Anda di halaman 1dari 11

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama : SUNARYO, S.Pd
Kelas : B
Unit Kerja : SD N Cabean 1 Demak

Masalah yang
Analisis eksplorasi
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
penyebab masalah
diidentifikasi
1 Rendahnya KAJIAN LITERATUR: Setelah dilakukan
1. Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
Motivasi belajar analisis terhadap kajian
yang mempengaruhi motivasi belajar adalah: cita-cita atau aspirasi siswa, kondisi jasmani
siswa rendah literatur dan
dan rohani siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis belajar, dan upaya guru
(PEDAGOGIK) wawancara, penyebab
membelajarkan siswa (Sudaryono, 2012).
rendahnya motivasi
2. Rendahnya motivasi belajar siswa karena rendahnya disiplin belajar, sikap belajar siswa belajar siswa yang
yang tidak terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas, tingkat aktivitas siswa yang kurang, rendah adalah :
dan tingkat kepuasan belajar yang rendah. (Rike Kurnia Sari/2021) 1. Rendahnya disiplin
Belajar
WAWANCARA : 2. Materi yang
1. AHMAD PURYONO, S.Pd dipelajari susah,
Penyebab motivasi belajar rendah: 3. Siswa tidak
a) Efek pandemi corona selama 2 tahun siswa belajar dirumah, sehingga menyukai cara
ketika masuk sekolahanak-anak masih merasa malas belajar. pengajaran guru,
b) Guru kurang variatif saat mengajar
c) Kurang perhatian dari orang tua
d) Siswa belum mempunyai cita-cita
4. siswa tidak
2. MUSTOFIYAN, S.Pd SD
menyukai mata
Peserta didik masih memiliki motivasi belajar rendah disebabkan oleh beberapa faktor
pelajaran tertentu
diantaranya
5. kondisi lingkungan
a. materi yang dipelajari susah,
keluarga yang
b. siswa tidak menyukai cara pengajaran guru, kurang mendukung

c. siswa tidak menyukai mata pelajaran tertentu bahkan kondisi lingkungan keluarga
yang kurang mendukung
3. MURWANTO, S.Pd SD
Penyebab Motivasi belajar rendah:
Karena anak bersal dari keluarga broken home dan dirumah tidak ada
yang mendampingi belajar. Selain itu anak merasa tidak pintar atau kurang
percaya diri
2 Peserta didik sulit KAJIAN LITERATUR: Setelah dilakukan
memahami apa 1. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, mengenai faktor-faktor prediktor yang analisis terhadap kajian
yang mereka baca mempengaruhi kesulitan membaca pemahaman dilihat dari aspek kompetensi linguistik, literatur dan
maka terbentuk empat faktor yang mempengaruhi kesulitan membaca pemahaman pada wawancara, penyebab
siswa kesulitan membaca pemahaman yaitu: (1) faktor kosakata, Peserta didik sulit
(2) faktor makna kata, (3) faktor gramatikal, (4) faktor pembeda kalimat. memahami apa yang
(Eviani Damastuti: 2015) mereka baca yaitu:
a. tingkat intelegensi
2. Banyak faktor yang mempengaruhi terhadap kemampuan membaca. Umunya,
b. kemampuan
kemampuan membaca yang dimaksud ditujukan oleh pemahaman seseorang pada bacaan
berbahasa
yang dibacanyadan tingkat kecepatan yang dimiliki. Faktor– faktor itu antara lain :
a. tingkat intelegensi c. sikap dan minat
b. kemampuan berbahasa d. keadaan bacaan
c. sikap dan minat e. kebiasaan membaca
d. keadaan bacaan f. pengetahuan tentang
e. kebiasaan membaca cara membaca
f. pengetahuan tentang cara membaca g. latar belakang sosial,
g. latar belakang sosial, ekonomi dan budaya. ekonomi dan
h. emosi budaya.
widyasari :2019 h. emosi siswa
https://www.academia.edu/40972450/Meningkatkan_kemampuan_
memahami_bacaan_melalui_ pelatihan_aspek_pemahaman_bacaan
WAWANCARA
1. AHMAD PURYONO, S.Pd
Penyebab kemampuan pemahaman dalam membaca anak masih rendah yaitu Karena
tidak terbiasa membaca atau literasi kurang, serta kurang memahami kosakata.
2. MURWANTO, S.Pd SD
Penyebab kemampuan pemahaman dalam membaca anak karena belajarnya kurang fokus
atau kurang konsentrasi.
3. MUSTOFIYAN, S.Pd SD
Penyebab kemampuan pemahaman dalam membaca anak masih rendah Bisa karena
mereka belum bisa membaca, sehingga sulit bagi anak yang mengalami permasalahan
keterlambatan membaca ini untuk memahami apa yang mereka baca, kurang pemahaman
kosakata, kebiasaan anak yang belum terbiasa membaca serta minat terhadap bahan
bacaan.
3 Hubungan KAJIAN LITERASI Setelah dilakukan
komunikasi antar 1. Menjadi kreatif dapat diperoleh melalui proses belajar. Munculnya kreativitas dapat analisis terhadap kajian
guru dan orang tua literatur dan
dipengaruhi dari berbagai faktor diantaranya adalah faktor komunikasi antara keluarga,
peserta didik wawancara, penyebab
terkait dalam hal ini adalah orang tua, dan sekolah terutama guru. Adanya sikap saling hubungan komunikasi
pembelajaran mempercayai, saling membantu dalam membimbing anak dan berkomunikasi antara orang antar guru dan orang
masih kurang tua peserta didik terkait
tua dan guru, akan membuat anak merasa memiliki kebebasan berkreativitas guna
pembelajaran masih
(Membangun pengembanganpotensi dirinya, sehingga bisa meningkatkan kreativitas dan mencapai kurang adalah :
relasi/hubungan)
keberhasilan dalam belajar. (Anis Pusitaningtyas: 2016)
1. Perbedaan pola pikir
2. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses komunikasi yang dilakukan antara orang tua yang dianut orang tua
dan guru antara lain yaitu kurangnya kemampuan orang tua dalam menggunakan media dengan guru
sosial, signal yang kurang memadai dan waktu yang kurang dalam berkomunikasi .(Nadha 2. Tidak semua orang
Luthfiyah Firdaus : 2022) tua "standby" di rumah,
seperti contohnya di
https://digilib.uinsby.ac.id /51809/2/Nadha%20Luthfiyah%20Firdaus_D97217063.pdf.
lingkunga SD saya
WAWANCARA banyak orang tua yang
1. AHMAD PURYONO, S.Pd merantau, sehingga
Penyebab Kurangnya hubungan komunikasi guru dan wali murid dikarenakan kurang anak ditinggal dirumah
hanya dengan kakek/
maksimalnyha pemanfaatan buku penghubung dan Grup WA guru dan walimurid untuk
nenek yang sudah
berkomunikasi "sepuh" dan beliau
hanya menganut sistim
2. MURWANTO, S.Pd SD "pasrah bongkoan" saja
Penyebab Kurangnya hubungan komunikasi guru dan wali murid Karena guru tidak kepda guru.
mempunyai buku penghubung antara orang tua dan guru, selanjutnya kurang hidupnya 3. Tidak semua orang
group WA kelas. tua memiliki HP yang
memudahkan guru
3. MUSTOFIYAH, S.Pd SD
untuk berkomunikasi
a. Perbedaan pola pikir yang dianut orang tua dengan guru
b. Tidak semua orang tua "standby" di rumah, seperti contohnya di lingkunga SD 4. Kurang Optimalnya
saya banyak orang tua yang merantau, sehingga anak ditinggal dirumah hanya
penggunaan Buku
dengan kakek/ nenek yang sudah "sepuh" dan beliau hanya menganut sistim "pasrah
bongkoan"saja kepda guru. Penghubung sebagai
c. Tidak semua orang tua memiliki HP yang memudahkan guru untuk berkomunikasi sarana komunikasi
dengan wali murid

4 Penggunaan model KAJIAN LITERATUR Setelah dilakukan


pembelajaran 1. Kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan model pembelajaran diantaranya adalah analisis terhadap kajian
inovatif yang masih dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP ) guru kurang memahami langkah- langkah literatur dan
belum maksimal pembelajaran sesuai sintak yang ada pada model pembelajaran. (Indah Fajar Friani, wawancara, penyebab
Sulaiman, Mislinawati: 2017) Penggunaan model
2. Menurut pengamatan, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas guru yang menggunakan pembelajaran inovatif
model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung yang masih belum
menggunakan model konvensional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini maksimal adalah :
disebabkan kurangnya penguasaan tenaga pendidik terhadap model-model pembelajaran
yang ada padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk 1. Kurangnya
meningkatkan kemampuan profesionalguru. (AD WIDYATAMA : 2014) penguasaan tenaga
http://eprints.ums.ac.id/32621/2/04.%20BAB%20I.pdf pendidik terhadap
WAWANCARA : model-model
1. AHMAD PURYONO, S.Pd pembelajaran yang
Penyebab penggunaan model pembelajaran inovatif yang masih belum maksimal ada
dikarenakan Guru belum paham serta belum menemukan model strategi dan metode 2. Guru yang telah
pembelajaran yg sesuai di kelas merasa di zona
2. MURWANTO, S.Pd SD nyaman dan enggan
Kebanyakan guru yang sudah sepuh telah merasa di zona nyaman dan enggan untuk untuk melakukan
melakukan perubahan-perubahan untuk melakukan pembaharuan dalam model, strategi perubahan-
dan metode pembelajaran. perubahan
3. Terkendala waktu
Sedangkan guru yang muda terkadang terkendala waktu dan jaringan jika hendak
dan jaringan
mengoptimalkan pembelajaran yang berbasis model, strategi dan metode pembelajaran
kekinian menurut perkembangan zaman.
3. MUSTOFIYAH, S.Pd SD
Penyebab penggunaan model pembelajaran inovatif yakni pengetahuan guru masih
kurang, guru malas untuk merubah diriny dan enggan keluar dari zona nyaman.

5 Pembelajaran di KAJIAN LITERATUR : Setelah dilakukan


kelas masih belum
analisis terhadap kajian
berbasis HOTS
(Higher Order 1. Berdasarkan analisis hasil penelitian mengenai pengetahuan guru Sekolah Dasar tentang literatur dan
Thinking Skill)
higher order thinking skill dalam pembelajaran matematika dapat disimpulkan bahwa wawancara, penyebab
pengetahuan guru tentang makna higher order thinking skill masih rendah. Tidak semua Pembelajaran di kelas
guru mengetahui level kognitif HOTS sesuai Taksonomi Bloom serta memaknai masih belum berbasis
HOTSsecara beragam yakni sebagai keterampilan, instrumen penilaian dan proses HOTS (Higher Order
pembelajaran. Selain itu, pengetahuan guru tentang implementasi pembelajaran matematika Thinking Skill) :
yang berorientasi higher order thinking skill juga masih rendah. Pada tahap perencanaan 1. Paradikma lama
pembelajaran, guru belum dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang memuat HOTS, siswa hanya di
walau telah mengetahui model atau metode pembelajaran yang relevan untuk diterapkan suruh menghafal
dalam mendorong pengembangan HOTS siswa. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, guru bukan berlatih
masih minim dalam melakukan hal-hal yang memfasiltasi peningkatan HOTS siswa. Pada untuk kemampuan
tahap evaluasi, kemampuan guru dalam menyusun instrumen penilaian HOTS masih menalar
rendah. (Rafiq Badjeber,Nursupiamin, Agung Wicaksono, Mufidah: 2020) 2. Kemampuan Guru
https://www.researchgate.net/publication/347821490_ sdalam menyususn
2. Kompetensi Dasar (KD) pada kurikulum 2013 tidak membatasi penggunaan tingkatan pembelajaran
taksonomi, hal ini dapat dilihat dari siswa yang dapat membangun Higher Order Thinking berbasis HOTS
Skills (HOTS) dengan berbagai kategori pengetahuan. Tetapi pada prakteknya masih masih Rendah
mengalami permasalahan. Banyak lembaga pendidikan terutama pada tingkat Sekolah
Dasar (SD) yang masih menggunakan model pembelajaran sederhana sehingga siswa hanya
dituntut untuk menghafal. Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada siswa tidak dibangun
dengan baik sehingga hampir semua materi yang diberikan oleh guru hanya
diterima siswa tanpa adanya tindakan kritis saat pembelajaran. Lusi, Nelly widyawati,
Levilia : 2020)
https://pgsd.persadakhatulistiwa.ac.id/wp-content/uploads/2021/02/Lusi.pdf

WAWANCARA :
1. AHMAD PURYONO, S.Pd
Karena kurikulum kita diakui atau tidak, masih selalu mengedepankan kemampuan
kognitif. anak dikatakan cerdas apabila matematika 100, IPA 100, dan nilai pelajaran
eksak lainnya sempurna. Maka tak jarang guru di sekolah berlomba-lomba mencetak
generasi yang mampu menghasilkan nilai sempurna untuk mapel-mapel yang sering
dilombakan, dengan mengabaiakan KBM yang mengedepankan kemampuan berpikir
kreatif, berpikir kritis, kemampuan berargumen, dan kemampuan mengambil
keputusan bagi siswa. Banyak masih berfokus pada hafalan saja atau menggunakan
pola Low Order Thinking Skill (LOTS) yang membuat siswa selalu berada zona
nyaman tanpa adanya tantangan.
2. MURWANTO, S.Pd SD
Karena anak belum begitu memahami materi dan belum siap mengerjakan Soal -soal
yang HOTS
3. MUSTOFIYAN, S.Pd SD
Pembelajaran di kelas masih belum berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill)
karena guru masih mengajar dengan paradikma lama siswa hanya di suruh menghafal
bukan berlatih untuk kemampuan menalar. Selain itu dikarenakan pengetahuan guru
dan murid yang kurang.
6 Guru masih belum KAJIAN LITERASI : Setelah dilakukan
mengoptimalkan 1. Problematika yang dihadapi guru dalam menguasai TIK pada pembelajaran: analisis terhadap kajian
pemanfaatan a) kemampuan dasar guru dalam bidang TIK yang memang masih rendah. literatur dan
teknologi informasi b) ketersediaan fasilitas TIK yang masih belum memadahi. wawancara, penyebab
(TIK) dalam c) Sekolah tidak mengharuskan guru menggunakan TIK dalam proses pembelajaran. Guru masih belum
pembelajaran Sehingga guru kurang terangsang untuk lebih mengembangkan diri. mengoptimalkan
d) Keterbatasan waktu yang digunakan untuk mempersiapkan media TIK di dalam pemanfaatan teknologi
pembelajaran. informasi (TIK) dalam
e) Anggapan guru yang menganggap bahwa materi yang ada dibuku sudah cukup untuk pembelajaran adalah :
mengajarkan siswa dengan baik sehingga tidak diperlukan media TIK. a) kemampuan dasar
f) Kenyamanan guru dalam menggunakan metode belajar konvensional, yang dianggap guru dalam bidang
lebih mudah dan tidak menyulitkan. TIK yang memang
g) Tidak adanya kegiatan pelatihan-pelatihan bagi guru untuk meningkatkan kemampuan masih rendah.
guru dalam bidang TIK(Tanti Nurhayati: 2016) b) ketersediaan
http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6024/1/093911069.pdf fasilitas TIK yang
2. Pada pemanfaatannya, fasilias komputer/laptop/jaringan internet ini seringkali tidak masih belum
termaksimalkan, sejauh ini masih banyak guru yang belum memanfaatkan perkembangan memadahi.
teknologi informasi dan komunikasi. Guru masih cenderung menggunakan cara-cara c) Sekolah tidak
mengharuskan
tradisional dalam pembelajaran, atau yang sering disebut dengan pembelajaran berpusat guru menggunakan
pada guru. Guru aktif sementara peserta didik menjadi pendengar pasif di dalam kelas. TIK dalam proses
(Kukuh Andri Aka : 2017) pembelajaran.
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1228808&val=11388&title= Sehingga guru
Pemanfaatan%20Teknologi%20Informasi%20dan%20Komunikasi%20TIK%20Sebagai kurang terangsang
%20Wujud%20Inovasi%20Sumber%20Belajar%20di%20Sekolah%20Dasar untuk lebih
WAWANCARA : mengembangkan
1. AHMAD PURYONO, S.Pd diri.
Guru masih belum mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi (TIK) dalam d) Keterbatasan
pembelajaran karena Terkadang terkendala waktu dan jaringan jika hendak waktu yang
mengoptimalkan pembelajaran yang berbasis model, strategi dan metode pembelajaran digunakan untuk
kekinian menurut perkembangan zaman. mempersiapkan
2. MURWANTO, S.Pd SD media TIK di
Guru masih belum mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi (TIK) dalam dalam
pembelajaran karena Guru Kurang menguasai IT, kurang paham media apa saja yang pembelajaran.
perlu disiapkan, jaringan internet atau wifi yang belum memadai e) Anggapan guru
3. MUSTOFIYAN, S.Pd SD yang menganggap
Terbatas Waktu dan kerepotan, Karena guru harus menyiapkan perangkatnya sendiri bahwa materi yang
dari bawa leptop, oloran, lcd , salon dan buku materi ada dibuku sudah
cukup untuk
mengajarkan siswa
dengan baik
sehingga tidak
diperlukan media
TIK.
f) Kenyamanan guru
dalam
menggunakan
metode belajar
konvensional, yang
dianggap lebih
mudah dan tidak
menyulitkan.
g) Tidak adanya
kegiatan pelatihan-
pelatihan bagi guru
untuk
meningkatkan
kemampuan guru
dalam bidang TIK

Anda mungkin juga menyukai