Anda di halaman 1dari 28

OPTIMALISASI INDOKTRINASI OLEH RESIMEN KORPS TARUNA DALAM

MEWUJUDKAN PERWIRA AKADEMI TNI DAN POLRI YANG PROFESIONAL


GUNA MENCAPAI INDONESIA EMAS
DAFTAR ISI

BAB I..................................................................................................................................3
1.1 Umum...................................................................................................................3
1.2 Maksud dan Tujuan..............................................................................................5
1.3 Ruang Lingkup dan Tata Urut..............................................................................5
BAB II.................................................................................................................................8
DASAR PEMIKIRAN..........................................................................................................8
2.1 Landasan Idiil.......................................................................................................9
2.2 Landasan Konstitusional....................................................................................10
2.3 Landasan Konseptual........................................................................................11
2.4 Landasan Visional..............................................................................................11
2.5 Landasan Operasional.......................................................................................12
BAB III..............................................................................................................................18
KONDISI SAAT INI...........................................................................................................18
3.1 Kurangnya Pemahaman Taruna Tentang Persustar dan Perkalemdiklat..............18
3.2 Minimnya Pengetahuan Taruna akan Kondisi di Masyarakat................................18
3.3 Menurunnya Kepedulian Sosial Taruna..................................................................19
3.4 Menurunnya Keimanan dan Ketakwaan Taruna....................................................19
BAB IV..............................................................................................................................20
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI.................................................................20
4.1 Minimnya Sosialisasi Persustar dan Perkalemdiklat oleh Taruna..........................20
4.2 Minimnya Interaksi Taruna dengan Masyarakat.....................................................20
4.3 Kurangnya Rasa Empati.........................................................................................21
4.4 Menurunnya Tingkat Keimanan Dan Ketaqwaan Taruna.......................................21
BAB V...............................................................................................................................22
KONDISI YANG DIHARAPKAN.......................................................................................22
5.1 Taruna Memahami Persustar dan Perkalemdiklat Polri.........................................22
5.2 Taruna Mampu Memahami Kondisi Masyarakat....................................................22
5.3 Meningkatnya Jiwa Sosial Taruna..........................................................................23
5.4 Meningkatnya Keimanan dan Ketaqwaan Taruna..................................................23
BAB VI..............................................................................................................................24
UPAYA YANG DILAKUKAN.............................................................................................24
6.1 Sosialisasi Persustar atau Perkalemdiklat kepada Taruna.....................................24

1
6.2 Kegiatan Seminar Bersama Masyarakat Akademisi……………….........................24
6.3 Bakti Sosial.............................................................................................................25
6.4 Digital Preaching.....................................................................................................25
BAB VII.............................................................................................................................26
PENUTUP........................................................................................................................26
7.1 Kesimpulan........................................................................................................26
7.2 Saran..................................................................................................................26

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Umum
Indonesia Emas adalah mimpi pemerintah untuk mewujudkan Indonesia
yang mampu bersaing dengan banyak negara maju. Indonesia diharapkan sudah
menyelesaikan berbagai masalah dasar, seperti kemiskinan. Tahun dipilih karena
bertepatan dengan 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Salah satu indikator yang
ingin dicapai adalah, masuknya Indonesia menjadi tujuh kekuatan ekonomi
terbesar di dunia dalam 26 tahun mendatang. Kunci dari keberhasilan besar
Indonesia ini ditandai dengan keberadaan generasi milenial sebagai penduduk
produktif. Generasi milenial ini dianggap penentu sukses atau tidaknya mimpi
tersebut diwujudkan. Indonesia Emas adalah impian para generasi muda di
Indonesia untuk membentuk negara dan bangsa yang mampu bersaing dengan
bangsa lainnya, serta bisa menyelesaikan masalah-masalah yang mendasar di
Tanah Air, seperti korupsi dan kemiskinan. Indonesia Emas diprediksi akan
terjadi pada 100 tahun kemerdekaan Indonesia, yaitu pada tahun . Untuk
menjadikan Indonesia emas, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu
kualitas Sumber Daya Manusia, terutama pemuda Indonesia. Pemuda Indonesia
memiliki peran penting sebagai generasi penerus bangsa yang bisa menjadi
pemimpin Indonesia dan bisa mengambil keputusan yang tepat demi
pertumbuhan ekonomi dan kemajuan negara Indonesia.
Adapun visi dari Indonesia Emas antara lain sebagai berikut :

1) Demokrasi Indonesia. Visi pertama untuk mewujudkan indonesia


emas adalah terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas, didukung
dengan pemilihan umum yang adil dan berintegritas. Demokrasi ini akan
menghasilkan Taruna yang bersih, akuntabel, dan berbobot, juga
memiliki orientasi pada kepentingan manusia. Perjalanan demokrasi

3
harus memperkuat perlindungan dan pemenuhan hak manusia di
lndonesia maupun dunia.

2) Supremasi Hukum. Taruna harus bisa menikmati supremasi hukum


murni, konsisten, dan absolut. Untuk mewujudkan visi ini, hukum harus
ditegakkan tanpa pandang derajat, kepentingan, maupun jabatan. Untuk
itu, reformasi hukum harus segera dijalankan demi memberikan hukum
yang progresif dan adil harus ditempatkan sebagai agenda utama
perjalanan bangsa dalam 30 tahun ke depan.

3) Pemerataan Pendidikan. aat ini pendidikan Taruna belum merata.


Banyak Taruna yang belum menerima akses pendidikan yang berkualitas
karena keterbatasan dari masing-masing akademi. Di tahun , seluruh
Taruna harus bisa menikmati akses mendapatkan pendidikan
berkualitas, sehingga bisa menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas.

4) Akses Layanan Kesehatan. Banyak Taruna yang belum


mendapatkan perawatan kesehatan dengan baik karena adanya
keterbatasan peralatan yang dimiliki oleh akademi. Namun di tahun ,
Taruna akan mendapatkan layanan kesehatan berkualitas tanpa harus
melihat kondisi ekonomi berkat semakin majunya infrastruktur dan
layanan kesehatan yang murah dan mudah dijangkau.

5) Bangsa Entrepreneur. Semangat menjadi entrepreneur ini


harus ditanamkan sejak dini agar Taruna di masa yang akan datang
dapat menjadi perwira yang lebih mandiri secara finansial sehingga visi
Indonesia untuk menjadi bangsa entrepreneur pada tahun dapat tercapai
dengan lebih mudah.

4
6) Kekuatan Maritim Dunia. Indonesia merupakan negara yang
memiliki wilayah lautan yang luas, dari Sabang hingga Merauke sehingga
sudah menjadi impian bahwa di masa datang Indonesia akan mampu
menjadi negara dengan kekuatan maritim yang dipandang di dunia.
Untuk mencapai impian itu, Indonesia harus memiliki kekuatan militer
yang memadai untuk melindungi kepentingan nasional.

Doktrin dibutuhkan untuk mendukung tercapainya tugas pokok baik


di Akademi TNI maupun Akademi Kepolisian. Doktrin menjadi faktor
penentu di Akademi TNI dan Akademi Kepolisian dalam melaksanakan
peraturan yang ada. Sebagai pedoman, doktrin ini diperlukan sebagai
landasan bagi para Taruna dalam berpikir, bersikap, dan bertindak.

1.2 Maksud dan Tujuan.


Maksud dari penulisan karangan militer ini adalah memberi gambaran kedepan
mengenai optimalisasi indoktrinasi kepada calon perwira TNI dan Polri.

1.3 Ruang Lingkup dan Tata Urut.


Ruang lingkup penulisan naskah ini dibatasi pada hasil pelaksanaan pembuatan
makalah sebelumnya. Disusun dengan tata urut sebagai berikut:

a. Bab I Pendahuluan.
Bab ini berisi tentang penjelasan singkat tentang peran Resimen
Korps Taruna, kebutuhan teknologi dalam kehidupan Taruna, dan adanya
degradasi moral yang harus diatasi oleh Resimen Korps Taruna.

b. Bab II Dasar Pemikiran.


Bab ini membahas tentang dasar-dasar yang dijadikan sumber dan
pedoman dalam peran Resimen Korps Taruna untuk meningkatkan
kemampuan Taruna dalam mengatasi degradasi moral di era globalisasi
guna mendukung Indonesia Emas.

5
c. Bab III Kondisi Resimen Korps Taruna Saat Ini.
Bab ini berisi tentang keadaan yang berpengaruh terhadap kondisi
Resimen Korps Taruna dalam meningkatkan kemampuan Taruna untuk
mengatasi degradasi moral di era globalisasi.

d. Bab IV Faktor yang Mempengaruhi.


Bab ini berisi tentang faktor yang mempengaruhi kondisi Resimen
Korps Taruna dalam meningkatkan kemampuan Taruna dalam mengatasi
degradasi moral di era globalisasi.

e. Bab V Kondisi yang Diharapkan Resimen Korps Taruna.


Bab ini berisi tentang kondisi optimal yang diharapkan dari hasil
upaya-upaya yang dilaksanakan terhadap pengembangan kemampuan
Taruna di bidang yang mendukung perannya dalam mengatasi degradasi
moral di era globalisasi.

f. Bab VI Upaya yang Dilakukan.


Bab ini berisi tentang segala hal yang dilakukan untuk memperbaiki
kondisi Resimen Korps Taruna dalam pengembangan kemampuan Taruna
di bidang yang mendukung perannya dalam mengatasi degradasi moral di
era globalisasi.

g. Bab VII Penutup.


Bab ini berisi tentang kesimpulan tentang jawaban dari setiap pokok
persoalan dan saran dari tim penulis dalam rangka mewujudkan kondisi
Resimen Korps Taruna ke depannya dalam pengembangan kemampuan
Taruna untuk mendukung perannya dalam mengatasi degradasi moral di
era globalisasi.

6
BAB II
DASAR PEMIKIRAN

Moral adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial.
Moral sendiri berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan
konsep konsep moral atau peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi
anggota suatu budaya.1
Di dalam bahasa Indonesia, kata tentang moral diterjemahkan dengan
“aturan kesusilaan” ataupun suatu istilah yang digunakan untuk menentukan
sebuah batas-batas dari sifat peran lain, kehendak, pendapat atau batasan
perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik maupun buruk.
Kata 'moral' sering disamakan dengan kata 'etika', karena kedua kata tersebut
sama-sama mempunyai arti kebiasaan, adat. Moral itu sendiri dapat diartikan
sebagai nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Di samping itu, terdapat kata
yang berhubungan dengan moral yang merupakan kata berimbuhan yang
berasal dari kata 'moral', yaitu 'moralitas'. 'Moralitas' adalah sifat moral atau
keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Jadi,
Moralitas suatu perbuatan artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya
perbuatan tersebut.
Istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan
yang memiliki nilai positif.2 Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral
artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif dalam pandangan
manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh
manusia. Moral secara eksplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan

1
Alim Sumarno, “Perkembangan Moral Peserta Didik,” Kompasiana, 24 Juni 2015,
https://www.kompasiana.com/kamedunt/551804f3a333117107b663d1/perkembangan-moral-
peserta-didik
2
Pebby Pebrianti, “Etika Profesi dan Hukum Keseh,”Online Learning, 5 Oktober 2021,
https://onlinelearning.uhamka.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=107182

7
proses sosialisasi individu. Tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses
sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak
orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang
sempit.3 Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia
harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai
kemutlakan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap
moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan,
tingkah laku atau ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. Apabila
yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di
masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral
yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan agama.
Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai
dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.

2.1 Landasan Idiil


Pancasila sebagai ideologi negara yang kita percayai sehingga nilai-nilai
Pancasila selalu menjiwai kehidupan bermasyarakat, terutama dalam
penyelenggaran fungsi prioritas kepentingan negara. Maka dari itu sila dalam
Pancasila dianggap relevan dengan upaya untuk memperbaiki nilai karakter dan
tingkah perilaku yang saat ini sudah luntur. Sila kedua “Kemanusiaan yang adil
yang beradab” merepresentasikan bahwa dengan adanya program perbaikan
nilai karakter dan tingkah perilaku ini merupakan suatu usaha untuk mencetak
para perwira yang mempunyai sikap dan etika yang baik di era Globalisasi yang
dapat bermanfaat pada saat sudah bekerja di satuan masing - masing.
Sila ketiga “Persatuan Indonesia” merepresentasikan bahwa dalam
memperbaiki lunturnya nilai karakter dan tingkah perilaku itu akan mewujudkan
suatu kerjasama dan persatuan antara satu dengan yang lainnya untuk
menjawab semua tantangan yang ada di satuan nanti. Terkaitnya sila dalam
pancasila terhadap program untuk memperbaiki lunturnya niali karakter dan
3
Magnis Susino, ‘Pengertian Moral Menurut Para Ahli”, e-jurnal, 12 Desember 2013,
https://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-moral-menurut-para-ahli.html

8
tingkah laku diharapkan dapat mewujudkan sosok Taruna yang memiliki sifat
yang diinginkan oleh masyarakat. Sebagai output, nantinya Taruna memiliki
hubungan dan kerjasama yang baik dengan masyarakat sehingga mewujudkan
kewibawaan sebagai perwira yang mampu membawa perubahan positif kepada
sekitarnya dan membawa kemampuan yang dimiliki di satuan wilayahnya.
Sehingga makalah ini dibuat untuk menjawab tantangan di era Globalisasi ini
dengan memperbaiki lunturnya nilai karakter dan tingkah perilaku.

2.2 Landasan Konstitusional


Di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (3) menyatakan,
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”
dan ayat (5) yaitu Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban kesejahteraan umat manusia.
Serta dalam Undang-Undang no 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
pasal 4 yaitu Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi bertujuan memperkuat daya dukung IPTEK bagi
keperluan mempercepat pencapaian tujuan Negara serta meningkatkan daya
saing dan kemandirian dalam memperjuangkan kepentingan Negara dalam
pergaulan internasional.
Lalu dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang
Penguatan Pendidikan Karakter hadir dengan pertimbangan.4 bahwa dalam
rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai-nilai
religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
4
Nurdin Cahyadi, “Gaungkan Perpres Tentang Penguatan Pendidikan Karakter”,
disdik.purwakartakab, 21 Januari 2019, https://disdik.purwakartakab.go.id/berita/detail/gaungkan-
perpres-tentang-penguatan-pendidikan-karakter#:~:text=Berdasarkan%20pasal
%201%20Peraturan%20Presiden,olah%20pikir%2C%20dan%20olah%20raga

9
bertanggung jawab, pemerintah memandang perlu penguatan pendidikan
karakter. Maka atas dasar pertimbangan tersebut, pada tanggal 6 September
2017, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.

2.3 Landasan Konseptual


Dalam upaya mencapai tujuan nasional, Bangsa Indonesia senantiasa
dihadapkan pada berbagai bentuk ancaman, tantangan, hambatan baik internal
maupun eksternal. Penanaman karakter keprajuritan merupakan bagian dari
strategi sistem pendidikan TNI untuk membekali Taruna sebagai calon perwira
TNI/POLRI dalam menjawab berbagai ancaman, tantangan, dan hambatan
tersebut terutama pada era digitalisasi. Oleh karena itu, nilai - nilai dari Sapta
Marga, Sumpah Prajurit, 8 Wajib TNI, Tri Brata, dan Catur Prasetya akan
menciptakan keharmonisan dalam seluruh aspek kehidupan Taruna.

2.4 Landasan Visional


Wawasan Nusantara sebagai cara pandang terhadap bangsa dengan
tujuan menjaga persatuan dan kesatuan, yang diwujudkan dengan
mengutamakan kepentingan nasional dibandingkan kepentingan pribadi,
kelompok, atau golongan tertentu.5 Secara eksplisit dinyatakan bahwa Taruna
AKMIL diharapkan memiliki wawasan yang luas tentang diri dan lingkungannya
serta memiliki nilai-nilai toleransi dan pemahaman untuk membentuk karakter
kebhayangkaraan guna mewujudkan kehidupan Korps Taruna yang harmonis.
Wawasan ini pula yang nantinya akan menjadi latar belakang dalam
pemecahan masalah yang ada dalam kehidupan Taruna, sehingga nantinya
problem solving yang dilakukan oleh Resimen Korps Taruna akan berpacu pada
wawasan nusantara yang diharapkan akan menghasilkan jawaban yang beragam
bukan hanya lingkup satu pribadi saja tapi lingkup yang lebih luas.
2.5 Landasan Operasional

5
Pierre Lavender, “Wawasan Nusantara”, mediaindonesia, 20 Juni 2022,
https://mediaindonesia.com/humaniora/500641/wawasan-nusantara-fungsi-tujuan-dan-makna-
bagi-bangsa-indonesia

10
6
Indonesia Emas adalah suatu upaya dalam membangun generasi emas
yang dimana adalah sebuah konsep penerapan untuk menyiapkan suatu
generasi penerus bangsa Indonesia pada 100 tahun emas Indonesia merdeka
antara tahun 1945 sampai tahun . Namun masih sangatlah di sayangkan visi
yang sangat baik ini masih berbentuk opini yang dimana belum terdapat kerja
atau karya nyata untuk membuktikan akan adanya Indonesia emas pada tahun
nanti. Pada hakekanya yang menjadi PR besar dalam mewujudkan impian ini
adalah pemuda, sebagai generasi dan penerus bangsa. Kondisi masa kinipun
sangatlah mengkhawatirkan, dimana pemuda sebagian besar hanya sibuk
dengan urusan smartphonenya masing-masing dan terjebak dalam sifat
individualisnya yang telah tertanam kuat pada pikiran mereka.

2.5.1 Sukses Indonesia Emas


Adapun salah satu cara atau kunci sukses mewujudkan Indonesia
Emas yang dapat dilakukan oleh pemuda dalam ketatnya persaingan di
dunia global adalah dengan peningkatan produk-produk lokal sehingga
bisa bersaing dengan produk-produk yang bukan berasal dari lokal. Tapi
sekali lagi masih sangat disayangkan pemuda sekarang masihlah bersifat
malas dan enggan untuk membeli produk lokalnya sendiri sehingga ini
membuat produk lokal tersebut kalah bersaing dengan produk yang
berasal dari luar negeri, padahal kalau dilihat lagi bahwasanya produk
lokal tidak kalah bagusnya dengan produk luar negeri pada umumnya

2.5.2 Peran Pemerintah dalam Indonesia Emas


Sehingga ini yang menjadi tugas bagi pemerintah agar bagaimana
pun caranya supaya produk lokal di Indonesia ini sendiri bisa bersaing
dengan produk-produk impor yang telah menjamur di negeri ini. Padahal
peningkatan kualitas produk bagi setiap negara memiliki dampak yang
baik dan positif bagi negara itu sendiri, dan hal utama yang berdampak
bagi negara yang bisa meningkatkan produk lokalnya adalah mampu
6
Ilham Aulia Fahmy, “Pengertian Indonesia Emas dan Visinya”, pinhome, 27 Oktober 2022,
https://www.pinhome.id/blog/indonesia-emas--pengertian-visi-lengkap/

11
untuk mendapatkan sejumlah keuntungan yang bahkan lebih dari kata
cukup dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Oleh karena itu
kontribusi pemuda dan peran pemerintah dalam menggapai sebuah
impian agar tercapainya Indonesia emas pada tahun ini haruslah bisa
berjalan dengan selaras agar tidak terjadinya ketimpangan sosial yang
terjadi antara para pemuda dengan pemerintah yang mampu menghambat
proses tercapainya Indonesia emas , terutama dalam upaya peningkatan
produksi lokal agar mampu bersaing dengan produk luar negeri dalam
ketatnya daya saing di dunia global saat ini, sehingga negara Indonesia
mampu untuk menunjukkan bahwa produk Indonesia tidaklah kalah
bagusnya dibanding produk non lokal lainnya yang telah banyak beredar
di negeri ini baik itu dari segi kualitas maupun segi kuantitasnya.

2.5.3 Indonesia Emas


Maka dari itu kita sebagai pemuda haruslah bisa berkontribusi dan
bangkit dari sifat kemalas-malasan dan sifat individualisme yang telah
menjamur dipikiran pemuda-pemudi bangsa ini agar kita bisa mewujudkan
suatu impian besar bangsa Indonesia ini yaitu Indonesia emas yang
dimana impian ini tidak hanya menjadi sebuah khayalan atau impian
belaka yanga tak memiliki arti karena kurangnya implementasi dan
kepekaan dalam kehidupan sehari-hari pemuda.7 Kita pun sebagai
pemuda haruslah bisa membuat impian Indonesia emas ini menjadi
sebuah karya nyata yang benar-benar bisa terwujud dan terlaksanakan,
sehingga kita bisa membuktikan bahwasannya pemuda mampu untuk
mengubah negeri ini bisa lebih baik lagi dari sebelumnya dan mampu
membuat negeri ini dari keterpurukan yang kian hari semakin parah
terutama di bidang perekonomiannya. Sebagaimana semangat
perjuangan para pemuda zaman dahulu yang menginginkan sebuah
kemerdekaan, mereka melakukannya dengan suatu kerja ataupun karya
nyata melalui perjuangannya sehingga Indonesia pun pada saat itu
7
Ilham Aulia Fahmy, “Pengertian Indonesia Emas dan Visinya”, pinhome, 27 Oktober 2022,
https://www.pinhome.id/blog/indonesia-emas--pengertian-visi-lengkap/

12
mampu mencapai atau meraih kemerdekaannya. Dan perlu diingat lagi
bahwasannya itu merupakan gerakan-gerakan para pemudanya yang
memiliki jiwa semangat yang luar biasa.
Oleh karena itu kita sebagai pemuda yang sudah bisa menikmati
kemerdekaan tanpa harus seperti pemuda zaman dahulu yang rela
berkorban nyawanya hanya demi kerdekaan harusnya bisa membuat
Indonesia ini bisa lebih bersinar lagi di mata dunia, terutama dibidang
peningkatan produk lokalnya agar mampu bersaing dengan produk non
lokal yang bisa dibilang produknya lebih baik dibanding produk lokal
sehingga produk lokal pun memiliki daya tarik yang sedikit. Namun perlu di
ingat bahwasanya peran pemerintah pun disini juga sangat menentukan
nasib akan tercapai atau tidaknya impian Indonesia emas ini, dan kita
sebagai pemuda sangatlah dipacu agar bisa berpikir kreatif dan mampu
berkontribusi agar mampu membuat produk lokal negeri ini bisa bersaing
di saat semakin ketatnya daya saing global pada saat ini sehingga negara
Indonesia mampu meningkatkan kualitas produknya sehingga memiliki
dampak yang baik dan positif demi kesejahteraan masyarakatnya.

2.6 Landasan Teori


2.6.1 Teori Degradasi
Degradasi diartikan sebagai suatu kemerosotan, perusakan moral
atau penurunan kualitas. Remaja dari tahun ke tahun selalu mengalami
penurunan kualitas atau degradasi dalam berbagai aspek seperti tutur
kata, cara berpakaian, tidak taat pada aturan dan lainnya. Menurut
Daryanto (dalam Maisari, 2013) degradasi adalah penurunan mutu atau
kemerosotan kedudukan.8
2.6.2 Teori Moral
Moral diartikan sebagai suatu ajaran mengenai tingkah laku hidup
yang baik berdasarkan pandangan hidup dan agama. Menurut Widjaja
(dalam Jahroh dan Nana, 2016) menyatakan bahwa moral adalah ajaran
8
Yoni Mashlihuddin, “Degradasi Moral Remaja Indonesia”, p2kk, 22 Januari 2022,
https://p2kk.umm.ac.id/id/pages/detail/artikel/degradasi-moral-remaja-indonesia.html

13
baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak). Menurut Lillie,
kata moral berasal dari mores (Bahasa Latin) yang berarti tata cara dalam
kehidupan atau adat istiadat (Baduningsih, 2004:24). Huky (dalam
Daroeso, 1986:22) memahami pengertian moral dengan tiga acara:

a. Moral sebagai tingkah laku manusia, mendasarkan diri pada


kesadaran bahwa ia terikat oleh keharusan mencapai yang baik menurut
nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya.

b. Moral sebagai sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku


dengan warna dasar tertentu yang dipegang teguh oleh sekelompok
manusia di lingkungan tertentu.

c. Moral adalah ajaran tentang tingkah laku hidup yang baik


berdasarkan pandangan hidup atau agama tertentu.

Menurut Akindiji (1996:5) diadaptasi dari Nwakoby (2001:12)


sebagai suatu perbuatan tercela yang tidak hanya perbuatan fisik tetapi
bisa juga perbuatan yang mempengaruhi pikiran. Definisi di atas
mengandaikan bahwa ketidakdisiplinan adalah perbuatan yang salah dan
yang seharusnya tidak hanya dilihat dari Tindakan seseorang tetapi juga
suasana hati seseorang tersebut dapat yang dapat diartikan sebagai
tindakan ketidakdisiplinan atau pelanggaran.
Berdasarkan pendapat di atas, maka disimpulkan yang dimaksud
dengan degradasi moral adalah turunnya kesadaran bertingkah laku
sesuai dengan aturan yang berlaku sebagai akibat dari kurangnya
kesadaran taat kepada hukum, sedangkan hukum itu tertulis di dalam hati
manusia yaitu berupa nilai (value). Moral generasi millenial dari tahun ke
tahun terus mengalami penurunan kualitas atau degradasi. Dalam segala
aspek moral, mulai dari tutur kata, cara berpakaian, dan lain-lain. Menurut
Lickona (dalam Maisari, 2013), terdapat sepuluh tanda[1]tanda degradasi

14
moral yang merupakan tanda kehancuran suatu bangsa diantaranya
meningkatnya kekerasan pada remaja, penggunaan kata-kata yang
memburuk, pengaruh peer group atau rekan kelompok yang kuat dalam
tindak kekerasan, meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks
bebas, kaburnya batasan moral baik dan buruk, menurunnya etos kerja,
rendahnya rasa hormat kepada guru dan orang tua, rendahnya rasa
tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidak
jujuran, adanya saling curiga, dan kebencian di antara sesama.

2.6.3 Teori World Without Border


World Without Border adalah sebuah sebutan yang mengartikan
bahwa dunia dapat saling terhubung satu sama lain tanpa ada batasan,
baik waktu maupun jarak dengan berbagai media teknologi yang semakin
berkembang. Dalam arti lain, Dunia Tanpa Batas memiliki makna bahwa
manusia bisa menembus dimensi ruang tiada batas dengan
memanfaatkan teknologi yang ada. Berangkat dari pengertian tersebut,
media sosial menjadi wadah akses dalam menembus Dunia Tanpa Batas
tersebut.
Dunia tanpa batas berarti kepercayaan, kebebasan, pemahaman,
persaudaraan, kerjasama serta kemanusiaan. Dunia dengan penuh
banyak batasan bukan hanya antar negara saja, tetapi juga batasan tingkat
pribadi, sosial, dan geografis. Akibat dari hasil adanya batasan yang
berlebihan adalah adanya kebencian, pertempuran, kejahatan serta
penderitaan terjadi di dunia. World Without Border mengajarkan untuk
terbuka, menerima, peduli, dan membantu orang lain. Terbuka untuk
semua orang dan bersedia membantu orang lain. Maka dari itu, dunia
tanpa batas harus dimanfaatkan dengan baik untuk mengembangkan diri
bersama agar bertumbuh dengan baik.
2.6.2 Teori Globalisasi
Globalisasi menggeser hampir segala aspek kehidupan menuju
suatu tatanan dunia baru yang dikenal dengan “ The world in one order

15
system ”.9 Dunia modern dilandasi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, semakin mengaburkan batas negara secara ekonomis serta
makin maraknya norma dan nilai-nilai universal yang dijadikan acuan
masyarakat internasional. Manusia telah menjadi “cyberspace” yang
dimanfaatkan dalam ranah individu hingga Negara, bahkan dunia global
yang borderless, mampu menembus semua belahan masyarakat di
seluruh penjuru dunia. Realitas ini mendesak semua lini masyarakat
untuk segera tanggap melakukan redefinisi situasi dan mengambil suatu
sikap agar tidak larut dalam gelombang yang sangat sulit diprediksi
arusnya. Dalam merespon perkembangan ini sumber daya manusia
menjadi penting sebagai agent of change ketika harus menyesuaikan
dengan dunia luar. (j, Winardi, 2008, Management of Change.10

9
Brigjen Pol Teddy Minahasa Putra, S.H., S.I.K., “Mewujudkan Kemandirian Bangsa dapat
Memperkokoh Ketahanan Nasional”, Lemhanas, 30 Desember 2017,
https://www.lemhannas.go.id/images/Publikasi_Humas/Jurnal/Jurnal_Edisi_32_Desember_2017.pdf
10
Muhammad Arifin, “STRATEGI MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN DI
PERGURUAN TINGGI”, 1 Maret 2017, Medianeliti,
https://media.neliti.com/media/publications/54881-ID-strategi-manajemen-perubahan-dalam-
menin.pdf

16
BAB III
KONDISI SAAT INI

Salah satu dampak globalisasi adalah degradasi moral yang melanda


hampir seluruh kalangan termasuk Taruna. Banyak fenomena-fenomena yang
terjadi di lingkungan Taruna saat ini yang termasuk dalam degradasi moral.
Degradasi moral adalah menurunnya kemampuan seseorang dalam
membedakan mana yang baik dan yang buruk. Di Resimen Korps Taruna
Akademi TNI & Polri saat ini tengah hangat perilaku yang dianggap sebagai
degradasi moral yang dapat dirangkum dalam 4 poin yaitu :

3.1 Kurangnya Pemahaman Taruna Tentang Persustar dan Perkalemdiklat


Berdasarkan data yang dihimpun dari masing-masing akademi,
didapatkan bahwa masih tingginya tingkat pelanggaran Taruna. Bahkan angka
pelanggaran justru cenderung meningkat. Hal ini mengindikasikan merosotnya
disiplin para Taruna. Resimen Korps Taruna Akademi TNI & Polri memiliki aturan
kehidupan Taruna atau bisa disebut Persustar atau Perkalemdiklat. Adanya
Persustar atau Perkalemdilat seharusnya membuat Taruna menjadi disiplin dan
taat aturan, bukan melanggar aturan yang telah ditetapkan. Setelah dilaksanakan
random sampling, banyak Taruna yang masih melakukan pelanggaran.
Alasannya karena belum memahami isi dari Persustar atau Perkalemdiklat yang
mengatur hidup para Taruna.

3.2 Minimnya Pengetahuan Taruna akan Kondisi di Masyarakat


Sebagai seorang calon Perwira TNI & Polri pasti akan selalu bertemu atau
berdampingan hidup dengan masyarakat. Ketika berdampingan dengan
masyarakat, sudah seharusnya seorang Taruna mengerti atau memahami
kondisi masyarakat yang ada di sekitarnya. Namun, pada kenyatannya dengan
kehidupan asrama membuat Taruna sulit untuk melakukan interaksi dengan
masyarakat sehingga Taruna tidak mengetahui informasi-informasi yang ada
pada masyarakat sekitar.

17
3.3 Menurunnya Kepedulian Sosial Taruna
Kepedulian sosial adalah perasaan bertanggung jawab atas kesulitan
yang dihadapi oleh orang lain. Hal ini merupakan nilai penting harus dimiliki oleh
semua orang karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial yang tidak pernah
bisa hidup sendiri. Namun seiring dengan perkembangan zaman, di era
globalisasi ini tingkat kepedulian sosial terus mengalami degradasi.

3.4 Menurunnya Keimanan dan Ketakwaan Taruna


Iman dan taqwa bukanlah sesuatu yang statis, tetapi dinamis. Menurunnya
kualitas keimanan merupakan salah satu faktor yang berdampak terhadap
degradasi moral Taruna di era globalisasi. Ketika keimanan dan ketakwaan
seorang Taruna menurun, ia akan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif,
seperti melakukan pelanggaran. Taruna tidak ragu lagi melakukan pelanggaran
karena tidak adanya batasan diri di dalam diri taruna.

18
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Dibalik terjadinya kondisi saat ini di Resimen Korps Taruna Akademi TNI &
Polri terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penurunan sikap
perilaku atau degradasi moral Taruna.

4.1 Minimnya Sosialisasi Persustar dan Perkalemdiklat oleh Taruna


Pengetahuan akan peraturan di masing-masing matra menjadi poin
penting taat dan tegaknya hukum. Sejatinya, aturan dibuat untuk melahirkan
sosok perwira TNI Polri yang bermoral tinggi guna menyokong Indonesia Emas
dengan beragam tantangan di era globalisasi sekarang ini. Namun, fenomena
yang terjadi saat ini masih banyak terjadi pelanggaran di lingkungan Resimen
Korps Taruna padahal sudah ada aturan yang dibuat, hal ini mengindikasikan
bahwa masih banyak Taruna yang belum mengetahui dan memahami Persustar
(Peraturan Khusus Taruna) dan Perkalemdiklat (Peraturan Kepala Lembaga
Pendidikan dan Latihan). Salah satu penyebabnya adalah kurangnya sosialisasi
Persustar dan Perkalemdiklat kepada Taruna karena dinilai masih rendahnya
pemahaman taruna mengenai aturan yang mengikat mereka.

4.2 Minimnya Interaksi Taruna dengan Masyarakat


Kehidupan ketarunaan sedikit berbeda dengan kehidupan masyarakat
pada umumnya. Banyak aturan yang membatasi lingkup kehidupan taruna. Hal
ini yang membuat Taruna kurang bisa berinteraksi dengan masyarakat secara
luas dan menyebabkan Taruna tidak memiliki gambaran mengenai apa-apa saja
berita atau informasi yang sedang beredar di masyarakat, terutama yang
menyangkut masalah moral dan sikap masyarakat secara umum. Taruna
mendapatkan hak pesiar, izin bermalam (IBL) ataupun cuti tidak pada setiap
waktu sehingga Taruna belum bisa maksimal mengetahui kondisi moral seperti
apa yang terjadi pada masyarakat.

19
4.3 Kurangnya Rasa Empati
Fenomena yang banyak terjadi saat ini, banyak menggambarkan
mengenai menurunnya rasa empati taruna. Empati merupakan suatu keadaan
dimana seseorang dapat merasakan perasaan, pikiran, dan keadaan dari orang
lain. Empati sendiri mempengaruhi nilai-nilai sosial dari antara satu individu
dengan individu lainnya, sehingga dengan adanya rasa empati dari masing-
masing pribadi individu akan meningkatkan nilai sosial dari masyarakat. Nilai dan
sikap empati yang rendah juga akan mempengaruhi moralitas dan kualitas diri
dari setiap Taruna. Kurangnya rasa empati dari para Taruna berpengaruh pada
degradasi moral Taruna sebagai calon Perwira TNI-POLRI.

4.4 Menurunnya Tingkat Keimanan Dan Ketaqwaan Taruna


Taruna belum bisa membatasi diri akan kegiatan-kegiatan yang
berlangsung di era digital saat ini. Taruna cenderung belum bisa membedakan
mana yang baik dan buruk untuk dilakukan. Adapun fungsi keimanan dan
ketaqwaan Taruna disini berfungsi sebagai pembatas diri Taruna dalam
penggunaan teknologi digital terutama media sosial. Pembatasan diri disini
menggunakan metode pendewasaan diri sehingga dibutuhkannya kesadaran dari
dalam diri Taruna masing-masing tanpa diawasi oleh rekan maupun
pengasuhnya. Selain sebagai pembatas diri, iman dan taqwa juga ditujukan agar
Taruna menjalani pendidikan di Akademi dengan tetap diridhoi oleh Tuhan YME.

20
BAB V
KONDISI YANG DIHARAPKAN

Degradasi moral yang terjadi sebagai akibat dari globalisasi melanda


hampir seluruh elemen dan bahkan dapat mempengaruhi tercapainya tujuan
suatu institusi, seperti Akademi TNI & Polri. Degradasi moral tentunya akan
menjadi salah satu penghambat terwujudnya visi dan misi untuk mencetak
Perwira TNI & Polri yang profesional. Oleh karena itu, tentunya Resimen Korps
Taruna memiliki gambaran kondisi yang diharapkan kepada para taruna
kedepannya guna mencapai Indonesia Emas.

5.1 Taruna Memahami Persustar dan Perkalemdiklat Polri


Idealnya, pendidikan dan pelatihan di suatu akademi dikatakan sudah
berhasil apabila angka pelanggaran yang dilakukan oleh Taruna sangat minim
atau bahkan tidak ada. Hal ini mengandung implikasi bahwa sukses tidaknya
resimen korps Taruna juga dapat dilihat dari angka pelanggaran yang terjadi
selama menjabat. Diharapkan para Taruna menumbuhkan kesadaran dari dalam
dirinya untuk tidak melanggar. Memang hampir tidak mungkin untuk membuat
angka pelanggaran menjadi nihil, namun dengan program yang tepat
pelanggaran seharusnya dapat ditekan secara maksimal. Sehingga diharapkan
dengan pahamnya Taruna akan Persustar atau Perkalemdiklat, angka
pelanggaran yang terjadi menurun.

5.2 Taruna Mampu Memahami Kondisi Masyarakat


Setelah menjadi seorang perwira nanti, Taruna akan banyak
bersinggungan langsung dengan masyarakat. Oleh karena itu, agar tugas dan
kewajiban Taruna nantinya dapat berjalan dengan maksimal, dibutuhkan
pengetahuan mengenai kondisi riil yang terjadi di masyarakat saat ini. Dengan
pahamnya Taruna dengan kondisi masyarakat, Taruna mampu berpikir prediktif
untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan timbul di kemudian hari.

21
5.3 Meningkatnya Jiwa Sosial Taruna
Pengamalan persustar dan perkalemdiklat polri dalam kehidupan Taruna
diharapkan dapat membentuk sosok Taruna yang ideal dan siap mendukung
Indonesia emas di tahun . Sosok perwira di masa yang akan datang diharapkan
bisa menjadi pengayom dan pelindung masyarakat sehingga amatlah penting
untuk menjalin hubungan yang baik dengan seluruh lapisan elemen masyarakat.
Jiwa sosial menjadikan kunci utama agar hal tersebut dapat tercapai, penanaman
sifat tersebut haruslah sejak dini ditanamkan oleh setiap Taruna yaitu dengan
mengoptimalisasian setiap kegiatan Taruna yang berhubungan dengan
masyarakat sehingga membangun Taruna yang berjiwa sosial tinggi .Sosok
Taruna yang berjiwa sosial tinggi sekarang berarti menciptakan para petinggi
polri dan TNI yang dicintai oleh seluruh masyarakat Indonesia sehingga
tumbuhnya kepercayaan yang tinggi dari masyarakat terhadap institusi polri dan
tni. Hal tersebut menjadi modal besar bagi TNI dan Polri sehingga bisa
membantu negara Indonesia menjadi Indonesia emas di tahun.

5.4 Meningkatnya Keimanan dan Ketaqwaan Taruna


Ada banyak karakteristik yang harus dimiliki oleh calon pemimpin bangsa
apabila Indonesia ingin mewujudkan Indonesia Emas, salah satunya adalah
beriman dan bertakwa. Iman dan takwa merupakan landasan atau pondasi bagi
seseorang sehingga apabila seseorang memiliki iman dan takwa yang baik, akan
baik pula akhlak dalam kehidupan sehari-harinya.Amatlah penting untuk menjadi
sosok pemimpin yang beriman dan bertakwa sehingga selalu mengutamakan
keimanan dan ketakwaan sebagai poin utama dalam mengambil sikap maupun
kebijakan, hal ini berbanding lurus dengan nilai pancasila yang menjadi pedoman
bangsa Indonesia dimana menjadikan Tuhan YME sebagai dasar dalam
bertingkah laku.

22
BAB VI
UPAYA YANG DILAKUKAN

Upaya atau biasa disebut dengan usaha menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia atau biasa disingkat dengan KBBI memiliki arti untuk mencapai suatu
maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar. Dari beberapa bab
sebelumnya dijelaskan bahwa kondisi saat ini yang terjadi di kehidupan Taruna
dan kondisi yang diharapkan kedepannya. Fungsi dan tujuan dari upaya inilah
yang mampu merubah kondisi saat ini menjadi kondisi yang diharapkan.
Untuk mencapai kondisi yang diharapkan ini, Resimen Korps Taruna
Akademi TNI & Polri mencoba mewujudkannya dengan optimalisasi indoktrinasi
kepada para taruna yang diharapkan dapat menekan angka terjadinya degradasi
moral yang terjadi di kalangan Taruna. Program ini terdiri dari 4 program yaitu;

6.1 Sosialisasi Persustar atau Perkalemdiklat kepada Taruna


Tanpa adanya aturan, kehidupan manusia tidak akan berjalan dengan
harmonis. Akan ada banyak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Oleh
karena itu, dibuatlah aturan-aturan, termasuk persustar atau perkalemdiklat yang
mengatur kehidupan keTarunaan. Aturan ini dibuat agar Taruna dapat menjadi
perwira yang diharapkan. Namun, realitas yang terjadi persustar atau
perkalemdiklat yang telah dibuat justru dilanggar oleh Taruna sehingga tujuan
dari dibuatnya peraturan tersebut justru tidak berjalan semestinya. Berangkat dari
hal tersebut, resimen korps Taruna melakukan upaya preemtif yaitu dengan
sosialisasi persustar atau perkalemdiklat. Hal ini untuk mencegah terjadinya
pelanggaran yang dilakukan lagi oleh Taruna.

6.2 Kegiatan Seminar Bersama Masyarakat Akademisi


Sebagai calon perwira TNI-POLRI yang nantinya terjun langsung ke
masyarakat untuk menghadapi problematika di masyarakat, maka perlunya
pemahaman dari Taruna tentang masalah di masyarakat. Melalui kegiatan ini
23
dapat dijadikan sebagai wadah Inspirasi dan sharing antara masyarakat dengan
Taruna dengan harapan dapat tersampainya keluhan-keluhan dari masyarakat
dan Taruna memahami problematika masyarakat serta solusi dari masalah-
masalah di masyarakat. Oleh karena itu, diharapkan dengan diadakannya
seminar bersama masyarakat akademisi dapat menambah wawasan Taruna dan
menyiapkan Taruna sebagai calon TNI-POLRI menuju Indonesia Emas.

6.3 Bakti Sosial


Manusia merupakan makhluk sosial, dimana dalam kehidupan sehari-hari
selalu terjadi interaksi antar manusia. Sebagai makhluk sosial, ada beberapa
kegiatan yang dapat meningkatkan rasa kemanusiaan atau kepedulian sosial,
salah satunya yaitu bakti sosial. Bakti sosial adalah kegiatan sosial guna
meningkatkan kekerabatan antar manusia. Kegiatan ini dapat dilaksanakan oleh
siapa saja dan dapat dilakukan secara rutin maupun insidentil.
Resimen Korps Taruna Akademi TNI & Polri dapat melaksanakan kegiatan
bakti sosial baik rutin (satu bulan sekali) maupun insidentil (ketika adanya
kepentingan atau fenomena sosial yang membutuhkan bantuan), dimana maksud
dari kegiatan ini adalah untuk membangkitkan nilai moral Taruna. Bakti sosial
diadakan dengan sasaran tidak hanya masyarakat umum, tetapi dapat juga
mencakup lingkup sekitar Resimen Korps Taruna.

6.4 Digital Preaching


Di era industri 4.0 ini, ada banyak cara yang dapat digunakan untuk
menyebarkan pesan keagamaan. Salah satunya melalui media sosial Instagram.
Saat ini, Instagram merupakan salah satu media sosial yang paling banyak
digunakan oleh masyarakat, khususnya remaja. Oleh karena itu, Resimen Korps
Taruna berinovasi dengan membuat sebuah video singkat mengenai pesan
keagaman. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan tingkat iman dan takwa Taruna
sehingga nantinya diharapkan Taruna mampu menahan diri dari melakukan hal-
hal yang menyimpang.

24
BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa era globalisasi
merupakan dampak utama terjadinya degradasi moral pada Taruna Akademi TNI
dan Taruna Akademi Kepolisian. Melihat kondisi yang terjadi saat ini di lingkup
Resimen Korps Taruna baik Akademi TNI maupun Akademi Kepolisian yaitu
kurangnya pemahaman Taruna tentang Persustar (Peraturan Khusus Taruna)
atau Perkalemdiklat (Peraturan Kepala Lembaga Pendidikan dan Latihan) karena
minimnya pendalaman oleh Taruna itu sendiri, pandangan Taruna terhadap nilai-
nilai moral yang ada di masyarakat secara umum yang kurang dipahami oleh
Taruna itu sendiri dikarenakan kurangnya pengetahuan dan wawasan oleh
Taruna, turunnya tingkat kepedulian sosial karena Taruna cenderung apatis dan
egois, serta penggunaan teknologi digital yang belum maksimal dikarenakan
terbatasnya penggunaan teknologi digital pada Taruna. Sehingga dalam
mengatasi hal tersebut diperlukan adanya perbaikan serta peningkatan moral
Taruna melalui program yang diajukan oleh Resimen Korps Taruna dengan
dasar penggoptimalisasian indoktrinasi kepada Taruna. Diharapkan program
tersebut dapat diterapkan dan berjalan dengan baik sehingga memberikan
dampak sesuai dengan yang diharapkan. Dalam mengatasi permasalahan
degradasi moral melalui program yang diajukan oleh Resimen Korps Taruna
tersebut tentunya memerlukan pengawasan dan pengendalian kemudian
dievaluasi untuk memastikan program-program tersebut dapat berjalan sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan.

7.2 Saran
Ditujukan kepada lembaga, diperlukan adanya evaluasi terhadap
kebijakan yang telah ditetapkan dengan cara mengawasi program dari Resimen
Korps Taruna baik di Akademi TNI ataupun Akademi Kepolisian. Evaluasi
tersebut dapat dilakukan dengan menyelaraskan kebijakan yang ada di lembaga

25
dengan program yang dijalankan oleh Resimen Korps Taruna. Dengan ini
harapannya lembaga dan Resimen Korps Taruna bekerja sama dalam mencapai
tujuan tersebut. Program-program yang telah diajukan oleh Resimen Korps
Taruna tidak akan berjalan sebagaimana mestinya tanpa adanya dukungan dari
lembaga dan partisipasi dari para Taruna.

26
DAFTAR PUSTAKA

Yoni Mashlihuddin, “Degradasi Moral Remaja Indonesia”, p2kk, 22 Januari 2022,


https://p2kk.umm.ac.id/id/pages/detail/artikel/degradasi-moral-remaja-indonesia.html

Nurdin Cahyadi, “Gaungkan Perpres Tentang Penguatan Pendidikan Karakter”,


disdik.purwakartakab, 21 Januari 2019, https://disdik.purwakartakab.go.id/berita/detail/gaungkan-
perpres-tentang-penguatan-pendidikan-karakter.

27

Anda mungkin juga menyukai