Disusun oleh:
Peaceful Pedagogy pada dasarnya adalah sebuah proses untuk mendapatkan pengetahuan,
pengembangan sikap, dan tingkah laku untuk dapat hidup saling menghormati, toleran, penuh
perdamaian, saling membantu dan anti kekerasan (non-violence). (Machali, 2013)
Pendidikan perdamaian tidak terbatas pada konflik dan menyelesaikannya secara damai, dan
akan lebih efektif jika disesuaikan dengan konteks sosial, budaya, kebutuhan dan aspirasi suatu
negara. Pendidikan perdamaian perlu diperkuat dengan nilai-nilai budaya, agama, dan nilai
kemanusiaan bahkan dapat dikatakan sebagai “esensi kemanusiaan baru”.
Pendidikan perdamaian adalah masalah global. Ini bisa didekati dalam berbagai sudut
pandang.Meski demikian, semua pendekatan yang digunakan dalam menafsirkan pendidikan
perdamaian ini, mengarah pada tiga poin utama. Pendekatan pertama adalah pendidikan
perdamaian berbasis pengetahuan. Dalam pendekatan ini, pendidikan perdamaian diartikan
sebagai mata pelajaran akan ilmu yang dapat diajarkan dalam kurikulum sekolah. Pendekatan
kedua, pendidikan perdamaian diartikan sebagai seperangkat keterampilan dan sikap yang secara
eksplisit dan tidak langsung diajarkan sebagai bahan ajar pada setiap pelajaran. Jadi pendidikan
perdamaian adalah seperangkat keterampilan dan sikap yang dapat dieksplorasi atau diajarkan
atau lebihsecara halus dimasukkan ke dalam berbagai konteks pendidikan. Pendekatan ketiga,
yaitu pendidikan perdamaian dipandang sebagai gabungan antara kedua pendekatan tersebut.
Artinya pendidikan perdamaian adalah mata pelajaran sebagai bagian dari pengetahuan biasa
yang dapat diajarkan dalam kurikulum sekolah dan juga sebagai alat kemampuan / keterampilan
dan sikap yang harus “dikuasai” oleh peserta didik.
Menurut [ CITATION Din18 \l 1057 ]Secara rinci ketiga pendekatan pendidikan perdamaian dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Pertama, Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemukIndonesia terdiri dari berbagai
suku, bahasa dan budaya, serta beraneka ragam karena terdiri dari berbagai agama dan
kepercayaan. Sebagai bangsa yang dibangun oleh keberagaman, Indonesia patut
berbangga, karena keberagaman saling memperkaya. Namun ada juga resiko yang
sering terjadi pada keberagaman yaitu potensi gesekan, konflik dan konflik yang
berkepanjangan. Tentangnya sebagai bangsa yang pernah dan bahkan sedang dan akan
selalu mengalaminya. Dalam derajat yang berbeda-beda, seringkali terjadi konflik suku,
antar budaya dan agama yang tidak menimbulkan sedikit korban jiwa. Oleh karena itu,
pendidikan perdamaian merupakan salah satu solusi dan urgen untuk diberikan pada
pembelajar yang sistemik dan terus berlanjut di sekolah. Jika perlu, pemerintah harus
menjadikan pendidikan perdamaian sebagai bagian tak terpisahkan dari kurikulum
sekolah, meski tidak berarti pendidikan perdamaian menjadi mata pelajaran tersendiri
2. Kedua, pendidikan perdamaian menjadi penting untuk proses belajar peserta didik. Hal
ini sebagian karena peserta didik diajak berdialog dan memahami strategi untuk
menghadapi dan bahkan bagaimana menyelesaikan konflik dan masalah yang mungkin
terjadi. Akibat dari konflik tersebut dapat berupa konflik dengan diri sendiri, diri dengan
orang lain atau antara satu komunitas dengan komunitas lainnya. Sistem negosiasi,
membangun kepercayaan, kerjasama / integrasi, dan kemenangan dimenangkan dan
didorong dan ditularkan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Ketiga, pendidikan perdamaian menjadi penting untuk disosialisasikan kepada generasi
muda Indonesia. Generasi muda merupakan tulang punggung pembangunan perdamaian
yang berkelanjutan, oleh karena itu pemahaman tentang pentingnya Pendidikan
Perdamaian merupakan fondsi bagi solidaritas persatuan bangsa. Generasi muda harus
diberi bekal yang memadai dari segala tema perdamaian agar karakter dan jati diri
mereka sebagai pembawa damai, dan pembawa kebajikan menjadi cirri dalam
pembangunan kehidupan bangsa.
B. Konsep Pendidikan Perdamaian
Pedagogi Perdamaian 'didirikan pada pembelajaran siswa tentang dan melalui hak asasi
manusia dengan menumbuhkan pengetahuan, nilai, dan keterampilan perdamaian di lingkungan
sekolah mereka untuk memungkinkan mereka menegakkan hak asasi manusia di dunia mereka.
Hal ini sesuai dengan Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berpendapat bahwa “pendidikan
hak asasi manusia harus melibatkan lebih dari sekedar penyediaan informasi dan harus
merupakan proses seumur hidup yang komprehensif yang dengannya orang-orang di semua
tingkatan dalam pembangunan dan di semua lapisan masyarakat belajar menghormati martabat
orang lain dan cara serta metode untuk memastikan rasa hormat itu di semua masyarakat.
Badan PBB mendefenisikan pendidikan perdamaian adalah proses mempromosikan
pengetahuan, keahlian-keahlian, sikap dan nilai-nilai yang diperlukan untuk membawa
perubahan perilaku yang memungkinkan anak-anak, pemuda dan orang dewasa untuk mencegah
(to prevent) konflik dan kekerasan; menyelesaikan (to resolve) konflik secara damai; dan
menciptakan (to create) kondisi yang kondusif untuk perdamaian, baik pada level antar personal,
interpersonal, antar kelompok, nasional dan internasional. (Susan Fountain, 1999:1). Dari
defenisi ini dapat ditarik kata kuncinya adalah proses mempromosikan pengetahuan, keahlian,
sikap dan nilai untuk mencegah, menyelesaikan dan menciptakan perdamaian pada setiap level.
Ian and Synott, John (2002) dalam buku "Peace Education for a New Century' Social
Alternatives" menjelaskan bahwa pendidikan perdamaian adalah pengajaran yang menarik bagi
semua orang. Hal ini karena didorong oleh :
Adanya keinginan semua orang untuk hidup damai
Pentingnya kemampuan memahami dan menganalisis secara kritis berbagai ekspresi budaya
lokal/global dan regulasi formal yang justru menyuburkan atau memproduksi praktek-praktek
ketidak adilan dan ketidak setaraan dalam masyarakat.
Pada sisi lain, James Halaman (2004) menyatakan bahwa pendidikan perdamaian dapat
menjadi media untuk mendorong komitmen setiap orang terhadap pentingnya perdamaian
melalui upaya meningkatkan kepercayaannya sebagai agen perdamaian. Pendidikan perdamaian
dilakukan dengan mengajarkan pada anak dan remaja tentang akibat negatif dari perang dan
ketidak adilan sosial. Kepada para anak dan remaja juga diinformasikan tentang pentingnya
menegakkan nilai-nilai perdamaian dan keadilan sosial, mencintai perdamain dunia,
membayangkan indahnya masa depan tanpa konflik serta menumbuhkan untuk terus peduli
terhadap sesama agar tercipta kehidupan yang harmonis.
Pada tataran implementasi pendidikan perdamaian bukan hanya berupa pendidikan
formal di sekolah, juga bukan merupakan pendidikan yang penuh teori-teori yang harus dihafal
agar mendapat nilai, melainkan sebuah proses pendidikan tentang bagaimana seorang
manusia/individu dapat membantu membangun masa depan dan membuat dunia menjadi tempat
yang lebih damai untuk hidup dan kehidupan umat manusia.