LOGISTIK
KESEHATAN
i
UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Ketentuan Pidana
Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat
miliar rupiah).
ii
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si
MANAJEMEN
LOGISTIK
KESEHATAN
iii
Manajemen Logistik Kesehatan
iv
KATA PENGANTAR
v
Buku Teks Manajemen Logistik Kesehatan ini masih perlu
dilengkapi pada setiap tatap muka di kelas, melalui diskusi dari
berbagai literatur lain yang sesuai. Semoga Buku Teks ini ber-
manfaat bagi mahasiswa yang mempelajari Manajemen Logistik
Kesehatan.
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
BAB 1
PARADIGMA SEHAT DAN ARAH KEBIJAKAN
BIDANG LOGISTIK KESEHATAN INDONESIA 1
Paradigma dan Konsep Baru tentang Sehat 2
Paradigma Sehat 3
Upaya Kesehatan Saat Ini 6
Kebijakan Kesehatan “Baru” 7
Implikasi Perubahan Paradigma 8
Indikator Kesehatan 9
Tenaga Kesehatan 10
Pemberdayaan Masyarakat 11
Kesehatan dan Komitmen Politik 11
Dasar Pembangunan Kesehatan 13
Isu Strategis 14
Visi Misi Indonesia Sehat 2010 17
Indonesia Sehat 2010 18
Misi 18
Kebijakan Umum dan Strategi Pembangunan Kesehatan 20
Sasaran 20
Strategi 27
Pembangunan Kesehatan Periode Nawa Cita 37
Aksesibilitas Serta Mutu Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan 39
Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi
dan Kerangka Kelembagaan 41
Arah Kebijakan dan Strategi Nasional 41
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan 42
Daftar Pustaka 44
BAB 2
TINJAUAN UMUM TENTANG FUNGSI-FUNGSI
MANAJEMEN DAN LOGISTIK 45
vii
Konsep Dasar Manajemen 45
Fungsi –Fungsi Manajemen 47
Fungsi Perencanaan (Planning) 47
Langkah-Langkah Perencanaan 48
Fungsi Pengorganisasian (Organizing) 52
Fungsi Pengarahan/Penggerakan/Pelaksanaan (Actuating) 54
Fungsi Pengawasan (Controlling) 57
Fungsi Evaluasi 59
Prinsip-Prinsip Manajemen 61
Sejarah Logistik 62
Sejarah Logistik di Dunia Kemiliteran 62
Sejarah Logistik Saat Perang Troya dan Yunani 62
Transportasi dan Logistik 63
Sejarah Logistik di Era Industri 64
Pengertian Manajemen Logistik Menurut Para Ahli 64
Konsep Dasar Manajemen Logistik 65
Peranan, Tanggung Jawab Serta Sasaran Logistik 67
Tujuan Manajemen Logistik 67
Aktivitas - Aktivitas Logistik 68
Komponen-Komponen Manajemen Logistik 68
Fungsi Manajemen Logistik 73
Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan 73
Fungsi Penganggaran 74
Fungsi Pengadaan 75
Fungsi Penerimaan dan Penyimpanan 75
Fungsi Penyaluran 76
Fungsi Penghapusan 76
Fungsi Pengendalian/Pengawasan 77
Manajemen Persediaan 77
Fungsi Persediaan 78
Metode Pengendalian Persediaan 78
Metode Pengendalian Analisis ABC 80
Analisis ABC Indeks Kritis 85
Kelebihan dan Kekurangan Metode Analisis ABC 86
Daftar Pustaka 87
viii
BAB 3
PENGELOLAAN LOGISTIK OBAT 90
Konsep Pengelolaan Logistik Obat 90
Tujuan Utama Pengelolaan Obat 91
Kegiatan Logistik Obat 92
Perencanaan 92
Permintaan dan Penerimaan 93
Penyimpanan 94
Penyimpanan 96
Pengaturan Tata Ruangan 96
Penyusunan Stok Obat 98
Pencatatan dan Kartu Stok Obat 99
Pencatatan dan Kartu Stok Induk 101
Pengamatan Mutu Obat 103
Tanda-Tanda Perubahan Mutu Obat 103
Tindak Lanjut Terhadap Obat yang Terbukti Rusak 104
Pendistribusian 104
Pencatatan Harian Pengeluaran Obat 109
Pengendalian Persediaan 110
Pelayanan Obat 112
Pencatatan dan Pelaporan 114
Indikator Pengelolaan Obat 114
Indikator Pengelolaan Obat Kabupaten / Kota 117
1. Indikator Alokasi Dana Pengadaan Obat 119
2. Indikator Prosentasi Alokasi Dana Pengadaan Obat 120
3. Indikator Biaya Obat Per Penduduk 121
4. Indikator Biaya Obat Per Kunjungan Kasus Penyakit 123
5. Indikator Biaya Obat Per Kunjungan Resep 124
6. Indikator Kesesuaian Item Obat yang Tersedia
dengan DOEN 126
7. Indikator Kesesuaian Ketersediaan Obat dengan Pola
Penyakit 127
8. Indikator Tingkat Ketersediaan Obat 128
9. Indikator Ketetapan Perencanaan 129
10. Indikator Prosentase dan Nilai Obat Kadaluarsa 131
11. Indikator Prosentase dan Nilai Obat Rusak 132
12. Prosentase Penyimpanan Jumlah Obat
yang Didistribusikan 133
ix
13. Indikator Prosentase Penyimpanan Jumlah Obat
yang Didistribusikan 134
14. Indikator Rata-Rata Waktu Kekosongan Obat 135
15. Indikator Prosentase Penggunaan Antibiotik pada Diare 137
16. Indikator Prosentase Penggunaan Antibiotik pada ISPA 138
17. Indikator Prosentase Penggunaan Antibiotik pada
Myalgia 139
18. Indikator Polifarmasi 140
19. Indikator Prosentase Obat yang Tidak Diresepkan 141
20. Indikator Ketetapan Waktu Pengiriman LPLPO 142
Glosarium 143
Daftar Pustaka 143
BAB 4
PENGELOLAAN LOGISTIK OBAT PUSKESMAS 146
Pengelolaan Penyediaan Obat Pada Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama/Puskesmas 146
Mempersiapkan Gudang Obat 147
Menyiapkan Gudang di Fasilitas Kesehatan 148
Mengatur Persediaan Obat 154
Mengatur Obat dan Persediaan di dalam Gudang 155
Membuat Catatan Persediaan yang Akurat 162
Menerima Pembayaran 166
Glosarium 166
Daftar Pustaka 167
BAB 5
PENYIMPANAN DAN GUDANG 168
Gudang dan Penyimpanan 168
Warehouse Management System 168
Pergudangan (Warehousing) 169
Syarat-syarat Gudang (Sesuai dengan GMP) 170
Kapasitas Gudang 171
Manajemen Pergudangan 171
Efisiensi Gudang 171
Indeks Efisiensi Gudang 172
Meningkatkan Efisiensi 174
Faktor yang Berpengaruh pada Pembuatan Desain Gudang 175
Definisi dan Fungsi Gudang 179
x
Tata Letak Gudang 181
Material Handling 186
Teori Antrian 190
Metode First In First Out (FIFO) 191
Mesin Pemindah Bahan 192
Penyimpanan Obat dan Perbekalan Kesehatan 195
Pengaturan Tata Ruang 195
Penyusunan Stok Obat 197
Pencatatan Stok Obat 198
Pengamatan Mutu Obat 200
Penyimpanan 201
Tujuan Penyimpanan 201
Metode Penyimpanan 202
Tempat Penyimpanan 202
Kondisi penyimpanan 203
Faktor-faktor Lain yang Perlu Diperhatikan
dalam Penyimpanan 204
Pengendalian Serangga/Hewan Pengganggu 204
Fasilitas Penyimpanan 204
Sumber Daya Manusia 205
Pengelolaan Stok 205
Dokumentasi 207
Pengelolaan Dokumen 207
Penyimpanan Dokumen 207
Daftar Pustaka 208
BAB 6
PENGELOLAAN LOGISTIK HORMONAL
DAN ALAT KONTRASEPSI 209
Kontrasepsi Hormonal Pil (Oral) 209
Macam-Macam Pil KB 210
Keuntungan Kontrasepsi Oral (Pil) 211
Efek Samping yang Ditimbulkan Kontrasepsi Oral (Pil) 211
Suntikan KB 212
Mekanisme Kerja Suntikan KB 212
Keuntungan Suntikan KB 212
Kerugian Suntikan KB 213
Kapan Suntikan KB dapat Diberikan? 213
Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) 214
xi
Mekanisme Kerja AKDR Sebagai Alat Kontrasepsi 214
Cara Pemasangan AKDR 215
Mekanisme Kerja Lokal AKDR 215
Keuntungan AKDR 216
Kerugian AKDR 216
Kapan Waktu untuk Memasang AKDR? 216
Kapan AKDR Tidak dapat Dipasang? 217
Teknik Pemasangan AKDR 217
Komplikasi Pemasangan Lippes Loop 218
Implan atau Susuk KB 221
Teknik Pemasangan Susuk KB 221
Mekanisme Kerja Susuk KB 222
Keuntungan Implant 222
Kerugian Implant 222
Pencabutan Susuk KB Sebelum Waktunya 222
Pencabutan Susuk KB 223
Pencabutan Susuk KB dengan ”Teknik Tusuk” (Ma) 224
Tahap Desinfektan 224
Tahap Insisi Luka Tempat Pencabutan 225
Tahap Pencabutan Susuk KB 225
Penutupan Luka Insisi 226
Keuntungan Pencabutan Susuk KB dengan Teknik
Tusuk (Ma) 226
Kesulitan Susuk KB dengan Teknik Tusuk (Ma) 226
Daftar Pustaka 227
BAB 7
MANAJEMEN PEMELIHARAAN LOGISTIK
KESEHATAN 228
Manajemen Pemeliharaan 228
Manfaat Manajemen Pemeliharaan 228
Fungsi Manajemen Pemeliharaan 228
Perencanaan Pemeliharaan 229
Perencanaan Kebutuhan dan Pengadaan Alat/ Barang 229
Penjadwalan 232
Perawatan/Pemeliharaan 233
Sumberdaya 233
Pelaksanaan Pemeliharaan 233
Jenis- jenis Pemeliharaan 234
xii
Standarisasi Alat/ Standar Operasional Prosedur (SOP) 238
Anggaran atau Biaya Pemeliharaan 240
Sumberdaya Manusia 242
Pengetahuan/keterampilan sumber daya manusia 242
Pendidikan dan Pelatihan 244
Pemanfaatan Alat Kesehatan di Rumah Sakit 246
Daftar Pustaka 247
BAB 8
INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 249
Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit 250
Instalasi Farmasi Rumah Sakit 252
Obat 253
Pasien Rawat Inap 259
Order Obat untuk Penderita Rawat Tinggal 260
Jenis Sistem Distribusi Obat untuk Pasien Rawat Tinggal 261
Persyaratan Sistem Distribusi Obat untuk Pasien
Rawat Tinggal 261
Fungsi Manajemen Logistik Rumah Sakit 262
Fungsi Perencanaan 263
Fungsi Penganggaran 265
Fungsi Pengadaan 266
Fungsi Penyimpanan 268
Fungsi Penyaluran (Distribusi) 269
Fungsi Penghapusan 269
Fungsi Pengendalian 271
Peran Logistik Rumah Sakit 271
Daftar Pustaka 273
BAB 9
LOGISTIK BENCANA DAN MEDIS 275
Proses Manajemen Logistik dan Peralatan 276
Perencanaan/Inventarisasi Kebutuhan 277
Pengadaan atau Penerimaan 277
Pergudangan dan Penyimpanan 279
Pendistribusian 279
Pengangkutan 280
Jenis Pengangkutan 280
Logistik Medis 282
xiii
Penerimaan Barang Logistik Medik 289
Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan untuk
Mempersiapkan Logistik Medis 292
Persediaan Logistik Medis (New Emergency Health Kit-
Who 1998 /NEHK1998) 293
Sumber Logistik Medik 294
Daftar Pustaka 294
BAB 10
MANAJEMEN LOGISTIK LINEN DAN LAUDRY 296
Perencanaan 297
Penganggaran 298
Pengadaan 299
Prosedur Pengambilan dan Pendistribusian Cucian 299
Prosedur Pengambilan 299
Proses Pendistribusian 300
AIR untuk Pencucuian Linen 301
Kerugian Air Sadah 302
Proses Pencucian Linen 302
Flush 302
Break 303
Prewash 303
Main Wash 303
Rinse 303
Intermediate Extract 304
Final Rinse 304
Extract 304
Warna Pakaian 304
Penyimpanan Linen 304
Daftar Pustaka 305
INDEKS 307
PROFIL PENULIS 310
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR TABEL
xvi
BAB 1
PARADIGMA SEHAT
DAN ARAH KEBIJAKAN
BIDANG LOGISTIK KESEHATAN
INDONESIA
Paradigma Sehat
Kebijakan upaya pelayanan kesehatan senantiasa berubah
sesuai dengan pemahaman dari pembuat kebijakan tentang peran
kesehatan sebagai modal dasar “human capital” yang sangat
penting untuk tercapainya kemandirian dan ketahanan bangsa
yang sangat penting agar supaya mampu bersaing dalam era glo-
balisasi.
Disamping dalam pemahaman tersebut di atas, ada bebera-
pa faktor lain yang mendorong perlunya paradigma sehat:
Pelayanan kesehatan yang berfokus kepada orang sakit
ternyata tidak efektif.
Konsep sehat mengalami perubahan, dimana dalam arti
sehat termasuk dalam unsur sehat produktif secara sosial
dan ekonomis.
Dalam transisi epidemiologi dari penyakit menular ke
penyakit kronik degeneratif, dimana untuk mencegahnya
sangat diperlukan perubahan perilaku.
Adanya transisi demografi, meningkatnya jumlah pendu-
duk lanjut usia yang memerlukan pendekatan yang berbe-
da dalam penanganan.
Indikator Kesehatan
Sementara itu sekarang ini mulai dipertanyakan apakah
indikator yang digunakan seperti IMR, CDR, Live Expectancy
masih cocok disebut indikator kesehatan penduduk. Untuk dapat
menilai berapa banyak penduduk yang sehat, tidak mudah bila
menggunakan angka kematian dan angka kesakitan penduduk.
Untuk dapat mengukur status angka penduduk yang tepat, perlu
digunakan indikator positif (sehat), dan bukan hanya indikator
negatif (sakit, mati) yang dewasa ini masih dipakai. WHO me-
nekankan agar sebagai indikator kesehatan positif dan konsep
holistik menekankan pada enam hal dibawah ini; a) melihat
tidaknya patofisiologi pada seseorang, b) mengukur kemampuan
fisik seseorang seperti aerobic, ketahanan, kekuatan dan kelen-
turan sesuai dengan tingkat umur, c) penilaian atas kesehatan
sendiri, d) Indeks masa tubuh (BMI), e) kesehatan mental dan
kesehatan spiritual. Dewasa ini mulai dipertanyakan keterkai-
tan antara IMR yang rendah dengan bayi sehat penelitian di
Afrika ditemukan bahwa 26% bayi yang terselamatkan (tidak
mati) ternyata cacat.
Demikian halnya dengan peningkatan umur harapan hidup.
WHO menegaskan bahwa peningkatan umur harapan hidup itu
10 | Manajemen Logistik Kesehatan
Tenaga Kesehatan
Peranan dokter, dokter gigi perawat dan bidan, dalam
upaya kesehatan yang menekankan pengobatan penyakit, adalah
sangat penting. Mereka semua merupakan tulang punggung
palayanan medis di Indonesia. Namun untuk pengelolaan pela-
yanan kesehatan dan pembinaan bangsa yang sehat, tenaga kese-
hatan yang ada tersebut ternyata tidak cukup membina keseha-
tan masyarakat membutuhkan pendekatan holistik yang luas,
dan menyeluruh, dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif,
tidak individual. Intervensi yang utama antara lain adakah mem-
bina lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup
sehat, menggalakkan upaya promotif, preventif, memperbaiki
dan meningkatkan pelayanan kesehatan agar lebih efektif dan
efisien, menyusun dan mendukung perundang-undangan yang
mendukung terciptanya upaya pembinaan kesehatan bangsa.
Untuk menangani beberapa kegiatan tersebut diatas, disamping
tenaga kesehatan yang telah ada diperlukan pula tenaga keseha-
tan yang memiliki wawasan, ketrampilan dan ilmu pengetahuan
yang berbeda, dengan dokter, dokter gigi, bidan dan perawat.
Tenaga tersebut harus dapat bekerjasama dan saling melengkapi
dengan tenaga kesehatan yang ada. Tenaga kesehatan yang di-
maksud adalah tenaga Psikologi, Sosial, dan juga Sarjana Kese-
hatan Masyarakat (SKM).
Tenaga kesehatan ini harus mampu mengajak dan memoti-
vasi dan memberdayakan masyarakat, mampu melibatkan kerja-
sama lintas sektoral, mampu mengelola sistem pelayanan kese-
hatan secara efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin,
pelopor, dan teladan hidup sehat, tenaga kesehatan tersebut
harus berwawasan menciptakan bangsa yang sehat, bukan seke-
dar penyembuhan penyakit. Membina dan meningkatkan kese-
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 11
Pemberdayaan Masyarakat
Dalam membina dan menciptakan bangsa yang sehat,
memberdayakan masyarakat menjadi sangat penting. Bukankah
masyarakat juga mempunyai hak dan kewajiban untuk memeli-
hara kesehatan? Bukankah kesehatan itu pada dasarnya bukan-
lah komoditi yang bisa djual belikan ataupun yang bisa dilaya-
nan dari seorang kepada orang lain? Dalam menangani penyakit
kronis-degeneratif, AIDS dan kecelakaan erat berkaitan dengan
perilaku dan pola hidup. Disini jelas sekali bahwa perilaku pola
hidup hanya bisa dirubah oleh masyarakat sendiri. Menciptakan
lingkungan hidup yang sehat yang memungkinkan masyarakat
dapat sehat juga hanya bisa dengan partisipasi aktif dengan
masyarakat. Pada dasarnya dengan peran aktif masyarakat
dengan memberdayakan akan diciptakan masyarakat yang sehat,
masyarakat yang dapat terhindar dari penyakit.
Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang
sangat penting adalah bagaimana memberdayakan dan menggai-
rahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan bertanggungjawab
atas kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana
dan daya yang ada pada mereka.
Isu Strategis
Setelah dilakukan analisa situasi kesehatan masyarakat,
masalah, kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman maka
dapat disintesakan bahwa isu strategis yang dihadapi adalah:
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 15
Misi
Untuk dapat mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010 dite-
tapkan 4 misi pembangunan kesehatan sebagai berikut;
Sasaran
Lingkungan Sehat
Meningkatnya secara bermakna jumlah wilayah/kawasan
sehat, tempat-tempat umum sehat, tempat pariwisata sehat, tem-
pat kerja sehat, rumah dan bangunan shat, sarana sanitasi, sarana
air minum, sarana pembuangan limbah, lingkungan sosial terma-
suk pergaulan sehat dan keamanan lingkungan, serta berbagai
standard dan peraturan perundang-undangan yang mendukung
terwujudnya lingkungan sehat.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 21
Upaya kesehatan
Meningkatnya secara bermakna jumlah sarana kesehatan
yang bermutu, jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan,
penggunaan obat generik dalam pelayanan kesehatan, pengguna
obat secara rasional, pemanfaatan pelayanan promotif-preventif,
biaya kesehatan yang dikelola secara efektif serta ketersediaan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
Derajat Kesehatan
Meningkatkan secara bermakna umur harapan hidup,
menurunnya angka kematian bayi dan ibu, menurunnya angka
kesakitan beberapa penyakit penting, menurunnya angka keca-
catan dan ketergantungan serta meningkatkan status gizi masya-
rakat, menurunnya angka mortalitas.
Kebijakan
Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan
melandaskan pada daasar-dasar tersebut diatas, maka penyeleng-
garaan upaya kesehatan perlu memperhatikan kebijakan umum
yang dikelompokkan sebagai berikut:
rakat terutama pada bayi, anak balita dan wanita hamil, melahir-
kan dalam masa nifas, melalui upaya peningkatan hidup sehat,
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengo-
batan penyakit dan rehabilitasi. Prioritas utama diberikan kepada
penanggulangan penyakit menular dan wabah yang cenderung
meningkat.
Perhatian yang lebih besar diberikan untuk mewujudkan
produktifitas kerja yang tinggi, melalui berbagai upaya pelaya-
nan kesehatan kerja termasuk perbaikan gizi dan kebugaran jas-
mani tenaga kerja serta upaya kisaran lain yangh menyangkut
lingkungan kerja dan lingkungan pemukiman, terutama bagi
penduduk yang tinggal didaerah kumuh.
Peningkatan upaya kesehatan dilakukan dengan mengga-
lang kemitraan sektor swasta dan potensi masyarakat. Pening-
katan upaya kesehatan sektor pemerintah lebih diutamakan pada
pelayanan yang berdampak luas terhadap kesehatan masyarakat.
Sedangkan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat pe-
nyembuhan dan pemulihan penyakit terutama dipercayakan pada
swasta.
Pelayanan kesehatan dasar yang diselenggarakan melalui
puskesmas, pukesmas pembantu, bidan di desa dan upaya pela-
yanan kesehatan swasta di tingkat pemerataan dan untungnya.
Begitu pula pelayanan kesehatan, rujukan yang diselenggarakan
oleh rumah sakit milik pemerintah maupun swasta.
Peningkatan pemerintah dilakukan melalui penempatan
bidan di desa, pengembangan puskesmas yang sudah ada mem-
bangun puskesmas pembantu lengkap dengan pelayanannya.
Peningkatan kualitas dilakukan melalui pelaksanaan jaminan
mutu oleh puskesmas dan rumah sakit.
Strategi
Profesionalisme
Profesionalisme dilaksanakan melalui kemajuan
IPTEK, serta penerapan melalui moral dan etika. Untuk
terselenggaranya pelayanan yang bermutu, perlu didukung
oleh penerapan pelbagai kemajuan ilmu dan teknologi
kedokteran. Untuk terwujudnya pelayanan kesehatan yang
seperti ini, jelaslah pengembangan sumber daya manusia
kesehatan dipandang mempunyai peran yang amat pen-
ting. Pelayanan kesehatan professional tidak akan terwu-
jud apabila tidak didukung oleh tenaga pelaksana, yakni
sumber daya kedokteran yang mengikuti perkembangan
ilmu dan teknologi.
Lebih daripada itu, untuk terselenggaranya pelaya-
nan kesehatan, yang bermutu, perlu pula didukung oleh
penerapan nilai-nilai moral dan etika profesi yang tinggi.
Untuk terwujudnya pelayanan kesehatan yang seperti ini,
semua tenaga kesehatan perlu menjunjung tinggi sumpah
dan kode etik profesi, yang dalam pelaksanaannya dipan-
tau secara berkala, bekerjasama dengan pelbagai organisa-
si profesi.
Untuk terselenggaranya strategi profesionalisme,
akan dilaksanakan penentuan standar kompetisi, bagi tena-
ga kesehatan, pelatihan berdasarkan kompetisi, akreditasi
dan legalasi tenaga kesehatan, serta kegiatan kualitas lain-
nya, faktor penentu keberhasilan kegiatan ini mencakup:
Desentralisasi
Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan, penye-
lenggaraan pelbagai upaya kesehatan harus berangkat dari
masalah dan potensi spesifik masing-masing daerah.
Desentralisasi yang ini pokoknya adalah pendelegasian
wewenang yang besar untuk mengatur sistim pemerinta-
han dan rumah tangga sendiri tersebut, memang dipandang
lebih sesuai untuk pengelolaan pelbagai pembangunan na-
sional pada masa mendatang. Tentu saja untuk keberha-
silan desentralisasi ini pelbagai persiapan perlu dilakukan,
34 | Manajemen Logistik Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
45
46 | Manajemen Logistik Kesehatan
Langkah-Langkah Perencanaan
1) Analisis Situasi
Merupakan langkah pertama dalam proses penyusunan
perencanaan. Langkah ini dilakukan dengan analisis data la-
poran yang dimiliki oleh organisasi (data primer) atau meng-
kaji laporan lembaga lain (data sekunder) yang datanya dibu-
tuhkan, observasi, dan wawancara. Agar mampu melaksana-
kan analisis situasi dengan baik, manajer dan staf sebuah
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 49
Fungsi Evaluasi
Evaluasi Merupakan pengukuran terhadap akibat yang
ditimbulkan dari dilaksanakannya suatu program dalam menca-
pai tujuan yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).
60 | Manajemen Logistik Kesehatan
Prinsip-Prinsip Manajemen
3. Dicipline (disiplin)
Suasana tertib dan teratur, tunduk, patuh dan taat pada
norma, peraturan, dan ketentuan dengan ikhlas dan sedang
hati tanpa paksaan.
8. Centralization (sentralisasi)
Disentralisasikan atau didesentralisasikan kepada unit-
unit tergantung situasi dan kondisi – yang memberikan hasil
yang lebih baik.
Sejarah Logistik
Istilah logistik berasal dari bahasa Yunani “logos” yang
berarti rasio, kata, kalkulasi, alasan, pembicaraan, orasi. Sedang-
kan dalam kamus Oxford logistik didefinisikan sebagai salah
satu cabang ilmu militer yang berhubungan dengan pengadaan,
pemeliharaan serta pengiriman material, personil dan fasilitas.
Definisi lain pada kamus Oxford dari logistik yakni pemindahan
tempat sumber daya berdasarkan waktu.
Martin
Proses yang secara strategic mengatur pengadaan bahan
(pembelian, perpindahan dan penyimpanan bahan, komponen,
dan penyimpanan barang jadi (dan informasi terkait) melalui
organisasi dan jaringan pemasarannya dengan cara tertentu se-
hingga keuntungan dapat dimaksimalkan baik untuk jangka
waktu sekarang maupun waktu mendatang melalui pemenuhan
pesanan dengan biaya yang efektif.
Bowerex (2002:13)
logistik merupakan proses pengelolaan yang strategis ter-
hadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang dan
barang jadi dari para suplaier, di antara fasilitas-fasilitas perusa-
haan dan kepada para langganan.
Lukas Dwiantara
logistik didefinisikan sebagai segala sesuatu atau benda
yang berwujud dan dapat diperlakukan secara fisik (tangible),
baik yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan pokok
maupun kegiatan penunjang (administrasi).
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 65
Subagya: 1994
Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan
atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan ke-
butuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan
serta penghapusan material/alat- alat.
Bowersox: 1995
Manajemen logistik adalah proses pengelolaan yang stra-
tegis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cada-
ng dan barang jadi dari para suplier, di antaranya fasilitas-fasi-
litas perusahaan dan kepada para pelanggan.
1) Tujuan operasional
Tujuan operasional adalah tersedianya barang dalam
jumlah yang tepat dan mutu yang baik pada saat dibutuhkan.
2) Tujuan Keuangan
Tujuan keuangan adalah tercapainya tujuan operasional
yang serendah-rendahnya.
3) Tujuan keamanan
Tujuan keamanan adalah tercapainya persediaan yang
tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan
tanpa hak, pencurian, dan penyusutan yang tidak wajar lain-
nya, serta nilai persediaan yang sesungguhnya dapat tercer-
min di dalam sistem akuntansi.
68 | Manajemen Logistik Kesehatan
2. MANAGEMENT ACTION
1) Planning
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 69
2) Implementation
3) Control
3. LOGISTIC MANAGEMENT
LOGISTIC MANAGEMENT
1/4/2011
1. RAW
MATERIAL
2. IN
SUPPLIER PROCCESS CUSTUMER
INVENTORY
3. FINISHED
GOOD
4. LOGISTIC ACTIVITIES
1) Costumer Service
2) Demand Forecasting
3) Inventory Management
4) Material Logistic
5) Logistic communication
6) Order Proceccing
7) Packaging
8) Part and Service Support
9) Plant and Warehouse Site Selection
10) Procurement
11) Reverse Logistic
12) Traffic and Transpotation
13) Warehouse and Storage
5. OUTPUT LOGISTIK
1) Competitive Advantage
2) Marketing Orientation And Operational Efficiencies And
Efectiveness
3) Time And Place Utility
70 | Manajemen Logistik Kesehatan
Productivity advantage
Biasanya makin besar volume produksi suatu barang, bia-
ya per satuan barang akan makin kecil karena fixed cost dibagi
lebih merata dengan angka pembagi yang lebih besar. Sedang-
kan variable cost per satuan barang akan tetap, sehingga total
cost per satuan barang akan mengecil. Oleh karena itu, kenaikan
market share akan menaikkan volume produksi dan selanjutnya
akan menurunkan biaya produksi per satu satuan barang. Namun,
cara menurunkan biaya produksi tidak hanya dengan menaikkan
market share, tetapi dapat juga dengan menurunkan biaya logis-
tik.
Value advantage
Sudah menjadi semacam axioma dalam marketing mana-
gement bahwa konsumen tidak membeli “barang” (product)
tetapi mereka membeli “faedah atau keuntungan tertentu” (bene-
fit). Oleh karena itu, bila perusahaan tidak mampu membedakan
produknya dengan produk kompetitornya, maka barang atau
produknya akan menjadi “barang komoditas” biasa dan konsu-
men akan cenderung membeli jenis barang tersebut yang harga-
nya paling murah. Untuk mendapatkan value advantage ini,
maka perusahaan harus menciptakan nilai tertentu dan biasanya
harus dilakukan pada suatu segmen pasar tertentu.
Dalam prakteknya, perusahaan-perusahaan yang sukses –
tanpa perduli berskala kecil, menengah, dan besar - ternyata
terus menerus berusaha mencari posisi dalam pasar berdasarkan
kedua-dua advantage itu, yaitu productivity advantage dan value
advantage. Opsi-opsi yang tersedia dalam hubungan antara
value advantage dan productivity advantage adalah seperti
72 | Manajemen Logistik Kesehatan
Perencanaan dan
penentuan kebutuhan
penghapusan penganggaran
Pengedalian/
pengawasan
pemeliharaan pengadaan
a) Metode Konsumsi
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi dida-
sarkan pada real konsumsi perbekalan farmasi periode yang
lalu dengan penyesuaian dan koreksi.
b) Metode Morbiditas/Epidemiologi
Perhitungan kebutuhan dengan metode morbiditas dida-
sarkan pada jumlah kebutuhan perbekalan farmasi yang digu-
nakan untuk beban kesakitan yang harus dilayani. Metode
morbiditas adalah perhitungan kebutuhan perbelakalan far-
masi berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunju-
ngan, dan waktu tunggu (lead time).
c) Metode Kombinasi
Kombinasi antara metode konsumsi dengan morbiditas
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Perencanaan bia-
sanya dilakukan bulanan atau mingguan untuk mengendali-
kan persediaan dan temapat distribusi (Bowersox, 2004).
Fungsi Penganggaran
Penganggaran terdiri dari kegiatan-kegiatan dan usaha-
usaha untuk perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala
standar yakni mata uang dan jumlah biaya dengan memperhati-
kan pembatasan yang berlaku terhadapnya. Anggarannya
umumnya dipakai dalam periode satu tahun dan merupakan ope-
rasional dari institusi yang berisi ramalan pendapatan yang akan
diterima dan pengeluaran yang tejadi pada tahun mendatang.
Fungsi penganggaran adalah menyangkut kegiatan-kegiatan dan
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 75
Fungsi Pengadaan
Fungsi pengadaan adalah usaha-usaha dan kegiatan-kegia-
tan untuk memenuhi kebutuhan operasonal yang telah ditetap-
kan di dalam fungsi perencanaan, penentuan kebutuhan (dengan
peramalan yang baik), maupun penganggaran. Dalam pengadaan
dilakukan proses pelaksanaan rencana pengadaan tersebut.
Pelaksanaan dari fungsi pengadaan dapat dilakukan dengan
pembelian, pembuatan, penukaran ataupun penerimaan sumba-
ngan (Seto, 2004).
Menurut Kepmenkes No.1197/MENKES/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, pengadaan merupa-
kan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah diren-
canakan dan disetujui melalui pembelian, produksi dan sumba-
ngan/hibah. Pembelian dapat dilakukan secara tender oleh pani-
tia pembelian barang farmasi dan secara langsung dari pabrik/
distribusi/pedagang besar farmasi/rekanan.
Fungsi Penyaluran
Penyaluran atau pendistribusian merupakan salah satu
fungsi dalam manajemen logistik dimana dilakukan kegiatan pe-
ngurusan, penyelanggaraan dan pengaturan pemindahan barang
dari tempat penyimpanan ke tempat pamakain (user) sehingga
menjamin kelancaran pelayanan yang bermutu (Thaurani, 2008
dalam Rahmi 2013).
Kegiatan distribusi merupakan lanjutan dari proses pe-
nyimpanan. Menurut Subagya (1994), hal-hal yang perlu diper-
hatikan dalam pendistribusian barang, yaitu:
1. Ketepatan jenis dan spesifikasi logisik yang disampaikan;
2. Ketepatan barang logistik yang disampaikan;
3. Ketepatan jumlah logistik yang disampaikan;
4. Ketepatan waktu penyampaian;
5. Ketepatan tempat penyampaian;
6. Ketepatan kondisi logistik yang disampaikan.
Fungsi Penghapusan
Menurut Dirjen Bina kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kemenkes RI (2010), penghapusan merupakan kegiatan penye-
lesaian terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena
kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara
membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada pihak
terkait, sesuai dengan prosedur yang berlaku. Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (IFRS) harus membuat prosedur terdokumentasi
untuk mendeteksi kerusakan dan kadaluarsa perbekalan farmasi
serta penanganannya, IFRS harus diberi tahu setiap produk
perbekalan farmasi yang rusak, yang ditemukan oleh perawat
staf medik. Tujuan dari penghapusan adalah untuk menjamin
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 77
Fungsi Pengendalian/Pengawasan
Fungsi ini merupakan fungsi inti dari pengelolaan perleng-
kapan yang meliputi usaha untuk memonitor dan mengaman-
kan keseluruhan pengelola logistik. semua kegiatan dalam siklus
logistik harus selalu dilakukan pengawasan mulai dari fungsi pe-
rencanaan, penganggaran, pengadaan, penerimaan dan penyim-
panan, penyaluran, pemeliharaan, dan penghapusan. Menurut
Dirjend Bina kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI
(2010) tujuan pengendalian adalah agar tidak terjadi kelebihan
dan kekosongan perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan.
Manajemen Persediaan
Inventory atau persediaan merupakan simpanan material
yang berupa bahan mentah, barang dalam proses atau barang
jadi (Sumayang, 2003). Tujuan dari inventory control adalah
menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan
oleh karena itu hasil stock opname harus yang seimbang dengan
permintaan yang didasarkan atas satu kesatuan waktu tertentu
(Anief, 2001).
Manajemen persediaan baerusaha mencapai keseimbangan
diantara kekurangan dan kelebihan persediaan dalam suatu peri-
ode perencanaan yang mengandung risiko dan ketidakpastian.
Konsep yang ideal dari persediaan terdiri dari pengadaan suatu
produk yang sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Sistem yang
demikian tidak akan membutuhkan penumpukan bahan mentah
atau bahan jadi untuk mengantisipasi penjualan di masa depan.
Walaupun sistem ini tidak praktis, namun penting diingat bahwa
setiap rupiah yang diinvestasi dalam persediaan harus ditujukan
untuk mancapai suatu tujuan tertentu (Bowerox, 2004).
Menurut Assauri (2004), persediaan merupakan suatu
aktivitas yang meliputi baranpg-barang milik perusahaan dengan
maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang masih
dalam proses produksi. Adapun jenis-jenis persediaan, yaitu:
78 | Manajemen Logistik Kesehatan
a. Batch Stock
Batch Stock merupakan persediaan yang diadakan kare-
na kita membeli atau membuat bahan-bahan dalam jumlah
yang lebih besar dari pada jumlah yang dibutuhkan pada saat
itu.
b. Fluctution Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Bila ter-
dapat fluktuasi permintaanyang sangat besar maka persediaan
ini dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan
naik turunya permintaan tersebut.
c. Anticipation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diramalkan berdasarkan pola musi-
man yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi
penggunaan atau perjualan yang meningkat.
Fungsi Persediaan
Menurut Heizer dan Render (2010), persediaan dapat me-
layani beberapa fungsi bagi operasi perusahaan. Keempat fungsi
persediaan adalah sebagai berikut:
1. Decouple, Memisahkan beberapa tahapan dari proses pro-
duksi. Jika persediaan berfruktasi, persediaan tambahan
mungkin diperlukan untuk melakukan decouple proses
produksi dari pemasok.
2. Melakukan decouple perusahaan dari fruktuasi dan per-
mintaan dan menyediakan persedin barang-barang yang
akan memberikan pilihan bagi pelanggan.
3. Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pem-
belian dalam jumlah yang besar dan mengurangi biaya
pengiriman barang.
Melindungi terhadap inflasi dan kenaikan harga
Item Item
Item Kelas
Deskripsi Kelas Kelas
C
A B
Fokus perhatian
Utama Normal Cukup
manajemen
Pengendalian (Kontrol) Ketat Normal Longgar
Stock Pengaman Sedikit Normal Cukup
Akurasi Peramalan
Tinggi Normal Cukup
Kebutuhan
Perhitungan Inventori 1-3 bulan 3-6 bulan 6-12 bulan
(Heizer dan Render, 2010)
Kelebihan
1) Kontrol
Dengan menggunakan analisis ABC maka organisasi da-
pat mengkontrol persediaan dengan lebih baik.
2) Biaya
Karena analisis ABC berdasarkan Hukum Pareto, maka
organisasi dapat lebih memperhatikan biaya dari 20% barang
yang nilainya 80% dari total. Dengan begitu dapat direncanakan
untuk mengurangi biaya seperti misalnya dengan mengurangi
lead time, safety stock dan bernegosiasi harga supplier.
3) Meningkatkan pelayanan
Dengan analisis ABC maka organisasi dapat menyediakan
persediaan dengan jenis, jumlah, dan waktu yang tepat sehingga
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 87
Kekurangan
DAFTAR PUSTAKA
90
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 91
Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan
perbekalan kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam
rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Perencanaan dilaksa-
nakan oleh Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Keseha-
tan di Puskesmas. Data mutasi obat yang dihasilkan oleh Pus-
kesmas merupakan salah satu faktor utama dalam mempertim-
bangkan perencanaan kebutuhan obat tahunan. Dalam proses
perencanaan kebutuhan obat pertahun, Puskesmas diminta me-
nyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan LPLPO.
Selanjutnya UPOPPK yang akan melakukan kompilasi dan
analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas di wilayah kerjanya.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 93
1. Permintaan Rutin
Permintaan rutin dilakukan sesuai dengan jadwal yang
disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota untuk masing-
masing Puskesmas.
2. Permintaan Khusus
Permintaan Khusus dilakukan diluar jadwal distribusi rutin
apabila kebutuhan meningkat, menghindari kekosongan, pena-
nganan KLB, obat rusak dan kadaluarsa.
Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima
obat-obatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih
tinggi kepada unit pengelola di bawahnya. Petugas penerimaan
obat dalam hal ini wajib melakukan pengecekan terhadap obat-
94 | Manajemen Logistik Kesehatan
Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan me-
melihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima
pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan
fisik yang dapat merusak mutu obat.
Kegiatan penyimpanan meliputi:
1. Tablet
Adanya perubahan warna, bau atau rasa;
Adanya noda, bintik, lubang, sumbing, pecah, retak dan
atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab;
Kaleng atau botol rusak.
2. Kapsul
Perubahan warna isi kapsul;
Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan
lainnya.
3. Tablet salut
Pecah-pecah, terjadi perubahan warna;
Basah dan lengket satu dengan yang lainnya;
Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan
fisik.
4. Cairan
Menjadi keruh atau timbul endapan;
Konsistensi berubah;
Warna atau rasa berubah;
Botol-botol plastik rusak atau bocor.
5. Salep
Warna berubah;
96 | Manajemen Logistik Kesehatan
6. Injeksi
Kebocoran wadah (vial, ampul);
Terdapat partikel asing pada serbuk injeksi;
Larutan yang seharusnya jernih tampak keruh atau ada
endapan;
Warna larutan berubah.
Penyimpanan
Penyimpanan adalah: suatu kegiatan menyimpan dan me-
melihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima
pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan
fisik yang dapat merusak mutu obat.
Tujuan penyimpanan obat-obatan adalah untuk:
o Memelihara mutu obat;
o Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab;
o Menjaga kelangsungan persediaan;
o Memudahkan pencarian dan pengawasan.
1. Kemudahan bergerak
Untuk memudahkan bergerak maka gudang perlu ditata
sebagai berikut:
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 97
5. Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari penumpukan bahan-bahan yang mudah ter-
bakar seperti kardus, kartun dan lain-lain. Alat pemadan keba-
karan harus dipasang pada tempat yang mudah dijangkau dan
dalam jumlah yang cukup.
Penyusunan laporan;
Perencanaan pengadaan dan distribusi;
Pengendalian persediaan;
Untuk pertanggung jawaban bagi petugas penyimpanan
dan penyaluran;
Sebagai alat bantu kontrol bagi kepala unit pengelola
obat publik dan perbekalan kesehatan atau bendaha-
rawan obat.
4. Petunjuk pengisian
1) petugas penyimpan dan penyalur mencatat segala pene-
rimaan dan pengeluaran obat di kartu stok (formulir)
sesuai dengan apa yang tercantum dalam BAPPB,
dokumen bukti mutasi barang (DBMB) atau dokumen
lain yang jelas;
2) penyusunan obat disusun menurut ketentuan –ketentuan
sebagai berikut:
o obat dalam jumlah besar (bulk) disimpan di atas
pallet atau diganjal kayu secara rapi, teratur dengan
memperhatikan tanda-tanda khusus (tidak boleh
terbalik, berat, bulat, segi empat dan lain-lain);
o penyimpanan antara kelompok/jenis satu dengan
yang lain harus jelas sehingga memudahkan penge-
luaran dan perhitungan;
o penyimpanan bersusun dapat dilaksanakan dengan
adanya forklift untuk obat-obat berat;
o obat-obat dalam jumlah kecil dan mahal harganya
disimpan dalam lemari terkunci dipegang oleh petu-
gas penyimpan dan penyalur;
o satu jenis obat disimpan dalam satu lokasi (rak,
lemari);
o obat dan alat kesehatan yang mempunyai sifat khu-
sus disimpan dalam tempat khusus misalnya: eter,
film.
3) Obat-obat disimpan menurut sistem FIFO (First In
First Out);
4) Kartu stok memuat nama obat, satuan, asal (sumber),
dan diletakkan bersama obat pada lokasi penyim-panan;
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 101
3) Tablet salut
Pecah-pecah, terjadi perubahan warna
Basah dan lengket satu dengan yang lain
Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan
kelainan fisik
4) Cairan
Menjadi keruh atau timbul endapan
Konsistensi berubah
Warna atau rasa berubah
Botol-botol plastik rusak atau bocor
5) Salep
Warna berubah
Pot atau tube rusak atau bocor
Bau berubah
6) Injeksi
Kebocoran wadah (vial, ampul)
Trdapat partikel asing pada serbuk injeksi
Larutan yang seharusnya jernih tampak keruh atau ada
endapan
Warna larutan berubah
Pendistribusian
Pendistribusian adalah suatu rangkaian kegiatan dalam
rangka pengeluaran dan pengiriman obat-obatan yang bermutu,
terjamin keabsahan serta tepat jenis dan jumlah dari gudang obat
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit-unit
pelayanan kesehatan yang terdiri dari Sub unit pelayanan kese-
hatan dilingkungan Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskes-
mas Keliling, Posyandu serta Polindes. Obat-obatan yang telah
dikeluarkan harus segera dicatat dan dibukukan pada Buku
Harian Pengeluaran Obat, sehingga dapat menjadi suatu sumber
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 105
Petunjuk pengisian
Kegiatan yang harus dilakukan dalam pengisian sesuai
dengan petunjuk antara lain:
a. Petugas penyimpanan dan penyaluran mengelola dan
mencatat pengeluaran obat di buku harian pengeluaran
obat. Buku harian pengeluaran obat memuat semua catatan
pengeluaran obat, baik mengenai data obat-obatan maupun
catatan dokumen obat tersebut
b. Buku catatan harian pengeluaran obat ditutup tiap hari dan
dibubuhi paraf atau tanda tangan kepala unit pengelola
obat publik dan perbekalan kesehatan.
c. Kolom harian pengeluaran barang diisi sebagai berikut:
o Nomor urut sesuai dengan pengeluaran obat;
o Tanggal pengeluaran barang;
o Nomor tanda bukti pengeluaran baik yang berupa surat
kiriman dan tanggal dokumen tersebut;
o Nama perusahan pengirim;
o Jumlah item obat;
o Total harga;
o Keterangan.
Pengendalian Persediaan
Salah satu cara melakukan pengendalian supply obat ada-
lah dengan pendekatan Penggunaan Obat Rasional. Penggunaan
obat dikatakan rasional jika secara medik memenuhi persyaratan
tertentu dan masing-masing persyaratan mempunyai konsekuen-
si yang berbeda. Sekalipun aspek perencanaan kebutuhan, distri-
busi, penyimpanan telah dilaksanakan sesuai dengan standar
yang berlaku, apabila penggunaan obat tidak diperhatikan de-
ngan baik, maka rangkaian pengelolaan obat akan tetap menga-
lami permasalahan. Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk
memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan
program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan
dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan
dasar. Kegiatan-kegiatan pengendalian terbagi dalam:
1. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode
tertentu di Puskesmas dan seluruh unit pelayanan.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 111
1. Pengendalian persediaan
Pengendalian persediaan dilakukan dengan pengamatan
terhadap stok kerja, stok pengamatan, waktu tunggu dan sisa
stok. Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan, diperhitungkan
keadaan stok yang seharusnya ada pada waktu kedatangan obat.
Dalam pengendalian persediaan hal yang perlu dilakukan adalah
pencegahan kekosongan obat dan pemeriksaan besar (pencaca-
han).
2. Pengendalian penggunaan
Pengendalian penggunaan bertujuan untuk menjaga kuali-
tas pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana
obat. Instrumen yang digunakan dalam pengendalian pengguna-
an adalah Format Monitoring Peresepan. Pengendalian penggu-
naan meliputi:
Prosentase penggunaan antibiotik;
Prosentase penggunaan injeksi;
112 | Manajemen Logistik Kesehatan
Pelayanan Obat
Pelayanan obat adalah proses kegiatan yang meliputi aspek
teknis yang harus dikerjakan mulai dari menerima resep dokter
sampai penyerahan obat kepada pasien.
Kegiatan pelayanan obat meliputi:
2. Penyiapan obat
Dalam penyiapan obat petugas harus memahami isi resep
dan juga memperhatikan dosis obat.
3. Penyerahan obat
Obat yang akan diserahkan, sebelumnya dilakukan penge-
cekan terhadap nama pasien, jenis obat, jumlah obat, aturan
pakai obat, kemasan, dan sebagainya.
4. Informasi obat
Informasi tentang obat yang diberikan kepada pasien sa-
ngatlah penting untuk mencegah pasien tidak menggunakan obat
dengan tepat. Informasi yang diberikan meliputi kapan obat
digunakan dan banyaknya obat, lama pemakaian obat, cara
penggunaan obat, ciri-ciri tertentu setelah pemakaian obat, efek
samping obat, obat-obatan yang berinteraksi dengan kontrasepsi
oral, serta cara menyimpan obat.
5. Etika pelayanan
Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan de-
ngan cara yang baik dan sopan dengan menggunakan Bahasa
Indonesia atau kalau perlu Bahasa Daerah setempat sehingga pa-
sien menerima dengan senang hati. Petugas yang ramah dan so-
pan akan memberikan semangat kesembuhan pada pasien,
sehingga akan membantu penyembuhan secara psikologis.
i) Ketepatan perencanaan
Ketepatan perencanaan merupakan perencanaan kebutu-
han nyata obat untuk Kabupaten/ Kota dibagi dengan pemakaian
obat pertahun.
dibagi dengan jumlah seluruh kasus (lama dan baru) ISPA non
pneumonia.
r) Polifarmasi
Polifarmasi merupakan jumlah jenis obat untuk seluruh
sampel resep pasien dengan diagnosis tunggal untuk penyakit
yang ditetapkan, dibagi dengan jumlah sampel resep.
DEFINISI
Dana pengadaan obat adalah besarnya dana pengadaan
obat yang disediakan/dialokasikan oleh pemerintah daerah kabu-
paten/kota untuk memenuhi kebutuhan obat pelayanan keseha-
tan di wilayah tersebut. Yang dilihat pada indikator ini adalah
jumlah dana anggaran pengadaan obat yang disediakan pemerin-
tah daerah kabupaten/ kota dibandingkan dengan jumlah kebutu-
han dana untuk pengadaan obat sesuai dengan kebutuhan popu-
lasi.
PENGUMPULAN DATA
Data di kumpulkan dari dokumen yang ada di dinas kese-
hatan kabupaten/kota berupa total dana pengadaan obat, dan
kebutuhan dana pengadaan obat yang sesuia dengan kebutuhan
populasi.
Misalnya:
Besarnya total dana pengadaan obat = Rp. 125.000.000
120 | Manajemen Logistik Kesehatan
PENYAMPAIAN HASIL
Dana pengadaan obat yang disediakan oleh pemerintah
daerah Kabupaten/Kota adalah sebesar 92,5% dari total kebu-
tuhan dana.
CATATAN
Total dana pengadaan obat adalah seluruh anggaran pe-
ngadaan obat yang berasal dari semua sumber anggaran yang
ada.
ANGKA IDEAL
Dana pengadaan obat yang disediakan sangat mendekati
dengan kebutuhan sebenarnya.
DEFINISI
Dana pengadaan obat adalah besarnya dana pengadaan
obat yang disediakan/dialokasikan oleh pemerintah daerah Ka-
bupaten/Kota untuk mendukung program kesehatan di daerah
Kabupaten/Kota dibandingkan dengan jumlah alokasi dana
untuk bidang kesehatan.
PENGUMPULAN DATA
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di Dinas Kese-
hatan Kabupaten/Kota berupa: Total dana pengadaan obat, dan
total dana untuk bidang Kesehatan.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 121
Misalnya:
Besarnya total dana pengadaan obat = Rp.125.000.000
Besarnya total dana untuk bidang kesehatan = Rp. 750.000.000
Prosentasi dana pengadaan obat = 120.000/750.000.000 x 100 %
= 16,6 %
PENYAMPAIAN HASIL
Dana pengadaan obat yang disediakan oleh pemerintah
daerah Kabupaten/Kota adalah sebesar 16,6 % dari total dana
untuk bidang kesehatan.
CATATAN
Total dana pengadaan obat adalah seluruh anggaran pe-
ngadaan obat yang berasal dari semua sumber anggaran yang
ada.
ANGKA IDEAL
Dana pengobatan obat harus proposional dengan anggaran
kesehatan secara keseluruhan.
DEFINISI
Besarnya dana yang tersedia untuk masing-masing pendu-
duk.
122 | Manajemen Logistik Kesehatan
PENGUMPULAN DATA
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di Dinas Kese-
hatan Kabupaten/Kota berupa: total dana pengadaan obat, dan
jumlah penduduk yang didapatkan dari Kantor Statistik Kabupa-
ten/Kota.
MISALNYA:
Besarnya total dana pengadaan obat = Rp.800.000
Jumlah penduduk Kabupaten/Kota = Rp. 200.000
Biaya obat per penduduk = 800.000.000/200.000 = Rp.4.000
MISALNYA:
Besarnya total dana pengadaan obat = Rp.700.000
Jumlah penduduk Kabupaten/Kota = Rp. 200.000
Biaya obat yang dialokasi per penduduk = 700.000.000/200.000
= Rp.3.500
PENYAMPAIAN HASIL
Biaya obat yang dialokasi per penduduk Kabupaten/Kota
adalah sebesar Rp.3.500 sedang biaya obat/penduduk adalah
Rp.4000.
CATATAN
Dengan diketahuinya standar biaya obat/ penduduk dapat
menjadi patokan dalam penetapan alokasi dana pengadaan obat
tahun-tahun mendatang.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 123
ANGKA IDEAL
Biaya obat/penduduk menurut standar WHO yaitu 2 dolar/
penduduk.
DEFINISI
Besaran dana yang tersedia untuk setiap kunjungan kasus.
PENGUMPULAN DATA
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di Dinas Kese-
hatan Kabupaten/Kota berupa: Total dana pengadaan obat, serta
jumlah kunjungan kasus.
Misalnya:
Besarnya totoal dana pengadaan obat = Rp. 800.000.000
jumlah kunjungan kasus
= Rp. 160.000 biaya obat per kunjungan kasus
= Rp. 800.000.000/ 160.000
= Rp. 5.000
Total dana pengadaan obat
Biaya obat per kunjungan kasus = x 100%
jumlah kunjungan kasus
124 | Manajemen Logistik Kesehatan
PENYAMPAIAN HASIL:
Biaya obat per kunjungan kasus di kabupaten/kota adalah
sebesar Rp. 5.000 sedang biaya obat yang dialokasikan per kun-
jungan kasus adalah hanya sebesar Rp. 4.5000.
CATATAN:
Dengan diketahuinya standar biaya obat/ kunjungan kasus
dapat menjadi patokan dalam penetapan alokasikan dana penga-
daan obat di tahun-tahun mendatang.
ANGKA IDEAL:
Biaya obat yang dialokasikan per kunjungan kasus harus
memperhatikan parameter jumlah kunjungan kasus.
DEFINISI
Besaran dana yang dibituhkan untuk setiap resep (diguna-
kan pada waktu perencanaan dan obat) dan besaran dana yang
tersedia untuk setiap untuk setiap resep (digunakan setelah tu-
runnya alokasi dana pengadaan obat).
PENGUMPULAN DATA
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di dinas kese-
hatan kabupaten/ kota berupa total dana pengadaan obat, total
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 125
Misalnya:
Besarnya totoal dana pengadaan obat = Rp. 800.000.000 jumlah
kunjungan kasus
= Rp. 160.000 biaya obat per kunjungan kasus
= Rp. 800.000.000/ 160.000
= Rp. 5.000
PENYAMPAIAN HASIL:
Biaya obat yang dibutuhkan per kunjungan resep adalah
Rp. 5.000 sedang biaya obat yang dialokasikan per kunjungan
resep adalh sebesar Rp. 4.5000.
CATATAN:
Dengan diketahuinya standar biaya obat/ kunjungan kasus
dapat menjadi patokan dalam penetapan alokasikan dana penga-
daan obat di tahun-tahun mendatang.
126 | Manajemen Logistik Kesehatan
ANGKA IDEAL:
Besarnya dana yang disediakan harus memuaskan para-
meter jumlah kunjungan resep.
DEFINISI:
Total jenis obat yang termasuk dalam DOEN dibagi de-
ngan total jenis obat yang tersedia di gudang/ instalasi penge-
lolaan Obat.
PENGUMPULAN DATA:
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di instalasi
pengelolaan obat kabupaten/kota berupa: jumlah jenis obat yang
tersedia dan jumlah jenis obat yang tidak termasuk dalam
DOEN.
Misalnya:
Jumlah jenis obat yang tersedia = 100 jumlah jenis obat yang
tidak termasuk dalam DOEN = 5 jumlah jenis obat yang
termasuk dalam DOEN =100-5=95 kesesuain obat yang tersedia
95/100x100% = 95%
PENYAMPAIAN HASIL:
Kesesuaian obat yang tersedia di kabupaten/kota bila
dibandingkan dengan DOEN adalah sebesar 95%.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 127
CATATAN:
Kesesuaian jenis obat dengan DOEN merupakan upaya
untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan dana
pengadaan obat.
ANGKA IDEAL:
Kesesuaian jenis obat adalah 100% dari daftar DOEN.
DIFINISI:
Kesesuaian jenis obat yang tersedia di gudang/instalasi pe-
ngelolaan obat dengan pola penyakit yang ada di kabupaten/kota
adalah jumlah jenis obat untuk semua kasus penyakit di kabu-
paten/kota.
PENGUMPULAN DATA:
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di instalasi pe-
ngelolaan obat kabupaten/kota berupa: jenis obat yang tersedia
dan pola penyakit di kabupaten/kota.
Misalnya:
Jumlah jenis obat yang tersedia = 126 jumlah jenis obat untuk
kasus penyakit (dilihat dari standar pengobatan) = 105 kesesuai-
an obat yang tersedia = 126/105x100 % = 140 %
128 | Manajemen Logistik Kesehatan
PENYAMPAIAN HASIL:
Kesesuaian obat yang tersedia di kabupaten/kota bila
dibandingkan dengan pola penyakit adalah 140 %.
CATATAN:
Kesesuaian dengan kebutuhan populasi merupakan perim-
bangan utama dalam melakukan seleksi obat.
ANGKA IDEAL:
Kesesuaian jenis obat adalah 100 % dengan pola penyakit
yang ada.
DEFINISI:
Jumlah kuantum obat yang tersedia di Unit pengelola obat
publik dan perbekalan ksehatan untuk palayanan kesehatan di
kabupaten/kota dibagi dengan jumlah atau kauntum pemakaian
rata-rata obat per bulan.
Jumlah jenis obat dengan jumlah minimal sama dengan
waktu tunggu kedatangan obat dibagi dengan jumlah semua je-
nis obat yang tersedia di Unit pengelola obat publik dan perbe-
kalan kesehatan kabupaten/kota.
PENGUMPULAN DATA:
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di unit penge-
lola publik dan perbekalan kesehatan kabupaten/kota berupa:
jumlah (kuantum) persediaan obat yang tersedia, pemakaian
rata-rata obat per bulan (dalam waktu tiga bulan terakhir) di
kabupaten/kota, waktu kedatangan obat, total jenis obat yang
tersedia.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 129
Misalnya:
Jumlah (kuantum) obat A yang tersedia = 100.000 jumlah rata-
rata pemakaian obat A perbulan = 20.000 tingkat ketersediaan
obat = 100.000/20.000 = 5 bulan.
Total jenis obat dengan tingkat
Minimal sama dengan waktu tunggu
Tingkat ketersediaan obat = x 100 %
Total jenis obat dalam persediaan
PENYIMPANAN HASIL:
Kisaran kecukupan obat di kabupaten/kota adalah sebesar
….sampai….bulan dan total jenis obat dengan tingkat kecuku-
pan aman sebesar 90 %.
CATATAN:
Kecukupan obat merupakan indikasi kesinambungan pela-
yanan obat untuk mendukung pelayanan kesehatan di kabupa-
ten/kota.
ANGKA IDEAL:
Tingkat ketersediaan obat yang aman adalah 100 %.
DEFINISI
Perencanaan kebutuhan nyata obat untuk kabupaten/kota
dibagi dengan pemakaian obat pertahun.
130 | Manajemen Logistik Kesehatan
PENGUMPULAN DATA:
Data dikumpul dari dokumen yang ada di instalasi penge-
lolaan obat kabupaten/kota berupa: jumlah atau kuantum peren-
canaan kebutuhan obat dalam satu tahun dan pemakaian rata-
rata obat per bulan di kabupaten/kota yang didapatkan dari lapo-
ran. tetapkan obat indikator untuk kabupaten/kota yang dibuat
dengan pertimbangan obat yang digunakan untuk penyakit
terbanyak.
Misalnya:
Jumlah obat A yang direncanakan dalam satu tahun = 450.000.
jumlah pemakaian obat A dalam satu tahun = 500.000. ketetapan
perencanaan obat = 450.000/500.000x100 % = 90 % jumlah
pemakaian obat B yang di rencanakan dalam satu tahun =
800.000. jumlah pemakaian B dalam satu tahun 1000.000
ketetapan perencanaan obat
= 800.000/1.000.000 x 100 %
= 80 %.
PENYAMPAIAN HASIL
Demikian seterusnya untuk semua obat indikator keteta-
pan perencanaan obat di kabupaten/kota adalah sebesar ……%.
CATATAN:
Ketetapan perencanaan kebutuhan obat kabupaten/kota
merupakan awal dari fungsi pengelolaan obat yang strategis.
ANGKA IDEAL:
Perencanaan kebutuhan adalah 100 % dari kebutuhan baik
dalam jumlah dan jenis obat.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 131
DEFINISI:
Jumlah jenis obat yang kadaluarsa dibagi dibagi dengan
total jenis obat.
PENGUMPULAN DATA:
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di instalasi
pengelolaan obat kabupaten/kota berupa: jumlah jenis obat yang
tersedia untuk pelayanan kesehatan selama satu tahun dan jum-
lah jenis obat yang kadaluarsa serta harga masing-masing obat.
Misalnya:
Total jenis obat yang tersedia = 100 total jenis obat yang
kadaluarsa = 1 prosentasi obat kadaluarsa serta harga masing-
masing = 1/100x100 % = 1 %
Nilai obat kadaluarsa = jumlah obat yang kadaluwarsa x harga per kemasan
PENYAMPAIAN HASIL:
Prosentase obat kadaluarsa di kabupaten/kota adalah sebe-
sar 1 % dengan Rp. 425.000.
132 | Manajemen Logistik Kesehatan
CATATAN:
Obat kadaluarsa mencerminkan kurang baiknya pengelola-
an obat.
ANGKA IDEAL:
Prosentase obat kadaluarsa adalah 0 %.
DEFINISI:
Jumlah jenis obat yang rusak dibagi dengan total jenis
obat.
PENGUMPULAN DATA:
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di unit penge-
lola obat publik dan perbekalan kesehatan kabupaten/kota beru-
pa: jumlah jenis obat yang tersedia untuk pelayanan kesehatan
selama satu tahun dan jumlah jenis obat yang rusak dan harga
masing-masing.
Misalnya:
Total jenis obat yang tersedia = 100
Total jenis obat rusak = 2
Prosentase obat rusak = 2/100 x 100 % = 2 %.
Nilai obat rusak = jumlah obat yang rusak x harga per kemasan
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 133
PENYAMPAIAN HASIL
Prosentase obat rusak di Kabupaten/Kota adalah sebesar 2 %
dengan nilai Rp. 750.000
CATATAN
Obat rusak mencerminkan kurang baiknya pengelolaan obat.
ANGKA IDEAL
Prosentase nilai obat rusak dan kadaluarsa adalah 0 %.
DEFINISI:
Prosentase dari selisih antara jumlah (kuantum) obat yang
seharusnya didistribusikan dengan kenyataan pemberian obat.
PENGUMPULAN DATA:
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di Instalasi
Pengelola Obat Kabupaten/Kota berupa: kartu distribusi dan
kartu stok serta LPLPO per puskesmas.
Tetapkan obat indikator untuk Kabupaten/Kota yang dibu-
at dengan pertimbangan obat yang digunakan untuk penyakit
terbanyak dan tetapkan beberapa puskesmas sebagai sample.
134 | Manajemen Logistik Kesehatan
Misalnya:
Untuk puskesmas A stok optimum obat P = 750
Sisa stok obat P = 250
Jumlah obat P yang diminta = 750-250 = 500
Pemberian obat dari Kabupaten/Kota = 450
Penyimpangan jumlah obat yang didistribusikan = (500-450)/
500 x 100 % = 50/500 x 100 % = 10 %
Demikian seterusnya untuk semua obat indikator dan
semua puskesmas yang ditetapkan.
PENYAMPAIAN HASIL
Penyimpangan jumlah obat yang didistribusikan di Kabu-
paten/Kota adalah 10 %.
CATATAN
Ketidaktepatan jumlah pendistribusian obat mencerminkan
kurang dipahaminya perhitungan pendistribusian obat oleh pe-
ngelola obat.
ANGKA IDEAL
Prosentase penyimpangan distribusi obat adalah 0 %.
DEFINISI:
Prosentase rata-rata bobot dari variasi persediaan adalah
prosentase bobot rata-rata perbedaan antara catatan persediaan
dengan kenyataan fisik obat dari indikator obat yang ditetapkan.
PENGUMPULAN DATA:
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di instalasi
pengelola obat kabupaten/kota berupa: kartu distribusi dan kartu
stok serta pengamatan terhadap fisik obat untuk obat indikator
yang ditetapkan.
Misalnya:
Jumlah dalam catatan stok keseluruhan obat indikator yang
ditetapkan: 10.000 + 2.000 + 2.500 + 1.500 + 2.000 = 18.000
PENYAMPAIAN HASIL
Prosentase rata-rata bobot dari variasi persediaan =
100/18.000 x 100 % = 0,56 %.
DEFINISI:
Waktu kekosongan obat didefinisikan sebagai jumlah obat
kosong dalam satu tahun. Prosentase rata-rata waktu kekoso-
ngan obat adalah prosentase jumlah hari kekosongan obat dalam
satu tahun.
PENGUMPULAN DATA:
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di Instalasi
Pengelola Obat Kabupaten/Kota berupa: kartu distribusi dan
kartu stok serta pengamatan terhadap fisik obat indikator yang
ditetapkan.
Misalnya:
Obat indikator yang ditetapkan adalah 3 jenis obat
Jml hari kekosongan obat A dlm 1 th = 15
Jml hari kekosongan obat B dlm 1 th = 25
Jml hari kekosongan obat C dlm 1 th = 20
PENYAMPAIAN HASIL
Rata-rata waktu kekosongan obat utk 3 obat indikator
adalah (15 + 25 + 20)/3 = 20 hari.
CATATAN
Waktu kekosongan obat merupakan salah satu faktor
koreksi dalam perenacanaan obat khususnya dalam perencenaan
obat khususnya dalam penetapan pemakaian rata-rata/bulan.
ANGKA IDEAL
Waktu kekosongan obat adalah 0 hari.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 137
DEFINISI:
Jumlah resep dengan antibiotik pada kasus diare akut non
spesifik dibagi dengan jumlah seluruh kasus (lama dan baru)
diare akut nonspesifik.
PENGUMPULAN DATA:
Data dikumpulkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dan atau Instalasi Pengelolaan Obat Kabupaten/Kota berupa:
kompilasi dari selfmonitoring peresepan Puskesmas.
Tetapkan obat indikator untuk Kabupaten/Kota yang dibu-
at dengan pertimbangan obat yang digunakan untuk penyakit
terbanyak dan tetapkan beberapa puskesmas sebagai sample.
Misalnya:
Untuk puskesmas A prosentase penggunaan antibiotik untuk
diare = 30 %
Untuk Puskesmas B prosentase penggunaan antibiotik untuk
diare = 35 %
Untuk Puskesmas C prosentase penggunaan antibiotik untuk
diare = 40 %
138 | Manajemen Logistik Kesehatan
PENYAMPAIAN HASIL
Prosentase penggunaan antibiotik pada diare di Kabupa-
ten/Kota adalah sebesar (30 + 35 + 40)/3 = 35 %
ANGKA IDEAL
Prosentase penggunaan antibiotik pada diare adalah 0 %.
DEFINISI:
Jumlah resep dengan antibiotik pada kasus ispa non pneu-
monia merupakan penggunaan obat yang tidak rasional karena
tidak sesuai dengan pedoman pengobatan yang ada. untuk itu
indikator ini digunakan untuk melihat tingkat penggunaan obat
rasional di kabupaten/kota.
PENGUMPULAN DATA:
Data dikumpulkan dari dinas kesehatan kabupaten/kota
dan atau instalasi pengelolaan obat kabupaten/kota berupa: kom-
pilasi dari self-monitoring peresepan puskesmas.
Misalnya:
Untuk Puskesmas A Prosentase penggunaan antibiotik untuk
ISPA = 50 %
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 139
PENYAMPAIAN HASIL
Prosentase penggunaan antibiotik pada ISPA di Kabupa-
ten/Kota adalah sebesar 60 %.
ANGKA IDEAL
Prosentase penggunaan antibiotik pada ISPA adalah 0 %.
DEFINISI:
Jumlah resep dengan injeksi untuk kasus Myalgia dibagi
dengan jumlah seluruh kasus (lama dan baru) Myalgia.
PENGUMPULAN DATA:
Data dikumpulkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dan atau Instalasi pengelolaan obat Kabupaten/Kota berupa:
kompilasi dari self-monitoring peresepan Puskesmas.
Misalnya:
Untuk Puskesmas A Prosentase penggunaan injeksi untuk
Myalgia = 40 %
Untuk Puskesmas B Prosentase penggunaan injeksi untuk
Myalgia = 45 %
Untuk Puskesmas C Prosentase penggunaan injeksi untuk
Myalgia = 50 %
Prosentase penggunaan injeksi pada Myalgia = (40 + 45 +
50)/3 = 45 %
PENYAMPAIAN HASIL
Prosentase penggunaan injeksi untuk kasus Myalgia di
Kabupaten/Kota adalah sebesar 45 %.
ANGKA IDEAL
Prosentase penggunaan injeksi untuk kasus Myalgia ada-
lah 0 %.
DEFINISI:
Jumlah jenis obat untuk seluruh sampel resep untuk pasien
dengan diagnosis tunggal untuk penyakit yang ditetapkan misal-
nya diare akut nonspesifik. ISPA nonpneumonia dan Myalgia
dibagi dengan jumlah sampel resep.
PENGUMPULAN DATA:
Data dikumpulkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dan atau Instalasi Pengelolaan Obat Kabupaten/Kota berupa:
kompilasi dari self-monitoring peresepan Puskesmas.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 141
Misalnya:
Untuk Puskesmas A jumlah R/ = 4,1
Untuk Puskesmas B jumlah R/ = 3,9
Untuk puskesmas C jumlah R/ = 4
Jumlah R/ untuk tiga kasus penyakit = (41, + 3,9 + 4)/3 = 4
PENYAMPAIAN HASIL
Polifarmasi untuk tiga kasus penyakit di Kabupaten/Kota
adalah sebesar 4.
CATATAN:
Polifarmasi merupakan suatu pemborosan untuk itu perlu
adanya penekanan sampai dengan 0.
ANGKA IDEAL
Polifarmasi adalah 0 %.
DEFINISI:
Jumlah jenis obat yang tidak pernah diresepkan selama 6
(enam) bulan dibagi jumlah jenis obat yang tersedia.
PENGUMPULAN DATA:
Data dikumpulkan dari Instalasi Pengelolaan Obat Kabu-
paten/Kota berupa kompilasi pemakaian obat untuk seluruh
Kabupaten/Kota.
142 | Manajemen Logistik Kesehatan
Misalnya:
Jml jenis obat yang dalam enam bulan stoknya tetap = 3
Total jenis obat yang tersedia = 99
Prosentase obat yang tidak diresepkan = 3/99 x 100 % = 3,33 %
PENYAMPAIAN HASIL
Jumlah jenis obat yang tidak diresepkan selama 6 (enam)
bulan adalah sebesar 3,33 %.
ANGKA IDEAL
Jumlah jenis obat yang tidak diresepkan sebaiknya 0 %.
DEFINISI:
Jumlah LPLPO yang diterima secara tepat waktu diban-
dingkan dengan jumlah seluruh LPLPO yang seharusnya diteri-
ma setiap bulan.
PENGUMPULAN DATA:
Data dikumpulkan di Instalasi Pengelolaan Obat dan atau
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berupa catatan kedatangan
laporan LPLPO dari Puskesmas.
Misalnya:
LPLPO yang datang pada tanggal 1-10 adalah = 20
LPLPO yang seharusnya diterima = 25
LPLPO yang diterima tepat waktu = 20/25 x 100 % = 80 %
PENYAMPAIAN HASIL
Ketetapan pengiriman LPLPO di Kabupaten/Kota adalah
80 %.
CATATAN:
Ketidak tepatan pengiriman LPLPO akan berpengalaman
terhadap proses pembentukan informasi di Kabupaten/Kota.
ANGKA IDEAL
Pengiriman LPLPO sebaiknya paling lambat tanggal 10
tiap bulannya.
GLOSARIUM
BPOM : Badan Pengawasan Obat dan Makanan
UPOPPK : Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan
LPLPO : Laporan Pemakaian Lembar Permintaan Obat
KLB : Kejadian Luar Biasa
FIFO First In First Out
dokumen bukti mutasi barang (DBMB)
DOEN : Daftar Obat Essensial Nasional
UPK : Unit Pelayanan Kesehatan
UPT : Unit Pelayanan Teknis
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Atas
WHO : World Health Organization
DAFTAR PUSTAKA
PENGELOLAAN LOGISTIK
OBAT PUSKESMAS
Psikotropika golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
serta mempunyai potensi amat luas mengakibatkan syn-
drome ketergantungannya.
Psikotropika golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu penge-
tahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan syn-
drome ketergantungannya.
Psikotropika golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat
luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibat-
kan syndrome ketergantungan.
Membuat Catatan
Kegunaan dari membuat catatan antara lain:
Adanya catatan Adanya catatan
menghemat waktu: melindungi anda:
Anda akan mengetahui apa Bila anda dituduh mencu-
yang ada di gudang. ri atau menyalahgunakan
Anda akan mengetahui kapan persediaan, anda dapat
anda menggunakan persediaan merujuk ke catatan.
dan untuk apa persediaan digu- Pada catatan anda akan
nakan. terdokumentasi
Anda akan mengetahui jumlah pergerakan persediaan.
persediaan yang digunakan Dari catatan terlihat bah-
secara teratur. wa anda tidak bertanggu-
Anda akan mengetahui kapan ng jawab untuk masalah
memesan lagi. itu.
CONTOH:
Pada tanggal 6 Desember, ada 1 botol amoksisilin tablet
250 mg dalam persediaan. Petugas kesehatan menerima
12 botol dari pemasok obat. SALDO baru adalah 13
botol.
1 botol + 12 botol = 13 botol
CONTOH:
Pada tanggal 20 Desember, terdapat 13 botol amoksilin
tablet 250 mg dalam persediaan. Petugas dari dinas
kesehatan menemukan 1 botol amoksilin yang sudah
164 | Manajemen Logistik Kesehatan
Menerima Pembayaran
Bila fasilitas kesehatan yang melakukan pembayaran per-
sediaan, anda harus tahu harga dari setiap barang dalam gudang.
Bila anda mengetahui harga, anda dapat menghitung harga dari
persediaan barang dalam gudang dan biaya dari persediaan yang
akan dipesan. Anda akan mengetahui perkiraan perbedaan harga
dari barang yang sama. Misalnya, tablet lebih murah dibanding
bentuk cair dari obat yang sama.
GLOSARIUM
BPOM : Badan Pengawasan Obat dan Makanan
UPOPPK : Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan
LPLPO : Laporan Pemakaian Lembar Permintaan Obat
KLB : Kejadian Luar Biasa
FIFO : First In First Out
FEFO : (FIRST EXPIRY FIRST OUT - Yang Lebih
Dahulu Kadaluarsa, Dikeluarkan Terlebih
Dahulu)
DOEN : Daftar Obat Essensial Nasional
UPK : Unit Pelayanan Kesehatan
UPT : Unit Pelayanan Teknis
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Atas
WHO : World Health Organization
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 167
DAFTAR PUSTAKA
168
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 169
2. Tenaga kerja
Penggunaan tenaga kerja seefektif mungkin;
Mengurangi resiko kecelakaan kerja;
Memungkinkan pengawasan yang baik.
3. Barang
Menghindari kerusakan barang ataupun yang mempenga-
ruhi kualitasnya;
Menghindari terjadinya kehilangan barang;
Mengatur letak agar hemat tempat/ruang;
Pengaturan aliran keluar masuknya barang.
Kapasitas Gudang
Salah satu hal yang sangat mempengaruhi berfungsi tidak-
nya suatu gudang adalah kapasitas dari gudang itu sendiri. Dalam
menentukan kapasitas gudang, maka keadaan yang harus diper-
timbangkan adalah keadaan maksimum. Gudang mencapai kea-
daan maksimum pada saat sediaan pengaman belum dipakai,
terjadi keterlambatan pemakaian bahan, sedangkan pesanan
datang lebih cepat. Untuk dapat menghitung besarnya kapasitas
gudang yang harus dipenuhi, maka diperlukan data tentang: (1)
jumlah pesanan (order quantity) dalam suatu periode tertentu
yang dilakukan, (2) besarnya sediaan pengaman yang ditentu-
kan, (3) variasi lead time, dan (4) fluktuasi pemakaian.
Manajemen Pergudangan
Fasilitas penyimpanan dan pengiriman merupakan salah
satu bagian dari sistem suplai obat. Gudang merupakan tempat
pemberhentian sementara barang sebelum dialirkan, dan ber-
fungsi mendekatkan barang kepada pemakai hingga menjamin
kelancaran permintaan dan keamanan persediaan. Fasilitas pe-
nyimpanan dan pengiriman dapat dimanfaatkan secara optimal
bila kegiatan lain dalam sistem suplai obat (seperti seleksi obat,
perencanaan biaya dan pengadaan) ditetapkan secara tepat.
Efisiensi Gudang
Dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektifitas gudang
diperlukan:
Penggunaan ruangan yang ada secara optimal untuk penyim-
panan dan mengurangi penggunaan ruangan untuk barang
yang seharusnya tidak disimpan di gudang;
Mengurangi kemungkinan adanya gerakan ataupun arus ma-
nusia/barang yang tidak berguna selama proses penyimpanan,
pelayanan distribusi atau kegiatan lain;
Meningkatkan kenyamanan bagi karyawan selama bekerja di
gudang;
Mengurangi kegiatan dan biaya pemeliharaan yang tidak
perlu, mengingat biaya pengelolaan yang tersedia terbatas.
172 | Manajemen Logistik Kesehatan
Meningkatkan Efisiensi
Efisiensi kerja di gudang dapat ditingkatkan melalui:
1. Memanfaatkan penggunaan ruang gudang yang tersedia dan
ruangan lain secara maksimum;
2. Memanfaatkan volume ruang yang ada secara optimum de-
ngan memanfaatkan tinggi ruangan dengan tetap memperha-
tikan ketentuan penumpukan barang;
3. Pengaturan rak, pallet dan jarak antara rak dan pallet sedemi-
kian rupa sehingga arus barang/karyawan menjadi lebih cepat
sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mutasi barang menja-
di lebih singkat;
4. Kondisi kerja
Untuk meningkatkan kinerja perlu diperhatikan hal
berikut:
Ventilasi yang cukup merupakan faktor penting dalam
merancang gudang agar kondisi kerja dapat lebih baik;
Kebersihan ruang kerja;
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 175
Fasilitas kebersihan;
Ruang istirahat.
5. Pedoman kerja yang rinci dan mudah dipahami serta uraian
tugas untuk masing-masing petugas yang baik merupakan
salah satu faktor penting untuk meningkatkan efisiensi kerja;
6. Supervisi yang berkesinambungan sehingga semua karyawan
mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan
yang pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi;
7. Pelatihan baik bersifat manajerial maupun fungsional yang
berkesinambungan.
c. Kapasitas
Setiap gudang mempunyai kapasitas penyimpanan yang
maksimum yang dipengaruhi oleh seberapa besar ruangan
yang digunakan untuk kepentingan lain seperti ruang admi-
nistrasi, ruang karantina, ruang pelayanan dan lain sebagai-
nya. Setiap gudang mempunyai kondisi dan kegiatan yang
berbeda, tergantung pada lokasi dan pengelolaan gudang atau
distribusi di wilayah tersebut. Keadaan ini berpengaruh ter-
hadap kapasitas yang dapat dimanfaatkan untuk penyimpanan
obat.
f. Penyimpanan khusus
Beberapa jenis obat memerlukan tempat penyimpanan
khusus, termasuk diantaranya vaksin, narkotika dan bahan
obat yang mudah terbakar. Vaksin memerlukan cold chain
khusus dan harus dilindungi dari kemungkinan putusnya
aliran listrik.
Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam
lemari khusus dengan kunci ganda dan selalu dalam keadaan
terkunci. Kunci harus disimpan oleh APA.
Bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus
disimpan dalam ruangan khusus, sebaiknya disimpan pada
bangunan yang terpisah dari gudang induk.
g. Biaya
Aspek biaya yang diperhitungkan adalah biaya inves-
tasi yang diperlukan untuk membangun gudang dan biaya
operasional yang diperlukan pada saat pemakaian gudang.
178 | Manajemen Logistik Kesehatan
h. Lokasi
Dalam menentukan lokasi gudang perlu dipertimbang-
kan:
Lokasi sumber suplai;
Faktor iklim dan geografis yang dapat mempengaruhi jalur
distribusi;
Jumlah, tipe dan kapasitas gudang.
Tempat untuk mendirikan gudang hendaknya dapat
meningkatkan kemampuan dalam penerimaan, memeliha-
ra dan mengirimkan obat ke unit pelayanan kesehatan.
1. Pemeliharaan
Ruangan harus dirancang agar mudah dibersihkan.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 179
2. Aspek keamanan
Gudang harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin obat dan perbekalan farmasi dalam keadaan
aman yaitu dalam keadaan terlindung dan terjaga dari fak-
tor-faktor kehilangan, kerusakan akibat banjir, suhu udara
dan kebakaran.
Untuk keperluan ini maka gudang harus dilengkapi
dengan pemadam kebakaran yang dipasang pada tempat
yang mudah dijangkau, dan sebaiknya disediakan alarm
yang dapat memberitahukan adanya awal kebakaran.
a. Receiving
Suatu aktivitas yang meliputi kegiatan penerimaan
semua material yang telah dipesan untuk disimpan dalam gu-
dang, penjaminan pengalokasian atau pembagian barang
untuk disimpan atau dikirim lagi.
c. Repackaging
Kegiatan memecah produk yang diterima dalam jum-
lah atau ukuran yang besar dari supplier kemudian dikemas
dalam satuan yang lebih kecil atau menggabungkan bebera-
pa produk dalam bentuk kit. Pelabelan ulang dilakukan keti-
ka produk diterima tanpa tanda yang mudah dibaca oleh
sistem atau manusia untuk tujuan identifikasi.
d. Putaway
Merupakan kegiatan memindahkan dan menempatkan
barang pada tempat penyimpanan.
e. Storage
Merupakan suatu keadaan dimana barang menunggu
untuk diambil sesuai dengan permintaan.
f. Order picking
Merupakan proses pemindahan barang dari gudang
sesuai dengan permintaan. Hal ini merupakan layanan dasar
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 181
g. Postponement
Dapat dilakukan sebagai langkah yang dapat dipilih
setelah proses pengambilan barang. Seperti pada proses
repackaging, barang sejenis atau campuran dikemas untuk
memudahkan penggunaan.
h. Sortation
Merupakan kegiatan memilah barang sesuai dengan
pesanan masing- masing dan akumulasi pendistribusian dari
berbagai pesanan.
j. Cross-docking
Pengeluaran tanda terima dari receiving dock langsung
ke shipping dock.
k. Replenishing
Merupakan kegiatan pengisian kembali lokasi pengam-
bilan utama di gudang.
1. Fixed Location
Semua produk ditempatkan pada lokasi yang tetap
sehingga pekerja dapat menemukan produk yang dimak-
sud secara cepat.
1. Faktor Material
a. Prinsip Popularity
Prinsip ini adalah prinsip pengelompokan pro-
duk atau material berdasarkan frekuensi perputaran
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 183
b. Prinsip Similarity
Dalam prinsip ini biasanya pengelompokan suatu
material berdasarkan material yang diterima dan diki-
rim bersamaan ditempatkan berdekatan.
c. Prinsip Size
Adalah prinsip pengelompokan material berda-
sarkan atas ukuran, dalam hal ini dimensi material dan
kuantitas material. Penempatan material yang sulit
untuk dipindahkan juga menjadi pertimbangan untuk
ditempatkan pada lokasi yang strategis sehingga mu-
dah untuk dipindahkan dan biaya perpindahannya rela-
tif ringan.
d. Prinsip Characteristic
Merupakan suatu bentuk pengelompokan materi-
al berdasarkan karakteristik dari material yang akan
disimpan. Beberapa karakteristik material penting yang
perlu dipertimbangkan antara lain:
2. Faktor Ruang
Perencanaan ruang meliputi penentuan kebutuhan ruang
untuk material yang disimpan dalam gudang. Setelah memper-
timbangkan faktor material, perencanaan ruang harus memaksi-
malkan kegunaan ruang dan juga menyediakan pelayanan yang
dibutuhkan. Beberapa faktor perlu dipertimbangkan saat peren-
canaan ruang antara lain:
a. Space conservation
Dengan memaksimalkan lokasi penyimpanan, akan
meningkatkan fleksibilitas dan kapabilitas dari penanganan
material dengan penerimaan yang besar.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 185
b. Spacelimitation
Pengunaan ruang akan dibatasi oleh tiang penopang,
sprinkler dan tinggi langit- langit, muatan tiap lantai, tonggak
dan kolom lajur, dan tinggi tumpukan material yang aman.
c. Accessibility
Tekanan yang berlebih pada penggunaan ruang dapat
menunjukkan akses material yang buruk. Ruang warehouse
harus memenuhi tujuan spesifik untuk akses material. Gang
sebagai jalan utama seharusnya lurus dan harus menuju pintu
dengan tujuan untuk memperbaiki pergerakan dan mengura-
ngi waktu tempuh. Gang seharusnya cukup lebar untuk men-
dukung aktivitas pergudangan yang efisien, tetapi bukan
pemborosan ruang.
d. Ordeliness
Inti dari prinsip keteraturan adalah fakta bahwa “ware-
house keeping” yang baik dimulai dari housekeeping dalam
pikiran. Aisle (gang) seharusnya ditandai dengan baik meng-
gunakan aisle tape atau cat. Sebaliknya material yang letak-
nya melanggar ruang gang dan akses ke material akan berku-
rang. Ruang kosong di dalam area gudang harus dihindarkan
dan harus dikoreksi dimana hal itu mungkin terjadi.
Selain itu, tata letak gudang yang baik juga harus me-
ngadaptasi asas-asas efektifitas kerja, efisiensi, produktifitas
dan keselamatan kerja agar produk yang tersimpan memenuhi
standar yang ditetapkan. Prinsip yang diadaptasikan dalam
melaksanakan asas tersebut adalah MESH System (Osada,
2011). Dinyatakan pula bahwa MESH System (Management,
Environment, Safety, and Health System) sebagai wujud kesa-
daran akan pentingnya keadaan lingkungan kerja, kesehatan
dan keselamatan kerja. Salah satu cara mengimplementasikan
MESH System dengan melakukan penerapan housekeeping
management dari Jepang, yaitu 5S yang terdiri dari Seiri, Sei-
ton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke. 5S diartikan ke dalam baha-
sa Indonesia menjadi 5R yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat
dan Rajin.
186 | Manajemen Logistik Kesehatan
Material Handling
Material handling dapat didefinisikan sebagai fungsi untuk
menyediakan 9R yaitu material dalam jumlah yang tepat (right
amount), untuk material yang tepat (right material), dalam kon-
disi yang tepat (right condition), pada tempat yang tepat (right
place), pada waktu yang tepat (right time), dalam posisi yang
benar (right position), dalam urutan yang benar (right sequen-
ce), dengan biaya yang pantas (right cost) dan dengan menggu-
nakan alat dan metode yang benar (right methods) yang memini-
malkan biaya produksi (Tompkins et al, 2003). Menurut Meyers
and Stephens (2000), secara luas definisi material handling ada-
lah penanganan material dalam lingkungan manufaktur.
Tujuan mendasar dari material handling adalah pengura-
ngan biaya produksi per unit dan berikut ini adalah tujuan yang
memiliki kaitan dengan pengurangan biaya produksi menurut
Meyers and Stephens (2000):
1. Menjaga dan meningkatkan kualitas produk, mengurangi
kerusakan dan memberi perlindungan pada material.
2. Meningkatkan keselamatan dan mengembangkan kondisi
kerja.
3. Meningkatkan produktivitas melalui:
a. Bahan harus mengalir dalam jalur yang lurus;
b. Bahan harus bergerak sedekat mungkin;
c. Gunakan gravitasi. Ini merupakan kekuatan yang gratis;
d. Pindahkan lebih banyak bahan pada satu waktu;
e. Pemindahan bahan dengan menggunakan mesin;
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 187
1. Prinsip perencanaan
Seluruh aktivitas penangan harus direncanakan.
2. Prinsip Sistem
Prinsip sistem mengintegrasikan sebanyak mungkin
aktivitas pemindahan material yang terjadi ke dalam suatu
sistem operasi terkoordinasi, meliputi vendor, receiving,
storage, production, inspection, packaging, warehousing,
shipping, transportation, dan pelayanan konsumen.
4. Prinsip Penyederhanaan
Sederhanakan penanganan material dengan menghi-
langkan, menggabungkan, atau mengurangi pemindahan
material dan/atau peralatan yang tak perlu.
188 | Manajemen Logistik Kesehatan
5. Prinsip Gravitasi
Gunakan gravitasi untuk memindahkan barang jika
mungkin.
8. Prinsip Mekanisasi
Gunakan peralatan pemindah mekanis jika mungkin
untuk mengurangi pemindahan manual.
9. Prinsip Otomasi
Prinsip otomasi membuat pemindahan otomatis.
Teori Antrian
Teori antrian dikemukakan oleh A.K Erlang seorang insi-
nyur Denmark pada tahun 1909. Menurut Siagian (1987), suatu
antrian adalah baris tunggu dari pelanggan (satuan) yang
memerlukan layanan dari satu atau lebih pelayan (fasilitas laya-
nan).
Proses dasar yang dianggap oleh model antrian adalah
pelanggan (customer) yang memerlukan pelayanan berasal dari
suatu populasi yang disebut sumber masukkan (input source).
Pelanggan memasuki sistem antrian (queuing system) dan me-
nggabungkan diri atau membentuk suatu antrian. Pada waktu
tertentu, anggota dalam antrian dipilih untuk memeroleh pelaya-
nan dengan menggunakan aturan tertentu yang disebut disiplin
pelayanan (service discipline). Pelayanan yang diperlukan oleh
pelanggan kemudian dilakukan oleh mekanisme pelayanan
(service mechanism), dan setelah dilayani pelanggan dapat me-
ninggalkan sistem (Suprapto, 1988)
Disiplin antri adalah aturan keputusan yang menjelaskan
cara melayani pengantri. Menurut Siagian (1987), ada 5 bentuk
disiplin pelayanan yang biasa digunakan, yaitu:
1. First Come First Served (FCFS) atau First In First Out
(FIFO) artinya, lebih dulu datang (sampai), lebih dulu di-
layani (keluar). Misalnya, antrian pada loket pembelian
tiket bioskop.
2. Last Come First Served (LCFS) atau Last In First Out
(LIFO) artinya, yang tiba terakhir yang lebih dulu keluar.
Misalnya, sistem antrian dalam elevator untuk lantai yang
sama.
3. Service In Random Order (SIRO) artinya, panggilan dida-
sarkan pada peluang secara random, tidak soal siapa yang
lebih dulu tiba.
4. Priority Service (PS) artinya, prioritas pelayanan diberi-
kan kepada pelanggan yang mempunyai prioritas lebih
tinggi dibandingkan dengan pelanggan yang mempunyai
prioritas lebih rendah, meskipun yang terakhir ini kemu-
ngkinan sudah lebih dahulu tiba dalam garis tunggu. Ke-
jadian seperti ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa
hal, misalnya seseorang yang dalam keadaan penyakit
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 191
Pallet
Pallet digunakan sebagai alat bantu untuk menjaga ba-
rang jadi dari kerusakan, khususnya pada packing produk. Ada-
pun penempatan barang jadi pada pallet dilakukan pada kate-
gori barang yang semestinya memakai pallet (Wiratmani,
2010).
194 | Manajemen Logistik Kesehatan
Pallet Kayu
Pallet kayu merupakan pallet yang terbuat dari kayu,
kelemahan dari jenis pallet ini adalah mudah rusak dan rentan
terkena rayap.
Pallet Plastik
Pallet yang terbuat dari plastik cenderung lebih berat di-
bandingkan dengan pallet kayu. Harga pallet plastik relative
lebih mahal dikarenakan lebih awet dan kuat.
a. Kemudahan bergerak
Untuk kemudahan bergerak, maka gudang perlu
ditata sebagai berikut:
1) Gudang menggunakan sistem satu lantai jangan meng-
gunakan sekat-sekat karena akan membatasi pengaturan
ruangan. Jika digunakan sekat, perhatikan posisi dindi-
ng dan pintu untuk mempermudah gerakan.
2) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran
obat, ruang gudang dapat ditata berdasarkan sistem:
Arus garis lurus
Arus U
Arus l
196 | Manajemen Logistik Kesehatan
e. Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan
yang mudah terbakar seperti dus, kartun dan lain-lain. Alat
pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang
mudah dijangkau.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 197
Fungsi:
1) Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat (penerima-
an, pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluwarsa);
2) Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data
mutasi 1 (satu) jenis obat yang berasal dari 1 (satu) sumber
dana;
3) Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu) kejadi-
an mutasi obat;
4) Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan,
perencanaan pengadaan-distribusi dan sebagai pembanding
terhadap keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanannya.
Kartu stok
No.
Dari/ Batch/ Kadalu Sisa
Tanggal Dokumen Penerimaan Pengeluaran Paraf
Kepada no. warsa stok
Lot
Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan me-
melihara dengan cara menempatkan produk pada tempat yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat me-
rusak mutu produk tersebut.
Tujuan Penyimpanan
o Kualitas barang dapat dipertahankan;
o Barang terhindar dari kerusakan;
o Barang aman dari kehilangan dan pencurian;
o Pengawasan stock lebih mudah.
202 | Manajemen Logistik Kesehatan
Metode Penyimpanan
Salah satu metode yang dipakai adalah metode gsp (good
storage practice). Gsp merupakan panduan mengenai cara pe-
nyimpanan produk yang baik dan benar. Umumnya banyak dija-
dikan pedoman di industri farmasi. Panduan ini tentunya sudah
menjadi standar di lingkungan industri, namun dengan lingkup
yang lebih sederhana tetap dapat diaplikasikan dalam pengelo-
laan bisnis retail. Pada dasarnya melalui gsp kita ingin memasti-
kan bahwa produk yang akan kita berikan ke pelanggan haruslah
selalu dalam kualitas yang baik dan aman untuk digunakan. De-
ngan demikian konsumen dapat merasa nyaman dan aman keti-
ka mereka mengetahui bahwa produk yang mereka beli sudah
melalui rangkaian proses yang benar.
Pengelolaan penyimpanan yang baik dan benar mengatur
beberapa aspek antara lain:
1. Tempat penyimpanan;
2. Fasilitas penyimpanan;
3. Sumber daya manusia;
4. Pengelolaan stok;
5. Dokumentasi.
Berikut ini akan diulas gambaran umum dari tiap-tiap
komponen yang dianggap paling pokok untuk dapat diaplikasi-
kan dalam keseharian.
Tempat Penyimpanan
Tempat penyimpanan atau gudang memiliki persyaratan
umum, misalnya lokasi, ukuran, perlengkapan yang dibutuhkan,
kemudian alat ukur suhu dan kelembaban, dan juga pengendali-
an hama/serangga/hewan pengganggu. Meliputi:
Ukuran Gudang
Ruang penyimpanan harus dipastikan mampu menampung
segala kebutuhan penyimpanan berbagai jenis produk, dengan
tujuan menghindari bercampurnya antar satu produk dengan
produk yang lain ataupun produk yang dalam kondisi baik atau
rusak.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 203
Kebutuhan Penyimpanan
Umumnya tempat penyimpanan harus memiliki pemisah
untuk kategori produk yang satu dengan yang lain. Misalnya un-
tuk produk yang rusak dengan yang baik, untuk obat yang ber-
suhu dingin dengan yang suhu ruangan, dan sebagainya. Area
khusus juga mungkin diperlukan misalnya untuk penerimaan
atau pengeluaran barang.
Pengelompokan Barang:
o Berdasarkan barang yang sejenis:
1. Atk/alat kebersihan/suku cadang/dll;
2. Obat/alkes/pembalut;
3. Bahan baku/kesediaan jadi/volume besar;
4. Sirup/tablet/zalf/injeksi.
o Berdasarkan sifat barang:
1. Barang mudah menguap/terbakar;
2. Penympanan dingin;
3. Penyimpanan tidak kena cahaya.
o Berdasarkan volume dan berat: besar (jauh dari pintu)/
kecil (dekat pintu), berat (dekat pintu)/ringan
o Berdasarkan pabrik
o Berdasarkan alphabet
Kondisi Penyimpanan
Tempat penyimpanan biasanya memiliki persyaratan suhu
dan kelembaban yang harus selalu dapat diawasi. Dalam hal ini
aspek yang perlu dipertimbangkan antara lain: lokasi dan/atau
jumlah titik pengawasan suhu yang dapat mewakili kondisi rua-
ngan. Alat ukur tersebut juga harus memiliki standar ukuran
yang sudah terkalibrasi (biasanya melalui bmg). Dan yang terak-
hir frekuensi pengawasan juga perlu diatur untuk memastikan
bahwa kondisi gudang selalu terpantau dengan cukup. Lebih
spesifik lagi untuk produk-produk tertentu memiliki kondisi
penyimpanan yang khusus, misalnya tidak boleh dijadikan satu
dengan produk lain, harus tersimpan dalam tempat yang terkun-
ci, dan lain sebagainya. Dan yang tidak kalah penting tempat pe-
nyimpanan harus memenuhi standar keamanan dan juga kualitas
produk yang disimpan.
204 | Manajemen Logistik Kesehatan
Fasilitas Penyimpanan
Fasilitas umum yang perlu tersedia dalam penyimpanan
antara lain pencahayaan yang cukup, dan pendingin (AC) jika
diperlukan. Sementara itu fasilitas yang berkaitan dengan kea-
manan antara lain, perlengkapan keamaan individu, tanda penga-
man, alarm, dan pemadam kebakaran. Jika memiliki gudang
yang cukup besar keberadaan forklift ataupun troli juga diperlu-
kan untuk memudahkan penanganan pemindahan barang. Di-
samping itu keberadaan komputer untuk memantau kondisi stok
sangat penting, terutama jika ragam produk sangat banyak dan
aliran produk bergerak juga sangat cepat, sehingga produk lebih
terpantau dan mengurangi resiko terjadinya selisih stok. Jika
produk tertentu memiliki kondisi penyimpanan tertentu, kebera-
daan generator listrik diperlukan untuk mengantisipasi jika terja-
di mati listrik.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 205
Pengelolaan Stok
Pengelolaan stok meliputi aktivitas antara lain:
a) pengecekan pada saat penerimaan produk;
b) pengawasan stok;
c) pengeluaran produk, pengepakan, dan transportasi;
d) pemusnahan produk.
Pengeluaran produk
Untuk produk farmasi umumnya pengeluaran produk
mengikuti mekanisme FEFO (First Expiry First Out), artinya
produk yang memiliki masa kadaluarsa yang lebih dekat
206 | Manajemen Logistik Kesehatan
Barang retur
Dalam menangani barang yang diretur yang paling uta-
ma adalah tersedianya prosedur tertulis mengenai barang
retur. Terutama mengenai kapan barang boleh retur, berapa
banyak, dan syarat-syarat lainnya.
Barang retur harus dipisahkan dengan barang yang
reguler, dan diberi label untuk memperjelas pembedanya. Ka-
rena barang retur perlu dicek terlebih dahulu mengenai kon-
disi keamanan dan juga kualitasnya.
Barang rusak
Penanganan barang-barang yang rusak juga perlu diatur
dalam prosedur tertulis, umumnya membahas mengenai pe-
misahaan untuk lokasi penyimpanan, label produk, pengece-
kan, dan juga mekanisme pemusnahannya. Khusus untuk pro-
duk obat-obatan pengawasan mutu obat.
Tindak lanjut terhadap obat yang terbukti rusak:
o Dikumpulkan dan disimpan terpisah;
o Dikembalikan/diklaim sesuai aturan yang berlaku;
o Dihapuskan sesuai aturan yang berlaku.
Pemusnahan barang
Pemusnahan produk farmasi tentunya tidak bisa samba-
rangan, dan perlu diatur dalam prosedur tertulis. Biasanya dari
setiap pabrikan produk dan juga dari pemerintah mengeluar-
kan aturan mengenai tata cara pemusnahan untuk menghin-
dari penyalahgunaan ataupun dampak-dampak yang diakibat-
kan dari pemusnahan produk tersebut.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 207
Dokumentasi
Disamping menjalankan operasional penyimpanan dengan
benar, yang tidak terkalah penting untuk memastikan bahwa se-
mua operasional dijalankan sebagaimana mestinya yaitu doku-
mentasi terutama berkaitan dengan proses penyimpanan.
Dokumentasi terhadap setiap aktivitas penyimpanan sa-
ngat penting, pertama untuk menghindari terjadinya kekeliruan
dan kebingungan akibat banyaknya transaksi yang berjalan. Ke-
dua, dokumentasi dapat digunakan sebagai panduan kerja se-
hingga dapat memastikan tidak ada aktivitas yang terlewati.
Ketiga, digunakan untuk melakukan pelacakan terutama jika
terjadi ketidaksesuaian misalnya selisih stok, barang hilang,
kelebihan, dan sebagainya. Dan yang terakhir, dokumentasi me-
mang merupakan persyaratan yang diwajibkan ketika kita mela-
kukan aktivitas penyimpanan produk, terutama produk-produk
farmasi.
Dokumentasi yang dimaksud di atas sangat beragam,
antara lain:
o Prosedur, merupakan dokumen yang berisi penjabaran atau
instruksi suatu aktivitas. Umumnya prosedur berisi menge-
nai penjelasan, flowchart, dan juga diagram/gambar.
o Pencatatan, merupakan dokumen yang berisi catatan dari
suatu aktivitas. Bentuknya dapat berupa hard copy seperti
kartu stok, buku catatan, dan juga dapat berupa soft copy.
Pengelolaan Dokumen
Karena banyaknya dokumen yang dimiliki dalam satu
organisasi, maka perlu dokumen-dokumen tersebut perlu dike-
lompokkan menjadi:
1) salinan utama;
2) kontrol distribusi;
3) salinan yang tidak diawasi;
4) proses penarikan;
5) salinan yang sudah tidak berlaku.
Penyimpanan Dokumen
Dokumen-dokumen tersebut sangat penting, sehingga per-
lu disimpan dalam tempat yang aman. Kemudian selalu dilaku-
208 | Manajemen Logistik Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
PENGELOLAAN LOGISTIK
HORMONAL DAN ALAT
KONTRASEPSI
209
210 | Manajemen Logistik Kesehatan
Macam-Macam Pil KB
1. Pil kombinasi: kombinasi komponen progesteron/ este-
rogen diminum 3 kali seminggu.
2. Pil sekuensial:
Pil ini mengandung komponen yang disesuaikan
dengan sistem hormonal tubuh;
Dua belas pil pertama hanya mengandung estrogen;
Pil ketiga belas dan seterusnya merupakan kombi-
nasi.
3. Progesteron (progerterone only pil): hanya mengan-
dung progesteron dipergunakan ibu postpartum.
4. Pil mini, merupakan pil hormon yang hanya mengan-
dung progestrone dalam dosis mini (kurang dari 0,5
mg) yang harus diminum setiap hari termasuk pada saat
haid.
5. Once a moth pil, pil hormon yang mengandung estro-
gen yang ” Long acting ” yaitu biasanya pil ini terutama
diberikan untuk wanita yang mempunyai Biological
Half Life panjang.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 211
Nousea
Nyeri
payudara
Gangguan
Haid
Hipertensi
Acne
Penambahan
berat badan.
Beberapa pil
paten yang
telah
dipasarkan.
Gambar 21. Contoh Alat Kontrasepsi
212 | Manajemen Logistik Kesehatan
Suntikan KB
Dua farmasi menemukan suntikan KB hampir bersamaan
yaitu:
1. Upjohn company (1958)
Depo provera yang mengandung medroxyprogesteron
acetat 150 mgr.
Cyclofem yang mengandung medroxyprogesteron
acetat 50 mgr dan komponen estrogen.
2. Schering AG (1957)
Norigest 200 mgr yang merupakan derivat testosteron.
Keuntungan Suntikan KB
Pemberiannya sederhana setiap 8 sampai 12 minggu;
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 213
Kerugian Suntikan KB
Perdarahan yang tidak menentu;
Terjadi amenorea (tidak datang bulan) berkepanjangan;
Masih terjadi kemungkinan hamil.
Kerugian atau penyulit inilah yang menyebabkan
peserta KB menghentikan suntikan KB.
1. Pascapersalinan
Segera ketika masih di rumah sakit;
Jadwal suntikan berikutnya.
2. Pascaabortus
Segera setelah perawatan;
Jadwal waktu suntikan diperhitungkan.
3. Interval
Hari kelima menstruasi;
Jadwal waktu diperhitungkan.
Jadwal waktu suntik berikutnya diperhitungkan
dengan pedoman:
1. Depoprovera : interval 12 minggu
2. Norigest : interval 8 minggu
3. Cyclofem : interval 4 minggu
Dengan pedoman tersebut kepada peserta KB
dapat memperhitungkan kedatangannya dengan teng-
gang waktu yang cukup jelas.Suntikan KB cyclofem
214 | Manajemen Logistik Kesehatan
Keuntungan AKDR
Alat kontrasepsi dalam rahi dapat diterima oleh masyara-
kat dunia, termasuk indonesia dan menempati urutan ketiga
dalam pemakaian.
Keuntungan AKDR yang lain adalah:
1. Dapat diterima masyarakat dengan baik;
2. Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit;
3. Kontrol medis yang ringan;
4. Penyulit tidak terlalu berat;
5. Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung
baik.
Kerugian AKDR
Alat AKDR bukanlah alat kontrasepsi yang sempurna,
sehingga masih terdapat kerugian sebagai berikut:
1. Masih terjadi kehamilan dengan AKDR in situ;
2. Terdapat perdarahan: Spotting dan menometroragia;
3. Leokorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang
senggama terasa lebih basah;
4. Dapat terjadi infeksi;
5. Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer
atau sekunder dan kehamilan etropik;
6. Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan
mengganggu hubungan seksual.
Keuntungan Implant
Efektifitas tinggi setelah dipasang;
Sistem 6 kapsul memberikan perlindungan untuk 5 tahun;
Tidak mengandung estrogen;
Efek kontraseptif segera berakhir setelah implantnya dike-
luarkan;
Implant melepaskan progestin dengan kecepatan rendah
dan konstant, sehingga terhindar dari dosis awal yang
tinggi;
Dapat mencegah terjadinya anemia.
Kerugian Implant
Insersi dan pengeluaran harus dikeluarkan oleh tenaga
terlatih;
Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk
insersi dan pengangkatan implant;
Lebih mahal;
Sering timbul perubahan pola haid;
Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendak-
nya sendiri.
Pencabutan Susuk KB
Indonesia yang merupakan negera terbesar pemakai
susuk KB menghadapi kendala dalam mencabut sebanyak
30.000 sampai 40.000 susuk KB setiap tahunnya. Pada perte-
muan kontrasepsi di cisarua Bogor, 4 Februari 1993,banyak
kendala dijumpai saat pencabutan sebagai berikut:
2. Komplikasi(penyulit)
Perdarahan dan Hematoma;
Infeksi;
Tidak semua susuk KB dapat dikeluarkan.
Metode standar
- Tempat pencabutan didesinfektan kemudian ditutup
dengan duk;
- Dilakukan patirasa lokal dengan Lidokain sebesar 2%;
- Insisi dibuat pada sekitar tempat insersi susuk KB;
- Pencabutan dengan cara: a. Teknik blind (buta) yaitu
kapsul dijepit dengan kliem arteri dan selanjutnya
ditarik keluar, b.Teknik avue yaitu ujung kapsul diber-
sihkan dari jaringan ikat dan selanjutnya dipegang de-
ngan klien arteri dan dikeluarkan.
Teknik U
- Tempat pencabutan didesinfektan kemudian ditutup
dengan duk steril;
- Insisi dibuat sejajar dengan pemasangan susuk KB;
224 | Manajemen Logistik Kesehatan
1. Anestesi lokal
- Tempat susuk KB dipasang(ujung distal) dengan lido-
kain;
- Anestesi dibawah kapsul susuk KB sehingga dapat
mendorong kepermukaan kulit;
- Anastesi diratakan dan ditunggu sekitar 2 menit.
DAFTAR PUSTAKA
MANAJEMEN PEMELIHARAAN
LOGISTIK KESEHATAN
Manajemen Pemeliharaan
Suatu organisasi atau perusahaan yang baru dibangun bia-
sanya memiliki alat baru dan dengan teknologi yang canggih.
Agar peralatan dan fasilitas tersebut tetap dapat berjalan dengan
lancar, maka selama digunakan harus melakukan perawatan dan
pemeliharaan secara terus-menerus. Kata “pemeliharaan” digu-
nakan di sini dengan arti yang sama dengan perawatan dan juga
pembetulan atau reparasi (Eko Indrajit, 2003). Manajemen pe-
meliharaan adalah suatu rangkaian usaha untuk mempertahan-
kan kondisi fasilitas agar tetap berfungsi sebagaimana mestinya
atau dalam usaha untuk menjaga terhadap pengaruh yang meru-
sak (Frederika, 2001). Tujuan dari pemeliharaan yang baik ada-
lah menjaga fasilitas dan perlengkapan dalam pemeliharaan yang
baik dan pada kondisi operasional yang semestinya (Corder,
1996).
228
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 229
Perencanaan Pemeliharaan
Perencanaan adalah sebagai proses untuk merumuskan
masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutu-
han sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program
yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk men-
capai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan manajerial ter-
diri dari 2 bagian utama yaitu perumusan strategi dan penerapan
strategi. Dalam buku-buku manajemen akan dijumpai berbagai
macam batasan tentang perencanaan. Dari DEFINISI di atas
perencanaan akan menjadi efektif kalau perumusan masalah
dibuat berdasarkan fakta-fakta dan bukan berdasarkan atas emo-
si atau angan-angan (Muninjaya, 1999). Melaksanakan perawa-
tan secara terencana dituntut adanya perencanaan yang terperin-
ci, baik interval bulanan maupun mingguan, harus didukung
dengan pengadaan alat, kebutuhan material dan suku cadang
yang terencana. Lebih dari 80% aktivitas pemeliharaan dapat
direncanakan dalam bentuk work planning dan work scheduling.
Adanya work scheduling (penjadwalan pekerjaan) memungkin-
kan anggaran dapat dialokasikan sepanjang periode waktu ter-
tentu. Dengan melakukan tahapan perencanaan yang sistematis,
maka daftar pekerjaan, frekuensi untuk pelaksanaannya, kebutu-
han material/sparepart, dan personel dapat diatur sedemikian
rupa, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan pola jadwal
tertentu baik secara harian, mingguan maupun bulanan, sesuai
dengan perkiraan waktu yang ditentukan (Heri Setiono, 2009).
f. Pembuatan;
g. Perbaikan.
Proses pengadan peralatan dan perlengkapan pada umum-
nya dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan dan penentuan kebutuhan;
b. Penyusunan dokumen tender;
c. Pengiklanan/penyampaian undangan lelang;
d. Pemasukan dan pembukuan penawaran;
e. Evaluasi penawaran;
f. Pengusulan dan penentuan pemenang;
g. Masa sanggah;
h. Penunjukan pemenang;
i. Pengaturan kontrak;
j. Pelaksanaan kontrak.
Mengingat fungsi pengadaan adalah fungsi teknis yang
menyangkut pihak luar maka pengendalian fungsi pengadaan
perlu mendapatkan perhatian. Pengendalian dilaksanakan dari
awal kegiatan sampai dengan pemeliharaan. Kebijakan pemerin-
tah yang mengatur tentang pengadaan barang adalah Keppres
No. 80 tahun 2003.
Penjadwalan
Penjadwalan yang dimaksud di sini adalah, susunan peker-
jaan yang dibuat untuk proses pemeliharaan, seperti pengontro-
lan alat kesehatan apakah dilakukan setiap hari, mingguan, bula-
nan, atau tahunan. Penjadwalan pemeliharaan ini biasanya dila-
kukan sesuai dengan jenis alat yang mau dikontrol. Penggunaan
terbaik perencanaan analisis network dapat membantu penjad-
walan proyek, pengambilan keputusan terhadap urutan kegiatan
sangat perlu untuk mencapai penjadwalan yang optimal. Peren-
canaan jadwal pemeliharaan sangatlah penting, dengan adanya
jadwal dapat meningkatkan sistem pemeliharaan terhadap alat,
seperti inspeksi terjadwal, membantu dalam pengambilan kepu-
tusan jika ditemukan alat yang rusak. Penjadwalan ini dapat
dibuat dalam bentuk harian, mingguan, bulanan atau tahunan
tergantung jenis alat yang mau dikontrol (Eko Indrajit, 2003).
Penanggung jawab untuk jadwal pemeliharaan adalah tenaga
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 233
Jenis-jenis Pemeliharaan
Pemeliharaan tersebut dapat bermacam-macam yang biasa
dibedakan sebagai berikut:
a. Inspeksi Terjadwal
Tujuan inspeksi adalah mengidentifikasi
kegagalan yang telah terjadi atau kemungkinan
akan terjadi diwaktu yang akan datang.
b. Penggantian Terjadwal
Hal ini dilakukan atas dasar perkiraan yang
sudah dihitung sebelumnya, berdasarkan statistik
atau petunjuk lainnya.
b. Pemeliharaan darurat.
No Jenis Penjelasan
2 Biaya Biaya yang direncanakan, seperti
pemeliharaan ganti pelumas pembersihan, tera
terencana ulang, dan lain-lain
Sumberdaya Manusia
DAFTAR PUSTAKA
INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT
1. Pelayanan Penderita
Pelayanan penderita yang langsung di runah sakit
terdiri atas pelayanan medis, pelayanan farmasi, dan pela-
yanan keperawatan. Disamping itu, untuk mendukung pe-
layanan medis, rumah sakit juga mengadakan pelayanan
berbagai jenis laboratorium.
3. Penelitian
Rumah sakit melakukan penelitian sebagai suatu
fungsi vital untuk dua maksud utama, yaitu memajukan
252 | Manajemen Logistik Kesehatan
4. Kesehatan Masyarakat
Tujuan utama dari fungsi rumah sakit keempat yang
relative baru ini ialah membantu komunitas dalam mengu-
rangi timbulnya kesakitan (illness) dan meningkatkan ke-
sehatan umum penduduk. Contoh kegiatan kesehatan ma-
syarakat adalah hubungan kerja yang erat dari rumah sakit
yang mempunyai bagian kesehatan masyarakat untuk
penyakit menular; partisipasi dalam program deteksi pe-
nyakit; seperti tuberkolosis, diabetes, hipertensi dan kan-
ker; partisipasi dalam program inokulasi masyarakat,
seperti terhadap influenza dan poliomyelitis, serta partisi-
pasi bagian pelayanan ambulatory dalam pendidikan prak-
tik kesehatan rutin yang lebih baik dan lain-lain. Apoteker
rumah sakit mempunyai peluang memberi kontribusi pada
fungsi ini dengan mengadakan brosur informasi kesehatan,
pelayanan pada penderita rawat jalan dan dengan memberi
konseling tentang penggunaan obat yang aman, dan tinda-
kan pencegahan keracunan. (Siregar, Charles J.P; 2003).
Obat
Obat adalah senyawa kimia yang tersusun dari unsur atau
senyawa yang terkandung dalam tumbuhan maupun hewan yang
berkhasiat dalam penyembuhan atau terapi suatu penyakit (Moh
Anief, 1995) yang Obat-obat yang terdaftar dalam formularium
rumah sakit program Askeskin tahun 2007 adalah sebagai beri-
kut:
2. Anestetik
a. Anestetik lokal yaitu etil klorida;
b. Anestetik umum dan oksigen yaitu katemin;
c. Prosedur perioporatif, obat untuk terdiri dari atropine,
diazepam, morfin.
5. Antiepilepsi-antikonvulsi
1. Diazepam;
2. Fenitoin;
3. Fenobarbital;
4. Karbamazepin;
5. Magnesium sulfat;
6. Valproat.
6. Antiinfeksi
1) Antelmintik terdiri dari:
Antelmintik intestinal (albendazol), antifilaria (dietilkar-
bamazin), antisistosoma (prazikuantel).
2) SAntibakteri terdiri dari:
Beta laktam (amoksisilin trihidrat, ampisilin, dikloksasi-
lin, fenoksimetil penisilin/penisilin V, prokain benzilpe-
nisilin, sefadroksil, sefaleksin, sefazolin, sefiksim, sefo-
taksim, seftazidim, seftriakson, sefuroksim), antibakteri
lain (tetrasiklin/doksisiklin, kloramfenikol/tiamfenikol,
kontrimoksazol DOEN I, kontimoksazol DOEN II, kon-
trimoksazol suspensi, sulfadiazine, sulfametoksazol, tri-
metoprim, aritromisin, linkomisin, spiramisin, aminogli-
kosida, levofloksasin, ofloksasin, siprofloksasin, sulfasa-
lazin, metronidazol).
3) Antiinfeksi khusus terdiri dari:
antilepra (dapzon, klofazimin, rifampisin), antituberkulo-
sis (asoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambutol, strep-
tomisin), antiseptic saluran kemih (kontrimolsazol DOEN
I, nitrofurantoin, trimetoprim).
4) Antifungi terdiri dari flukonazol, griseofulfin, itrakona-
zole, nistatin.
5) Antiprotozoa terdiri dari: antiamuba dan antigiardiasis
(metronidazol), antimalaria untuk pencegahan klorokuin,
untuk pengobatan malaria (antimalaria doen, artemether,
artesunate, klorokuin, amodiakuin, kuinin, primakuin).
6) Antivirus terdiri dari: Nucleoside Reverse Transcriptase
Inhibitor (lamivudin, zidovudin), Non-Nukleoside Re-
verse Transcriptase Inhibitor (nevirapin), antiherpes
(asiklovir).
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 255
22. Psikofarmaka
a. Antiansietas dan antiinsomnia terdiri dari alprazolam,
clobazam, diazepam;
b. Antidepresi dan antimania yaitu amitriptilin;
c. Antiobsesi kompulsi yaitu klomipramin;
d. Antipsikosis terdiri dari flufenazin, haloperidol, klorpro-
mazin, perfenazin, risperidon dan trifluoperazin.
258 | Manajemen Logistik Kesehatan
25. Sistem imun, obat yang mempengaruhi yaitu serum dan im-
munoglobulin (serum anti bisa luar, serum antitetanus),
vaksin (vaksin BCG, campak, polio, rabies vero untuk ma-
nusia, DP, DPT, vaksin jerap tetanus).
27. Vitamin dan mineral terdiri dari Vit.C, besi, iodium, kalsium
glukonat, kalsium karbonat, kalsium laktat, Vit.B6, Vit.A,
tiamin dan vitamin B kompleks.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 259
1. Order Rutin
Order obat dokter yang ditulis pada lembaran order
obat adalah suatu resep yang sah. Lembaran order obat yang
dapat dibaca dikirim ke Instalasi farmasi Rumah Sakit dan
harus memuat informasi sebagai berikut:
1. Informasi nama dan alamat pasien rawat tinggal;
2. Nama unit perawatan;
3. Nama dan kekuatan obat;
4. Petunjuk penggunaan;
5. Rute pemberian;
6. Tanda tangan dokter penulis;
7. Tanggal dan waktu order ditulis.
Fungsi Perencanaan
Pengertian umum adalah proses untuk merumuskan sasa-
ran dan menentukan langkah yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan secara khu-
sus perencanan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik
yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua calon pemakai (user)
kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di setiap
organisasi (Mustikasari: 2007). Subagya menyatakan perencana-
an adalah hasil rangkuman dari kaitan tugas pokok, gagasan,
pengetahuan, pengalaman dan keadaan atau lingkungan yang
merupakan cara terencana dalam memuat keinginan dan usaha
merumuskan dasar dan pedoman tindakan.
Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam
pelaksanannya sehingga akan sangat sulit dalam pengendalian
apabila tidak didasari oleh perencanaan yang baik. Perencanaan
yang baik menuntut adanya sistem monitoring, evaluasi dan re-
porting yang memadai dan berfungsi sebagai umpan balik untuk
tindakan pengandalian terhadap devisi yang terjadi.
Suatu rencana harus didukung oleh semua pihak, rencana
yang dipaksakan akan sulit mendapatkan dukungan bahkan
sebaliknya akan berakibat tidak lancar dalam pelaksanaannya.
Dibawah ini akan dilukiskan bagan kerjasama antara pimpinan,
perencana, pelaksana dan pengawas (Subagya: 1994).
264 | Manajemen Logistik Kesehatan
Fungsi Penganggaran
Penganggaran (budgetting), adalah semua kegiatan dan
usaha untuk merumuskan perincian penentu kebutuhan dalam
suatu skala tertentu/skala standar yaitu skala mata uang dan
jumlah biaya (Subagya & Mustikasari).
Dalam fungsi penganggaran, semua rencana dari fungsi
perencanaan dan penentu kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk
disesuaikan dengan besarnya biaya dari dana yang tersedia.
Dengan mengetahui hambatan dan keterbatasan yang dikaji se-
cara seksama maka anggaran tersebut merupakan anggaran yang
dapat dipercaya.
Apabila semua perencanaan dan penentu kebutuhan telah
diperiksa berulang kali dan diketahui untung ruginya serta telah
diolah dalam rencana biaya keseluruhan, maka penyediaan dana
tersebut tidak boleh diganggu lagi, kecuali dalam keadaan terp-
aksa.
Pengaturan keuangan yang jelas, sederhan dan tidak rumit
akan sangat membantu kegiatan. Dalam menyusun anggaran ter-
dapat beberapa hal yang harus di perhatikan antara lain adalah:
a. Peraturan terkait;
b. Pertimbangan politik, sosial, ekonomi dan tehnologi;
266 | Manajemen Logistik Kesehatan
Fungsi Pengadaan
Pengadaan adalah semua kegiataan dan usaha untuk me-
nambah dan memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan
peraturan yang berlaku dengan menciptakan sesuatu yang tadi-
nya belum ada menjadi ada. Kegiatan ini termasuk dalam usaha
untuk tetap mempertahankan sesuatu yang telah ada dalam batas
efisiensi. (Subagya: 1994). Sedangkan Mustikasari berpendapat
fungsi pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasi atau
mewujudkan kebutuhan yang telah direncanakan atau telah
disetujui sebelumnya.
Pengadaan tidak selalu harus dilaksanakan dengan pembe-
lian tetapi didasarkan dengan pilihan berbagai alternatif yang
paling tepat dan efisien untuk kepentingan organisasi. Cara yang
dapat dilakukan untuk menjalankan fungsi pengadaan adalah:
1. Pembelian;
2. Penyewaan;
3. Peminjaman;
4. Pemberian (hibah);
5. Penukaran;
6. Pembuatan;
7. Perbaikan.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 267
Fungsi Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk
melakukan pengelolaan barang persediaan di tempat penyimpa-
nan. (Mustikasari: 2007) Penyimpanan berfungsi untuk menja-
min penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsi sebelumya
dengan pemenuhan yang tepat dan biaya serendah mungkin.
Fungsi ini mencakup semua kegiatan mengenai pengurusan,
pengelolaan dan penyimpanan barang. Fungsi yang lain adalah:
kualitas barang dapat dipertahankan, barang terhindar dari keru-
sakan, pencarian barang yang lebih mudah dan barang yang
aman dari pencuri.
Faktor yang perlu mendapat perhatian dalam fungsi
penyimpanan adalah:
a. Pemilihan lokasi
Aksesibilitas, utilitas, komunikasi, bebas banjir, mampu
menampung barang yang disimpan, keamanan dan sirkulasi
udara yang baik.
c. Pengaturan ruang
Bentuk tempat penyimpanan, rencana penyimpanan,
penggunaan ruang secara efisien dan pengawasan ruangan.
Fungsi Penghapusan
Penghapusan adalah kegiatan atau usaha pembebasan ba-
rang dari pertanggungjawaban sesuai peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku (Subagya: 1994). Alasan penghapusan
barang antara lain:
270 | Manajemen Logistik Kesehatan
Fungsi Pengendalian
Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil lapo-
ran, penilaian, pemantauan dan pemeriksaan terhadap tahapan
manajemen logistik yang sedang atau telah berlangsung (Musti-
kasari: 2007). Bentuk kegiatan pengendalian antara lain:
a. Merumuskan tatalaksana dalam bentuk manual, standar,
kriteria, norma, instruksi dan prosedur lain;
b. Melaksanakan pengamatan (Monitoring), evaluasi dan la-
poran, guna mendapatkan gambaran dan informasi tentang
penyimpangan dan jalannya pelaksanaan dari rencana;
c. Melakukan kunjungan staf guna mengidentifikasi cara
pelaksanaan dalam rangka pencapaian tujuan;
d. Melakukan supervisi.
a. Logistik Obat
Meliputi aktivitas logistik yang terkait dengan obat yang
digunakan dalam proses pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Obat merupakan salah satu komponen utama pendapatan ru-
mah sakit. Tantangan dalam melaksanakan logistik obat di
rumah sakit secara baik tergolong tinggi. Berbagai pihak ter-
libat dalam logistik obat di rumah sakit.
h. Logistik Linen
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan
kelompok linen. Masalah yang dihadapi adalah sediaan yang
berlebihan dan proses yang bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Perencanaan/Inventarisasi Kebutuhan
1. Proses Inventarisasi Kebutuhan adalah langkah-langkah
awal untuk mengetahui apa yang dibutuhkan, siapa yang
membutuhkan, di mana, kapan dan bagaimana cara me-
nyampaikan kebutuhannya.
2. Inventarisasi ini membutuhkan ketelitian dan keterampilan
serta kemampuan untuk mengetahui secara pasti kondisi
korban bencana yang akan ditanggulangi.
3. Maksud dan Tujuan Perencanaan/Inventarisasi kebutuhan
adalah:
a) Mengetahui seberapa banyak jumlah korban terkena
bencana yang membutuhkan bantuan logistik dan pera-
latan.
b) Mengetahui seberapa banyak bantuan logistik dan pera-
latan yang dibutuhkan.
c) Mengetahui jenis kebutuhan (pangan, sandang, papan).
d) Mengetahui bagaimana cara menyampaikan bantuan.
e) Mengetahui penanggung jawab kelompok penerima
bantuan.
f) Mengetahui kapan bantuan harus disampaikan.
4. Inventarisasi kebutuhan dihimpun dari:
a) Laporan-Laporan;
b) Tim Reaksi Cepat;
c) Media Massa;
d) Instansi terkait;
e) Rapat koordinasi terhadap informasi mengenai antara
lain jumlah korban, pengungsi, kondisi kerusakan.
5. Perencanaan Inventarisasi kebutuhan terdiri dari:
a) Penyusunan standar kebutuhan minimal.
b) Penyusunan kebutuhan jangka pendek, menengah dan
panjang.
Pendistribusian
1. Berdasarkan data inventarisasi kebutuhan maka disusunlah
perencanaan pendistribusian logistik dan peralatan dengan
disertai data pendukung: yaitu yang didasarkan kepada
permintaan dan mendapatkan persetujuan dari pejabat ber-
wenang dalam penanggulangan bencana.
2. Perencanaan pendistribusian terdiri dari data: siapa saja
yang akan menerima bantuan, prioritas bantuan logistik
dan peralatan yang diperlukan, kapan waktu penyampaian,
lokasi, cara penyampaian, alat transportasi yang digunakan,
siapa yang bertanggung jawab atas penyampaian tersebut.
280 | Manajemen Logistik Kesehatan
Pengangkutan
1. Berdasarkan data perencanaan pendistribusian, maka di-
laksanakan pengangkutan.
2. Data yang dibutuhkan untuk pengangkutan adalah: jenis
logistic dan peralatan yang diangkut, jumlah, tujuan, siapa
yang bertanggung jawab dalam perjalanan termasuk tang-
gung jawab keamanannya, siapa yang bertanggung jawab
menyampaikan kepada penerima.
3. Penerimaan oleh penanggung jawab pengangkutan disertai
dengan berita acara dan bukti penerimaan logistik dan
peralatan yang diangkut.
4. Maksud dan Tujuan Pengangkutan:
a. Mengangkut dan atau memindahkan logistik dan pera-
latan dari gudang penyimpanan ke tujuan penerima;
b. Menjamin keamanan, keselamatan dan keutuhan logis-
tik dan peralatan dari gudang ke tujuan;
c. Mempercepat penyampaian.
Jenis Pengangkutan
Jenis pengangkutan terdiri dari angkutan darat, laut, su-
ngai, danau dan udara, baik secara komersial maupun non
komersial yang berdasarkan kepada ketentuan yang berlaku.
Pemilihan moda angkutan berdasarkan pertimbangan:
a) Situasi dan kondisi keadaan darurat;
b) Kecepatan distribusi;
c) Ketersediaan alat angkutan dan infrastruktur yang ada;
d) Kondisi wilayah asal dan tujuan;
e) Efektifitas dan efisiensi;
f) Keamanan dan keselamatan.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 281
b. Penghapusan
1. Barang logistik dan peralatan yang dialihkan kepemilikan-
nya atau tidak dapat digunakan atau tidak dapat dimanfa-
atkan atau hilang atau musnah dapat dilakukan penghapu-
san.
2. Penghapusan harus dilakukan dengan permohonan peng-
hapusan oleh pejabat yang berwenang melalui proses pe-
nghapusan dan diakhiri dengan berita acara penghapusan.
3. Penghapusan didasarkan peraturan yang berlaku.
4. Maksud dan Tujuan Penghapusan adalah:
a) Untuk mengetahui barang logistik dan peralatan yang
dihapuskan;
b) Bentuk pertanggung jawaban atas amanat dari negara
dan donatur;
c) Mengurangi beban biaya penyimpanan dan pemelihara-
an.
c. Pertanggungjawaban
1. Seluruh proses manajemen logistik dan peralatan yang
telah dilaksanakan harus dibuat pertanggung jawabannya.
282 | Manajemen Logistik Kesehatan
Logistik Medis
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan ma-
syarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan tim-
bulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana merupakan kejadian alami (dapat juga oleh ma-
nusia) yang tidak dapat diduga kapan akan terjadi, dimana akan
terjadi, seberapa besar dan siapa saja yang akan terkena benca-
na. Agak lain dengan bencana akibat ulah manusia, disini ada
sekelompok manusia yang sengaja ataupun tidak sengaja mene-
barkan malapetaka pada sesame manusia, seperti ledakan besar/
bom, dan sabotase. Dampak dari bencana akan sangat mempe-
ngaruhi kehidupan manusia, kesehatan fisik-psikis, sosial-eko-
nomi, maupun kultur-budaya. Untuk penanggulangan akibat dari
bencana diperlukan berbagai upaya dan dukungan semua bentuk
sumber daya, baik sumber daya manusia maupun material pe-
nunjang lainnya. Pada bidang kesehatan selain sumber daya ma-
nusia (SDM), juga sangat diperlukan, baik dalam periode emer-
gency maupun non emergency, sarana penunjang pokok berupa
logistik medis maupun non-medis, seperti: obat-obatan, perala-
tan medis, maupun peralatan keperawatan. Pendukung sektor
kesehatan lain yang juga diperlukan: gizi – nutrisi, suplai air
bersih, sarana kesehatan lingkungan dan perumahan/shelter.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 283
1. Fungsi perencanaan/pemilihan
Dimana dalam waktu yang sangat pendek harus dapat
menyusun dan memilih kebutuhan log-med. Perencanaan atau
pemilihan log-med yang tidak baik akan berakibat kebutuhan
log-med akan mengalami kekurangan atau akan berlebih (pem-
borosan). Dalam keadaan bencana bantuan log-med cukup
banyak namun belum tentu bantuan tersebut akan sesuai de-
ngan apa yang diperlukan didaerah bencana. Walau bagaima-
napun bantuan-bantuan log-med harus selalu dipertimbang-
kan dan dikaji lebih teliti kemanfaatannya.
2. Fungsi penyediaan/pengadaan
Dalam waktu yang sangat pendek harus tersedia log-
med dengan jenis dan jumlah yang mencukupi.Ketersediaan
log-med dapat dengan cara meminta bantuan cadangan nasio-
nal, propinsi, kabupaten/kota atau dengan crash program me-
lakukan pembelian – pembelian kebutuhan log-med. Perma-
salahan yang dihadapi antara lain dana yang tersedia terbatas,
barang yang diperlukan tidak ada dipasaran, harus diimport
sehingga memerlukan waktu yang lama. Dalam situasi ini je-
jaring antar institusi kesehatan sangat membantu ketersediaan
log-med yang diperlukan.
3. Penerimaan-penyimpanan log-med
Dalam waktu yang singkat menyediakan tempat peneri-
maan, penyimpanan, pengamanan barang/log-med. Permasa-
lahan disini cukup komplek di sisi lain tempat dan SDM sa-
ngat minim, sedangkan log-med yang diterima volumenya
besar dan datang dalam waktu relatif bersamaan, baik dari
pengadaan sendiri maupun dari bantuan-bantuan. Padahal
sebagai penerima barang harus diteliti: labelnya, packingnya,
jenis barang, jumlah tiap jenis barang, rusak/tidak, batas
kedaluarsa, ada/tidaknya persyaratan khusus penyimpanan.
Pemeriksaan ini menyita waktu tidak sedikit dan memerlukan
SDM. Banyak dijumpai bantuan dari luar negeri dating
dengan label yang tidak dapat dibaca karena memakai tulisan
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 285
Gambar 27. Alur Bantuan Log – Med dari Pendonor pada Fase
Response/Periode – Gawat – Darurat
1. Penyimpanan Log-Med
Pada kejadian bencana gempa Mei 2009 yang lalu,
bantuan log-med yang diterima ditempatkan pada tempat yang
dianggap aman, tertutup dan ada kuncinya. Setiap bantuan
disimpan oleh penerima bantuan dan tidak dilaporkan pada
koordinator log-med, yang memang tidak diketahui oleh
penerima barang siapa koordinator/penanggung jawab log-
med bencana. Bantuan tersebar dibeberapa lokasi. Tempat
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 291
2. Distribusi
Penyaluran log-med dari gudang (pusat maupun satelit)
ke pengguna dari pengalaman bencana gempa Mei 2006 dan
Gunung Merapi meletus di Yogyakarta yang lalu relatif dapat
terpenuhi dengan baik. Transportasi kendaraan tercukupi dan
aksestabilitas dapat terjangkau. Permasalahan tempat posko
dan penunjuk jalan yang kurang menguasai lapangan. Suplai
log-med belum terbakukan sehingga pengiriman tergantung
dari siapa yang mengelola gudang, mana yang banyak diki-
rim banyak mana item yang sedikit dikirim sedikit, tidak ber-
292 | Manajemen Logistik Kesehatan
3. Penggunaan
Penggunaan (the use of medicine) merupakan pelaya-
nan medis yang rawan. Dari kejadian bencana yang lalu ba-
nyak kasus yang tidak ditangani oleh yang berkompeten
(dokter atau dokter spesialis) akibat pada periode rehabilitasi
banyak dijumpai komplikasi, antara lain hasil operasi yang
tidak sesuai, munculnya tetanus, dll.
Kemasan:
- kemasan untuk 1.000 kasus (= unit dasar) 10 karton;
- tiap 10 karton unit dasar: 1 supplementary unit.
DAFTAR PUSTAKA
Quick, JD., et al., 1997, Managing Drug Supply, 2nd ed., Mana-
gement Science for Health, Kumarian Press, Connecticut,
USA.
Tunggal,A,W. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Logistic dan
Supply Chain Management. Harvarindo. Jakarta.
WHO, 1999, Emergency Relief Itemsvol. II, UNDP, New York,
USA.
WHO, 1995, Estimating Drug Requirement, reprint, Action
Programme on Essential Drugs and Vaccines, Geneva,
Swiss.
BAB 10
MANAJEMEN LOGISTIK
LINEN DAN LAUDRY
296
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 297
Perencanaan
Perencanaan linen harus memperhatikan:
1. Jenis rumah sakit;
2. Jumlah tempat tidur;
3. Sistem linen yang dipakai;
4. Ratio TT dan par linen;
5. 1 TT: (3-9) par linen;
6. ICU: (6-10) par linen.
Catatan:
1 1par dipakai
2 1 par dicuci
3 1 par disimpan di ruangan
4 1 par disimpan di gudang linen
han linen bagian rumah tangga akan bekerja sama dengan bagi-
an logistik dan bidang keperawatan.
Tugas unit linen dan laundri adalah:
1. Merencanakan kebutuhan linen yang diperlukan;
2. Merencanakan kebutuhan bahan linen;
3. Menjaga kebutuhan linen;
4. Memperbaiki alat tenun yang rusak;
5. Mengatur distribusi untuk kelancaran pelayanan linen;
6. Memelihara peralatan laundri;
7. Menyusun laporan kegiatan unit linen dan laundri;
8. Mengawasi kegiatan di unit linen dan laundri;
9. Melaksanakan stock opname secara periodik;
10. Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan kepewaian.
Penganggaran
Dalam organisasi rumah sakit, biasanya linen dan laundri
berada di bawah bagian rumah tangga sehingga dalam pengang-
garan linen akan bekerjasama dengan bagian logistik.
a. Jenis material
1) Katun (catton)
- Bahan alam yang mempunyai daya serap tinggi, sehing-
ga nyaman dipakai;
- Mudah patah pada keadaan kering;
- Warnanya mudah pudar karena panas matahari (Ultra
Violet), bahan kimia;
- Tidak mudah menyala apabila terbakar;
- berbau seperti kertas terbakar dan meninggalkan bau.
2) Polyester
- Tidak mudah kusut;
- berdaya serap rendah;
- Apabila terbakar menyala dan meleleh dan meninggal-
kan bekas hitam yang keras.
3) Rayon
- Lebih mudah kusut;
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 299
b. Jenis tenunan
Banyak sekali jenis tenunan, namun yang sering dipakai
untuk keperluan RS adalah:
1) Tenunan sederhana (plain weave)
Biasanya dipakai untuk membuat kain seprei, baju,
kemeja, sarung, dll.
2) Drill/Twill dan Satin
Biasanya dipakai untuk barang-barang yang membu-
tuhkan.
Pengadaan
Dilakukan oleh bagian logistik sesuai jumlah kebutuhan
linen dan patokan harga serta ketersediaan dana.
Prosedur pengambilan:
1. Sebelum dibawa ke laundri petugas unit kerja harus memi-
lah linen yang terkena feces, darah, nanah, atau obat-oba-
tan dengan linen kotor lainnya.
2. Bilas dan peras cucian terkontaminasi tersebut lalu masuk-
kan ke dalam kantung plastik kuning sebagai tanda bahwa
cucian terinfeksi.
3. Jam 08.00-09.00 petugas laundri datang ke unit kerja
untuk mengambil cucian kotor.
4. Bersama-sama dengan petugas unit kerja, cucian kotor
dihitung dan dicatat baik jumlah dan jenisnya pada formu-
lir yang tersedia dan di tandaa tangani bersama oleh kedua
petugas tersebut.
5. Cucian dibawa ke kamar cuci dengan troli yang tertutup.
300 | Manajemen Logistik Kesehatan
Proses Pendistribusian
1. Setiap jam 15.00 sore petugas laundri mengirimkan cucian
bersih ke unit kerja.
2. Cocokkan di formulir isian cucian yang dikimkan ke bagi-
an laundri pagi harinya.
3. Bila tidak cocok catat dalam formulir tersebut.
4. Simpan linen bersih ditempat yang telah disediakan di unit
kerja.
I. a. Flush
Proses pembasahan yang bertujuan untuk mele-
paskan jenis kotoran yang mudah larut di air, tanpa
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 303
V. Intermediate Extract
Untuk membantu mencapai hasil pembilasan yang
optimal khususnya untuk handuk karena banyak menyim-
pan air dan larutan kimia. Pemerasan secara ringan dan
singkat diperlukan dalam proses ini sebelum memasuki
proses final rinse.
VII. Extract
Beberapa mesin cuci sudah dilengkapi dengan pro-
ses pengeringan/pemerasan, membantu proses pengeri-
ngan.
Warna Pakaian
Konotasi psikologis yang bisa didapat dari warna adalah:
1. Merah tua : cinta dan persahabatan
2. Merah sedang : sedang dan penuh vitalitas
3. Merah menyala : Nafsu
4. Merah muda : lembut feminim
5. Orange tua : Ambisius
6. Kuning muda sedang : bijaksana, perhatian
7. Keemasan yang kuat : glamour
8. Biru sedang : idealis
9. Abu-abu tua ungu : royalty
Penyimpanan Linen
Tergantung jumlah Parstok linen yang ada, tetapi secara
ideal penyimpanan linen berada pada:
1. Minimal 1 Parsstok disimpan di bagian linen;
2. Minimal 1 Parsstok disimpan dibangsal.
Sedangkan yang lainnya dipakai pasien dan dalam proses
pencucian di Laundry.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 305
DAFTAR PUSTAKA
A E
Afrika · 10, 66 Eko Indrajit · 238, 240, 243, 248,
AIDS · 11, 33 255, 257, 258, 285
AKDR · 222, 223, 224, 225, 226, Eropa Barat · 4
227, 228, 229 Estrogen · 217, 220
Amerika · 66, 69, 203, 315 evidence based analysis · 35
Authority and responsibility · 63
F
B
F. A. Moeloek · 7
behavioral modelling · 256 FEFO · 164, 173, 179, 214
bidan · 10, 12, 25, 227 FIFO · 102, 104, 148, 165, 173, 179,
Biological Half Life · 219 185, 198, 199, 200, 205, 207
BMI · 10 First Expiry First Out · 214
Bom Bali I · 299 First In First Out · 102, 104, 148,
Bowerex · 67 173, 185, 198, 199, 207
Bowersox · 68, 69, 70, 78, 83, 91, force majeur · 247
149, 318
G
C
G.R Terry · 47
Canada · 3 Gajah · 66
Cartesian · 2 GBHN · 6, 29
CDR · 9 gempa · 295, 298, 299, 300, 302, 303,
cost efektif · 2 304, 305
cost effective · 5, 41 Gempa Bantul · 299
CPAKB · 44 Good Manufacturing Practices · 41
Grafenberg · 222
Grafenheimer · 222
D Gunung Merapi · 299, 304
Dicipline · 63
Division of work · 63 H
DOEN · 119, 130, 131, 148, 173,
265, 266, 267, 268, 269 Hamsi Alfian · 257, 258, 285
dokter gigi · 10 Hani Handoko · 48, 50
donor agency · 30 Hannibal · 66
donor driven policy · 36 Hendrik L. Blum · 3
hormonal luteinizing · 217
Human Capital · 1, 3, 13
307
308 | Manajemen Logistik Kesehatan
Scalar chain · 64
Seven cupper · 223 V
shared responsibility · 30
SKM · 11
virus HIV · 33
Sleman · 299
SMART · 53, 122
spiral Margulis · 222
Spirit de corps · 65 W
Steven R. Covey · 2
Subagya · 67, 80, 241, 259, 274, 275, Wedus Gembel · 299
277, 278, 279, 280, 281, 285, 286 WHO · 2, 9, 10, 13, 53, 127, 148,
subtropis · 309 150, 174, 305, 308
Supply Chain Management · 69, 92, Wolper · 68
150, 175, 216, 259, 286, 308, 319
supplypoint · 66
Y
T Yogyakarta · 91, 92, 150, 216, 259,
285, 304, 318, 319
task-force · 301 Yunani · 2, 65
Teteron Cotton · 312
PROFIL PENULIS
I. IDENTITAS
Nama Lengkap : Dr. H. Muntasir, S.Si, Apt., M.Si.
NIP/NIDN : 19700816 200012 1 001 / 0016087004
Identitas Lain (No.Serdos) : 101101407432
Pangkat dan Golongan : Penata Tingkat I/ IIID
Jabatan Fungsional Lektor
Tempat dan Taggal Lahir : Ujung Pandang, 16 Agustus 1970
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat Perguruan Tinggi : FKM Universitas Nusa Cendana
Jl. Jenderal Soeharto No. 72, Naikoten Kupang,
NTT. 85000
Telp/Fax. : 0380-821410
Alamat Rumah Perumahan RSS Baumata Blok C No. 2
Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang, Nusa
Tenggara Timur, 85361
Jl. Masjid Babul Jannah No. 23 Maccini Makassar
90144
Jl. Pongtiku No. 28 Malimongan Baru, Bontoala,
Makassar, 90152
HP : (+62) 081339360835
Email : munbasrypps@yahoo.com
310
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si | 311
Tahun
Tingkat Tempat Pendidikan Program Studi Masuk dan Tempat
Lulus
SDN SD Tauladan Pongtiku 1978-1984 Makassar
SMP SMP Negeri 4. Makassar 1984-1987 Makassar
SLTA SMA Negeri 5 Makassar 1987-1990 Makassar
S1 Universitas Hasanuddin Farmasi 1990-1996 Makassar
PROFESI Universitas Hasanuddin Apoteker 1996-1997 Makassar
S2 Universitas Hasanuddin KIMIA 1999-2001 Makassar
LINGKINGAN
S3 Universitas Hasanuddin KIMIA 2011-2016 Makassar
LINGKUNGAN