Anda di halaman 1dari 15

Tujuan akhir dari pendidikan perdamaian adalah

pembentukan manusia yang bertanggung jawab,


berkomitmen, dan membentuk warga negara yang peduli
yang telah mengintegrasikan nilai-nilai perdamaian
ke dalam kehidupan sehari-hari dan memperoleh
keterampilan untuk mengadvokasi
—Betty Reardon

Daftar Isi

1. Konteks Referensi 2

2. Definisi Peacebuilding 3

3. Prinsip Peacebuilding 4

4. Referensi Komponen Pendidikan Perdamaian 5


🧠 Critical Thinking
💟 Socio Emotional
5

💬 Intergroup Contact
6
7

5. Daftar Pustaka 14

1
1. Konteks Referensi
Referensi ini disusun dan diperuntukkan bagi organisasi/komunitas yang mendaftar program Indika
Foundation Impact Grant .

💡 Program Indika Foundation Impact Grant


● Topik dari program ini adalah peacebuilding
● Target penerima manfaat utama adalah anak muda (usia 15-24 tahun) atau ekosistem
pendukung anak muda (youths) dan/ anak-anak (kids) (sekolah, kampus, keluarga, rumah
singgah, dsb)
● Program memungkinkan target sasaran dari identitas beragam dapat saling berinteraksi
secara positif
● Program hanya diperbolehkan untuk didanai oleh Indika Foundation (tidak co-funding)

Konsep dan kerangka kerja untuk peacebuilding sangatlah luas. Organisasi dan komunitas diharapkan
memahami terlebih dahulu apa itu peacebuilding dan melihat kesesuaiannya dengan visi organisasi dan
komunitas. Maka dari itu, Indika Foundation menyusun referensi bacaan ini.

Indika Foundation berharap program yang organisasi dan komunitas susun dan implementasikan selama
program Indika Foundation Impact Grant , selaras dengan visi organisasi dan komunitas, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai bagian dari portofolio, rekam jejak, dapat direplikasi, serta berkelanjutan. Dalam
upaya menciptakan perdamaian, Indika Foundation ingin kita semua dapat berperan sebagai
peacebuilder dengan tetap berpegang teguh pada tujuan dan visi masing-masing sebagai "variasi
warna dan kreasi".

Indika Foundation menekankan tiga komponen utama dalam menjalankan praktik peacebuilding yaitu:
SOCIO-EMOTIONAL, CRITICAL THINKING, dan INTERGROUP CONTACT. Organisasi dan komunitas
wajib mengintegrasikan ketiga komponen ini sebagai fondasi dari program yang disusun dalam proposal
(penjelasan lebih lanjut dijelaskan pada materi bootcamp).

2
2. Definisi Peacebuilding
KROC Institute (2023)
Pengembangan hubungan pribadi, kelompok dan politik yang konstruktif antara suku, agama, kelas,
bangsa dan ras. Upaya dilakukan tidak hanya untuk menyelesaikan konflik, tetapi juga untuk membangun
komunitas, institusi, kebijakan, dan hubungan yang lebih baik sehingga mampu menjaga dan melanjutkan
perdamaian dan keadilan.

Conciliation Resources (n.d.)


Proses jangka panjang untuk mendorong masyarakat agar mampu bersuara, memperbaiki hubungan, dan
melakukan perubahan ke arah yang lebih damai. Untuk perubahan positif yang bertahan lama, setiap
orang yang terkena dampak konflik destruktif harus dilibatkan dalam proses pembangunan pemulihan.
Menciptakan hubungan yang harmonis antar-individu atau kelompok merupakan kunci untuk mengakhiri
kekerasan. Itu berarti bekerja untuk memahami alasan mengapa orang berada dalam konflik sejak awal
dan menemukan cara untuk mempromosikan perdamaian.

Khan (n.d.)
Upaya mengubah keyakinan, sikap, dan perilaku, serta mengubah dinamika antara individu dan kelompok
menuju hubungan yang lebih stabil dan damai.

International Alert (n.d.)


Upaya mengkaji alasan-alasan mengapa para pihak saling mengejar atau bermusuhan, serta mendukung
lingkungan untuk mengelola perbedaan, keragaman dan konflik tanpa menggunakan kekerasan
(International Alert, n.d.). Untuk memahami peacebuilding perlu diciptakan perdamaian yang positif, yaitu
ketika:

● Setiap orang hidup dengan aman, tanpa rasa takut atau ancaman kekerasan, dan tidak ada bentuk
kekerasan yang ditoleransi dalam hukum atau praktik;
● Setiap orang sama di depan hukum, sistem peradilan dipercaya, dan hukum yang adil dan efektif
melindungi hak-hak rakyat;
● Setiap orang dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan politik dan pemerintah
bertanggung jawab kepada rakyat;
● Setiap orang memiliki akses yang adil dan setara terhadap kebutuhan dasar untuk kesejahteraan
mereka – seperti makanan, air bersih, tempat tinggal, pendidikan, perawatan kesehatan dan
lingkungan hidup yang layak;
● Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja dan mencari nafkah, tanpa
memandang jenis kelamin, etnis atau aspek identitas lainnya.

3
3. Prinsip Peacebuilding
Peacebuilding Principles (Khan, n.d.)
● Bersifat kompleks dan melibatkan multi sektor;
● Membutuhkan nilai, tujuan, komitmen terhadap hak asasi manusia dan kebutuhan manusia;
● Bekerja untuk mengatasi ketidakadilan dan kekerasan struktural;
● Didasarkan pada etika saling ketergantungan, kemitraan dan pencegahan kekerasan;
● Mengandalkan keterampilan untuk dapat membangun hubungan interpersonal yang sehat;
● Analisis meliputi faktor budaya, sejarah, dan akar penyebab;
● Menciptakan ruang di mana orang mau dan mampu berinteraksi satu sama lain;
● Menyembuhkan trauma, mengutamakan keadilan, dan membangun hubungan yang sehat antar
individu/kelompok;
● Peningkatan kapasitas dalam berbagai aspek pendukung.

Partisipasi Anak Muda dalam Peacebuilding (Search for Common Ground, 2014)
● Partisipasi. Mengutamakan partisipasi pemuda, mendorong pemuda untuk mampu menjaga
perdamaian, menghubungkan pemuda dengan berbagai sektor dan berbagai tingkatan;

● Keberagaman. Membantu memberikan suara kepada kaum muda dalam kelompok marjinal atau
minoritas, membangun strategi untuk melibatkan kaum muda dari berbagai latar belakang, dan
menghargai pengalaman semua kaum muda;

● Gender. Peka terhadap dinamika gender, menghindari asumsi stereotip tentang peran gender,
strategi pelibatan perempuan muda;

● Kepemimpinan. Menumbuhkan jiwa kepemimpinan anak muda, mendukung kaum muda,


memampukan kaum muda untuk menjadi pemimpin bagi sesamanya dan lingkungannya;

● Keamanan. Selalu mengarah pada upaya “tidak membahayakan” dan memberikan prinsip ruang
yang aman bagi kaum muda untuk berpartisipasi, memastikan keterlibatan fasilitator untuk
menghadapi situasi sulit, peka terhadap ketidaksetaraan;

● Keterlibatan. Melibatkan generasi muda dalam berbagai tahapan persiapan, memberikan solusi
alternatif bagi generasi muda untuk berhenti melakukan kekerasan;

● Kompetensi. Meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan kompetensi generasi muda,


tingkat kemampuan mediasi dan resolusi konflik;

● Kemitraan. Membangun komunitas pemuda, mempromosikan dialog dan peluang kerja sama
antara anak-anak muda; dewasa muda; orang tua dan lansia dalam upaya penyelesaian konflik;

● Kebijakan. Mendukung kebijakan yang memungkinkan kaum muda memenuhi kebutuhannya,


melibatkan partisipasi kaum muda dalam mengembangkan kebijakan publik.

4
4. Referensi Komponen Pendidikan Perdamaian
Pendidikan adalah solusi untuk banyak masalah sosial. Idealnya, toleransi harus ditanamkan melalui
pendidikan. Pendidikan harus menjadi lingkungan yang kondusif bagi praktik toleransi. Berbagai penelitian
telah menunjukkan bahwa kurangnya keterampilan sosial-emosional, berpikir kritis, dan kemampuan
membangun kontak/hubungan dengan kelompok yang berbeda dapat berdampak pada tingginya
prasangka, munculnya intoleransi, dan berpotensi lebih besar terpengaruh kelompok radikal.

Indika Foundation menjadikan critical thinking, socio emotional, dan intergroup contact sebagai rujukan
utama dalam proses pendidikan perdamaian. Organisasi/komunitas wajib mengintegrasikan ketiga
komponen ini sebagai fondasi dari program yang disusun dalam proposal (penjelasan lebih lanjut
dijelaskan pada materi bootcamp). Berikut adalah penjelasan lebih detail ketiga komponen:

🧠 Critical Thinking
Kemampuan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi sampai pada suatu kesimpulan. Berpikir
kritis adalah bagaimana kita mengajukan pertanyaan yang tepat dan mampu menganalisis informasi dari
berbagai sudut pandang untuk mengidentifikasi tindakan terbaik. Berikut adalah 8 keterampilan dalam
berpikir kritis (Asana, 2023):

KETERAMPILAN DEFINISI

Berpikir analitis Mengevaluasi data dari berbagai sumber untuk mendapatkan kesimpulan terbaik. Pemikiran
analitis memungkinkan orang untuk menolak bias dan berusaha untuk mengumpulkan dan
mengkonsumsi informasi untuk sampai pada kesimpulan terbaik.

Pemikiran terbuka Menganalisis dan memproses informasi untuk sampai pada kesimpulan yang tidak bias.

Pemecahan Keterampilan memecahkan masalah apa pun—mulai dari tantangan di tempat kerja hingga
masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.

Regulasi diri Kemampuan untuk mengatur pikiran diri dan mengesampingkan bias pribadi apa pun untuk
sampai pada kesimpulan terbaik.

Observasi Kemampuan merangkul banyak sudut pandang dan keterampilan observasi untuk
mengidentifikasi potensi masalah.

Interpretasi Mengevaluasi informasi mana yang penting dan relevan dengan situasi.

Evaluasi Keterampilan membuat keputusan dengan percaya diri berdasarkan data yang dimiliki.

Komunikasi Keterampilan memberikan keputusan dengan pemangku kepentingan lainnya dengan


menyajikan bukti dan mendukung kesimpulan — terutama jika ada berbagai kemungkinan
solusi yang berbeda.

Tabel: Top 8 Critical Thinking Skills (Asana, 2023)

5
💟 Socio Emotional
"Keterampilan sosial dan emosional" mengacu pada kemampuan untuk mengatur pikiran, emosi, dan
perilaku individu. Keterampilan ini berbeda dari kemampuan kognitif seperti literasi atau berhitung.
Keterampilan sosio emosional terkait dengan bagaimana individu mengelola emosi mereka, memahami
diri mereka sendiri dan terlibat dengan orang lain. Berikut adalah 5 domain besar dari sosial-emosional
(OECD, n.d):

Domain Keterampilan Definisi

Performa kerja Motivasi Membangun standar tinggi dan bekerja untuk mencapai standar tersebut
(kesadaran) berprestasi

Tanggung jawab Mampu untuk menjaga komitmen dan dapat diandalkan

Kontrol diri Mampu menghindari distraksi dan fokus pada upaya mencapai tujuan

Kegigihan Gigih terhadap tugas hingga selesai

Regulasi emosi Coping stress Efektivitas mengelola kecemasan dan kemampuan mengatasi masalah
(stabilitas) dengan tenang

Optimisme Positif dan optimis terhadap diri dan kehidupan

Kontrol emosi Strategi untuk regulasi amarah pada kondisi frustasi

Kolaborasi Empati Kebaikan dan kepedulian terhadap orang lain


(kemampuan
untuk Rasa percaya Tidak berprasangka dan memiliki kepribadian memaafkan
bersepakat)
Kerjasama Hidup dalam harmoni dan memiliki intensi untuk berdampingan dengan
yang lain

Keterbukaan Rasa penasaran Tertarik dengan ide dan kemauan tinggi untuk belajar hal baru
(terbuka pada
pengalaman) Toleransi Terbuka dengan pandangan yang berbeda, keberagaman nilai, dan
penghargaan terhadap kelompok berbeda

Kreativitas Mengoptimalkan gagasan/cara baru untuk dilakukan dan belajar dari


kesalahan

Keterlibatan Keramahan Kemampuan untuk melakukan pendekatan kepada orang lain, inisiasi dan
dengan orang menjaga koneksi sosial
lain (interaksi
sosial Asertivitas Mampu untuk membangun opini dan menyampaikan gagasan dengan
menghargai hak-hak serta perasaan orang lain

Energi Menjalani kehidupan dengan energi, kegembiraan dan spontanitas.

Tabel: The Big Five Domain (OECD, n.d.)

6
💬 Intergroup Contact
Kontak yang terjadi antara kelompok yang berbeda sebagai cara yang efektif untuk mengurangi prasangka
antar anggota kelompok (umumnya kelompok mayoritas dan minoritas) (Allport, 1979).

Kondisi Deskripsi

Status sama Anggota dalam situasi kontak tidak boleh berada pada hirarki yang
berbeda/atasan-bawahan/tidak setara

Kooperasi Anggota perlu diajak untuk bekerja bersama-sama pada lingkungan non-kompetitif

Tujuan sama Anggota harus mengandalkan satu sama lain untuk mencapai tujuan yang diharapkan

Didukung institusi Tidak boleh ada lingkungan sosial atau institusi otoritas yang memberikan sanksi
otoritas dan sosial atau penolakan pada kontak yang terjadi (perlu diperhatikan sensitivitas dari upaya
kontak)

Tabel: Kondisi untuk mencapai kontak positif antar kelompok (Allport, 1979)

📄 Konsep Peacebuilding yang Dikembangkan dari Berbagai Negara


Di luar 3 komponen dasar yang menjadi rujukan Indika Foundation, berikut adalah konsep-konsep lain dari
peacebuilding yang dikembangkan dari berbagai negara dan dapat dipelajari sebagai bahan rujukan
tambahan (hanya menjadi contoh dan rujukan):

1. Skills for Constructive Living (Inter Agency Network for Education in Emergencies, 2022)

Latar belakang: Ini adalah kerangka pembelajaran yang dikembangkan untuk Inter-Agency Peace
Education Program (PEP) yang dilaksanakan bersama United Nations High Commissioner for
Refugees (UNHCR), United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), dan
antar lembaga untuk Pendidikan dalam Keadaan Darurat (INEE). Program ini dikembangkan mulai
tahun 1997 sebagai respon atas situasi konflik dengan pengungsi di Kenya. Program diperluas ke
Ghana, Timor-Leste, dan Sudan, dan berlanjut selama bertahun-tahun.

Tinjauan Kerangka Kerja: PEP dirancang untuk memungkinkan dan mendorong orang untuk berpikir
secara konstruktif tentang masalah, mengembangkan sikap konstruktif untuk hidup bersama, dan
memecahkan masalah yang muncul di komunitas mereka melalui cara damai. Program memiliki tiga
rangkaian, yaitu 1) program pendidikan formal (sekolah), 2) program nonformal (masyarakat), dan 3)
program pelatihan bagi guru dan fasilitator. Berikut adalah beberapa kompetensi yang dilatihkan
beserta deskripsinya:

7
Berikut adalah beberapa kompetensi yang dilatihkan beserta deskripsinya.

Kompetensi Deskripsi

Perdamaian Pemahaman tentang perkembangan konflik dan perdamaian, dan bagaimana


dan konflik menyediakan kegiatan untuk meningkatkan perilaku damai dan konstruktif.

Pemecahan Pemahaman tentang cara mengidentifikasi dan menemukan solusi yang efektif untuk
masalah mengatasi masalah atau konflik yang sedang dihadapi.

Negosiasi Mempelajari cara-cara perundingan yang konstruktif guna mencapai kesepakatan


bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau
organisasi) yang lain.

Mediasi Melatih diri untuk menjadi mediator dalam proses perundingan dan mufakat di
antara para pihak dalam upaya penyelesain masalah atau konflik.

Inklusivitas Kemampuan dan kemauan untuk mengakui dan menghargai keberadaan atau
eksistensi keberadaan dan keberagaman

Bangun Pemahaman tentang proses membangun kepercayaan dengan menunjukkan bahwa


kepercayaan kita adalah manusia yang peduli, adil, terbuka dan jujur.

Empati Kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan orang lain, melihat sesuatu dari
sudut pandang orang lain, dan juga membayangkan diri sendiri berada di posisi
orang tersebut. Empati memainkan peran penting dalam membangun dan menjaga
hubungan antara sesama manusia.

Manajemen Keterampilan untuk menemukan cara kreatif dan terhormat dalam mengelola
konflik perselisihan dan perselisihan. Ini mencakup kemampuan untuk menyelesaikan
konflik secara kolaboratif melalui keterampilan komunikasi yang efektif, seperti
mendengarkan secara aktif dan berbicara dengan tegas.

Mendengar Keterampilan komunikasi yang tidak sekadar mendengar kata-kata yang diucapkan
aktif orang lain tetapi juga berusaha memahami makna dan maksud di baliknya.

8
Dalam komunikasi, mendengarkan secara aktif itu penting karena membuat individu
tetap terlibat dengan lawan bicara dengan cara yang positif. Itu juga membuat orang
lain merasa didengarkan dan dihargai.

Kolaborasi dan Kemampuan untuk menghasilkan ide dan memecahkan masalah secara
kerjasama bersama-sama menuju visi bersama.

Hak Asasi Kemampuan untuk memahami hak yang melekat pada setiap individu serta
Manusia menghargai hak dan kebebasan fundamental bagi semua orang, tanpa memandang
kebangsaan, jenis kelamin, agama, dan lain sebagainya

Komunikasi Kemampuan berkomunikasi di mana seseorang dapat menyampaikan pendapatnya


asertif secara lugas tanpa menyinggung orang tertentu baik secara verbal maupun
non-verbal.

Keterampilan berkomunikasi seperti ini akan menumbuhkan rasa saling menghargai


dan terbuka sehingga komunikasi berjalan secara singkat, jelas, dan efektif.

Rekonsiliasi Kemampuan dan kemauan untuk membangun hubungan persahabatan kembali daan
memulihkan kondisi setelah terjadi perselisihan dan ketidaksetujuan.

2. A Peacebuilder’s Competencies (UNESCO, 2017)

Latar Belakang: Kerangka kerja ini diproduksi sebagai bagian dari proyek Pelatihan dan
Pengembangan Guru untuk Pembangunan Perdamaian di Afrika dan Negara-Negara Sekitarnya.
Tujuan jangka panjang proyek adalah mengembangkan massa guru yang kritis yang mampu
menerapkan pengajaran dan pembelajaran yang efektif untuk mempersiapkan pemuda yang cinta
damai dan produktif di Eritrea, Etiopia, Kenya, Somalia, Sudan Selatan, dan Uganda.

Tinjauan Kerangka Kerja: Kerangka kerja dan panduan ini dirancang untuk membangun kapasitas
guru, sehingga mereka mendapat informasi tentang mengapa dan bagaimana mendidik untuk
pembangunan perdamaian. Hal ini menawarkan analisis konflik, memeriksa peran etika, memperluas
elemen pedagogi transformatif, dan menyediakan alat praktis untuk menilai pemahaman peserta
didik tentang konsep dan keterampilan bina damai. Berikut adalah beberapa kompetensi yang
dilatihkan beserta deskripsinya:

9
Kompetensi Deskripsi

Mendengar aktif Mendengarkan bukan hanya kemampuan untuk menerima pesan, tetapi juga
kemampuan untuk menginterpretasikan pesan untuk menghindari kesalahpahaman: itu
adalah kunci untuk berhubungan dengan umat manusia lainnya.

Kolaborasi dan Kolaborasi dan kerja tim mengacu pada kapasitas individu untuk bekerja sama untuk
kerjasama mencapai tujuan bersama.

Dalam perjalanan menuju pembangunan masyarakat yang damai dan inklusif, kolaborasi
dan kerja tim adalah kompetensi utama yang perlu ditumbuhkan untuk membangun
hubungan dan aliansi yang positif dalam upaya membangun perdamaian.

Kesadaran diri Kesadaran diri memerlukan upaya sadar dan tulus untuk mengeksplorasi dan
meningkatkan pengetahuan tentang karakter, perasaan, motif, dan keinginan diri sendiri.

Individu perlu sadar tentang kekuatan, kelemahan, aspirasi dan sistem dukungan sosial
mereka untuk memfasilitasi pengambilan keputusan dalam bertindak demi perdamaian
dan non-kekerasan.

Keterbukaan Ketanggapan terhadap gender, agama, perbedaan budaya dan kepekaan terhadap ras,
terhadap yang etnis, kemampuan, dan status adalah kunci untuk mengurangi diskriminasi dan untuk
lain memelihara rasa hormat.

Pengembangan responsivitas dan keterbukaan terkait dengan pengurangan stereotip,


prasangka, dan pemutusan siklus isolasi, pengucilan, diskriminasi, dan penindasan.

10
Mediasi dan Mediasi dirancang untuk mengurangi atau menghilangkan masalah dengan hubungan
negosiasi tawar-menawar untuk menghindari terjadinya konflik. Ini adalah aktivitas yang
melibatkan perantaraan pihak ketiga dengan tujuan utama mencapai kompromi atau
penyelesaian masalah

Negosiasi adalah proses dimana pihak-pihak yang berkonflik berusaha untuk


menyelesaikan atau menyelesaikan konflik mereka, tanpa ada pihak ketiga yang masuk
diantaranya.

Komunikasi Komunikasi interpersonal membantu individu belajar tentang orang lain, lingkungan kita,
interpersonal dan diri kita sendiri. Dengan menceritakan tentang diri kita kepada orang lain, kita
mendapatkan umpan balik yang berharga tentang perasaan, pikiran, dan perilaku kita.
Melalui komunikasi dan umpan balik seperti itu, kita juga belajar bagaimana penampilan
kita di mata orang lain—siapa yang menyukai kita, siapa yang tidak menyukai kita, dan
mengapa.

Berpikir kritis Berpikir kritis adalah kapasitas untuk secara aktif mempertanyakan, terbuka terhadap
banyak ide, memahami perspektif dan pendapat orang lain, dan menantang pandangan
pribadi tentang dunia, tanpa takut kehilangan identitas individu.

Pemikiran kritis untuk membangun perdamaian juga merupakan kemampuan untuk


menyadari konteks: masalah konflik tertentu, akar penyebab konflik, kemampuan untuk
melihat kesamaan antara kelompok yang berbeda.

Respek, empati, Rasa hormat, empati, tanggung jawab, rekonsiliasi, dan pengampunan dapat dianggap
dan rekonsiliasi sebagai fondasi penting untuk membangun perdamaian, karena hal ini menciptakan
dasar untuk membina hubungan positif dengan orang lain dan untuk tetap menghargai
norma-norma yang ada.

3. The Peacebuilding Competencies Framework (O’Connor, 2016)

Latar belakang: Kerangka kerja ini dikembangkan oleh Bagian Pengembangan dan Partisipasi Remaja
(ADAP) di UNICEF. Kerangka didasarkan pada penelitian komprehensif yang dilakukan selama
Program Pembangunan Perdamaian, Pendidikan, dan Advokasi (PBEA) global UNICEF (2012–15)
tentang pembangunan perdamaian dalam konteks yang terkena dampak konflik.

Tinjauan Kerangka: Kerangka ini secara khusus dirancang untuk mendukung kapasitas remaja dalam
konteks yang terkena dampak konflik untuk membangun perdamaian. Perangkat kerja ini
menyediakan paket lengkap kegiatan partisipatif dan materi panduan bagi mereka yang
mengimplementasikan program untuk remaja dalam konteks yang terkena dampak konflik. Berikut
adalah beberapa kompetensi yang dilatihkan beserta deskripsinya:

11
Kompetensi Deskripsi

Kreativitas dan Belajar strategi untuk dapat memiliki ide original dan mengeksplorasi alternatif-alternatif
inovasi inovatif untuk mengatasi masalah.

Pengembangan kompetensi ini dapat membantu individu untuk memiliki


pendekatan-pendekatan baru yang kreatif dalam upaya merawat perdamaian dan
menemukan solusi inovatif menyelesaikan masalah.

Komunikasi Belajar strategi untuk dapat berkomunikasi secara efektif, mengekspresikan diri, dan
dan ekspresi berani untuk bersuara terhadap tantangan sosial yang ada.

Pengembangan kompetensi ini dapat memberdayakan individu untuk memerangi ujaran


kebencian, mempromosikan ujaran damai dan memastikan suara-suara yang terpinggirkan
terdengar.

Identitas diri Belajar mengembangkan sense of self yang sehat dan kemampuan mendefinisikan
dan identitas diri di tengah keluarga, teman, dan kelompok sosial.
penghargaan
diri Pengembangan kompetensi ini dapat membantu individu mampu mendukung satu sama
lain untuk membangun harga diri dan berkembang secara sehat, kuat, dan memiliki
identitas unik.

Kepemimpinan Belajar mempraktekkan kepemimpinan, paham gaya-gaya kepemimpinan, dan bagaimana


dan mempengaruhi orang lain.
kemampuan
mempengaruhi Pengembangan kompetensi ini dapat membantu individu mampu berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan di komunitas dan mendorong munculnya upaya-upaya
mewujudkan perdamaian.

12
Pemecahan Belajar tentang sifat dari konflik, identifikasi isu penyebab konflik, mendorong terciptanya
masalah dan kesempatan untuk menggali opsi “win-win”, serta upaya mengatasi konflik yang terjadi.
manajemen
konflik Pengembangan kompetensi ini dapat membantu individu menghadapi situasi sulit serta
mitigasi keparahan risiko akibat konflik yang terjadi.

Coping stres Belajar kemampuan untuk mengatasi stres dan mengelola emosi diri, mengubah emosi
dan negatif yang dirasakan, dan membantu orang lain untuk melakukan hal yang sama.
pengelolaan
emosi Pengembangan kompetensi ini dapat membantu individu mengelola emosi diri sendiri dan
orang lain, serta mengurangi potensi keparahan konflik.

Kooperasi dan Belajar menjaga hubungan yang sehat dengan orang lain, dan mempersiapkan individu
kerjasama untuk berpartisipasi aktif di dalam komunitas tempat mereka tumbuh.

Pengembangan kompetensi ini dapat membantu individu untuk membangun rasa percaya,
membawa tiap individu bersama-sama dan mempromosikan rekonsiliasi antar pihak.

Empati dan Belajar kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan menghargai martabat
respek setiap individu.

Pengembangan kompetensi ini dapat membantu individu untuk memahami narasi-narasi


yang memecah belah dan mampu mempromosikan inklusivitas dengan kacamata
beragam perspektif.

Harapan akan Belajar kemampuan untuk dapat menilai situasi yang mereka hadapi, membayangkan
masa depan masa depan yang realistis, dan mengidentifikasi langkah-langkah yang dapat diambil
dan untuk membangun masa depan yang lebih baik.
pengaturan
tujuan Pengembangan kompetensi ini dapat membantu individu untuk membayangkan masa
depan yang lebih baik bagi diri sendiri dan orang lain, menghilangkan perasaan tak
berdaya dan hilangnya harapan.

Berpikir kritis Belajar kemampuan untuk mampu membuat keputusan sendiri,


dan sehingga mampu mengarahkan jalan hidup mereka sendiri. Belajar meragukan dan
kemampuan mempertanyakan, menguji informasi, dan mematahkan stereotipe, stigma, serta
pengambilan prasangka.
keputusan
Pengembangan kompetensi ini dapat membantu individu untuk mampu menganalisis
penyebab-penyebab konflik dan melawan prasangka serta diskriminasi yang dirasakan
oleh diri sendiri atau orang lain, serta melakukan aksi nyata untuk perubahan.

13
Daftar Pustaka
Allport, Gordon W. (1979). The nature of prejudice. N.p.: Basic Books.

Asana.com. (2023). How to build your critical thinking in 7 steps (with examples). Diakses dari
https://asana.com/resources/critical-thinking-skills

Conciliation Resources. (n.d.). What is peacebuilding? Conciliation Resources. Diakses dari


https://www.c-r.org/who-we-are/why-peacebuilding/what-peacebuilding

Inter Agency Network for Education in Emergencies. (2022). Peace education programme. Inter
Agency Network for Education in Emergencies. Diakses dari
https://inee.org/resources/peace-education-programme

International Alert. (n.d.). What is peacebuilding? International Alert. Diakses dari


https://www.international-alert.org/about/what-is-peacebuilding/

Khan, A. (n.d.). Peacemaking, peacekeeping, and peacebuilding. Mahatma Gandhi Central University.
Diakses dari https://mgcub.ac.in/pdf/material/20200428092734eaba7dc2d0.pdf

KROC Institute. (2023). What is strategic peacebuilding? KROC Institute. Diakses dari
https://kroc.nd.edu/about-us/what-is-peace-studies/what-is-strategic-peacebuilding/

OECD. (n.d.). Social and emotional skills: Well being, connectedness, and success. OECD. Diakses
dari
https://www.oecd.org/education/school/UPDATED%20Social%20and%20Emotional%20Skills%20-
%20Well-being,%20connectedness%20and%20success.pdf%20(website).pdf

O’Connor. (2016). Adolescents as peacebuilders toolkit. UNICEF

Reardon, B. (2001). Education for a culture of peace in a gender perspective. UNESCO: Paris

Search for Common Ground. (2014). Guiding principles on young people’s participation in
peacebuilding. Search for Common Ground. Diakses dari https://www.sfcg.org/guidingprinciples/

UNESCO. (2017). Transformative pedagogy for peace-building: a guide for teachers. UNESCO

14

Anda mungkin juga menyukai