Anda di halaman 1dari 16

WAWASAN KEBANGSAAN UNTUK MENANGGULANGI TAWURAN

ANTAR KELOMPOK REMAJA DENGAN MENJUNJUNG NILAI-


NILAI PERSATUAN

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA DOSEN


PENGAMPU: Wikan Sasmita, M.Pd

NAMA ANGGOTA KELOMPOK:


1. Arinda Sekar Bilbina Suryadi (2213030015)
2. Cindy Avitaselly B.S (2213030057)
3. Ahmad Tohari (2213030059)
4. Kevin Risky Abadi (2213030062)
5. Yulistiya Nur Hidayah (2213030074)
6. Rayhan Ferdiansyah (2213030111)

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

UNIVERSITAS NUSANTARA
PGRI KEDIRI
2023
WAWASAN KEBANGSAAN UNTUK MENANGGULANGI TAWURAN ANTAR
KELOMPOK REMAJA DENGAN MENJUNJUNG NILAI-NILAI PERSATUAN

NATIONAL INSIGHTS TO OVERCOME BRIGHTS BETWEEN YOUTH GROUP


BY UPLOADING THE VALUES OF UNITY

ABSTRAK
Tawuran antar kelompok remaja merupakan masalah sosial yang memerlukan
pendekatan yang komprehensif untuk mengatasinya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan konsep wawasan kebangsaan yang dapat membantu menanggulangi
tawuran antar kelompok remaja dengan mengutamakan nilai-nilai persatuan. Konsep ini
mencakup penerapan wawasan Nusantara, kesadaran persatuan, dan kebhinekaan dalam
pendidikan remaja untuk mengedukasi nilai-nilai kebangsaan, serta meningkatkan partisipasi
dan keterlibatan mereka dalam masyarakat melalui kolaborasi dengan institusi terkait. Konsep
wawasan Nusantara digunakan sebagai landasan dalam memahami dan menghargai
keanekaragaman budaya, adat istiadat, agama, dan suku bangsa yang ada di Indonesia.
Melalui konsep wawasan Nusantara, kesadaran persatuan, dan kebhinekaan, pendidikan
remaja dapat menjadi sarana penting dalam membentuk nilai-nilai kebangsaan yang kuat.
Partisipasi dan keterlibatan remaja dalam kegiatan sosial dan kolaborasi dengan institusi
masyarakat akan membantu mereka merasakan dan mempraktikkan nilai-nilai persatuan
sebagai wujud anti tawuran.

Kata Kunci: Tawuran, Wawasan Nusantara, Persatuan, Kebhinekaan

ABSTRACT
Fights between groups of teenagers is a social problem that requires a comprehensive
approach to overcome it. This research aims to develop the concept of national insight that
can help overcome fights between groups of teenagers by prioritizing the values of unity. This
concept includes the application of the Archipelagic perspective, awareness of unity, and
diversity in youth education to educate national values, and increase their participation and
involvement in society through collaboration with related institutions. The concept of
Nusantara insight is used as a basis for understanding and appreciating the diversity of
cultures, customs, religions and ethnic groups in Indonesia. Through the concept of
Archipelagic insight, awareness of unity, and diversity, youth education can be an important
tool in forming strong national values. The participation and involvement of youth in social
activities and collaboration with community institutions will help them feel and practice the
values of unity as a form of anti-fighting.

Keywords: Brawl, Archipelagic Insight, Unity, Diversity

ii
DAFTAR ISI

Cover

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang...............................................................................................................4


1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................................4
1.3. Tujuan dan Sasaran........................................................................................................4
1.4. Metodologi….................................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Konsep Wawasan Kebangsaan….................................................................................6


2.2. Membangun Kesadaran akan Persatuan dan Kebhinekaan…......................................7
2.3. Mengedukasi Nilai-Nilai Kebangsaan…......................................................................8
2.4. Partisipasi dan Keterlibatan Remaja dalam Pengajaran Nilai Persatuan......................10
2.5. Kolaborasi dengan Institusi Terkait dalam Menanggulangi Tawuran...........................11

BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan....................................................................................................................13
3.2. Saran.............................................................................................................................13

LAMPIRAN
Jadwal Pelaksanaan Pengumpulan Data...............................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15

i
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kasus tawuran remaja adalah fenomena yang sangat meresahkan dan
mencemaskan bagi masyarakat kita. Tawuran remaja menunjukkan adanya
ketidakharmonisan dan kurangnya pemahaman tentang pentingnya wawasan
kebangsaan dan persatuan di kalangan generasi muda. Oleh karena itu, sangat penting
bagi kita sebagai masyarakat untuk melakukan sosialisasi dan pendekatan yang tepat
dalam upaya membentuk kesadaran akan pentingnya wawasan kebangsaan dan
persatuan di kalangan remaja. Wawasan kebangsaan adalah pemahaman yang
mendalam tentang identitas, nilai-nilai, sejarah, budaya, dan keragaman bangsa kita.
Dalam kasus tawuran remaja, kurangnya wawasan kebangsaan dapat menjadi
penyebab utama konflik antar kelompok remaja. Mereka mungkin tidak memahami
secara lengkap bagaimana berbagai elemen yang menyusun kebangsaan kita
membentuk identitas nasional yang kuat. Oleh karena itu, sosialisasi harus berfokus
pada peningkatan kesadaran tentang arti penting identitas bangsa, sehingga mereka
akan lebih menghargai dan memperkuat persatuan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep Wawasan Nusantara yang dimaksudkan untuk menangggulangi
tawuran?
2. Bagaimana cara agar dapat membangun kesadaran akan Persatuan dan
Kebhinekaan dikalangan remaja?
3. Bagaimana mengedukasi para remaja dengan Nilai-Nilai Kebangsaan yang dapat
dilakukan?

4. Bagaimana cara untuk mendorong partisipan dan keterlibatan Remaja dalam


mengajarkan nilai-nilai dalam kesatuan?

5. Upaya apa yang dilakukan Institusi Organisasi terkait dan media sosial untuk
kolaborasi dalam menanggulangi tawuran?

4
1.3. Tujuan dan Sasaran yang Ditargetkan
Tujuan
• Diharapkan pembaca dapat memahami Konsep Wawasan Nusantara
• Diharapkan pembaca dapat membangun kesadaran akan Persatuan dan
Kebhinekaan
• Diharapkan dapat dijadikan bahan edukasi Nilai-Nilai Kebangsaan
• Diharapkan dapat memberikan kesadaran akan partisipasi dan keterlibatan
remaja dalam pengajaran Nilai-Nilai Persatuan
• Dapat memahami kolaborasi organisasi dan institusi terkait sebagai upaya
penanggulangan tawuran antar kelompok remaja

Sasaran
Tawuran antar kelompok remaja yang kerap meresahkan masyarakat akan
menyebabkan berbagai kerugian, maka dari itu kami mengambil empat pokok
bahasan yang ditargetkan dapat menanggulangi atau mencegah tawuran yang
mungkin terjadi. Dengan bekal Wawasan Nusantara dan menjujung Nilai
Persatuan diharapkan para remaja Indonesia sebagai penerus bangsa dapat
mengimplementasikan dan memahami pentingnya dua aspek tersebut.
Diharapkan setelah pengimplementasian dilakukan secara maksimal dari hasil
kerjasama semua pihak, maka tujuan yang telah dipaparkan dapat dicapai
dengan mudah.

1.4. Metodologi
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data atau informasi dilakukan menggunakan literasi online
berbagai situs berita dan beberapa platform yang mendukung. Tahapannya seperti
berikut:
• Menggali informasi mengenai tawuran antar kelompok remaja yang kerap terjadi
• Menganalisis beberapa penyebab terjadinya fenomena tawuran
• Menganalisis beberapa akibat yang ditimbulkan dari fenomena tawuran
• Menganalisis bagaimana masyarakat menyikapi fenomena tawuran
• Mencari informasi bagaimana upaya pihak terkait untuk penganggulangan
fenomena tawuran
• Perlunya wawasan kebangsaan sebagai pemahaman akan nilai persatuan untuk
mencegah terjadinya tawuran

5
BAB 2
PEMBAHASAN

1.1. Konsep Wawasan Kebangsaan


Wawasan kebangsaan sebagai sudut pandang suatu bangsa dalam
memahami kebaradaan jati diri dan lingkungannya yg pada dasarnya merupakan
penjabaran dari falsafah bangsa itu sesuai dengan keadaan wilayah suatu Negara
dan sejarah yang dialaminya. Wawasan ini menentukan cara suatu bangsa
memanfaatkan kondisi geografis, sejarah, social-budayanya dalam mencapai cita-
cita dan menjamin kepentingan nasionalnya serta bagaimana bangsa itu
memandang diri dan lingkungannya baik ke dalam maupun ke luar. Dalam konteks
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), makna dan hakekat serta
pengejawantahan wawasan kebangsaan tersebut penting dipahami oleh setiap
warga Negara Indonesia khususnya Pegawai Negari Sipil (PNS) mengingat
kedudukannya sebagai salah satu unsur aparatur Negara yang berperan sebagai
perekat persatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu “Wawasan”
dan “Kebangsaan”. Secara etimologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1989) istilah wawasan berarti (1) hasil mewawas; tinjauan; pandangan dan dapat
juga berarti (2) konsepsi cara pandang. Dalam kamus tersebut diberikan contoh
“Wawasan Nusantara” yaitu wawasan (konsepsi cara pandang) dalam mencapai
Tujuan Nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu
kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi, dan pertahanan keamanan. Lebih lanjut
diberikan pula contoh dalam penegertian lain seperti “Wawasan Sosial”, sebagai
“kemampuan untuk memahami cara-cara penyesuaian diri atau penempatan diri di
lingkungan sosial. Walaupun dalam rumusan yang berbeda, karena dikaitkan
dengan dua subyek yang berbeda yaitu antara wawasan “nusantara” dan wawasan
“social” sebagaimana diutaran diatas, namun dapat diambil intisarinya bahwa
wawasan pada pokoknya mengandung pengertian kemampuan untuk memahami
cara memandang sesuatu konsep tertentu yang direfleksikan dalam perilaku
tertentu sesuai dengan konsep atau pokok pikiran yang terkandung di dalamnya.
Selanjutnya mengenai istilah “kebangsaan” yang berasal dari kata “bangsa” dapat
mengandung arti “ciriciri yang menandai golongan bangsa tertentu”, dan dapat
pula mengandung arti “kesabaran diri sebagai warga dari suatu bangsa” (KKBI,
1989). Dalam kaitan dengan pengertian yang terakhir ini, (Parangtopo 1993)
memberikan pengertian kebangsaan sebagai “tindak-tanduk kesabaran dan sikap
yang memandang dirinya sebagai suatu kelompok bangsa yang sama dengan
keterikatan sosio-kultural yang disepakati bersama”. Berdasarkan wawasan
kebangsaan itu, dinyatakan pula bahwa wawasan kebangsaan adalah suatu
wawasan yang mementingkan kesepakatan,

6
kesejahteraan, kelemahan, dan keamanan bangsanya sebagai titik tolak dalam
berfalsafah berencana dan bertindak”.

1.2. Membangun Kesadaran akan Persatuan dan Kebhinekaan


Menggali Nilai-Nilai Persatuan Indonesia dan Kemajemukan Indonesia
direkatkan dengan motto Bhinneka Tunggal Ika. Motto ini telah menjadi moto
Negara Indonesia, yang diangkat dari penggalan kitab Sutasoma karya besar Mpu
Tantular pada jaman Kerajaan Majapahit (abad 14). Secara harfiah berarti
meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu jua yaitu Indonesia. Motto ini memberikan
ilustrasi kepada seluruh warga negara yang tersebar dari sabang sampai dengan
merauke dengan segala perbedaan yang ada untuk senantiasa mengembangkan rasa
persaudaraan sebagai bangsa Indonesia. Jati diri bangsa Indonesia yang secara
natural, dan sosial- kultural mejadi persaudaraan yang kuat mewujudkan kekuatan
sebagai bangsa dan negara Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan
bangsa yang tercantum dan menjadi bagian dari lambang negara Indonesia, yaitu
Garuda Pancasila. Sebagai semboyan bangsa, Bhinneka Tunggal Ika menjadi
pembentuk karakter dan jati diri bangsa. Bhinneka Tunggal Ika sebagai pembentuk
karakter dan jati diri menjadi pengikat pluralistik pemikiran para pendiri bangsa
yang sangat paham bahwa Indonesia membutuhkan unsur pengikat dan jati diri
bersama (Salim, 2017).
Kebhinekaan Indonesia merupakan realita yang ada di depan mata yang
senantiasa dihadapi bersama. Persatuan dan kesatuan bukan tanpa upaya, bahkan
memerlukan strategi mewujudkannya. Strategi yang memiliki nilai kesemestaan,
kewilayahan dan kerakyatan. Pola pikir dan budaya tiap-tiap daerah di wilayah
nusantara juga berbeda-beda. Tanpa kemauan untuk menerima dan menghargai
kebhinekaan maka sulit untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Apa
yang dilakukan oleh pendahulu bangsa ini dengan membangun kesadaran
kebangsaan atau nasionalisme merupakan upaya untuk menjaga loyalitas dan
pengabdian terhadap bangsa (Salim, 2017).
Persatuan, menurut Hatta (Swasono, 2018) adalah adanya “persatuan hati”
yang membuat kita “berdiri sebaris”. Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945 sebagai dasar
“persatuan hati”, menjadi ruh ideologi kebersamaan dan asas kekeluargaan yang
senantiasa diperjuangkan (Tanirejo & Abduh, 2018) Menurut Notonegoro dalam
Kaelan (2007) Prinsip-prinsip Persatuan Indonesia, tersusun dalam kesatuan
majemuk tunggal (Hanafi, 2018) yaitu: Kesatuan sejarah, yaitu bangsa Indonesia
yang tumbuh dan berkembang dalam suatu proses sejarah, sejak zaman prasejarah,
Sriwijaya, Majapahit, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan sampai Proklamasi
1945 dan kemudian membentuk negara Republik Indonesia. Sebagai bangsa yang
besar Indonesia memiliki nilai kebudayaan yang tinggi dan luhur. kebudayaan yang
membangkitkan rasa persaudaraan dan persatuan Indonesia, mulai dari Sabang
sampai dengan Merauke, dengan bermacam-macam budaya dan tradisi menjadi

7
modal kesemestaan Indonesia dalam mewujudkan cita-cita nasional. Kesatuan
wilayah, yang keberadaannya tidak bisa dipisahkan dengan wilayah tumpah darah
Indonesia. Memupuk Nilai Persatuan Indonesia. Sejatinya dalam konsep
kebhinekaan, Nilai-nilai Persatuan Indonesia telah berhasil menyatukan berbagai
suku yang tersebar di kepulauan Nusantara (Anwar, 2018).
Pemahaman tentang nilai-nilai ke-bhinneka tunggal ika-an menjadi
keniscayaan yang harus dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Sebab
di atas nilai-nilai itulah kehidupan masyarakat yang beraneka ragam dapat hidup
berdampingan secara damai. Membangun pemahaman tentang ke-bhinneka tunggal
ika-an tidak cukup hanya dibelajarkan secara konseptual di ruang-ruang kelas yang
formal, tetapi lebih dari itu, secara praksis sikap saling menghormati, saling
menerima dan saling menghargai di tengah keberagaman harus menjadi kebiasaan
yang dipraktikkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Upaya meningkatkan pemahaman Bhinneka Tunggal Ika merupakan wujud
cinta tanah air seluruh warga negara terhadap bangsa yang besar. cara yang dapat
dilakukan kepada generasi penerus bangsa. Sila Persatuan Indonesia secara
kontekstual diimplementasikan melalui nilai-nilai Persatuan Indonesia dalam
mewujudkan anti-tawuran juga dapat ditempuh melalui beberapa pola perilaku
sebagaimana berikut: menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan serta
keselamatan bangsa dan negara atas kepentingan pribadi atau golongan. Pernyataan
ini menghendaki warga negara Indonesia menempatkan kepentingan negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan. Oleh sebab itu, konflik antar suku, dan agama
tidak perlu lagi terjadi, kita harus saling menghormati dan bersatu demi Indonesia.
Sikap bangga ini ditunjukan dengan berani dan percaya diri menunjukan identitas
sebagai warga negara Indonesia baik lewat budaya, perilaku, dan teknologi yang
berkembang di Indonesia, mencintai produk Indonesia adalah wujud rasa bangga
bertanah air Indonesia (Hanafi, 2018).
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang
berBhineka Tunggal Ika. Muatan ini menghendaki adanya pergaulan, dan
hubungan baik ekonomi, politik, dan budaya antar suku, pulau dan agama,
sehingga terjalin masyarakat yang rukun, damai, dan makmur. Kemakmuran terjadi
karena pada dasarnya setiap suku, agama, dan pulau mempunyai kekhususan yang
bernilai tinggi, dan hal ini juga bermanfaat bagi yang lain, sehingga hal ini akan
meningkatkan nilai kesejahteraan bagi manusia (Hanafi, 2018).

1.3. Mengedukasi Nilai-Nilai Kebangsaan


Nilai-nilai kebangsaan yang kita miliki harus menjadi pegangan bangsa
untuk menuju Indonesia Emas. Penanaman nilai-nilai tersebut harus konsisten
lewat proses pendidikan yang memanusiakan manusia. Indonesia memiliki empat
konsensus kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tinggal Ika dan
Negara

8
Kesatuan Republik Indonesia, yang harus menjadi landasan setiap langkah anak
bangsa untuk bersatu berbenah dalam menghadapi masuknya ideologi dari luar.
Mengedukasi nilai-nilai kebangsaan bertujuan untuk membentuk kesadaran dan
penghargaan terhadap nilai-nilai yang penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Nasionalisme mengajarkan untuk mencintai dan setia pada tanah airnya.
Mempelajari sejarah bangsa dan menghormati simbol-simbol nasional seperti
bendera, lagu kebangsaan, dan lambang negara. Persatuan dan kesatuan diajarkan
untuk memahami dan menghargai perbedaan budaya, suku, agama, dan bahasa
dalam masyarakat. Hal ini menggarisbawahi pentingnya keragaman sebagai
kekayaan bangsa.Demokrasi memperkenalkan hak dan kewajiban warga negara
serta pentingnya partisipasi aktif dalam proses demokratis. Mempelajari tentang
sistem pemerintahan, proses pemilihan umum, dan penghormatan terhadap hak
asasi manusia. Keadilan dan keadilan sosial menjadi materi yang mengajarkan
pentingnya perlakuan yang adil dan setara terhadap semua orang, tanpa
memandang latar belakang atau status sosial.
Tanggung jawab sosial diajarkan untuk mendorong berpartisipasi dalam
kegiatan sosial, peduli terhadap kebutuhan orang lain, dan menjaga lingkungan
agar lestari. Hal ini mengembangkan sikap empati, solidaritas, dan tanggung jawab
terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Ketahanan nasional mengajarkan
tentang pentingnya mempertahankan keutuhan dan kedaulatan negara dari berbagai
ancaman dan tantangan. Hal ini melibatkan pemahaman tentang pertahanan dan
keamanan nasional serta membangun semangat bela negara.
Edukasi nilai-nilai kebangsaan bagi pelajar yang terlibat dalam tawuran
merupakan upaya yang sangat penting untuk mencegah terjadinya konflik dan
membangun kesadaran akan persatuan dan keragaman di kalangan generasi muda.
Dalam artikel ini, fokus utama adalah memberikan pemahaman kepada pelajar
tentang pentingnya nilai-nilai kebangsaan dan bagaimana nilai-nilai tersebut dapat
membantu dalam mengatasi konflik dan memperkuat ikatan sosial antara sesama
warga negara. Pendidikan nilai-nilai kebangsaan dapat dimulai dengan
memperkenalkan konsep persatuan dan kesatuan dalam konteks budaya, sejarah,
dan keberagaman Indonesia. Melalui pendekatan ini, para pelajar dapat memahami
bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan tradisi yang beragam,
serta menyadari pentingnya menghormati perbedaan tersebut.
Selain itu, mereka juga perlu diajarkan tentang sejarah perjuangan bangsa
dalam mencapai kemerdekaan dan menghargai jasa para pahlawan yang telah
berjuang demi negara ini. Selain itu, penting untuk mengajarkan nilai-nilai seperti
toleransi, gotong royong, dan menghargai perbedaan pendapat. Pelajar perlu
dipahamkan bahwa saling menghormati dan bekerja sama dengan orang-orang
yang memiliki latar belakang budaya, agama, dan suku yang berbeda merupakan
hal yang penting dalam membangun harmoni dan perdamaian sosial di masyarakat.
Selain memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebangsaan, juga
penting untuk melibatkan para pelajar dalam kegiatan-kegiatan praktis yang
memperkuat

9
pemahaman mereka. Misalnya, melalui proyek kolaboratif yang melibatkan pelajar
dari berbagai latar belakang dalam mengatasi masalah sosial di lingkungan mereka.
Ini akan membantu mereka mempraktikkan nilai-nilai kebangsaan dalam
kehidupan sehari-hari dan melihat betapa pentingnya kerjasama untuk mencapai
tujuan bersama. Dalam kesimpulannya, edukasi nilai-nilai kebangsaan bagi pelajar
yang terlibat dalam tawuran merupakan langkah yang krusial dalam mencegah
konflik dan membangun ikatan sosial yang kuat di antara mereka. Melalui
pemahaman tentang budaya, sejarah, dan nilai-nilai kebangsaan, serta melalui
kegiatan-kegiatan praktis yang mendorong toleransi dan kerjasama, pelajar dapat
menjadi agen perubahan yang mempromosikan perdamaian dan persatuan di
masyarakat.

1.4. Mendorong Partisipasi dan Keterlibatan Remaja dalam Pengajaran Nilai-


Nilai Persatuan
Mendorong partisipasi dan keterlibatan remaja dalam pengajaran nilai-nilai
persatuan merupakan suatu upaya yang penting dalam membangun masyarakat
yang inklusif dan harmonis. Hal ini melibatkan memberikan kesempatan kepada
remaja untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan yang mempromosikan persatuan
dan memahami pentingnya nilai-nilai tersebut. Salah satu cara untuk mendorong
partisipasi remaja adalah melalui pendekatan yang kolaboratif dan partisipatif
dalam pengajaran. Guru dan pembimbing dapat melibatkan remaja dalam
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang berfokus pada nilai-nilai persatuan,
seperti proyek sosial, diskusi kelompok, atau kegiatan seni yang menggabungkan
berbagai budaya. Dalam proses ini, remaja dapat merasakan pentingnya kontribusi
mereka dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan harmonis.
Selain itu, remaja juga perlu diberikan kesempatan untuk mengembangkan
pemahaman mereka tentang nilai-nilai persatuan melalui pendidikan yang terarah.
Guru dapat menyediakan materi pembelajaran yang beragam dan relevan, termasuk
sejarah, budaya, dan tradisi yang berbeda, serta memberikan ruang bagi remaja
untuk berbagi pengalaman dan perspektif mereka sendiri. Dalam hal ini, penting
untuk menciptakan lingkungan yang aman dan terbuka di mana remaja merasa
nyaman untuk berbicara dan mendiskusikan isu-isu yang berkaitan dengan
persatuan. Selain itu, penggunaan teknologi dan media sosial juga dapat menjadi
sarana yang efektif dalam mendorong partisipasi dan keterlibatan remaja. Remaja
dapat diminta untuk membuat konten kreatif yang mengangkat tema persatuan,
seperti video pendek, blog, atau kampanye online. Ini tidak hanya memberikan
mereka platform untuk mengekspresikan pandangan mereka, tetapi juga dapat
menciptakan kesadaran yang lebih luas tentang pentingnya persatuan di kalangan
remaja lainnya. Penting juga untuk menciptakan kesempatan bagi remaja untuk
terlibat dalam kegiatan di luar lingkungan sekolah, seperti kelompok masyarakat
atau organisasi sukarela yang berfokus pada nilai-nilai persatuan. Melalui
partisipasi dalam kegiatan-kegiatan ini, remaja dapat belajar tentang kerjasama tim,
saling menghargai perbedaan, dan membangun hubungan yang inklusif dengan
1
orang lain. Secara keseluruhan,

1
mendorong partisipasi dan keterlibatan remaja dalam pengajaran nilainilai
persatuan memerlukan pendekatan yang holistik dan terus-menerus. Dengan
memberikan kesempatan, pengetahuan, dan pengalaman yang relevan, kita dapat
membantu remaja menjadi agen perubahan yang mempromosikan persatuan dan
membangun masyarakat yang lebih harmonis dan inklusif.

1.5. Kolaborasi dengan Institusi Organisasi Terkait dalam Menanggulangi


Tawuran
Penanggulangan tawuran antar kelompok remaja yang menjunjung nilai
persatuan membutuhkan kolaborasi antara berbagai institusi dan organisasi terkait.
Pemerintah, sekolah, keluarga, lembaga masyarakat, dan komunitas perlu bekerja
sama dalam melaksanakan program-program pendidikan dan kegiatan yang
mendorong wawasan kebangsaan serta menekankan pentingnya nilai persatuan.
Dalam hal ini kami memberikan contoh yang datanya telah kami dapatkan melalui
literasi online pada laman berita sebagai upaya penanggulangan dari pihak
kepolisian dan pemerintahan

• Dari Kunjungan Hingga Ngopi Bareng, Upaya Polisi di Nganjuk Cegah


Konflik Antar Perguruan Silat
Polsek Warujayeng, yang merupakan bagian dari Polres Nganjuk,
mengunjungi markas perguruan pencak silat di Kabupaten Nganjuk. Tujuannya
adalah untuk membangun komunikasi dan mencegah konflik antara perguruan
silat. Kapolsek Warujayeng, Kompol Lilik Suharyono, menjelaskan bahwa saat
kunjungan ke tempat latihan perguruan silat, petugasnya bertemu dengan para
pelatih dan siswa untuk berbincang santai tentang situasi keamanan. Mereka
memberikan pesan kepada para siswa dan pendekar untuk menjaga kerukunan
dan keamanan di lingkungan mereka.
Lilik Suharyono juga mengingatkan para siswa dan pendekar agar tidak mudah
mempercayai informasi di media sosial sebelum memastikan kebenarannya.
Informasi yang tidak valid dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat hubungan antara polisi dan tokoh
masyarakat, sebagai upaya menjaga keamanan yang nyaman. Diharapkan
hubungan yang baik ini dapat menciptakan kondisi keamanan yang kondusif di
wilayah Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk, sehingga masyarakat
merasa aman dalam melakukan aktivitasnya.
Polsek Jatikalen juga melakukan silaturahmi dengan perguruan silat
melalui acara ngopi bareng. Kapolsek Jatikalen, AKP Suparyano, menyatakan
bahwa langkah pencegahan konflik antar perguruan silat lebih baik dilakukan
daripada menghadapi konflik yang sebenarnya. Maka dari itu, mereka
mengumpulkan perwakilan dari berbagai perguruan silat di tingkat Desa hingga
Kecamatan untuk bersilaturahmi sambil ngopi bareng. Tujuannya adalah
membangun hubungan baik antara pesilat dari berbagai organisasi agar bisa
saling
1
berkomunikasi dan terlihat rukun, sehingga menciptakan situasi keamanan yang
kondusif. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini, konflik antar perguruan silat
dapat diredam dan situasi menjadi aman dan tertib. Masyarakat pun dapat
beraktivitas dengan tenang dan nnyaman

• Komisi III DPR RI Dorong Polres Nganjuk Profesional Tangani


Kasus Tawuran Pesilat
Bimantoro Wiyono, anggota Komisi III DPR RI dari Partai Gerindra,
sangat khawatir dengan banyaknya tawuran para pesilat yang terjadi belakangan
ini di Kabupaten Nganjuk. Dia mendesak pihak Kepolisian, khususnya Polda
Jawa Timur dan Polres Nganjuk, untuk bertindak profesional dalam menangani
kasus ini. Bimantoro mengatakan bahwa polres dan Polda Jatim harus bersikap
adil dan tidak memihak pada satu perguruan silat saja saat menjalankan proses
hukum dalam kasus ini. Dia berharap penyidik tetap objektif dalam menetapkan
tersangka. Bimantoro juga mendukung kepolisian untuk meningkatkan program
pencegahan dan kegiatan. Menurutnya, dengan melakukan pendekatan yang
lebih manusiawi terhadap perguruan silat, kasus tawuran serupa bisa ditekan.
Tujuannya adalah agar kasus tawuran seperti ini tidak terulang dan masyarakat
merasa aman.

1
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Tawuran antar kelompok remaja dapat diatasi dengan pendekatan wawasan
kebangsaan yang menjunjung nilai persatuan. Dalam meningkatkan wawasan
kebangsaan remaja, penting untuk memahami konsep wawasan kebangsaan,
membangun kesadaran akan persatuan dan kebhinekaan, mengedukasi nilai-nilai
kebangsaan, menghargai keberagaman, membangun karakter bangsa yang kuat,
mendorong partisipasi remaja dalam kegiatan kebangsaan, serta melakukan kolaborasi
dengan berbagai institusi dan organisasi terkait. Dengan cara ini, diharapkan tawuran
antar kelompok remaja dapat diminimalisir, dan tercipta harmoni sosial yang lebih baik
dalam masyarakat.

3.2. Saran
Beberapa cara yang dapat di lakukan oleh pemerintah untuk dapat mengatasi
tawuran antar kelompok remaja yaitu dengan; meningkatkan pendidikan kebangsaan
untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang identitas sejarah, dan nilai-nilai
kebangsaan pada generasi muda; mendorong partisipasi aktif dalam kegiatan sosial
seperti upacara bendera, peringatan hari besar nasional, dan kegiatan sosial yang
mengedepankan persatuan dan kebhinekaan; memperkuat pengenalan terhadap
keanekaragaman budaya melalui kegiatan seperti festival budaya, pertukaran pelajar
antar daerah, pengenalan seni, bahasa, tradisi daerah; membangun kepedulian sosial
untuk memperkuat persatuan; mendorong diskusi dan dialog yang membangun untuk
membantu memperkuat pemahaman dan toleransi terhadap perbedaan. Peran orang tua
juga diharapkan dapat memberikan pengaruh bagi anak-anaknya, karena pendidikan
pertama anak akan didapatkan di lingkup lingkungan terkecilnya. Dengan pengajaran
mengenai nilai Pancasila dengan disertai implementasinya dalam kehidupan sehari-hari
agar dapat mencegah aspek buruk yang mungkin dapat menjadi faktor terjadinya
tawuran. Dalam hal ini, tawuran akan dapat dicegah dengan pendekatan melalui
pengajaran dilingkungan sekitarnya terlebih dahulu.

1
LAMPIRAN

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data dan Penyusunan Karya Tulis Berikut
merupakan rincian jadwal pelaksanaan kegiatan Project Kebangsaan yang akan kami
lakukan.

NO. TANGGAL KEGIATAN

Diskusi mengenai konsep dasar pembuatan Project


1. 31/05/23 Kebangsaan serta menyusun kerangka penulisan

2. 31/05/23
Mencari dan membaca beberapa berita mengenai
tawuran di website

3. 01/06/23 Menyusun latar belakang dan rumusan masalah

4. 02/06/23
Menspesifikkan tujuan dan sasaran penulisan

Literasi online mengenai bab pembahasan include


daftar pustaka (dilakukan pembagian tugas yang
5. 04/06/23 diberikan kepada tiap anggota)

Menarik kesimpulan dan saran dari data yang telah


6. 05/06/23 didapatkan

Pengetikan karya tulis yang dilakukan secara


7. 06/06/23 sistematis dengan merevisi yang kurang tepat

1
DAFTAR PUSTAKA

Attamimi, A Hamid S. (2011),Penyelenggaraan Pemerintahan Negara,


Indonesia. Jakarta. LAN RI. 2004. Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Buku III LAN. Jakarta.
Budi, Lukman Yudho Prakoso, Helda Risman. (2021) Strategi Pemerintah
Dalam Mewujudkan Nilai-Nilai Persatuan Indonesia Dalam Mengatasi Konflik
Berbangsa Dan Bernegara Dari Perspektif Strategi Perang Semesta. Volume 7 Nomor
2 Tahun 2021. Universitas Pertahanan, Bogor Jawa Barat
Dari kunjungan hingga ngopi bareng upaya polisi Nganjuk cegah konflik antar
perguruan silat. (2023). Diakses pada tanggal 04 Juni 2023 dari
https://www.google.com/amp/s/mataraman.tribunnews.com/amp/2023/01/30/darikunjun
gan-hingga-ngopi-bareng-upaya-polisi-di-nganjuk-cegah-konflik-antarperguruan-silat
Hindari tawuran dan narkoba dewam ajarkan nilai kebangsaan ke pelajar. (20
Januari 2022). Diakses pada tanggal 04 Juni 2023 dari
https://dutatv.com/hindaritawuran-dan-narkoba-dewan-ajarkan-nilai-kebangsaan-ke-
pelajar/
Komisi III DPR RI dorong polres Nganjuk professional tangani kasus tawuran
pesilat (27 Jnuari 2023). Diakses pada tanggal 04 Juni 2023 dari
https://www.google.com/amp/s/m.jpnn.com/amp/news/komisi-iii-dpr-ri-dorong-
polresnganjuk-profesional-tangani-kasus-tawuran-pesilat
Menerapkan Sikap Pelajar Pancasila dalam Kehidupan sehari-hari (23 Juli
2022). Diakses pada 04 Juni 2023 dari
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/menerapkansikap-pelajar-pancasila-dalam-kehidupan-
sehari-hari/
Peran kita dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila (2 November 2021). Diakses
pada 04 Juni 2023 dari https://teknik.unej.ac.id/peran-kita-dalam-menerapkan-nilai-
nilaipancasila/
Tawuran Nilai Nilai Kebangsaan Lewat Proses Pendidikan yang Memanusiakan
Manusia.(02 Februari 2022). Diakses pada 04 Juni 2023 dari
https://www.mpr.go.id/berita/Tanamkan-Nilai-Nilai-Kebangsaan-Lewat-
ProsesPendidikan-yang-Memanusiakan-Manusia

Anda mungkin juga menyukai