Anda di halaman 1dari 13

ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. V, No.

1, Juli – Desember 2018

PEMANFAATAN TUMBUHAN BAWAH PADA TEGAKAN KELAPA SAWIT


OLEH MASYARAKAT LOKAL
(Kasus di Desa Kungkai Baru, Kecamatan Air Periukan,
Kabupaten Seluma – Bengkulu)

UTILIZATION OF UNDERSTOREY ON PALM OIL STANDS


BY LOCAL COMMUNITY
(Case of Kungkai Baru Village, Air Periukan Subdistrick, Seluma Regency – Bengkulu)

Jhon Firison, Andi Ishak, dan Taufik Hidayat


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
Email : firison_jhon@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tumbuhan bawah pada tegakan kelapa sawit seringkali dianggap sebagai gulma yang
merugikan petani, padahal tumbuhan bawah memiliki banyak manfaat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi manfaat tumbuhan bawah pada tegakan kelapa sawit oleh
masyarakat lokal di Desa Kungkai Baru, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma,
Provinsi Bengkulu. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan September 2018.
Identifikasi tumbuhan bawah yang telah dimanfaatkan masyarakat lokal dilakukan melalui
pengamatan lapangan dan wawancara dengan empat orang petani sebagai informan kunci
untuk menggali informasi tentang manfaat tumbuhan bawah. Jenis-jenis tumbuhan bawah
diidentifikasi dengan menggunakan buku panduan identifikasi dan situs internet. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat 27 spesies tumbuhan bawah dari 25 genus dan 15
famili yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebanyak 19 spesies tumbuhan bawah
(70,37%) dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi potong, 11 spesies (40,74%) untuk obat
herbal, dan 3 spesies (11,11%) untuk bahan kuliner.

Kata Kunci : tumbuhan bawah, kelapa sawit, pemanfaatan, masyarakat lokal.

ABSTRACT

Understorey on palm oil stands are often regarded as weeds, even though they have
many benefits. This study aims to identify the benefits of understorey on palm oil stands by
the local community in Kungkai Baru Village, Air Periukan Subdistrict, Seluma Regency,
Bengkulu Province. The study was conducted from August to September 2018. Identification
of understorey that had been utilized by local community was carried out through field
observations and interviews with four farmers as key informants to explore information
about the benefits of understorey. Understorey species was identified using identification
manuals and internet sites. The results showed that there were 27 species of understorey
from 25 genera and 15 families that had been utilized by local communities. A total of 19
species (70.37%) of understorey were used as cattle feed, 11 species (40.74%) for herbal
medicine, and 3 species (11.11%) for culinary ingredients.

Key Words: understorey, palm oil, utilization, local community.

19
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. V, No.1, Juli – Desember 2018

PENDAHULUAN Tumbuhan bawah yang dianggap


Perkebunan kelapa sawit hanya sebagai gulma pada perkebunan
merupakan ekosistem buatan yang banyak kelapa sawit tidaklah seluruhnya benar
dikembangkan pada saat ini di Indonesia. karena dapat dimanfaatkan untuk pakan
BPS (2017) melaporkan bahwa luas ternak sapi (Utomo dan Widjaja, 2012;
perkebunan kelapa sawit di Indonesia Hanifah et al., 2013; Suharti, 2015;
pada tahun 2016 mencapai 11,9 juta Purwantari et al., 2015). Pemeliharaan
hektar, tertinggi dari jenis tanaman ternak sapi potong dengan cara
perkebunan lainnya. Lahan perkebunan digembalakan pada areal perkebunan
kelapa sawit 95% terdapat di Sumatera kelapa sawit disamping menguntugkan
dan Kalimantan. Afriyanti et al. (2016) peternak, juga menguntungkan pemilik
memperkirakan bahwa luas perkebunan kebun karena dapat menekan biaya
kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2050 pemberantasan gulma lebih dari 16%
mencapai 17-26 juta hektar, terutama (Matondang dan Talib, 2015). Pada
berada di Sumatera dan Kalimantan. penggembalaan dengan sistem terkontrol,
Pada perkebunan kelapa sawit, biaya pengendalian gulma pada
tumbuhan bawah masih dianggap sebagai perkebunan kelapa sawit dapat dihemat
gulma yang merugikan perkebunan hingga 30-60% (Purwantari et al., 2015).
sehingga perlu dikendalikan, baik pada Selain itu, ternak sapi yang digembalakan
perusahaan perkebunan kelapa sawit dapat meningkatkan keanekaragaman
swasta (Syahputra et al., 2011; Ersyad et hayati karena kotoran sapi dapat
al., 2017; Simangunsong et al., 2018) dimanfaatkan oleh organisme lain
maupun pada perkebunan kelapa sawit sehingga memperkaya jaring-jaring
rakyat (Adriadi et al., 2012; Rianti et al., makanan (Slade et al., 2014).
2015), terutama pada tanaman yang belum Jenis-jenis tumbuhan bawah yang
menghasilkan. Biaya yang dikeluarkan mendominasi pada tegakan kelapa sawit
perusahaan untuk pengendalian gulma berbeda-beda. Daru et al. (2014)
pada tanaman kelapa sawit yang belum menyatakan bahwa jenis tumbuhan bawah
menghasilkan (TBM) sebesar 3,38 kali sebagai pakan sapi potong pada kebun
lipat dibandingkan dengan tanaman yang kelapa sawit umur 3 tahun adalah
telah menghasilkan (TM) (Sarjono dan Paspalum conjugatum, Mikania
Zaman, 2017). micrantha, dan Ottochloa nodosa.
Sementara itu, pada perkebunan umur 6

20
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. V, No.1, Juli – Desember 2018

tahun didominasi oleh Ottochloa nodosa, dominan pada tegakan kelapa sawit belum
Melastoma malabatrichum, dan Paspalum menghasilkan umur 2 tahun dan Cynodon
urvillei. Paspalum conjugatum juga dactylon dominan pada umur tegakan 4
merupakan jenis tumbuhan bawah yang tahun.
dominan pada kelapa sawit berumur 8 Perkebunan kelapa sawit rakyat di
tahun (Adriadi et al., 2012). Bengkulu berkembang dengan cepat. Luas
Simangunsong (2018) menemukan 49 tanaman kelapa sawit rakyat pada tahun
jenis tumbuhan bawah pada perkebunan 2007 tercatat 105.654 ha (BPS Provinsi
kelapa sawit. Jenis tumbuhan bawah yang Bengkulu 2008), meningkat 86.642 ha
mendominasi berbeda sesuai dengan umur menjadi 192.296 ha pada tahun 2015
tegakan kelapa sawit. Ersyad et al. (2017) (BPS Provinsi Bengkulu 2017). Di antara
mengidentifikasi 38 jenis tumbuhan tegakan kelapa sawit tersebut terdapat
bawah pada kebun kelapa sawit yang telah ekosistem tumbuhan bawah yang belum
menghasilkan, didominasi oleh Dianella banyak dimanfaatkan oleh masyarakat.
ensifolia, Asystasia intrusa, dan Eleusine Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
indica. Sementara itu, Rianti et al. (2015) untuk mengidentifikasi manfaat tumbuhan
hanya menemukan 15 jenis tumbuhan bawah pada tegakan kelapa sawit oleh
bawah dengan Saccharum spontaneum masyarakat di Desa Kungkai Baru,
sebagai jenis yang mendominasi. Kecamatan Air Periukan, Kabupaten
Syofia dan Radiah (2018) telah Seluma, Provinsi Bengkulu.
mengidentifikasi 140 jenis tumbuhan
bawah pada tegakan kelapa sawit yang LANDASAN TEORI
belum menghasilkan. Sebagian besar Tumbuhan bawah adalah salah
termasuk rumput-rumputan yang satu lapisan pada kawasan hutan yang
didominasi oleh Axonopus compressus. terletak di bawah kanopi pohon dan terdiri
Sementara itu, Prasetyo dan Zaman (2016) atas tumbuhan berkayu, semak, tanaman
telah mengidentifikasi 29 jenis tumbuhan merambat, herba, dan anakan pohon
bawah pada tegakan kelapa sawit. Jenis (Wilkinson dan Elevitch, 2000). Semak
Axonopus compressus dominan ditemukan merupakan tumbuhan berkayu yang
pada kebun yang baru diremajakan dan tingginya tidak melebihi 1,5 m, sedangkan
pada tanaman menghasilkan berumur 15 herba merupakan tumbuhan tidak berkayu
tahun, sedangkan Ottochloa nodosa (Wiryono, 2009).
merupakan jenis tumbuhan bawah yang

21
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. V, No.1, Juli – Desember 2018

Tumbuhan bawah memegang tumbuhan bawah pada ekosistem


peranan penting bagi struktur dan fungsi perkebunan dipengaruhi oleh manusia.
ekosistem hutan, misalnya terhadap Pada perkebunan pinus, pemupukan dan
habitat serangga (Cerda et al., 2015), kepadatan tegakan mempengaruhi tutupan
burung (Widodo dan Sulystiadi, 2016), dan kepadatan tumbuhan bawah (Zhang et
serta parasitoid dan predator (Pebrianti et al., 2016). Pengendalian tumbuhan bawah
al., 2016). Menurut Meijaard et al. (2006), pada lahan perkebunan dengan aplikasi
penebasan tumbuhan bawah dan herbisida akan mempengaruhi suksesi
tumbuhan merambat bisa merusak hutan tumbuhan bawah. Gulma golongan teki
seperti halnya penebangan kayu. Hal ini lebih tahan terhadap aplikasi herbisida
karena rusaknya ekosistem tumbuhan dibandingkan dengan gulma berdaun lebar
bawah berdampak pada hilangnya maupun berdaun sempit (Damanik et al.,
mikroorganisme yang berasosiasi dengan 2014). Aplikasi herbisida seringkali
tumbuhan bawah, berkurangnya spesies berakibat suksesi atau perubahan jenis
satwa, mengeringnya serasah daun, serta tumbuhan bawah yang tumbuh dominan
meningkatnya jarak pandang yang (Syamsuddin dan Hutauruk, 1999).
mempengaruhi satwa. Tumbuhan bawah memiliki
Faktor abiotik mempengaruhi banyak manfaat untuk berbagai keperluan
ekosistem tumbuhan bawah. Dinamika manusia, terutama untuk obat herbal.
tumbuhan bawah disebabkan oleh Rahayu et al. (2006) mencatat bahwa
kesuburan tanah dan ketersediaan air herba Arcangelisia flava
(Chianucci et al., 2016), nilai pH tanah (Menispermaceae) adalah salah satu
(Destaranti et al., 2017), curah hujan tumbuhan bawah yang digunakan oleh
(Utami et al., 2016), kondisi iklim mikro masyarakat adat Suku Wawonii di
seperti suhu dan kelembaban (Mishra et Sulawesi Tenggara sebagai obat sakit
al., 2013), dan intensitas cahaya. Semakin kuning, penyakit dalam, perawatan pasca
tinggi persentasi tutupan tajuk persalinan, dan sesak napas. Selain itu,
menyebabkan keragaman jenis tumbuhan juga terdapat Ageratum conyzoides
bahwa akan semakin berkurang (Purnomo (Asteraceae) sebagai penutup luka,
et al., 2018). Euphorbia hirta (Euphorbiaceae) untuk
Tumbuhan bawah pada ekosistem obat tetes mata, Phyllanthus urinaria
alami dan buatan memiliki perbedaan. (Phyllanthaceae) untuk obat darah tinggi
Tidak seperti pada ekosistem hutan, dan pegal-pegal, serta Melastoma

22
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. V, No.1, Juli – Desember 2018

malabathricum (Melastomateceae) untuk bawah yang teridentifikasi di Hutan Kota


obat sakit gigi. Ranggawulung Kabupaten Subang Jawa
Hadi et al. (2016) menyatakan Barat dapat dimanfaatkan sebagai
bahwa tumbuhan bawah telah tanaman obat. Yuniati dan Alwi (2010)
dimanfaatkan untuk obat herbal (seperti juga menemukan 5 dari 21 jenis tumbuhan
pengobatan penyakit kulit, demam, batuk, bawah di Hutan Pakuli, Kecamatan
hipertensi, kanker, asam urat, dan asma) Gumbasa, Kabupaten Donggala Sulawesi
serta dimanfaatkan untuk insektisida Tengah yang berkhasiat untuk pengobatan
nabati (pengobatan scabies pada ternak sakit kronis dan sakit pinggang. Suharti
kambing). Oktavia et al. (2008) mencatat (2015) mengidentifikasi enam jenis
bahwa terdapat 7 jenis tumbuhan bawah tumbuhan bawah di Taman Nasional
yang berfungsi sebagai pestisida nabati di Gunung Merapi Yogyakarta dimanfaatkan
Savana Bekol Taman Nasional Baluran, masyarakat untuk berbagai keperluan
Situbondo Jawa Timur yaitu: (1) seperti bahan pembuat jamu, obat luka,
Abelmoschus moschatus (famili teh, pupuk, alas tidur ternak, dan pakan
Malvaceae) untuk mengendalikan lalat ternak. Hilwan dan Masyrafina (2015)
buah, kutu daun, dan tungau, (2) Ocimum menyatakan bahwa tumbuhan bawah yang
basilicum (Lamiceae) sebagai insektisida, ditemukan di Cagar Alam Gunung
larvasida, dan fungisida, (3) Azadirachta Papandayaan Garut Jawa Barat dapat
indica (Meliaceae) sebagai pembasmi dimanfaatkan sebagai bahan pangan, obat-
hama belalang, (4) Calotropis gigantea obatan, tanaman hias, dan pakan ternak.
(Asclepiadaceae) sebagai pembasmi Riswan dan Adayaningsih (2008)
nyamuk Aedes aegypti dan lalat, (5) mencatat bahwa Desmodium triflorum,
Ageratum conyzoides (Asteraceae) Emilia sonchifolia, Euphorbia hirta untuk
sebagai pembasmi nyamuk dan hama obat luka oleh orang Sasak di Lombok
penggerek pucuk mahoni, (5) Synedrella Barat. Darsini (2013) juga mencatat
nodiflora (Asteraceae) sebagai pembasmi bahwa akar tanaman Cyperus rotundus
ngengat Spodoptera litura, dan (7) dapat dimanfaatkan sebagai pelancar
Lantana camara (Varbanaceae) untuk kencing.
mengendalikan hama Coleoptera dan Ariani dan Kinho (2012)
Lepidoptera. menyatakan bahwa tumbuhan pakis
Anggraini et al. (2013) mencatat (Pteridophyta) telah dimanfaatkan oleh
bahwa terdapat 19 dari 56 jenis tumbuhan masyakat sekitar hutan sebagai tanaman

23
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. V, No.1, Juli – Desember 2018

obat, tanaman hias, dan bahan kerajinan. internet. Analisis data dilakukan secara
Tumbuhan bawah juga memiliki manfaat deskriptif.
bagi pengembangan lebah madu (Wiyono,
2015), selain untuk rehabilitasi lahan dan HASIL DAN PEMBAHASAN
mengurangi pemanasan global. Widyati Identifikasi jenis tumbuhan bawah
(2011) dari hasil telaah pustaka yang dimanfaatkan oleh masyarakat
menyimpulkan bahwa tumbuhan bawah lokal
dapat berfungsi sebagai bioakumulator Jenis-jenis tumbuhan bawah pada
logam berat untuk rehabilitasi lahan bekas tegakan kelapa sawit yang dimanfaatkan
tambang. Subro (2012) menyatakan masyarakat di Desa Kungkai Baru
bahwa vegetasi tumbuhan bawah memiliki sangatlah beragam. Dari hasil identifikasi
sumbangan pada siklus karbon yang pada tiga kebun lokasi penelitian,
berfungsi untuk mengurangi pemanasan teridentifikasi 27 jenis tumbuhan bawah
global. yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat
(Tabel 1). Seluruh jenis tumbuhan bawah
METODE PENELITIAN tersebut digolongkan ke dalam 25 genus
Penelitian dilakukan pada bulan dan 15 famili. Jenis tumbuhan bawah
Juli sampai dengan September 2018 di yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat
Desa Kungkai Baru, Kecamatan Air paling banyak ditemukan pada tegakan
Periukan, Kabupaten Seluma pada kelapa sawit berumur 7 tahun (16 jenis),
perkebunan kelapa sawit rakyat umur 2, 7, selanjutnya pada umur 2 tahun (15 jenis),
dan 15 tahun. Lokasi pengamatan adalah dan terakhir pada umur 15 tahun (12
kebun kelapa sawit rakyat yang tidak jenis). Sebaran spesies, genus, dan famili
diaplikasi dengan herbisida sehingga tumbuhan bawah ditampilkan pada
tumbuhan bawahnya dapat berkembang Gambar 1.
dengan normal. Jenis-jenis tumbuhan Jenis tumbuhan bawah dari famili
bawah yang dimanfaatkan oleh Poaceae (suku padi-padian) paling banyak
masyarakat lokal diidentifikasi melalui dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu
pengamatan lapangan dan wawancara sebanyak 7 jenis. Terdapat 5 jenis
dengan empat orang petani sebagai tumbuhan bawah yang ditemukan pada
informan kunci. Identifikasi jenis seluruh umur tegakan yaitu Acroceras
tumbuhan bawah dengan menggunakan munroanum, Axonopus compressus,
buku panduan identifikasi dan situs Paspalum scrobiculatum, Ageratum

24
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. V, No.1, Juli – Desember 2018

conyzoides, dan Struchium (Arsyad et al., 2011). Menurut Campbell


sparganophorum. Dari 5 jenis tumbuhan (2018), famili Poaceae termasuk tanaman
bawah tersebut, 3 jenis diantaranya berbunga monokotil dari Ordo Poales.
termasuk dalam famili Poaceae yaitu A. Famili Poacea sangat penting artinya
munroanum, A. compressus, dan P. karena merupakan sumber pangan yang
scrobiculatum. Poaceae adalah famili dibudidayakan di seluruh dunia. Rumput-
tumbuhan yang paling banyak ditemukan rumputan dari famili Poaceae
di perkebunan kelapa sawit karena bersifat mendominasi 24% jenis vegetasi di alam.
adaptif dengan sistem perakaran sehingga Jumlah famili Poaceae di alam
mampu menyerap nutrisi dan air dengan diperkirakan sebanyak 500 genus dan
baik, serta memiliki kemampuan 8.000 spesies.
reproduksi secara generatif yang tinggi

Tabel 1. Hasil Identifikasi Jenis Tumbuhan Bawah Berdasarkan Umur Tegakan Kelapa
Sawit
Umur tegakan
No. Nama Jenis Nama Famili
2 tahun 7 tahun 15 tahun
1. Acroceras munroamum Poaceae √ √ √
2. Axonopus compressus Poacea √ √ √
3. Paspalum scrobiculatum Poacea √ √ √
4. Paspalum conjugatum Poacea √
5. Eragrostis tenella Poacea √
6. Ischaemum muticum Poacea √
7. Centotheca lappacea Poacea √
8. Ageratum conyzoides Asteraceae √ √ √
9. Struchium sparganophorum Asteraceae √ √ √
10. Cyanthillium cinereum Asteraceae √
11. Mikania micrantha Asteraceae √
12. Praxelis clematidea Asteraceae √
13. Cyperus rotundus Cyperaceae √ √
14. Kyllinga brevifolia Cyperaceae √ √
15. Phyllanthus debilis Phyllanthaceae √ √
16. Phyllanthus urinaria Phyllanthaceae √
17. Asystasia gangetica Acanthaceae √ √
18. Clidemia hirta Melastomataceae √
19. Elaeis guineensis Arecaceae √ √
20. Euphorbia hirta Euphorbiaceae √
21. Hyptis capitata Lamiaceae √
22. Melastoma malabathricum Melastomataceae √
23. Peperomia pellucida Piperaceae √
24. Plectranthus monostachyus Lamiaceae √
25. Polygala paniculata Polygalaceae √
26. Spermacoce articularis Rubiaceae √
27. Stachytarpheta jamaicensis Verbenaceae √ √
Jumlah jenis 15 16 12
Jumlah genus 14 16 11
Jumlah famili 9 11 5

25
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. V, No.1, Juli – Desember 2018

Gambar 1. Jumlah Spesies, Genus, dan Famili Tumbuhan Bawah pada Tegakan Kelapa Sawit
yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Lokal

Tumbuhan bawah yang dimanfaatkan Peternak di Desa Kungkai Baru


sebagai pakan ternak sapi potong memelihara jenis sapi bali untuk tujuan
Tumbuhan bawah pada tegakan pengembangan ternak. Ternak sapi
kelapa sawit di Desa Kungkai Baru dijadikan semacam tabungan yang dapat
terutama dimanfaatkan masyarakat dijual sewaktu-waktu ketika peternak
sebagai pakan ternak sapi potong. Sapi membutuhkan uang dalam jumlah yang
potong umumnya dipelihara secara relatif besar untuk berbagai keperluan
ekstensif (digembalakan) di sekitar seperti membangun rumah, menikahkan
perkebunan kelapa sawit. Kelebihan pola anak, membeli kendaraan bermotor, atau
pemeliharaan ekstensif adalah jumlah sapi pendidikan anak.
yang dimiliki petani bisa lebih banyak Tumbuhan bawah yang
karena tidak sulit dalam penyediaan pakan dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi
ternaknya. Jumlah ternak sapi di Desa potong oleh masyarakat di Desa Kungkai
Kungkai Baru tidak tercatat, namun satu Baru sebanyak 19 jenis (Tabel 2) yang
orang petani yang menggembalakan didominasi oleh famili Poaceae (7 jenis),
ternak sapinya pada perkebunan kelapa diikuti oleh famili Asteraceae (4 jenis),
sawit dapat memiliki 5-10 ekor sapi. dan Cyperaceae (2 jenis). Pengamatan
26
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. V, No.1, Juli – Desember 2018

lapangan menunjukkan bahwa ternak sapi tumbuhan bawah juga dimanfaatkan untuk
lebih suka merumput pada wilayah sekitar obat maag, obat mata, sakit perut, dan
kebun yang relatif lebih terbuka (tidak obat gosok, serta obat mencret sapi.
bersemak) yang banyak ditumbuhi rumput Famili Asteraceae paling banyak yang
lapang. Pada daerah yang terbuka, ternak dimanfaatkan sebagai obat herbal (Tabel
sapi lebih mudah merenggut tumbuhan 3).
bawah (pakan hijauan).
Tumbuhan bawah yang dimanfaatkan
Tumbuhan bawah yang dimanfaatkan sebagai bahan kuliner
sebagai obat herbal Tumbuhan bawah yang
Pemanfaatan tumbuhan bawah dimanfaatkan sebagai bahan kuliner oleh
sebagai obat herbal merupakan kearifan masyarakat lokal di Desa Kungkai Baru
lokal yang dimiliki oleh masyarakat Desa sebanyak 3 jenis (Tabel 4). Clidernia hirta
Kungkai Baru. Petani masih dan Melastoma malabathricum digunakan
memanfaatkan tumbuhan bawah seperti sebagai penghilang rasa pahit pada
untuk obat luka yang dapat terjadi masakan, misalnya pada daun dan bunga
sewaktu-waktu ketika sedang bekerja di pepaya. Sementara itu, Peperomia
kebun atau ladang. Selain untuk obat luka, pellucida dimanfaatkan untuk lalapan.

Tabel 2. Jenis tumbuhan bawah yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi potong.
No. Nama Jenis Nama Famili Nama daerah/lokal
1. Acroceras munroamum Poaceae -
2. Axonopus compressus Poacea Jukut pait
3. Paspalum scrobiculatum Poacea -
4. Paspalum conjugatum Poacea Jukut pait
5. Eragrostis tenella Poacea -
6. Ischaemum muticum Poacea Kawatan
7. Centotheca lappacea Poacea Lilit kain
8. Struchium sparganophorum Asteraceae -
9. Cyanthillium cinereum Asteraceae -
10. Mikania micrantha Asteraceae Sambung rambat
11. Praxelis clematidea Asteraceae -
12. Cyperus rotundus Cyperaceae Rumput teki
13. Kyllinga brevifolia Cyperaceae Jukut pandul
14. Phyllanthus debilis Phyllanthaceae Meniran
15. Asystasia gangetica Acanthaceae Ara sungsang
16. Elaeis guineensis Arecaceae Anakan sawit
17. Euphorbia hirta Euphorbiaceae Petikan kebo
18. Hyptis capitata Lamiaceae Rumput kenop
19. Spermacoce articularis Rubiaceae -

27
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. V, No.1, Juli – Desember 2018

Tabel 3. Jenis tumbuhan bawah yang dimanfaatkan sebagai obat herbal.


No. Nama Jenis Nama Famili Nama daerah/lokal Manfaat
1. Ageratum conyzoides Asteraceae Bandotan/wedusan Obat luka
2. Cyanthillium cinereum Asteraceae - Obat bengkak
3. Mikania micrantha Asteraceae Sambung rambat Obat luka
4. Kyllinga brevifolia Cyperaceae - Obat jerawat
5. Phyllanthus debilis Phyllanthaceae Meniran Obat maag
6. Phyllanthus urinaria Phyllanthaceae Meniran Obat mata
7. Clidemia hirta Melastomataceae - Obat luka
8. Euphorbia hirta Euphorbiaceae Petikan kebo Obat luka, katarak
9. Melastoma malabathricum Melastomataceae Senggani Obat luka, sakit perut
10. Polygala paniculata Polygalaceae - Obat gosok
11. Stachytarpheta jamaicensis Verbenaceae Pecutan kuda Obat mencret sapi

Tabel 4. Jenis tumbuhan bawah yang dimanfaatkan sebagai obat herbal.


No. Nama Jenis Nama Famili Nama daerah/lokal Manfaat
1. Clidemia hirta Euphorbiaceae - Menghilangkan rasa
2. Melastoma malabathricum Melastomataceae Senggani pahit pada masakan
3. Peperomia pellucida Piperaceae - Lalapan

KESIMPULAN masyarakat membuktikan bahwa


Tumbuhan bawah pada tegakan tumbuhan bawah memiliki banyak
kelapa sawit yang selama ini dianggap manfaat. Pengetahuan masyarakat ini
sebagai gulma yang perlu dikendalikan, perlu terus dilestarikan. Oleh karena itu,
ternyata memiliki banyak manfaat bagi penelitian untuk mengidentifikasi manfaat
masyarakat lokal di Desa Kungkai Baru, tumbuhan bawah menjadi hal yang perlu
Kecamatan Air Periukan, Kabupaten dilakukan selanjutnya agar nilai-nilai
Seluma. Dari penelitian ini teridentifikasi kearifan lokal dapat diidentifikasi,
27 spesies tumbuhan bawah dari 25 genus disebarluaskan, dan bahkan
dan 15 famili yang memiliki manfaat bagi dikembangkan dalam rangka upaya
masyarakat. Sebagian besar tumbuhan pelestarian tersebut.
bawah dimanfaatkan untuk pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
yaitu sebanyak 19 spesies (70,37%), 11 Adriadi, A., Chairul, dan Solfiyeni. 2012.
spesies (40,74%) untuk obat herbal, dan 3 Analisis Vegetasi Gulma pada
Perkebunan Kelapa Sawit (Elais
spesies (11,11%) untuk bahan kuliner. quineensis Jacq.) di Kilangan,
Muaro Bulian, Batang Hari. J. Bio.
UA 1(2):108-115.
SARAN Afriyanti D., C. Kroeze, and A. Saad.
Kearifan lokal dalam pemanfaatan 2016. Indonesia Palm Oil
Production without Deforestation
tumbuhan bawah di tengah-tengah and Peat Conversion by 2050.

28
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. V, No.1, Juli – Desember 2018

Jour. Sci. of the Tot. Env. 557- e1-e8 (online Journal SISEF).
558:562-570. http://www.sisef.it/iforest/ (3
Anggraini, D., L.S.E. Putri, dan Desember 2018)..
Dasumiati. 2015. Potensi Jenis Damanik, F.I., N. Sriyani, dan Sugiatno.
Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat 2014. Pengaruh Herbisida
di Hutan Kota Ranggawulung, Aminosiklopilaklor terhadap
Kabupaten Subang. Al-Kauniyah Keterjadian Partenokarpi pada
8(2):126-129. Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
Ariani, D.I.D. dan J. Kinho. 2012. guineensis Jacq) Menghasilkan
Keragaman Jenis Tumbuhan Paku dan Kaya Kendalinya terhadap
(Pteridophyta) di Cagar Alam Gulma. J. Agrotek Tropika
Gunung Ambang Sulawasi Utara. 2(2):246-251.
Info BPK Manado 2(1):17-40. Darsini, N.N. 2013. Analisis
Arsyad, M., Dharmono, dan Hardiansyah. Keanekaragamman Jenis
2011. Inventarisasi Jenis dan Tumbuhan Obat Tradisional
Dominasi Rumput (Famili Berkhasiat untuk Pengobatan
Poaceae) di Kawasan Sumur Penyakit Saluran Kencing di
Lumpur Barambai Desa Kolam Kecamatan Kintamani Kabupaten
Kanan Kecamatan Barambai Bangli Provinsi Bali. Jurnal Bumi
Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Lestari 13(1):159-165.
Wahana-Bio 5:1-21. Daru, T.P., A. Yulianti, dan E. Widodo.
BPS. 2017. Statistik Kelapa Sawit 2014. Potensi Hijauan di
Indonesia 2016. Badan Pusat Perkebunan Kelapa Sawit sebagai
Statistik. Jakarta. 84 hlm. pakan Sapi Potong di Kabupaten
BPS Provinsi Bengkulu. 2008. Provinsi Kutai Kertanegara. Pastura
Bengkulu Dalam Angka 2008. 3(2):94-98.
Bengkulu (ID): BPS Provinsi Destaranti, N. Sulistyani, dan E. Yani.
Bengkulu. 462 hlm. 2017. Struktur dan Vegetasi
________. 2017. Provinsi Bengkulu Tumbuhan Bawah pada Tegakan
Dalam Angka 2017. Bengkulu Pinus di RPH Kalirajut dan RPH
(ID): BPS Provinsi Bengkulu. 481 Baturraden Banyumas. Scripta
hlm. Biologica 4(3):155-160.
Campbell, C. 2018. Poaceae – Plant Ersyad, Z., Ardian, dan F. Silvina. 2017.
Family. Encyclopedia Britannica. Inventarisasi Gulma dan Seedbank
https://www.britannica.com/plant/ pada Tanaman Kelapa Sawit
Poaceae (21 November 2018). (Elaeis guineensis Jacq.)
Cerda, Y., A.A. Grez, and J.A. Simonetti. Menghasilkan (TM) di Kebun Sei
2015. The Role of the Uderstory Galuh PT. Perkebunan Nusantara
on the Abundance, Movement and V Kampar Riau. JOM Faperta
Survival of Ceroglossus chilensis 4(2):1-21.
in Pine Plantations: an Hadi, E.E.W., S.M. Widyastuti, dan S.
Experimental Test. J. Insect Wahyuono. 2016.
Conserv. 19:119-127. Keanekaragaman dan Pemanfaatan
Chianucci, F., E. Minari, M.J. Fardusi, P. Tumbuhan Bawah pada Sistem
Merlini, A. Cutini, P.Corona, and Agroforestri di Perbukitan
F. Mason. 2016. Relationships Menoreh, Kabupaten Kulon Progo.
between Overstory and Understory Jurnal Manusia dan Lingkungan
Stucture and Diversity in Semi- 23(2):206-215.
Natural Mixed Floodplain Forests Hanifah, V.W., T. Rahmawati, dan K.
at Bosco Fontana (Italy). iForest, Diwyanto. 2013. Menelisik Empat
29
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. V, No.1, Juli – Desember 2018

Tahun Kegiatan Pendampingan Sawit dan Padi Sawah di Cindali,


Balai Pengkajian Teknologi Kabupaten Bogor. J. HPT Tropika
Pertanian terhadap Program 16(2):138-146.
Swasembada Daging Sapi dan Purnomo, D.W., D. Usmadi, dan J.T.
Kerbau 2014. Dalam Model Hadiah. 2018. Dampak
Pengembangan Integrasi Tanaman- Keterbukaan Tajuk terhadap
Sapi Berbasis Inovasi. Editor: B. Kelimpahan Tumbuhan Bawah
Tiesnamurti, M.H. Sawit, D.S. pada Tegakan Pinus Pinus oocarpa
Damardjati, R. Thahir. IAARD Schiede dan Agathis alba (Lam)
Press. Jakarta. Hlm. 87-118. Foxw. Jurnal Ilmu Kehutanan
Hilwan, I. dan I. Masyrafina. 2015. 12:61-73.
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Purwantari, N.D., B. Tiesnamurti, dan Y.
Bawah di Gunung Papandayan Adinata. 2015. Ketersediaan
Bagian Timur, Garut, Jawa Barat. Sumber Hijauan di Bawah
Jurnal Silvikultur Tropika Perkebunan Kelapa Sawit untuk
6(2):119-125. Penggembalaan Sapi. Wartazoa
Matondang, R.H. dan C. Talib. 2015. 25(1):47-54.
Model Pengembangan Sapi Bali Rahayu, M.S. Sunarti, D. Sulistriani, dan
dalam Usaha Integrasi di S. Prawiroatmodjo. 2006.
Perkebunan Kelapa Sawit. Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Wartazoa 25(3):147-157. secara Tradisional oleh
Meijaard, E., D. Sheil, R. Nasi, D. Augeri, Masyarakat Lokal di Pulau
B. Rosenbaum, D. Iskandar, T. Wawonii, Sulawasi Tenggara.
Setyawati, M. Lammertink, I. Biodiversitas 7(3):245-250.
Rachmatika, A. Wong, T. Rianti, N., D.Salbiah, dan A. Khoiri.
Soehartono, S. Stanley, T. 2015. Pengendalian Gulma pada
Gunawan, dan T. O’Brien. 2006. Kebun Kelapa Sawit (Elaeis
Hutan Pasca Pemanenan - guineensis Jacq.) K2I dan Kebun
Melindungi Satwa Liar dalam Masyarakat di Desa Bangko Kiri
Kegiatan Hutan Produksi di Kecamatan Bangko Pusako
Kalimantan . CIFOR. Bogor. 384 Kabupaten Rokan Hilir Provinsi
hlm. Riau. JOM Faperta 2(1):1-14.
Mishra, A.K., A.K. Behera, K. Singh, Riswan, S. dan D. Adayaningsih. 2008.
R.M. Mishra, L.B. Chaudary, and Keanekaragaman Tumbuhan Obat
B. Singh. 2013. Effect of Abiotic yang digunakan dalam Pengobatan
Factors on Understory Community Tradisional. Jurnal Farmasi
Structures in Moist Deciduous Indonesia 4(2):96-103.
Forests of Northern India. For. Sci. Sarjono, B.Y. dan S. Zaman. 2017.
Pract.15(4):261-273. Pengendalian Gulma pada
Oktavia, D., S. Andriani, M.A. Qirom, Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis
dan F. Azwar. 2008. guineensis Jacq.) di Kebun Bangun
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Koling. Bul. Agrohorti 5(3):384-
sebagai Pestisida Alami di Savana 391.
Bekol Taman Nasional Baluran. Simangunsong, Y.P., S. Zaman, dan D.
Jurnal Penelitian Hutan dan Guntoro. 2018. Manajemen
Konservasi Alam 5(4):355-365. Pengendalian Gulma Perkebunan
Pebrianti, H.D., N. Maryana, dan I.W. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Winasa. 2016. Keanekaragaman Jacq.): Analisis Faktor- faktor
Parasitoid dan Arthropoda Penentu Dominansi Gulma di
Predator pada Pertanaman Kelapa
30
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. V, No.1, Juli – Desember 2018

Kebun Dolok Ilir, Sumatera Utara. Pascasarjana Universitas


Bul. Agrohorti 6(2):198-205. Diponegoro. Semarang. Hlm. 149-
Subro, I.L. 2012. Struktur Komunitas 152.
Tumbuhan Bawah di Kawasan Utomo, B.N. dan E. Widjaja. 2012.
Hutan Taman Nasional Gunung Pengembangan Sapi Potong
Halimun – Salak, Jawa Barat. J. Berbasis Industri Perkebunan
Tek. Ling. Edisi Khusus Hari Kelapa Sawit. Jurnal Litbang
Lingkungan Hidup:57-67. Pertanian 31(4):153-161.
Suharti, S. 2015. Pemanfaatan Tumbuhan Widodo, W. dan E. Sulystiadi. 2016. Pola
Bawah di Zona Pemanfaatan Distribusi dan Dinamika
Taman Nasional Gunung Merapi Komunitas Burung di Kawasan
oleh Masyarakat Sekitar Hutan. "Cibinong Science Center". Jurnal
Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon Biologi Indonesia 12(1):145-158).
1(6):1411-1415. Widyati, E. 2011. Potensi Tumbuhan
Slade, E.M., M.I. Burhanuddin, J.P. Bawah sebagai Akumulator
Caliman, W.A. Foster, M. Naim, Logam Berat untuk membantu
S. Prawirosukarto, J.L. Snaddon, Rehabilitasi Lahan Bekas
E.C. Turner, and D.J. Mann. 2014. Tambang. Mitra Hutan Tanaman
Can Cattle Grazing in Mature Oil 6(2):14-23.
Palm Increase Biodiversity and Wilkinson, K.M. and C.R. Elevitch. 2000.
Ecosystem Service Provision? The Integrating Understory Crops with
Planter 90(1062):655-665. Tree Crops – An Introductory
Syahputra, E., Sarbino, dan S. Dian. 2011. Guide for Pacific Islands.
Weeds Assessment di Perkebunan Permanent Agriculture Resources.
Kelapa Sawit Lahan Gambut. J. USA.
Tek. Perkebunan & PSDL 1:37-42. http://www.agroforestry.net/afg.
Syamsuddin, E. dan C.H. Hutauruk. 1999. (27 Desember 2018).
Pengendalian Gulma dengan Wiryono. 2009. Ekologi Hutan. UNIB
Herbisida pada Tanaman Kelapa Press. Bengkulu. 144 hlm.
Sawit belum menghasilkan. Jur. Wiyono, S., E. Suhesti, dan Hadinoto.
PPKS 09:1-3. 2015. Ketersediaan Jenis
Syofia, I. dan M. Radiah. 2018. Tumbuhan Sumber Pakan Lebah
Keanekaragaman Komunitas Madu Apis cerana di Kawasan
Gulma dalam Tanah pada Tingkat SMK Kehutanan Negeri
Kedalaman dan Jarak Pengambilan Pekanbaru. Wahana Forestra
Tanah di Tanaman Kelapa Sawit 10(1):16-26.
Belum Menghasilkan. Agrium Yuniati, E. dan M. Alwi. 2010. Etnobotani
21(2):178-186. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan
Utami, S., S.Anggoro, dan T.E. Obat Tradisional dari Huta di Desa
Soeprobowati. 2016. Struktur Pakuli Kecamatan Gumbasa
Komunitas Tumbuhan Bawah Kabupaten Donggala, Sulawesi
Herba di Hutan Lindung Pulau Tengah. Biocelebes 4(1):69-75.
Panjang Jepara Jawa Tengah. Di Zhang, J., D.H. Young, W.W. Oliver, dan
dalam Prosiding Seminar Nasional G.O. Fiddler. 2016. Effect of
Hasil-Hasil Penelitian Pascasarjana Overstorey Trees on Understorey
Universitas Diponegoro. Editor: Vegetation in California (USA)
Purwanto, Rahayu, T.E. Ponderosa Pine Plantation.
Soeprobowati. Sekolah Forestry 89:91-99.

31

Anda mungkin juga menyukai