Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRATIKUM BIOSEL

STRUKTUR SEL DALAM TUBUH MANUSIA REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI,


PRINSIP DIAGNOSIS MOLEKULER

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK :

NADHIFAH RIZNA RAHMADINI (PO7134223055)


KELAS : ST01B

DOSEN PENGAMPU : DRS. REFAL, M.KES

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG JURUSAN SARJANA TERAPAN
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN 2023
Pertemuan Ke :
Hari / Tanggal :
Materi/Judul : Struktur Sel dalam Tubuh Manusia Reproduksi dan Embriologi.

Tujuan : Untuk mengetahui dan mempelajari tentang Struktur Sel dalam Tubuh Manusia
Reproduksi dan Embriologi.

Pembahasan :
1. Struktur Sel dalam Tubuh Manusia Reproduksi dan Embriologi
A. Sel Manusia
Sel merupakan unit structural terkecil dari organisme hidup. Sel di kelilingi oleh
selaput/membrane sel yang di dalamnya terdapat cairan (protoplasma) atau matriks, dan
bentuk-bentuk subselular, organel sel, yang juga dikelilingi membran. Protoplasma terdiri
dari plasma sel (sitoplasma) dan inti sel (nucleus), Di dalam inti sel terdapat plasma inti
atau nukleoplasma.
Secara struktural, sel merupakan satuan terkecil mahluk hidup yang dapat
melaksanakan kehidupan, yang merupakan unit terkecil penyusun mahluk hidup. Secara
fungsional, sel berfungsi untu menjalankan fungsi kehidupan (menyelenggarakan
kehidupan jika sel-sel penyusunya berfungsi), kemudian membentuk organisme.
Struktur sel manusia terdiri atas beberapa komponen dengan fungsi yang berbeda-
beda. Namun, fungsi utamanya adalah membangun jaringan dan organ tubuh. Bagian
terkecil dari makhluk hidup ini juga dapat mengambil nutrisi dari makanan dan
mengubahnya menjadi sumber energi.
Tubuh manusia memiliki sekitar 50–100 triliun sel dengan fungsi yang bervariasi,
tergantung jenis dan letaknya dalam tubuh. Sel manusia terdiri atas berbagai tipe, ukuran,
dan bentuk. Beberapa jenis sel tersebut meliputi sel saraf, sel otot, sel darah, sel kulit, sel
lemak, dan sel kelenjar. Bentuknya pun beragam sesuai jenis sel, ada yang berbentuk
bulat, lonjong, pipih, bahkan tidak beraturan.
Diameter sel manusia umumnya berkisar antara 7,5–150 mikrometer. Karena
ukurannya sangat kecil, sel manusia hanya dapat dilihat melalui alat khusus, yaitu
mikroskop. Meski berukuran kecil, struktur sel manusia memiliki banyak komponen yang
sangat penting untuk menunjang kehidupan

B. Nukleus
Mengutip dari buku Biologi Sel: Unit Terkecil Penyusun Tubuh Makhluk Hidup
(2017) yang ditulis oleh Rahmadina dan Husnarika bahwa vakuola adalah esikel dari
organel sitoplasmik yang berisi cairan sel dan dibatasi oleh membran dengan peranan
yang berbeda-beda pada setiap organel yang berbeda pula.
Vakuola ini melaksanakan hidrolisis pada tumbuhan dan fungi juga berkembang
melalui penggabungan vakuola-vakuola yang lebih kecil. Di mana vakuola ini berasal dari
kompleks golgi dan retikulum endoplasma.
Di lain sisi, vakuola merupakan salah satu organel yang tak dapat terpisahkan dari
sistem endomembran sel tumbuhan. Umumnya, vakuola ini mengambil tempat 50 sampai
90 persen pada bagian dalam sel dengan sitoplasma yang mengisi celah sempit antara
organel besar ini dengan membran sel.
Nukleus mengandung sebagian besar gen yang mengendalikan sel eukariota (sebagian
lain gen terletak di dalam mitokondria dan kloroplas). Dengan diameter rata-rata 5 μm,
organel ini umumnya adalah organel yang paling mencolok dalam sel eukariota.
Kebanyakan sel memiliki satu nukleus, namun ada pula yang memiliki banyak nukleus,
contohnya sel otot rangka, dan ada pula yang tidak memiliki nukleus, contohnya sel darah
merah matang yang kehilangan nukleusnya saat berkembang. Selubung nukleus
melingkupi nukleus dan memisahkan isinya (yang disebut nukleoplasma) dari sitoplasma.
Selubung ini terdiri dari dua membran yang masing-masing merupakan lapisan ganda
lipid dengan protein terkait. Membran luar dan dalam selubung nukleus dipisahkan oleh
ruangan sekitar 20–40 nm. Selubung nukleus memiliki sejumlah pori yang berdiameter
sekitar 100 nm dan pada bibir setiap pori, kedua membran selubung nukleus menyatu.
Di dalam nukleus, DNA terorganisasi bersama dengan protein menjadi kromatin.
Sewaktu sel siap untuk membelah, kromatin kusut yang berbentuk benang akan
menggulung, menjadi cukup tebal untuk dibedakan melalui mikroskop sebagai struktur
terpisah yang disebut kromosom. Struktur yang menonjol di dalam nukleus sel yang
sedang tidak membelah ialah nukleolus, yang merupakan tempat sejumlah komponen
ribosom disintesis dan dirakit. Komponen-komponen ini kemudian dilewatkan melalui
pori nukleus ke sitoplasma, tempat semuanya bergabung menjadi ribosom. Kadang-
kadang terdapat lebih dari satu nukleolus, bergantung pada spesiesnya dan tahap
reproduksi sel tersebut. Nukleus mengedalikan sintesis protein di dalam sitoplasma
dengan cara mengirim molekul pembawa pesan berupa RNA, yaitu mRNA, yang
disintesis berdasarkan "pesan" gen pada DNA. RNA ini lalu dikeluarkan ke sitoplasma
melalui pori nukleus dan melekat pada ribosom, tempat pesan genetik tersebut
diterjemahkan menjadi urutan asam amino protein
yang disintesis.

C. Aparatus Golgi

Aparatus Golgi , atau kompleks Golgi , berfungsi sebagai pabrik tempat protein yang
diterima dari RE diproses lebih lanjut dan disortir untuk diangkut ke tujuan akhirnya:
lisosom, membran plasma , atau sekresi. Selain itu, seperti disebutkan sebelumnya,
glikolipid dan sfingomielin disintesis di dalam Golgi. Pada sel tumbuhan, aparatus Golgi
selanjutnya berfungsi sebagai tempat sintesis polisakarida kompleks pada dinding sel .
Aparatus Golgi dengan demikian terlibat dalam pemrosesan berbagai konstituen seluler
yang berjalan sepanjang jalur sekretori.
Badan Golgi sendiri terpolarisasi secara struktural, dengan tiga kompartemen utama
terletak di antara permukaan “cis” dan permukaan “trans”. Wajah-wajah ini berbeda
secara biokimia, dan kandungan enzimatik setiap segmen sangat berbeda. Selaput muka
cis umumnya lebih tipis dibandingkan yang lain.
Secara umum, aparatus Golgi terdiri dari sekitar empat hingga delapan sisterna,
meskipun pada beberapa organisme bersel tunggal dapat terdiri dari sebanyak 60 sisterna.
Sisterna disatukan oleh protein matriks , dan seluruh aparatus Golgi didukung oleh
mikrotubulus sitoplasma . Tiga kompartemen utama peralatan umumnya dikenal sebagai
“cis ” (cisternae yang paling dekat dengan retikulum endoplasma), “medial” (lapisan
tengah cisternae), dan “trans ” (cisternae terjauh dari retikulum endoplasma). Dua
jaringan, jaringan cis Golgi dan jaringan trans Golgi, yang terdiri dari sisterna terluar pada
permukaan cis dan trans, bertanggung jawab atas tugas penting untuk menyortir protein
dan lipid yang diterima (di permukaan cis) atau dilepaskan. (di muka trans) oleh organel.

D. Lisosom

Lisosom sendiri merupakan organ dalam sel tubuh yang berfungsi mencerna senyawa,
seperti karbohidrat, serta protein. Nah, untuk menjalankan fungsinya dengan baik,
lisosom membutuhkan enzim tertentu. Jika enzim yang dibutuhkan untuk menjalankan
fungsinya mengalami kekurangan, senyawa dalam tubuh akan menumpuk
dan menjadi racun.
“Lisosom adalah kantung berbentuk bola berisi enzim hidrolitik yang memiliki
kemampuan untuk memecah berbagai jenis biomolekul.” Dengan kata lain, lisosom
adalah organel membran yang fungsi spesifiknya adalah memecah limbah dan puing-
puing seluler dengan menelannya dengan enzim hidrolitik.
Lisosom adalah organel yang terikat pada membran dan area di dalam membran
disebut lumen, yang berisi enzim hidrolitik dan sisa-sisa seluler lainnya. Tingkat pH
lumen berada antara 4,5 dan 5,0, yang membuatnya cukup asam. Hampir sebanding
dengan fungsi asam yang terdapat pada lambung. Selain memecah polimer biologis,
lisosom juga terlibat dalam berbagai proses sel lainnya seperti menghitung bahan habis,
metabolisme energi, sinyal sel, dan pemulihan membran plasma. Ukuran lisosom
bervariasi, dengan yang terbesar berukuran lebih dari 1,2 μm. Tapi biasanya berkisar
antara 0,1 μm hingga 0,6 μm
E. Ribosom

Ribosom adalah organel ukuran kecil dan padat yang terdapat dalam sel dan berperan
sebagai tempat sintesis protein. Ribosom terdapat dalam sitoplasma dan melekat pada
membran RE ketika berlangsungnya proses sintesis protein. Jika proses sintesis protein
tidak berlangsung ribosom akan berbentuk sub unit kecil dan sub unit besar. Ribosom
juga merupakan komponen sel yang membuat protein dari semua asam amino. Ribosom
memiliki diameter sekitar 20 nm dan terdiri atas 65% RNA ribosom dan 35% protein
ribosom. Sel dengan laju sintesis protein yang tinggi memiliki banyak sekali ribosom,
contohnya sel hati manusia yang memiliki beberapa juta ribosom. Ribosom sendiri
tersusun atas berbagai jenis protein dan sejumlah molekul RNA.
Dikutip dari buku Biologi Jilid 1 Edisi 5 karya Neil A. Campbell, dkk.
(2002:120),rRibosom merupakan tempat sel membuat protein. Sel yang memiliki laju
sintesis protein yang tinggi secara khusus memiliki jumlah ribosom yang sangat banyak.
Misalnya, sel hati manusia memiliki beberapa juta ribosom. Tidak mengejutkan jika sel
yang aktif dalam mensintesis protein juga memiliki nukleoli (inti sel) yang terlihat jelas.
Ribosom bebas tersuspensi dalam sitosol, sementara ribosom terikat dilekatkan pada
bagian luar jalinan membran yang disebut retikulum endoplasmik.

F. Membran Sel

Membran sel atau membran plasma adalah sebuah struktur selaput tipis yang
menyelubungi sebuah sel. Selaput tersebut akan membatasi keberadaan sebuah sel. Selain
itu, akan memelihara perbedaan pokok antara isi sel dan lingkungannya. Akan tetapi,
membran sel itu tidak sekadar sebuah penyekat pasif saja.
Melainkan sebuah filter yang mempunyai kemampuan untuk memilih. Memilih
bahan-bahan yang melintas dengan tetap memelihara perbedaan kadar ion dari luar dan
dari dalam sel. Bahan-bahan yang dibutuhkan oleh sel bisa masuk. Sedangkan bahan-
bahan yang termasuk limbah sel dapat keluar melintasi sel. Membran sel memiliki peran
penting pada makhluk hidup, berikut ini adalah fungsi-fungsi dari membran sel :
1. Melindungi sel
2. Menyelubungi sel
3. Interaksi antar sel
4. Mengatur pertumbuhan sel
5. Transfer informasi
6. Sebagai perantara zat
7. Pembawa reseptor
8. Transportasi lintas membran sel
9. Penyediaan Enzim

G. Mitokondria

Mitokondria adalah suatu organel sel tunggal yang berfungsi sebagai tempat
terjadinya fungsi respirasi pada manusia, hewan dan tumbuhan. Di dalam sel, terletak
unsur penyusun yang ukurannya lebih kecil lagi, yaitu organel. Organel inilah yang
melakukan fungsi beragam, dan semuanya sangat penting bagi kelangsungan hidup sel.
Fungsi mitokondria pada tubuh yang paling utama adalah memproduksi energi untuk
membantu sel tubuh agar terus hidup. Untuk menghasilkan energi tersebut, mitokondria
membutuhkan asupan oksigen. Jika sampai kekurangan atau tidak mendapatkan oksigen,
mitokondria tidak akan bisa bekerja alias tidak bisa menghasilkan energi. Akibatnya, sel
tubuh akan rusak atau mati.
Mitokondria adalah organel sel yang memiliki peran penting dalam aktivitas sel.
Organel sel ini bisa ditemukan di sebagian besar sel eukariotik (sel yang mengandung
nukleus). Di tubuh makhluk hidup, terutama manusia, organel sel ini sangat penting
karena terlibat dalam berbagai proses sel yang membutuhkan energi, mulai dari
pertumbuhan, pengiriman pesan, hingga proses penuaan dan replikasi. Bahkan, diketahui
bahwa mitokondria berhubungan dengan berbagai penyakit organ dan jaringan tubuh.
Berikut ini ciri-ciri mitokondria yang memiliki peran penting dalam tubuh makhluk
hidup:
1. Hanya dapat dijumpai dalam sel eukariotik.
2. Berbentuk bulat hingga oval, umumnya lonjong.
3. Memiliki diameter sekitar 0,5 – 1 mikro meter.
4. Memiliki dua lapis membran, yaitu membran dalam dan luar.
5. Berada di dalam matriks yang terkandung enzim dan protein.
6. Ada lipatan-lipatan yang disebut krista.
Setiap sel memiliki jumlah mitokondria yang berbeda-beda tergantung energi yang
dibutuhkan. Semakin banyak energi yang dibutuhkan, jumlah mitokondria semakin
banyak. Di bagian luar mitokondria ada pori-pori yang sifatnya permeabel.
Memiliki sistem genetik berupa mtDNA, rRNA, dan ribosom.

H. Sitoskeleton

Sitoskeleton adalah kerangka sel yang terdiri dari protein-protein berbentuk benang
halus (filament) yang terdapat di sitoplasma. Semua jenis sel memiliki sitoskeleton.
Dijelaskan dalam buku Ilmu Biomedik Dasar untuk Mahasiswa Kesehatan karya Maria
Floriana bahwa kerangka sel tersebut membentuk sebuah rangkaian yang memberi bentuk
dan kekuatan pada sel. Filamen penyusun sitoskeleton dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
mikrotubulus, mikrofilamen, dan filamen intermediat.
Ketiga filamen tersebut saling berhubungan satu sama lain dalam suatu ikatan protein
yang bermacam-macam. Dengan begitu, filamen-filamen tadi akan membentuk sistem
kerangka sel yang menyelubungi sitoplasma. Akibatnya, posisi nukleus yang berada di
dalam sel akan semakin kuat. Fungsi utama sitoskeleton adalah sebagai kerangka dan
memberi bentuk pada sel dan organel lain pada sel.

I. Sitoplasma

Sitoplasma adalah bagian yang terdapat dalam membran sel. Organel sel yang ada di
dalamnya berfungsi untuk melindungi tubuh dan menyediakan sumber tenaga.”
Sitoplasma merupakan bagian dari sel yang terdapat dalam membran sel. Terdapat dua
jenis sitoplasma yaitu eukariotik yang memiliki membran inti sel, dan prokariot yang
tidak memiliki membran inti sel. Contoh dari sel eukariotik adalah sel hewan dan
tumbuhan, sedangkan sel prokariotik adalah bakteri dan ganggang.
Sitoplasma dari sel eukariotik terdapat di antara membran dan membran nukleus,
sementara pada sel prokariotik, sitoplasma terdapat pada seluruh bagian dan dilindungi
oleh membran sel.
Fungsi Sitoplasma Dalam Tubuh Sitoplasma adalah tempat dimana terjadinya
pertumbuhan, perkembangan, dan metabolisme sel dilakukan. Beberapa fungsi lainnya
yang bermanfaat bagi tubuh adalah:
1. Menyokong dan Mendukung
2. Melindungi
3. Menyimpan
4. Menyalurkan
Melalui proses penyaluran, sitoplasma membantu transportasi antar organel dan
membuang bahan-bahan yang sudah tidak digunakan ke luar sel.
J. Retikulum endoplasma (ER)

Retikulum endoplasma (ER) adalah struktur besar dan dinamis yang memiliki banyak
peran dalam sel termasuk penyimpanan kalsium, sintesis protein, dan metabolisme lipid.
Beragam fungsi ER dilakukan oleh domain berbeda; terdiri dari tubulus, lembaran dan
selubung inti. Beberapa protein yang berkontribusi terhadap keseluruhan arsitektur dan
dinamika RE telah diidentifikasi, namun masih banyak pertanyaan mengenai bagaimana
RE berubah bentuk sebagai respons terhadap isyarat seluler, tipe sel, keadaan siklus sel,
dan selama perkembangan organisme. Di sini kita membahas apa yang diketahui tentang
dinamika RE, pertanyaan apa yang masih ada, dan bagaimana tanggapan terkoordinasi
menambah lapisan regulasi dalam organel dinamis ini.
E terdiri dari jaringan tubula dan gelembung membran yang disebut sisterne
(cisternae) (bahasa Latin cisterna, berarti "kotak" atau "peti"). Membran RE memisahkan
ruangan internal, yaitu ruang sisternal dan sitosol. Membran ini berhubungan langsung
dengan selubung nukleus atau nuclear envelope, sehingga ruang di antara kedua membran
selubung itu bersambung dengan ruang sisternal RE ini.
Terapat dua daerah RE yang struktur dan fungsinya berbeda jelas, walaupun keduanya
tersambung, yaitu RE halus dan RE kasar. Pada bagian-bagian RE kasar, terdapat ribuan
ribosom. Ribosom merupakan tempat proses pembentukan protein terjadi di dalam sel.
Ribosom juga diletakkan pada sisi sitoplasmik membran luar selubung nukleus, yang
bertemu dengan RE kasar.
Sedangkan bagian-bagian retikulum endoplasma yang tidak diselimuti oleh ribosom
disebut retikulum endoplasma halus atau smooth endoplasmic reticulum. Fungsinya
adalah untuk membentuk lemak dan steroid. Sel-sel yang sebagian besar terdiri dari
retikulum endoplasma halus terdapat di beberapa organ seperti hati.
K. Reproduksi sel

Reproduksi sel adalah proses yang terjadi dalam semua bentuk kehidupan dan yang
menjamin keabadian keberadaannya, serta pertumbuhan, penggantian jaringan, dan
reproduksi pada makhluk multiseluler. Reproduksi sel adalah proses memperbanyak
jumlah sel dengan cara membelah diri, baik pada organisme uniseluler maupun
multiseluler. Pembelahan sel pada organisme uniseluler merupakan suatu cara bagi
organisme tersebut untuk melestarikan jenisnya.
Sedangkan, bagi organisme multiseluler, pembelahan sel menyebabkan pertumbuhan
dan perkembangan organisme. Misalnya, pada manusia, sel-sel memperbanyak diri
sehingga tubuh manusia tersebut menjadi besar dan tinggi. Selain itu, reproduksi sel pada
organisme multiseluler juga menghasilkan sel-sel gamet yang berguna pada saat
perbanyakan secara generatif (reproduksi organisme melalui proses perkawinan).
Reproduksi sel merupakan proses penggandaan materi genetik (DNA) yang terdapat di
dalam nukleus. Sehingga, menghasilkan sel-sel anakan yang memiliki materi genetik
yang sama.
Tujuan sel bereproduksi adalah :
1. Perbanyakan sel sehingga terjadi pertumbuhan
2. Pembentukan sel baru yang berbeda dari induknya
3. Pembentukan sel baru yang tentu lebih muda dan sama dengan yang sebelumnya
4. Pembentukan Jaringan
5. Regenerasi sel
6. Pembentukan individu baru dan lain-lain

Sel yang membelah disebut sel induk, dan hasil pembelahannya disebut sel anak. Sel
induk memindahkan salinan informasi genetiknya (DNA) ke sel anak. Jika transformasi
genetik itu langsung (amitosis) dan jika melalui tahapan (mitosis/miosis) Untuk
menyampaikan informasi genetik tersebut tentu sel induk harus melipat gandakan
informasi genetik yang dimilikinya (DNA) melalui replikasi (duplikasi) sebelum
melaksanakan pembelahan atau reproduksi sel, replikasi itu terjadi pada waktu Interfase
(istirahat sel tidak membelah) tepatnya pada fase Sintesa (S).

L. Embriologi

Embriologi adalah ilmu khusus yang mempelajari pembentukan dan perkembangan


embrio hingga kelahirannya. Perkembangannya dimulai dengan pembuahan, yang
mengarah pada pembentukan zigot . Setelah proses di mana struktur dan organ utama
embrio berkembang, hasilnya adalah janin. Janin muncul pada bulan pertama.
Embriologi memberikan wawasan berbeda mengenai awal kehidupan manusia dan
perubahan yang terjadi selama perkembangan prenatal . Hal ini sangat berguna untuk
membantu memahami penyebab variasi pada manusia dan memberikan pemahaman
tentang perkembangan normal dan malformasi. Itu dimulai dari minggu kesembilan
(bulan ketiga) dan berakhir pada saat kelahiran. Embrio diganti namanya menjadi janin,
oleh karena itu dinamai tahap ini.
Mulai saat ini organ, jaringan dan sistem sudah terbentuk, oleh karena itu diharapkan
terus berkembang hingga mencapai ciri-ciri yang optimal untuk menjamin kondisi dasar
kehidupan setelah lahir. Pada stadium tersebut, jenis kelamin janin sudah dapat dibedakan
dan mulai menjadi lebih resisten, akibat pertumbuhan dan pematangannya, oleh karena itu
risiko keguguran menurun drastis.

Kesimpulan :
1. Struktur Sel dalam Tubuh Manusia Reproduksi dan Embriologi
A. Sel Manusia
Sel merupakan unit structural terkecil dari organisme hidup. Sel di kelilingi oleh
selaput/membrane sel yang di dalamnya terdapat cairan (protoplasma) atau matriks, dan
bentuk-bentuk subselular, organel sel, yang juga dikelilingi membran. Protoplasma
terdiri dari plasma sel (sitoplasma) dan inti sel (nucleus), Di dalam inti sel terdapat
plasma inti atau nukleoplasma.
Diameter sel manusia umumnya berkisar antara 7,5–150 mikrometer. Karena
ukurannya sangat kecil, sel manusia hanya dapat dilihat melalui alat khusus, yaitu
mikroskop. Meski berukuran kecil, struktur sel manusia memiliki banyak komponen
yang sangat penting untuk menunjang kehidupan

B. Nukleus
Mengutip dari buku Biologi Sel: Unit Terkecil Penyusun Tubuh Makhluk Hidup
(2017) yang ditulis oleh Rahmadina dan Husnarika bahwa vakuola adalah esikel dari
organel sitoplasmik yang berisi cairan sel dan dibatasi oleh membran dengan peranan
yang berbeda-beda pada setiap organel yang berbeda pula.
Vakuola ini melaksanakan hidrolisis pada tumbuhan dan fungi juga berkembang
melalui penggabungan vakuola-vakuola yang lebih kecil. Di mana vakuola ini berasal
dari kompleks golgi dan retikulum endoplasma.

C. Aparatus Golgi
Aparatus Golgi , atau kompleks Golgi , berfungsi sebagai pabrik tempat protein
yang diterima dari RE diproses lebih lanjut dan disortir untuk diangkut ke tujuan
akhirnya: lisosom, membran plasma , atau sekresi. Selain itu, seperti disebutkan
sebelumnya, glikolipid dan sfingomielin disintesis di dalam Golgi. Pada sel tumbuhan,
aparatus Golgi selanjutnya berfungsi sebagai tempat sintesis polisakarida kompleks
pada dinding sel . Aparatus Golgi dengan demikian terlibat dalam pemrosesan berbagai
konstituen seluler yang berjalan sepanjang jalur sekretori.

D. Lisosom
Lisosom sendiri merupakan organ dalam sel tubuh yang berfungsi mencerna
senyawa, seperti karbohidrat, serta protein. Nah, untuk menjalankan fungsinya dengan
baik, lisosom membutuhkan enzim tertentu. Jika enzim yang dibutuhkan untuk
menjalankan fungsinya mengalami kekurangan, senyawa dalam tubuh akan menumpuk
dan menjadi racun.
“Lisosom adalah kantung berbentuk bola berisi enzim hidrolitik yang memiliki
kemampuan untuk memecah berbagai jenis biomolekul.” Dengan kata lain, lisosom
adalah organel membran yang fungsi spesifiknya adalah memecah limbah dan puing-
puing seluler dengan menelannya dengan enzim hidrolitik.
E. Ribosom
Ribosom adalah organel ukuran kecil dan padat yang terdapat dalam sel dan
berperan sebagai tempat sintesis protein. Ribosom terdapat dalam sitoplasma dan
melekat pada membran RE ketika berlangsungnya proses sintesis protein. Jika proses
sintesis protein tidak berlangsung ribosom akan berbentuk sub unit kecil dan sub unit
besar. Ribosom juga merupakan komponen sel yang membuat protein dari semua asam
amino. Ribosom memiliki diameter sekitar 20 nm dan terdiri atas 65% RNA ribosom
dan 35% protein ribosom. Sel dengan laju sintesis protein yang tinggi memiliki banyak
sekali ribosom, contohnya sel hati manusia yang memiliki beberapa juta ribosom.
Ribosom sendiri tersusun atas berbagai jenis protein dan sejumlah molekul RNA.

F. Membran Sel
Membran sel atau membran plasma adalah sebuah struktur selaput tipis yang
menyelubungi sebuah sel. Selaput tersebut akan membatasi keberadaan sebuah sel.
Selain itu, akan memelihara perbedaan pokok antara isi sel dan lingkungannya. Akan
tetapi, membran sel itu tidak sekadar sebuah penyekat pasif saja.

G. Mitokondria
Mitokondria adalah suatu organel sel tunggal yang berfungsi sebagai tempat
terjadinya fungsi respirasi pada manusia, hewan dan tumbuhan. Di dalam sel, terletak
unsur penyusun yang ukurannya lebih kecil lagi, yaitu organel. Organel inilah yang
melakukan fungsi beragam, dan semuanya sangat penting bagi kelangsungan hidup sel.
Fungsi mitokondria pada tubuh yang paling utama adalah memproduksi energi
untuk membantu sel tubuh agar terus hidup. Untuk menghasilkan energi tersebut,
mitokondria membutuhkan asupan oksigen. Jika sampai kekurangan atau tidak
mendapatkan oksigen, mitokondria tidak akan bisa bekerja alias tidak bisa
menghasilkan energi. Akibatnya, sel tubuh akan rusak atau mati.

H. Sitoskeleton
Sitoskeleton adalah kerangka sel yang terdiri dari protein-protein berbentuk
benang halus (filament) yang terdapat di sitoplasma. Semua jenis sel memiliki
sitoskeleton. Dijelaskan dalam buku Ilmu Biomedik Dasar untuk Mahasiswa Kesehatan
karya Maria Floriana bahwa kerangka sel tersebut membentuk sebuah rangkaian yang
memberi bentuk dan kekuatan pada sel. Filamen penyusun sitoskeleton dibagi menjadi
3 kelompok, yaitu mikrotubulus, mikrofilamen, dan filamen intermediat.

I. Sitoplasma
Sitoplasma adalah bagian yang terdapat dalam membran sel. Organel sel yang ada
di dalamnya berfungsi untuk melindungi tubuh dan menyediakan sumber tenaga.”
Sitoplasma merupakan bagian dari sel yang terdapat dalam membran sel. Terdapat dua
jenis sitoplasma yaitu eukariotik yang memiliki membran inti sel, dan prokariot yang
tidak memiliki membran inti sel. Contoh dari sel eukariotik adalah sel hewan dan
tumbuhan, sedangkan sel prokariotik adalah bakteri dan ganggang.
Sitoplasma dari sel eukariotik terdapat di antara membran dan membran nukleus,
sementara pada sel prokariotik, sitoplasma terdapat pada seluruh bagian dan dilindungi
oleh membran sel.

J. Retikulum endoplasma (ER)


Retikulum endoplasma (ER) adalah struktur besar dan dinamis yang memiliki
banyak peran dalam sel termasuk penyimpanan kalsium, sintesis protein, dan
metabolisme lipid. Beragam fungsi ER dilakukan oleh domain berbeda; terdiri dari
tubulus, lembaran dan selubung inti. Beberapa protein yang berkontribusi terhadap
keseluruhan arsitektur dan dinamika RE telah diidentifikasi, namun masih banyak
pertanyaan mengenai bagaimana RE berubah bentuk sebagai respons terhadap isyarat
seluler, tipe sel, keadaan siklus sel, dan selama perkembangan organisme. Di sini kita
membahas apa yang diketahui tentang dinamika RE, pertanyaan apa yang masih ada,
dan bagaimana tanggapan terkoordinasi menambah lapisan regulasi dalam organel
dinamis ini.

K. Reproduksi sel
Reproduksi sel adalah proses yang terjadi dalam semua bentuk kehidupan dan
yang menjamin keabadian keberadaannya, serta pertumbuhan, penggantian jaringan,
dan reproduksi pada makhluk multiseluler. Reproduksi sel adalah proses
memperbanyak jumlah sel dengan cara membelah diri, baik pada organisme uniseluler
maupun multiseluler. Pembelahan sel pada organisme uniseluler merupakan suatu cara
bagi organisme tersebut untuk melestarikan jenisnya.
Sedangkan, bagi organisme multiseluler, pembelahan sel menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan organisme. Misalnya, pada manusia, sel-sel
memperbanyak diri sehingga tubuh manusia tersebut menjadi besar dan tinggi. Selain
itu, reproduksi sel pada organisme multiseluler juga menghasilkan sel-sel gamet yang
berguna pada saat perbanyakan secara generatif (reproduksi organisme melalui proses
perkawinan). Reproduksi sel merupakan proses penggandaan materi genetik (DNA)
yang terdapat di dalam nukleus. Sehingga, menghasilkan sel-sel anakan yang memiliki
materi genetik yang sama.

L. Embriologi
Embriologi adalah ilmu khusus yang mempelajari pembentukan dan
perkembangan embrio hingga kelahirannya. Perkembangannya dimulai dengan
pembuahan, yang mengarah pada pembentukan zigot . Setelah proses di mana struktur
dan organ utama embrio berkembang, hasilnya adalah janin. Janin muncul pada bulan
pertama.
DAFTAR PUSTAKA

Harry Murti, dkk.2007. Regulasi Siklus Sel: Kunci Sukses Somatic Cell Nuclear Transfer.
cdk vol. 34 no. 6/159 Nov - Des.
Silbernagl, Stefan. 2000. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi. Edisi pertama. Stuttgat,
Germany. Hal: 1-21.
Silbernagl, Stefan. 2007. Atlas Berwarna dan Teks Patofisiologi. Edisi pertama. Stuttgat,
Germany. Hal: 1-19.
Anonim. (2016). Animal Cell Nucleus Function And Definition, thegreatestgarden.
https://thegreatestgarden.com/2016/11/animal-cell-nucleus-function- definition.html dari
Campbell, N.A. (2010). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Penerbit Elangga.
Carin, A. A. (1989). Teaching Science Through Discovery. Colombus: Merril Publishing
Company.
Darmodjo, H dan J.R.E Kaligis (1992/1993). Pendidikan IPA 2. Jakarta: PPTK Dirjendikti
Depdikbud.
Davidson, M. W. (2015). The Endoplasmic Reticulum, micromagnet. dari
https://micro.magnet.fsu.edu/cells/endoplasmicreticulum/endoplasmicretic ulum.html
Direktorat Pembinaan SMA. (2014). Pembelajaran Biologi Melalui Pendekatan Saintifik.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Djohar. (1983). Biologi Sel I. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Gabel, D.L. (1994). Handbook of Research on Science Teaching and Learning. McMillan
Publishing Company. New York. 970 hlm.
Hastuti, A. (2013). Penerapan Pembelajaran Berbasis Praktikum untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Reproduksi Manusia. Skripsi.
Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Sainstek UIN Sunan Kalijaga.
Pertemuan Ke :
Hari / Tanggal :
Materi/Judul : Prinsip Diagnosis Molekuler

Tujuan : Prinsip Diagnosis Molekuler

Pembahasan
A. Definisi
Diagnostik molekuler adalah bidang kedokteran laboratorium yang menerapkan
prinsip dan teknik biologi molekuler untuk mempelajari penyakit . Prinsip diagnostik
molekuler melibatkan analisis asam nukleat dan genom, termasuk deteksi dan identifikasi
mikroba patogen, penentuan resistensi antibiotik, dan analisis genetik untuk diagnosis dan
pemantauan penyakit. Teknik yang digunakan dalam diagnostik molekuler meliputi
amplifikasi asam nukleat, seperti reaksi berantai polimerase (PCR), dan penggunaan
molekul reporter, probe berlabel, teknik elektroforesis, dan uji hibridisasi untuk
amplifikasi, deteksi, dan diskriminasi asam nukleat .
Diagnostik molekuler adalah suatu cabang dari diagnostik in vitro yang dapat
digunakan
untuk mengidentifikasi penanda DNA dan produk turunannya pada manusia atau
organisme
lainnya. Melalui kemajuan sains dan teknologi terutama dalam teknologi diagnostik dan
meningkatnya kesadaran masyarakat modern pada kesehatan dapat mempengaruhi
perkembangan bidang diagnostik molekuler saat ini. Beberapa kelebihan diagnostik
molekuler diantaranya adalah kecepatan dan hasil yang sangat spesifik (tepat), dapat
mendeteksi sampai pada tingkat molekul DNA (gen). Mendeteksi berbagai patogen yang
tidak dapat di kultur, tersedianya data base membuat diagnostik menjadi jauh lebih baik,
dan dilakukan dengan metoda yang tidak invasive sehingga dapat memberikan
kenyamanan pada pasien yang bersangkutan.
Diagnostik molekuler dapat digunakan untuk berbagai macam jenis diagnostik
diantaranya:
1. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh berbagai jenis patogen seperti bakteri,
virus,jamur dan parasit.
2. Penyakit non-infeksi seperti kanker, penyakit degeneratif, penyakit kongenital dan
kelainan genetis.
3. Non-penyakit seperti test DNA untuk keperluan identifikasi manusia.
Material genetik lain seperti biomarker yang mempunyai hubungan dengan kesehatan

B. Teknik – Teknik Utama Dalam Diagnosis Molekuler


1. Polymerase Chain Reaction (PCR)
PCR dapat mengamplifikasi (perbaanyak) potongan DNA secara in vitro pada
daerah spesifik yang dibatasi oleh dua uah primer oligonukleotida. Primer yang
digunakan sebagai pembatas daerah yang diperbanyak adalah DNA untai tunggal
yang urutannya komplemen dengan DNA templatnya. PCR memungkinkan adanya
perbanyakan DNA antara dua primer, hanya di dalam tabung reaksi, tanpa perlu
memasukkannya ke dalam sel (in vivo).
Pada proses PCR dibutuhkan DNA untai ganda yang berfungsi sebagai cetakan
(templat) yang mengandung DNA-target (yang akan diamplifikasi) untuk
pembentukan molekul DNA baru, enzim DNA polimerase, deoksinukleosida trifosfat
(dNTP), dan sepasang primer oligonukleotida. Pada kondisi tertentu. kedua primer
akan mengenali dan berikatan dengan untaian DNA komplemennya yang terletak
pada awal dan akhir fragmen DNA target, sehingga kedua primer tersebut akan
menyediakan gugus hidroksil bebas pada karbon.
Setelah kedua primer menempel pada DNA templat, DNA polimerase
mengkatalisis proses pemanjangan kedua primer dengan menambahkan nukleotida
yang komplemen dengan urutan nukleotida templat. DNA polimerase mengkatalisis
pembentukan ikatan fosfodiester antara OH pada karbon 3' dengan gugus 5' fosfat
dNTP yang ditambahkan. Sehingga proses penambahan dNTP yang dikatalisis oleh
enzim DNA polimerase ini berlangsung dengan arah 5-3 dan disebut reaksi
polimerisasi. Enzim DNA polimerase hanya akan menambahkan dNTP yang
komplemen dengan nukleotida yang terdapat pada rantai DNA templat.

2. Real Time PCR (qPCR)


Real Time PCR (qPCR) adalah suatu metoda analisa yang dikembangkan dari
reaksiPCR. Dalam ilmu biologi molekular, Real Time PCR (juga dikenal sebagai
quantitative realtime polymerase chain reaction (Q-PCR/qPCR) atau kinetic
polymerase chain reaction ),adalah suatu teknik pengerjaan PCR di laboratorium
untuk mengamplifikasi (memperbanyak)sekaligus menghitung (kuantifikasi) jumlah
target molekul DNA hasil amplifikasi tersebut.Real Time PCR memungkinkan
dilakukannya deteksi dan kuantifikasi (sebagai nilai absolutdari hasil perbanyakan
DNA atau jumlah relatif setelah dinormalisasi terhadap input DNA atau gen-gen
penormal yang ditambahkan) sekaligus terhadap sekuens spesifik dari sampel DNA
yang dianalisa.
Real Time PCR (qPCR) atau dapat pula disebut kuantitatif PCR real time (qPCR)
atauPCR kinetik adalah teknik laboratorium berdasarkan PCR, yang digunakan
untukmengamplifikasi dan secara simultan mengukur molekul DNA target. Untuk
satu atau lebihurutan tertentu dalam sampel DNA, Real Time-PCR memungkinkan
deteksi dan kuantifikasisecara bersamaan. Kuantitas yang didapat berupa jumlah
salinan mutlak atau jumlah relatifketika dinormalisasi untuk DNA yang dimasukkan
atau gen normalisasi tambahan

3. Sekuensing (Sequencing) DNA


Sekuensing (Sequencing) DNA adalah proses penentuan urutan asam nukleat atau
nukleotida pada DNA. Pengetahuan tentang urutan DNA sangat diperlukan untuk
penelitian biologi dasar, dan dalam berbagai bidang terapan seperti diagnosis medis,
bioteknologi, biologi forensik, virologi dan sistematika biologi. Membandingkan
urutan DNA yang normal dengan DNA mutan dapat membantu dalam diagnosis
berbagai penyakit termasuk berbagai kanker, yang digunakan untuk pemilihan
perawatan yang tepat untuk pasien. Terdapat beberapa metode dalam sekuensing
DNA, tetapi banyak peneliti yang tetap mengacu pada metode yang paling umum
yaitu Sanger Sequencing.
Sanger sequencing adalah teknik sekuensing menggunakan primer
oligonukleotida untuk mencari daerah DNA tertentu. Tahapan sekuensing dimulai
dengan denaturasi DNA untai ganda. Kemudian primer oligonukleotida akan
menempel pada DNA utas tunggal dan diperpanjang menggunakan campuran
deoksinukleotida trifosfat (dNTPs). Nukleotida arginin (A), sitosin (C), tirosin (T),
dan guanin (G) dibutuhkan untuk membentuk untai ganda baru. Selain itu, terdapat
sejumlah kecil dideoksinukleotida trifosfat (ddNTP) sebagai pemutus rantai.
Sekuensing akan terus berlanjut dengan dNTP hingga ddNTP berikatan dengan DNA
utas tunggal. Setiap ddNTP (ddATP, ddGTP, ddCTP, ddTTP) juga memiliki marker
fluoresen yang akan berperpendar ketika ddNTP menempel pada DNA utas tunggal.
Laser di dalam mesin akan membaca urutan DNA dengan mendeteksi intensitas
fluoresen dari ddNTP.
C. Aplikasi Diagnosis Molekuler
1. Penyakit Infeksius
Diagnosis Molekuler berperan penting dalam deteksi dan identifikasi pathogen
penyakit infeksius seperti Virus, bakteri dan parasite. Teknik PCR dan Sekuensing
digunakan untuk diagnosis penyakit menular seperti COVID-19, HIV, dan Hepatitis

2. Kanker
Diagnosis molekuler telah mengubah pendekatan terhadap diagnosis dan
pengobatan kanker. Melalui analisis mutasi genetik, profil ekspresi gen, dan genomik
fungsional, diagnosis molekuler memungkinkan identifikasi subtipe kanker,
prognosis, dan pemilihan terapi yang lebih tepat.

3. Penyakit Genetik
Dalam bidang penyakit genetik, diagnosis molekuler menjadi kunci dalam
identifikasi mutasi genetik yang terkait dengan kondisi seperti fibrosis kistik,
talasemia, dan sindrom genetik lainnya. Pemahaman tentang dasar genetik penyakit
mendukung pelayanan konseling genetik dan pengujian pranatal.

Kesimpulan :
Diagnostik Molekulter
A. Definisi
Diagnostik molekuler adalah bidang kedokteran laboratorium yang menerapkan
prinsip dan teknik biologi molekuler untuk mempelajari penyakit . Prinsip diagnostik
molekuler melibatkan analisis asam nukleat dan genom, termasuk deteksi dan identifikasi
mikroba patogen, penentuan resistensi antibiotik, dan analisis genetik untuk diagnosis dan
pemantauan penyakit. Teknik yang digunakan dalam diagnostik molekuler meliputi
amplifikasi asam nukleat, seperti reaksi berantai polimerase (PCR), dan penggunaan
molekul reporter, probe berlabel, teknik elektroforesis, dan uji hibridisasi untuk
amplifikasi, deteksi, dan diskriminasi asam nukleat .

B. Teknik – Teknik Utama Dalam Diagnosis Molekuler


1. Polymerase Chain Reaction (PCR)
PCR dapat mengamplifikasi (perbaanyak) potongan DNA secara in vitro pada
daerah spesifik yang dibatasi oleh dua uah primer oligonukleotida. Primer yang
digunakan sebagai pembatas daerah yang diperbanyak adalah DNA untai tunggal
yang urutannya komplemen dengan DNA templatnya. PCR memungkinkan adanya
perbanyakan DNA antara dua primer, hanya di dalam tabung reaksi, tanpa perlu
memasukkannya ke dalam sel (in vivo).

2. Real Time PCR (qPCR)


Real Time PCR (qPCR) adalah suatu metoda analisa yang dikembangkan dari
reaksiPCR. Dalam ilmu biologi molekular, Real Time PCR (juga dikenal sebagai
quantitative realtime polymerase chain reaction (Q-PCR/qPCR) atau kinetic
polymerase chain reaction ),adalah suatu teknik pengerjaan PCR di laboratorium
untuk mengamplifikasi (memperbanyak)sekaligus menghitung (kuantifikasi) jumlah
target molekul DNA hasil amplifikasi tersebut.Real Time PCR memungkinkan
dilakukannya deteksi dan kuantifikasi (sebagai nilai absolutdari hasil perbanyakan
DNA atau jumlah relatif setelah dinormalisasi terhadap input DNA atau gen-gen
penormal yang ditambahkan) sekaligus terhadap sekuens spesifik dari sampel DNA
yang dianalisa.

3. Sekuensing (Sequencing) DNA


Sekuensing (Sequencing) DNA adalah proses penentuan urutan asam nukleat atau
nukleotida pada DNA. Pengetahuan tentang urutan DNA sangat diperlukan untuk
penelitian biologi dasar, dan dalam berbagai bidang terapan seperti diagnosis medis,
bioteknologi, biologi forensik, virologi dan sistematika biologi. Membandingkan
urutan DNA yang normal dengan DNA mutan dapat membantu dalam diagnosis
berbagai penyakit termasuk berbagai kanker, yang digunakan untuk pemilihan
perawatan yang tepat untuk pasien. Terdapat beberapa metode dalam sekuensing
DNA, tetapi banyak peneliti yang tetap mengacu pada metode yang paling umum
yaitu Sanger Sequencing.

C. Aplikasi Diagnosis Molekuler


1. Penyakit Infeksius
Diagnosis Molekuler berperan penting dalam deteksi dan identifikasi pathogen
penyakit infeksius seperti Virus, bakteri dan parasite. Teknik PCR dan Sekuensing
digunakan untuk diagnosis penyakit menular seperti COVID-19, HIV, dan Hepatitis
2. Kanker
Diagnosis molekuler telah mengubah pendekatan terhadap diagnosis dan
pengobatan kanker. Melalui analisis mutasi genetik, profil ekspresi gen, dan genomik
fungsional, diagnosis molekuler memungkinkan identifikasi subtipe kanker,
prognosis, dan pemilihan terapi yang lebih tepat.

3. Penyakit Genetik
Dalam bidang penyakit genetik, diagnosis molekuler menjadi kunci dalam
identifikasi mutasi genetik yang terkait dengan kondisi seperti fibrosis kistik,
talasemia, dan sindrom genetik lainnya. Pemahaman tentang dasar genetik penyakit
mendukung pelayanan konseling genetik dan pengujian pranatal.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/molecular-diagnostics
Feranisa, A. 2016. Komparasi antara Polymerase chain reaction (PCR) dan Loop- mediated
Isothermal Amplification (LAMP) dalam Diagnosis Molekuler. Odontodental Journal, 3(2), pp
145-151.
Fitriatin, E dan Manan, A. 2015. Pemeriksaan Viral Nervous Necrosis (VNN) pada Ikan
dengan Metode Polymerase chain reaction (PCR). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 7(2).
Fuad, A. R. M., Ulfin, I., Kurniawan, F. 2016. Penggunaan Agar-Agar Komersial sebagai
Media Gel Elektroforesis Pada Zat WARNA Remazol: Pengaruh Komposisi Bufer, pH Buffer
dan Konsentrasi Media. Jurnal Sains dan Seni ITS, 5 (2).
Garibyan, l dan Avashia, N. 2013. Research Techniques Made Simple: Polymerase chain
reaction (PCR). Journal of Invest Dermatol, 133(3), pp 1-8.
Harahap, M.R. 2018. Elektroforesis: Analisis Elektronika Terhadap Biokimia. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Teknik Elektro, 2(1), pp 21-26.
Hendra., Suryaningtyas, N.W.Y., Riyanto, C., Heryanto, A.F. 2013. Ekstraksi DNA
Collocalia fuchiphaga dengan Metode Phenol Chloroform Extraction dari Berbagai Material
Sumber Genetik. Jurnal Fakultas Teknobiologi Uni

Tanda Tangan Dosen Dan Nama Kelompok

Anda mungkin juga menyukai