BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
DESKRIPSI PENGUKURAN
Pada pengukuran poligon tertutup dalam detail situasi ini kami terdiri dari
beberapa kelompok mengukur pada daerah yang berbeda. Pengukuran ini
dilakukan di Gedung C Universitas Bengkulu. Berbentuk tempat, waktu, tanggal
atau hari dan kegiatan yang kami lakukan.
Tabel 2.1 Waktu pelaksanaan praktikum
No Lokasi Hari/Tgl Waktu Kegiatan
1 Gedung C Minggu, 08.00-13.00 WIB -Pemasangan patok
11-06-2023 a,b,c,d,e, dan f
disekeliling patok
-Pengukuran jarak
antar patok
2 Gedung C Minggu, 14.00-15.30 WIB -Mengukur Poligon
11-06-2023 Tertutup Gedung C
-Mengukur Detail
Situasi pada poligon
tertutup
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Pengertian Theodolite
Theodolite adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Di dalam
theodolite sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada
suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi
sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horizontal untuk dibaca. Teleskop
tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar putar mengelilingi
sumbu horizontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua
sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi.
3.2 Syarat-syarat Theodolite
Berikut merupakan syarat-syarat Theodolite, yaitu:
3.2.1 Syarat dinamis
Merupakan syarat dimana setiap alat dipindahkan ke stasiun yang lain maka
alat tersebut harus terpenuhi. Syaratnya :
a. Sentering, maksudnya sumbu I (sumbu vertikal) theodolite segaris
dengan garis gaya berat yang melalui titik tempat alat berdiri. Sentering
dapat dilakukan dengan alat bantu.
b. Sumbu I (sumbu V-V) harus vertikal.Komponen yang dipakai untuk
memenuhi syarat ini adalah nivo kotak, nivo tabung dan ketiga sekrup
penyetel ABC (levelling screw)
gambar). Lihat pula perbedaan yang ditunjukkan pada peta suatu dataran atau
tanah yang datar. Agar diperoleh kemudahan dalam kepentingan praktis biasanya
dianjurkan setiap 5 garis, salah satunya yang kelima dipertebal. Untuk garis
kontur yang teratur dan relatif dekat hanya garis kontur yang dipertebal yang
diberi angka.
3.4 Peralatan Yang Digunakan
Dalam pemetaan dan pengukuran peralatan yang digunakan dapat
dikelompokan menjadi 2 bagian :
a. Peralatan yang digunakan di lapangan
b. Peralatan yang digunakan di kontur
3.4.1 Peralatan Yang Digunakan Di Lapangan
Peralatan yang digunakan di lapangan untuk melakukan pengukuran ada
berbagai macam antara lain :
a. Theodolit
b. Rambu
c. Payung 2 buah
d. Patok dan paku
e. Alat pencatat, alat hitung dan formulir hitung
f. Alat Pengukur jarak (pita ukur)
Dari alat yang diatas yang perlu di terangkan penggunaannya adalah
theodolit.
Cara penggunaan Theodolit:
a. Memasang Statif
Membuka sekrup statip pembuka kaki, kemudian statif kita angkat
hingga kaki memanjang, tinggi statif setinggi leher dan sehorisontal mungkin,
kemudian kaki statif kita injak sebelumnya sekrup kita kencangkan.
b. Memasang Pesawat
Setelah kedudukan statip kuat, tidak bergoyang, dan bidang atas
horizontal, Instrument kita letakkan diatasnya dan dikunci rapat-rapat,
kemudian setel alat agar lurus tepat diatas patok.
c. Menyetel Pesawat
d. Menegakkan Rambu
Rambu ditegakkan pada titik yang akan dicari diatas dan harus benar-
benar tegak di atas tanah tersebut. Jarak diantara pesawat dan rambu ±60m.
Cara membuka pesawat:
Pada praktikum IUT ini yang akan di baca menggunakan pesawat ini adalah:
a. Jarak lapangan secara optis
Mula-mula kita ukur tinggi pesawat, kemudian kita ukur (baca rambu
pada angka sesuai tinggi pesawat (tinggi BT ¿ Tinggi pesawat)). Kemudian
kita baca benang atas dan benang bawah kita peroleh jarak ¿ (BA BB) 100
cm.
Ket : Rambu yang digunakan 1 E¿5 cm ,
Berarti 1 kaki E 1,0 cm
Contoh : digambar BA ¿ 10; BT ¿ 8,25; BB ¿ 7
Maka jarak optis = (10 – 7 ) 10 = 30 cm
Angka yang mempunyai selisih 180˚ adalah 70˚ dan 250˚ , kemudian
pengatur mikrometer menunjuk angka 20’. Jadi contoh diatas men unjuk
sudut azimut : 78˚20’
c. Menentukan besarnya sudut miring (heling)
Setelah sudut azimut diketahui, kemudian sudut azimut kita kunci, maka
pembacaan sudut helling (miring) dilakukan pada kotak sudut helling pada
kiri, atas, kanan, bawah yang angkanya sama.
Ket : 1strip :10’
Pembacaan contoh sudut helling disamping adalah 94˚ 20’
Ket : Alat-alat diatas harus di chek dahulu agar alat tersebut siap pakai bila
telah sampai lapangan.
3.5.1 Poligon
Poligon merupakan suatu rangkaian sudut banyak ataupun deretan titik-titik
yang menghubungkan dua titik tetap (titik triangulasi). Pekerjaan menetapkan
stasiun-stasiun poligon dan membuat pengukuran-pengukuran yang perlu adalah
salah satu cara paling banyak dan yang paling mendasar dilakukan untuk
menentukan letak nisbi titik.
Berdasarkan kepada titik-titik tetap (koordinatnya diketahui) dan bentuk
geometrinya, secara umum poligon dibedakan atas 3 macam, yakni:
1. Poligon sempurna
Merupakan poligon yang deretan titiknya terikat pada titik-titik tepat
pada awal dan akhirnya. Hasil pengukuran dapat dikontrol dan diketahui
kesalahannya, melalui proses perhitungan paralatan.
2. Poligon lepas atau poligon tidak sempurna
Merupakan polygon yang deretan titik-titik hanya terikat pada satu titik.
Dalam hal ini tidak dapat dikontrol atau diketahui kesalahannya.
1 3
3. Poligon Tertutup
Merupakan poligon yang deretan titik-titiknya terikat kepada satu titik
tepat yang berfungsi sebagai titik awal sekaligus titik akhirnya. Hasil
pengukuran dapat dikontrol dan dikoreksi kesalahannya.
2
1
`
3
A
5 4
1
4. Cari koreksi ± d (tabel 1)
2
' 1
5. Tentukan tinggi pusat matahari ( hu ) =hu ± d
2
6. Catat bacaan lingkaran mendatar
a. Terhadap acuan (Hs)
b. Terhadap tepi matahari (Hm)
7. Tentukan :
a. Sudut horizontal terhadap tepi matahari
Ψ =Hs−Hm
b. Koreksi
1
d
2
Ψ=
cos hu
8. Sudut horizontal terhadap pusat matahari
'
Ψ =Ψ ± ∆ Ψ
9. Tinggi matahari (hu)
10. Tentukan rm, Cp dan Ct dengan interpolasi dari tabel VI, VIIb dan
VIII.
11. Hitung refraksi ( r ' ) =rm × Cp× C ( r ' )
12. Tentukan Paralaks ( p” ) dengan interpolasi tabel IX
13. Hitung koreksi refraksi dan paralaks terhadap tinggi matahari
( h ) =hu− r ' +p
14. Tentukan lintang posisi pengamat, biasanya diketahui (Q)
15. Tentukan diklinasi ( δ ) …………………..tabel 1
16. Hitung nilai sin δ= L
17. Hitung nilai sin Q
18. Hitung nilai sin h
19. Hitung M= Q × sin h
20. Hitung N =L−M
21. Hitung cos Q
22. Hitung cos h
b. Ordinat
f ( y )=∑ d cos α
8. Menghitung koreksi kesalahan penutup jarak
a. Absis
d 1−2
∆ x 1−2=
∑ d ⋅f ( x )
b. Ordinat
d 1−2
∆ y 1−2=
∑ d ⋅ f ( y)
9. Menentukan koordinat defenitif titik-titik poligon
a. Absis
x1 = d sin α + ∆x1-2
1
x2 = d sin α 2 + ∆x2-3
b. Koordinat
y1 = d sin α 1 + ∆y1-2
y2 = d sin α 2 + ∆y 2-3
tetap mengarah ketengah paku yang akan diukur lalu teropong diarahkan
ke benang unting-unting.
e. Pengukuran sudut dilakukan minimal 2 kali, yaitu dalam kedudukan
biasa dan luar biasa.
f. Pengukuran jarak harus sedatar dan selurus mungkin dan minimal 2 kali.
g. Pengukuran harus dihentikan pada jam 11.30 dan mulai lagi pada jam
13.30 untuk menghindari kesalahan pengamatan.
h. Selama pengukuran alat theodolit harus dilindungi dari sinar matahari
langsung.
3.6.1 Umum
Pengukuran dengan azimut matahari adalah pengukuran yang dilakukan
untuk mendapatkan azimut astronomis, dimana sudut jurusan ke satu titik
ditentukan berdasarkan referensi lintang astronomis.
Jadi dapat dikatakan disini bahwa maksud dan tujuan dari pengukuran,
pengamatan matahari adalah :
a. Untuk mendefinisikan azimut dititik awal pekerjaan dan titik akhir
pekerjaan.
b. Untuk kontrol hasil ukuran poligon.
Kuadran IV Kuadran I
(a)
[ LAPORAN ILMU UKUR TANAH ] KELOMPOK 1
d
hu'+1/2 d 1/2 d
(b)
+1 +1
d d
2 2
−1 −1
d d
2 2
U Horizon
?' AS
?
AM
[ LAPORAN ILMU UKUR TANAH ] KELOMPOK 1
??
matahari
Am
Hm
?
?'
Hs
O Z' M
Z
C
Lingkaran Equator
Z
A
KU Lingkaran Horizon
Bt
90°- h
bumi 90°- d
S U
KS
N
Gambar 3.16 Bola langit dengan posisi bintang terhadap bumi dinyatakan dengan
A dan Z
A ¿ Azimut matahari
Dengan menggunakan rumus cosinus pada segitiga bola diperoleh :
3.7 Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk pengamatan tinggi matahari adalah :
a. Alat ukur theodolit lengkap dengan statipnya.
b. Kertas tadah.
c. Jam atau pengukur waktu lainnya, yang sebelumnya telah disesuaikan dengan
waktu radio atau televisi.
3.8 Pelaksanaan Pengukuran
Tahap Pelaksanaan Pengukuran :
a. Posisi pengamat (lintang, bujur dan ketinggian) dapat ditentukan pada peta
tofografi.
b. Alat theodolit ditempatkan di atas statip dan kemudian diletakan di atas titik
patok. Lakukan Centering dan pengaturan nivo.
c. Atur fokus teropong ke titik jauh tak hingga, perjelas benang diafragma.
d. Persiapkan jam digital yang telah distandarkan.
e. Dengan menutup lensa teropong terlebih dahulu, arahkan teropong dengan
bantuan visier ke matahari.
f. Siapkan kertas putih yang akan digunakan untuk menadah bayangan dan
ditempatkan dimuka lensa okuler.
g. Posisi pengamat membelakangi matahari dan menghadap pada kertas tadi.
h. Longgarkan sekrup pengunci gerakan horizontal dan vertikal, sehingga
mudah untuk mngatur gerakan teropong yang mengarah ke matahari
sedemikian rupa sehingga bayangan matahari terlihat yang merupakan
lingkaran penuh pada kertas tadah.
i. Kunci sekrup pengunci gerakan horizontal dan vertikal kemudian bayangan
matahari dipertajam dengan mengunakan pengatur fokus dan benang
diafragma diperjelas dengan pengatur benang diafragma.
j. Dengan menggunakan sekrup halus horizontal dan vertikal tempatkan
bayangan matahari ke dalam kuadran (sesuai dengan waktu pengamatan).
k. Dengan sekrup gerak halus horizontal tempatkan tepi bayangan matahari pada
benang vertikal.
l. Pada pagi hari dengan sekrup gerak vertikal tepi bawah / atas bayangan
matahari digeserkan ke atas / bawah benang horizontal diafragma sedikit, bila
pada sore hari tepi bawah / atas bayangan matahari digeser ke bawah.
Penggeseran tepi bayangan tersebut tergantung pada kuadran berapa
bayangan tersebut ditempatkannya.
m. Memberi aba-aba “AWAS”, disini pencatat waktu siap dan selalu mengawasi
jalannya detik. Pada saat bayangan matahari tepat menyinggung benang
diafragma beri aba-aba “YA”.
n. Pada saat mendengar aba-aba “YA” pencatat waktu mencatat detiknya,
kemudian menit dan jamnya.
o. Selanjutnya dicatat sudut horisontal dan vertikal.
3.10.1 Umum
Pada objek ini tujuan yang utama adalah penyajian gambar dalam bentuk peta
dengan menggunakan aplikasi suatu dasar-dasar teritris yaitu pemetaan situasi dan
detail
Pemetaan situasi suatu daerah mencakup penyajian bentuk dalam dimensi
horizontal dan vertikal secara bersama-sama dalam suatu gambar peta. Maksud
dari pengukuran ini adalah memindahkan gambaran dari permukan bumi ke dalam
suatu bidang gambar (gambar kertas).
Detail-detail situasi yang perlu diamati dan dipetakan adalah :
a. Unsur-unsur buatan alam
1. garis pantai, danau dan rawa
2. batas-batas tebing atau jeram, batas hutan
3. dan lain-lain
b. Unsur-unsur buatan manusia
1. bangunan
2. jalan
3. jembatan
4. saluran irigasi
5. batas kepemilikan tanah
unsur buatan manusia, dan pada titik ekstrim) yang akan dipetakan
dengan mencantumkan abjad/nomor pada batas-batas yang telah
ditentukan. Usahakan pembidikan tetap teratur searah putaran jarum jam,
menurut nomor untuk tidak menimbulkan kekacauan dalam penulisan
data pada formulir atau dalam penggambaran.
j. Data-data yang perlu dicatat dan diamati adalah bacaan benang, sudut
vertikal atau dalam penggambaran.
k. Untuk tempat atau gedung yang bentuknya teratur, tidak perlu pada
semua titik bidik dengan theodolit, tapi ambil saja data yang
diukurdengan menggunakan alat ukur jarak (meteran). Ambil data
selengkap mungkin.
l. Pindahkan data hasil pengamatan ke dalam data form, penomoran pada
formulir dicatat dan harus sama atau sesuai dengan data yang dibuat
sketsa.
m. Ukur tinggi alat dari permukan tanah.
n. Pindahkan alat ke titk berikutnya (patok depan) kemudian hal yang sama
seperti langkah-langkah diatas.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
luar biasa harus melepaskan pengunci horizontal dan vertikal. Maka dapat
kita baca BA, BT, BB, serta sudut vertikal dan horizontal.
5. Pindahkan theodolit ke titik 2 stel kedudukannya dan catat tinggi
theodolit dari patok. Selanjutnya pasang rambu ke titik 1 dan 3 tembak
titik 1 dan 2 dalam posisi teropong biasa kemudian dalam posisi luar
biasa. Maka dapatlah bacaan BA, BT, BB, serta vertikal dan horizontal.
6. Lakukan langkah 4 dan 5 untuk titik berikutnya.
Dm =¿ 100 ( a−b )
¿ 100 ( a−b ) sin z
Jarak mendatar
Dm =¿ 100 ( a−b )
¿ 100 ( a−b ) sin z
h
Z
m
i
A
Pada daerah yang datar tetapi banyak terdapat bangunan pada daerah
pemetaan tersebut, maka pelaksanaan pengukurannya dapat dilakukan
menggunakan sifat datar.
h AB =L+ t−p
h AB =( D tan m ) +t−p
atau,
h AB =( D cot m )+t− p
Apabila beda tinggi A dan B diperkirakan cukup besar dan jarak A dan
B berjauhan, serta diharapkan hasil pengukuran beda tinggi ini dapat
ditentukan lebih teliti, maka pengaruh refraksi udara dan kelengkungan bumi
harus diperhitungkan sehingga beda tinggi seharusnya adalah :
1−k 2
h AB =( D tan m ) +t−p + D
2R
Atau,
1−k 2
h AB =( D cot m )+t− p+ D
2R
Dimana :
k ¿ koefisien udara ¿ 0,14
R ¿ jari-jari bumi ¿ 6370 km
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
V = 63o26’30” V = 63o37’10”
H = 283o26’27” H = 282o24’13”
V = 62o31’20” V = 62o31’20”
H = 283o26’27” H = 282o24’13”
Pengukuran ke patok sebelah kiri tempat alat berdiri dari Patok 1 tembak ke patok
2
Tinggi alat = 1340 mm
BT = 1340
BA = 1560
BB = 1120
Sudut :
Vertikal = 90o40’40”
Horizontal = 105o12’00”
Titik pengamatan :1
Titik acuan :2
Tanggal pengamatan : 15 November 2020
Daerah pengamatan : GB 3 dan GB 4
Temperatur udara : 29 0C
Ketinggian : 15 meter
Lintang kota bengkulu : 03051'00’’
A. Pengamatan I
Kedudukan teropong : Biasa , Kuadran I
Waktu pengamatan : 08 : 33 : 37,52
Bacaan lingkaran tegak (V) : 63o37’10”
Bacaan lingkaran mendatar :
- ke titik acuan (hs) : 105o12’00”
- ke tepi/pusat matahari (hm) : 282o24’13”
Kedudukan matahari
1
hu =α ± d
2
¿ 26°22 ’ 50 ”+¿ 00°17 ’ 03 ”
¿ 26°39 ’ 53 ”
cos hu¿ cos 26°39 ’ 53 ”
¿ 00°53 ’ 37,13 ”
2) Sudut horizontal
a. Terhadap tepi matahari (ψ')
Ψ' =Hs−Hm
¿ 105°12 ’ 00 ”−¿ 282°24 ’ 13”
¿ 182°47 ’ 47 ”
∆Ψ=
−1
2
d
=¿
- 0°17' 03} over {0 °53'37,13 = ₋0 19'04,73
0 ’’
cos hu
X – 114,8
116,5 – 114,8
20− 40 39−40
=
116,5 −114,8 X−114,8
X=¿ 144,885 ”
X-1,003
0,996-1,003
50−0 15− 0
=
0,996−1,003 X−1,003
X =¿ 1,0009
Cp=¿ 1,0009
¿ 26°37 ’ 42,41 ”
6) Deklinasi (δ)
Dari tabel V (almanak matahari bulan September) dengan tanggal 15
september 2020 pada jam 08 : 33 : 37,52 didapat δ (08.00) ¿ 12°13 ’ 32 ”
dan perubahan tiap jam ¿ 56,4”. Maka:
∆ δ= ( 08°33 ’ 37,52 ”−08° )(−56,4 ” )
¿ −00 °00 ’ 31,61 ”
δ ( 08°34 ’ 59,01” )` ¿ δ +∆ δ
¿ 12°11’ 32 ”+¿ (−00°00 ’31,61 ” )
¿ 12°11’ 00,39 ”
7) Menghitung nilai N
L ¿ sin δ
¿ sin ¿
¿ 0,211042
Sin Q ¿ sin ¿
¿ 0,0671
Tinggi Matahari (h) ¿ 26°37 ’ 42,41 ”, maka:
Sin h ¿ sin ¿
¿ 0,4482
M = Sin Q ×Sin h
¿ 0,0671× 0,4482
¿ 0,0300
N =L−M
¿ 0,2110−¿ 0,0300
¿ 0,18 1
8) Menentukan nilai D
Lintang kota Bengkulu (Q) ¿ 03°51 ’ 00 ”, maka:
Cos Q ¿ Cos ¿
¿ 0,997 7
Cos h ¿ Cos ¿
¿ 0,8859
D = Cos Q × Cos h
¿ 0,9977 ×0,8859
¿ 0,8838
9) Menentukan nilai A
N
Cos A=
D
A 0.181
Cos ¿
Arc 0 ,8838
A=¿ 78°10’56,4847”
10) Azimut Sementara :
Am ¿ 360 – A
¿ 360°−¿ 78°10 ’ 56,4847 ”
¿ 281°49 ’ 3,5153 ”
As =Am+ Ψ
¿ 281°49 ’ 3,5153 ” + 182°28 ’ 38,54 ”
¿ 104°17 ’ 42,055 3”
B. Pengamatan II
Kedudukan teropong : Biasa , Kuadran II
Waktu pengamatan : 08 : 34 : 6,47
Bacaan lingkaran tegak (V) : 62o31’20”
Bacaan lingkaran mendatar :
- ke titik acuan (hs) : 105o12’00”
- ke tepi/pusat matahari (hm) : 282o24’13”
Kedudukan Matahari
Kuadran II (-)
11 X
20 111,6
rm=¿ 113,67
Jadi,
X – 1,003
50− 0 15− 0
= 0,996 0 1,003
0,996 −1,003 X −1,003
X =¿ 1,001
Cp=¿ 1,001
Jadi,
N =L−M
¿ 0,2110−¿ 0,0306
¿ 0,18 04
8) Menentukan nilai D
Lintang kota Bengkulu (Q) ¿ 03°51 ’ 00 ”, maka:
Cos Q ¿ Cos ¿
¿ 0,997 7
Cos h ¿ Cos ¿
¿ 0,8896
D = Cos Q × Cos h
¿ 0,9977 ×0,8896
¿ 0,8875
9) Menentukan nilai A
N
Cos A=
D
A 0.1628
Cos ¿
Arc 0 ,8875
A=¿ 79°25’48,008”
C. Pengamatan III
Kedudukan teropong : Biasa , kuadran III
Waktu pengamatan : 08 : 34 : 36,18
Bacaan lingkaran tegak (V) : 62o31’20”
Bacaan lingkaran mendatar :
= -131057'47"
−1
2d
- 0 0 17'03”
0
∆ψ = Coshu = 0 53'22,3536” = - 0019'10,0292’’
b. Terhadap pusat matahari
ψ = ψ ' + ∆ψ
= -131057'47" + (-0019'10,0292’’)
= -1320 16’57,0292”
b. Menentukan rm, cp, dan ct
i. Dari tabel I (koreksi repraksi menengah) dengan hu =27011'37’’ maka
didapat nilai rm sebagai berikut:
0 116,2
11 x 20-0
11-0
20 111,6
X – 116,2
20- 0 11- 0
= 111,6
116,2 - 111,6 X - 116,2 116,2 –
Jadi, rm = 02˚1’58,73”
b. Dari tabel II (faktor koreksi barometrik Cp) untuk refraksi di dapat nilai Cp
sebagai berikut:
0 1,003
15 x 50-0
15-0
50 0,996
X – 1,003
50- 0 15- 0
= - 0 1,003
0,996 - 1,003 X - 1,003 0,996
X = 1,001
Jadi, Cp = 1,001.
b. Dari tabel III (faktor koreksi temperatur Ct) untuk koreksi refraksi dengan
temperatur udara 290 C, didapat niai Ct = 0,937.
c. Menentukan Refraktor dan Koreksi Paralaks
a. refraksi (r') = rm . cp . ct
= 118,73” x 1,001 x 0,937
= 001'51,3613”
i.
d. Menentukan Tinggi Matahari (h)
h = hu - r' + p’’
= 27011'37’’- 001'51,361” + 00 0’7,8”
= 2709'53,239’’
e. Deklinasi (δ)
Dari tabel V (almanak matahari bulan September) dengan tanggal 15 september
2020 pada jam 08 : 34 : 36,18 didapat δ (08.00) = 12011'32’’dan perubahan tiap
jam= 56,4”. Maka:
∆δ = (8034'36,18’’– 80) (-56,4”)
= - 000'32,5268”
δ (8034'36,18’’) `= δ + ∆ δ
= 12011'32’’+ (- 000'32,5268”)
= 12010'59,4732’’
f.
Menghitung nilai N
L = Sin δ
= Sin 12010'59,4732’’
= 0,211038
Sin Q = Sin (030 51' 00’’)
= 0,0671
Tinggi Matahari (h) = 2709'53,239’’, maka:
Sin h = Sin (2709'53,239’’)
= 0,4565
M = Sin Q . Sin h
= 0,0671 x 0,4565
= 0,030631
N =L–M
= 0,2110- 0,0306
= 0,1804
g. Menentukan nilai D
Lintang kota Bengkulu (Q) = 030 51' 00’’, maka:
Cos Q = Cos (030 51' 00’’)
= 0,9977
Cos h = Cos (2709'53,239’’)
= 0,8896
D = Cos Q . Cos h
= 0,9977 x 0,8896
= 0,8875
h. Menentukan nilai A
N
Cos A = D
0,1804
Arc cos A =
0 , 8875
A = 78016'18,82’’
i. Azimut Sementara :
AM = 360˚ - A
= 360˚ - 78016'18,82’’
= 281˚43’41,17”
AS =AM+ψ
= 281˚43’41,17”+ (-1320 16’57,0292”)
= 149026’44,14"
b) Pengamatan IV
Kedudukan teropong : Biasa , kuadran IV
Waktu pengamatan : 08 : 34 : 59,01
Bacaan lingkaran tegak (V) : 63o26’30”
Bacaan lingkaran mendatar :
-ke titik acuan (hs) : 105o12’00”
-ke tepi/pusat matahari (hm) : 283o26’27”
Kedudukan matahari
Kuadran 4
Biasa
ψ' = Hs – Hm
= 105o12’00”- 283o26’27”
= -178014'27"
−1
−0 0 ˚ 17 ̕ 03 ’ ’
2d
00 ’ 54 ' 44,7069’ ’
∆ψ = Coshu =
= -00018'41.1959"
b. Terhadap pusat matahari
ψ = ψ ' + ∆ψ
= -178014'27"+ (-00018'41.1959")
= -178033’8,1959"
3) Menentukan rm, cp, dan ct
Dari tabel I (koreksi repraksi menengah) dengan hu = 26050'33’’’, maka
didapat nilai rm sebagai berikut:
40 47,4
50 X
40-00 50-00
00 48,6
X-48,6
47,4-48,6
40-00 = 50-00
47,4-48,6 X-48,6
X= 47,1
X – 1,003
50- 0 15- 0
=
0,996 - 1,003 X - 1,003 0,996 - 01,003
X = 1,001
Jadi, Cp = 1,001.
a. Dari tabel III (faktor koreksi temperatur Ct) untuk koreksi refraksi dengan
temperatur udara 290 C, didapat niai Ct = 0,937.
4) Menentukan Refraktor dan Koreksi Paralaks
a. refraksi (r') = rm . cp . ct
=47,1’’ x 1,001 x 0,937
= 000 00’44,1768 ”
b. dari tabel IV (koreksi paralaks) dengan hu = 26050'33’’ , maka didapat nilai
koreksi paralaks (p’’) = 000’7,9”
5) Menentukan Tinggi Matahari (h)
h = hu - r' + p’’
= 26050'33’’- 000 00’44,1768 ” + 00 0’7,9”
= 26049'56,7232’’
6) Deklinasi (δ)
Dari tabel V (almanak matahari bulan September) dengan tanggal 15 september
2020 pada jam 08 : 34 : 59,01 didapat δ (08.00) = 12011'32’’dan perubahan tiap
jam= 56,4”. Maka:
∆δ = (08034'59,01’’– 080) (-56,4”)
= - 00000'32,8845’’
δ (08034'59,01’’) `= δ + ∆ δ
= 12011'32’’+ (-00000'32,8845”)
= 12010'59,1155’’
7) Menghitung nilai N
L = Sin δ
= Sin 12010'59,1155’’
= 0,190205
0.1628
Arc cos A = 0 , 9103
A = 79041'51,63’’
10) Azimut Sementara :
AM = 360˚ - A
= 360˚ - 79041'51,63’’
= 280˚18’8,37”
AS =AM+ψ
= 280˚18’8,37”+ -178033’8,1959"
= 1010 45’0,1741"
Azimut Geografis
= {104°49’3,51” +020 46’24,99"”+ 149026’44,14" +1010 45’0,1741" }/4
358 47 ’ 12 , 81’ ’
=
4
= 89041'48,20"
62+ 62
D optis rata-rata =
2
=62 m
c. Jarak 1 - 2
D optis = ( BA – BB ) x 100 x ( sin sudut vertikal )2
= ( 1580 - 1200 ) x 100 x ( sin 91o20’ 20” )2
= 3797,9 mm
= 37,979 m
d. Jarak 2 - 1
D optis = ( BA – BB ) x 100 x ( sin sudut vertikal )2
= ( 1565- 1185 ) x 100 x ( sin 88o40’00” )2
= 3797,9 mm
= 37,979 m
37,979+37,979
D optis rata-rata =
2
= 37,979 m
e. Jarak 2 - 3
D optis = ( BA – BB ) x 100 x ( sin sudut vertikal )2
= ( 1590- 1250 ) x 100 x ( sin 89o35’ 30” )2
= 3399,8 mm
= 33,998 m
f. Jarak 3 - 2
D optis = ( BA – BB ) x 100 x ( sin sudut vertikal )2
= ( 1560– 1220 ) x 100 x ( sin 90o26’ 40” )2
= 3399,8 mm
= 33,998 m
33,998+33,998
D optis rata-rata =
2
= 33,998 m
g. Jarak 3 – 4
D optis = ( BA – BB ) x 100 x ( sin sudut vertikal )2
= ( 1550-1270) x 100 x ( sin 89o36’ 40” )2
= 2799,9 mm
= 27,999 m
h. Jarak 4 - 3
D optis = ( BA – BB ) x 100 x ( sin sudut vertikal )2
= ( 1560-1280) x 100 x ( sin 90o25’20” )2
= 2799,8 mm
= 27,998 m
27,999+27,998
D optis rata-rata =
2
= 27,999 m
i. Jarak 4 – 5
D optis = ( BA – BB ) x 100 x ( sin sudut vertikal )2
= ( 1730-1050) x 100 x ( sin 90o07’ 50” )2
= 6800,0 mm
= 68 m
j. Jarak 5 - 4
D optis = ( BA – BB ) x 100 x ( sin sudut vertikal )2
= ( 1750-1070) x 100 x ( sin 90o02’00” )2
= 6800,0 mm
= 68 m
68+68
D optis rata-rata =
2
= 68 m
k. Jarak 5 - 6
D optis = ( BA – BB ) x 100 x ( sin sudut vertikal )2
= ( 1555-1105 ) x 100 x ( sin 90o06’40” )2
= 4500,0 mm
= 45,000 m
l. Jarak 6 - 5
D optis = ( BA – BB ) x 100 x ( sin sudut vertikal )2
= ( 1615-1165 ) x 100 x ( sin 89º 55’20” )2
= 4500,0 mm
= 45,000 m
45,000+ 45,000
D optis rata-rata =
2
= 45 m
m. Jarak 6 - 7
D optis = ( BA – BB ) x 100 x ( sin sudut vertikal )2
= ( 1560 - 1100 ) x 100 x ( sin 91° 13’ 10” )2
= 4597,9 mm
= 45,979 m
n. Jarak 7 - 6
D optis = ( BA – BB ) x 100 x ( sin sudut vertikal )2
= ( 1640 - 1180 ) x 100 x ( sin 88° 49’50” )2
= 4598,1 mm
= 45,981 m
45,979+ 45,981
D optis rata-rata =
2
= 45,98 m
o. Jarak 7 - 8
D optis= ( BA – BB ) x 100 x ( sin sudut vertikal )2
= ( 1645 - 1225 ) x 100 x ( sin 90 o38’ 00” )2
= 4199,5 mm
= 41,995 m
p. Jarak 8- 7
D optis = ( BA – BB ) x 100 x ( sin sudut vertikal )2
a.Titik 1 - 8
Sudut horizontal : Biasa = 274o19’35”
Luar biasa = 96o31’15”-
b.Titik 1 - 2
Sudut horizontal : Biasa = 110o17’5”
Luar biasa = 290o20’25”
164 2’ 30 ’ ’+166 10 ’ 50 ’ ’
Maka besar sudut β1 =
2
= 16506'40”
β1 = 16506'40”
c.Titik 2 - 1
d.Titik 2 -3
Sudut horizontal : Biasa = 113o40’42”
Luar biasa = 133o34’42”
= 150010'50”
15125 ’ 50 ’ ’ +150 10 ’ 50 ’ ’
Maka Besar Sudut β2 =
2
= 150o48’20”
β2 = 150o48’20”
e. Titik 3 - 4
Sudut horizontal : Biasa = 300o24’15”
Luar biasa = 100o06’12”-
f.Titik 3 - 2
Sudut horizontal : Biasa = 177o28’52”
Luar biasa = 335o18’15”
= 124o47’57”
12255 ’ 23 ’ ’ +124 47 ’ 57 ’ ’
Maka Besar Sudut β3 =
2
= 123o51’40”
β3 = 123o51’40”
g. Titik 4 - 5
Sudut horizontal : Biasa = 221o18’30”
Luar biasa = 331o17’30”
h. Titik 4 - 3
i. Titik 5 - 6
Sudut horizontal : Biasa = 65o2’52”
Luar biasa = 258o45’50”
j. Titik 5 - 4
Sudut horizontal : Biasa = 285o17’ 02”
Luar biasa = 118o49’20”
k. Titik 6 - 7
Sudut horizontal : Biasa = 104o19’35”
luar biasa = 296o26’45”
l. Titik 6 - 5
Sudut horizontal : Biasa = 287o52’37”
Luar biasa = 140o43’33”
= -183o33’02” +360˚
= 176o26’58”
m. Titik 7 - 8
Sudut horizontal : Biasa = 323o08’20”
Luar biasa = 91o35’18”
n. Titik 7 - 6
Sudut horizontal : Biasa = 202o59’58”
Luar biasa = 331o33’00”
o. Titik 8 - 1
Sudut horizontal : Biasa = 03o23’59”
Luar biasa = 176o17’27”
p. Titik 8 - 7
Sudut horizontal : Biasa = 271o02’18”
Luar biasa = 91o05’00”
Biasa = 03o23’59” -271o02’18”
= 85o33’43”
Luar biasa = 176o17’27”- 91o05’00”
= 85o12’27”
85 33’ 43 ’ ’ +85 12’ 27 ’ ’
Maka Besar Sudut β8 =
2
= 85o23’05”
β8 = 85o23’05”
4.) Mengitung Harga Koreksi Batas Toleransi Kesalahan Penutup Sudut dengan
Ketentuan Bahwa :
f β≤ ( 1,5 ) x √n
+ 0o0’10”≤ ( 1,5 )’ x √8
+ 0o0’1”≤ 0o4’14,56”( oke!!! )
β2 = 92o15’12”- (00o00’2”)
= 92o15’10”
β3 = 165o00’30”- (00o00’2”)
= 165o00’28”
β4 = 125o54’40”- (00o00’1”)
= 125o54’39”
β5 = 118o51’40”- (00o00’1”)
= 118o51’39”
β6 = 128o15’24” - (00o00’1”)
= 128o15’23”
β7 = 126o20’31”- (00o00’1”)
= 126o 20’30”
β8 = 192o44’31”- (00o00’1”)
= 192o 44’30”
α 5– 6 = α4-5 +180 o – β5
=195012'14 ”+ 180o - 118o51’39”
= 256o 20’35”
α 6 –7 = α5-6 +180 o – β6
= 256o 20’35” + 180 o - 128o15’23”
= 308o 5’12”
α 7- 8 = α6-7 + 180 o – β7
= 308o 5’12”+ 180 o - 126o 20’30” - 360˚
= 01o 44’42”
α 7- 8 = α7-8 + 180 o - β8
= 01o 44’42”+ 180 o - 192o 44’30” ₊ 360˚
= 349o 00’12”
α8-1 = α8 - 7 + 180 o – β1
= 349o 00’12”+ 180o -130o 37’41” - 360˚
= 38o 22’31”
b.Ordinat
f (y) = ∑ d cos α
= -0,352
12.) Menghitung Jumlah Panjang Sisi-sisi Poligon
D = ∑ D optis
= d1-2 + d2-3 + d3-4 + d4-5+ d5-6 + d6-7 + d7-8
= 362,952 m
45,000
=- ×(−2,378)
362.952
= 0.295 m
d2-3
D
Vx2-3 =- f(x)
68.000
=- ×(−2,378)
362.952
= 0,446 m
d3-4
D
Vx3-4 =- f(x)
27.999
=- ×(−2,378)
362.952
= 0,184 m
d4-5
D
Vx4-5 =- f(x)
33.998
=- ×(−2,378)
362.952
= 0,223 m
d5-6
D
Vx5-6 =- f(x)
37.979
=- ×(−2,378)
362.952
= 0.249 m
d6-7
D
Vx6-7 =- f(x)
62.000
=- ×(−2,378)
362.952
= 0,406 m
d7-8
D
Vx7-8 =- f(x)
41.995
=- ×(−2,378)
362.952
¿0,275 m
d8-1
D
Vx8-1 =- f(x)
45.980
=- ×(−2,378)
362.952
¿ 0,301 m
= 0,044 m
d2-3
VY2-3 =- D f(y)
68.000
=- ×(−0.352)
326.952
= 0,066 m
d3-4
VY3-4 =- D f(y)
27.999
=- × (−0.352 )
362.952
= 0,027 m
d4-5
VY4-5 =- D f(y)
33.998
=- ×(−0.352)
362.952
= 0,033 m
d5-6
D
VY5-6 =- f(y)
37.979
=- × (−0.352 )
362.952
= 0,037 m
d6-7
VY6-7 =- D f(y)
62.000
=- ×(−0.352)
362.952
= 0.060 m
d7-8
D
VY7-8 =- f(y)
41.995
=- ×(−0.352)
362.952
¿0,041 m
d8-1
D
VY8-1 =- f(y)
45.980
=- ×(−0.352)
362.952
¿ 0,045 m
16.) Menghitung Selisih Absis dan Ordinat Defenitif Antara Titik-Titik Poligon
a. Absis
∆x7-6 = d 7-6 sin α7-6 + Vx7-6
= 5,194 + 0,406
= 5,601
= -45,904 + 0,301
= -45,603
b. Ordinat
∆y 7-6 = d 7-6 cos α7-6 + Vy7-6
= 61,782 + 0,060
= 61,842
= -66,867 + 0,066
= -66,801
= 2,648 + 0,045
= 2,693
X6 = X7 + ∆X 7-6
= 0 + 5,601
= 5,601
X5 = X6 + ∆X 6-5
= 5,601 + 23,632
= 29,232
X4 = X5 + ∆X 5-4
= 29,232 + 33,789
= 63,021
X3 = X4 + ∆X 4-3
= 63,021 + 13,187
= 76,208
X2 = X3 + ∆X 3-2
= 76,208 + (-11,916)
= 64,292
X1 = X2 + ∆X 2-1
= 64,292 + (-21,107)
= 43,190
X8 = X1 + ∆X 1-8
= 43,190 + (-45,603)
= -2,412
X7 = X8 + ∆X 8-7
= -2,412 + 2,412
=0
b. Ordinat
Y7 =0
Y6 = Y6 + ∆Y 7-6
= 0 + 61,842
= 61,842
Y5 = Y6 + ∆Y 6-5
= 61,842 + 29,965
= 91,807
Y4 = Y5 + ∆Y 5-4
= 91,807 + (-5,367)
= 86,439
Y3 = Y4 + ∆Y 4-3
= 86,439 + (-24,769)
= 61,670
Y2 = Y3 + ∆Y 3-2
= 61,670 + (-66,801)
= -5,131
Y1 = Y2 + ∆Y 1-2
= -5,131 + (-39,543)
= -44,675
Y8 = Y1 + ∆Y 1-8
= -44,675 + 2,693
= -41,982
Y7 = Y8 + ∆Y 8-7
= -41,982 + 41,982
=0
= 313°36’10”- 139°41’20’’
= 173°54’50’’
β1-C = H1-2 – H1-C
= 313°36’10”- 136°10’0”
= 177°26’10”
β1-D = H1-2 – H1-D
= 313°36’10”- 135°42’0’’
= 177°54’10’’
β1-E = H1-8 – H1-E
= 313°36’10”- 129°7’30’’
= 184°28’40’’
β1-F = H1-8 – H1-F
= 313°36’10”- 127°19’30’’
= 184°16’40’’
Titik 2
β2-A = H2-3 – H2-A
= 97°58’00”- 49°50’20’’
= 47°07’30’’
β2-P = H2-1 – H2-
= 294°58’0”- 50°33’0’’
= 244°25’00’’
β2-O = H2-1 – H2-O
= 294°58’00”- 66°12’00’’
= 228°46’00’’
Titik 3
β3-M = H3-2 – H3-M
= 07°58’40”- 79°16’30’’+360°
= 288°42’10’’
Titik 4
β4-N = H4-3 – H4-N
= 24°29’40”- 64°16’40’’+360˚
= 320°13’00’’
Titik 5
β 5-L = H5-4 – H5-L
= 285°17’00”- 43°09’40”
= 242°07’20’’
Titik 6
β 6-L = H6-5 – H6-L
= 233°47’40”- 272°13’00”+360°
= 321°34’40”
Titik 7
β 7-K = H7-6 – H7-K
= 151°28’40”- 207°28’00”+360°
= 304°00’40”
β 7-J = H7-6 – H7-J
= 151°28’40”- 212°52’40”+360°
= 298°36’00”
Titik 8
β 8-I = H8-7 – H8-I
= 271°00’00”- 49°48’30”
= 221°11’30”
β 8-H = H8-7 – H8-H
= 271°00’00”- 70°24’30”
= 200°35’30”
β 8-G = H8-7 – H8-G
= 271°00’00”- 71°49’10”
= 199°10’50”
3. Menghitung α Detail Situasi Terhadap sisi Kiri Poligon
Titik 1
α1-B = α1-2 –β1-B
= 28o 29’18,94” - 58°43’30’’+ 360°
= 329o45’48,94’’
α1-C = α1-2 –β1-C
Titik 4
α 4-N = α4-5–β4-N
= 279°14’13,94” - 320°13’00’’+ 360°
= 319o01’13,94’’
Titik 5
α 5-L = α5-6–β5-L
= -20.244 m
∆X1-E = d1-E sin α1-E
= 37.977 sin 319o 11’58,94’’
= -24.815 m
∆X1-F = d1-F sin α1-F
= 35.992 sin 317o 23’58,94’’
= -24.362 m
∆X2-A = d2-A sin α2-A
= 33.990 sin 125o26’47,94’’
= 34,805 m
∆X2-P = d2-P sin α2-P
= 25.989 sin 126o09’17,94’’
= 20.984 m
∆X2-O = d2-O sin α2-O
= 26.989 sin 141o48’17,94’’
= 16.688 m
∆X3-M = d3-M sin α3-M
= 21.984 sin 43o43’15,94’’
= 15.194 m
∆X4-N = d4-N sin α4-N
= 57.998 sin 319o01’13,94’’
= -38.034 m
∆X5-L = d5-L sin α5-L
= 35.991 sin 335o57’51,94’’
= -14.659 m
∆X6-L = d6-L sin α6-L
= 2.967 sin 223o19’31,94’’
= -2.036 m
∆X7-K = d7-K sin α7-K
= 4.995 sin 239o00’10,94’’
= -4,282 m
∆X7-J = d7-J sin α7-J
= -15,332 m
∆Y2-O = d2-O cos α2-O
= 26.989 cos 141o48’17,94’’
= -21,211 m
∆Y3-M = d3-M sin α3-M
= 21.984 cos 43o43’15,94’’
= 15.888 m
∆Y4-N = d4-N cos α4-N
=57.998 cos 319o01’13,94’’
= 43.785 m
∆Y5-L = d5-L cos α5-L
= 35.991 cos 335o57’51,94’’
= 32.870 m
∆Y6-L = d6-L cos α6-L
= 2.967 cos 223o19’31,94’’
= -2.158 m
∆Y7-K = d7-K cos α7-K
= 4.995 cos 239o00’10,94’’
= -2.572 m
∆Y7-J = d7-J cos α7-J
= 6.932 cos 244o24’50,94’’
= -2,994 m
∆Y8-I = d8-I cos α8-I
= 37.993 cos 232o12’24,94”
= -23.283 m
∆Y8-H = d8-H cos α8-H
= 41.992 cos 252o48’24,94”
= -12.413 m
∆Y8-G = d8-G cos α8-G
= 39.975 cos 254o13’04,94”
= -10.872 m
5. Menghitung Koordinat Defenitif Titik-Titik Poligon
a.Absis
X1-B = X1 + ∆X 1-B
= 43,114 + (-22.155)
= 20.989
X1-C = X1 + ∆X 1-C
= 43,114 + (-25.558)
= 17.586
X1-D = X1 + ∆X 1-D
= 43,114 + (-20.244)
= 22.900
X1-E = X1 + ∆X 1-E
= 43,114 + (-24,815)
= 18.329
X1-F = X1 + ∆X 1-F
= 43,114 + (-24.362)
= 18.782
X2-A = X2 + ∆X 2-A
= 64.283 + 34,805
= 99,088
X2-P = X2 + ∆X 2-P
= 64.283 + 20,984
= 85.267
X2-O = X2 + ∆X 2-O
= 64.283 + 16,688
= 80.971
X3-M = X3 + ∆X 3-M
= 76,313 + 15,194
= 91,507
X4-N = X4 + ∆X 4-N
= 63.168 + (-38,034)
= 25,134
X5-L = X5 + ∆X 5-L
= 29,388 +(-14.659)
= 14,729
X6-L = X6 + ∆X 6-L
= 5,706 +(-2.036)
= 3.670
X7-K = X7 + ∆X 7-K
= 0 + (-4.282)
= -4.282
X7-J = X7 + ∆X 7-J
= 0 + (-6.252)
= -6.252
X8-I = X8 + ∆X 8-I
= -2.484 + (-30.023)
= -32.507
X8-H = X8 + ∆X 8-H
= -2.484 + (-40.116)
= -42.600
X8-G = X8 + ∆X 8-G
= -2.484 + (-38.468)
= -40,952
Ordinat
Y1-B = Y1 + ∆Y1-B
= -44.747+ 38,010
= -6.737
Y1-C = Y1 + ∆Y1-C
= -44.747 + 38.238
= -6.509
Y1-D = Y1 + ∆Y1-D
= -44.747 + 29,760
= -14,987
Y1-E = Y1 + ∆Y1-E
= -44.747 + 28,748
= -15,999
Y1-F = Y1 + ∆Y1-F
= -44.747 + 26,493
= -18.254
Y2-A = Y2 + ∆Y2-A
= -5.239 + (-19.712)
= -24,951
Y2-P = Y2 + ∆Y2-P
= -5.239 + (-15.332)
= -20,571
Y2-O = Y2 + ∆Y2-O
= -5.239 + (-21.211)
= -26.450
Y3-M = Y3 + ∆Y3-M
= 61.541 + 15.888
= 77,429
Y4-N = Y4 + ∆Y4-N
= 86.332 + 43.785
= 130,117
Y5-L = Y5 + ∆Y5-L
= 91.757 + 32,870
= 124.445
Y6-L = Y6 + ∆Y6-L
= 61.833 + (-2.158)
= 59.675
Y7-K = Y7 + ∆Y7-K
= 0 + (-2.572)
= -2.572
Y7-J = Y7 + ∆Y7-J
= 0 + (-2,994)
= -2,994
Y8-I = Y8 + ∆Y8-I
= -41.977 + (-23,283)
= -65,260
Y8-H = Y8 + ∆Y8-H
= -41.977 + (-12,413)
= -54,390
Y8-G = Y8 + ∆Y8-G
= -41.977 + (-10,872)
= -52,849
5.4 Analisa Perhitungan Detail Grid
Patok 1
βA6-A7 = HA6 – HA7
= 28°17’00”- 28°15’00’’
= 00°02’00’’
βA7-A8 = HA7 – HA8
= 28°15’00’’- 28°14’40’’
= 00°00’20’’
βA8-B8 = HA8 – HB8
= 28°14’40’’- 75°28’40’’+360˚
= 312°46’00’’
βB8-B7 = HB8 – HB7
= 75°28’40’’- 59°04’00’’
= 16°24’40’’
βB7-C8 = HB7 – HC8
= 59°04’00’’- 54°35’20’’
= 04°28’40’’
βC8-C7 = HC8 – HC7
= 54°35’20’’- 38°23’00’’
= 16°12’20’’
βC7-B6 = HC7 – HB6
= 38°23’00’’- 275°07’20’’+360˚
= 123°15’40’’
βB6-C6 = HB6 – HC6
= 275°07’20’’- 275°03’20’’
= 00°04’00’’
βC6-D6 = HC6 – HD6
= 275°03’20’’- 275°04’40’’+360˚
= 359°58’40’’
βD6-E5 = HD6 – HE5
= 275°04’40’’- 57°11’20’’
= 217°53’20’’
βE5-D5 = HE5 – HD5
= 57°11’20’’- 275°08’20’’+360˚
= 142°03’00’’
βD5-C5 = HD5 – HC5
= 275°08’20’’- 275°14’40’’+360˚
= 359°53’40’’
βC5-B5 = HC5 – HB5
= 275°14’40’’- 258°15’20’’
= 16°59’20’’
βB5-A5 = HB5 – HA5
= 258°15’20’’- 175°37’40’’
= 82°37’40’’
βA5-A6 = HA5 – HA6
= 175°37’40’’- 28°17’00’’
= 147°20’40’’
Patok 2
βE9-F9 = HE9 – HF9
= 79°33’20” - 02°41’20’’
= 76°52’00’’
βF9-G9 = HF9 – HG9
= 02°41’20’’ - 51°12’20’’+360˚
= 311°29’00’’
βG9-H9 = HG9 – HH9
= 51°12’20’’ - 14°34’00’’
= 36°38’20’’
βH9-I9 = HH9 – HI9
= 14°34’00’’ - 165°43’20’’+360˚
= 208°50’40’’
βI9-F8 = HI9 – HF8
= 165°43’20’’- 334°12’00’’+360˚
= 191°31’20’’
βF8-G8 = HF8 – HG8
= 334°12’00’’ - 48°06’00”
= 286°06’00’’
βG8-H8 = HG8 – HH8
= 48°06’00” - 357°26’50” +360˚
= 50°39’10’’
βH8-I8 = HH8 – HI8
= 357°26’50” - 10°16’20”
= 347°10’30’’
βI8-I7 = HI8 – HI7
= 10°16’20”- 222°33’00”+360˚
= 147°43’20’’
βI7-H7 = HI7 – HH7
= 222°33’00”- 338°27’50”+360˚
= 244°05’10’’
βH7-G7 = HH7 – HG7
= 338°27’50”- 39°28’20”
= 298°59’30’’
βG7-F7 = HG7 – HF7
= 39°28’20”- 79°23’66”+360˚
= 320°04’14’’
βF7-G6 = HF7 – HG6
= 79°23’66”- 25°18’00”
= 54°06’06’’
βG6-F6 = HG6 – HF6
= 25°18’00”- 79°33’00”+360˚
= 305°45’00’’
βF6-E6 = HF6 – HE6
= 79°33’00”- 79°57’40” +360°
= 359°35’20’’
βE6-F7 = HE6 – HF7
= 79°57’40”- 79°23’66”
= 00°33’34’’
βF7-D7 = HF7 – HD7
= 79°23’66”- 254°03’20” +360°
= 185°20’46’’
βD7-D8 = HD7 – HD8
= 254°03’20” - 83°05’40”
= 170°57’40’’
βD8-D9 = HD8 – HD9
= 83°05’40” - 80°30’40”
= 02°35’00’’
βD9-E8 = HD9 – HE8
= 80°30’40” - 79°39’40”
= 00°51’00’’
βE8-E9 = HE8 – HE9
= 79°39’40” - 79°33’20”
= 00°06’20’’
Patok 3
ΒL9-M9 = HL9 – HM9
= 140°52’00” - 75°29’40’’
= 65°22’20’’
ΒM9-N9 = HM9 – HN9
= 75°29’40’’ - 72°51’40’’
= 02°38’00’’
ΒN9-O9 = HN9 – HO9
= 72°51’40’’ - 66°09’00’’
= 06°42’40’’
ΒO9-M8 = HO9 – HM8
= 66°09’00’’ - 29°13’20’’
= 36°55’40’’
ΒM8-L8 = HM8 – HL8
= 29°13’20’’ - 338°11’20’’ + 360˚
= 51°02’00’’
ΒL8-K7 = HL8 – HK7
= 338°11’20’’ - 303°19’40’’
= 34°51’40’’
ΒK7-J8 = HK7 – HJ8
= 303°19’40’’ - 261°06’40’’
= 42°13’00’’
ΒJ8-J9 = HJ8 – HJ9
= 261°06’40’’ - 168°24’10’’
= 92°42’30’’
ΒJ9-K9 = HJ9 – HK9
= 168°24’10’’- 245°12’00’’ +360˚
= 283°12’10’’
ΒK9-L9 = HK9 – HL9
= 245°12’00’’ - 140°52’00’’
= 104°20’00’’
Patok 4
ΒN8-O8 = HN8 – HO8
= 193°04’40” - 182°56’00’’
= 10°08’40’’
ΒO8-O7 = HO8– HO7
= 182°56’00’’ - 127°19’00’’
= 55°37’00’’
βn1-m1 = HO7 – H06
= 127°19’00’’ - 87°42’40’’
= 39°36’20’’
= 123°55’00’’
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Analisa
Kesalahan-kesalahan pada pengukuran kemungkinan terjadi disebabkan
karena :
1. Kesalahan Kebetulan :
a.Umumnya karena akibat kesalahan pengukur.
b. Kesalahan menaksir bacaan ( paralaks ).
c.Kesalahan mengatur nivo.
d. Kesalahan mencatat / menghitung.
2. Kesalahan akibat alam:
a.Kesalahan pengaruh matahari dan angin.
b. Kesalahan melengkungnya bumi dan refraksi.
c.Kesalahan akibat gaya berat.
3. Kesalahan Sistematis :
d. Garis Bidik tidak sejajar garis nivo.
e.Turunnya Statif.
4. Karena kurang memahami dalam menggunakan alat, terutama sekali pada
waktu penyetelan alat dan pembacaan nonius dan sebagainya.
6.2 Kesimpulan
Berdasarkan pengukuran di lapangan atau pengolahan data yang telah kami dapat
menarik kesimpulan :
6.3 Saran
Berdasarkan pengalaman dalam praktikum, maka demi kemajuan pelaksanaan
praktikum Ilmu Ukur Tanah kami berikan saran sebagai berikut :
1. Asisten lapangan hendaknya turun aktif di lapangan baik memberi
pengarahan, maupun mengawas jalannya praktikum ,sehingga apabila ada
kesulitan cepat teratasi.
2. Mahasiswa bisa mengoperasikan alat ukur khususnya Theodolit
3. Peta kontur dari suatu daerah dapat dibuat apabila di ketahui data
pengukuran poligon atau pengukuran detailnya dari daerah tersebut.
4. Mahasiswa bisa mempraktekkan teknik-teknik pengukuran tanah detail,
sudut jarak dan Beda Tinggi dan sebagainya.
5. Mahasiswa yang akan praktikum hendaknya mempersiapkan diri dengan
baik, artinya telah memahami teori Ilmu Ukur Tanah. Teknik pengukuran dan
dapat mengoperasikan peralatan yang akan di pakai, sehingga praktikum
berlangsung lancar.
6. DAFTAR PUSTAKA
Dugadale R. H., 1986. Ilmu Ukur Tanah, Edisi ketiga Bahasa Indonesia. Erlangga,
Jakarta.
Heinz Frick, 1985. Ilmu Ukur Tanah, cetakan ke 4 (dengan revisi). Yayasan
Karnesius, Yogyakarta.
Franciss H. M., 1975. Surveying, sixth Edition Harper dan Row Publisher
Narinder Singh, 1982. Surveting, Tata McGraw – Hill
Raymond E. D., 1981. Surveying, theory and practice, Sixth Edition McGraw –
Hill Book Company, USA.
Russel C.B., 1986. Dasar-dasar Pengukuran Tanah. Diterjemahkan oleh Djoko
Waljatun Edisi ke 7. Erlangga, Jakarta.
Soetomo Wongsotjitro, 1980. Ilmu Ukur Tanah, Terbitan pertama dalam E.Y.D.
Yayasan Karnesius, Yogyakarta.
Yohannes, 1995. Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah UNILA, Lampung.
DOKUMENTASI
Nivo Tabung
Nivo Kotak
Unting-unting
Senter
Rambu Ukur
Statif