BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
(theodolite)
-Pengukuran poligon
2 GSG Sabtu/26 08.30-17.00
tertutup
Oktober
dipatok 0 - 9
2019
-Pengukuran detail situasi
-Pemasangan grid
3 GSG Sabtu/2 11.00-17.00
-Pengukuran grid
November
2019
November matahari
2019
-Pemasangan grid
5 GSG Minggu/17 09.15-17.50
November
2019
-Pengukuran grid
6 GSG Selasa/19 09.00-17.50
November
2019
BAB III
LANDASAN TEORI
Pada permukaan bumi diukur titik-titik pasti yaitu titik yang diketahui
koordinat yang ketinggiannya. Dari titik-titik pasti ini kita petakan yang
kemudian kita sebut kerangka peta. Misal kita ingin membuat tranches jalan,
maka peta daerahnya harus dibuat dahulu.
Untuk keperluan ini dibutuhkan beberapa titik pasti sebagai dasar
pemetaan titik pasti dapat diukur dengan beberapa cara antara lain:
a. Dengan Cara Astronomis
Prinsipnya menentukan posisi tempat dibumi dengan menggunakan
pertolongan peta dilangit.
Pada praktikum IUT ini yang akan di baca menggunakan pesawat ini adalah:
a. Jarak lapangan secara optis.
Mula-mula kita ukur tinggi pesawat, kemudian kita ukur (baca rambu pada
angka sesuai tinggi pesawat (tinggi BT = Tinggi pesawat). Kemudian kita
baca benang atas dan benang bawah kita peroleh jarak = (BA – BB) 100 cm.
Ket : rambu yang digunakan 1 E = 5 cm ,
Berarti 1 kaki E = 1,0 cm
Contoh : digambar BA =10; BT = 8,25; BB = 7
Maka jarak optis = (10 – 7 ) 10 = 30 cm
Angka yang mempunyai selisih 180˚ adalah 70˚ dan 250˚ , kemudian
pengatur mikrometer menunjuk angka 20’. Jadi contoh diatas menunjuk
sudut azimuth : 78˚20’
c. Menentukan besarnya sudut miring (heling)
Setelah sudut azimuth diketahui, kemudian sudut azimuth kita kunci, maka
pembacaan sudut helling (miring) dilakukan pada kotak sudut helling pada
kiri, atas, kanan, bawah yang angkanya sama.
Keterangan : 1strip :10’
Pembacaan contoh sudut helling disamping adalah 94˚ 20’
4
4
Poligon
Poligon Terbuka
Terbuka dan
dan Tidak
Tidak Sempurna
Sempurna
Gambar 3.7 Poligon Terbuka dan Tidak Sempurna
3. Poligon Tertutup
33
AA
55 44
`
Gambar
Poligon 3.8 Poligon
PoligonTertutup
Tertutupdan Tertutup
dan Sempurna
Sempurna
Berbagai cara dipakai dalam mengukur sudut atau arah garis poligon,
diantaranya sebagai berikut :
1. Pengukuran poligon dengan sudut arah kompas
Kompas juru ukur dirancang untuk pemakaian sebagai instrumen poligon,
sudut arah terbaca langsung pada kompas sewaktu bidikan sepanjang garis
(jurusan) poligon.
2. Pengukuran poligon dengan sudut dalam
Sudut dalam seperti gambar dibawah ini, dipakai hampir khusus pada
poligon pengukuran hak milik. Sudut-sudut itu dibaca baik searah maupun
berlawanan arah jarum jam, sewaktu kelompok pengukuran maju
mengelilingi poligon ke kanan atau ke kiri dalam urutan ABC seperti
diperlihatkan di bawah ini :
x2 = d sin α2 + x1 + ∆x 2-3
b. koordinat
y1 = d cos α1 + ∆y 1-2
y2 = d cos α2 + ∆y 2-3
Jadi dapat dikatakan disini bahwa maksud dan tujuan dari pengukuran,
pengamatan matahari adalah :
Untuk mendefinisikan azimuth dititik awal pekerjaan dan titik akhir
pekerjaan.
Untuk kontrol hasil ukuran poligon.
Pada bulan Desember nilai d 32’34” sedngkan pada bulan Juli nilainya
31’35”. Untuk keperluan hitungan, diambil pembulatan rata-rata sebesar 32’.
Koreksi ½ d yang diberikan pada sudut vertikal tergantung pada kuadran
beberapa bayangan matahari ditempatkan.
Kuadran IV Kuadran I
Sebagai contoh penggunaan kuadran tersebut dapat dilihat pada gambar 3.11,
sedangkan aturan pemakaian tanda (+) / (-) ½ dapat dilihat pada gambar 3.12
(a)
d
hu'+1/2 d 1/2 d
(b)
+ ½d + ½d
- ½d - ½d
Note : pada posisi luar biasa, bacaan lingkaran tegak zenith “V” harus
dikonversikan ke posisi biasa. Kemudian bacan lingkaran zenith
dikonversikan lagi ke bacaan lingkaran magnetis, hu’ = 90 - V .
M
-? h
+? h
h
S
-?? +? ? U Horizon
?' AS
?
AM
??
matahari
Am
Hm
?
?'
Hs
O Z' M
Z
C
Secara pendekatan :
P = R/D x sin Z’
Ph = R/D
Harga paralaks ini dapat diperoleh dari tabel yang terdapat pada
Almanak Matahari dan bintang.
Faktor alam, seperti temperatur, tekanan dan tekanan udara adalah hal
yang sangat berpengaruh terhadap pengukuran yang dilakukan. Hal ini jelas
diketahui karena dapat memberikan efek pemuaian ataupun melengkungnya
sinar yang masuk ke dalam teropong ( refraksi ). Semua gejala ini dialami
oleh hasil pengukuran sejak mulai dari target yang dibidik sampai didalam
teropong itu sendiri. Oleh karenanya juga diperlukan koreksi.
Harga koreksi refraksi tersebut dapat diperoleh dari tabel pada almanak
Tahunan Matahari dan Bintang, dengan rumus sebagai berikut :
r” = rm Cp Ct
Dimana :
Rm= koreksi refraksi menengah ( pada p = 760 mmHg ; t = 10ºC;
Kelembaban nisbi = 60% ) dengan argument adalah tinggi ukuran dari
matahari.
Cp= faktor koreksi barometric, dengan argument adalah tekanan udara
stasiun pengamat atau ketinggian pendekatan dari stasiun pengamat.
Ct= faktor koreksi temperatur, dengan argument adalah temperatur udara
stasiun pengamat.
Lingkaran Equator
Z
A
KU Lingkaran Horizon
Bt
90°- h
bumi 90°- d
S U
KS
N
Gambar 3.17 Bola langit dengan posisi bintang terhadap bumi dinyatakan
dengan A dan Z
Lintang (φ) stasiun pengamat yang diperoleh dari hasil interpolasi peta,
yaitu dari peta topografi daerah pengamatan.
Pada gambar unsur-unsur yang tertera adalah :
a = 90º - δ
b = 90º - φ
c = 90º - h
A = Azimuth matahari
Dengan menggunakan rumus cosinus pada segitiga bola diperoleh :
Cos A = (sin δ – sin φ . sin h)/(cos φ . sin Z)
3.7 Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk pengamatan tinggi matahari adalah :
1. Alat ukur theodolite lengkap dengan statifnya.
2. Kertas tadah.
3. Jam atau pengukur waktu lainnya, yang sebelumnya telah disesuaikan
dengan waktu radio atau televisi.
3.9 Perhitungan
Data dari lapangan diperoleh data-data sebagai berikut :
a. Waktu pengamatan matahari (T)
b. Tinggi matahari (h)
2. Koreksi refleksi dan paralaks terhadap tinggi matahari, harga rm, Cp, Ct,
diperoleh dari tabel almanak matahari dan bintang :
h” = h’ – (rm x Cp x Ct) + p”
3. Menghitung azimuth matahari = A
Sin δ – sin Ψ x sin h” = N
Cos Ψ x Cos h” = D
Maka A = arc cos N/D
4. Menghitung azimuth matahari sesungguhnya = Am
Pagi hari: Am = A
Sore hari: Am = 360 – A
5. Menghitung azimut geografi ketitik sasaran
Α = Am ± Ψ (tergantung pada posisi titik sasaran dipermukaan bumi)
Untuk lebih sistematis dalam perhitungan dan pengolahan azimuth
matahari,lakukan sesuai pedoman berikut ini :
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.1.Pengenalan alat
Alat yang dipakai dalam pengukuran poligon ini adalah theodolite yang
terdiri dari bagian umum dan bagian utama. Komponen penyusun masing-
masing bagian adalah sebagai berikut:
Bagian umum
A. Bagian atas, terdiri dari :
1. Plat atas yang langsung dipasangkan pada sumbu vertikal
2. Standar yang secara vertikal dipasangkan pada 1
3. Sumbu horizontal yang didukung oleh 1 dan 2
Lensa
24 Okuler Sebagai loupe untuk memperbesar
bayangan yang didapat dari lensa
objektif
Tabel 4.1
4.1.2.Penyetelan Alat
Sebelum pengukuran dilakukan maka alat harus disetel supaya tidak
terjadi kesalahan dalam pembacaan data yang bias berakibat fatal. Hal yang
harus dilakukan adalah membuat sumbu 1 theodolite tegak dan memusatkan
ke titik dengan cara sebagai berikut :
a. Dirikan statif diatas patok. Usahakan kakinya sama panjang dan
kedudukan kepalanya hampir mendatar. Pasanglah theodolite pada statif itu
dengan memutar kencang sekrup pengikatnya.
b. Jika theodolite memiliki alat sentris optis maka pasanglah unting-unting,
kendurkan sekrup pengikat, geserlah theodoliet sehingga unting-unting
tepat mengarah ke tengah paku. Jika memiliki pemusat optis, geserlah
theodolite sehingga melalui pengamatan optis itu, paku tampak tepat masuk
kedalam lingkaran. Bila pemusatnya belum tepat sedangkan theodolite
sudah tidak dapat digeser lagi, maka statifnya yang harus digeser, lalu tata
cara diatas diulangi sampai centris.
c. Putar theodolite supaya nivo tabung sejajar dengan sekrup AB.
Setimbangkan nivo tabung dengan memutar sekrup C.
d. Putar theodolite sehingga sudut nivo tabung 1800 sekrup AB, kemudian
putarlah ke sembarang arah, jika masih tetap setimbang berarti sumbu satu
theodolite telah tegak.
e. Jika belum setimbang, alat harus dikoreksi dengan cara :
pada kedudukan 1800 sekrup AB tadi, koreksikan setengah penggeseran
gelombang nivo dengan memutar sekrup koreksi nivo. Untuk melakukan
koreksi ini sebaiknya didampingi oleh asisten.
f. Jika pemusatan belum berhasil, sedangkan theodolite sudah tidak dapat
digeser lagi, maka anda tidak perlu memindahkan statif, cukup
turun/naikkan sedikit salah satu kaki statif.
D m = 100 (a – b)
= 100 (a – b) sin z
Jarak mendatar
D m = 100 (a – b)
= 100 (a – b) sin z
h
Z
m
i
A
H = 50 (a – b) (sin 2m) + i - t
= 50 (a – b) (sin 2z) + i - t
Pada daerah yang datar tetapi banyak terdapat bangunan pada daerah
pemetaan tersebut, maka pelaksanaan pengukurannya dapat dilakukan
menggunakan sifat datar.
4.2.2 MetodeTrigonometri
h AB= L + t - p
h AB= ( D tan m ) + t - p
atau,
h AB= ( D cotan m ) + t – p
Apabila beda tinggi A dan B diperkirakan cukup besar dan jarak A dan B
berjauhan, serta diharapkan hasil pengukuran beda tinggi ini dapat ditentukan
lebih teliti, maka pengaruh refraksi udara dan kelengkungan bumi harus
diperhitungkan sehingga beda tinggi seharusnya adalah :
1–k
h AB = ( D tan m ) + t – p + D2
2R
Atau,
1–k
h AB = ( D cot anZ ) + t – p + D2
2R
Dimana :
k = koefisien udara = 0,14
R = jari-jari bumi = 6370 km
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran ke patok sebelah kiri tempat alat berdiri dari patok 2 tembak ke patok
1
Tinggi alat = 1575 mm
BT = 1575 mm
BA = 1850 mm
BB = 1300 mm
Sudut :
Vertikal = 89o54’00”
Horizontal = 60o32’20”
Titik pengamatan :2
Titik acuan :1
Tanggal pengamatan : 12 November 2019
Daerah pengamatan : GSG
Temperatur udara : 290C
Ketinggian : 15 meter
A. Pengamatan I
Kedudukan teropong : Biasa , Kuadran I
Waktu pengamatan : 17 : 07 : 03,34
Bacaan lingkaran tegak (V) : 76o54’ 20”
Bacaan lingkaran mendatar :
- ke titik acuan (hs) : 60o32’20”
- ke tepi/pusat matahari (hm) : 47o48’20”
Kedudukan Matahari
Kuadran I (+)
1
2019, didapat nilai koreksi setengah diameter matahari ( 2 d) =
00o17’03”
Tinggi pusat matahari (hu)
1
hu =α± 2 d
2) Sudut horizontal
a. Terhadap tepi matahari (ψ')
ψ' = Hs – Hm
= 60o32’20” - 47o48’ 20”
= 120 44'00"
−1
∆ψ =
2d
Coshu =
- 0°17' 03} over {0°58'2 ,3 = - 0017' 31,54’’
b. Terhadap pusat matahari
ψ = ψ'+ ∆ψ
= 120 44'00"+ (-0017' 31,54’’)
= 120 26'28,46"
3) Menentukan rm, cp, dan ct
Dari tabel I (koreksi repraksi menengah) dengan hu = 13022'43’’, maka
didapat nilai rm sebagai berikut:
20 239,6
22 x 20-40
22-40
40 233,7
X – 233,7
239,6 – 233,7
22 - 40 X - 233,7
=
20 - 40 239,6- 233,7
X = 239,01”
Jadi, rm = 239,01”
Dari tabel II (faktor koreksi barometrik Cp) untuk refraksi di dapat nilai
Cp sebagai berikut:
0 1,003
15 x 50-0
15-0
50 0,996
X-1,003
0,996 – 1,003
50- 0 14- 0
=
0,996-1,003 X-1,003
X = 1,001
Jadi, Cp = 1,001
Dari tabel III (faktor koreksi temperatur Ct) untuk koreksi refraksi dengan
temperatur udara 290 C, didapat niai Ct = 0,937.
4) Menentukan Refraktor dan Koreksi Paralaks
a. refraksi (r') = rm . cp . ct
= 239,01” x 1,001 x 0,937
= 224010' 34,76’’
b. Dari tabel IV (koreksi paralaks) dengan hu = 13022' 43’’, maka didapat
nilai koreksi paralaks (p’’)= 00000’8,6”
5) Menentukan Tinggi Matahari (h)
h = hu - r' + p’’
=13022' 43’’- 224010' 34,76’’+ 00000’8,6
= -210047' 43,16”+3600
= 149012' 16,84”
6) Deklinasi (δ)
Dari tabel V (almanak matahari bulan November) dengan tanggal 12
November 2019 pada jam 17 : 07 : 3,34 didapat δ (17.00) = 11012'39’’dan
perubahan tiap jam = 57,3”. Maka:
∆δ = (17007'3,34’’ – 170) (-57,3 ”)
= -6044'17,38”
δ (17h07m3,34s ) = δ + ∆ δ
= 11012'39’’ + (-6044'17,38”)
= 4028'21,62’’
7) Menghitung nilai N
L = Sin δ
= Sin 4028'21,62’’
= 0,0779
Lintang Kota Bengkulu (Q) = 03° 51' 00’’, maka:
SinQ = Sin (030 51' 00’’)
= 0,0671
Tinggi Matahari (h) = 149012' 16,84”, maka:
Sin h = Sin (0,5119
= 0,5119
M = SinQ . Sin h
= 0,0671 . 0,5119
= 0,0343
N =L–M
= 0,0779 - 0,0343
= 0,0436
8) Menentukan nilai D
Lintang kota Bengkulu (Q) = 030 51' 00’’, maka:
Q = Cos (030 51' 00’’)
= 0,9977
Cos h = Cos (149012' 16,84”)
= -0,8590
D = Cos Q x Cos h
= 0,9977 x -0,8590
= -0,8590
9) Menentukan nilai A
N
Cos A = D
0,0436
Arc Cos A = -0,8590
A = 92°54’33,82”
AM = 360° - A
= 360° - 92°54’33,82”
= 267°5’26,18”
AS =AM+ψ
= 267°5’26,18”+ 120 26'28,46""
= 279°31’54,64”
B. Pengamatan II
Kuadran II (-)
1
2019, didapat nilai koreksi setengah diameter matahari ( 2 d) = 00o17’03”
Tinggi pusat matahari (hu)
1
hu =α± 2 d
= 12o28’ 00”- 00o17’03”
= 12010' 57’’
cos hu = 0058'38.93”
2) Sudut horizontal
a. Terhadap tepi matahari (ψ')
1. Titik acuan (hs) : 60o32’20”
2. Tepi/pusat matahari (hm) : 47o48’20”
ψ' = Hs - Hm
= 60o32’20”- 47o48’20”
= 120 44'00"
−1 0
2d
- 00 17'03”
0
¿¿
∆ψ = Coshu = 00 58' 3 8,93} } } {¿ = -0017'26,57’’
b. Terhadap pusat matahari
ψ = ψ ' + ∆ψ
= 120 44'00"+ (-0017' 26,57’’)
= 120 26’33,43"
3) Menentukan rm, cp, dan ct
Dari tabel I (koreksi repraksi menengah) dengan hu = 33048'56’’, maka
didapat nilai rm sebagai berikut:
00 245,7
10 x
00-20 10-20
20 239,6
X – 239,6
10- 20 X - 239,6
= – 239,6
00- 20 245,7 - 239,6 245,7
X = 242,65”
Jadi, rm = 242,65”
Dari tabel II (faktor koreksi barometrik Cp) untuk refraksi di dapat nilai
Cp sebagai berikut:
0 1,003
15 x 50-0
15-0
50 0,996
X – 1,003
50- 0 14- 0
= - 1,003
0,996 - 1,003 X - 1,003 0,996
X = 1,001
Jadi, Cp = 1,001.
Dari tabel III (faktor koreksi temperatur Ct) untuk koreksi refraksi dengan
= 144035' 40,11”
6) Deklinasi (δ)
Dari tabel V (almanak matahari bulan November) dengan tanggal 12
November 2019 pada jam 17 : 07 : 21,72 didapat δ (17.00)= 11012'39’’dan
perubahan tiap jam= 57,3”. Maka:
∆δ = (17007’21,72” – 170) (-57,3”)
= - 701'50.56”
δ (17h07m21,72s) = δ + ∆ δ
= 110 12' 39”+ (- 701'50.56”)
= 4010' 48,44”
7) Menghitung nilai N
L = Sin δ
= Sin 4010' 48,44”
= 0,0728
Lintang Kota Bengkulu (Q) = 03° 51' 00’’, maka:
SinQ = Sin (03051'00’’)
= 0,0671
Tinggi Matahari (h) = 144035' 40,11”, maka:
0,034
Arc cos A = -0,8131
A = 92023'47,54’’
10) Azimuth Sementara :
AM = 360° - A
= 360° - 92023'47,54’’
= 267°36'12,46’’
AS =AM+ψ
= 267°36'12,46’’+ 120 26’33,43"
= 28002'45,89”
C. Pengamatan III
Kedudukan teropong : Biasa , kuadran III
Waktu pengamatan : 17 : 07 : 35,18
Bacaan lingkaran tegak (V) : 77o32’00”
Bacaan lingkaran mendatar :
-ke titik acuan (hs) : 60o32’20”
-ke tepi/pusat matahari (hm) : 46o26’40”
Kedudukan Matahari
1
2019, didapat nilai koreksi setengah diameter matahari ( 2 d) =
00o17’03”
Tinggi pusat matahari (hu)
1
hu =α± 2 d
2) Sudut horizontal
a. Terhadap tepi matahari (ψ')
ψ' = Hs - Hm
= 60o32’20”- 46o26’20”
= 140 06' 00"
−1 0
2d
- 00 17'03”
0
∆ψ = Coshu = 00 58'38,93''
= -00017'26,57’’
b. Terhadap pusat matahari
ψ = ψ ' + ∆ψ
= 140 06' 00"+ (-00017'26,57’’ )
= 130 48’33,43"
3) Menentukan rm, cp, dan ct
Dari tabel I (koreksi repraksi menengah) dengan hu = 12045'03’’, maka
didapat nilai rm sebagai berikut:
40 252,1
45 x
40-00 45-00
00 245,7
X = 252,9”
Jadi, rm = 252,9”
Dari tabel II (faktor koreksi barometrik Cp) untuk refraksi di dapat nilai
Cp sebagai berikut:
0 1,003
15 x 50-0
15-0
50 0,996
X – 1,003
50- 0 14- 0
=
0,996 - 1,003 X - 1,003 0,996 0 1,003
X = 1,001
Jadi, Cp = 1,001.
Dari tabel III (faktor koreksi temperature Ct) untuk koreksi refraksi
dengan temperature udara 290 C, didapat niai Ct = 0,937.
δ (17h07m35,18s) ` =δ+∆δ
= 11012'39’’ + (-7014'41,81”)
= 03057' 57,19’’
7) Menghitung nilai N
L = Sin δ
= Sin 03057' 57,19’’
= 0,0691
Lintang Kota Bengkulu (Q) = 03° 51' 00’’, maka:
SinQ = Sin (030 51' 00’’)
= 0,0671
Tinggi Matahari (h) =1350 32’56,24”, maka:
Sin h = Sin (1350 32’56,24”)
= 0,0691
M = SinQ . Sin h
= 0,0671 x 0,0691
= 0,0046
N =L–M
= 0,0691 - 0,0046
= 0,0645
8) Menentukan nilai D
Lintang kota Bengkulu (Q) = 030 51' 00’’, maka:
Cos Q = Cos (030 51' 00’’)
= 0,9977
Cos h = Cos (1350 32’56,24”)
= -0,7138
D = Cos Q . Cos h
= 0,9977 x -0,7138
= -0,7121
9) Menentukan nilai A
N
Cos A = D
0,0645
Arc cos A = -0,7121
A = 95011'48,52’’
10) Azimuth Sementara :
AM = 360° - A
= 360° - 95011'48,52’’
= 264048'11,48’’
AS =AM+ψ
= 264048'11,48’’+ 130 48’33,43"
= 278036’44,91"
D. Pengamatan IV
Kedudukan teropong : Biasa , kuadran IV
Waktu pengamatan : 17 : 07 : 47,77
Bacaan lingkaran tegak (V) : 77o05’ 40”
Bacaan lingkaran mendatar :
-ke titik acuan (hs) : 60o32’20”
-ke tepi/pusat matahari (hm) : 46o26’20”
Kedudukan Matahari
Kuadran IV (+)
2) Sudut horizontal
a. Terhadap tepi matahari (ψ')
ψ' = Hs – Hm
= 60o32’20”- 46o26’20”
= 140 06' 00"
−1 - 00 0 17'03”
2d 0
∆ψ = Coshu = 00 58'25,03”
= - 00017' 30,72’’
b. Terhadap pusat matahari
ψ = ψ ' + ∆ψ
= 140 06' 00"+ (- 00017' 30,72’’)
= 130 48' 29,28 "
3) Menentukan rm, cp, dan ct
Dari tabel I (koreksi repraksi menengah) dengan hu = 13011'23’’, maka
didapat nilai rm sebagai berikut:
20 239,6
11 x
20-00 11-00
00 245,7
11 - 00 X - 245,7 X – 245,7
=
20 - 00 239,6-245,7
239,6 – 245,7
X = 249,05”
Jadi, rm = 249,05”
Dari tabel II (faktor koreksi barometrik Cp) untuk refraksi di dapat nilai
Cp sebagai berikut:
0 1,003
15 x 50-0
14-0
50 0,996
X – 1,003
50- 0 14- 0
=
0,996 - 1,003 X - 1,003 0,996 - 01,003
X = 1,001
Jadi, Cp = 1,001.
Dari tabel III (faktor koreksi temperatur Ct) untuk koreksi refraksi
dengan temperatur udara 290 C, didapat niai Ct = 0,937.
δ (17h07m47,77s )` = δ + ∆ δ
= 11012'39’’+ (-7026'43,22”)
= 3045' 55,78’’
7) Menghitung nilai N
L = Sin δ
= Sin 3045' 55,78’’
= 0,0656
Lintang Kota Bengkulu (Q) = 03° 51' 00’’, maka:
SinQ = Sin (030 51' 00’’)
= 0,0671
Tinggi Matahari (h) = 139035'56,04” ,maka:
Sin h = Sin (139035'56,04”)
= 0,6481
M = SinQ . Sin h
= 0,0671 x 0,6481
= 0,0434
N =L–M
= 0,0656 - 0,0434
= 0,0222
8) Menentukan nilai D
Lintang kota Bengkulu (Q) = 030 51' 00’’, maka:
Cos Q = Cos (030 51' 00’’)
= 0,9977
Cos h = Cos (139035'56,04”)
= -0,7615
D = Cos Q . Cos h
= 0,9977 x -0,7615
= -0,7597
9) Menentukan nilai A
N
Cos A = D
0,0222
Arc cos A = -0,7597
A = 91040'28,34’’
10) Azimuth Sementara :
AM = 360° - A
= 3600 - 91040'28,34’’
= 268019'31,66’’
AS =AM+ψ
= 268019'31,66’’+ 130 48' 29,28 "
= 282008’0,94"
Azimut Geografis
= {279°03’54,64” + 280002'45,89” + 278036’44,91" + 28208’0,94"}/4
= 279057'51,06”
f. Cara Menggambar Poligon:
1. Buat poligon berdasarkan sudut beta dan jarak optis yang telah dihitung.
2. Setelah itu tentukan arah utara poligon tersebut dengan cara:
a. Tarik garis lurus vertikal sembarang.
b. Rotasikan garis sebesar azimuth geografis = 279057'51,06” kearah kanan
karena sudut positif.
c. Putar poligon yang sudah di buat hingga garis antara patok 5 sebagai
tempat theodolite dan patok 4 sebagai titik acuan sama dengan sudut
garis pada langkah b.
d. Buat garis vertikal pada tiap-tiap titik patok yang merupakan arah
azimuth matahari.
a. Jarak 0 - 1
= 50,9853 m
b. Jarak 1 - 0
= 50,9858 m
= 53,9994 m
d. Jarak 2 - 1
= 54,9999 m
51,9985+ 51,9979
D optis rata-rata = 53,9994 + 54,9999 = 53,9996 m
2
2
e. Jarak 2 - 3
= 37,9999 m
f. Jarak 3 - 2
= 37, 9999m
= 45,9798 m
h. Jarak 4 - 3
= 45, 9794m
49,9941+49,9966
D optis rata-rata =45,9798 + 45,9794 = 45,9796 m
2
2
i. Jarak 4 - 5
= 43,9996 m
j. Jarak 5 - 4
= 43,9998 m
2
k. Jarak 5 - 6
= 56,9699 m
l. Jarak 6 - 5
= 57,9661 m
= 29,9996 m
n. Jarak 7 - 6
= 29,9996 m
= 31,9979 m
p. Jarak 8 - 7
= 31,9982 m
51,9985+ 51,9979
D optis rata-rata = 31,9979 + 31,9982 = 31,9980 m
2
2
q. Jarak 8 - 9
= 49,9930 m
r. Jarak 9 - 8
= 49,9926 m
= 41,9999 m
t. Jarak 0 - 9
= 41,9999 m
51,9985+ 51,9979
D optis rata-rata = 41,9999 + 41,9999 = 41,9999 m
2
2
105 ° 30 ’ 20 ’ ’+ 105° 28 ’ 00 ’ ’
Besar sudut dalam β 1=
2
= 105°29’10’’
c. Titik 1 - 2
d. Titik 1 - 0
p. Titik 7 - 6
r. Titik 8 - 7
s. Titik 9 - 0
t. Titik 9 - 8
= -( 00o 00’20”)
10
= -00o00’2”
= 105o 29’8”
Β1 = 165o46’ 10”+(-00o00’02”)
= 165o46’8”
= 137o14’28”
=142o11’58”
Β4 =150o53’20” + (-00o00’02”)
= 150o 53’18”
= 114o48’48”
Β6 = 177o08’00”+ (-00o00’02”)
= 177º07’58”
= 138o49’58”
= 149o32’08”
Β9 = 158o06’10”+(-00o00’02”)
= 158o06’08”
α1 - 0 = α awal + 180 o – β1
= 294o 11’43,06”
α0-9 = α 1 - 0+180 o- β0
= 8042’35,06”
α9-8 = α 0 – 9+180 o– β9
= 30036’27,06”
= 61o4’19,06”
= 102o14’21,06”
= 105o6’23,06”
= 170o17’35,06”
= 199o24’17,06”
= 237o12’19,06”
= -53,185 m
= -46,507 m
= 6,360 m
= 25,454 m
= 28,006 m
= 29,318 m
= 55,482 m
= 7,419 m
= -15,276 m
= -31,943 m
= 9,344 m
= 20,896 m
= 41,516 m
= 43,028 m
= 15,478 m
= -6,360 m
= -14,977 m
= -43,370 m
= -43,368 m
= -20,582 m
b.Ordinat
f (y) = ∑ d cos α
= 1.605
12.) Menghitung Jumlah Panjang Sisi-sisi Poligon
D = ∑ Doptis
= d5-4 + d4-3+ d3-2+ d2-1+ d1-0+ d 0-9+ d9-8+ d8-7+ d7-6+ d6-5
= 444,437 m
54,000
= x (5,127 m)
444,437
= -0,623 m
d4D0-9
-3
Vx0-9 = DD f(x)
50,986
= x(5,127 m)
447,437
= -0,588 m
dD9-8
3-2
Vx9-8 = DD f(x)
42,000
= x(5,127 m)
447,437
S
= -0,485 m
dD8-7
2 -1
Vx8-7 = DD f(x)
49,993
= x(5,127 m)
447,437
= -0,577 m
D7-6
D
d1- 8
Vx7-6 = D f(x)
31,998
= x ¿5,127 m)
447,437
= -0,369 m
d 8D6-5
-7
Vx6-5 = DD f(x)
30,000
= x (5,127 1 m)
447,437
= -0,346 m
d 7D5-4
-6
Vx5-4 = DD f(x)
57,468
= x(5,127 m)
447,437
= -0,663 m
d 6D4-3
-5
Vx4-3 = DD f(x)
44,000
= x(5,127 m)
447,437
= -0,508 m
d 6D3-2
-5
D
Vx3-2 = D f(x)
45,980
= x(5,127 m)
447,437
= -0,530 m
d 6D2-1
-5
Vx2-1 = DD f(x)
38,000
= x(5,127 m)
447,437
= -0,438 m
54,000
= x (1,605 m)
447,437
= -0,195 m
d4D0-9
-3
Vy0-9 = DD f(y)
50,986
= x (1,605 m)
447,437
= - 0,184m
d 3D9-8
-2
Vy9-8 = DD f(y)
42,000
= x (1,605 m)
447,437
= - 0,152 m
d 2D8-7
-1
D
Vy8-7 = D f(y)
49,993
= x (1,605 m)
447,437
= - 0,181 m
d 1D7-6
-8
Vy7-6 = DD f(y)
31,998
= x (1,605 m)
447,437
= - 0,116m
d 8D6-5
-7
Vy6-5 = DD f(y)
30.000
= x (1,605 m)
447,437
= - 0,108 m
d 7D5-4
-6
Vy5-4 = DD f(y)
57.468
= x (1,605 m)
447,437
= - 0,208 m
d 6D4-3
-5
Vy4-3 = DD f(y)
44.000
= x (1,605 m)
447,437
= - 0,159 m
d 6D3-2
-5
Vy3-2 = DD f(y)
45.980
= x (1,605 m)
447,437
= - 0,166 m
d 6D2-1
-5
Vy2-1 = DD f(y)
38,000
= x (1,605 m)
447,437
= - 0,137 m
b. Ordinat
∆y 1-2 = d 1-2 cos α1-2+ Vy1-2
= 8,2225 + (-0,0592)
= 8,1633
= 40,0299
X2 = X1 + ∆X 1-2
= 0 + 17,1561
= 17,1561
X3 = X2 + ∆X 2-3
= 17,1561 + (-5,1823)
= 11,9738
X4 = X3 + ∆X 3-4
= 11,9738 + (-10, 6328)
= 1,341
X5 = X4 + ∆X 4-5
= 1,341 + (-29,4979)
= -28,1569
X6 = X5 + ∆X 5-6
= -28,1569 + (-6,1258)
= -34,2827
X1 = X6 + ∆X 6-1
= -34,2827 + 34,2828
=0
b. Ordinat
Y1 =0
Y2 = Y1 + ∆Y 1-2
= 0 + 8,1633
= 8,1633
Y3 = Y2 + ∆Y 2-3
= 8,1633 + 40,0299
= 48,1932
Y4 = Y3 + ∆Y 3-4
= 48,1932 + 21,9541
= 70,1473
Y5 = Y4 + ∆Y 4-5
= 70,1473+ (-16,9228)
= 53,2245
Y6 = Y5 + ∆Y 5-6
= 53,2245+ (-42,0795)
= 11,145
Y1 = Y6 + ∆Y 6-1
= 11,145+ (-11,145)
=0
Titik 1
β 1-E = H1-2 – H1-E
= 117°14’00”- 24°52’00’’
= 92°22’00’’
β 1-F = H1-2 – H1-F
= 117°14’00”- 73°42’00’’
= 43°32’00’’
Titik 2
Titik 8
β 8-X = H8-9 – H8-X
= 280°49’40”- 222°23’20”
= 58°26’20”
Titik 4
α4-N = α4-3 – β4-N
= 199°24’17,06” - 75°54’40’’
= 123o29’37,06’’
α4-I = α4-3 – β4-I
= 199°24’17,06” - 108°12’20’’
= 91o11’57,06’’
Ordinat
∆Y1-A = d1-A cos α1-A
= 9,999 cos 11o58’5,04’’
= 9,782 m
X3-C = X3 + ∆X 3-C
= 11,974 + (-4,500)
= 7,474
X4-D = X4 + ∆X 4-D
= 1,341 + (-17,762)
= -16,421
X5-E = X5 + ∆X 5-E
= -28,157 + (-4,090)
= -32,247
X6-F = X6 + ∆X 6-F
= -34,283 + 22,848
= -11,435
X6-G = X6 + ∆X 6-G
= -34,283 + 19,029
= -15,254
Ordinat
Y1-A = Y1 + ∆Y1-A
= 0 + 9,782
= 9,782
Y1-B = Y1 + ∆Y1-B
= 0 + (-0,137)
= -0,137
Y3-C = Y3 + ∆Y3-C
= 48,193 + 6,603
= 54,796
Y4-D = Y4 + ∆Y4-D
= 70,147 + 12,968
= 83,115
Y5-E = Y5 + ∆Y5-E
= 53,225 + (-27,555)
= 25,67
Y6-F = Y6 + ∆Y6-F
= 11,145 + (-16,110)
= -4,965
Y6-G = Y6 + ∆Y6-G
= 11,145 + (-17,644)
= -6,499
5.4 Analisa Perhitungan Detail Grid
Patok 1
βd1-a = Hd1 – Ha
= 199°25’00”- 184°16’20’’
= 15°08’40’’
βa-e1 = Ha – He1
= 184°16’20’’- 211°54’20’’ + 360°
= 332°22’00’’
βe1-d = He1 – Hd
= 211°54’20’’- 158°24’30’’
= 53°29’50’’
βd-e = Hd – He
= 158°24’30’’- 118°30’30’’
= 39°54’00’’
βe-f = He – Hf
= 118°30’30’’- 66°30’30’’
= 52°00’00’’
βf-f1 = Hf – Hf1
= 66°30’30’’- 14°22’20’’
= 52°08’10’’
Patok 2
βg3-g2 = Hg3 – Hg2
= 315°39’30”- 316°39’20’’ + 360°
= 359°00’10’’
βg2-g1 = Hg2 – Hg1
= 316°39’20’’- 136°32’50’’
= 180°06’30’’
βg1-g = Hg1 – Hg
= 136°32’50’’ - 135°36’30’’
= 00°56’20’’
Patok 3
βg6-g5 = Hg6 – Hg5
= 313°10’30”- 312°58’00’’
= 00°12’30’’
βg5-g4 = Hg5 – Hg4
= 312°58’00’’ - 313°16’40’’ + 360°
= 359°41’20’’
Patok 4
βf8-e8 = Hf8 – He8
= 173°55’30” - 156°59’50’’
= 16°55’40’’
βe8-d8 = He8 – Hd8
= 156°59’50’’ - 155°22’50’’
= 01°37’00’’
βy-c5 = Hy – Hc5
= 136°23’00” - 305°18’30’’ + 360°
= 191°04’30’’
βc5-z = Hc5 – Hz
= 305°18’30’’ - 279°12’00’’
= 26°06’30’’
βz-c4 = Hz – Hc4
= 279°12’00’’- 268°00’00’’
= 11°12’00’’
βc4-c3 = Hc4 – Hc3
= 268°00’00’’- 268°18’60’’ + 360°
= 359°41’00’’
βb-c = Hb – Hc
= 64°56’00” - 43°08’00”
= 21°48’00”
βc-c1 = Hc – Hc1
= 43°08’00” - 29°42’30”
= 13°25’30’’
βc1-c2 = Hc1 – Hc2
= 29°42’30” - 369°53’10” + 360°
= 19°49’20’’
βc2-d2 = Hc2– Hd2
= 369°53’10” - 349°06’10”
= 20°47’00’’
βd2-b4 = Hd2– Hb4
= 349°06’10” - 251°39’10” /
= 97°27’00’’
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Analisa
Kesalahan-kesalahan pada pengukuran kemungkinan terjadi disebabkan
karena :
1. Kesalahan Kebetulan :
a. Umumnya karena akibat kesalahan pengukur.
6.2 Kesimpulan
Berdasarkan pengukuran di lapangan atau pengolahan data yang telah kami
dapat menarik kesimpulan :
1. Mahasiswa bisa mempraktekan teknik-teknik pengukuran tanah detail,
sudut jarak dan beda tinggi dan sebagainya.
2. Mahasiswa bisa mengoperasikan alat ukur khususnya Theodolite
3. Peta kontur dari suatu daerah dapat dibuat apabila di ketahui data
pengukuran poligon atau pengukuran detailnya dari daerah tersebut.
4. Praktikum Ilmu Ukur Tanah merupakan praktek langsung bagi mahasiswa
untuk menerapkan mengaplikasikan teori dari Ilmu Ukur Tanah
6.3 Saran
Berdasarkan pengalaman dalam praktikum, maka demi kemajuan
pelaksanaan praktikum Ilmu Ukur Tanah kami berikan saran sebagai berikut :
1. Asisten lapangan hendaknya turun aktif di lapangan baik memberi
pengarahan, maupun mengawas jalannya praktikum ,sehingga apabila ada
kesulitan cepat teratasi.
2. Mahasiswa bisa mengoperasikan alat ukur khususnya Theodolite
3. Peta kontur dari suatu daerah dapat dibuat apabila di ketahui data
6. DAFTAR PUSTAKA
Dugadale R. H., 1986. Ilmu Ukur Tanah, Edisi ketiga Bahasa Indonesia. Erlangga,
Jakarta.
Heinz Frick, 1985. Ilmu Ukur Tanah, cetakan ke 4 (dengan revisi). Yayasan
Karnesius, Yogyakarta.
Franciss H. M., 1975. Surveying, sixth Edition Harper dan Row Publisher
Narinder Singh, 1982. Surveting, Tata McGraw – Hill
Raymond E. D., 1981. Surveying, theory and practice, Sixth Edition McGraw –
Hill Book Company, USA.
Russel C.B., 1986. Dasar-dasar Pengukuran Tanah. Diterjemahkan oleh Djoko
Waljatun Edisi ke 7. Erlangga, Jakarta.
Soetomo Wongsotjitro, 1980. Ilmu Ukur Tanah, Terbitan pertama dalam E.Y.D.
Yayasan Karnesius, Yogyakarta.
Yohannes, 1995. Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah UNILA, Lampung.
DOKUMENTASI
Nivo Tabung
Nivo Kotak
Unting-unting
Senter
Statif
18. Contoh hasil yang bakal didapatkan pada pengukuran azimuth di lapangan
19. Data-data lain yang perlu diambil : temperature, tekanan udara pada saat
pengamatan.