Anda di halaman 1dari 4

1

LANDASAN TEORI.

Teori Nation (bangsa).


Konsepsi kebangsaan modern baru diperkenalkan pada Abad
XIX di Eropa. Menurut ErnestRenan.1”Sebuah bangsa adalah satu
solidaritas yang besar yang tidak harus memerlukan satu bahasa,
satu agama atau satu turunan yang menjadi pengikat. Yang paling
penting adalah pengikat jiwanya berkehendak untuk hidup bersama”.
Menurut OttoBauer2 “Bangsa adalah suatu persamaan, satu
persatuan karakter, atau yang tumbuh dan lahir karena kesamaan
pengalaman”. Dalam pengertian modern, terbentuknya suatu
bangsa tidak dibatasi oleh agama tertentu, tidak juga oleh bentuk-
bentuk geografis, seperti aliran sungai, laut, atau gunung. Jadi,
kebangsaan yang mencakupi keinginan untuk bersatu dalam
mencapai tujuan dan/atau didukung dengan persamaan sejarah,
yaitu konsep kebangsaan yang diikrarkan pada Kongres Pemuda
pada tahun 1928, tergolong maju dan modern. Konsep teori
kebangsaan harus terus ditumbuhkan pada masyarakat bangsa dan
dikembangkan secara berstruktur yaitu berturut-turut pada tingkat
kesadarannya, kemudian menjadikannya suatu paham dan
mengaktualisasikannya dalam semangat kebangsaan (Edi
Sudradjat, 1996). Konsep kebangsaan tidak dapat diterima sebagai
suatu yang sudah jadi, yaitu sekedar warisan dari generasi
terdahulu, tetapi harus dipupuk terus agar hidup subur karena
generasi-generasi berikutnya sudah tidak memiliki ingatan
kebersamaan sejarah dengan generasi sebelumnya. Oleh karena
itu, teori kebangsaan ini menjadi landasan yang sesuai dan sejalan
dengan upaya mengimplementasikan bela negara pada generasi
muda yang harus dipupuk sejak dini.

1
Mayjen TNI I. Putu Sastra Wingarta, Kewaspadaan Nasional dan Implementasinya,
(Jakarta : Lemhannas, 2008), hal 27.
2
Ibid, hal. 27.
2

Dengan demikian, pembinaan generasi muda harus sejalan dengan


upaya memupuk semangat kebangsaan sejak usia dini melalui pendidikan
bela negara dalam bentuk proses pembelajaran interaktif, partisipatif dan
progresif, sesuai dengan teori kebangsaan tersebut.

Teori Kewarganegaraan.
Merujuk teori umum tentang pendidikan kewarganegaraan
(bela negara) atau “civics”, ada beberapa pandangan dari beberapa
pakar yang dapat dikemukakan sebagai berikut.3 1) Edmonson,
mengemukakan bahwa Civics adalah kajian yang berkaitan dengan
pemerintahan dan yang menyangkut hak dan kewajiban warga
negara. Civics merupakan cabang dari ilmu politik. 2) Elise
Boulding, mengemukakan bahwa perlu adanya pengembangan
kebudayaan kewarganegaraan yang menjelaskan tentang apa yang
dapat disumbangkan terhadap ruang dunia, sumber daya dan
kesempatan dan pengelolaan yang saling ketergantungan. Ruang
dunia bukan hanya ruang fisik, tetapi ruang secara sosial. Tujuan
pendidikan kewarganegaraan adalah menjadikan warga negara
yang baik, yaitu; warga negara yang patriotik, toleran, setia terhadap
NKRI, beragama, demokratis dan Pancasila sejati, (Somantri,
2001:279). Terkait dengan hal tersebut, maka teori
kewarganegaraan perlu diimplementasikan dalam proses
pembinaan generasi muda agar menjadi warga negara yang
memiliki semangat bela negara serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.

Oleh karena itu, dengan dukungan materi kewarganegaraan dalam


mengimplementasikan bela negara pada generasi muda, maka akan
mampu menciptakan pemuda yang yang patriotik, toleran, setia terhadap

3
Dari :https://books.google.co.id/books?id=h99fnMwDKykC&pg=PA10&lpg=PA10&dq
=kewarganegaraan+Edmonson+Elise+Boulding&source=bl&ots=fK93PZsiP1&sig=B7Dz2
OL2dWq8uLsdzilp80wXwR0&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiKts_46YvMAhUGG6YKHTs8Ct
AQ6AEIIDAB#v=onepage&q=kewarganegaraan%20Edmonson%20Elise%20Boulding&f=f
alse, diakses 23 Mei 2016.
3

NKRI, beragama, demokratis dan Pancasila sejati, sesuai tujuan dan


sasaran pendidikan kewarganegaraan.

Teori Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat.


Kartasasmita (1997) mengatakan pemberdayaan harus
mengikuti pendekatan-pendekatan sebagai berikut :

1) Upaya pemberdayaan harus terarah ( targeted ), ini


yang secara populer disebut pemihakan. pemberdayaan
ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan
program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan
sesuai kebutuhannya.

2) Program pemberdayaan harus langsung


mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat
yang menjadi sasaran.

3) Menggunakan pendekatan kelompok karena secara


sendiri-sendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya. juga lingkup bantuan
menjadi terlalu luas kalau penanganannya dilakukan secara
individu. pendekatan kelompok adalah yang paling efektif,
dan dilihat dari penggunaannya sumber daya juga lebih
efisien.4

Teori ini dipergunakan untuk mengoptimalkan peran generasi


muda dalam memperkuat pertahanan negara melalui implementasi
bela negara agar menggunakan pendekatan konsep
pemberdayaan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang
diharapkan. Dalam implementasinya, upaya mengoptimalkan
peran generasi muda dalam perspektif bela negara harus
dilaksanakan secara terarah, langsung pada subyek sasaran dan
menggunakan pendekatan kebersamaan dalam kegiatannya.
4

Dengan demikian, guna peningkatan kesadaran bela negara para


pemuda dalam rangka terwujudnya pertahanan negara harus dilaksanakan
secara terarah, langsung pada subyek sasaran dan menggunakan
pendekatan kebersamaan dalam kegiatannya sesuai dengan teori
pemberdayaan masyarakat. Dengan merujuk pada teori tersebut, maka
peningkatan kuantitas dan kualitas para pemuda akan mudah terealisasi,
sehingga dapat menjadi kader-kader bela negara yang memiliki wawasan
kebangsaan dan jiwa patriotisme, serta mampu mendukung penguatan
sistem pertahanan negara.

Anda mungkin juga menyukai