiga puterinya itu.
Advertisements

"Puteriku, Dewi Kantil, Dewi Mawar, dan Dewi Melati, adakah di antara kalian yang
bersedia menerima lamaran Joko Kendil?"

"Ayahanda, saya tidak sudi menikah dengan anak desa yang miskin itu," jawab Dewi
Kantil ketus.

"Saya pun tidak mau menikah dengan makhluk aneh itu. Saya hanya mau menikah dengan
putera mahkota yang tampan dan kaya raya," jawab Dewi Mawar dengan nada sombong.
Sang raja pun mengalihkan pandangannya kepada Dewi Melati.

"Ayahanda, mohon restui saya. Lamarannya saya terima dengan sepenuh hati," jawab
Dewi Melati.

Mendengar jawaban Dewi Melati mengagetkan itu, sang raja pun sejenak. Ia tidak
mengerti apa yang mendorong Dewi Melati bersedia menjadi istri Joko Kendil. Namun
sebagai raja yang bijaksana Ia harus menepati janjinya.
Advertisements
Cerita Rakyat Joko Kendil – Dongeng Jawa Tengah

Cerita Rakyat Joko Kendil – Dongeng Jawa Tengah

"Aku merestuimu, anakku," kata raja. Keputusan Dewi Melati ini Iangsung disampaikan
kepada ibu Joko Kendil. Akhirnya perkawinan Dewi Melati dan Joko Kendil pun
dilangsungkan dengan meriah.

Mendengar jawaban Dewi Melati yang mengagetkan itu, sang raja pun tertegun sejenak.
Ia tidak mengerti apa yang mendorong Dewi Melati bersedia menjadi istri Joko
Kendil. Namun sebagai raja yang bijaksana Ia harus menepatijanjinya.

"Aku merestuimu, anakku," kata raja. Keputusan Dewi Melati ini langsung disampaikan
kepada ibu Joko Kendil. Akhirnya perkawinan Dewi Melati dan Joko Kendil pun
dilangsungkan dengan meriah.

Joko Kendil pun resmi menjadi suami Dewi Melati dan mereka hidup berbahagia. Namun
kebahagiaannya selalu terganggu dengan ejekan dan cemoohan kedua kakaknya.

"Lihat, suami Dewi Melati jalannya menggelinding seperti bola," kata Dewi Kantil
yang sengaja bicara dengan keras agar terdengar oleh adiknya.

"Wajahnya jelek, tubuhnya aneh, Iebih tepat untuk tempat buang sampah saja,"
sambung Dewi Mawar. Semua ejekan itu diterima dengan tabah dan penuh kesabaran oleh
Dewi Melati.

Pada suatu hari, raja mengadakan perlombaan ketangkasan dan keterampilan


menggunakan senjata sambil berkuda. Seluruh keluarga kerajaan menyaksikan lomba
itu. Akan tetapi Joko Kendil tidak terlihat di arena perlombaan karena sakit. Dewi
Melati pun duduk sendirian.

"Hore! Hore!" teriak para penonton membahana saat melihat para panglima dan
pangeran dari berbagai negeri memperlihatkan keahliannya.

Di tengah-tengah kemeriahan lomba ketangkasan, tiba-tiba penonton terpesona melihat


kedatangan seorang ksatria tampan dan gagah perkasa yang sedang memasuki arena. Ia
mengenakan pakaian kerajaan yang gemerlapan dan naik kuda tunggangan yang gagah
perkasa pula. Dewi Kantil dan Dewi Mawar Iangsung terpesona hatinya dan berusaha
menarik perhatian pangeran itu. Mata mereka melirik Dewi Melati yang duduk termangu
sendirian.
Dongeng dari Jawa Tengah - Cerita Rakyat Joko Kendil

Dongeng dari Jawa Tengah - Cerita Rakyat Joko Kendil

"Hanya kita yang pantas bersanding dengan Pangeran tampan itu. Lihat, adik kita
sedang termenung memikirkan kendil pujaannya," ejek Dewi Mawar sambil mencibir ke
arah Dewi Melati. Karena tak tahan menerima ejekan kedua kakaknya maka Dewi Melati
pun meninggalkan arena perlombaan dan lari kekamarnya.

Ketika masuk kamar, Dewi Melati tidak melihat suaminya yang terbaring sakit,
melainkan hanya melihat sebuah kendil yang kosong. "Kendil ini yang membuatku
selalu dihina sehingga membuatku sedih. Lebih baik kuhancurkan saja!" teriak Dewi
Melati sambil menghempaskan kendil itu ke Iantai sampai hancur berkeping-keping.
Seketika itu juga tiba-tiba di hadapannya muncul seorang ksatria yang sangat tampan
dan gagah perkasa persis pangeran berkuda yang mempesona di arena lomba.

"Siapa kamu, mengapa ada di kamarku?" tanya Dewi Melati terkejut. "Akulah Joko
Kendil suamimu," ucap sang Pangeran. Sang Pangeran pun menceritakan bahwa tubuhnya
yang berbentuk kendil itu adalah kehendak Dewata. Tubuhnya akan kembali seperti
semula apabila ada seorang puteri raja yang tulus bersedia menikah dengannya. Dewi
Melati begitu takjub mendengar cerita itu dan Iangsung memeluk suaminya dengan
bahagia. Kejadian itu membuat Dewi Kantil dan Dewi Mawar malu sekaligus iri atas
keberuntungan adiknya.

Pesan moral dari Cerita Rakyat Joko Kendil – Dongeng Jawa Tengah adalah Kita
tidak boleh menghina orang yang nasibnya kurang beruntung. Seharusnya kita
menolongnya dengan tulus dan ikhlas. Kita harus menghargai sesama tanpa
berprasangka buruk.

Cerita Rakyat Dunia : Saudagar yang Kikir


dongeng cerita rakyat8 December 2018 4410 views
★★★★★
Advertisements

Ada seorang saudagar kaya raya yang hidup di sebuah desa. Ia adalah orang terkaya
di sana. Sayangnya, tabiatnya sangat buruk. Ia tidak mau berbagi apa yang ia
miliki.

"Anakku sakit. Aku akan meminjam uang kepada saudagar kaya itu." ucap salah satu
penduduk dengan panik.

"Lebih baik jangan. Kau hanya akan dipermalukan disana. Kalaupun tidak, kau hanya
akan terjerat utang," balas penduduk yang lain.

Namun, penduduk itu sudah tak tahu lagi bagaimana cara mendapatkan uang. Ia pun
memberanikan diri menghadap ke saudagar.

"Aku tak akan membantumu!" ucap saudagar itu dengan sombong, saat penduduk itu
datang meminta bantuannya.
Advertisements

"Baiklah, Tuan. Jika begitu, izinkan aku meminjam uangmu. Anakku membutuhkan
pertolongan," pinta penduduk itu.

"Dengan apa kau akan membayar utangmu?" tanya saudagar itu, masih sangat sombong.

"Aku akan bekerja, Tuan. Jika aku memiliki uang, aku akan langsung membayarnya,"
ujar penduduk itu.
Dongeng Cerita Rakyat Dunia Saudagar yang Kikir
Dongeng Cerita Rakyat Dunia Saudagar yang Kikir

Muncullah pikiran jahat di benak saudagar kaya. Ia bisa memanfaatkan penduduk desa
itu untuk membayar utang dengan bunga yang besar. Akhirnya, saudagar itu
meminjaminya uang.

Saudagar kaya itu memang sangat kejam. Banyak penduduk yang merasa tersiksa karena
bunga-bunga utang darinya yang besar. Semua penduduk pun membenci saudagar kaya
itu.

Suatu malam, rumah saudagar kaya itu didatangi oleh perampok. Perampok itu merampas
semua uang saudagar. Saudagar yang tak mau kehilangan kekayaannya, berusaha
menyelamatkan diri. Ia berlari keluar rumah.
Advertisements

"Tolong! Tolong aku, rumahku dirampok!" teriak saudagar.

Semua penduduk keluar rumah. Namun saat melihat saudagar yang meminta tolong,
mereka justru kembali masuk ke dalam rumah. Mereka mengunci pintu mereka rapat-
rapat

"Biarkan saja saudagar kikir itu mendapatkan balasannya. Ia sudah berbuat jahat
kepada kita. Sekarang, dia tahu bagaimana rasanya dijahati," kata seorang penduduk
sambil masuk ke dalam rumah.

Mendengar perkataan itu, saudagar merasa sedih. Ia sadar, bahwa ia telah menyakiti
banyak orang. Ia pun menangis. Ia tahu, ia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang
lain. Harusnya ia membantu orang lain dengan ikhlas, agar ia juga mendapatkan
bantuan saat ia membutuhkannya.

Sejak saat itu, saudagar kaya itu berubah menjadi saudagar yang baik
Advertisements

Pesan moral dari Cerita Rakyat Dunia : Saudagar yang Kikir adalah kita tidak
bisa hidup sendiri. Kita selalu membutuhkan bantuan orang lain. Jadi, bantulah
orang lain dengan ikhlas, agar kita mendapat bantuan saat kita membutuhkannya.

Dongeng Fabel Pendek India : Kadal Hitam Yang Sedang Bersedih

Terlihat seekor kadal hitam sedang duduk menyendiri.

Ia tidak mau berkumpul dengan kadal-kadal lainnya.

Hari-harinya memang hanya ia habiskan untuk menyendiri dan melamun.

Kali ini, kadal hitam itu juga terlihat sedih. Karena penasaran, seekor kupu-kupu
terbang mendekatinya.
Advertisements

"Kadal temanku, apa yang membuatmu bersedih?" tanya Kupu-kupu.

"Aku sedih karena aku memiliki kulit yang hitam, sangat berbeda dengan kadal
lainnya. Aku juga tidak bisa bernyanyi, dan suaraku sangat jelek. Pasti tidak akan
ada yang mau berteman denganku," jawab Kadal Hitam dengan sedih.

"Jangan berpikir seperti itu. Itu tidak baik. Aku yakin, kamu juga pasti memiliki
kelebihan," hibur Kupu-kupu.

"Tapi, lihatlah di sana. Kadal hijau itu sangat pandai menyanyi. Ia pun memiliki
banyak teman. Aku ingin bisa bernyanyi seperti dia," kata Kadal Hitam dengan sedih.

Kupu-kupu lalu menoleh ke arah Kadal Hijau yang sedang bernyanyi.

Memang benar, ia bernyanyi dengan sangat merdu.


Advertisements

Selesai bernyanyi, teman-temannya langsung bertepuk tangan dengan riuh.

Bahkan, mereka meminta si Kadal Hijau untuk terus menyanyi.

Si Kadal Hijau merasa dirinya sedang diperhatikan.

Ia pun menghampiri si Kadal Hitam dan Kupu-kupu.

Ia menyapa mereka dengan ramah dan senyuman.


Advertisements

Kupu-kupu pun membalas sapaan tersebut. Namun, si Kadal Hitam yang merasa malu,
tidak membalasnya.

Ia langsung pergi menjauh begitu saja.

Kupu-kupu lalu menceritakan masalah Kadal Hitam kepada Kadal Hijau.

Kadal Hijau merasa kasihan dengan Kadal Hitam. Ia ingin membantu si Kadal Hitam
agar tidak bersedih lagl.

Saat mereka berdua sedang berpikir, tiba-tiba mereka mendengar alunan musik dari
seruling yang sangat indah.

Mereka bersama para kadal lainnya bergegas menuju ke asal suara.

Olala, betapa terkejutnya mereka ketika mendapati si Kadal Hitam yang memainkan
seruling itu.

Mereka pun bertepuk tangan.


Dongeng Fabel Pendek dari IndiaDongeng Fabel Pendek dari India

Tentu saja si Kadal Hitam merasa sangat senang, karena sekarang ia memiliki teman
berkat permainan serulingnya.

Pesan moral dari Dongeng Fabel Pendek dari India adalah jangan bersedih karena
kekuranganmu. Kamu pasti mempunyai kelebihan yang mungkin tidak kamu ketahui.

Anda mungkin juga menyukai