Anda di halaman 1dari 3

IDENTIFIKASI MASALAH PELAYANAN

PADA SEKSI SARANA PRASARANA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKABUMI

(Tugas Individu H-13 PKP Angkatan II Tahun 2024)

12_ZETTA NUSANTARA PUTRA, S.E.


I. ANALISA MASALAH

Kondisi yang Diharapkan:

“Terpenuhinya kebutuhan sarana belajar mengajar bagi siswa pada Sekolah Menengah
Pertama Negeri di Kabupaten Sukabumi yang memadai”

Realita Saat Ini:

“Masih dibutuhkan banyak bangunan/ruang kelas yang baik sebagai sarana belajar mengajar
yang aman dan nyaman bagi siswa”

II. IDENTIFIKASI MASALAH (GAP)

“Masih banyak bangunan sekolah yang berada dalam kondisi rusak berat, sehingga tidak
dapat digunakan sebagai tempat belajar mengajar yang layak dan aman bagi siswa”

Dari identifikasi masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan pemerintah dalam hal
ini Dinas Pendidikan kepada Masyarakat belum dapat terpenuhi secara optimal, karena masih
banyak Masyarakat yang belum mendapatkan sarana belajar mengajar yang layak, aman, dan
nyaman. Untuk itu, permasalahan ini perlu segera dipecahkan agar tidak semakin
mengganggu terhadap kualitas siswa yang dihasilkan oleh sekolah.

III. PENYEBAB MASALAH

Banyaknya bangunan yang kondisinya rusak berat di luar jumlah yang wajar pada saat ini
diakibatkan oleh kurangnya pemeliharaan ringan yang seharusnya dilakukan oleh sekolah
pada saat Covid-19 menyerang. Pada tahun 2020 hingga tahun 2021, proses belajar mengajar
dilakukan secara daring, sehingga sangat minim warga sekolah datang ke sekolah. Hal ini
ternyata membawa efek negatif salah satunya adalah dengan luputnya perhatian pihak
sekolah terhadap bangunan sekolah, sehingga Ketika terjadi kebocoran kecil pada atap
sekolah, tidak langsung terdeteksi oleh pihak sekolah, padahal sekolah memiliki dana untuk
melaksanakan pemeliharaan ringan tersebut.

Dengan tidak dilaksanakannya pemeliharan oleh sekolah selama 2 tahun tersebut,


mengakibatkan saat ini banyak bangunan sekolah yang kondisi kuda-kuda kayunya sudah
lapuk karena kebocoran yang didiamkan dalam jangka waktu lama, sehingga saat ini
bangunan tersebut tidak layak untuk digunakan karena dapat mengancam keselamatan
warga sekolah, bahkan beberapa bangunan sudah ada yang ambruk.
IV. TEROBOSAN INOVASI SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN

Melihat kondisi kerusakan yang tidak lagi dalam kategori ringan, maka permasalahan ini tidak
lagi dapat diselesaikan hanya oleh pihak sekolah saja, melainkan harus diselesaikan oleh pihak
Dinas Pendidikan. Tingkat kerusakan sedang bahkan berat, membutuhkan anggaran
perbaikan yang cukup besar untuk setiap ruangan yang rusak. Untuk melaksanakan hal ini,
mengingat keterbatasan anggaran Pemda, maka dibutuhkan inovasi baru yang dapat
membantu Pemda, dalam hal ini Dinas Pendidikan, dalam memecahkan masalah di atas. Salah
satu cara yang selama ini biasanya dilakukan untuk menambah anggaran di bidan Pendidikan,
yaitu dengan pengajuan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan dari Kementrian Pendidikan,
namun hal ini dinilai belum optimal karena masih adanya gap yang besar antara pengajuan
Dinas dengan anggaran yang disetujui oleh Kementrian Pendidikan dan Bappenas. Untuk itu,
dalam pengajuan Dana Alokasi Khusus ini dibutuhkan sebuah terbosoan baru yang
diharapkan dapat meningkatkan Tingkat persetujuan anggaran dari Kementrian Pendidikan
dan Bappenas.

Sebagai terobosan baru, pada saat pendataan kebutuhan sekolah dan updating data pada
aplikasi Dapodik, tidak lagi dilakukan sendiri oleh masing-masing sekolah pada saat yang
bersamaan, namun dilakukan secara bertahap langsung oleh Tim yang dibentuk oleh Seksi
Sarpras SMP. Tim ini akan mengumpulkan beberapa sekolah pada satu waktu yang sama agar
identifikasi kondisi dan kebutuhan sekolah dapat dilakukan secara penuh dan terukur.
Sehingga tidak akan terjadi kekurangan data atau dokumen saat pengajuan DAK Bidang
Pendidikan dilakukan. Hal ini tentu membutuhkan lebih banyak waktu dibandingkan metode
yang sebelumnya dilakukan. Jumlah sekolah yang diajukan sebagai penerima DAK pun relatif
sedikit jika dibandingkan dengan jumlah sekolah yang diajukan pada metode sebelumnya.
Namun, metode baru ini diharapkan dapat meningkatkan persentase persetujuan anggaran
yang cukup signifikan dibandingkan metode sebelumnya. Sebagai contoh, pada metode
sebelumnya di tahun 2023, diajukan sebanyak 200 SMP untuk mendapatkan DAK Bidang
Pendidikan Tahun 2024, namun hanya sebanyak 26 sekolah yang disetujui. Dengan metode
baru ini, pengajuan sekolah hanya sekitar 50 sekolah, namun dengan data dan dokumen yang
sudah sesuai dengan persyaratan, diharapkan Tingkat persetujuan anggaran dapat mencapai
90% atau sekitar 45 sekolah. Terobosan ini diharapkan secara bertahap dapat menyelesaikan
permasalahan yang diajukan dengan waktu yang tidak terlalu lama.

Sukabumi, 18 April 2024


Peserta PKP,

ZETTA NUSANTARA PUTRA, S.E.


NIP. 19851031 200902 1 001

Anda mungkin juga menyukai