225-Article Text-1980-1-10-20220830
225-Article Text-1980-1-10-20220830
Dhanny Wahyudianto
STID Al-Hadid, Surabaya
dhannywahyudiyanto@stidalhadid.ac.id
Abstrak: Konflik harus ditangani dengan baik agar tidak destruktif bagi organisasi
dakwah. Salah satu penanganan konflik di antaranya adalah dengan negosiasi.
Salah satu negosiasi yang cukup fenomenal dalam sejarah Islam adalah negosiasi
yang dilakukan nabi dengan pihak Quraisy dalam dengan perjanjian Hudaibiyah. Di
perjanjian itu, nabi terkesan sangat akomodatif dan mengalah terhadap pihak
Quraisy. Bahkan beberapa sahabat sempat kecewa atas pokok perjanjian yang
disepakati oleh nabi. Namun di luar dugaan, implikasi dari perjanjian itu, justru
bernilai positif bagi perkembangan Islam. Bagaimana strategi negosiasi yang
dilakukan Nabi dalam perjanjian tersebut bisa menjadi pembelajaran bagi
manajer/aktivis dakwah apabila nantinya mereka dihadapkan pada konflik dan
mengharuskan mereka melakukan negosiasi. Strategi negosiasi yang dilakukan Nabi
di tulisan ini akan diuraikan melalui teori dramatisme yang dikonseptualisasikan
Kenneth Burke. Tulisan yang menggunakan metode pentad analysis ini menemukan
bahwa upaya negosiasi yang dilakukan Nabi melalui perjanjian Hudaibiyah
mengarah pada tujuan untuk memfokuskan agenda dakwah Islam secara damai,
serta mengambil kesempatan untuk meminimalisir ancaman serangan pada dua sisi
kota Madinah dalam satu waktu.
Kata kunci: Strategi Negosiasi, Analisis Pentad, Perjanjian Hudaibiyah
1 Yopinovali Fhreastama S, Titi Fitrianita, dan Arief Budi Kabupaten Garut,” Harmoni (Jurnal Multikultural &
Nugroho, “Kontestasi Organisasi Mahasiswa Ekstra Multireligius) 11, no. 3 (2012): 90,
Kampus Di Lembaga Dakwah Kampus Universitas https://www.researchgate.net/profile/Mustaqim-
Brawijaya,” Jurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya 2, no. 2 Pabbajah/publication/320628786_Pemberdayaan_So
(2018): 70, sial-
https://jkrsb.ub.ac.id/index.php/jkrsb/article/view/59 Ekonomi_Sebagai_Strategi_Penanganan_Gerakan_Ke
/69. gamaan_pada_Kasus_Jamaah_An-
2 Abdul Karim, “Dakwah Melalui Media (Sebuah Nadzir_di_kabupaten_Gowa_Sulawesi_Selatan/links/
Tantangan dan Peluang),” At-Tabsyir: Jurnal 59f2f128a6fdcc1dc7bb3393/Pemberdayaa.
Komunikasi Penyiaran Islam 4, no. 1 (2016): 170, 7 Denny Zainuddin, “Analisis Penanganan Konflik antar
5 Fatmayarni, Jamaluddin Hos, dan Sulsalman Moita, Politik Ruang Publik Sekolah (Negosiasi dan Resistensi
“Interaksi Sosial Antara Kader Organisasi Dakwah di SMUN di Yogyakarta) (Yogyakarta: Center for
Mahasiswa (Studi Pada Universitas Halu Oleo),” Neo Religious and Cross-cultural Studies UGM, 2011), 70.
9 Najib Kailani, “Kepanikan Moral dan Dakwah Islam
Societal 3, no. 1 (2018): 304,
http://ojs.uho.ac.id/index.php/NeoSocietal/article/vie Populer (Membaca Fenomena ‘Rohis’ di Indonesia),”
w/3572. Analisis: Jurnal Studi Keislaman 11, no. 1 (2011): 16,
6 Asep Achmad Hidayat, “Model Penanganan Konflik http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/analisis/ar
Keagaman antara ‘Jama’ah’ Qur’ani dan ‘Jama’ah ticle/view/604.
Qur’an Sunnah’ di Desa Cibumar, Tarogong Kidul,
ormas10 maupun yang telah terlembagakan para pihak berkomunikasi dan – tanpa
dalam bentuk ormas Islam lainnya.11 pengaruh eksternal – mencoba mencapai
Kepentingan yang diusung oleh suatu hasil yang dapat memuaskan masing-masing
organisasi dakwah terkadang juga bisa pihak yang terlibat di dalamnya.15 Definisi
bersinggungan dengan negara dan lainnya telah menyederhanakan negosiasi
pemerintah. Sehingga konflik antara sebagai suatu bentuk komunikasi antara dua
keduanya kadang juga tidak bisa pihak atau lebih yang menunjukkan
terhindarkan.12 pandangan, tujuan, atau perilaku yang
berbeda, dengan tujuan mencapai
Menurut pandangan klasik, sebaiknya kesepakatan. Negosiasi dapat memiliki
organisasi menghindari konflik sekecil format yang berbeda tergantung pada
apapun. Namun belakangan, pandangan karakteristik situasi, masalah yang
banyak ilmuwan menyatakan bahwa konflik dipertentangkan, dan jumlah pihak yang
adalah hal yang alamiah terjadi. terlibat. Jenis negosiasi yang paling
Menghindari konflik dalam kehidupan sederhana bisa hanya melibatkan dua pihak
organisasi agar tidak ada konflik yang terjadi yang membahas satu masalah spesifik.
adalah sebuah ketidakmungkinan.13 Apabila Negosiasi yang lebih kompleks bisa
konflik telah terjadi, yang paling mungkin melibatkan banyak pihak, banyak masalah,
dilakukan adalah berusaha menangani dan dan/atau perwakilan yang bernegosiasi atas
menyelesaikannya. Konflik apapun yang nama konstituen terkaitnya. Sebuah
dialami harus bisa ditangani dengan baik negosiasi bisa berlangsung singkat atau
agar tidak menjadi destruktif. 14 lama, mulai dari satu tawaran dari satu pihak
yang akhirnya diterima oleh pihak yang lain,
Salah satu upaya dalam menangani dan hingga proses negosiasi yang berlangsung
menyelesaikan konflik adalah proses selama beberapa dekade, yang biasanya
negosiasi. Negosiasi didefinisikan sebagai melibatkan kombinasi rumit dari konflik
proses kolaboratif dan informal dengan cara kepentingan dan konflik nilai.16
10 Saipul Hamdi, “De-Kulturalisasi Islam dan Konflik Perang Salib III), ed. oleh Dewi Esti Restiani (Sukabumi:
Sosial dalam Dakwah Wahabi di Indonesia,” Kawistara CV Jejak (Jejak Publisher), 2021), 3,
9, no. 2 (2019): 166, doi:10.22146/kawistara.40397. https://www.google.co.id/books/edition/Shalahuddin
11 Amir Mu’allim, “Ajaran-ajaran Purifikasi Islam _al_Ayyubi_Vs_Richard_I_The_L/CCQZEAAAQBAJ?hl=i
menurut Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) Berpotensi d&gbpv=0.
Menimbulkan Konflik,” Harmoni (Jurnal Multikultural 14 Zumaeroh, “Mengenali Konflik dalam Negosiasi,”
& Multireligius) 11, no. 3 (2012): 63, Jurnal Ekonomika Universitas Wijayakusuma
https://www.researchgate.net/profile/Mustaqim- Purwokerto 13, no. 4 (2010): 131,
Pabbajah/publication/320628786_Pemberdayaan_So https://www.neliti.com/id/publications/23153/meng
sial- enali-konflik-dalam-negosiasi.
Ekonomi_Sebagai_Strategi_Penanganan_Gerakan_Ke 15 Davide Carneiro, Paulo Novais, dan Jose Neves,
Indonesia dalam Perspektif Sosial dan Politik,” Analisis: Dynamics in Conflict and Negotiation (Individual,
Jurnal Studi Keislaman 19, no. 2 (2019): 263, Dyadic, and Group Processes),” Annual Review of
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/analisis/ar Organizational Psychology and Organizational
ticle/view/3371/3488. Behavior 5 (2018): 2, doi:10.1146/annurev-orgpsych-
13 Dhanny Wahyudiyanto, Shalahuddin al-Ayyubi Vs 032117-104714.
Richard I “The Lion Heart” (Fase-fase Konflik di Akhir
17 Abu Haif, “Perjanjian Hudaibiyah (Cermin 19 Ifaiza Abid dan Sarfraz, “A Socio-Pragmatic
Kepiawaian Nabi Muhammad saw. dalam Perspective of Hudaibiya Treaty in the light of Grice’s
Berdiplomasi),” Jurnal Rihlah 1, no. 2 (2014): 126, Maxims,” Harf-o-Sukhan 4, no. 3 (2020): 30–36,
https://journal.uin- http://www.harf-o-sukhan.com/index.php/Harf-o-
alauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/view/673. sukhan/article/view/44.
18 Sidiq Ahmadi, “Perjanjian Hudaibiyah Sebagai Model 20 Haif, “Perjanjian Hudaibiyah (Cermin Kepiawaian
Kepatuhan Terhadap Perjanjian Internasional dalam Nabi Muhammad saw. dalam Berdiplomasi),” 119–31.
Perspektif Islam,” Jurnal Hubungan Internasional 4, no. 21 Sudir Koadhi, Moh Natsir Mahmud, dan Muliaty
Perjanjian Hudaibiyah),” Jurnal Dakwah 10, no. 1 SAW terhadap Perjanjian Hudaibiyah (Analisis Surat
(2009): 67–84, http://ejournal.uin- Perjanjian Hudaibiyah dalam Perspektif Jurnalistik),”
suka.ac.id/dakwah/jurnaldakwah/article/view/415. Jurnal Tabligh 20, no. 1 (2019): 1–20,
23 Sidiq Ahmadi, “Perjanjian Hudaibiyah Sebagai Model doi:10.24252/jdt.v20i1.9528.
Kepatuhan Terhadap Perjanjian Internasional dalam 26 Jeanne Brett dan Leigh Thompson, “Negotiation,”
Perspektif Islam,” Jurnal Hubungan Internasional 4, Organizational Behavior and Human Decision
no. 2 (2015): 162–70, Processes 136 (2016): 68–79,
https://journal.umy.ac.id/index.php/jhi/article/view/2 doi:10.1016/j.obhdp.2016.06.003.
244. 27 Agus Basuki Suparno, “Pentad Analysis dalam
24 Rafli Difinubun, “Perjanjian Hudaibiyah (Suatu Dramatisme Kenneth Burke,” in Mix Metodologi
Analisis Historis tentang Penyebaran Agama Islam di (Yogyakarta: ASPIKOM dan BPC Perhumas, 2011), 195,
Jazirah Arab),” Jurnal Rihlah 6, no. 1 (2018): 64–86, https://eprints.upnyk.ac.id/19256/.
purpose.28 Penamaan unsur analisis pentad ragam dari seorang agent. Sebab munculnya
yang dilakukan oleh Burke pada dasarnya act dari seorang agent pada dasarnya
mengambil dari istilah yang terdapat pada didorong oleh motif-motif yang dimiliki yang
sebuah drama. Sebab analisis pentad itu juga dipengaruhi oleh atau bahkan
merupakan metode/proses berpikir yang terletak pada scene. Dengan kata lain,
lahir dari teori dramatisme. Dalam proses konsep unsur scene sebenarnya cenderung
analisisnya nanti, kelima unsur tersebut merujuk pada aspek-aspek eksternal yang
tidak boleh dilihat secara dikotomis, menjadi sumber-sumber motivasional bagi
melainkan harus dipahami sebagai satu agent untuk melakukan tindakan dan
kesatuan yang saling terhubung satu sama mengekspresikan internalnya pada
lain.29 lingkungan eksternal. Scene juga termasuk di
dalamnya tentang situasi zaman, tradisi yang
Act atau action merupakan unsur perbuatan berlaku, gerakan-gerakan yang sedang
yang telah dan atau sedang dilakukan oleh populer.32
seseorang. Perbuatan dari seseorang bisa
terjadi dalam satu rangkaian proses yang Unsur agent merupakan seseorang atau
saling terkait satu sama lain. Satu rangkaian orang-orang yang melakukan tindakan. Pada
perbuatan tersebut akan membentuk plot diri seorang agent, terdapat beberapa
yang mengarah pada satu tujuan atribut yang memengaruhi seorang agent
kepentingan (motif) tertentu.30 Bentuk dari dalam merespon situasi keadaan yang ada di
tindakan atau act tidak selalu berupa kata- sekitarnya (scene). Di antaranya gagasan-
kata, tetapi juga bisa berupa tindakan aksi gagasan, keinginan, rasa takut, intuisi, nilai
tertentu atau gabungan dari keduanya. atau pandangan hidup, status sosial, serta
Unsur act tidak akan berdiri sendiri. Setiap atribut-atribut fisik dan psikis yang dapat
perbuatan pasti menempati ruang dan menetukan atau setidaknya memengaruhi
waktu tertentu. Ruang dan waktu terjadinya subjek dalam menentukan act yang
act ini dianalisis sebagai unsur scene. dilakukan. Sehingga analisis agent tidak
cukup hanya berhenti pada siapa aktor atau
Burke mengibaratkan scene seperti sebuah pelakunya, tetapi juga bagaimana
wadah yang tepat untuk “diisi” dengan act.31 karakteristik dari aktor atau pelaku tersebut.
Dalam pembahasaan lainnya, unsur scene Karena hal itu akan memengaruhi apa dan
juga biasa disebut sebagai konteks yang bagaimana motif atas tindakan yang
melatari suatu tindakan. Unsur scene dilakukan. Unsur agent akan menjadi
berbicara tentang situasi atau keadaan- pembeda dalam proses analisis terhadap
keadaan yang satu sama lain saling motif tindakan (act). Karena ketika beberapa
bertautan. Dalam sebuah drama, scene atau orang dihadapkan pada satu situasi yang
latar situasi perlu dibuat dinamis untuk sama, bisa jadi respon yang dimunculkan
memicu tindakan atau act yang beraneka tiap-tiap orang akan berbeda satu sama
28 Kenneth Burke, A Grammar of Motives, Reprint 20 30 Suparno, “Pentad Analysis dalam Dramatisme
(Berkeley: University of California Press, 2020), xv, Kenneth Burke,” 192.
doi:10.1525/9780520341715. 31 Burke, A Grammar of Motives, 7.
29 Lynette Jacobs, “Burke’s Dramatism Framework (A 32 Suparno, “Pentad Analysis dalam Dramatisme
lain.33 Dalam kasus tertentu, agent tidak Dengan atau tanpa pengungkapan tujuan,
selalu berbentuk individu biasa, tetapi juga pengungkapannya manipulatif atau penuh
bisa berupa kelompok penganut agama atau kejujuran, pada dasarnya telah menjadi
ideologi tertentu, ras atau bangsa,34 bahkan salah satu bentuk dari act, dan itu
Tuhan.35 mengarahnya pada purpose yang
sebenarnya dari agent.
Agency merupakan unsur yang analisisnya
berisi tentang instrumen yang digunakan
oleh agent dalam memunculkan act untuk Sejarah Menuju Perjanjian
mencapai tujuan atau kepentingan-
Hudaibiyah
kepentingan yang dimilikinya. Instrumen
Sebelum masuk pada proses analisis strategi
yang dimaksudkan di sini misalnya bisa
negosiasi dalam perjanjian Hudaibiyah, di
berupa cara-cara atau strategi tertentu bagi
bawah ini akan dipaparkan sekilas sejarah
agent untuk menyelesaikan act-nya. Bisa
yang menjadi latar belakang hingga
juga berupa media tertentu yang dapat
disepakatinya perjanjian Hudaibiyah oleh
membantu atau digunakan oleh agent
nabi dan perwakilan Quraisy Mekkah.
dalam memunculkan act dan mencapai
tujuannya.36
Sejak awal kali Hijrah, nabi disambut dengan
baik oleh penduduk Madinah. Karena saat
Unsur berikutnya adalah purpose. Purpose
itu sering terjadi konflik antarsuku,
merupakan tujuan atau kepentingan yang
penduduk Madinah membutuhkan nabi
dimiliki oleh agent atas tindakan (act) yang
sebagai juru damai di antara mereka. 38 Pada
dilakukannya. Tujuan atau kepentingan dari
tahun 628 M atau tahun ke-6 setelah nabi
tindakan (act) yang dilakukan seseorang
hijrah dari Mekkah ke Madinah, dikisahkan
sifatnya sangat situasional. Oleh karena itu
suatu hari nabi bermimpi memasuki kota
dalam proses analisisnya, akan selalu
Mekkah dengan penuh kedamaian bersama
melibatkan latar peristiwanya (scene).
dengan para sahabat. Bahkan ada yang
Tujuan atau kepentingan agent atas act yang
menyebutkan nabi bermimpi memasuki
dilakukan sering kali tidak diungkapkan
Ka’bah, dengan kepala yang tercukur beliau
kepada pihak lain. Kalaupun diungkapkan,
membawa kunci ka’bah dan berhenti di
terkadang pernyataan tujuan atau
padang Arafah.39
kepentingan itu bersifat manipulatif.37
33 Kenneth Burke, “Question and Answer about the 36 Burke, A Grammar of Motives, xv–xx.
Pentad,” College Composition and Communication 29, 37 Kenneth Burke, Permanence and Change (An
no. 4 (1978): 332–33, doi:10.2307/357013. Anatomy of Purpose), Third Edit (Berkeley: University
34 Suparno, “Pentad Analysis dalam Dramatisme of California Press, 1984), 29.
Kenneth Burke,” 197. 38 Muhammad Burhanuddin, “Conflict Mapping
35 Jouni Tilli, “The Construction of Authority in Finnish Piagam Madinah (Analisa Latar Belakang Sosiokultural
Lutheran Clerical War Rhetoric: A Pentadic Analysis,” Piagam Madinah),” Jurnal Al-Ijtimaiyyah (Media Kajian
Journal of Communication & Religion 39, no. 3 (2016): Pengembangan Masyarakat Islam) 5, no. 2 (2019): 6,
45, https://www.researchgate.net/profile/Jouni- doi:10.22373/al-ijtimaiyyah.v5i2.5233.
Tilli/publication/313374030_The_Construction_of_Au 39 Al Waqidi, Kitab Al-Maghazi (Muhammad - Sumber
Mimpi tersebut akhirnya dikabarkan kepada Keberangkatan kaum muslim dalam jumlah
para sahabat lainnya saat berkumpul di yang cukup besar setahun setelah perang
masjid Nabawi. Mimpi tersebut dimaknai Khandaq ini akhirnya diketahui dan dicurigai
bahwa nabi mengalami kerinduan yang oleh orang-orang Quraisy. Mereka menduga
mendalam terhadap Mekkah selaku ada maksud di balik ritual ibadah haji yang
kampung halamannya. Para sahabat yang kesannya akan dilakukan kaum muslim saat
saat itu juga merasakan kerinduan itu. Akhirnya para petinggi Quraisy
mendalam, berkeinginan agar bersama- mengutus Khalid bin Walid bersama Ikrimah
sama dengan nabi untuk menunaikan ibadah agar memimpin 200 pasukan berkuda untuk
Umrah. Dari dialog itu, akhirnya banyak mencegat dan menghalangi perjalanan
pihak yang dimobilisasi oleh nabi untuk ikut kaum muslim sebelum memasuki kota
serta dalam umrah tersebut, termasuk Mekkah.43
kalangan Badui yang saat itu beberapa
diantaranya telah memeluk Islam. Hingga Melihat ada pasukan berkuda yang
saat itu terkumpul sekitar 1.300-1.600 orang menghadang, kaum muslim pun tidak mau
muslim yang berangkat berumrah bersama meladeni (dengan berperang), mengingat
nabi.40 Bahkan dalam mobilisasinya saat itu merupakan bulan haram dan tujuan
tersebut, nabi juga mengirim utusan untuk dari keberangkatan mereka sejak awal
mengajak kabilah-kabilah lain di luar kaum adalah untuk umrah, bukan perang. Kaum
muslim untuk turut menunaikan ibadah muslim lebih memilih untuk mengambil
ritual tahunan tersebut pada saat yang jalan alternatif yang sebenarnya lebih susah
bersamaan.41 dilewati menuju Mekkah. Mengetahui sikap
kaum muslim yang cenderung menghindar
Setiap muslim yang berangkat diperintahkan (dari pertikaian), Quraisy mengutus
oleh nabi untuk tidak membawa senjata beberapa orang untuk mencari informasi
melainkan sebilah pedang tersarung yang dan memastikan tujuan dari kaum muslim
nantinya digunakan untuk menyembelih yang terkesan memaksakan diri untuk
hewan qurban. Mereka semua juga memasuki kota Mekkah tersebut. Bahkan
diperintahkan memakai pakaian ikhram dan mereka sempat mengutus puluhan orang
menyiapkan hewan ternak yang sedianya untuk melempari tenda kaum muslim
akan dikurbankan. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya profokasi. Beberapa orang
untuk menegaskan maksud mereka yang melakukan profokasi tersebut berhasil
berkunjung ke Mekkah untuk keperluan ditangkap dan kaum muslim tidak sampai
ibadah, bukan berperang.42 terprofokasi untuk melakukan serangan
balasan. Namun nabi justru memerintahkan
40 M Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad 42 Difinubun, “Perjanjian Hudaibiyah (Suatu Analisis
SAW dalam Sorotan Al-Quran dan Hadits-Hadits Historis tentang Penyebaran Agama Islam di Jazirah
Shahih, ed. oleh Abd Syakur Dj (Jakarta: Lentera Hati, Arab),” 68.
2012), 786. 43 Ali Sadikin, “Nilai Pendidikan dari Dampak Perjanjian
41 Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Hudaibiyah terhadap Perkembangan Dakwah
Muhammad, ed. oleh Ali Audah (Jakarta: AntarNusa, Rasulullah SAW,” Sintesa (Jurnal Kajian Islam dan Sosial
Litera, 2010), 399. Keagamaan) 2, no. 2 (2021): 20,
https://jurnal.kopertais5aceh.or.id/index.php/SINTES
A/article/view/252.
agar orang-orang yang ditangkap tersebut ke area perkemahan kaum muslim. Kaum
dibebaskan.44 muslim pun lega dan bersyukur Utsman
telah kembali dengan selamat. Tidak lama
Usaha-usaha yang dilakukan orang-orang berselang, pihak Qurasiy mengirim Suhail
Quraisy selalu direspon oleh nabi dan para bin Amr sebagai utusan mereka. Para
sahabat dengan jawaban yang konsisten. petinggi Quraisy mengamanatkan kepada
Bahwa mereka hendak menunaikan ibadah, Suhail agar tahun ini nabi dan
bukan hendak memerangi orang-orang rombongannya tidak diperkenankan
Quraisy seperti yang dikhawatirkan oleh memasuki kota Mekkah apapun alasannya.46
para petinggi mereka. Namun jawaban itu
sepertinya tidak kunjung dapat memuaskan
mereka. Akhirnya nabi mengutus Utsman Perjanjian Hudaibiyah
bin Affan untuk menjelaskan secara Suhail bin Amr akhirnya menemui nabi dan
langsung kepada para petinggi Quraisy melakukan perundingan. Perundingan
tersebut agar mereka diizinkan untuk tersebut ditulis oleh Ali bin Abu Thalib. Dari
beribadah di Baitullah. Namun setelah perundingan yang berjalan, di sekeliling nabi
Utsman menemui para petinggi Quraisy, juga terdapat kaum muslim lainnya yang ikut
perdebatan panjang pun terjadi dan menyimak poin-poin yang disepakati kedua
memakan waktu cukup lama, bahkan sampai belah pihak. Suhail cenderung kukuh tak
beberapa hari. Ini karena para petinggi mau kompromi dalam beberapa pernyataan
Quraisy hanya memperbolehkan Utsman yang dituliskan dalam perjanjian. Sedangkan
sendiri saja yang umrah, sedangkan muslim di lain pihak nabi cenderung akomodatif dan
lainnya termasuk nabi tidak banyak memberikan kelonggaran. Seperti
45
diperkenankan. kata-kata basmallah sebagai pembukaan
yang dikehendaki dirubah menjadi
Begitu lamanya Utsman pergi meninggalkan bismikallahuma, lalu kata-kata Muhammad
perkemahan kaum muslim di Hudaibiyah Rasulullah yang diganti menjadi Muhammad
untuk menemui para petinggi Quraisy di bin Abdullah.47
Mekkah sampai menimbulkan isu bahwa
Utsman telah dibunuh. Isu ini akhirnya Selain itu, secara substansi isi perjanjiannya:
membuat kaum muslim bersumpah untuk (1) Kaum muslim pada tahun ini tidak
siap berperang, dan rela mati untuk diperkenankan untuk memasuki kota
membalas kematian Utsman jika memang Mekkah, dan baru dibolehkan kembali tahun
isu tersebut terbukti benar. Sebab depan dengan syarat menginap tidak boleh
pembunuhan yang dilakukan saat bulan lebih dari tiga hari dan hanya membawa
haram terlebih di area Baitullah, merupakan pedang yang tersarung; (2) Kedua belah
sebuah pelanggaran yang serius terhadap pihak melakukan gencatan senjata selama
kultur Arab yang berlaku saat itu. Namun sepuluh tahun. Kedua pihak tidak boleh
tidak berselang lama, Utsman pun kembali melakukan tindakan permusuhan dan
44
Ibid. 46 Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW
45Haif, “Perjanjian Hudaibiyah (Cermin Kepiawaian dalam Sorotan Al-Quran dan Hadits-Hadits Shahih,
Nabi Muhammad saw. dalam Berdiplomasi),” 124. 791–95.
47 Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, 410–11.
tindakan buruk terhadap satu sama lain; (3) Negosiasi pada Perjanjian
Apabila ada anggota dari pihak Quraisy yang
Hudaibiyah dalam Perspektif
datang kepada nabi tanpa persetujuan
keluarganya, maka dia harus dikembalikan
Analisis Pentad
ke Mekkah. Namun sebaliknya jika ada pihak Negosiasi yang dilakukan antara nabi dengan
muslim yang berbalik kembali ke pihak perwakilan Quraisy pada dasarnya telah
Quraisy Mekkah, maka dia tidak akan terjadi sejak pihak Quraisy mengirimkan
dikembalikan; (4) Suku-suku di kawasan utusannya untuk melakukan penjajakan
Arab dibebaskan untuk turut menjalin terhadap kepentingan yang dibawa oleh
perdamaian dan mengikatkan diri sebagai kaum muslim. Meskipun saat itu kedua
sekutu pada salah satu pihak (pihak muslim belah pihak belum sampai mencari titik
atau pihak Quraisy); (5) Perjanjian ini dibuat tengah dari masing-masing kepentingan,
dengan tulus dan konsekuensi penuh untuk setidaknya dari pihak kaum muslim yang
menjalankannya tanpa penipuan maupun diwakili oleh nabi telah menegaskan bahwa
penyelewengan.48 tujuan mereka sejak awal adalah umrah,
tidak ada maksud untuk berperang.
Isi perjanjian tersebut oleh beberapa Sedangkan di lain pihak, ketika Urwah bin
sahabat, termasuk Umar bin Khattab Mas’ud yang sempat diutus mewakili kaum
dianggap merugikan umat Islam. Mereka Quraisy Mekkah menegaskan juga bahwa
merasa kecewa berat. Bahkan dalam dialog, pihaknya tidak akan membiarkan kaum
Umar sampai mempertanyakan kenabian muslim masuk ke dalam kota Mekkah,
Muhammad SAW pada Abu Bakar. Namun karena hal tersebut berpeluang mencoreng
Abu Bakar mengingatkan Umar agar tetap nama baik dan reputasi mereka. Kemudian
taat dan tidak melanggar apa yang menjadi juga upaya nabi dalam mengutus Utsman bin
kehendak nabi. Bahkan Umar juga sempat Affan, pada dasarnya pun juga merupakan
bertanya langsung kepada nabi terkait bagian dari upaya negosiasi atas
klausul-klausul yang dinilainya dan beberapa kepentingan yang dimiliki. Hanya saja
sahabat lainnya merugikan Islam, namun seluruh upaya tersebut masih berujung pada
nabi tidak banyak memberikan jalan buntu, belum bisa disepakati oleh
penjelasan/alasan, dan memilih untuk masing-masing pihak. Sampai akhirnya
bersikap teguh dan konsisten atas apa yang Suhail bin Amr diutus untuk berunding
sudah menjadi keputusannya. 49 dengan nabi dan membuahkan hasil
kesepakatan yang dikenal sebagai perjanjian
Hudaibiyah.50 Serangkaian proses tersebut
akan dianalisis lebih rinci dengan
menggunakan analisis pentad di bawah ini.
48 Difinubun, “Perjanjian Hudaibiyah (Suatu Analisis 50Sadikin, “Nilai Pendidikan dari Dampak Perjanjian
Historis tentang Penyebaran Agama Islam di Jazirah Hudaibiyah terhadap Perkembangan Dakwah
Arab),” 72–73. Rasulullah SAW,” 21.
49 Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, 410–11.
51 Koadhi, Mahmud, dan Amin, “Model Komunikasi Perjanjian Hudaibiyah dalam Perspektif Jurnalistik),”
Internasional Perjanjian Hudaibiyah sebagai Metode 11.
Dakwah Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),” 6. 54 Partin Nurdiani, “Bulan Sura dalam Perspektif Islam,”
52 Aziz-ur-Rehman Saifee et al., “Intelligence Victories Ibda’ (Jurnal Kebudayaan Islam) 11, no. 1 (2013): 114,
In Battle Of Trench,” Al-Azhar 6, no. 1 (2020): 10, doi:10.24090/ibda.v11i1.72.
http://www.al- 55 Difinubun, “Perjanjian Hudaibiyah (Suatu Analisis
Bahkan aliansi yang berpotensi terbentuk kaum muslim tersebut pada dasarnya
akan lebih besar kekuatannya ketimbang mengisyaratkan bahwa mereka tidak hendak
pasukan yang berhasil digalang oleh musuh memerangi orang-orang Quraisy. Bahkan
saat perang parit, mengingat Khaibar isyarat itu sebenarnya sudah ditunjukkan
merupakan pusat peradaban kaum yahudi melalui atribut yang mereka kenakan dan
yang termaju di jazirah Arab. Kekuatan Islam bawa (pakaian ihram, pedang biasa yang
tidak akan cukup untuk menghadapi tersarung, serta hewan-hewan yang akan
ancaman besar dari kedua pihak tersebut disembelih sebagai qurban). Nabi secara
dalam satu waktu.59 Oleh karena itu, eksplisit juga menyampaikan pada
sebelum hal tersebut benar-benar terjadi, perwakilan Quraisy yang menghampiri
nabi tertuntut untuk melakukan strategi bahwa mereka pergi ke Mekkah hanya untuk
pencegahannya. menjalankan peribadahan. Kaum muslim
juga lebih memilih untuk bersabar ketika
Selain itu dari sisi personal, nabi merupakan mereka tertahan di Hudaibiyah karena
bagian dari bani yang terhormat di Mekkah. masih tidak diizinkan memasuki kota
Sejak menerima perintah untuk Mekkah. Mereka yang juga sempat
mendakwahkan ketauhidan, nabi rela diprofokasi oleh aksi 50 orang Quraisy
(sudah sering) dicaci maki, dikasari, diancam dengan lemparan panah dan batu tidak mau
untuk dibunuh, hingga terusir dari tanah terpancing untuk memberikan balasan
kelahirannya. Harta bendanya banyak maupun hukuman, meski beberapa
dihabiskan untuk mendakwahkan ajaran pelakunya berhasil ditangkap.60
Islam. Sungguh pun yang demikian tidak
mungkin nabi melakukan tindakan yang Melihat situasi yang masih rumit, nabi juga
secara sengaja justru merugikan Islam itu sempat mengutus Utsman bin Affan untuk
sendiri. Oleh karena itu, dalam kasus menemui para petinggi Quraisy secara
negosasi ini tentu saja nabi terbebas dari langsung dan berunding agar mereka
motif-motif yang sifatnya justru diizinkan menunaikan ibadah di Mekkah.
kontraproduktif terhadap kepentingan Namun itu pun tidak membuahkan hasil
Islam. yang positif bagi kaum muslim. Dari pihak
Quraisy akhirnya kembali mengutus
Act perwakilannya dan membuat beberapa poin
Pada bagian ini akan dideskripsikan seluruh kesepakatan. Pada proses negosiasi akhir ini,
tindakan nabi yang termasuk bagian dari nabi berhadapan dengan Suhail bin Amr
strategi negosiasi. Sejak awal keberangkatan selaku perwakilan pihak Quraisy ditemani
hingga mengetahui bahwa rombongan kaum Hathib bin Abdul Uza dan Makraz bin
muslim dihadang oleh pasukan berkuda Hafaz.61 Nabi mengutus Ali bin Abu Thalib
yang dipimpin Khalid bin Walid, nabi selalu
berusaha menghindari konfrontasi fisik.
Upaya menghindar yang dilakukan nabi dan
59 Ahmadi, “Perjanjian Hudaibiyah Sebagai Model 60 Sadikin, “Nilai Pendidikan dari Dampak Perjanjian
Kepatuhan Terhadap Perjanjian Internasional dalam Hudaibiyah terhadap Perkembangan Dakwah
Perspektif Islam,” 169. Rasulullah SAW,” 20.
61 Ibid., 21.
sebagai juru tulis dari isi kesepakatan yang Quraisy kini beralih ke pihak kaum muslim.64
dibuat kedua belah pihak.62 Oleh karena itu, nabi memilih untuk
mengalah dan menerimanya dengan
Suhail sempat keberatan ketika Ali kompensasi bahwa di tahun-tahun
menuliskan lafadz basmalah di bagian berikutnya kaum muslim harus
pembuka dan Muhammad rasulullah diperbolehkan menunaikan umrah/haji ke
sebagai salah satu pihak yang mengadakan Mekkah (meskipun pada akhirnya hanya
kesepakatan. Suhail berargumen bahwa diperkenankan menginap selama 3 hari
pihak Quraisy selama ini tidak mengenal saja).65
nama Allah sebagai Ar-Rahman dan Ar-
Rahim. Mereka juga belum mengakui Selain itu, kedua pihak bersepakat untuk
kerasulan Muhammad SAW. Nabi menerima menjalin perdamaian selama sepuluh tahun.
keberatan Suhail yang masuk akal, toh Selama masa itu, kedua belah pihak juga
penggantian tulisan tersebut masih merujuk membuka kesempatan untuk menjalin
pada realitas yang sama. Akhirnya nabi aliansi yang seluas-luasnya dengan pihak
meminta agar Ali mengganti tulisannya lain. Pihak-pihak yang menjalin aliansi
dengan bismikallahumma dan Muhammad dengan kaum muslim ataupun dengan pihak
rasulullah diganti dengan Muhammad bin Quraisy, juga akan diikat oleh perjanjian
Abdullah sebagaimana permintaan Suhail. damai selama 10 tahun ini. Kesepakatan
yang dibuat juga mengatur terkait individu-
Dalam perjanjian itu, pihak Quraisy meminta individu yang desersi dari masing-masing
agar kaum muslim membatalkan pihak. Bahwa apabila ada yang desersi dari
keinginannya untuk memasuki kota Mekkah, pihak muslim, pihak Quraisy tidak perlu
meski tujuannya adalah beribadah. mengembalikannya kepada pihak muslim.
Keinginan ini menjadi sebuah kemutlakan Sebaliknya, jika ada yang desersi dari pihak
bagi orang-orang Quraisy Mekkah karena Quraisy, maka pihak muslim harus
menyangkut harga diri mereka yang di awal mengembalikan individu tersebut kepada
sudah terlanjur mengirim pasukan berkuda pihak Quraisy.66
untuk melakukan penghadangan. Jika pada
akhirnya kaum muslim tetap memasuki Agency
Mekkah, maka harga diri mereka di mata Strategi negosiasi yang dianalisis pada
orang-orang Arab dikhawatirkan akan tulisan ini dimulai sejak pengkomunikasian
jatuh.63 Terlebih sejak berakhirnya perang kepentingan dari masing-masing pihak guna
parit, pengaruh suku Quraisy di jazirah Arab menemukan titik temu yang bisa saling
semakin menurun. Cukup banyak kabilah menguntungkan atau setidaknya dapat
yang awalnya bersekutu dengan pihak disepakati bersama. Pada peristiwa ini, nabi
62 Abid dan Sarfraz, “A Socio-Pragmatic Perspective of 65 Haif, “Perjanjian Hudaibiyah (Cermin Kepiawaian
Hudaibiya Treaty in the light of Grice’s Maxims,” 34. Nabi Muhammad saw. dalam Berdiplomasi),” 125.
63 Sadikin, “Nilai Pendidikan dari Dampak Perjanjian 66 Difinubun, “Perjanjian Hudaibiyah (Suatu Analisis
Hudaibiyah terhadap Perkembangan Dakwah Historis tentang Penyebaran Agama Islam di Jazirah
Rasulullah SAW,” 21. Arab),” 73.
64 Koadhi, Mahmud, dan Amin, “Model Komunikasi
membuat kesepakatan dengan perwakilan Ali bin Abu Thalib menjadi juru tulis atas
pihak Quraisy dalam posisi yang siap untuk kesepakatan yang dilakukan kedua belah
menjalankan ibadah umrah. Sejak awal pihak.69 Tulisan pokok-pokok kesepakatan
keberangkatan dari Madinah, nabi telah yang sudah dibuat pada dasarnya juga
berusaha mengarahkan agar kaum muslim menjadi bagian dari alat atau media (agency)
menunjukkan simbol-simbol yang jauh dari dalam proses negosiasi. Hasil tulisan
tujuan perang. Mereka membawa dan tersebut dapat mengikat secara pasti kedua
mengenakan pakaian ihram, membawa belah pihak. Dengan penulisan kesepakatan,
banyak hewan ternak yang siap untuk kedua belah pihak bisa sama-sama
disembelih, serta membawa pedang yang mengetahui dan memahami seluruh pokok
biasa digunakan untuk menyembelih hewan kesepakatan. Sehingga apabila ada salah
yang posisinya masih tersarung.67 Tidak satu pihak yang kedepannya melanggar
satupun dari kaum muslim yang membawa kesepakatan tertulis tersebut, bisa dimintai
peralatan atau senjata perang. Semua itu pertanggungjawaban atau setidaknya
bisa dipahami sebagai agency atau bentuk kesepakatan yang sudah dibuat bisa
metode pengkomunikasian kepentingan dianggap batal.
nabi kepada pihak luar, terutama orang-
orang Quraisy. Purpose
Bagian terakhir dalam analisis pentad ini
Berbagai simbol yang digunakan kaum adalah purpose. Analisis purpose akan
muslim saat itu juga didukung dengan menjabarkan tujuan dari strategi negosiasi
metode penyampaian kepentingan secara yang bagian-bagiannya telah dianalisis di
verbal. Pernyataan verbal yang diutarakan atas. Strategi negosiasi yang dilakukan nabi
nabi menyampaikan bahwa dirinya dan dalam perjanjian Hudaibiyah pada awalnya
orang-orang muslim lainnya hanya ingin ditujukan agar kaum muslim bisa
beribadah ke Mekkah, bukan hendak bekesempatan untuk menunaikan ibadah
berperang. Keinginan itu disampaikan haji/umrah saat itu juga. Namun karena
kepada perwakilan Quraisy yang menemui penolakan dari pihak Quraisy tidak bisa
nabi saat masih tertahan di luar kota ditawar, akhirnya nabi mengalah dengan
Mekkah. Utsman bin Affan juga sempat jaminan agar pada tahun-tahun berikutnya
diutus nabi untuk menyampaikan kaum muslim diberikan kesempatan untuk
kepentingan kaum muslim kepada para menunaikan ibadah haji/umrah ke Mekkah
petinggi Quraisy.68 Pengutusan tersebut meskipun hanya diperbolehkan menginap
secara tidak langsung menjadikan sosok selama 3 hari saja.70
Utsman bin Affan sebagai bagian dari agency
dalam proses negosiasi ini meskipun pada Pada kesempatan negosiasi itu, nabi juga
akhirnya belum membuahkan hasil yang menyepakati perjanjian damai selama 10
positif bagi kaum muslim. tahun. Hal ini ditujukan untuk memudahkan
67 Nizar Abazhah, Perang Muhammad (Kisah 69 Abid dan Sarfraz, “A Socio-Pragmatic Perspective of
Perjuangan dan Pertempuran Rasulullah), ed. oleh Hudaibiya Treaty in the light of Grice’s Maxims,” 34.
Agus Hadiyono (Jakarta: Penerbit Zaman, 2013), 172. 70 Kasman, “Komunikasi Politik Nabi Muhammad SAW
68 Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW terhadap Perjanjian Hudaibiyah (Analisis Surat
dalam Sorotan Al-Quran dan Hadits-Hadits Shahih, Perjanjian Hudaibiyah dalam Perspektif Jurnalistik),”
791. 10.
proses dakwah di masyarakat jazirah Arab perjanjian damai. Sehingga dakwah Islam
saat itu. Sebagaimana yang sempat akan bisa semakin dilakukan dengan leluasa,
disinggung pada bagian agent. Ajaran Islam tanpa khawatir adanya serangan ataupun
yang rasional sebenarnya akan lebih mudah intimidasi dari pihak luar.
diterima apabila masyarakat dalam situasi
yang damai. Namun apabila situasi penuh Perjanjian damai selama 10 tahun tersebut
dengan konflik, pertikaian, peperangan, sebenarnya juga dimaksudkan untuk
proses dakwah yang membutuhkan mencegah peluang terbentuknya aliansi
keterbukaan dan kejernihan pikiran akan antara pihak Quraisy dengan kalangan
lebih sulit dilakukan. Pada situasi konflik dan yahudi Khaibar dalam menghancurkan kaum
peperangan, setiap individu akan muslim yang berpusat di Madinah.
mengutamakan keselamatan diri masing- Sebagaimana yang sempat disinggung pada
masing, dan sehingga akan lebih banyak bagian scene, komunitas yahudi yang berada
prasangka negatif serta penolakan terhadap di sisi utara Madinah ini dianggap sebagai
pihak luar. Dengan perdamaian, ajaran Islam ancaman yang cukup serius. Kawasan
akan lebih mudah diterima dengan suka cita. tersebut menjadi salah satu tempat
pengungsian yahudi (banu Qaynuqa dan
Dakwah yang bisa dilakukan dalam situasi banu Nadhir) yang terusir dari Madinah.
damai dapat mendatangkan banyak Mereka nyatanya masih menyimpan
pengikut. Apabila para pengikut baru ini dendam terhadap kaum muslim. Bahkan
berupa satu kabilah secara utuh, maka satu mereka menjadikan Khaibar sebagai pusat
kabilah tersebut bisa sekaligus menjalin konspirasi perlawanan yahudi terhadap
aliansi dengan kaum muslim. Di lain sisi, kaum muslim dan para penduduk Madinah.
berdasarkan perjanjian ini pihak Quraisy Salah satu aksi mereka bisa dilihat dari para
juga dibebaskan menjalin aliansi dengan petingginya (Huyay bin Akhtab, Kinanah bin
pihak-pihak di luarnya. Mereka yang Rabi’, Sallam bin Abul Huqaiq, dsb) yang
menjalin aliansi dengan pihak Quraisy menjadi penghasut para petinggi Quraisy
maupun pihak kaum muslim tersebut secara untuk memerangi kaum muslim hingga
otomatis juga akan diikat oleh perjanjian terjadi perang parit. Mereka juga
damai yang telah disepakati bersama. menjanjikan seluruh hasil panen
Mereka tidak bisa secara bebas perkebunan kurma di Khaibar untuk suku
mengganggu, menghalangi, mengintimidasi Gathafan agar bersedia bergabung dalam
kaum muslim yang menjalankan aktivitas memerangi kaum muslim di Madinah saat
dakwah. Oleh karena itu, nabi juga sepakat perang parit tersebut.72
terhadap ketentuan yang memperbolehkan
masing-masing pihak untuk membangun Sehingga setelah perdamaian dengan pihak
aliansi dengan pihak luar selama Quraisy terjalin, selain bisa fokus pada
perdamaian terjadi.71 Karena semakin pengembangan dakwah, kaum muslim juga
banyak aliansi yang terjalin, maka semakin bisa fokus untuk menghilangkan ancaman
banyak pula pihak-pihak yang diikat dari kalangan yahudi Khaibar. Oleh karena
71Sadikin, “Nilai Pendidikan dari Dampak Perjanjian 72 Saifee et al., “Intelligence Victories In Battle Of
Hudaibiyah terhadap Perkembangan Dakwah Trench,” 6.
Rasulullah SAW,” 21.
itu, tidak lama setelah perjanjian ini dibuat, berontak dan memilih untuk hidup di luar
kaum muslim segera melakukan ekspedisi Mekkah. Bahkan para mualaf tersebut kerap
militer ke Khaibar.73 Saat itu pihak yahudi memberikan gangguan terhadap kafilah
Khaibar tidak/belum menjalin aliansi dengan dagang Quraisy yang melintas di sepanjang
pihak Quraisy, jadi mereka tidak diikat oleh jalur perdagangan kota Mekkah. Hal ini
perjanjian damai dengan kaum muslim. bukan merupakan pelanggaran, sebab
Sehingga apa yang dilakukan kaum muslim berdasarkan perjanjian yang disepakati,
tersebut tidak melanggar kesepakatan yang apapun yang mereka lakukan bukan
telah berlaku. tanggung jawab nabi. Meskipun status
mereka adalah muslim dan segala
Sebagaimana yang juga sempat disinggung tindakannya menguntungkan kaum muslim,
pada bagian scene, bahwa saat perjanjian ini namun status mereka masih menjadi
dibuat, pada dasarnya kaum muslim sudah tanggung jawab dari wali mereka masing-
tidak bisa dianggap remeh/kecil seperti saat masing yang merupakan orang-orang kafir
masa awal dakwah di Mekkah. Jumlah kaum Quraisy di Mekkah.
muslim saat ini sudah mencapai ribuan, dan
tidak hanya ada di kota Madinah saja. Sudah Bagi kaum muslim yang desersi ke pihak kafir
mulai banyak orang yang berbondong- Quraisy, nabi justru dengan senang hati
bondong masuk Islam. Beberapa kabilah melepaskannya. Orang-orang yang desersi
yang awalnya memihak Quraisy, saat itu dari golongan muslim tersebut memang
telah beralih memihak kaum muslim. Ujian perlu dikeluarkan, agar tidak menjadi musuh
keimanan bagi mereka yang memeluk Islam dalam selimut atau profokator yang justru
belakangan, sudah tidak sekeras ketika berpotensi merusak Islam dari dalam. Pada
masa-masa sahabat yang paling awal masa-masa sebelumnya, sebenarnya telah
memeluk Islam. Oleh karena itu, nabi tercatat beberapa orang muslim yang
menyetujui pokok kesepakatan yang melakukan desersi (bergabung pada pihak
meminta agar orang-orang Quraisy yang Quraisy dan akhirnya kembali pada
desersi tanpa seijin walinya, harus kekafiran). Orang-orang tersebut pada
dikembalikan pada pihak Quraisy. Karena hal dasarnya merupakan golongan orang-orang
tersebut bisa menjadi instrumen ujian munafik. Mereka bisa menjadi musuh dalam
keimanan bagi individu Quraisy yang baru selimut bagi kaum muslim jika tetap
memeluk Islam. Bahwa apabila mereka dipertahankan di internal kaum muslim.
benar-benar beriman, niscaya mereka akan Karena mereka bisa menjadi mata-mata,
mempertahankan keimanan tauhidnya melakukan profokasi, bahkan perpecahan di
walau bagaimanapun kondisi internal organisasi yang dipimpin nabi saat
lingkungannya. Beberapa sahabat yang baru itu.74 Sehingga apabila ada pihak muslim
memeluk Islam setelah perjanjian ini yang desersi ke pihak orang-orang kafir,
berlaku, akhirnya harus dikembalikan nabi telah jelas bahwa keimanan orang tersebut
kepada walinya di Mekkah. Namun setelah palsu dan tidak perlu dipertahankan sebagai
kembali pada walinya, mereka kemudian bagian dari golongan muslim. Oleh karena
73 Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, 426. 74 Difinubun, “Perjanjian Hudaibiyah (Suatu Analisis
Historis tentang Penyebaran Agama Islam di Jazirah
Arab),” 73–74.
itu, permintaan untuk melepaskan kaum berikutnya yang sudah terbaca (misalnya:
muslim yang desersi ke pihak Quraisy rencana penyerangan ke Khaibar).
disepakati oleh nabi dengan senang hati. Pengungkapan atau perlindungan terhadap
Karena desersinya individu tersebut informasi pribadi atau rahasia semacam ini
menegaskan bahwa sebenarnya dia adalah dikaji lebih lanjut pada teori manajemen
bagian dari musuh. privasi komunikasi.76
75 Haif, “Perjanjian Hudaibiyah (Cermin Kepiawaian Communication Privacy Management Theory,” Current
Nabi Muhammad saw. dalam Berdiplomasi),” 127. Opinion in Psychology 31 (1 Februari 2020): 76–82,
76 Sandra Petronio dan Jeffrey T. Child, doi:10.1016/J.COPSYC.2019.08.009.
“Conceptualization and Operationalization (Utility of
Pun selama perjanjian damai terjalin, kaum bahwa kaum muslim telah mendapatkan
muslim juga bisa menjalin aliansi seluas- kemenangan yang nyata (atas kesepakatan
luasnya dengan kabilah-kabilah lain di yang telah dibuat).77
jazirah Arab. Pihak Quraisy juga
dipersilahkan menjalin aliansi seluas-luasnya Meniru strategi negosiasi nabi dalam
agar semakin banyak pihak yang diikat mencapai kesuksesan pada kasus ini adalah
perjanjian damai terhadap kaum muslim. hal yang sah bagi manajer dakwah. Namun,
Perjanjian terkait individu-individu yang memahami motif, pandangan, alasan, di
desersi dari kedua belah pihak pun juga balik strategi yang diambil nabi dalam
masih memiliki nilai kepositifan dalam mencapai kesuksesan itu juga wajib
perspektif kepentingan Islam secara makro. dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar strategi
tidak sekadar direplikasi secara tekstual dan
Meskipun para sahabat sempat menilai akhirnya justru berujung pada kegagalan.
strategi negosiasi nabi tidak menguntungkan
bagi Islam, namun sebagai bawahan mereka Analisis strategi dengan menggunakan teori
tidak lantas memberontak atau dramatisme atau metode analisis pentat
menggembosi pelaksanaan perjanjian damai saat ini masih jarang dilakukan. Padahal teori
yang sudah disepakati. Mereka menyadari dan metode analisis ini menawarkan
cakrawala pengetahuan terkait situasi kerangka kerja yang dapat menguak alasan
internal dan eksternal umat Islam saat itu serta motif-motif tersembunyi dari suatu
memang tidak seluas perspektif yang dimiliki strategi atau tindakan verbal maupun
oleh nabi. Oleh karena itu jalan yang terbaik nonverbal seseorang. Penelitian berikutnya
bagi mereka adalah tetap taat terhadap nabi masih bisa mengangkat tema serupa dengan
selaku pemimpin tertinggi kaum muslim saat subjek dan kasus yang berbeda dan lebih
itu. Pun ketika mereka pulang menuju bersifat unik. Bisa juga penelitian berikutnya
Madinah, Allah menurunkan Al-Quran surat masih mendalami kasus ini namun dari
Al-Fath ayat pertama yang menyatakan perspektif manajemen privasi komunikasi.
Bibliografi
Abazhah, Nizar. Perang Muhammad (Kisah Perjuangan dan Pertempuran Rasulullah). Diedit
oleh Agus Hadiyono. Jakarta: Penerbit Zaman, 2013.
Abid, Ifaiza, dan Sarfraz. “A Socio-Pragmatic Perspective of Hudaibiya Treaty in the light of
Grice’s Maxims.” Harf-o-Sukhan 4, no. 3 (2020): 30–36. http://www.harf-o-
sukhan.com/index.php/Harf-o-sukhan/article/view/44.
Ahmadi, Sidiq. “Perjanjian Hudaibiyah Sebagai Model Kepatuhan Terhadap Perjanjian
Internasional dalam Perspektif Islam.” Jurnal Hubungan Internasional 4, no. 2 (2015): 162–
70. https://journal.umy.ac.id/index.php/jhi/article/view/2244.
Brett, Jeanne, dan Leigh Thompson. “Negotiation.” Organizational Behavior and Human
Decision Processes 136 (2016): 68–79. doi:10.1016/j.obhdp.2016.06.003.
Nadzir_di_kabupaten_Gowa_Sulawesi_Selatan/links/59f2f128a6fdcc1dc7bb3393/Pembe
rdayaa.
HS, Hairus Salim, Najib Kailani, dan Nikmal Azekiyah. Politik Ruang Publik Sekolah (Negosiasi dan
Resistensi di SMUN di Yogyakarta). Yogyakarta: Center for Religious and Cross-cultural
Studies UGM, 2011.
Junaidy, Abdul Basith. “Perang yang Benar dalam Islam.” Al-Daulah: Jurnal Hukum dan
Perundangan Islam 8, no. 2 (2018): 486–512.
http://repository.uinsby.ac.id/id/eprint/2018/1/Abdul Basith Junaidy_Perang yang benar
dalam Islam.pdf.
Kailani, Najib. “Kepanikan Moral dan Dakwah Islam Populer (Membaca Fenomena ‘Rohis’ di
Indonesia).” Analisis: Jurnal Studi Keislaman 11, no. 1 (2011): 16.
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/analisis/article/view/604.
Karim, Abdul. “Dakwah Melalui Media (Sebuah Tantangan dan Peluang).” At-Tabsyir: Jurnal
Komunikasi Penyiaran Islam 4, no. 1 (2016): 157–72.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/komunikasi/article/download/2911/2082.
Kasman, Suf. “Komunikasi Politik Nabi Muhammad SAW terhadap Perjanjian Hudaibiyah
(Analisis Surat Perjanjian Hudaibiyah dalam Perspektif Jurnalistik).” Jurnal Tabligh 20, no.
1 (2019): 1–20. doi:10.24252/jdt.v20i1.9528.
Kleef, Gerben A van, dan Stephane Cote. “Emotional Dynamics in Conflict and Negotiation
(Individual, Dyadic, and Group Processes).” Annual Review of Organizational Psychology
and Organizational Behavior 5 (2018): 437–64. doi:10.1146/annurev-orgpsych-032117-
104714.
Koadhi, Sudir, Moh Natsir Mahmud, dan Muliaty Amin. “Model Komunikasi Internasional
Perjanjian Hudaibiyah sebagai Metode Dakwah Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).”
Tasamuh 16, no. 2 (2018): 1–23. doi:10.20414/tasamuh.v15i2.209.
Lynette Jacobs. “Burke’s Dramatism Framework (A Lens to Analyse Bullying).” In Current
Business and Economics Driven Discourse and Education (Perspectives from Around the
World), 195–201. Sofia: Bulgarian Comparative Education Society, 2017.
https://eric.ed.gov/?id=ED574233.
Mohr, John W., Robin Wagner-Pacifici, Ronald L. Breiger, dan Petko Bogdanov. “Graphing the
Grammar of Motives in National Security Strategies (Cultural Interpretation, Automated
Text Analysis and The Drama of Global Politics).” Poetics 41 (2013): 670–700.
doi:10.1016/j.poetic.2013.08.003.
Mu’allim, Amir. “Ajaran-ajaran Purifikasi Islam menurut Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA)
Berpotensi Menimbulkan Konflik.” Harmoni (Jurnal Multikultural & Multireligius) 11, no. 3
(2012): 62–76. https://www.researchgate.net/profile/Mustaqim-
Pabbajah/publication/320628786_Pemberdayaan_Sosial-
Ekonomi_Sebagai_Strategi_Penanganan_Gerakan_Kegamaan_pada_Kasus_Jamaah_An-
Nadzir_di_kabupaten_Gowa_Sulawesi_Selatan/links/59f2f128a6fdcc1dc7bb3393/Pembe
rdayaa.
Novitasari, Latifah, Prayudi, dan Agung Prabowo. “Pentad Analisis pada Film Legend of The
Guardian.” Jurnal Komunikasi Aspikom 2, no. 4 (2015): 224–34.
doi:10.24329/aspikom.v2i4.73.
Nurcholish, Ahmad. “Islam dan Pendidikan Perdamaian.” Al-Ibrah: Jurnal Pendidikan dan
Keilmuwan Islam 3, no. 2 (2018): 115–44.
http://ejournal.stital.ac.id/index.php/alibrah/article/view/57.
Nurdiani, Partin. “Bulan Sura dalam Perspektif Islam.” Ibda’ (Jurnal Kebudayaan Islam) 11, no. 1
(2013): 111–18. doi:10.24090/ibda.v11i1.72.
Petronio, Sandra, dan Jeffrey T. Child. “Conceptualization and Operationalization (Utility of