Anda di halaman 1dari 34

Wujud Zat

&
Kesetimbangan
Fase

Kimia Fisika
Materi 1:
Wujud Zat
Wujud zat dialam :
P
▪ Gas
E
▪ Cair
N
▪ Padat
D
▪ Mesofase/kristal cair
A
H
Istilah perubahan wujud :
U
▪ Pelelehan
L
▪ Pembekuan
U
▪ Penyubliman
A
N
▪ Penguapan
▪ pengembunan
Sifat Gas :
 partikel-partikelnya bergerak bebas dan acak dengan kecepatan
W tertentu.
U  Partikel bertumbukan satu sama lain dan juga menumbuk wadahnya
J menghasilkan tekanan.
U
D Hukum Gas Ideal:
 Hukum Boyle : volume dan tekanan dari massa gas pada T
G konstan/isotermal (PV=K)
A  Hukum Gay Lussac : suhu dan volume dari massa gas pada
S tekanan/isobarik konstan (V/T=K)
 Hukum Charles : suhu dan tekanan dari massa gas pada volume
konstan/isokhorik (P/T=K)
Hukum Gas Ideal (Hukum Boyle - Gay Lussac & Charles):
W
Jika persamaan di atas digabung maka didapat
U
J PV
U T =Konstan
D
PV
T =n.R
G
A PV=n.R.T
S P: Tekanan (Pa)
V: Volume (m³)
n: Jumlah mol gas
R: tetapan gas ideal (8,31 J/mol.K)
T: temperature (K)
Hukum Gas Non-Ideal (Hukum Van der Waals):
W
U • Gas non ideal (gas nyata) memberikan penyimpangan dari gas ideal.
J • Gas nyata terbentuk dengan volume tertentu yang cenderung tarik-
U menarik
D • Persamaan van der waals adalah persamaan gas nyata

G (P+a/V²)(V-b) = RT
A
S Untuk n mol menjadi

(P+na²/V²)(V-nb) = RT
a/V² : internal pressure
b: exluded volume
W Contoh soal:
U
J 1. Dalam penentuan spiritus etil nitrit, gas oksida nitrat yang
U dibebaskan dikumpulkan pada wadah kaca dengan volume 50,0 ml
D pada temperatur 30°C dan tekanan 750 mmHg. Berapakah
volumenya pada 10°C dan 760 mm Hg? (gas dianggap bersifat ideal)
G
A 2. Dalam penentuan spiritus etil nitrit, gas oksida nitrat yang
S dibebaskan dikumpulkan pada wadah kaca dengan volume 20,0 ml
pd temperatur 40°C dan tekanan 730 mmHg. Berapakah volumenya
pada 5°C dan 760 mm Hg? (gas dianggap bersifat ideal)
W Peningkatan interaksi antar partikel gas akan menyebabkan terjadi
U perubahan wujud menjadi cair.
J
U  Gaya Kesoom terjadi pada cairan yang mempunyai dipole misalnya
D air, kloroform, dan lainnya.
 Gaya London terjadi pada cairan nonpolar misalnya cairan helium.
G  Ikatan hidrogen terjadi pada senyawa yang mempunyai atom
A hidrogen yang terikat dengan atom yang mempunyai
S elektronegativitas tinggi misalnya pada air.
Untuk meningkatkan interaksi antar partikel gas dapat dilakukan :
W
U  Penurunan suhu ⇾ partikel gas berkurang energi kinetiknya
J Penurunan suhu dpt dilakukan :
U ▪ Disimpan pada suhu dingin
D ▪ Ekspansi (memuai) adiabatis untuk gas ideal
▪ Efek Joule thomson untuk gas non ideal
G
A  Peningkatan tekanan ⇾ mendekatkan jarak antar partikel
S Perubahan gas menjadi cair dengan peningkatan tekanan diaplikasikan
pada pembuatan sediaan aerosol dg propelan.
W
U Cairan mempunyai beberapa sifat spesifik, antara lain:
J
U 1. Suhu kritik dan tekanan kritik
D 2. Tekanan uap kesetimbangan/tekanan uap jenuh/tekanan uap (P),
dipengaruhi oleh suhu
C 3. Panas penguapan molar (ΔHv), bervariasi tergantung suhu, tetapi
A dianggap sama pada rentang suhu yang sempit
I 4. Titik didih, dipengaruhi oleh tekanan atmosfir.
R
Persamaan Clausius-Clapeyron

 Cairan dibiarkan ⇾ penguapan, semakin lama kecepatan semakin


lambat.
W
 Partikel gas ⇾ pengembunan, semakin lama kecepatan semakin cepat
U
tetapi tidak akan melebihi kecepatan penguapan.
J
 kesetimbangan antara fase cair dengan fase uapnya: kecepatan
U
D
penguapan = kecepatan pengembunan.
 Tekanan yang diberikan uap cairan pada kondisi itu: tekanan uap
kesetimbangan atau tekanan uap jenuh (P).
C
A
P2 ∆Hv(T2−T1)
I log =
R P1 2,303R.T2.T1

ΔHv : panas penguapan molar


P : tekanan uap
T : temperatur
W Titik Didih
U
J  Temperatur dimana tekanan uap cairan=tekanan atmosfir.
U  Pada kondisi mendidih panas yang diberikan digunakan untuk
D mengubah cairan menjadi gas, sehingga suhu cairan tidak naik.
 Panas penguapan laten : panas yg diperlukan utk mengubah 1 gram
C cairan mjd gas pd kondisi mendidih.
A  Jika cairan diruang tertutup rapat, berapapun suhunya tekanan uap
I tidak akan sama dengan tekanan atmosfer karena
R  P ruang = P uap + P gas
W
U Contoh Soal:
J
U 1. Tekanan uap air pada suhu 100°C adalah 1 atm, panas penguapan
D molar 9720 kal/mol. Berapa tekanan uap pada suhu 90°C!

C 2. Tekanan uap air pd suhu 100°C adalah 1 atm, panas penguapan


A
molar 9720 kal/mol. Berapa tekanan uap pada suhu 150°C!
I
R
Padatan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1. Padatan amorf (kristal amorf)


W  Tidak mempunyai bentuk kristal ⇾ titik leleh tidak tentu
U  Energi ikat/kisi rendah ⇾ kelarutannya tinggi.
J  Obat berbentuk amorf ⇾ bioavailabilatasnya lebih baik
U  Contoh: novobiosin amorf lebih cepat diabsorbsi dari pada
D novobiosin kristal.

P 2. Padatan kristal (kristal kristalin)


A  Mempunyai bentuk tertentu yang teratur.
D
 Bagian terkecil penyusun padatan yang masih mempunyai sifat dari
A
padatan tadi disebut unit sel.
T
 Contoh : kubik (NaCl), tetragonal (Urea), heksagonal (iodoform),
rombik/ortorombic (iodine), monoklin (sukrosa), triklin (asam borak),
dan lain – lain.
Padatan mempunyai sifat khas tertentu, yaitu:
1. Energi kristal/kisi, yaitu energi yang diperlukan untuk mengubah 1
mol padatan menjadi gas yang tersusun dari zarah yang menempati
W titik kisi.
U 2. Panas peleburan Molar (ΔHf), yaitu panas yang diperlukan oleh 1
J mol padatan untuk melebur
U 3. Titik lebur (TL), yaitu suhu dimana terjadi kesetimbangan antara
D padatan dan cairan, dipengaruhi oleh tekanan atmosfer sesuai
dengan Persamaan Clapeyron:
P ∆T V1−V2
A =T
∆P ∆Hf
D
A ΔHf : panas yg diperlukan oleh 1 mol padatan untuk melebur
T ΔT/ΔP : perubahan TL karena perubahan tekanan
T : TL pada tekanan 1 atm
V1 : vol molar liquid
V2 : vol molar solid
W
U Hubungan TL-Kelarutan
J
U  Semakin tinggi TL atau panas peleburan molar, semakin kecil
D kelarutan.
 TL menunjukan gaya atraksi antara molekul penyusun padatan, makin
P besar TL gaya atraksi semakin kuat
A  Meleleh : ikatan antara molekul banyak yang putus
D  Melarut : ikatan antara molekul putus membentuk ikatan baru
A dengan solven maka kelarutan akan meningkat dengan penurunan TL
T
W Senyawa organik maupun senyawa anorganik yang memiliki minimal dua
U bentuk kristal yang berbeda dalam bentuk padatnya disebut bentuk
J polimorfisme. Struktur kimia sama dapat membentuk padatan kristal
U yang berbeda, masing-masing bentuk disebut polimorf.
D
Bentuk polimorfisme pd umunya dibedakan atas dua golongan yaitu:
P 1. Bentuk stabil kristal, Polimorf berbeda memiliki titik leleh, kelarutan,
A dan bioavailabilitas yang berbeda juga
D
2. Bentuk meta stabil amorf, Polimorf metastabil akan memberikan
A
kelarutan yang lebih tinggi
T
W Untuk mengetahui bentuk polimorfi :
U
J 1. Disolusi, pengamatan terhadap bentuk amorf yang memiliki
U kecepatan disolusi lebih besar.
D 2. Difraksi sinar X, setiap bentuk kristal memiliki susunan kisi kristal
yang berbeda dan perbedaan tersebut akan tampak dalam
P perbedaan spektra sinar X.
A 3. Analisa inframerah, adanya perbedaan pada penyusunan kristal akan
D berpengaruh terhadap energi ikatan molekul sehingga akan
A berpengaruh pula terhadap spektra inframerahnya.
T 4. Differential Scanning Colorimetry and Differenstial thermal analysis.
W
U Contoh Soal
J
U 1. Pada suhu 273°K, ΔHf 1440 kal/mol, vol molar air 25 dan vol molar
D es 27 cm³/mol. berapa ΔT/ΔP? (semua satuan dirubah ke cgs: ΔHf
4,187x107, ΔT/ΔP 1,0133x106 dyne/cm² atm)
P
A 2. Berapakah titik beku air pada tekanan 2 atm jika titik beku pada 1
D atm 273,16°K, ΔHf 144 kal/mol, densitas air 0,9988 g/ml, es 0,9168
A g/mol, berat molekulnya 18 g/ml?
T
W
U Wujud mesofase adalah peralihan antara wujud padat dengan wujud
J cair, sehingga disebut kristal cair. Jika pada cairan gerakan molekul bebas
U dan dapat berputar pada 3 sumbunya dan pada padatan molekul tidak
D bergerak maka pada mesofase molekul bergerak dan berputar tapi
terbatas.
M
E Berdasarkan gerakan tadi ada dua macam kristal cair yaitu:
S  tipe SMEKTIK, yang mempunyai gerakan molekul dua arah dan
O
berputar pada satu sumbu
F
 tipe NEMATIK, yang mempunyai garakan molekul tiga arah dan
A
berputar pada 1 sumbu.
S
E
W
U Berdasarkan proses pembentukan kristal cair ada dua macam kristal cair
J yaitu:
U  Kristal cair thermotropik, yang didapat dengan pemanasan padatan,
D misalnya pemanasan kholesterol benzoat pd 145°C, senyawa ini
menjadi cairan pada 179°C
M  Kristal cair liotropik, yang didapat dengan penambahan solven dalam
E padatan tertentu, misalnya campuran trietanolamin dan asam oleat.
S
O
Dalam tubuh manusia banyak sekali kristal cair misalnya jaringan otak,
F
pembuluh darah, usus, dan syaraf. Bentuk sediaan semi padat biasanya
A
juga bersifat kristal cair.
S
E
Materi 2:
KESEtimbangan fase
Fase adalah bagian dari sistem yang dengan jelas secara fisik terpisah
K dari bagian yang lain. Jika fase telah mengalami kesetimbangan maka
E besaran-besaran yang ada dalam sistem tersebut sudah berada dalam
S keadaan yang konstan.
E
T Kita perlu menyatakan sejumlah besaran intensif supaya sistem tersebut
F
I bisa ditiru dengan pasti. Jumlah besaran intensif minimal yang
A
M
S
diperlukan ini disebut jumlah derajat bebas. J Williard Gibss telah
B
E
membuat suatu persamaan untuk menghitung jumlah minimal ini.
A
N F=C–P+2
G
A F : jumlah derajat bebas (degree of Freedom)
N C : jumlah komponen (Components)
P : jumlah fase (Phase)
K
E Contoh dari penggunaan fase tersebut adalah sebagai berikut:
S
E • Air membentuk kesetimbangan dengan uapnya, maka ada satu
T komponen yaitu air (H2O), ada dua fase yaitu air cair dan uap air,
F sehingga F = 1-2+2 = 1. artinya pada system tersebut supaya bisa
I
A ditiru dengan pasti perlu disebutkan satu besaran intensifnya.
M
S
B Beberapa besaran intensif yang ada di sini misalnya suhu, tekanan
E
A uap, viskositas, massa jenis, dan lain-lain. Jika kita menyebut satu
N saja, misalnya suhunya 100°C, maka otomatis yang lain mengikuti,
G misalnya tekanan uapnya 1 atm, viskositas dan densitasnya sudah
A ada data yang pasti.
N
K
E
S • Campuran air dan etanol membentuk kesetimbangan dengan uapnya,
E maka F = 2-2+2 = 2, dua komponen yaitu air dan etanol, 2 fase yaitu
T fase cair yang isinya air dan etanol yang bisa bercampur dalam segala
F perbandingan, fase uap yang isinya uap air dan uap etanol yang
I
A bercampur sempurna. Artinya kita perlu menyatakan dua besaran
M
S
B intensif untuk menggambarkan system itu secara pasti, misalnya kita
E
A menyebut suhu dan konsentrasi, maka besaran intensif yang lain
N sudah pasti nilainya misalnya tekanan uap jenuh, densitas, dan lain-
G lain.
A
N
K
E • Campuran air dan eter membentuk kesetimbangan dengan uapnya,
S maka F = 2-3+2=1, dua komponen yaitu air dan eter, tiga fase yaitu
E cairan air yang jenuh dengan eter, eter yang jenuh air, dan uap air dan
T uap eter yang bisa campur dalam segala perbandingan. Artinya kita
F
I cukup menyatakan satu besaran intensif untuk menggambarkan
A
M system itu secara pasti, misalnya kita menyebut suhu, maka besaran
S
B
E intensif yang lain sudah pasti nilainya misalnya tekanan uap jenuh
A
kedua uap. Dengan menyebut suhu saja maka sudah pasti konsentrasi
N
air dalam eter maupun konsentrasi eter dalam air, yaitu sebesar
G
kelarutannya masing-masing pada suhu tersebut.
A
N
K Sistem Satu Komponen
E
S
E Pada daerah padat murni/cairan
murni/uap murni (1 fase), F = 2
T
F (sistem bivarian)
I Pada sepanjang garis (2 fase), F =1
A
M (sistem univarian)
S
B Pada titik triple (O) (3 fase), F = 0
E (sistem invarian)
A
N
OA : Kurva tekanan Uap
G OB : Kurva titik leleh
A OC : Kurva Sublimasi
N
K Sistem Satu Komponen
E
S
E
Pada sistem satu fase, di mana tidak
T ada kesetimbangan, maka untuk
F
I menyatakan sistem tersebut perlu
A
M menyatakan suhu dan tekanannya
S
B
E
A
N
G Pada sistem kesetimbangan antara dua fase misalnya pada kesetimbangan antara cairan
A dengan uapnya (kurva OA) maka dengan menyebut suhu saja otomatis tekanan sudah
N pasti, yaitu dengan menarik garis vertikal pada suhu tersebut sampai memotong kurva
kemudian ditarik garis horizontal hingga memotong sumbu tekanan, maka tekanan
didapat.
K
E Sistem Dua Komponen
S
E
T Air dan Fenol
F
I
A Di bawah kurva, system adalah 2 fase.
M H = temperatur konsulat maksimum (66,8)
S
B A = larutan fenol dalam air,
E
A C = larutan air dalam fenol
N B = 2 fase: air jenuh fenol dibagian atas dan
fenol jenuh air (bawah)
G
A
N
K
E Sistem Dua Komponen
S
E Kesetimbangan pada suhu 50°C
T
F
I
A
M
S
B
E
A
N
G
A
N
Suspending agent
Sistem Tiga Komponen/Diagram Terner
(gram)
K
• Jika titik berada di sudut segitiga,
E maka sistem terdiri dari 1 Zat
• Jika titik berada di sisi segitiga,
S maka sistem terdiri dari 2 Zat
E • Jika titik berada di dalam segitiga,
maka sistem terdiri dari 3 Zat
T
F
I
A
M
S
B
E
A
N
G Sirup Simplex Zat aktif
(gram) (gram)
A
Zat Aktif
N
K
E Sistem Tiga Komponen
S
E
T • A=
F
I
A
M • B=
S
B
E • C=
A
N
G
A
N

Anda mungkin juga menyukai