Anda di halaman 1dari 37

PEDOMAN STANDAR MANAJEMEN

LOGISTIK DI RUANG RAWAT


RSUD dr R SOETRASNO REMBANG

REMBANG, DESEMBER 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga buku Pedoman Standart
Manajemen Logistik Di Ruang Rawat RSUD dr. R. Soetrasno Kabupaten Rembang ini
telah selesai disusun.
Buku pedoman ini sebagai pedoman perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan di RSUD dr. R. Soetrasno Rembang.
Oleh karena itu, dengan terselesaikannya buku pedoman ini, kami selaku
penyusun mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan buku Pedoman Standart Manajemen Logistik RSUD dr. R.
Soetrasno Kabupaten Rembang .

Rembang, Desember 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN
Cover Judul …………………. i
Kata Pengantar …………………. ii
Daftar Isi …………………. iii
BAB I Pendahuluan …………………. 1
BAB II Manajemen obat …………………. 1
1. Perencanaan …………………. 1
2 Evaluasi Pengelolaan obat …………………. 7
3. Hasil Tindak lanjut evaluasi …………………. 7
BAB III Manajemen Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) …………………. 8
1. Perencanaan pengelolaan BMHP …………………. 8
2. Penyimpanan …………………. 9
3. Pengelolaan …………………. 9
4. Evaluasi …………………. 9
5. Tindak lanjut dari evaluasi …………………. 10
BAB IV Manajemen Bahan Berbahaya dan Beracun / B3 …………………. 10
1. Perencanaan pengelolaan B3 …………………. 10
2. Semua staf memahami pengelolaan B3 …………………. 11
3. Penyimpanan dan pengelolaan B3 …………………. 11
4. Evaluasi Pengelolaan B3 …………………. 12
5. Hasil tindak lanjut evaluasi …………………. 12
BAB V Manajemen Linen …………………. 13
BAB VI Penutup …………………. 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rumah Sakit merupakan tempat pelayanan kesehatan masyarakat dengan
karakteristik tertentu yang terpengaruh perkembangan ilmu kesehatan, kemajuan
teknologi, kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Rumah Sakit
merupakan tempat dimana orang yang sakit menerima perlindungan dari ledakan
kehidupan, perawatan dan perhatian perawat dan medis pembantu, dan
perhatian individu dari seorang dokter yang terampil. Rumah Sakit harus
meningkatkan pelayanan yang bermutu tinggi dan dapat jangkau oleh
masyarakat. Sebuah Mutu yang baik dan pelayanan dan pengaturan hak
masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan, maka perlu adanya
peraturan tentang rumah sakit dengan Undang-Undang.
Dalam Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 mengenai Rumah Sakit
telah dijelaskan bahwah Rumah Sakit yang menyelenggarakan suatu pelayanan
kesehatan seseorang secara paripurna serta menyediakan Rawat Inap, Gawat
Darurat dan Rawat Jalan. Rumah Sakit juga harus memiliki instalasi farmasi,
Gudang poli gigi, poli anak dan lain-lain. Efektivitas atau Efisiensi dalam Sebuah
Rumah Sakit perlu di Evaluasi untuk memastikan berjalanya sebuah Rumah sakit
untuk mengembangkan rumah sakit agar terus maju dan berkembang. Rumah
sakit perlu manajemen yang baik agar semua berjalan dengan teratur dan
selaras, agar rumah sakit berjalan dengan 2 efektif dan evisien, serta diharapkan
bisa berkembang Rumah sakit perlu manajemen yang baik agar semua berjalan
dengan teratur dan selaras, agar rumah sakit berjalan dengan 2 efektif dan
evisien, serta diharapkan bisa berkembang. Manajemen sendiri merupakan suatu
konsep yang sederhana yang sering diartikan pada suatu persoalan tertentu.
Manajemen atau yang biasa di sebut “managing” merupakan kegiatan untuk
mengatur atau mengelola hal-hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari
sehingga dapat terselesaikan atau dapat mencapai tujuan yang di inginkan (Alfin
Murtie, 2012).

4
Manajemen bertujuan mengatur suatu bagian yang penting bagi rumah
sakit untuk membantu berjalanya suatu rumah sakit agar efektif dan efisien.
Dimana dalam rumah sakit pasti mempunyai gudang, dan didalam suatu gudang
itu dibutuhkan manajemen untuk mengelola dan mengatur kegiatan yang ada
didalamnya dan itu juga perlu di kendalikan.Sistem Logistik terkait dengan aturan
yang ada di dalam manajemen logistik yang mempunyai siklus. Rumah Sakit
yang juga mempunyai siklus logistik, siklus ini harus terus dijaga agar
pengelolaan logistiknya sama kuatnya dan semua harus selalu berjalan
seimbang, serasi, dan selaras. Manajemen logistik dalam Rumah Sakit
merupakan aspek terpenting di dalam sebuah rumah sakit. Ketersediaan alat
kesehatan dan obat-obatan menjadi sebuah tuntutan paling penting di dalam
pelayanan kesehatan yang semestinya di perhatikan dan di pantau oleh pihak
rumah sakit. Manajemen logistik rumah sakit yang terkait tahap-tahap yang ada
dan saling berkaitan satu dengan yang lainya, sehingga bisa terkendali dengan
baik dan bisa berfungsi secara optimal. Manajemen Logistik adalah bagian kecil
dari Supply Chain Manajement (Manajemen Rantai Pasokan) yang
merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan siklus yang efektif dan efisien.
Manajemen logistik sendiri adalah kegiatan pengorganisasian, pengawasan, dan
perencanaan terhadap kegiatan pencataan, pengadaan, penyimpanan,
pemeliharaan, pendistribusian, dan logistik digunakan untuk memopang
produktifitas serta efisiensi untuk mencapai tujuan. Manajer logistik memiliki suatu
ilmu atau kemampuan untuk mencegah serta 5 meminimalkan kerusakan,
kadaluarsa, pemborosan, dan kehilangan alat karena hal tersebut yang memiliki
dampak terhadap pengeluaran Rumah sakit serta biaya operasionalnya. Menurut
Imron (2009) dalam Utari (2014) Pengelolaan Obatobatan di Rumah sakit adalah
kegiatan yang bersifat mendesak, periodik dan rutin. Artinya harus ada atau tidak
boleh ada yang kosong. Jika mengalami kekosongan maka dapat mengagu siklus
operasional Rumah Sakit. Menurut Verawati et all (2010) Manajemen logistik obat
adalah suatu unsur yang sangat penting bagi rumah sakit karenapersediaan obat
yang terlalu besar maupun terlalu sedikit akan membuat rumah sakit mengalami
kerugian. Biaya kerugian persediaan obat yang besar dan terganggunya operasi

5
pelayanan. Manajemen logistik sendiri merupakan ilmu yang mempelajari tentang
pengetahuan dan seni atau proses penentuan kebutuhan suatu pengadaan,
perencanaan, pemeliharaan, penyimpanan, dan penyaluran serta penghapusan
mengenai material/alat-alat di dalam sebuah rumah sakit.
Manajemen logistik obat dan peralatan kesehatan di rumah sakit yang
meliputi tahapan-tahapan yang terkait satu dengan yang lain, sehingga
memerlukan koordinasi yang baik dan sesuai kebutuhan agar masing-masing
bisa berfungsi secara optimal. Ketidak sesuaian antara masing-masing tahap
akan menyebabkan sistem suplai obat dan alat kesehatan yang ada menjadi
tidak efektif dan tidak efisien, dan ini akan menimbulkan dampak yang negatif
terhadap sebuah rumah sakit. Manajemen logistik mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan manajemen persediaan. Manajemen persediaan merupakan
inti dari aktivitas manajemen operasi. Manajemen persediaan yang baik adalah
merupakan suatu hal yang sangat penting 6 bagi keberhasilan operasi dari
sebagian besar bisnis dan rantai pasokan. Operasi, keuangan dan pemasaran
mempunyai kepentingan dalam mengatur manajemen persediaan yang baik
(Stevenson dan Chuong, 2014). Persediaan atau Inventory adalah stock barang
atau sumber daya atau apa pun yang digunakan di dalam sebuah organisasi.
Sistem persediaan adalah serangkaian kebijakan dan pengendaliaan yang
mengawasi tingkat persediaan yang menentukan tingkat persediaan yang harus
selalu di pantau untuk di isi kembali dan berapa pesanan yang harus di pesan
(Jacobs dan chase 2016). Stevenson dan Chuong (2014) mengatakan bahwa
persediaan atau (Inventory) merupakan stok atau simpanan barang-barang.
Persediaan bagian dari aset yang paling penting, Persediaan memerlukan
pengelolaan, perencanaan, serta pengawasan yang baik agar persediaan tidak
kurang atau kesalahan pencatatan jumlah persediaan. Persediaan juga sangat
rentan terhadap kerusakan, kadaluarsa dan pencurian. Pengendalian intern yang
bertujuan melindungi aset perusahaan dan agar informasi mengenai persediaan
dapat dipercaya. Menurut Anshari (2009) dalam Dampung et all (2018) Untuk
menanggulangi permasalahan di atas maka diperlukan sistem Perencanaan atau

6
Planning yang baik. Planning yang dimaksud adalah serangkaian aktivitas untuk
menentukan jenis dan jumlah obat-obatan yang akan diadakan dalam pelayanan.
Pelayanan keperawatan memerlukan dukungan logistik, dengan berbagai
macam barang kebutuhan ruang yang harus dikelola dengan baik, hal tersebut
menjadi bagian dari tanggung jawabnya kepala ruang, yang secara teknis
dilakukan oleh para staf di bawah tanggung jawabnya. Standar manajemen
logistik ini membahas pengelolaan logistik yang mencakup integrasi informasi,
transportasi, inventori, perawatan, pengelolaan, penyimpanan dan distribusi di
setiap unit sesuai standar meliputi pengelolaan obat, bahan medis habis pakai,
dan Bahan Berbahaya Beracun (B3).

1.2. Maksud dan Tujuan


1. Tujuan dari standar manajemen logistik adalah agar kepala ruang dapat
mengoptimalkan logistik yang disediakan rumah sakit sehingga dapat
memanfaatkan secara efektif dan efisien , tepat waktu dan jumlah, mengelola
dalam kondisi tepat, dan perencanaan biaya yang tepat sehingga dapat
memberikan kontribusi yang baik bagi rumah sakit.
2. Supaya dapat menghitung kebutuhan logistik,sehingga rumah sakit dapat
menghitung Rencana Anggaran Belanja dengan baik dan terperinci .
3. Di harapkan dengan standart management logistik Rumah Sakit tidak
mengalami kerugian dan defisit keuangan.

1.3. Dasar Hukum


1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2021Tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit.
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 Tentang
Keperawatan.

7
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/425/2020 Tentang Standar Profesi Perawat
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2019
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2014
Tentang Keperawatan.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2020
Tentang Akreditasi Rumah Sakit.
8. Permenkes no 7 tentang Pengelolaaan Linen
9. Undang Undang no 32 th 2009 tentang Tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
10. Peraturan pemerintah no 101 th 2014 tentang pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun .

8
BAB II
MANAJEMEN OBAT

Pengelolaan obat di ruang rawat meliputi ketersediaan referensi, perencanaan,


pemberian, penyimpanan, evaluasi dan rencana tindak lanjut.
1. Perencanaan
a. Kepala ruang menyiapkan referensi pemberian obat yang bisa digunakan
perawat dalam memberikan terapi kepada pasien.
 Target Capaian
Adanya referensi yang lengkap
 Dokumentasi
Dokumen referensi meliputi formularium, ISO /MMS), SPO pemberian obat.
 PIC
Kepala Ruang
b. Kepala ruang membuat perencanaan pengelolaan obat di ruangan meliputi:
1) Peresepan
 Obat diresepkan oleh DPJP/asisten DPJP lewat RME dengan jumlah
OUDD
 Farklin akan mentelaah resep yang sudah masuk lewat RME.
 Peresepan obat kemoterapi:
 DPJP membuat resep manual sesuai standart peresepan obat,
protokol kemoterapi, lembar dispensing, arsiran, hasil MSCT atau
hasil BMP atau hasil PA.
 Untuk resep kemoterapi harus ditanda tangani oleh DPJP
onkologi,sesuai standart peresepan obat pasien, berat badan,
sedangkan untuk wanita ada keterangan apakah hamil atau tidak.
 Untuk lembar dispensing dilengkapi data berat badan, tinggi badan ,
BSA. Setelah lengkap, kemudian tenaga pengantar resep akan
mengantarkan resep ke farmasi sitostatika di Kartini 3.
 Target Capaian
Peresepan obat OUDD

9
 Dokumentasi
Dokumen resep
Dokumen resep kemoterapi
 PIC
DPJP, perawat, farklin.
2) Penerimaan obat
 Obat dari farmasi akan diantar oleh petugas farmasi ke ruangan.
 Serah terima antara pengantar obat dan petugas perawat ruangan
dengan cara pengantar obat membacakan obat di lembar penerimaan
obat dan perawat akan mencocokkan obat yang diterima. Setelah cocok
perawat dan petugas obat tanda tangan di buku serah terima obat
 Target Capaian
Obat yang diterima sesuai resep yang dibuat DPJP/ asisten DPJP
 Dokumentasi
Adanya buku serah terima obat
 PIC
Perawat, petugas farmasi
3) Penyimpanan obat
a) Obat emergency disimpan dalam kotak emergency ditempat yang
mudah di jangkau. Di kotak emergency ada daftar isi,jumlahnya serta
tanggal kadaluarsa.
b) Obat dan cairan pasien di tempatkan di almari obat.Almari obat di beri
identitas pasien.
c) Obat oral dan injeksi dan cairan infus di letakkan di almari obat.
d) Untuk obat dan cairan yang membutuhkan suhu penyimpanan 2 – 8º C
dimasukkan dalam kulkas obat.
e) Obat High Allert akan di masukkan di kotak merah dan di beri label high
alert.
f) Obat yang multidose dimasukkan di kulkas obat , jika vial sudah ke buka
harus di lengkapi nama pasien, no rekam medis, nama obat, dosis obat,

10
tanggal buka, tanggal expired, dan nama pengoplos obat dan ditutup
dengan plasterin.
 Target Capaian
Sesuai rekonstitusi obat
 Dokumenasi
Adanya label di obat multidose .
 PIC
Perawat
4) Pemberian obat ke pasien
a) Penyiapan obat dilakukan oleh perawat dilakukan di kamar obat.
Perawat menuliskan identitas pasien dan obat yang diberikan dilabel.
b) Penyiapan untuk cairan infus yang berisi konsentrasi pekat dilakukan di
farmasi.
c) Untuk obat High Allert yang akan diberikan ke pasien akan dilakukan
double cek oleh 2 perawat.
d) Pemberian obat sesuai dengan 6B (Benar identitas pasien, benar nama
obat, benar dosis, benar waktupemberian , benar cara pemberian dan
benar pendokumentasian).
e) Benar identitas pasien adalah saat memberikan obat sesuai dengan
pasien, dicek di resep dan saat memberikan di cocokkan dengan gelang
identitas pasien.
f) Benar nama obat yaitu obat yang diberikan sesuai advis DPJP.
g) Benar dosis yaitu dosis obat yang diberikan sesuai dengan advis DPJP
dan yang ada di label obat pasien dari farmasi.
h) Benar cara pemberian yaitu cara pemberian obat sudah sesuai dengan
advis DPJP dan dikemasan obat. (apakah intra vena, intra muskuler,
sub kutan, oral atau suppositoria).
i) Benar waktu pemberian yaitu sesuai advis DPJP.
 Target Capaian
Pemberian obat sesuai SPO
 PIC

11
Perawat, farmasi klinik.
5) Pendokumentasian Terapi
a) Terapi yang telah diberikan ke pasien di dokumentasikan oleh perawat
di lembar table pencatatan pemberian obat , serta tandatangan yang
memberikan terapi.
b) Untuk dokumentasi obat High Allert s dilakukan double cek dan
didokumentasikan di lembar pencatatan pemberian obat dan lembar
CPPT.
 Target Capaian
Setelah memberikan terapi segera didokumentasikan
 Dokumentasi
Dokumentasi pemberian obat di lembar pencatatan pemberian obat dan
CPPT.
 PIC
Perawat.
6) Monitor efek samping obat
Bila ada pasien yang alergi setelah diberikan obat perawat akan melaporkan
ke DPJP dan koordinasi dengan farmasi klinik. Farmasi klinik akan
menuliskan alergi obat pasien di lembar Monitor Efek Samping Obat
(MESO). Perawat kemudian akan memberikan kancing alergy di gelang
pasien.
 Target capaian
Efek samping obat yang dialami pasien.
 Dokumentasi
Form MESO
 PIC
Farklin.

12
Lampiran :

ALUR PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT

Terjadi efek yang dicurigai karena obat

Laporkan ke farmasi

Dianalisa oleh apoteker

Koordinasi dengan Farmasi Klinis

Laporkan ke PFT

Efek samping belum diketahui Efek samping sudah diketahui

Laporkan ke Pusat MESO Nasional Dokumentasikan

Dokumentasikan

Reaksi Serius

Laporkan ke PMKP

13
7) Return Obat
Return obat dilakukan bila :
a) Pasien meninggal ,pulang atau rujuk.
b) Terapi ada yang distop atau ganti dosis.
 Target Capaian
Return obat sebelum billing ditutup, tidak ada penumpukan obat / alkes
di loker pasien
 Dokumentasi
Dokumentasi dua lembar di kertas return
 PIC
Perawat, farklin, pengantar obat.

PENGEMBALIAN OBAT

Nama
penderita
No Register
Ruangan

No Nama Jumlah Harga Keterangan


obat obat
1
2
3
4
5
dst

2. Evaluasi Pengelolaan obat


a) Terdapat evaluasi dari perencanaan, pemberian dan penyimpanan obat.
b) Terdapat rekap Insident Keselamatan Pasien pemberian obat
 Dokumentasi
Dokumentasi rekap Insident Keselamtan Pasien.
 PIC
Kepala Ruang, tim patient safety ruangan

14
3. Hasil Tindak lanjut evaluasi
Terdapat tindak lanjut dari pengelolaan obat dan Insiden Keselamtan Pasien
 Target Capaian
Adanya resosialisasi SPO pemberian obat, supervisi berjenjang pengelolaan
obat
 Dokumentasi
Dokumentasi resosialisasi, dokumen supervise berjenjang.
 PIC
PPJA, kepala ruang, farklin

Format Flour stok obat


Ruang
BULAN

Nama Jumlah
NO obat Persediaan TANGGAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

15
BAB III
MANAJEMEN BAHAN HABIS PAKAI (BHP)

Bahan Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan
sekali pakai (single use). Bahan Habis Pakai pada prinsipnya menggunakan First
Expired First Out ( FEFO) dan First In First Out (FIFO).
1. Perencanaan pengelolaan BHP
a. Merencanakan kebutuhan BHP, untuk safety stock dengan rumus
kebutuhan 1 minggu x 4 + 10 % : 30.
b. Kepala ruang memberikan daftar kebutuhan BHP kepada Admin untuk
dibelanjakan ke bagian logistik dan apotik.
c. Admin akan belanja ke logistik setiap seminggu sekali untuk stok di
ruangan.
d. Admin mencatat belanja BHP dibuku.
 Target Capaian
 Kebutuhan BHP bisa direncanakan secara efektif dan efisien
 Sesuai kebutuhan pasien
 Dokumentasi
 Dokumen penghitungan kebutuhan BHP
 Buku Belanja BHP ke logistik
 Resep dan lembar penerimaan obat
 PIC
Kepala Ruang, admin.
2. Penyimpanan
a. BHP alkes (spuit, Iv cateter, infus set, Hipavix) disimpan di almari obat
masing – masing pasien.
b. BHP steril produk CSSD (kassa, GB set, IUD kid set, minor set kulit, jarum
cauter set,mikro dermabrasi set.) di simpan di lemari sesuai dengan FIFO.
c. BHP farmasi (handscoend, APD, cairan NaCl 0,9%,) di simpan di lemari
logistik .

16
 Target Capaian
 Sesuai kebutuhan pasien
 Tersedia sesuai dengan perencanaan, dan tidak ada BHP yang
kadaluarsa.
 Tersedia sesuai dengan perencanaan, dan tidak ada BHP yang
kadaluarsa
 PIC
Administrasi, perawat, kepala ruang
3. Pengelolaan
Untuk BHP yang bisa digunakan multi dose (seperti NaCl 0,9 %,) setelah dibuka
ditulis tanggal buka dan tgl kadaluarsa dan di tutup dengan para film.
PIC: Perawat.
4. Evaluasi
a. Evaluasi dari perencanaan kebutuhan BHP dan pemakaian kebutuhan BHP
per bulan.
b. Evaluasi bila ada kejadian K3 dan tindak lanjut dari K3
 Target Capaian :
 Tersedia dokumen pemakaian BHP per bulan
 Terdapat rekap pelaporan K3
 PIC : Kepala ruang, perawat, admin
5. Tindak lanjut dari evaluasi
Terdapat tindak lanjut dari hasil pengelolaan BHP dan K3.
PIC :Perawat, admin, kepala ruang.

17
6. Format stok BHP

DAFTAR STOK BHP RUANG …………..

BULAN : ……….

NO NAMA MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU KET


BARANG I II III IV
J D S J D S J D S J D S
M I I M I I M I I M I I
L P S L P S L P S L P S
A A A A A A A A A A A A
W K W K W K W K
A A A A A A A A
L I L I L I L I
1. HANDSCOEN
2. MASKER
3. TISSUE CUCI
TANGAN
4. TISSUE EKG
5. JELLY EKG
6. PLESTER
COKLAT
7. KASSA
GULUNG
8. Dst….

NB: ambil stok dari angka yang terkecil

18
BAB IV
MANAJEMEN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN / B3

Pengelolaan ruang rawat tidak bisa lepas dari ketersediaan dan penggunaan
bahan berbahaya dan beracun.Salah satu yang harus di waspadai dari B3 adalah
mudah terbakar, oleh karena itu B3 perlu pengelolaan khusus di ruang rawat.Kepala
Ruang bertanggung jawab terhadap pengelolaan B3 (bahan berbahaya dan
beracun) dalam ketersediaan, penyimpanan, penggunaan dan penanganan bila ada
tumpahan B3. Pengelolaan B3 yang dilakukan dengan optimal merupakan upaya
untuk mengendalikan dan meminimalkan risiko.
1. Perencanaan pengelolaan B3 (farmasi dan rumah tangga) sesuai karakteristik
ruang rawat dan standar baku di RSUD dr R Soetrasno Rembang.
a. Merencanakan kebutuhan kebutuhan B3 , untuk safety stock dengan rumus
kebutuhan 1 minggu x 4 + 10 % : 30.
b. Kepala ruang memberikan daftar kebutuhan B3 kepada admin untuk
dibelanjakan ke logistik .
c. Admin akan belanja ke logistik setiap satu minggu sekali untuk stok di
ruangan.
d. Admin mencatat belanja B3 di buku.
 Target Capaian
Kebutuhan B3 bisa direncanakan secara efektif dan efisien
 Dokumentasi
- Dokumen penghitungan kebutuhan B3
- Buku belanja kebutuhan B3
 PIC
- Kepala Ruang
- Admin
2. Semua staf memahami pengelolaan B3
Review tujuan penyimpanan B3 dan penatalaksanaan tumpahan B3
 Target Capaian
- Staf mampu menjelaskan tujuan penyimpanan B3 sesuai standar.

19
- Staf mampu menjelaskan penatalaksanaan tumpahan B3.
 Dokumentasi
Dokumentasi review B3
 PIC
Kepala ruang, perawat, admin.
3. Penyimpanan dan pengelolaan B3
a. B3 tersimpan di lemari B3 .
b. Di lemari B3 dilengkapi daftar isi B3 dan stiker sifat B3 (misal korosif, mudah
meledak, dll). Di dekat lemari B3 terdapat spilkitt , eye wash dan MSDS.
c. Di dalam lemari B3 terdapat dua sekat yaitu untuk B3 farmasi dan B3 rumah
tangga. Terdapat label di masing – masing B3 dan ditempatkan berdasar
FIFO. Terdapat kartu stok untuk mencatat keluar masuk B3.
d. Memilah B3 farmasi dan rumah tangga untuk di susun di lemari B 3 . Contoh
B3 rumah tangga adalah sabun cuci tangan, sabun cuci piring. Sedangkan
B3 farmasi adalah handrub, savlon, alkohol swab, alkohol 70%.
e. Untuk handrub setelah diambil dari lemari B3 dan dipakai, dituliskan tanggal
buka dan tanggal kadaluarsa.
 Target Capaian
- Penyimpanan B3 tidak ada yang kadaluarsa dan aman.
- Pemeriksaan secara rutin spilkitt dan pastikan tidak ada yang
kadaluarsa.
 Dokumentasi
- Dokumentasi pengecekan B3
- Dokumentasi kartu stok untuk mencatat keluar masuk B3 secara
kontinyu
 PIC
Kepala ruang, perawat, admin

20
Dokumentasi Penyimpanan
B3

Ruang

No Nama Satuan Jumlah expired Apd Peralatan tanggap


B3 kemasan data darurat
1
2
3
4
5
dst

Dokumentasi
Penggunaan B3

Ruang

No Nama Satuan Jumlah expired


B3 kemasan data
1
2
3
4
5
dst

Analisa Kebutuhan B3
Ruang …
Rumus kebutuhan 1mgg x 4 +
10%:30
Bulan…

No Nama satuan expired Kebutuhan Jumlah Penggunaan Penambahan Sisa


B3 kemasan data awal akhir Ket
1
2
3
4
5
dst

21
4. Evaluasi Pengelolaan B3
a. Terdapat evaluasi dari pemahaman staf terkait penyimpanan B3,
penggunaan B3, pengelolaan tumpahan B3.
b. Terdapat rekap K3
 Dokumentasi
- Dokumentasi bila penggunaan spil kitt.
- Dokumentasi bila ada K3 .
5. Hasil tindak lanjut evaluasi
Terdapat hasil tindak lanjut pengelolaan B3

Cek List Isi Spil Kit


Ruang

No Nama Barang Jumlah


1 Tanda Peringatan 1 buah
Prosedur Penanganan tumpahan bahan
2 berbahaya 1 buah
3 Gaun Pelindung lengkap / Appron 1 buah
4 Sarung tangan latex 2 pasang
5 Masker 2 pasang
6 kaca mata gogle 1 buah
7 pinset /jepit makanan 1 buah
8 csopp dan scraper masing 1 buah
9 kertas penyerap koran atau kain lagi min 3 lbr
10 air bersih ukuran 600 lt
11 lap pel 1 buah
12 sprayer 1 buah
13 sepatu boot 1 pasang
14 dua kantong berisi
a. kantung infeksius
1.klorin 12 5 = cara pengenceran 1 botol kecil
2. kantong kuning 1 lembar
b Kantong B3
sisa gergaji 1kantong
kantong plastik secukupnya
tisu gulung 1 rol

22
Dokumentasi Penggunaan Spil Kit

Ruang

No Penggunaan spil kit Kejadian (tgl jam)


1 pembersihan tumpahan cairan tubuh
2 pembersihan tumpahan cairan kimia
bahan kimia padat
bahan kimia cair

Log Book Tumpahan B3 RSUD Dr


Soetrasno Rembang

Ruang
Bulan

jenis jumlah ceceran Tindakan


No Tanggal Lokasi ceceran/tumpahan / tumpahan penanganan Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
dst

23
BAB V
MANAJEMEN LINEN

Instalasi linen sebagai salah satu bagian dari penunjang pelayanan diharapkan
mampu menjalankan visi dan misi yang ada.Dalam fungsinya Instalasi linen sebagai
penyedia linen yang siap pakai dan bersih sudah menjadi hal mutlak yang harus
terpenuhi.Dalam operasionalnya banyak hal yang terkait baik dalam hal sumber
daya manusia,sarana dan prasarana alur serta manajemen yang terikat dalam
pengelolaan linen.Linen harus dikelola dengan baik dan benar sesuai dengan
standart yang berlaku.Dalam pengelolaan linen diperlukan suatu pedoman agar
dihasilkan produk dan standart yang baku.

1. Penerimaan linen kotor


a. Linen kotor dikirim oleh petugas cleaning servis masing2 ruangan
b. Linen kotor diterima dari ruangan yang telah dipilah antara linen infeksius
dan non infeksius
c. Linen kotor infeksius ditempatkan pada plastik warna kuning di beri tulisan
jenis dan jumlah dikirim dengan menggunakan kereta linen kotor.
2. Distribusi linen
a. Linen bersih yang telah selesai proses pelipatan ditempatkan pada rak
almari yang telah diberi nama masing2 ruang.
b. Linen bersih dicocokkan dengan blangko penerimaan dan dicocokkan
sesuai jumlah dan masing2 ruang dan siap didistribusikan.
3. Ketersediaan linen
Tiga kali jumlah tempat tidur yang ada diruangan.
Dengan perincian :
- 2 x dari jumlah tempat tidur yang ada di ruangan
- 1x dari jumlah tempat tidur di linen.
4. Analisa linen di lakukan di akhir bulan untuk memperhitungkan kebutuhan linen
di bulan berikutnya.

24
ANALISA PENGELOLAAN LINEN RUANG

Bulan

Kondisi Perbaikan Jumlah


Nama Jumlah Jumlah Penam Keku
No Kebutuhan Akhir/
Barang Awal Rusak Rusak Saat Ini bahan rangan
Baik Afkir Saat Ini
Ringan Berat
1 Lemek/
Steek laken
2 Perlak
3 Selimut
4 Seprei
5 sarung
bantal

Jumlah awal sama dengan jumlah akhir :


Rencana Tindak Lanjut:

BUKU SERAH TERIMA LINEN BERSIH DAN KOTOR

RUANG ……………….

NO TGL BARANG JAM KOTOR PARAF J BERSIH PARAF K


A E
M T
CS LINEN CS LINEN

25
CHECKLIST PENILAIAN 5R RUANG …………………

NO ITEM
I II III IV I II III IV
1. Ringkas: Unit
melakukanringkasdenganmemisahkanbarang
yang seringdipakai,
jarangdipakaidantidakdipakai
2. Rapi: Unit tampakrapi,
semuabarangadapadatempatnya
3. Resik: Unit tampakbersihdaridebudankotoran
4. Rawat: Unit
tampakmerawatdenganbaikringkas,
rapidanresik
5. Rajin: Unit rajinmelakukanringkas, rapi, resik,
danmampumerawatdenganbaik.

REKOMENDASI

PENILAI (SUPERVISOR)
KEPALA RUANG

26
BAB VI

PENUTUP

Dengan dibuatnya buku pedoman standart managemen logistic diharapkan dapat


membantu memberikan pelayanan asuhan keperawatan dengan baik. Manajemen
bertujuan mengatur suatu bagian yang penting bagi rumah sakit untuk membantu
berjalanya suatu rumah sakit agar efektif dan efisien. Dengan adanya buku pedoman ini
juga dapat membantu Rumah Sakit dalam menyusun perencnaan Anggaran belanja
kebutuhan logistic Rumah sakit. Demikian buku pedoman in kami buat sehingga dapat
berkoordinasi dengan bidang lain yang berhubungan dengan logistic dan dapat
membani pihak pihak yamg terkait sehinggga dapat terja.Kritik dan saran selalu kami
tumggu supaya dapat menjadikan pedoman standat.

27
TINJAUN PUSTAKA

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2021Tentang


Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit.
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 Tentang
Keperawatan.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/425/2020 Tentang Standar Profesi Perawat
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2019
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2014
Tentang Keperawatan.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2020
Tentang Akreditasi Rumah Sakit.
8. Permenkes no 7 tentang Pengelolaaan Linen
9. Undang Undang no 32 th 2009 tentang Tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
10. Peraturan pemerintah no 101 th 2014 tentang pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun .
11.Buku pedoman Pelayanan Instalasi Linen RSUD dr Soetrasno Rembang.
12. Buku pedoman pelayanan farmasi RSUD dr Soetrasno Rembang .
13. Buku Pedoman pengolahan limbah B3 RSUD dr Soetrasno Rembang.

28

Anda mungkin juga menyukai