Anda di halaman 1dari 42

BAB V

OSILATOR HARMONIK 1 DIMENSI

Sebuah benda yang melakukan getaran harmonik satu


dimensi secara makroskopik telah didiskusikan secara panjang lebar
pada mekanika klasik, baik yang bergetar sederhana dan yang
bergetar teredam. Dalam sistem mikroskopik, getaran harmonik
terjadi pada tingkat melekul suatu sistem, misalnya molekul gas
karbon dioksida. Pada bab berikut ini akan didiskusikan osilator
harmonik satu dimensi secara mikroskopik atau tinjauan secara
kuantum. Tinjauan osilator harmonik secara kuantum dimulai
dengan menentukan persamaan Schrodinger untuk osilator harmonik
1
mω2 x 2
satu dimensi dengan energi potensial V(x) = 2 . Untuk
menentukan fungsi gelombang dan tingkat-tingkat energi dari sistem
partikel yang bergetar secara harmonik, persamaan Schrodinger
untuk osilator harmonik dapat diselesaikan dengan tiga cara, yaitu
(1) diselesaikan secara langsung dengan menggunakan persamaan
differensial khusus fungsi Hermite, yang disebut juga sebagai
penyelesaian secara analitik, (2) diselesaikan dengan fungsi
pembangkit, dan (3) diselesaikan dengan metode operator.
Bila sebuah partikel bergetar secara harmonik pada bidang
satu dimensi maka besarnya energi potensial yang dimiliki oleh
partikel tersebut dinyatakan sebagai

121
1 2 1
kx mω2 x 2
V(x) = 2 = 2 (5.1)
dimana  = 0 = frekuensi alami dari benda yang melakukan gerak
harmonic tersebut.
v

Persamaan Schrodinger dari partikel yang bergerak harmonic


tersebut adalah
−ℏ 2 d 2 ψ ( x ) 1
+ mω2 x2 ψ =Eψ
2 m dx 2 2 (5.2)
atau

dx 2 [
d 2 ψ ( x ) 2 mE m2 ω2 x 2
+
ℏ2

ℏ2 ]ψ=0
(5.3)
Persamaan (5.3) dapat disederhanakan dengan memisalkan
2mE 2 mE 2 E
= = =k
mω ℏ 2 α 2 ℏ 2 mω ℏ ω
α 2= ℏ
dan y=αx dan ℏ (5.4)
dy d d dy d
=α = . =α
sehingga diperoleh dx dan dx dy dx dy
d2 d
dx 2 = dx
α( )
d
dy
d
= dy
α( )
d dy
dy dx
2
d2 2 d
α
dx 2 = dy 2 (5.5)

122
Persamaan (5.4) dan (5.5) dimasukkan ke dalam persamaan (5.3)
diperoleh

(
α 2 d 2 ψ ( y ) 2 mE α 2
)
2
4 y
+ −α ψ=0
dy 2 ℏ2 α 2 α2 : 2
d2 ψ ( y )
2
+ ( k − y 2 ) ψ=0
dy (5.6)

5.1. Penyelesaian Persamaan Schrodinger Osilator Harmonik


satu dimensi dengan Metode Analitik
Penyelesaian persamaan Schrodinger dengan metode analitik
untuk osilator harmonik adalah penentuan persamaan gelombang
dan tingkat-tingkat energi partikel yang bergerak harmonic diperoleh
secara langsung dengan menyelesaikan persamaan diferensial orde
dua yang telah direduksi kedalam PD orde 2 Fungsi Hermite.
Langkah-langkah penyelesaian secara analitik adalah :
1. Persamaan Schrodinger osilator harmonik disederhanakan
dengan melakukan substitusi variabel , seperti ditunjukkan pada
pers (5.4) dan (5.5).
2. Penentuan penyelesaian pendekatan untuk x → ∞ atau
y→ ∞
3. Penentuan penyelesaian umum untuk PD orde dua yang telah
disederhanakan yang merupakan perkalian antara penyelesaian
pendekatan dengan suatu fungsi baru yang berupa deret pangkat
tinggi yaitu fungsi Hermite dan diperoleh PD fungsi Hermite
4. Penyelesaian PD fungsi Hermite diselesaikan dengan mengacu
penyelesaian PD Frobeneus.
5. Penentuan faktor normalisasi gelombang dengan menggunakan
formula normalisasi.

2. Penentuan penyelesaian pendekatan untuk x → ∞ atau y → ∞


Pertama-tama kita tinjau penyelesaian Persamaan Schrodinger
osilator harmonic satu dimensi di titik tak terhingga.

123
d2 ψ ( y )
2
+ ( k − y 2 ) ψ=0
Dari Persamaan ( 5.6 ) : dy
yaitu untuk y → ∞ maka harga k pada pers (5.6) diabaikan
relative terhadap harga y2, dan pers (5.6) dapat dituliskan sebagai
d2 ψ
2
− y 2 ψ=0
dy (5.7)
Penyelesaian khusus untuk y → ∞ pada pers (5.7) dimisalkan dalam
bentuk
ay 2
ψ=e (5.8a)
kemudian ψ dideferensialkan dua kali sbb :
dψ 2
=2 aye ay
(1) dy
d2 ψ ay 2 ay
2
2 2 ay
2
ay
2
=2 a .e +2ay . 2 ay . e =4 a y e +2 ae
(2) dy 2 (5.8b)
Bila persamaan (5.8a) dan (5.8b) dimasukkan ke dalam pers (5.7)
dan harga 2a pada pers (5.8b) diabaikan terhadap 4a2 y2 maka
diperoleh :
d2 ψ 2
− y 2 ψ=0 2 2 ay 2 2 ay 2
dy 2
4 a y e +2 ae - y e ay
=0
2 2 2 ay 2
( 2a+ 4 a y − y )e =0 , karena suku kedua yang mengandung
faktor 2a diabaikan maka
2 2 2 ay 2
(4 a y − y )e =0
diperoleh 4 a2 y 2 − y 2 =0 atau (4 a2 −1) y 2 =0 karena
2
e ay ≠0 dan y≠0

124
1 1
2 a=±
maka a =4 atau 2 sehingg penyelesaian khusus pers
(5.7) adalah
1 2 −1 2
y y
2
ψ≈ Ae + Be (5.9)
2

Karena y → ∞ maka pada pers (5.9) yang memenuhi syarat batas


penyelesaian di  adalah suku yang mempunyai eksponen negatif
dan penyelesaian umum persamaan Schrodinger pada pers (5.6)
dapat dituliskan sebagai
y2

2
ψ=H ( y ) e (5.10)
dimana H adalah polynom Hermite yaitu H (y) merupakan
polynominal (deret suku banyak) dari yn

3. Penentuan Penyelesaian bentuk Umum dan PD fungsi Hermite


PD orde dua fungsi Hermite dapat diperoleh dari pers (5.10)
dengan cara sebagai berikut:
Kemudian pers (5.10) didifferensialkan dua kali yang hasilnya sbb :

(1)

dy
d
= dy
He [ −
y2
2 ] = H 'e

y2
2
− yHe

y
2
2

d2 ψ
(2) dy 2 =
HerSup{size8{- { y2} over {2} } -H'ital ye rSup{size8{- { y2} over {2} } - ital He rSup{size8{- { y2} over {2} } - ital yH'erSup{size8{- { y2} over {2} } +yrSup{size8{2} ital He rSup{size8{- { y2} over {2} } }{¿
d2 ψ
dy 2 = HerSup{size8{- { y2} over {2} } -2ital yH'erSup{size8{- { y2} over {2} } +ital He rSup{size8{- { y2} over {2} } \(yrSup{size8{2} -1\) }{¿ (5.11)

125
dH ' d2 H ''
=H 2
=H
dimana dy dan dy .
Substitusi (5.11) ke dalam pers. (5.6) diperoleh
−y2
HerSup{size8{- { y2} over {2} } -2ital yH'erSup{size8{- { y2} over {2} } +ital He rSup{size8{- { y2} over {2} } \(yrSup{size8{2} -1\)}{¿ + (k − y 2 )He 2
= 0
y2

2
ingat ψ=H ( y ) e

0=
HerSup{size8{- { yrSup{size6{2} } over {2} } -2ital yH'erSup{- { yrSup{size6{2} } over {2} } size12{+\(k-1\) ital He rSup{- { yrSup{size6{2} } over {2} } {¿ maka
persamaan dapat ditulis

H \( y \) - 2 ital yH ' \( y \) + \( k - 1 \) H=0} {¿ ( 5.12)

disebut PD orde dua fungsi Hermite.


4. Penyelesaian PD fungsi Hermite
Untuk menyelesaikan pers. (5.12) kita tinjau lebih dahulu
pernyelesaian umum ”PD standard”yang dinyatakan dalam bentuk
penyelesaian jumlah deret suku banyak sebagai berikut:
( penyelesaian dengan metode Frobenius)

d 2 P( x ) dP
2
+ A ( x ) +B( x ) P=0
dx dx ( 5.13)
disebut PD Standard PD Frobenius
Bila penyelesaian PD disekitar titik x = a dimana titik x = a
menyebabkan harga A(a) atau B(a) finite (tertentu) maka
penyelesaian PD standard tersebut adalah:
n
P( x )= ∑ C n ( x−a )n 2 3
n=0 = c 0 + c 1 ( x−a )+c 2 ( x−a ) + c 3 (x −a ) +
c 4 ( x−a)4 + ….. (5.14)
dan titik x = a disebut titik ordinary .

126
Tetapi bila disekitar titik x = a membuat A(a)   atau B(a)  
maka titik x = a disebut titik reguler singular dan penyelesaiannya
dinyatakan sebagai:
P( x )=( x−a )s ∑ Cn ( x−a )n
n →0
2 3
= (x-a)s{ c 0 + c 1 ( x−a )+c 2 ( x−a ) + c 3 ( x −a ) +
c 4 ( x−a)4 + …..} (5.15)

Bila pers (5.12) kita tinjau sebagai PD standard seperti pada pers
(5.13), maka A(y) = -2y dan B(y) = k-1, dan bila kita memilih
penyelesaian disekitar titik y =0 maka harga A(y) = -2y = 0 atau B =
k-1, yang mana baik A(y) dan B(y) ke dua berharga tertentu, maka
titik y = 0 merupakan titik ordinary sehingga penyelesaian PD
fungsi Hermite pada pers (5.12) adalah
∑ C n . yn
= n=0 = C0 + C1y + C2y2 + C3y3 + … (5.16)
Kemudian pers (5.16) dimasukkan ke dalam pers (5.12) dengan cara
sebagai berikut:
( 5.12)  H \( y \) - 2 ital yH ' \( y \) + \( k - 1 \) H=0} {¿

(k – 1) H = (k – 1) (C0 + C1y + C2y2 + C3y3 + …)

−2 y
dH
dy =
d
[
−2 y (C 0+C 1 y+C 2 y 2+...)
dy ]
= −2 y [ C1 +2C 2 y +3 C3 y +4 C 4 y +. . .)]
2 3

d2 H
dy 2 = 2C2 + 3.2 C3y + 4.3.C4y2 + 5.4 C5y3 + 6.5 C6 y4…
__________________________________________________ +
0 = [(k – 1) C0 + 2C2] + y [(k – 1) C1 – 2C1 + 3.2C3]
+ y2 [(k – 1) C2 – 2.2 C2 + 4.3 C4] + y3 [(k – 1) C3 –
2.3 C3 + 5.4 C5 ] + … (5.17)

127
Deret pangkat tinggi yang sama dengan nol pada pers (5.17) tersebut
dapat dikatakan sebagai persamaan identitas yang berarti untuk
setiap koefisien dari setiap sukunya sama dengan 0, maka
−(k−1 )
C 2= C0
0
y : (k - 1) C0 + 2C2 = 0 2
−(k−1 )+2. 1
C 3= C1
y1 : (k - 1) C1 - 2C1 + 3.2C3 = 0 3 .2
−(k −1)+2 . 2
C 4= C2
y2 : (k - 1) C2 – 2.2C2 + 4.3C4 = 0 4 .3
−(k−1 )+ 2. 3
C 5= C3
5.4
dari uraian di atas dapat digeneralisasikan sebagai :
−( k−1 )+2. ( n−2 )
C n= C n−2
n( n−1) (5.18)
dan berdasarkan hubungan antara koefisien tersebut dapat dilihat
bahwa koefisien genap dinyatakan dalam koefisien genap di
bawahnya, demikian juga untuk yang ganjil, maka penyelesaian PD
fungsi Hermite terbelah menjadi dua bagian yaitu bagian
penyelesaian genap dan ganjil:
−(k −1)+2(2 n−2)
C 2 n−2
Untuk penyelesaian genap: C 2n = 2n (2n−1)
dan untuk penyelesaian ganjil : C 2n+1 =
−(k −1)+2(2 n+1−2)
C 2n−1
(2 n+1)(2 n+1−1)
 Hn = (C0 + C2y2 + C4y4 + … + C2ny2n )+ (C1y + C3y3 + … + C2n+1y2n+1 )
5.19)

Untuk menentukan tingkat energi maka deret pangkat tinggi harus


terputus pada pangkat tertingginya, misal : n adalah pangkat yang
'
tertinggi, maka Cn+1 = 0 , Cn+2 = 0 dan juga Cn’ yang lain untuk n >
n,

128
−( k−1 )+2n
C n+2= Cn=0
(n+2)(n+1 ) , -(k -1) + 2n = 0  k = 2n + 1 ,
2E
k= =2n+1
ℏω
1
(n+ )ℏ ω
En = 2 (5.20)
Penentuan hubungan antara koefisien Cn bila pangkat tertinggi telah
ditentukan dapat dilakukan dengan mengganti harga k yang telah
ditentukan dari pangkat tertinggi tersebut, misal disini n, boleh
genap atau ganjil:
−(k −1) −(2 n+1−1 )C 0
C0
C2 = 2 = 2 = -nC0
−(k −1)+2 .1 −(2 n+1−1 )+2. 1 C1 −n+1
C1 C1
C3 = 3.2 = 6 = 3
−(k −1)+2 . 2 −(2 n+1−1 )+4 −n+2
C2 C2 C2
C4 = 4.3 = 12 = 6
dan seterusnya.
Karena penyelesaian akhir hanya boleh genap saja atau ganjil saja,
semua C genap dapat dinyatakan dalam C 0 atau semua C ganjil
dapat dinyatakan dalam C1.

Contoh 1 : bila dipilih pangkat tertinggi deret adalah n = 10,


maka C10 tidak nol, tetapi C12 harus nol, karena pangkat tertinggi
adalah 10, sehingga
−(k −1)+2 .10
C10
C12 = 12 .11 = 0, diperoleh harga k = 21
−(k −1) C 0 −20
C0
C2 = 2 = 2 = -10 C0
−(k −1)+2 . 2 −20+4 16 40
C2 C 2 − (−10 C 0 ) C0
C4 = 4.3 = 12 = 12 = 3

129
−(k −1)+2 . 4 −20+8 40
C4 C
C6 = 6 .5 = 30 3 0
−12 40 −16
C0 C0
= 30 3 = 3

C8 =
−(k −1)+2 . 6
8.7
C6
−20+12 −32
= 8.7 6 (C0 )
8 16 16
C0 C0
= 8 .7 3 = 21
−(k −1)+2 . 8
C10 = 10 . 9
C8
−20+16 16
= 10 . 9
( C
21 0 )
−4 16 −32
C0 C0
= 10 . 9 21 = 945
40 16 16 32
Jadi H10 (y) = C0 (1-10 y2 + 3 y4- 3 y6 + 21 y8 - 945 y10)
dan fungsi gelombang osilator harmonik satu dimensi tingkat yang
−y2
2
ke 10 dinyatakan sebagai ψ 10=N 10 e H 10 ( y )
dimana N10 merupakan faktor normalisasi untuk fungsi gelombang
tingkat ke 10.
Penentuan koefisien C0 atau C1 ditentukan secara
konvensional yaitu bila pangkat tertinggi fungsi Hermite adalah n
maka besarnya koefisien pangkat tertinggi dari y adalah 2 n. Sebagai
32
contoh di atas besarnya coefisien dari y10 adalah 210 = - C0945 atau
945 10
2
C0 = -32 = -30240, maka H10 dapat ditulis menjadi
40 16 16 32
H10 (y) = -30240 (1-10 y + 3 y - 3 y + 21 y - 945 y10)
2 4 6 8

130
1209600 483840 483840
= (-3024 +302400 y2 - 3 y4+ 3 y6 - 21 y8 + 1024
y10)

Contoh – 2 : Bila pangkat tertinggi polynom Hermite adalah 3,


tentukan H3 !
Penyelesaian : Karena pangkat tertinggi dari y adalah 3, maka dari
persamaan C5 = 0 diperoleh
−(7−1)+2 .1 −2
C1 C1
k = 2n + 1= 7, C3 = 3 . 2 = 3
2
− C1
H3 = C1 y 3 y3
2
C1
Kemudian koefisien dari y3 disamakan dengan 23, yaitu - 3 =8
maka C1 = -12, dan memberikan H3 = - 12y + 8y3.
Secara umum persamaan fungsi gelombang (eigen fungsi) tingkat ke
n, n, untuk osilator harmonik satu dimensi dinyatakan sebagai
− y2
2
ψ n =N n e Hn( y ) (5.21)
dimana besarnya faktor normalisasi yang akan ditentukan kemudian
dinyatakan sebagai


1
α mω 4 1
N n= n =( )
2 n !√π ℏ π √ 2n n ! (5.22)

Contoh soal-3  untuk penyelesaian genap


Bila dipilih pangkat tertinggi deret adalah n = 4, maka tentukan H 4
dan ψ4.
Jawab :
a) Untuk n =4 maka deret fungsi Hermite yang ada C 0 , C2 dan C4,
sedangkan C6 = 0
b) Tentukan nilai k yaitu :
k = 2n +1 = 2.4 + 1 = 9

131
c) Masukkan nilai k dan hitung nilai Cn, diperoleh :
Co
−(9−1)+2 . 0
Co=−4 C 0
C2 = 2. 1
−(9−1)+2 .2 8 8 32
C2 =− C 2 =− (−4 C0 )= C 0
C4 = 4.3 3 3 3
d) Tulis PD Fungsi Hermite :
32 4
y )
H4 (y) = C0 ( 1 – 4y2 + 3
e) Tentukan nilai C0 sbb :
32
C0
2 = 3
4
 C0 = 1,5
PD Fungsi Hermite dapat ditulis kembali menjadi H 4 (y) =
32 4
y )
1,5 ( 1 – 4y2 + 3
Subtitusi y = α x , maka H4 (y) = 1,5 – 6 α 2 x2+ 16 α 4 x4
mω mω
Subtitusi α = ℏ , maka H4 (y)
2
= 1,5 – 6 ℏ x2+ 16
m2 ω 2
ℏ 2 x4
f) Penentuan fungsi gelombang osilator harmonic tingkat ke-4,
sbb:
− y2
2
Bentuk : ψ 4 =N 4 e H4( y )
Tentukan dulu N4 dengan rumus umum :


1
α mω 4 1
N n= =( )
2 n !√π
n ℏπ √ 2n n !


1 1 1
α mω 1 mω 4 1
N4= 4 =( )4 4 =( mω )4 1 ( )
2 .4! √ π ℏ π √ 2 .4! ℏ π √ 16.24 = ℏ π √ 24 24

132
1 1
mω 4 1 mω 4 1
( ) 2 ( )
= ℏ π 2 . 2 √6 = ℏ π 8 √ 6
g) Jadi fungsi gelombang harmonic osilator dapat ditulis sbb :
1
mω 4 1 mω 2 mω m2 ω2
( ) −
2ℏ
x
ψ4 = ℏ π 8 √ 6 e (1,5 – 6 ℏ x2+ 16 ℏ
2
x4)

5.2 Penyelesaian dengan menggunakan Fungsi Pembangkit


Cara lain untuk menentukan penyelesaian PD fungsi
Hermite, kita dapat menggunakan fungsi pembangkit dari PD fungsi
Hermite dinyatakan sebagai
n
−t 2+2 ty t
e =Σ H n ( y )
n! (5.23)
Pers. (5.23) disebut sebagai Fungsi Pembangkit karena Fungsi ini
dapat menghasilkan (membangkitkan) PD fungsi Hermite dan
Hermite polynomial. Adapun langkah-langkah untuk menjabarkan
PD fungsi Hermite sebagai berikut:
1. diferensialkan ruas kiri dan kanan pers (5.21) terhadap t
n
d −t 2+2 ty d t
(e )= ( Σ H n ( y ))
dt dt n !
n−1
−t2 +2ty nt
(−2t +2 y )e =Σ Hn( y )
 n !
tn nt n−1
(−2t +2 y )Σ H n ( y )=Σ H ( y)
n! n! n
−2t n+1 2 yt n tn−1
Σ{ H n ( y )+ H ( y )}=Σ H ( y)
n! n! n (n−1)! n(5.24)
Kemudian dengan menggunakan logika iterasi untuk suku pertama
ruas kiri yaitu n diubah menjadi n-1 sebagai berikut
n!
n+1 n
t → t , n!  (n-1)!, Hn(y)  Hn-1(y) dan (n-1)! = n (5.25)

133
dan suku pada ruas kanan n diubah menjadi n+1
t n−1 →t n , (n-1)!  (n)!, dan Hn(y)  Hn+1(y) (5.26)

Kemudian pengubahan pada pers (5.25) dan (5.26) dimasukkan ke


pers (5.24) diperoleh
tn tn
Σ {−2 nH n−1 ( y )+2 yH n ( y )} =Σ H n+1 ( y )
n! n!
atau
−2 nH n−1 ( y)+2 yH n ( y)=H n+1 ( y ) (5.27)
Pers (5.27) disebut sebagai formula rekursi, yaitu n bisa diganti
dengan bilangan tertentu, misal untuk n=1, 2,3, maka pers (5.27)
menjadi
−2 H 0 ( y )+2 yH 1 ( y )=H 2 ( y )
−4 H 1 ( y )+2 yH 2 ( y )=H 3 ( y )
−6 H 2 ( y )+2 yH 3 ( y )=H 4 ( y )

2. Ruas kiri dan kanan pers (5.21) dideferensialkan terhadap y yaitu


n
d −t 2 +2ty d t
(e )= ( Σ H n ( y ))
dy dy n!
n
−t 2 +2ty t '
2 t( e )=( Σ H n ( y ))
 n!
tn tn '
(2 t )Σ H n ( y)=Σ H n ( y)
n! n!
Dengan menggunakan langkah seperti pada langkah (1) (mengubah
n dan iterasi logika) diperoleh
'
2nHn-1(y) = H n ( y ) (5.28)
−2 nH n−1 ( y)+2 yH n ( y)=H n+1 ( y )
Bila pers (5.27) dan (5.28) kita kombinasikan maka kita peroleh
'
H n ( y )=2 yH n ( y )−H n+1 ( y ) (5.29a)

134
Bila pers (5.28) n telah diubah menjadi n+1 dan kemudian
dimasukkan ke persamaan (5.29a) yang telah dideferensialkan ke y
maka diperoleh
'' '
H n ( y )−2 y H n ( y )+ 2nH n ( y )=0 (5.29)
dimana 2n = k-1 seperti yang kita diskusikan pada subbab 5.1 dan
pers (5.29) tidak lain adalah PD orde dua fungsi Hermite seperti
yang ditunjukkan pers (5.12)
Dengan memanipulasi pers (5.23) secara matematik dapat diperoleh
formula (pers.) Polynom Hermite sebagai berikut:
Bila pers (5.23) dideferensialkan n kali terhadap t diperoleh
d n −t2 +2ty d
n n
t
n
(e )= n ( Σ H n ( y ))
dt dt n!

dn d n y 2−( t− y )2
S ( y , t )= (e )‖t =0
dt n dt n = Hn(y) (5.30)
∂ S(t− y ) ∂ S(t− y )
Karena ∂t = - ∂y maka
d n y2 −( t− y )2 y ∂
2 n
−(t − y)
2
(e )=e n
e
dt n ∂t
n
e y (−1 ) ∂ n e
2
n −( t− y )2
|t=0
= ∂y
n
d n y2 −( t− y )2 y2 n ∂ − y2
(e )‖t=0 e (−1 ) n
e
Jadi dt n
= ∂y (5.31)
Bila pers (5.31) dimasukkan ke pers (5.30) dan diambil t=0 maka
pers (5.30) berubah menjadi
n
(−1) e ∂ n e
n y2 − y2

Hn(y) = ∂y (5.32)
Pers (5.32) menunjukkan formula polynom Hermite dimana n=0,
1,2,3,4,…..

135
Sekarang kita akan menentukan faktor normalisasi Nn dari fungsi
gelombang osilator harmonic satu dimensi
− y2
2
ψ n =N n e Hn( y ) (5.33a)
dengan menggunakan formula Polynom Hermite pers (5.32) sebagai
berikut:


−∞
|ψ n ( x)|2 dx=1

dy
∫−∞ ψ ¿n ( y)ψ n( y ) α
 =1

2 −y2 2 dy
∫ N n e H n( y )
α
 −∞ =1 (5.33)
∞ 2 α

−∞
e− y H n ( y )dy=
2
2
Nn
atau
Penentuan harga normalisasi Nn dapat di hitung dengan dua cara
yaitu dengan menggunakan persamaaan fungsi pembangkit dari
fungsi Hermite dan polinom Hermite.
1) Menggunakan persamaan fungsi pembangkit fungsi Hermite
Integral pada pers (5.33) dapat diselesaikan dengan
mengintegralkan hasil kali antara dua fungsi pembangkit dari
fungsi Hermite :
∞ 2 2
∫−∞ e −s2 +2sy −t +2ty −y
e e dy
=
∞ ∞ n m ∞
st
∑ ∑ n!m ! −∞∫ H n ( y) H m ( y)dy
e− y2

n=0 m=0 (5.34)


Ruas kiri pers (5.34) dapat diintegralkan dengan cara membuat
eksponen yang merupakan fungsi y dibuat menjadi bentuk kuadrat
sempurna yaitu –s2 + 2sy –t2 +2ty –y2 -2st +2st = - (y-s-t)2 + 2st

136
sehingga diperoleh
∞ 2

−( y−s−t )2
∫−∞ e −( y−s−t ) 2st
e dy e
=
2st
∫−∞ e d( y−s−t)
(2 st ) p

√π ∑
= e 2 st
√ = p=0 p !
π (5.35)
Bila pers (5.35) disubstitusikan ke ruas kiri pers (5.34) dan ruas
kanannya di set n = m dan p juga sama dengan n, maka diperoleh

∫−∞ e−y2 2
H n ( y)dy
= π 2n n! √ (5.36)
karena untuk n ¿ m, harga integral pada ruas kanan pers (5.34)
adalah nol. Kemudian nilai integral pada pers (5.36) dimasukkan ke
α
=
dalam integral pers (5.33) diperoleh √ π 2 n!n N 2n

[ ]
1
α 2
1
2 n
Dengan demikian besarnya Nn =
π 2 n! (5.37)
Dan pers gelombang osilator Harmonik dinyatakan sebagai
− y2

( )
1
mω 1 2
ψ n= 4 e Hn( y )
ℏπ √2 n !
n
(5.37a)
Cara II :
Bila salah satu Hn(y) pada pers (5.33) diganti dengan Hn(y) =
n
(−1) e ∂ n e
n y2− y2

∂y maka pers (5.33) menjadi


N 2n ∞ d n − y2
α ∫
−∞ dy
n
H n ( y )(−1 ) n e dy
=1

137
N 2n ∞ d n−1 − y2
(−1)
α
∫ H n( y )d ( dy n−1 e )
−∞
n

<=> =1 (5.38)
Kemudian pers (5.38) diintegralkan secara parsiel secara beruntun
untuk bagian yang di dalam integral saja
∞ dH ( y )
d n−1 − y2 ∞ d n−1 − y2
H n ( y ) n−1 e |−∞ − ∫
n
( y ) n−1 e dy
dy −∞ dy dy (5.39a)
∞ dH n ( y ) n−2
d

2
( y )d ( n−2 e− y )
= -−∞
dy dy
∞ d2 H ( y )
d n−2 − y2 ∞ d n−2 − y2
H n ( y) n− 2 e |−∞ ∫
' n
( y ) n−2 e dy
=- dy + −∞ dy 2 dy (5.39b)
Suku pertama baik pers (5.39a dan 5.39b) berharga nol karena
fungsi gelombang tidak bisa ditemukan di daerah tak terhingga.
Setelah dintegralkan secara parsiel sebanyak n kali diperoleh hasil
∞ ∞ dn H ( y )
dn − y2

−∞
H n ( y ) n e dy (−1) ∫
dy
n
−∞
n

dy n
( y )e−y2
dy
= (5.40)
Karena suku yang pangkatnya tertinggi dari polynom Hn(y) adalah 2n

dn H n ( y ) n
yn, maka harga dy n
=2 n ! ∫
dan karena −∞
e−y2
dy
=  dan bila
hasil perhitungan ini dimasukkan ke pers (5.40) dan kemudian pers
(5.40) dimasukkan ke pers (5.38) diperoleh
N 2n
(−1)n (−1 )n 2n n ! √ π
α =1 yang memberikan harga Nn sebagai


1
α mω 4 1
N n= n =( )
2 n !√π ℏ π √ 2n n ! (5.37b)
V, En
n n=5

n=4

138
n=3

n=2
seperti yang ditunjukkan pada pers (5.37). Maka pers fungsi
gelombang untuk partikel yang bergerak dalam medan yang
dipengaruhi oleh potensial osilator harmonik dinyatakan pada pers
(5.37a)
Contoh : Dengan menggunakan pers (5.32) dapat dihitung polynom
Hermite Hn(y),
misalnya
3 2
(−1)3 e y ∂ 3 e −e y ∂ 2 (−2 ye )
2
− y2 2
− y2

H3(y) = ∂y = ∂y

−e ∂y2 −y
2
2 −y
(−2e +4 y e )
2

= ∂ y
2 2 2 2

= −e y (4 ye − y +8 y e− y −8 y 3 e− y )
= (8y3 -12y)
1 −y2
mω 4 1 3 2
ψ 3 ( y )=( ) (8 y −12 y )e
maka
ℏπ √ 23 .6
1 −( αx )2
mω 1
4
ψ 3 (x )=( ) (8(αx )3 −12 αx)e 2

atau ℏ π 4 √3

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa fungsi pembangkit


hanya digunakan untuk menentukan fungsi gelombang saja,
sedangkan tingkat-tingkat energi tetap ditentukan dengan cara
pertama yaitu penyelesaian langsung pers Schrodinger dengan
metode analitik. Pada gambar 5.2 ditunjukkan energi potensial V =
1
mω2 x 2
2 dan tingkat –tingkat energi En = (n+ ½) ℏ ω dimana
selisih energi antara tingkat energi yang berturutan besarnya adalah
ℏ ω dan fungsi gelombang n yang terkait untuk partikel yang
bergetar secara harmonic satu dimensi.. Fungsi gelombang yang

139
ditunjukkan pada gambar 5.2 diperoleh dari pers (5.21), (5.22) dan
(5.32).
Sebagai perbandingan dengan sistem osilator harmonik pada
mekanika klasik dimana partikel berosilasi dengan amplitude
tertentu dan mempunyai karakteristik bahwa energi kinetiknya
hilang di titik balik. Karena energi total partikel E =T + V maka
secara klasik partikel berosilasi pada daerah yang dibatasi oleh titik
potong antara energi potensial V(x) yang berbentuk parabola dengan
energi total E yang berupa garis lurus mendatar. Demikian juga
ditunjukkan pada gambar (5.2) nilai ekstrem n terlokalisasi dalam
daerah yang dimungkinkan secara klasik, tetapi ekor grafik
diperpanjang menuju tak terhingga.
Penyimpangan perilaku antara klasik dan kuantum semakin
menyolok bila kita membandingkan probabilitas posisi partikel, lihat
gambar 5.3.
(x)

cl

qu

n=1 x

Gambar 5.3. Perbandingan antara secara klasik dan secara kuantum system osilator

Misalkan T adalah periode revolusi dari partikel, cl atau P adalah


rapat probabilitas ditemukannya partikel dalam interval tertentu

140
(dx), maka secara klasik kita dapat menyatakan bahwa besarnya
probabilitas ditemukan partikel didefinisikan sebagai
dt ω dx
T π dx
cldx = P dx = 2 = = dt
Karena persamaan gerak partikel yang berosilasi secara klasik
dinyatakan sebagai
dx
x = a sin t,  dt =
x2
=ωa cos ωt ωa 1− 2
a √
maka besarnya peluang ditemukannya partikel dalam interval (dx , x
+ dx )adalah
1 dx


πa x
2
1− 2
cldx = P dx = a (5.41)
Amplitude a dapat ditentukan dari persamaan energi mekanik (total)
1
dari partikel yang bergerak harmonik E = 2 m2a2 yang
2E
2
memberikan harga a = ( mω )
Sebaliknya, besarnya kebolehjadian (peluang) untuk ditemukan
partikel dalam interval (dx , x + dx ) secara kuantum dinyatakan
sebagai
2
qudx = P dx = |ψ( x)| dx ,
1 −mωx2
mω 4 1 x 2ℏ
ψ 1 ( y )=( ) 2 e

bila untuk n=1 dimana


ℏ π √21

−mωx 2

ℏ √
maka qudx = P dx =

mωπ √
2 x2 e ℏ

dx (5.42)

141
Dari pers (5.42) dapat ditunjukkan bahwa besarnya peluang
ditemukan partikel mencapai harga minimum adalah di titik x = 0

dan mencapai harga maximum di titik x =  √ ℏ


mω .
Harga minimum dan maximum ini diperoleh dari pernyataan bahwa
d
derevatif pertama dari pers (5.42) sama dengan nol, dx (qudx) =
d
dx (Pdx) =0
3
Secara klasik untuk n=1, E1 = 2 ℏ ω ,


3 ℏω
2
3ℏ
maka besarnya x=  a = mω =  mω √
W (x)
cl(x)

qu(x)


x
n = 15


142
Gambar 5.4 menunjukkan probabilitas secara klasik dan
kuantum untuk n=15. Untuk harga n yang cukup tinggi, rata-rata
nilai dari distribusi secara kuantum mendekati harga limit dari
klasik. Dari gambar ditunjukkan bahwa besarnya rapat probabilitas
secara kuantum di luar batas daerah yang dibolehkan secara klasik
tidak nol karena energi kinetic T dan energi potensial V tidak komut,
yaitu keduanya tidak mempunyai nilai yang tepat bersamaan karena
T tergantung p dan V tergantung x yang keduanya mengandung
ketidakpastian [ p̄ , x ] =−i ℏ . Dapat dilihat bahwa lokalisasi partikel
pada daerah diluar daerah yang dibolehkan oleh klasik
mengimplikasikan terjadinya pelanggaran kekekalan energi. Namun
untuk system kuantum dikatakan tidak melanggar karena bila
partikel dilokalisasikan pada bagian kecil dari ekor gelombang
ketidakpastian momentum meningkat ke suatu titik dimana energi
total yang baru melebihi energi potensial partikel. Maka dalam
kuantum, partikel dibolehkan menerobos daerah yang dilarang oleh
klasik.
Satu hal lagi yang membedakan osilator harmonic menurut kuantum
dan klasik adalah harga energi minimumnya, pada klasik energi
minimumnya dicapai bila x=0, p=0, maka E=0, sedangkan pada
kuantum E0 = ½ ℏ ω yang disebut sebagai energi tingkat dasar.
ℏ2
Δx 2 Δp 2≥
Energi tingkat dasar ini sebagai konsekuensi dari 4
Karena fungsi gelombang pada system osilator harmonik merupakan
hasil kali antara fungsi eksponensial dari kuadrat variable posisi
dengan polynom Hermite yang merupakan fungsi genap saja atau
ganjil saja, maka nilai harap dari posisi dan momentum


<x> = x̄ = −∞
¿
ψ n ( x)xψ n ( x)dx=0
(5.43)
karena dalam integral merupakan fungsi ganjil, demikian juga untuk
momentum

143

d
∫−∞ ψ ¿n ( x)(−i ℏ dx )ψ n( x)dx=0
<p> = p̄ = (5.44)
karena juga fungsi ganjil. Nilai harap posisi dapat dibuktikan dengan
menggunakan pernyataan pada pers (5.34) dengan mengalikan
y y
=

kedua ruas dengan x atau


diintegralkan
α mω

ℏ dan kemudian ruas kiri


y −s2+2sy −t2 +2ty −y2 ∞ ∞ sn tm ∞ y − y
∫−∞ α e e e dy n=0∑ m=0∑ n!m ! −∞∫ α e H n( y) H m( y )dy
2

=
Dan seperti pada pembahasan sebelumnya, penyelesaian integral
ruas kiri dapat diperoleh dengan manipulasi matematika secara
sederhana

1 −( y−s−t )2 2 st 2 2st ∞ −1 −( y−s−t )2

−∞ 2α
e e dy e ∫
−∞ 2α
e d−( y−s−t )
2

=
1 −( y −s−t )2 ∞
e 2 st e |−∞
= −2 α =0
Dengan cara yang sama dapat dibuktikan besarnya nilai harap
momentum linear pada pers (5.44)
Dengan demikian besarnya varians momentum linear dan posisi
adalah
Δp 2 = p2 − p̄ 2 = p2 dan Δx 2=x 2 (5.45)
ℏ2
2 2
sehingga Δp Δx  4 (5. 46)
Besarnya nilai harap kuadrat momentum linear atau nilai rerata
kuadrat momentum, p2 = <p2> didefinisikan sebagai

144

d
p 2 ∫−∞ ψ ¿n ( x)(−i ℏ dx )2 ψ n( x )dx
= <p2> = (5.47a)

dan
2
x =< x >¿ ¿ =2 ∫−∞ ψ ¿n ( x)x2 ψ n ( x)dx (5.47b)

Perhitungan nilai harap posisi x, <x>, nilai harap momentum, <p>,


2
nilai harap kuadrat posisi, ¿ x >¿ ¿ dan nilai harap kuadrat
momentum, <p2> , dapat menggunakan pers (5.10), (5.27) dan
(5.28).
2
Marilah kita simak salah satu contoh perhitungan nilai harap ¿ x >¿ ¿
sebagai berikut :

2 2
x =< x >¿ ¿ = −∞

ψ ¿n ( x)x 2 ψ n ( x)dx
1 2 1 2

∫ ( mω 1 −y mω 4 1 −y
)4 n 2 ( )
ℏ π √ 2 n! e H n ( y ) x2 ℏ π √ 2n n ! e 2 H n ( y ) dx
1 2 1 2

∫ ( mω 1 −y mω 4 1 −y
)4 n 2 ( )
= ℏ π √ 2 n! e H n ( y ) x2 ℏ π √ 2n n ! e 2 H n ( y ) dx

(
mω 2 1
) n
1
∫ H 2n ( y ) y 2
e− y
2 dy
= ℏ π 2 n! α 2
α
Dengan menggunakan pers (5.27), yHn(y) disubstitusi dengan
2 yH n ( y )=H n+1 ( y )+2 nH n−1 ( y )
dan diperoleh harga di dalam integral saja sebagai
2
1 1
∫ { ¿( H n+1 ( y)+2nH n−1( y)} ¿e− y 2 dy
α3 2
1 1 2
3∫ 4
( H n+1 ( y)+4 n2 H 2n−1 ( y)+4nH n+1 H n−1 ) − y 2
=α e dy
1 2 3
145
Hasil integral untuk suku ke 3 nol karena hasil kali antara
H n+1 ( y )
H
dan n−1
( y) adalah orthogonal, hasil integral untuk suku ke 1
adalah

∫ H 2n+1( y ) e− y dy
2
n+1
( n+1)! √ π ,
=2
dan untuk suku ke dua

∫ H 2n−1( y) e− y dy
2
= 4.2 (n−1)! √ π
n−1
2
4n
Dengan menjumlahkan hasil integral suku ke 1 dan ke 2 diperoleh
1 1
α 3 4 {2n+1 ( n+1)! √ π +2n+1 n2 (n−1 )! √ π )
1 1
= α 4 2 n! √ π (n+1 +n)
3 n+1

mω 2 1 1 1
1
( ) n
Maka besarnya <x2> = ℏ π 2 n ! α 4 2 n! √ π (n+1 +n)
3 n+1

1
( n+ ) ℏ
2
= mω
(5.47c)
Untuk menghitung nilai harap kuadrat momentum pada osilator
harmonik satu dimensi

146
d2 2
¿−ℏ 2 >¿ ¿
2
< p > = dx dapat menggunakan pers (5.2) di mana
2
d
−ℏ 2 2 =−m2 ω2 x 2 + 2mE
dx
1
(n+ )ℏ ω
dimana E = 2 dan nilai harap <x2> telah dihitung
ℏ nω
( n+ 12 )
sebelumnya, dapat ditunjukkan bahwa <p2> =
Sifat orthogonal dari oleh hasil kali skalar antara dua fungsi
gelombang yang masing-masing terkait dengan nilai energi yang
berbeda dapat ditunjukkan sama dengan nol

∫ ψn ( x)ψm (x )dx = δ nm
(5.48)

0 untuk n m
δ
dimana nilai Kronecker delta Dirac nm =
{ 1 untuk n =m

Sifat orthogonal dari fungsi gelombang yang nilai energinya berbeda


akan banyak digunakan dalam menyelesaiakan soal-soal dengan
menggunakan metode operator.

5.3 Penyelesaian Pers. Schrodinger dengan menggunakan


operator atau metode aljabar
Pada diskusi di atas kita telah menjabarkan eigen fungsi osilator
harmonik yang ternormalisasi yang dinyatakan pada pers (5.37a)
sebagai
1 2
mω 4 1 −mωx
ψ n ( x )=( )
ℏ π √2n n! H (x)e 2 ℏ (5.37a)
n

147
n
(−1) e ∂ n e

n y2 − y2

dimana Hn(y) = ∂y dan y = ℏ x pada pers
(5.32).

Dengan menggunakan fungsi pembangkit pada pers (5.23)


tn
−t 2+2 yt ∑ n! H n( y )
S(y,t) = e =
diperoleh hubungan rekursi yang disajikan pada pers (5.27) dan
(5.28) sebagai 2 yH n ( y)=H n+1 ( y)+2 nH n−1 ( y) dan
dH n ( y )
dy = 2nHn-1(y).
Analogi dengan pers (5.37a) dapat dituliskan pers ψ n+1 ( x ) dan
ψ n−1 ( x) sebagai
1
mω 4 1 −mωx 2
ψ n+1 ( x )=( ) 2ℏ
ℏ π √ 2 (n+1)!
Hn+1(x)e
n+1
(5.49a)
dan
1
mω 4 1 −mωx 2
ψ n−1 ( x )=( ) 2ℏ
ℏ π √ 2 ( n−1 )!
Hn-1(x)e
n−1
(5.49b)
Bila Hn, Hn-1 dan Hn+1 pada pers (5.27) disubstitusi dengan pers
(5.37a), (5.49a), dan (5.49b) diperoleh

yψ n ( y )=
√ n+1
2 √
n
ψ n+1 ( y )+ ψ n−1 ( y )
2
Bila persamaan (5.37a) diferensialkan terhadap y dan kemudian
(5.50a)

faktor H n ' disubstitusi dengan pers. (5.28) sehingga diperoleh


dψ n ( y )
dy = √ 2nψ n−1 ( y ) - yn (5.50b)

148
− y2

( ) √2 n ! e
1
mω 1 2
ψ n= 4 Hn( y )
ℏπ n
(5.37a)
'
2nHn-1(y) = H n ( y ) (5.28)

Dari pers (5.50a) dan (5.50b) diperoleh


d
dy
ψ n ( y)=−
2√
n+1 n

ψ n+1 ( y )+ ψ n−1 ( y)
2
Persamaan (5.50b) dapat ditulis menjadi
(5.51)

d
( y+ )ψ ( y)=√2 n ψ n−1 ( y)
dy n (5.52a)
dan bila dikurangkan diperoleh
d
( y− )ψ ( y )=√ 2(n+1 )ψ n+1 ( y )
dy n (5.52b)
Dengan pers ( 5.52a) dan (5.52b) kita dapat mengevaluasi fungsi
eigen disekitar fungsi eigen ψ n−1 ( y) dan ψ n+1 ( y ) dari fungsi eigen
n(y). Untuk mengevaluasi fungsi eigen tersebut, secara singkat kita
definisikan operator differensial yang setara dengan pers (5.52a)
dan (5.52b) yaitu
1
a+ = √ 2
( y− )
d
dy = √2
1 mω
(
√ℏ
x−
i
√mω ℏ x
p)
(5.53a)

a= √
1
2
( y+ )
d
dy = √
1
2
(
√ mω

x+

i
mω ℏ
px )
(5.53b)
d
−i ℏ
dimana px = dx . Dengan menggunakan definisi (5.53a) dan
(5.53b), pers (5.52a) dan (5.52b) dapat ditulis ulang menjadi

a n(y) = n ψ n−1 ( y) dan a+ n(y)= (n+1) ψ n+1 ( y ) (5.54)
Dari kondisi pers (5.54) dapat dikatakan bahwa a adalah lowering
operator (ladder down operator = operator penurun) karena setelah

149
operator a dioperasikan pada eigen fungsi n(y) eigen fungsinya
turun menjadi ψ n−1 ( y) , dan a+ adalah raising operator ( ladder up
operator = operator penaik) karena setelah operator a+ dioperasikan
pada n(y) eigen fungsinya naik menjadi ψ n+1 ( y ) .
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dari definisi
fungsi pembangkit fungsi Hermite dapat dijabarkan persamaan
differensial orde dua fungsi Hermite yang tidak lain merupakan
bagian dari penyelesaian persamaan Schrodinger stasioner untuk
osilator harmonik satu dimensi dan juga sepasang operator
differensial orde satu yaitu operator penaik dan penurun. Operator
Hamiltonian dari sistem osilator harmonik satu dimensi dinyatakan
dalam bentuk pernyatan differensial orde dua yang dapat difaktorkan
menjadi dua diferensial orde satu yang masing-masing adalah
operator penaik dan penurun.
Pada bab berikut ini kita akan mengaplikasikan operator
penaik dan penurun untuk memperoleh eigen fungsi dan tingkat-
tingkat energi partikel yang bergerak secara harmonik dalam satu
dimensi.

5.3.1 Penentuan Eigen Fungsi dan Tingkat Energi Osilator


Harmonik dengan metode Operator.
Sifat operator a dan a+ adalah saling adjoint satu sama lain ( yaitu
tidak self-adjoint), dimana a* = a+dan sebaliknya, dimana a* disebut

*
konjugate a, a = √
1
2
(

ℏ√x+

(−i)
mω ℏ
px )
karena x dan px riel,
maka berlaku
d d
∫ ψ ¿ ( y+ dy )ϕ dy= ∫ ( y− dy )ψ ¿ ϕdy
. (5.55)
Pernyataan (5.55) dapat disingkat dengan bentuk notasi
< a > = < a+  > (5.56)
Fungsi gelombang n(y) adalah Eigen fungsi dari a a karena
+

berdasarkan pers. (5.54) dapat ditunjukkan bahwa

150

(a+a)n(y) = n a+ψ n−1 ( y) = nn(y) (5.57)
dimana n adalah indeks (subscript) dari fungsi gelombang osilator
harmonik n(y). Bila kemudian kita definisikan operator bilangan
N= a+a, maka N n(y) = nn(y) (5.58)
Pers.(5.58) dapat diartikan bahwa eigen nilai dari operator N yang
dioperasikan pada eigen fungsi n(y) adalah n.
Besarnya hubungan komutasi antara dua operator a dan a+ adalah
[a+, a] = -1 yang dapat ditunjukkan dengan menggunakan pers
(5.53a) dan (5.53b), yaitu
[a+, a] n(x) = (a+a - aa+ )n(x)
= (a+a )n(x) – ( aa+ )n(x) (5.59)

a a n(x) = {
+ √
1 mω
2
(
ℏ √
x−

i
mω ℏ
px )
}{ √
1 mω
2 √
( ℏ x+

i
mω ℏ
px )
}n(x)

=
1
2mℏω [ d2 ψ
(
−ℏ 2 2 −ℏ mω ψ +x
dx

dx )

+mωx ℏ +m2 ω 2 x 2 ψ
dx ]
=
1

[ℏ2 d2 ψ 1
ℏ ω 2 m dx 2 2
1
− ℏ ωψ + mω 2 x 2 ψ
2 ]
a+ a
=
1
[−
ℏ2 d2 1
ℏ ω 2 m dx 2
2
1
]
+ mω 2 x 2 − = H − 1
2 ℏω 2 (5.59 a)

√ √ √
1 mω i 1 mω i
( x+ px ) ( x− p)
ℏ √ mωℏ }{ √2 ℏ √mω ℏ x }n(x)
a a+ ={ 2
1 −ℏ 2 d 2 1 1 H 1
a . a+ = [ + mω2 x 2 ]+ = +
ℏ ω 2 m dx 2
2 2 ℏω 2 (5.59 b)

Pers (5.59a) dapat diperoleh dengan cara yang sama untuk


memperoleh hasil pada pers (5.59a). Dengan memasukkan pers.
(5.59 a) dan (5.59b) ke dalam pers. (5.59) diperoleh
[a+, a] = (a+a- aa+ ) = -1 (5.59c)
Dengan menjumlahkan pers (5.59a) dan (5.59b) diperoleh

151
ℏω + + ℏω +
H= (a a+aa ) {a , a}
2 = 2 (5.59d)
dimana pers (5.59d) menunjukkan bahwa operator Hamiltonian dari
osilator harmonic satu dimensi yang dinyatakan dalam bentuk
hubungan antikomutasi antara operator penaik dan penurun.
Dengan mengoperasikan a+ secara berturutan pada eigen
fungsi 0, kita dapat menentukan semua eigen fungsi bila eigen
fungsi tingkat dasar sudah diketahui (ditentukan lebih dahulu)
dengan menggunakan pers (5.54) seperti di bawah ini
1 1 1 +n
ψ n ( x)= a+ ψ n−1 ( x) a+ a+ ψ n−2 ( x)= ( a ) ψ 0 ( x)
√n = √ n √n−1 …= √ n! (5.60)
Di atas kita telah mendiskusikan perumusan operator penaik dan
penurun berdasarkan hubungan rekursi yang dijabarkan dari fungsi
pembangkit, dan dari definisi di atas maka sifat dari operator yang
dioperasikan pada eigen fungsi memberikan hasil sebagai berikut:
a+ max = 0 dimana max adalah fungsi gelombang tingkat
tertinggi dan a 0 = 0 karena 0 adalah funsi gelombang tingkat
terendah(ground state atau lowest wave function)
Maka berdasarkan sifat a 0 = 0 akan diperoleh 0 dari
persamaan
1 mω
√2
(


x+
i
p )
√ mω ℏ x 0 = 0
1
(
√2 ℏ √mω
xψ 0
i
+ √ mω ℏ
px ψ0 )
=0 √ mω

xψ 0
=
ℏ d
− ψ )
√ mω ℏ dx 0
dψ 0 mω −mω 2
x
=− ℏ xdx 2ℏ
ψ0  ψ 0 =Ce (5.61)
Harga C pada pers (5.61) dapat ditentukan dengan memasukkan
eigen fungsi pada pers. (5.61) ke dalam persamaan normalisasi

152
∞ 1
∫ ψ 0 ( x)ψ 0 ( x)dx=1
−∞
¿

sehingga diperoleh C = π ℏ
(
mω 4
)
yang sesuai
dengan formula normalisasi Nn yang dinyatakan dalam pers (5.37b).
Dari persamaan (5.59 a), (5.59b) dan (5.59d) dapat dilihat bahwa
operator Hamiltonian untuk partikel yang dipengaruhi oleh potensial
harmonik mempunyai bentuk differensial orde dua yang dapat
difaktorkan menjadi dua differensial orde satu a dan a+ yang saling
adjoint. Sifat ini tidak hanya berlaku untuk sistem potensial
harmonik satu dimensi saja, nanti kita akan mendiskusikan aplikasi
sejenis untuk beberapa potensial satu dimensi atau potensial tiga
dimensi yang dapat direduksi menjadi bentuk potensial satu dimensi,
seperti bagian radial atom Hidrogen dan osilator harmonik satu
dimensi, dll, yang cukup rumit bila diselesaikan dengan
penyelesaian Schrodinger secara langsung tetapi agak sederhana bila
dengan menggunakaqn metode operator, dalam Supersimetri
Mekanika Kuantum.
Bagaimanakah penentuan tingkat-tingkat energi partikel yang
bergetar secara harmonic dengan menggunakan metode operator?
Bandingkan dengan penyelesaian secara langsung persamaan
Schrodinger dengan menggunakan PD fungsi Hermite!
Dari kondisi a 0 = 0, maka dapat dinyatakan juga bahwa a+ a 0
= 0 dan dari pers (5.50a) dan dengan pers H ψ n ( x )=En ψ n ( x ) dapat
1
{ℏ ω(a+ a+ )}ψ 0 (x )=E0 ψ 0
diperoleh 2 
+ ℏω
ℏ ωa aψ 0 (x )+ ψ ( x) E ψ
2 0 = 0 0
ℏω
sehingga diperoleh E0 = 2 (5.62)
E0 merupakan energi tingkat dasar atau energi terendah dari system.
Untuk menentukan tingkat energi yang lebih tinggi (energi yang
tereksitasi), kita dapat menggunakan sifat pada pers (5.54) dimana

153
a+n(x) dianggap sebagai eigen fungsi, sehingga kita dapat
+
menentukan eigen nilai En dari operator Hamiltonian
+
H yang dioperasikan pada eigen fungsi a+n(x) , dimana En adalah
sama dengan En+1
1
+ {ℏ ω (a+ a+ )}a+ ψ n ( x )=E+n a+ ψ n
Ha ψ n ( x )=E+n a+ ψ n ( x )  2
+ + ℏω + + +
ℏ ωa aa ψ n + a ψ n ( x )=En a ψ n
2
H 1
+
Kemudian aa+ pada pers (5.63a) diganti dengan ( ℏ ω 2 ) pada
pers (5.61) dan kemudian menggunakan
H ψ n =En ψ n , diperoleh
H 1 ℏω +
ℏ ωa+ ( + )ψ n + a ψ n ( x )=E+n a+ ψ n
 ℏω 2 2
En 1 ℏω +
ℏ ωa+ ψ n +ℏ ω a+ ψ n + a ψ n ( x )=E+n a+ ψ n
atau ℏω 2 2
( En +ℏ ω )a+ ψ n = E+n a+ ψ n
+ + + +
Jadi H a ψ n ( x )=En a ψ n ( x ) = ( En +ℏ ω )a ψ n (5.63a)
+ + + +
maka H a ψ 0 ( x )=E0 a ψ 0 ( x ) = ( E0 +ℏ ω )a ψ 0 =
ℏω +
( +ℏ ω)a ψ n
2 (5.63b)
ℏω
E+0 = ( +ℏω)
sehingga E1 = 2
+
Tingkat energi ke 2, E2 = E1 dapat diperoleh dengan menggunakan
+ + + +
pers H a ψ 1 ( x )=E 1 a ψ 1 ( x ) = ( E1 +ℏ ω )a ψ 1
ℏω +¿
(+2ℏω)aalignl ¿ ¿ ψ 1 ¿
= 2 (5.63c)
ℏω
( +2 ℏ ω )
E2 = 2

154
Dengan menggunakan pers (5.60) , (5.64), (5.63a) dan (5.63b) dapat
diperoleh
H ψ n ( x ) = E   H (a + )n ψ 0 (x )= ( E0 +n ℏ ω )(a + )n ψ 0 =
n n

( E0 +n ℏ ω) √ n! ψ n
1
)
atau En = (n+ 2 ℏ ω (5.64)
Dengan jalan yang sama kita dapat menunjukkan bahwa
H aψ n ( x )=(E n −ℏ ω)aψ n ( x ) (5.65a)
1 1
Ha2 ψ n=ℏ ω (aa+ − )aaψ n =ℏ ω(aa+ aaψ n− aaψ n )
2 2 (5.65b)
+
Dengan menggunakan pers (5.63c) dapat diperoleh aa aa =
a(aa+-1)a =
H 1

(aaa+a-aa ) = aa( ℏ ω 2 ) - aa (5.65c)
Bila pers (5.65c) dimasukkan ke dalam pers (5.65b) diperoleh
H 1 1
2 − aa
Ha ψ n = ℏ ω (aa( ℏω 2 ) - aa - 2 }n = (En – 2 ℏ ω )a2n (5.66a)
Pers (5.66a) dapat digeneralisasikan sebagai
Ha n ψ n = (E – n ℏ ω )an (5.66b)
n n

Pers (5.54) juga dapat diperoleh dengan menggunakan


kondisi normalisasi dan sifat operator penaik a+n(x) = C+n+1(x)
sebagai berikut
|C +|2 ∫ ψ n+1∗ψ n+1 dx = ∫ (a+ .ψn )+ a+ ψ n dx

atau∫
ψn∗aa+ ψ ndx , dan dengan substitusi
H 1
aa+ = +
ℏ ω 2 diperoleh
H 1 E 1
[
1 1
∫ ψn∗( ℏ ω + 2 )ψn dx ∫ ψn∗( ℏ ωn + 2 )ψn dx= (n+ 2 )+ 2
=
]
155
∫ ψn∗aa+ ψ ndx = (n+1)
atau

maka + ∫ n+1 n+1 = (n+1 )


|C |2 ψ ∗ψ dx (5.67)

sehingga n+1= (C+)2 (5.68)


C =√(n+1 )
+

a+ ( a+ )n+1
ψ n+1( x)= ψ ψ
Jadi a .ψn=√(n+1)ψ n+1 atau
+
√n+1 n = √(n+1)! 0 (5.69a)
Dapat ditunjukkan bahwa aψ n= √ n ψ n−1 (5.69b)

Langkah-langkah untuk menentukan fungsi gelombang dengan


metode operator :
1) Dengan menggunakan pernyataan
aψ 0 =0 diperoleh ψ 0

2) Dengan menggunakan pers (5.69a), a ψ n =√ n+1 ψ n+1 , untuk


+

+
n=0 diperoleh ψ 1 = a ψ 0
3) Secara berantai diperoleh
¿ ¿ ¿
a a a
ψ1 ψ1 ψ
ψ 2 = √2 ; ψ 2 = √ 2 ; ψ 3 = √ 3 2 ; .........
1 mω
Contoh : Dari √ 2
(


x+
i
p )
√ mω ℏ x ψ 0 =0

{ }
1 2
mω 4 − 2 ℏ x
e
diperoleh
ψ 0 = ℏ π


{ }
1 2
1 mω i mω 4 − 2 ℏ x
( x− px ) e
ψ a +
ψ 0 = √ 2 ℏ √ mω ℏ ℏ π
dan 1 =

156
{ } {√ }
1 mω
mω 4 1 mω i2 ℏ d − 2 ℏ x
2

ℏπ √2 ℏ x + √ mω ℏ dx e
=

{ ℏ π } √ 2 {√ }
1 mω
mω 1 4 mω −ℏ −mω −
2ℏ
x 2

ℏ x + x e
= √ mω ℏ ℏ

{ } √ π2 x
3
mω 4 mω 2
− x
=
ℏ e 2ℏ

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa penentuan fungsi gelombang


hanya melibatkan dua operator dan fungsi gelombang tingkat dasar
dengan menggunakan manipulasi aljabar yang sederhana.

5.3.2 Penyajian Operator Dalam Bentuk Matriks


Penggunaan metode operator untuk menentukan
penyelesaian pers Schrodinger untuk partikel yang bergerak dalam
medan yang dipengaruhi oleh petensial harmonik telah kita bahas
cukup mendalam. Dengan menggunakan operator, perhitungan nilai
harap suatu variabel (observable) dapat dilakukan dengan lebih
sederhana. Dengan menggunakan definisi operator penaik dan
penurun pada pers (5.53a) dan (5.53b) kita dapat menyatakan
variabel posisi x dan momentum linear p sebagai berikut: bila pers
(5.53a) dan (5.53b) dijumlahkan akan diperoleh

1 mω
a+ = √ 2
(
√ ℏ
x−
i
√mω ℏ x
p)

1 mω
a = √2
(
√ ℏ
x+
i
p )
√ mω ℏ x
________________________ +

a+ +a=

√2 ℏ x√atau x √ ℏ
= 2 mω (a+ + a) (5.70a)

157
i
√ 2(− p )
dan bila dikurangkan a+ - a = √ mω ℏ x

atau px =
i
√ mω ℏ
2 ( a+ - a)
Dengan menggunakan sifat-sifat opersai operator pada fungsi
(5.70b)

gelombang yang ditunjukkan pada pers (5.69a) dan (5.69b) dan


menggunakan persamaan operator posisi dan momentum yang
dinyatakan pada pers (5.70a) dan (5.70b), nilai harap posisi, kuadrat
posisi, momentum linear, atau kuadrat momentum linear dapat
dihitung dengan lebih sederhana. Besarnya nilai harap posisi partikel
yang dipengaruhi oleh potensial osilator harmonik dapat ditunjukkan
dengan mudah dengan menggunakan sifat a + ψn= √ (n+1)ψ n+1

yang dapat ditulis sebagai a |n>= √ n+1|n+1>¿ ¿


+

dan
aψn=√(n−1)ψ n−1 atau a|n>= √ n|n−1>¿ ¿

¿ x >¿ ¿ =
∫ ψ ¿n ( x ) xψ n dx ¿n|x|n>¿ ¿
=


= ¿ n|{ 2 mω (a+ + a)}|n>¿¿

√ ℏ
= 2 mω {¿ n|a+|n>¿¿ + ¿ n|a|n>¿¿} = 2 mω {¿ n| √
√ n+1|n+1>¿ ¿+¿ n|√ n|n−1>¿ ¿}
√ ℏ
= 2 mω {√
n+1δ n,n+1 + √ nδ n,n−1 } = 0
Eigen fungsi dari operator Hermitian membentuk set lengkap eigen
fungsi, yang mana eigen fungsi yang lengkap merupakan superposisi
dari eigen fungsi yang mempunyai eigen energy yang berbeda-beda
dan dinyatakan sebagai

Ψ =∑ C n ψ n
n (5.71)

158
dimana harga Cn dapat ditentukan dari persamaan
C n =∫ ψ n ( x)Ψ ( x)dx = ¿ψ n|Ψ >¿ ¿
¿
(5.72)

dan En = ∫ ψ n ( x) N^ ψ n ( x)dx = ¿ψ n|N|ψ n>¿ ¿


¿
(5.73)

Cn disebut sebagai amplitudo probabilitas dimana n adalah |C |2


probabilitas penemuan eigen nilai En dalam sebuah pengukuran N
dalam sistem yang dideskripsikan dengan Ψ ( x ) . Jadi n adalah nilai
harap dari operator N. Bila N adalah operator Hamiltonian H, maka
nilai harap dari operator H adalah eigen nilai sistem tersebut,
menurut pers (5.73) untuk sistem osilator harmonic satu dimensi
diperoleh
¿ψ n|H|ψ n >¿ ¿= E = ( n+ 12 ) ℏ ω (5.73a)
n

ψ
Bila pada pers (5.73a) n diganti dengan set lengkap eigen fungsi
Ψ maka eigen nilai yang dihasilkan dari pengukuran Hamiltonian H
dalam sistem Osilator Harmonik yang dideskripsikan dengan set
lengkap dapat disajikan dalam bentuk matriks sebagai berikut : dari
pernyataan ¿Ψ|H|Ψ >¿ ¿, eigen fungsi yang tersusun pada kolom
mewakili ket |Ψ >¿ ¿ dan eigen fungsi yang tersusun pada baris
mewakili bra ¿Ψ|

0 1 2 3 4 5

159
( )
0 1
2
0 0 0 . .   2 H  3  0
1 3
0 0 0 0 .
2
2 5
0 0 0 0 .
ℏω 2
3 7
0 0 0 0 .
2
9
4 0 0 0 0 .
2
5 . . . . . .
En = (5.74)

Dengan cara yang sama, besarnya eigen nilai atau nilai harap dari
operator penaik dan penurun dalam sistem osilator harmonik dapat
dinyatakan sebagai

( )
0 0 0 0 0 0
√1 0 0 0 0 0
0 √2 0 0 0 0
0 0 √3 0 0 0
0 0 0 2 0 0
¿ a+ >¿ ¿ = ℏ ω 0 0 0 0 √5 0
(5.75a)

( )
0 √1 0 0 0 0
0 0 √2 0 0 0
0 0 0 √3 0 0
0 0 0 0 √4 0
0 0 0 0 0 √5
0 0 0 0 0 0
dan¿ a>¿ ¿ =ℏ ω (5.75b)

160
Dengan demikian nilai harap dari beberapa operator yang dapat
dinyatakan sebagai fungsi operator penaik dan penurun dapat
ditentukan dengan representasi matriks diatas yang hanya
memerlukan operasi aljabar sederhana.

SOAL
1. Tentukan Polynom Hermite H0, H1, H2, H4, H5, H6, dan H7
dengan menggunakan cara seperti di atas!
2. Dengan menggunakan pers (5.21) dan (5.22) serta hasil dari
penyelesaian pada soal (1) tentukan 0 , 1 , 2, 3, 4, 5!
3. Tentukan Polynom Hermite H0, H1, H2, H4, H5, H6, dan H7
dengan menggunakan pers (5.32)! dan bandingkan hasilnya
dengan soal pada Tugas I!
4. Hitunglah H3, H4, H5, H6, dan H7 menggunakan pers rekursi
(5.27) bila H1 dan H2 telah diketahui dari perhitungan soal no
(1)!
5. Dengan cara seperti di atas tentukan 1, 2, 4, dan 5!
6. Buktikan bahwa <x> =0 untuk n dengan n=1 dan n=2!
7. Hitung <p2> dan <x2> dengan menggunakan n dengan n=1 dan
n=2!
8. Hitung <p2> dengan menggunanakan petunjuk di atas!

9. Buktikan

bahwa−∞
¿
ψ 1( x )ψ 2( x )dx=0
dimana
ψ 1 dan ψ 2
diperoleh dari penyelesaian soal no. 5!
10. Tunjukkan bahwa [a, a+] =1
11. Berdasarkan pers (5.2) dimana H ψ n ( x )=En ψ n ( x ) , tunjukkan
bahwa
1 1
H=ℏ ω (a+ a+ ) ℏ ω(aa+ − )
2 = 2
berdasarkan pers (5.59a) dan (5.59b)!

161
12. Dengan menggunakan pers (5.60), (5.61), dan (5.37a) tentukan
ψ 1 ( x ), ψ 2 (2 ), ψ 3 ( x) !
13. Dengan menggunakan cara yang sama tunjukkan bahwa
a . ψn=√ n ψ n−1 = C-n-1
n n
14. Tunjukkan bahwa H (a ) ψ n =(E n −n ℏ ω)(a ) ψ n
ψ
15. Tentukan fungsi gelombang ψ 2 , 3 , dan ψ 4 dengan metode
operator


16. Tunjukkan bahwa −∞
¿
ψ 2 ψ 1 dx=0
17. Hitung nilai harap posisi = < x >, nilai harap kuadrat posisi =
2
<x2>, momentum = <p >, dan kuadrat momentum < p x > untuk
x

partikel yang bergetar secara harmonic menggunakan eigen


fungsi dan menggunakan operator!
18. Dengan menggunakan representasi matriks, tentukan nilai harap
pisisi x = < x >, kuadrat posisi = <x2>, momentum = <px>, dan
2
kuadrat momentum < p x > untuk partikel yang bergerak dalam
osilator harmonik.

162

Anda mungkin juga menyukai