Anda di halaman 1dari 60

INTUSUSEPSISI

Definisi
Keadaan masuknya suatu segmen usus ke segmen bagian distalnya yang umumnya akan
menyebabkan obstruksi usus strangulasi.

Insiden
Sering ditemukan pada anak usia 4 dan 9 bulan dan paling sering pada anak laki-laki
(PS: intusussepsi bisa terjadi pada umur 3 bulan – 3 tahun, namun peak insidennya adalah
saat usia 4-9 bulan)

Etiologi
Sebenarnya secara patofisiologi, intusussepsi bisa terjadi oleh karena penyebab idopatik
ataupun sekunder, dimana 90-95% penyebabnya adalah idiopatik, dan sisanya adalah
sekunder (divertikel merkel, polip, hematoma, tumor, foreign body)
Pada kasus idiopatik (tidak ada penyebab pasti), artinya dalam tanda kutip, penyebabnya
paling sering dihubungkan dengan adenovirus atau rotavirus. Adenovirus dihubungkan
dengan pasien-pasien ISPA sedangkan rotavirus dihubungkan dengan pasien-pasien diare.

Apabila proses ini berlanjut, biasanya dimulai pada Ileum terminal  kemudian masuk ke
dalam sekum  appendix nya juga bisa masuk  bisa masuk ke colon ascenden 
berlanjut ke colon transversum  descenden  sigmoid  bahkan bisa menjadi prolapse
intusussepsi
 Bagian usus yang terjepit = intususeptum ; bagian usus yang menjepit =
intususepien.

Tanda dan Gejala  Trias Intussusepsi


1. Cramping abdominal pain
Kalau penyebabnya idiopatik, paling sering disertai dengan trias intusussepsi, gejala-
gejala kolik  dimana nyerinya akan timbul apabila ada gerakan peristaltik, oleh
karena ususnya mengalami cedera, sehingga terjadilah cramping abdominal pain.
2. Currant jelly stools
Oleh karena infeksi dari adenovirus atau rotavirus  maka terjadi pembesaran
kelenjar getah bening dan juga memicu reaksi inflamasi temasuk juga retrocoleal
endotheal sistem, termasuk juga peyer patch yang ada di daerah ileum terminal 
ini kemudian menyebabkan inflamasi dan pembengkakan pada dinding usus  ini
akan mengganggu plica  ini terhenti di daerah ileum terminal saat terjadi inflamasi
 sehingga usus bagian proksimal akan masuk ke dalam colon, dan menimbulkan
suatu intusussepsi  apabila hal ini berlanjut menyebabkan obstruksi  pembuluh
darah vena mengalami dilatasi  lama-lama pembuluh darahnya pecah  timbullah
darah, karena didalam colon terdapat mucus atau jelly, sehingga kalau bercampur
antara darah dengan jelly (mucous)  darah + jelly bercampur = currant jelly stool
(warna darahnya ungu, dan terjadi karena pecahnya pembuluh darah vena)

3. A palpable mass
Karena ini tertekan  maka akan teraba massa pada perut dan abdomennya
(bentukan seperti sosis, atau Sausage-Like Mass)  ini bisa teraba di perut kanan
bawah (daerah pertama kali diawali), bisa di kanan atas, bisa di tengah, kiri, ataupun
kiri bawah  tergantung seberapa panjang bagian usus itu mengalami intusussepsi,
makin panjang dia akan makin ke distal (makin ke kaudal)

Diagnosis
1. Umumnya bai dalam keadaan sehat gizi baik  namun memiliki riwayat ISPA/ diare
beberapa hari sebelumnya
2. Bayi tiba2 menangis seperti menahan sakit kemudian diam (main main atau tidur
kembali)  nyeri kolik / cramping abdominal pain.
3. Sering disertai rangsangan muntah (berupa makanan dan minuman yang masuk).
4. Beberapa jam kemudian bayi defekasi disertai darah dan lendir, berlanjut terus
hanya darah dan lendir saja.  current jelly stools
5. Pemeriksaan abdomen: teraba massa yang biasanya memanjang dengan batas jelas
(spt sosis)
6. RT: ada darah segar serta lendir dan mungkin masih ada feses di sarung tangan.
Kadang bisa didapatkan ujung invaginasi sebagai porsio semu (tp jarang).
7. Menjelang 24 jam setelah invaginasi  dapat ditemukan tanda-tanda obstruksi usus
spt:
o Distensi abdomen
o Tampak kontur dan peristaltic usus
o Muntah sudah hijau dan fekal
o Massa abdomen sulit teraba lagi
o Bayi mengalami dehidrasi dan demam
o RT: tidak ada feses hanya darah dan lendir.

Penunjang
1. Foto polos abdomen (BOF/BNO)
o Untuk melakukan foto polos abdomen, jangan lupa, pasiennya disiapkan
dulu: pasang infus, periksa darah, rehidrasi, dan puasakan pasien.
o Pada intususepsi terjadi proses usus bagian proksimal di daerah ileum
terminal akan masuk ke usus yang bagian distal (caecum, colon ascendens,
transversum, sigmoid, bahkan sampai mengalami prolaps)  menyebabkan
obstruksi pada usus halus  sehingga gambaran udara pada usus besar
tidak tampak (radioopak) dan ada bagian usus yang radiolusen dilatasi
o *obstruksi di illeum terminal  udara tidak masuk ke kolon
o Di Foto polos abdomen (rontgen) ditemukan gambaran obstruksi pada pasien
 intusussepsi tanpa obstruksi itu suatu hal yg tidak mungkin, kecuali
intususepsi nya release. Makanya pasien intusussepsi harus dibuktikan dulu
apakah dia ada obstruksi
 Dari pemeriksaan BOF hanya dapat disimpulkan terjadi obstruksi usus halus

Udara dalam
usus halus Tidak ada
yang dilatasi udara yang
tampak dalam
kolon 
obstruksi
hanya pada

2. USG
Dilakukan setelah pemeriksaan BOF untuk mengetahui gambaran penyebab
obstruksi usus halus) gambaran seperti ginjal (pseudokidney) dan target/donut
sign (usus terperangkap di usus lain)  tergantung potongan USG yang akan
diambil.

Biasanya dengan pemeriksaan foto polos dan USG diagnosis bisa tegak,
namun bila dari USG dan BOF belum tegak dapat dilanjutkan dengan:

3. Barium enema
NB: barium enema susah ditemukan di Indo karena pernah dijadikan bahan bom.
Kontras enema disemprotkan dari lubang anus ke sigmoid  ke colon descendens
 kemudian tampak bayangan kontras berhenti daerah vertebrae, berati berhenti
saat memasuki kolon transversum  biasanya gambaran ini suggest ke suatu
diagnosis intususepsi
* cupping sign  terlihat aliran kontras yang berhenti (lihat gambar panah hitam,
ada bagian usus halus yang masuk ke kolon (lebih luscent)
*Barium enema bisa juga sebagai terapi karena dengan memberikan tekanan
hidrostatik  bagian intususipien bisa didorong oleh cairan kontras  bila sudah
terdorong seluruhnya, kontras bisa masuk sampai ke usus halus  artinya reduksi
dengan tekanan hidrostatik berhasil. Reduksi hidrostatik diguiding dengan X-Ray,
C-arm atau fluoroskopi.  pasien akut dan tidak ada kontraindikasi seperti
shock, sepsis.

Reduksi manual dengan tekanan hidrostatik bisa juga dikerjakan dengan NaCl
diguiding dengan USG karena barium enema tidak selalu tersedia karena dikerjakan
dr radiologi.

Apabila gagal melakukan reduksi hidrostatik, dibutuhkan tindakan operatif, berikan


AB kemudian rujuk:

Tatalaksana
•non-operative dan operative

Sebagai dokter umum yang bisa kita kerjakan adalah


1. Pastikan pasien terhidrasi baik (pasang infus + ambil darah)
2. Dekompresi (Sekaligus mencegah aspirasi)  (pasang OGT atau NGT)  biasanya
tergantung usia, kalau usianya 4-9 bulan, mungkin nomor 10 atau nomor 12
3. Pasang kateter untuk mengevaluasi apakah cairan yang diberikan sudah cukup
4. Lakukan pemeriksaan rontgen
5. Laporkan pada dokter bedah anak, kalau tidak ada, boleh ke dr. bedah, atau segera
rujuk.
NB: kalau tidak ada foto polos, segera rujuk
*Setelah keadaan umum baik segera dirujuk untuk dilakukan tindakan operasi 
kompetensi dr bedah

Tindakan operatif
a. Open: dikerjakan secara luas, bisa di semua rumah sakit
b. Minimal invasive: tidak ada fasilitasnya di semua RS. Pengerjaan dengan
laparoskopi biasanya mengalami kesulitan karena intususepsi yang sudah lama dan
usus sudah berdilatasi maksimal  dikerjakan tindakan operasi secara open
Catatan
Q: Kenapa Intusussepsi dikatakan sebagai kasus yang gawat?
A: usus yang terjepit lama-lama dapat menjadi iskemia  kemudian jadi nekrosis 
perforasi  peritonitis  ancaman kematian. Jadi ini masalah organ saving dan life saving,
kalau terlambat dia menjadi life saving. Kalau di fase awal dia bisa organ saving
(menyelamatkan usus) tapi di fase akhir dia menjadi life saving

Q: Apakah setelah operasi bisa recurrent? Operasi itu seberapa efektif?


A: kejadian recurrant lebih sering terjadi pada px dengan reduksi manual non operative,
contoh: kontras enema. Kalau udh operasi, sangat jarang recurrant meskipun masih
mungkin.

Q: untuk operasi apakah perlu dilakukan fasting untuk perioperatifnya? Apakah perlu ada
jarak waktu? mengingat ini kan emergency
A: ini true emergency, fasting pasti tetap dikerjakan, tetapi tidak perlu menunggu waktu
berapa jam baru dia bisa operasi, karena ini true emergency, jadi setelah dipasang OGT
atau NGT, dilakukan dekompresi, dikeluarkan semua isi lambungnya, itu semua sudah
cukup untuk melakukan tindakan operasi, karena itu true emergency. Artinya kalau dibiarkan
lebih lama, dapat menyebabkan ancaman pada usus dan ancaman pada nyawa. Fasting itu
mutlak untuk semua operasi namun tidak mutlak waktunya kalau itu emergency. Kalau
operasi terencana, ya mutlak harus fasting. Pada bayi puasanya rata-rata 6 jam untk yang
sudah bisa makan dan minum susu formula. Namun pada yang masih minum ASI itu 4 jam
sebelum operasi masih boleh minum ASI. Air putih, 2 jam sebelum operasi masih boleh
diminum

Q: Apakah ada kasus dimana intusussepsi hanya di treatment hanya dengan menggunkana
kontras saja? Atau semua harus dioperasi? Kapan dikerjakan operasi dan kapan dikerjakan
non operasi?
A: tidak semua px intusussepsi harus dioperasi, namun tidak semua juga px intusussepsi
bisa dikerjakan tanpa operasi. Kapan dikerjakan operasi dan kapan dikerjakan non operasi?
Ini biasanya dr bedah yang menentukan.
Dioperasi kalau:
1. Proses intussusepsi sudah berlangsung lama, dan pasiennya menimbulkan gejala
dimana perutnya sudah kembung hebat, sudah disertai tanda-tanda dehidrasi
dan/atau shock, itu tidak disarankan untuk mencoba konservatif.
2. Apabila sudah tanda-tanda sepsis
3. Apabila sudah tanda-tanda peritonitis
Kalau tidak ada semua itu, boleh dicoba koservatif manajemen menggunakan kontras,
pilihannya dengan kontras, dengan udara, atau dengan NaCl. Biasanya kalau kejadiannya
masih 1x24 jam itu masih bisa berhasil. Tetapi harus dikerjakan di fasilitas yang
menyediakan semuanya. Contoh: harus ada dr radiologi yang mengerjakan kontras enema,
dokter bedah anak ada utk mengerjakan operasi manual, kamar operasi siap. Jadi kalau
gagal kontras enema nya, langsung pindahkan ke kamar operasi utk operasi manual karena
ini sifatnya organ saving dan life saving.

Sumber: ppt dr. Deddy, buku MMN


ANORECTAL MALFORMATION

Definisi
Malformasi anorectal (anal imperforate) adalah kelainan-kelainan kongenital yang ditemukan
pada saluran cerna bagian anus dan rektum. Kelainan yang terjadi dapat berupa tidak
terbentuknya lubang anus, lubang anus terletak tidak pada tempatnya, sampai
bersatunya lubang keluar anus, saluran kemih, dan saluran genitalia.

Klasifikasi
Ket gambar: anorectal malformation
dengan fistula perineum  letak nya
rendah sekali sehingga manajemennya
adalah direct operasi.

anal malformation yang sudah datang terlambat, sehingga perutnya


sudah kembung.

Epidemiologi
Malformasi anorektal terjadi pada 1 dari 4000- 5000 kelahiran hidup dengan angka
kejadian lebih tinggi sedikit pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Defek yang paling sering terjadi adalah atresia ani dengan fistula rektouretra (pada laki-
laki) dan fistula rektovestibulum (pada perempuan).

Pathogenesis
Normalnya, pada minggu kelima terjadi pemisahan rektum dengan sinus urogenital. Pada
minggu ke-8 terjadi ruptur membran anus sehingga terdapat lubang di kulit anus.
Malformasi anorektal terjadi karena terganggunya proses perkembangan organ atau adanya
kelainan saat embriogenesis. Namun demikian, etiologinya belum diketahui secara pasti,
diduga bersifat multifaktorial.

Tanda dan Gejala


Keluhan: bisa datang dengan perut kembung, keluhan BAB dari vagina
Pemeriksaan fisik: tidak terlihat adanya anus  Sebenarnya dx nya gampang, tapi
beberapa bisa terlewat sehingga terlambat datang, cukup hanya dengan melihat bahwa di
perineum nya tidak ada lubang anus, maka itulah dx nya.
*pemeriksaan fisik yang penting buat dr umum jika kita dapet kasus bayi lahir tanpa
anus ialah periksa kelainan bawaan lain yang disebut “VACTERL”
Dicari Pemeriksaan
V= vertebra defects, Spina bifida Xray  lumbosacral ap lateral
radial dysplasia Baby gram  melihat sekalian
jantung tl belakang, abdomen.
A= anal atresia (anorectal
malformation)
C = cardiac defects Ictus cordis di kiri Kalo ada suara tambahan jantung
apa kanan, murmur, jangan ragu untuk echocardio
sianosis?
T = trakeoesophageal fistel
E = Esophagus Atresia Apakah ada gejala spt hipersalvasi?
Masukan NGT no 8 atau 10  kalo
masuk smp gaster berarti gaada
atresia bisa lanjut ke pemeriksaan
berikutnya (babygram)
R = renal abnormality (renal Paling sering terjadi USG (USG bisa sekalian liat spine nya
dysplasia) hydronefrosis (50%) juga apakah ada spina bifida)
L = limb defects (anomaly) CTEV, polydactyly
syndactyly

Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan penunjang dapat
ditunda dalam 20-24 jam 
dilihat apakah dari perineum ada
fistula atau tidak  bila ada
fistula tidak perlu pemeriksaan
penunjang
untuk
mengetahui jarak rectum ke kulit rektum karena mekonium sudah keluar  artinya
mekonium BISA keluar karena jarak dari rectum ke fistula dekat. Bila tidak ada
mekonium keluar  boleh dilakukan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan
penunjang sekaligus untuk menyingkirkan VACTERL.
- Dalam 20 – 24 jam bila tidak ada keluar mekonium dilakukan cross table lateral
film: untuk mengukur jarak kulit dan rectum  sehingga dapat menentukkan
tindakan apakah yang akan dilakukan colostomi dan pembuatan lubang ani lalu
penutupan lubang colostomi (bila jarak rectum dan perineum jauh > 1 cm),
atau anoplasti (bila jarak rectum dan perineum dekat < 1 cm).

NB: invertogram  sudah tidak dikerjakan lai karena posisi bayi saat melakukan
invertogram itu membahayakan bisa terjadi aspirasi. Yang sekarang dilakukan ialah
cross table lateral.

Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan sebagai dokter umum:
1. Memastikan malformasi anorektalnya
2. Memastikan tidak ada kelainan membahayakan  edukasi dan KIE orang tua
INTINYA:
Bayi dengan
malformasi
anorektal

Periksa VACTERL

VACTERL
aman
Dalam 20-24 jam
amati apakah
Mekonium
mekonium keluar
keluar Tidak
keluar
Tidak perlu dilakukan
Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan penunjang
dengan lateral cross
cross table lateral
table XRAY
karena sudah tau jarak

Rujuk ke dokter bedah anak

Penanganan emergensi
- Puasakan pasien
- Rehidrasi dengan Rehidrasi dengan infus dekstrosa dan elektrolit (bila bayi baru
lahir < 12 jam)  bila sudah lahir > 12 jam perlu diberikan cairan yang fisiologis
(NaCl atau RL)
- Periksa dan awasi associated congenital defect yang dapat mengancam
nyawa: sindrom VACTERL (tabel diatas)
- Amati dalam 20 – 24 jam  untuk mengamati apakah ada fistule pada pasien ini
apa tidak. Karena sering kali< 20 jam itu fistule belum terlihat (karena tekanan di
rectum belum kuat)
- Rujuk ke dokter bedah anak atau minimal dokter bedah umum

Catatan:
 Pada anak perempuan  fistula adequate pada umumnya
 Pada anak laki2 umumnya fistula tidak adaquat sehingga harus dirujuk lebih cepat.
Pada gambar ini, sebelum tindakan anoplasti, di bagian perineum tinggal
dibelah untuk menemukan lubang anus (bila lubang anus dan rectum
dekat)  sehingga tindakan pembedahan cukup 1 kali (karena ada fistula
dan letak rendah)

Bila jarak anus dan rectum jauh (letak tinggi) perlu dilakukan staged
repair  dimulai dari 1) kolostomi  2) pembuatan lubang
anus/anoplasti/PSARP  3) penutupan kolostomi

Variasi konstipasi ani:


1. prognosis baik dalam menahan BAB
a. pada bayi laki-laki: atresia ani dengan fistula rectouretra
b. pada bayi perempuan: atresia ani dengan fistula rectovestibular
2. prognosis buruk tidak bisa menahan BAB, terjadi inkontinensia
a. pada bayi laki-laki: atresia ani tanpa fistula dan jarak anus ke rektum jauh (> 2-
3cm, rectum di intraabdomen)  fungsi spingter tidak berkembang dengan
baik

INTINYA, bila jarak rectum ke perineum jauh prognosis lebih buruk karena otot spingter
tidak berkembang dengan baik

Catatan: ada yang namanya Bucket Handle malformation  tinggal di potong aja.

Sumber: buku MNM, ppt dr Deddy, Kapita selekta,


lecture preklinik

HIRSCHSPRUNG

Definisi
Penyakit Hirschsprung (megakolon kongenital) adalah
suatu kelainan bawaan berupa aganglionik usus
(tidak adanya ganglion parasimpatis pada lapisan
submucosal (Meissner) maupun lapisan muskularis (Auerbach), mulai dari sfingter anal
internal ke arah proksimal dengan panjang segmen tertentu, selalu termasuk anus, dan
setidak-tidaknya sebagian rektum.

Epidemiologi
Insidens diperkirakan 1 per 5000 kelahiran hidup dengan perbandingan antara laki-laki
perempuan sebesar 4 : 1. Panjangnya segmen aganglionik bervariasi, sekitar 75-80%,
biasanya terjadi pada kolon rektosigmoid distal dan 5% terjadi pada usus halus.
Kolon aganglionik total jarang ditemukan namun dapat terjadi. Terdapat kecenderungan
familial pada penyakit ini. Sekitar 80% kasus terdiagnosis pada periode neonatus
sedangkan 20% terdiagnosis setelahnya.

Etiologi dan Patofisiologi


- Penyebab dari penyakit ini belum diketahui dengan jelas. Diperkirakan, terjadi defek
migrasi sel-sel krista neural yang merupakan precursor sel ganglion intestinal.
Normalnya, sel-sel tersebut bermigrasi sefalokaudal. Proses tersebut selesai pada
minggu ke-12 kehamilan. Namun, migrasi dari kolon tranversal bagian tengah ke
anus memerlukan waktu selama 4 minggu. Pada periode inilah paling rentan terjadi
defek migrasi sel krista neural.
- Hingga saat ini penyakit Hirschsprung diasosiasikan dengan mutase tiga gen
spesifik: proto-onkogen RET, gen EDNRB (endothelin B receptor), dan gen
EDN3 (endothelin 3).
- Tidak terdapatnya ganglion Meissner dan Auerbach mengakibatkan usus yang
bersangkutan tidak dapat berperistaltik. Peristaltik yang dihasilkan tidak memilik daya
dorong, tidak propulsive  sehingga tidak bisa evakuasis feses atau udara

Tanda dan gejala


Trias Hirschprung:
- Riwayat pengeluaran meconium terlambat (> 24jam)
- Muntah hijau
- Distensi abdomen

1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24


pertama kehidupan (keterlambatan evakuasi
mekonium)
2. Tanda obstruksi intestinal nonspesifik:
distensi abdomen, muntah hijau, dan
intoleransi dalam pemberian makan. Hal ini
terjadi karena tidak adanya peristalsis yang bersifat propulsif pada segmen
aganglionik
3. Enterokolitis yang ditandai dengan demam, distensi abdomen, tinja
menyemprot bila dilakukan pemeriksaan colok dubur. Tinja berbau busuk serta
berdarah. Enterokolitis diperkirakan terjadi karena stasis obstruktif dan pertumbuhan
bakteri yang berlebihan (misalnya C. difficile dan rotavirus)
4. Apabila sudah terjadi komplikasi berupa peritonitis ditemukan edema, bercak
kemerahan di sekitar umbilikus, punggung, serta pada daerah genitalia
5. Pada anak yang lebih dewasa: konstipasi berulang, gagal tumbuh, serta tampak
letargis.

Pemeriksaan fisik
RT  ujung jari terjepit lumen rectum yang menyempit, pengeluaran kotoran setelah colok
dubur dan kembung hilang
RT jari atau termometer  jadi kalo ada bayi baru lahir belum keluar meconium
setelah 24 jam lakukan RT  bila ada anus dan mekonium bisa keluar atau
menyemprot setelah di RT, berati kemungkinan besar adalah HIRSCHPRUNG DISEASE
bukan atresi ani.

Pemeriksaan penunjang
- Babygram dilatasi usus besar, tapi tidak ada tanda obstruksi  karena tidak ada
ganglion di daerah usus besar atau biasanya di daerah rectum  lanjutkan dengan
melakukan pemeriksaan tambahan kontras barium enema dan biopsi PA (untuk
mengetahui apakah ada ganglion pada usus)
- BOF tanda2 obstruksi usus letak rendah ( Pemeriksaan ini bersifat nonspesifik.
Hasil foto menunjukkan usus-usus yang terdistensi dan terisi oleh udara. Biasanya
sulit membedakan usus halus dan usus besar saat usia neonates)
- Barium enema Dilakukan untuk menunjukkan lokasi zona transisi antara segmen
kolon dengan ganglion yang mengalami dilatasi dengan segmen aganglionik yang
mengalami konstriksi.
Terdapat tanda klasik radiografis penyakit Hirschsprung. yakni:
a. Segmen sempit dari sfingter anal,
b. Zona transisi (daerah perubahan dari segmen sempit ke segmen dilatasi).
c. Segmen dilatasi.

Pemeriksaan barium enema sangat berguna untuk menyingkirkan diagnosis banding


seperti atresia kolon, sindrom sumbatan mekonium, atau small left colon syndrome.

Pemeriksaan definitive
Biopsi rektal  Biopsi rektal dapat dilakukan secara bedside pada pasien neonatus.
sedangkan pada anak yang lebih besar diperlukan sedasi intravena. Pengambilan sampel
meliputi lapisan mukosa serta submucosa 1 cm, 2 cm. dan 3 cm dari linea dentata.
Sediaan histopatologi penyakit Hirschsprung menunjukkan tidak adanya sel ganglion pada
pleksus myenterikus, adanya hipertrofi bundle saraf. serta pewarnaan yang menyangat
dengan asetilkolin.

Diagnosa Banding
1. Atresia ileum mekonium sedikit. kering, berbutirbutir, warna hijau muda
2. Sumbatan meconium pada Roentgen abdomen tampak usus melebar disertai
kalsifikasi
3. Atresia rektal
4. Enterokolitis nekrotikan neonatal pasien letargis, mekonium bercampur darah,
tanda enterocolitis muncul lebih cepat dibandingkan penyakit Hirschsprung
5. Peritonitis intra-uterin
6. Sepsis neonatorumgagal evakuasi meconium dalam 24-48 jam pertama, pasien
menolak minum, distensi abdomen mulai dari daerah gaster, pasien tampak letargis
7. Sindrom kolon kiri kecil biasanya pada ibu dengan diabetes melitus. pada
pemeriksaan barium enema, kolon kiri terlihat kecil sedangkan ampula rektum
melebar;
8. Obstipasi psikogenik pada pasien usia >2 tahun, feses seperti tanah liat dekat
sfingter anal.

Tatalaksana
Tatalaksana awal
- Puasakan
- Gastric Decompresi  dengan NGT
Dekompresi saluran cerna dengan selang nasogastrik (NGT). Cairan dihisap setiap
15-20 menit karena cairan jejunum akan mulai mengisi lambung dalam rentang
waktu ini.
- Rectal dekompresi  menggunakan rectal stimulasi atau rectal irigasi (Bilas
kolon dengan cairan NaCl)
Dekompresi rektal juga dapat dilakukan dengan menggunakan rectal tube. Apabila
dekompresi tidak berhasil, kolostomi menjadi pilihan terapi bedah sementara.
- Atasi dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit  cairan IV
- Pemasangan kateter urine untuk memantau urine output. Normalnya 1,5
cc/KgBB/jam.
- Pemberian antibiotic broad spectrum (terutama jika ada gejala enterocolitis)
- Evaluasi apakah ada anus dan kelainan bawaan (VACTERL)
- Rujuk ke dr spesialis bedah anak untuk dapat perawatan operasi definitive

Bedah
Operasi definitive
Prinsip
- Investigasi area yang aganglionik
- Melakukan reseksi
- Mengembalikan kontinuitas usus
Tata laksana operatif dilakukan dalam beberapa tahap:
1. Kolostomi, dilakukan pada periode neonates, pasien anak dan dewasa yang
terlambat terdiagnosis, dan pasien enterokolitis berat dengan keadaan umum
yang buruk. Apabila pasien tidak termasuk kedalam tiga kelompok ini, tindakan
bedah definitif dapat dilaksanakan.
*Tindakan kolostomy (sementara)  stoma dibuat dibagian kolon yang berganglion
(paling distal) Kolostomy dilakukan untuk menjamin pasase usus dan mencegah
komplikasi seperti enterocolitis, peritonitis dan sepsis
2. Pull-through operation. Prinsip operasi ini adalah membuang segmen aganglionik
dan membuat anastomosis segmen ganglion dengan anus. Ada tiga buah teknik
yang sering digunakan oleh dokter bedah anak, yakni prosedur Swenson, Duhamel,
dan Soave. Teknik Duhamel dan Soave memberikan hasil yang lebih baik dan dapat
digunakan pada kasus aganglionik total. Teknik lain yang sering digunakan dengan
transanal pull through. Pada kasus aganglionik total, ileum digunakan sebagai
anastomosis.

Rujuk balik
Pasien post operasi hirscprung  harus dilakukan dilatasi (melalui Rectal Tussae) setiap
hari, berlanjut 3 hari dan 1 minggu sehingga lumen bekas sambungan ususnya tidak
mengecil.

Sumber: ppt dr Deddy, Kapita Selekta, Buku MMN


APENDISITIS

Definisi
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering.

Anatomi dan Fisiologi


Apendiks memiliki panjang bervariasi sekitar 6 hingga 9 cm. Dasarnya melekat pada sekum
dan ujungnya memiliki kemungkinan beberapa posisi seperti retrosekal, pelvis, antesekal,
preileal, retroileal, atau perikolik kanan. Pada persambungan apendiks dan sekum, terdapat
pertemuan tiga taenia coli yang dapat menjadi penanda.
Apendiks adalah organ imunologik yang berperan dalam sekresi IgA karena termasuk
dalam komponen gut-associated lymphoid tissue (GALT) pada waktu kecil.

Insidensi
Pada anak bisa dari usia 6 tahun – 18 tahun.
Kalau ada pasien nyeri perut yang tidak khas, nyeri perutnya pada anak-anak, pikirkan
bahwa ini adalah appendicitis akut, walaupun bisa saja bukan. Pokoknya kita harus tetep
curigai ini mungkin appendicitis akut, sampai terbukti bukan

Patogenesis dan Patofisiologi


- Apendisitis akut biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks yang
dapat diakibatkan oleh fekalit/apendikolit, hiperplasia limfoid, benda asing,
parasit, neoplasma, atau striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya.
- Obstruksi lumen yang terjadi mendukung perkembangan bakteri dan sekresi
mukus sehingga menyebabkan distensi lumen dan peningkatan tekanan dinding
lumen. Tekanan yang meningkat akan menghambat aliran limfe sehingga
menimbulkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat tersebut,
terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri periumbilikal.
- Sekresi mukus yang terus berlanjut dan tekanan yang terus meningkat menyebabkan
obstruksi vena, peningkatan edema, dan pertumbuhan bakteri yang
menimbulkan radang. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
setempat sehingga timbul nyeri di daerah kanan bawah. Pada saat ini terjadi
apendisitis supuratif akut.
- Bila kemudian aliran arteri terganggu akan timbul infark dinding dan gangren.
Stadium ini disebut apendisitis gangrenosa yang bila rapuh dan pecah menjadi
apendisitis perforasi. Meskipun bervariasi, biasanya perforasi terjadi paling sedikit
48 jam setelah awitan gejala.
- Bila semua proses di atas berjalan-dengan imunitas yang cukup baik, omentum dan
usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks sebagai mekanisme
pertahanan sehingga timbul massa lokal yang disebut infiltrat apendikularis.
Peradangan yang terjadi dapat menjadi abses atau menghilang. Pada anak,
omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang dengan dinding lebih tipis
sehingga mudah terjadi perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah
terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.

Manifestasi Klinis
Gejala pada anak
- Nyeri perut ulu hati yang berpindah ke kanan bawah  sering kali anak tidak bisa
menyampaikan dengan baik sehingga telat diagnosis
- Mual muntah
- Demam
- Diare dan konstipasi

 Keluhan apendisitis dimulai dari nyeri di periumbilikus dan muntah karena


rangsangan peritoneum viseral.
 Dalam waktu 2-12 jam seiring dengan iritasi peritoneal, nyeri perut akan berpindah
ke kuadran kanan bawah yang menetap dan diperberat dengan batuk atau
berjalan. Nyeri akan semakin progresif dan dengan pemeriksaan akan menunjukkan
satu titik dengan nyeri maksimal.
 Gejala lain yang dapat ditemukan adalah anoreksia, malaise, demam tak terlalu
tinggi. konstipasi, diare, mual, dan muntah.
NB *kalo ada demam yang > 38,5  curiga perforasi

Diagnosis
Anamnesis
Apendisitis harus dipikirkan sebagai diagnosis banding pada semua pasien dengan
nyeri abdomen akut yang sesuai dengan manifestasi klinis di atas yakni mual muntah pada
keadaan awal yang diikuti dengan nyeri perut kuadran kanan bawah yang makin progresif.

Pemeriksaan Fisis
- Pasien dengan apendisitis akut tampak kesakitan dan berbaring dengan demam
tidak terlalu tinggi.
NB: raba terlebih dahulu abdomen yang tidak nyeri
Pada pemeriksaan abdomen dapat ditemukan:
- Bising usus menurun/menghilang,
- Nyeri tekan dan nyeri lepas (tanda Blumberg) fokal pada daerah apendiks yang
disebut titik McBurney (sepertiga distal garis antara umbilikus dan spina iliaka
anterior superior SIAS) kanan.
- lritasi peritoneum ditandai dengan adanya defans muskular, perkusi, atau nyeri
lepas.

Tanda khas
- Tanda Rovsing: nyeri perut kuadran kanan bawah saat palpasi kuadran kiri bawah
- Tanda Psoas: nyeri pada perut kuadran kanan bawah saat ekstensi panggul kanan
(menunjukkan apendiks retrosekal)
- Tanda Obturator: nyeri perut kanan bawah pada saat rotasi internal panggul kanan
(menunjukkan apendiks pelvis)
- Tanda Dunphy: peningkatan nyeri yang dirasakan saat batuk.

Apabila telah terjadi perforasi, nyeri perut semakin kuat dan difus menyebabkan peningkatan
defans muskular dan rigiditas (tanda peritonitis).

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis ringan (10.000-20.000/uL) denganpeningkatan jumlah neutrofil
(penanda ada infeksi akut). Leukositosis tinggi (>20.000/uL) didapatkan apabila
sudah terjadi perforasi dan gangren.
CRP dan procalcitonin  tp tidak rutin dikerjakan
2. Urinalisis
Untuk menyingkirkan DD ISK tapi pada anak2 jarang dilakukan
3. Ultrasonografi
Dapat digunakan dengan penemuan diameter anteroposterior apendiks yang lebih
besar dari 6 mm, penebalan dinding, struktur lumen yang tidak dapat dikompresi
(lesi target), atau adanya apendikolit.
Tapi USG tidak bisa 100% liat juga.
Diagnosis Banding
- Pada bayi: stenosis pilorus, obstruksi usus.
- Pada anak: intususepsi, divertikulitis Meckel, gastroenteritis akut, limfadenitis
mesenterik, inflammatory bowel disease.
- Pada orang dewasa: pielonefritis, kolitis, divertikulitis, pankreatitis.
- Pada perempuan usia subur: pelvic inflammatory disease (PID), abses tubo-
ovarium, ruptur kista ovarium atau torsio ovarium, kehamilan ektopik.

Tata Laksana
Kalau sudah tegak, maka terapinya operasi, namun sekarang sedang diusahakan
untuk memberikan non operatif manajemen dg pemberian AB saja, tapi seringkali tidak
banyak yang berhasil dan tetep berulang nyeri perutnya. Bahkan ada yang jatuh ke kondisi
yang lebih parah. Makanya pilihan utamanya adalah operasi appendiktomi (Open
appendectomy, minimally invasive dengan laparoscopy appendectomy)  bisa untuk
kasus simple appendicits atau complicated perforated appendicitis

1. Pre-o peratif
Observasi ketat, tirah baring, dan puasa. Pemeriksaan abdomen dan rektal serta
pemeriksaan darah dapat diulang secara periodik. Foto abdomen dan toraks dapat
dilakukan untuk mencari penyulit lain. Antibiotik intravena spektrum luas dan analgesic
dapat diberikan. Pada perforasi apendiks perlu diberikan resusitasi cairan sebelum operasi.

2. Operatif
Apendektomi terbuka: dilakukan dengan insisi transversal pada kuadran kanan bawah
(Davis-Rockey) atau insisi oblik (McArthur-McBurney). Pada diagnosis yang belum jelas
dapat dilakukan insisisubumbilikal pada garis tengah.
Laparoskopi apendektomi: teknik operasi dengan Iuka dan kemungkinan infeksi lebih
kecil

3. Pasca-operatif
Perlu dilakukan observasi tanda vital untuk mengantisipasi adanya perdarahan dalam.
syok, hipertermia, atau gangguan pernapasan. Pasien dibaringkan dalam posisi Fowler dan
selama 12 jam dipuasakan terlebih dahulu. Pada operasi dengan perforasi atau peritonitis
umum, puasa dilakukan hingga fungsi usus kembali normal. Secara bertahap pasien diberi
minum, makanan saring, makanan lunak, dan makanan biasa.

Komplikasi
Perforasi usus, peritonitis umum, abses apendiks, tromboflebitis supuratif sistem portal,
abses subfrenikus, sepsis, dan obstruksi usus.

Prognosis
- Tingkat mortalitas dan morbiditas sangat kecil dengan diagnosis yang akurat serta
pembedahan. Tingkat mortalitas keseluruhan berkisar antara 0,2-0,8% dan
disebabkan oleh komplikasi penyakit daripada intervensi bedah.
- Pada anak. angka ini berkisar antara 0, 1-1 %, sedangkan pada pasien di atas 70
tahun angka ini meningkat di atas 20% terutama karena keterlambatan diagnosis
dan terapi.

Sumber: Kapita selekta, PPT dr Deddy


HERNIA INGUINALIS

Definisi
Ada benjolan di inguinal, benjolan tidak bisa masuk, disertai
terbentuknya massa  hernia inguinalis lateralis inkarserata

Gambaran ini: hernia inguinalis, yang disertai perut kembung dan


muntah-muntah  hernia ingunalis incarcerate.

Embriologi dan Patogenesis


Berbeda dengan dewasa, hernia inguinalis pada bayi disebabkan karena kegagalan
penutupan prosesus vaginalis (penonjolan peritoneum yang berbentuk seperti jari dan
bertugas mengiringi testis turun ke skrotum). Penutupan prosesus vaginalis normalnya
terjadi beberapa bulan sebelum kelahiran. Oleh karena itu, insidens hernia inguinalis
tinggi pada bayi prematur.
**Pada penutupan prosesus vaginalis yang parsial (tidak utuh) menyebabkan cairan
terjebak dalam skrotum sehingga menyebabkan terbentuknya hidrokel.

Klasifikasi
1. Hernia Inguinalis Lateralis
Umumnya, hernia pada anak adalah hernia inguinalis lateral. Kantung hernia
berasal dari sisi lateral pembuluh darah epigastrik inferior dan turun sepanjang
korda spermatikus dalam fasia kremaster. Kantung ini dapat bertahan
sepenuhnya dalam kanalis inguinalis atau turun melalui cincin inguinalis eksternal.
 Apabila masuk ke skrotum disebut hernia skrotalis, sedangkan apabila
masuk ke labia mayor disebut hernia labialis.
 Hernia inguinalis lateral dapat dibedakan menjadi:
o Hernia inguinalis lateral reponibel, apabila hernia dapat keluar
masuk;
o Hernia inguinalis lateral ireponibel. apabila hernia tidak dapat
dimasukkan kembali kedalam ronggaperut;
o Hernia inguinalis lateral incarserata
o Hernia inguinalis lateral strangulata, apabila hernia terjepit oleh
cincin hernia. Hal ini menyebabkan gangguan vaskularisasi dan
gangguan pasase.
Hernia inkarserata bila isi kantong hernia terjepit oleh cincin hernia dan tidak dapat
dikembalikan lagi  akibatnya terjadi gangguan pasase dan tanda2 sumbatan usus
Hernia strangulate  bila terjadi gangguan vaskularisasi dan mulai bendungan sampai
nekrosis, pada saat isi hernia terjepit oleh cincinnya.
NB: pokoknya kalo udah ada tanda bengkak, nyeri, merah demam  hernia
strangulate.

2. Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis terjadi karena kegagalan penutupan cincin umbilikus sehingga
menimbulkan defek sentral pada linea alba. Defek pada fascia menyebabkan
protrusi isi rongga perut. Hernia umbilikalis berukuran <1 cm pada waktu kelahiran
biasanya akan menutup sendirinya pada tahun keempat kehidupan. Hernia
umbilikalis dapat bermanifestasi sebagai omfalokel dan gastroskisis.
Epidemiologi
 Insidens hernia inguinalis pada anak berkisar antara 10-20 per 1000 kelahiran
hidup.
 Pada bayi prematur, angka kejadian naik menjadi 300 per 1000 kelahiran hidup.
 Hernia inguinalis lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibanding perempuan
(10:1).
 Hernia lebih sering terjadi pada sebelah kanan dibandingkan kiri atau bilateral
Hal ini diperkirakan karena testis kanan turun belakangan.
 Bayi lebih rentan mengalami hernia strangulata karena cincin inguinal yang sempit.

Tanda dan gejala


Anamnesis
Adanya penonjolan di daerah inguinal/skrotum yang intermiten. Biasanya terlihat lebih
jelas pada saat menangis atau mengedan. Seringkali, penonjolan dapat hilang saat istirahat
atau dapat dimasukkan secara manual (hernia reponible).

Pemeriksaan Fisis
 Tonjolan pada skrotum/kanal inguinal/labia yang membesar apabila pasien
mengedan
 Korda pada sisi yang terkena terasa lebih tebal dibandingkan sisi yang tidak
terkena.
 Hernia strangulata: tonjolan tidak dapat dimasukkan. Apabila sudah beberapa
jam, anak akan rewel, tidak mau makan, merasa nyeri, mengalami distensi
abdomen, muntah, serta sulit buang angina atau mengeluarkan kotoran.
Tonjolan yang membengkak, kemerahan, serta terdapat perubahan warna pada
kulit yang melapisinya.
 Pemeriksaan transiluminasi untuk membedakan hernia dengan hidrokel.
Pemeriksaan transluminasi dilakukan di ruangan gelap. Kemudian, tempelkan senter
pada area skrotum yang dicurigai. Hidrokel memberikan hasil positif (tembus cahaya)
dengan pemeriksaan ini.
Beda lainnya: batas atas hidrokel (+), hernia batas atas (-).

Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis biasanya cukup dengan pemeriksaan fisis. Ultrasonografi dan laparoskopi
diagnostik dapat dilakukan untuk pasien dengan kecurigaan hernia inguinalis yang tidak
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan fisis. Namun, pemeriksaan ultrasonografi memiliki
kelemahan karena bersifat operator dependent.
Selain untuk diagnostik, laparoskopi dapat digunakan untuk tujuan terapeutik langsung
setelah diagnosis ditegakkan.

Tatalaksana
Hernia inkarserata lebih sering terjadi pada anak-anak dan 80-90% berhasil dilakukan
reposisi manual sehingga tidak perlu operasi emergensi melainkan dilakukan operasi
urgensi.

Manajemen awal di IGD:


 Reduksi manual pertama kali
 Pasien ditidurkan, posisikan tredenlenburg  tujuannya menggunakan gravitasi
dengan harapan bisa terjadi reduksi
 Pasang infus (fluid resuscitation) SAMBIL berikan penenang diazepan per
rectal - stesolid (agar otot relaksasi dan usus yang terjepit bisa kembali ke
intraabdomen)
 Reduksi manual SETELAH PASIEN TERTIDUR karena stesolid (biasanya 5-30
menit setelah pemberian stesolid)  bila gagal langsung rujuk ke spesialis bedah
anak dan bila berhasil tetap dirujuk namun tidak dilakukan emergency surgery 
bisa dilakukan dalam 24-48 jam setelahnya agar hernia inkarserata tidak terjadi
kembali

Cobalah lakukan reduksi (tekan), caranya


lihat pada gambar di bawah (initial
management)  kalau hernia nya di kiri,
tangan kiri menekan, tangan kanan berada
di kanalis inguinalis  ini tujuannya agar
emergency nya teratasi. Operasi tetap
dilakukan, namun tidak harus hari itu juga.

 Tidak Berhasil setelah pasang infus 


posisikan tredelenberg (kaki dan
bokonglebih tinggi dari kepalanya)
harapannya agar secara gravitasi dia bisa
masuk  berikan muscle relaxant atau
penenang suppositoria. Sambil dilakukan
persiapan operasi  kalau tidak masuk
juga, operasinya harus SEGERA dilakukan
 Berhasil  rawat inap operasi tetap
dilakukan setelah 20 – 24 jam
Tatalaksana lanjutan

- Operasi: open atau laparoskopi reduksi di abdomen (dengan guidance


menggunakan kamera melalui umbilkus  evaluasi usus  reduksi usus dari dalam
dan dibantu dengan reduksi eksternal dari skrotum  bila sudah tereduksi,
kemudian dijahit defek lubangnya.
- Tidak semua kasus inkarserata bisa dikerjakan laparoskopi,
- Pada hernia inguinalis reponibel semua kasus bisa dikerjakan dengan
laparoskopi.
***Operasi emergency  bila reduksi manual tidak berhasil VS operasi urgency
dalam
24 – 48 jam bila reduksi manual berhasil (prognosis lebih baik).

Tatalaksana sesuai Kapita Selekta


Pasien dengan hernia inguinalis hams menjalani prosedur operasi sebagai tata laksana
definitif. Oleh karena itu. pasien hernia anak dirujuk ke spesialis bedah anak. Operasi untuk
memperbaiki keadaan hernia inguinalis pada anak disebut dengan herniotomi karena
dilakukan penutupan (ligasi) prosesus vaginalis peritoneum se-proksimal mungkin. Berbagai
keadaan turut menentukan waktu operasi:
1. Hernia inguinalis reponibel
Operasi dilakukan secepatnya setelah diagnosis ditegakkan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya hernia strangulata. Faktor lain yang dipertimbangkan adalah
kesiapan pasien, orang tua, ekonomi, dan lain-lain. Penundaan operasi elektif
hernia dilakukan pada kasus prematur, bayi berat lahir sangat rendah (<1500
gram), dan
adanya kondisi seperti penyakit jantung kongenital, infeksi, penyakit paru, atau
metabolik. Semakin lama ditunda, kemungkinan untuk mengalami hernia
strangulata semakin besar.
2. Hernia inguinal strangulata
- Keadaan ini merupakan emergensi sehingga diperlukan operasi segera.
Hernia inguinal strangulata adalah keadaan dimana usus terjepit se- hingga
menghambat suplai darah. Pada operasi hernia strangulata dilakukan
laparotomi dengan kemungkinan reseksi usus.
- Sebelumnya, dapat dicoba terapi konservatif (reduksi manual), yakni
pasien dipuasakan, dilakukan pemasangan selang nasogastrik, infus,
serta diberikan obat sedatif sampai pasien tertidur. Apabila tertidur,
tekanan intraperitoneal diharapkan akan kembali normal dan isi kantong
hernia akan kembali ke rongga peritoneum. Apabila dalam waktu 6 jam
hernia tidak tereduksi atau tanda iritasi peritoneum terlihat, herniotomi
wajib dikerjakan.

Terapi konservatif tidak dikerjakan apabila tanda-tanda Nekrosis usus ditemukan


o meningkatnya suhu tubuh (tanpa dehidrasi),
o edema serta kemerahan pada pemeriksaan lokal, dan
o nyeri tekan di daerah pembengkakan.

3. Pada kasus hernia umbilikalis.


Observasi dikerjakan sampai usia pasien kurang lebih dua tahun. Biasanya bila
defek kurang dari I cm diharapkan defek dapat menutup spontan sebelum usia 2
tahun. Bila setelah usia 2 tahun defek belum menutup, diperlukan tindakan operasi.

Komplikasi
Obstruksi usus, peritonitis, dan torsio ovarium (pada anak perempuan).

Diagnosis Banding
Salah satu diagnosis banding hernia anak adalah hidrokel. Pada kasus hidrokel, observasi
dilakukan sampai anak berusia 12 bulan. Observasi dilakukan karena hubungan dengan
rongga peritoneum masih mungkin menutup spontan. Apabila sudah menutup, cairan
pada hidrokel (yang berasal dari rongga peritoneum) secara bertahap terabsorbsi. Apabila
setelah usia 12 tanda dan gejala hidrokel menetap, pasien dapat menjalani prosedur bedah
berupa ligasi setinggi prosesus vaginalis peritoneum seperti pada prosedur
herniotomi.

Sumber : ppt dr.Deddy, Kapita Selekta


GASTROSHICIS DAN OMPHALOCEL
(Defek dinding abdomen)

Definisi
Gastroschicis terbentuk akibat kegagalan dalam pembentukan dinding abdomen
sehingga sebagian dinding abdomen tetap terbuka.
Omphalocel terjadi bila terdapat kegagalan intestinal kembali ke rongga abdomen dalam
minggu ke-10 kehidupan janin dalam kandungan
gambar: omphalocele

Gambar: gastroschisis

Kiri  sudah terdiagnosis sebelum


dilahikan  kalo sudah ketahuan
sebelum lahir dokter bisa operasi
pasien segera setelah dilahirkan

Kanan  terdiagnosis setelah lahir


HATI2 kalo terlambat datang tidak
bisa survive karena sudah infeksi
dan kehilangan banyak cairan.

NB:
- Omphalocele: good bowel, bad baby  tidak emergency karena tidak akan
mengubah prognosis, mau diapain juga akan tetep sama. Initial treatment nya hanya
ditaburi silver sulfadiazine
- Gastroschizis: bad bowel (kalau dibiarkan), good baby  true emergency, harus
segera di operasi
- Secara umum, prognosis nya lebih baik adalah gastroschizis
Perbedaan Gastroschizis dan Omphalocele

- Omphalocele  kelainan bawaannya bisa 50% : misal jantung, trisomy, dll


- Gastroshizis  kelainan bawaannya kurang dari 10%: biasanya atresia intestinal

Omphalocele Gastroschozis
Selaput pembungkus Ada Tidak ada
Organ yang keluar Usus dan Liber Hanya usus
Lokasi Central di Umbilikus Lateral right umbilicus
Surgery Tidak dibutuhkan surgery Membutuhkan surgery
emergency emergency
Kelainan Penyerta Diikuti banyak kelainan Atresia intestinal
congenital (spt kelainan
jantung, Trisomy 18 dan 21)
*kelainan jantung dan
trisomy merupakan kasus
emergency pada bayi baru
lahir
Etiologi dan Patofisiologi

Gastroskisis  ada iskemic p.darah mesentric  defek sebelah kanan sehingga kelainan
penyerta gastroskisis adalah intestinal atresia.
Faktor resiko

Pemeriksaan fisik
Gastroschicis
- Defek dinding abdomen terbuka tanpa tertutup peritoneum
Omphalocel
- Terdapat defek pada daerah umbilicus dengan bagian yang tertutup selaput tipis
transparan di bagian dalam selaput dapat terlihat usus

Tatalaksana
Tatalaksana awal
Gastroschisis

- Bisa terjadi infeksi  Tutup usus dengan plastic wrap (staged silo closure) 
prognosis lebih jelek bila penanganan terlambat
- Pasang infus berikan cairan 175cc /24 jam  Hidrasi pasien (karena tidak ada
pembungkus usus memudahkan terjadi evaporasi)
NB: biasanya pasien gastroschisis meninggal karena dehidrasi.
- Rujuk ke dokter bedah anak
Tambahan buku MMN:
- Bayi dipertahankan dalam lingkungan hangat dan suhu tubuh yang baik
- Pemasangan sonde lambung untuk mencegah distensi usus
- Antibiotic spectrum luas
- Tutup usus dengan menggunakan kasa stril lembab yang dibasahi dengan cairan
NaCl steril.

Omphalocel

- Berikan eschar producing agent (silver sulfadiazine, povidone-iodine solution,


neomycin dan polymixin/ bacitracin oitments) untuk membentuk kulit  setelah
tertutup kulit bisa dilakukan penutupan operasi (minimal dalam 6 bulan)
- Langsung rujuk  karena butuh penanganan dokter sp Anak dan Bedah anak
untuk penanganan kelainan kongenital lainnya

Tambahan buku MMN


- Bayi dihangatkan  pertahankan suhu tubuh
- Pemasangan sonde lambung untuk cegah distensi lambung dan usus
- Pertahankan selaput omfalokel dalm keadaan basah dan steril
- Berikan Ab profilaksis untuk cegah infeksi kuman melalui dinding omfalokel.
Tatalaksana definitive
Gastroschisis

Omphalocele

Sumber: google, ppt dr Deddy, Buku MMN


INTESTINAL ATRESIA

Definisi dan Etiologi


Intestinal atresia merupakan salah satu penyebab obstruksi pada neonatus  disebabkan
oleh oklusi pembuluh darah mesenterium misalnya akibat volvulus atau invaginasi
sewaktu kehidupan intrauterine  bagian usus yang tidak mendapat aliran darah akan
nekrosis (karena keadaannya steril maka bagian usus yang nekrosis ini tidak berkembang
menjadi peritonitis tapi diabsobsi dan selanjutnya menjadi atresia / stenosis).

Tanda gejala secara umum


- Distensi + bilious emesis (perut kembung, muntah hijau)  (karena hambatan
pasase bile akibat obstruksi di duodenum atau ada usus yang paralitik curiga
obstruksi lebih dahulu karena obstruksi lebih bahaya dan membutuhkan penanganan
emergency sedangkan paralitik tinggal pencegahan infeksi)

Pemeriksaan Penunjang
- Babygram / BOF

 Kalau foto polos abdomen menunjukkan double bubble atresia duodenum


 Kalau foto polos abdomen menunjukkan multiple bubble  atresia jejunum

Tatalaksana
Tatalaksana awal
1. Pasang infus
2. Lakukan dekompresi dengan OGT (kalau bayi baru lahir, pakai no.8)
3. Pasang kateter
4. Lakukan pemeriksaan foto polos abdomen/ babygram
5. Rujuk untuk dapat terapi definitf (repair)

Klasifikasi
1. Atresia duodenum
2. Atresia jejunum

3. Atresia ileum
MALROTASI DAN VOLVULUS

Definisi
- Malrotasi merupakan anomali kongenital berupa gagalnya suatu rotasi/perputaran
dan fiksasi normal pada organ, terutama usus selama perkembangan embriologik.
- Malrotasi dapat terjadi disertai atau tanpa volvulus.
- Volvulus merupakan kelainan berupa puntiran dari segmen usus terhadap usus
itu sendiri, mengelilingi mesenterium dari usus tersebut dimana mesenterium itu
sebagai aksis longitudinal sehingga menyebabkan obstruksi saluran cerna. Keadaan
ini disebabkan karena adanya rotasi gelung usus di sekeliling cabang arteri
mesenterika superior. Normalnya gelung usus primer berotasi 270° berlawanan
dengan arah jarum jam. Akan tetapi kadang-kadang putaran hanya 90° saja.
Apabila hal ini terjadi, kolon dan sekum adalah bagian usus pertama yang
kembali dari tali pusat, dan menempati sisi kiri rongga perut. Gelung usus yang
kembali belakangan makin terletak di kanan, sehingga mengakibatkan kolon letak
kiri. Apabila volvulus mengenai seluruh bagian usus maka keadaan ini disebut
volvulus midgut

Epidemiologi
- Insiden malrotasi usus terdapat pada 1
dari 500 kelahiran hidup. Hampir 60%
kasus terjadi pada 1 bulan kehidupan,
sekitar 20% kasus terjadi pada usia 1 bulan
sampai 1 tahun, dan sisanya muncul pada
usia lebih dari 1 tahun, yaitu pada masa
anak-anak bahkan dapat terjadi pada orang
dewasa dengan insiden yang lebih kecil
dibandingkan anak.
- Malrotasi dapat merupakan kelainan
kongenital tunggal tetapi biasanya
malrotasi ditemukan bersama kelainan kongenital lain. Sekitar 70% anak dengan
malrotasi usus juga memiliki kelainan lain seperti kelainan jantung, limpa, hati dan
sistem pencernaan lain.
- Volvulus banyak menyerang usia neonatus, yaitu 68-71%. Infant dengan malrotasi,
sebanyak 40% bermanifestasi klinis saat minggu pertama kelahiran, 50% pada bulan
pertama dan sisanya bermanifestasi lebih dari 1 bulan.
Etiologi
- Midgut merupakan bagian embriologis yang kemudian menjadi duodenum, jejunum,
ileum, sekum, apendiks, kolon asending, kolon bagian fleksura hepatik dan kolon
transversal pada manusia pasca lahir.
- Volvulus midgut merupakan keadaan yang disebabkan oleh kegagalan atau
malrotasi intestinal loop saat masa embriologi dan merupakan kasus
kegawatan di bidang pediatrik karena menyebabkan adanya obstruksi dan
iskemia jaringan usus. Etiologi yang mungkin menyebabkan volvulus midgut, selain
akibat kegagalan rotasi adalah akibat tidak adanya otot dari saluran cerna dan
defek mesenterika.

Patofisiologi
- Pada masa embriologi, minggu ke 4 hingga
ke 8, terjadi perkembangan intestinal fetal
yang pesat, dimana terjadi pemanjangan
dan perkembangan tube serta rotasi hingga
270°. Jika loop duodenum tetap berada
pada sisi kanan abdomen dan loop sekokolik
berada pada bagian kiri dari arteri
mesenterika superior terjadilah non rotasi
dari intestinal loop.
- Malrotasi terjadi jika terdapat gangguan
rotasi duodenal, yang seharusnya
lengkap 270°menjadi hanya 180° dan loop
sekokolik kehilangan rotasi 180° dari
rotasi normalnya, menyebabkan sekum
terletak diatas (mid abdomen) atau letak
tinggi.
- Malrotasi menyebabkan sekum terletak
diatas, di mid abdomen beserta dengan
tangkai peritoneal yang disebut Ladd’s
Bands. Ladd’s Bands merupakan jaringan
fibrosis dari peritoneal yang melekatkan
sekum didinding abdomen dan menimbulkan
obstruksi pada duodenum serta khas
terdapat pada malrotasi intestinal. Malrotasi
dari intestinal loop dapat bersifat asimptomatik, namun beresiko terhadap adanya
volvulus dikemudian hari.
- Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas
(70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen,yang
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Pengaruh atas
kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan
hipovolemi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis
metabolik. Efek local peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan
peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke
dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia.
Bakteriemia dan hipovolemi ini kemudian menyebabkan proses sistemik
menyebabkan SIRS (systemic inflamatory response syndrome).

Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis dari malrotasi yang dapat terjadi
1. Nonrotasi
Pemanjangan dari midgut dimana tidak terjadi rotasi atau rotasi yang terjadi adalah 90°
berlawanan arah jarum jam. Kolon berada pada sisi kiri dan usus halus bergerak kearah
kanan dari garis tengah. Mesenterium pada gilirannya membentuk basis yang sempit
sebagai perpanjangan usus pada arteri mesenterium superior tanpa terjadi rotasi.
Volvulus midgut dan obstruksi duodenum adalah merupakan resiko yang signifikan.

2. Hernia mesokolika
Hernia mesokolika adalah merupakan anomaly yang jarang terjadi. Terjadinya
kegagalan fiksasi dari pada sisi kanan atau kiri dari mesokolon pada dinding posterior
tubuh. Hal ini merupakan predisposisi untuk terperangkapnnya usus halus pada sisi
lainnya yang dapat menyebabkan obstruksi, inkarserata dan strangulata.

3. Rotasi tidak sempurna


Berhentinya rotasi pada stadium dua rotasi normal. Terjadi pada 80% neonatus. Jeratan
peritoneal (Ladd’s Band) berjalan dari arah yang salah dari caecum yang terletak pada
tempat yang salah, yang kemudian menyilang duodenum dan melalui permukaan bawah
dari hepar atau dinding posterior abdomen kearah mesenterium. Hal ini dapat
menyebabkan obstruksi duodenum. Jeratan ini (Ladd’s band) adalah merupakan refleksi
peritoneal yang abnormal. Mesenterium juga berubah membentuk basis sempit dan
cenderung untuk mengalami perputaran atau torsi searah jarum jam.

4. Rotasi terbalik
Rotasi terbalik adalah anomali yang jarang terjadi. Usus berotasi dengan derajat yang
bervariasi secara langsung searah dengan jarum jam. Duodenojejunal loop terletak
anterior dari arteri mesenterika superior dan cecocolic loop pada retroarterial yang dapat
memulai terjadinya obstruksi kolon. Sekum mungkin dapat berada pada sisi kanan atau
kiri.

Manifestasi Klinik
Apabila gejala ini terdapat pada anak berusia kurang dari 1 tahun maka harus dipikirkan
adanya malrotasi dan volvulus midgut sampai terbukti akibat kelainan lain.
- Muntah (akut atau kronik)  muntah berwarna hijau (muntah bilier) apabila obstruksi
setinggi duodenum
- Nyeri perut, biasanya berat, akut, kronik, dengan atau tanpa muntah
- Diare kronik
- Konstipasi
- Mual dan muntah  tanda dehidrasi
- Irritabilitas atau letargi
- BAB darah
- Gagal tumbuh
Apabila terjadi volvulus, aliran darah usus dapat berkurang sehingga menimbulkan nekrosis
usus dan bayi dapat menunjukkan gejala peritonitis atau syok septik berupa hipotensi,
gagal nafas, hematemesis atau melena.
Volvulus midgut dapat terjadi tidak sempurna atau intermitten tetapi biasanya terjadi pada
anak yang lebih besar dan memiliki gejala dan tanda nyeri perut non spesifik kronik,
muntah yang bersifat intermitten (kadang tidak berwarna hijau), rasa cepat kenyang,
penurunan berat badan, gagal tumbuh, diare dan malabsorbsi.

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan penunjang laboratorium tidak banyak membantu diagnosis volvulus,
namun berguna untuk persiapan operasi. Pemeriksaan penunjang laboratorium
juga dapat mengkonfirmasi adanya komplikasi dari volvulus.
 Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal.
 Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai
elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan pada
obstruksi saluran cerna. Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau
strangulasi. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain
itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit.
 Analisa gas darah menunjukkan abnormalitas pada pasien dengan alkalosis
metabolik bila muntah berat, dan asidosis metabolik bila ada tanda - tanda
syok dan dehidrasi.

2. Pemeriksaan Radiologis
a. Foto polos Abdomen  BOF ap laeral  adanya obstruksi usus, dengan adanya
pelebaran loop, dilatasi lambung dan duodenum, dengan atau tanpa gas usus serta
batas antara udara dengan cairan (air-fluid level). Foto dengan kontras dapat
menunjukan adanya obstruksi, baik bagian proksimal maupun distal. Malrotasi
dengan volvulus midgut patut dicurigai bila duodenojejunal junction berada di
lokasi yang tidak normal atau ditunjukan dengan letak akhir dari kontras
berada.
b. Ultrasonografi (USG)  adanya perubahan anatomi arteri dan vena mesenterika
superior  menunjukkan adanya malrotasi, walaupun tidak selalu. Gambaran lain
yang dapat terlihat pada pemeriksaan USG adalah gambaran “whirpool sign” yang
merupakan gambaran pembuluh darah mesenterika yang mengalami lilitan
volvulus midgut.
c. Upper gastrointestinal (UGI) series  Apabila pemeriksaan USG tidak dapat
mendiagnosis malrotasi dengan volvulus, maka perlu dilakukan pemeriksaan upper
gastrointestinal (UGI) series. Pemeriksaan ini dapat digunakan dengan cepat dan
relative aman karena dapat mengidentifikasi adanya malrotasi dan volvulus denagn
menunjukkan adanya abnormalitas posisi usus.
Pada UGI series, dapat menunjukkan posisi Ligament Treitz, yaitu suatu pita
jaringan yang memfiksasi duodenum pada dinding retroperitoneum dan dapat juga
menunjukkan posisi duodenojejunal junction dan usus yang berada di kiri garis
tengah. Pada malrotasi, tampak perubahan posisi usus dari garis tengah. Adanya
volvulus dapat diindikasikan apabila terdapat gambaran dilatasi lambung dan
duodenum akibat obstruksi setinggi duodenum dan gambaran klasik “corkscrew”
yang merupakan gambaran duodenum dan jejunum proximal yang terpelintir di
sekitar aksis mesenterika. Pada kasus yang sudah mengalami iskemia usus dapat
terlihat gambaran dilatasi usus halus.
Penatalaksanaan
Prioritas utama penyelamatan pasien:
- Mendiagnosis adanya volvulus, letak volvulus
- Mencegah adanya nekrosis jaringan dan syok hipovolemik akibat muntah
- SIRS juga dapat menyertai komplikasi dari volvulus, sehingga perlu untuk dilakukan
tatalaksana resusitasi yang cepat jika ada tanda-tanda komplikasi.

Prinsip resusitasi
- Mengurangi kehilangan cairan dan mencegah terjadinya inkarserasi dan
strangulasi.
- Lakukan resusitasi cairan segera, sementara menunggu untuk dilakukan tindakan
operatif.
- Pipa nasogastrik direkomendasikan untuk mengurangi muntah serta pipa rectal
untuk dekompresi volvulus usus besar serta untuk mengurangi obstruksi akibat feses
dan gas.

Persiapan pra-bedah harus cepat, karena harus segera menyelamatkan usus halus yang
terancam nekrosis. Tata laksana bayi dan anak dengan malrotasi dan volvulus adakah
dengan tindakan bedah menggunakan prosedur Ladd.
**Prosedur Ladd merupakan suatu prosedur bedah yang terdiri dari tindakan distorsi
volvulus midgut, membebaskan pita peritoneal, vertikalisasi duodenum, apendiktomi dan
mengembalikan posisi kolon dan sekum pada tempatnya di kiri abdomen
ESOPHAGEAL ATRESIA/ TEF

Definisi
- Atresia esophagus merupakan kelainan kongenital yaitu tidak menyambungnya
esofagus bagian proksimal dengan esofagus bagian distal.

Epidemiologi
Insiden: satu dari 2500 – 3000 kelahiran hidup

Tanda dan Gejala


- Adanya hipersalivasi (saliva tidak bisa ditelan)
- Kalo diberiksan minum makan akan tambah tersedak

TEF ini ya kalau kita minum bukan


masuk ke lambung, masuknya ke paru-
paru. Bayi baru lahir dia drooling
(mulutnya berbusa), hipersalivasi.
Salivanya bercampur dengan
surfaktan, sehingga berbusa.
Kasi susu batuk dia karena masuk ke
trachea, pasti dibatukin karena benda
asing. Sesek dan sianosis itu pertanda
sudah terjadi aspirasi, sudah pneumonia.
Klasifikasi

- Tipe A  atresia tanpa fistula


- Tipe B  atresia dengan fistula atas (proximal)
- Tipe C  atresia dengan fistula dibawah (distal)
- Tipe D  atresia dengan fistula atas dan bawah
- Tipe E  tidak atresia tapi ada fistula
Tipe C itu kasi minum keluar terus, tapi ketika dia bernafas, fistula esofagus distal ke
trachea, jadi ketika dia bernafas udaranya masuk ke lambung. Makanya kembung dia.
Tipe B itu gak mungkin kembung lambungnya ya. Tipe A juga tidak mungkin. Tipe D itu
mungkin.

Kenapa klasifikasi ini penting? Karena suatu saat, misalnya jika kita mau pasang NGT, eh
kok gak masuk? Tapi perutnya tambah kembung. Ohh kemungkinan tipe C ini.

Diagnosis
Pemeriksaan fisik
- Menggunakan OGT no 8 -10F  tidak bisa masuk menuju gaster maka bisa
dicurigai ada nya esophageal atresia

Pemeriksaan penunjang
- Baby gram
Tampak : OGT melingkar
Kalo di gambar atas ini ada udara yang masuk ke lambungnya  ada fistula

Tatalaksana
Tatalaksana awal
- Periksa VACTREL
- Puasakan,
- Pasang infus dan rehidrasi,
- Cegah hipotermia
- Cegah infeksi
- Cegah aspirasi dengan pasien diposisikan body up dan lakukan suction berkala
- Rujuk

Bayi hipersalivasi, jangan dikasi minum. Pasang NGT, kalau gak masuk suction aja
terus. Kirim segera. Pasti diagnosanya TEF.
Sialnya apa? Dikasi minum. Lebih sial lagi pernah dikasi barium contrast, kan jadi masuk ke
paru ya.
Kalau ketemu yang ginian puasakan, suction aktif, cegah dehidrasi, cegah hipotermi, cegah
infeksi, segera rujuk.

Terapi definitive
- Kriteria waterstone
- Kriteria spitz
Thoracotomynya posterolateral, yang dibuka pleura parietalis, gak boleh masuk ke cavum
thoraxnya. Esofagus itu kan letaknya di belakang ya, di sebelahnya ada aorta, yang putih itu
ada nervus vagus, hati-hati ketarik itu karena merangsang refleks vagal.
STENOSIS PYLORUS

Definisi
Hipertrofi yang terjadi pada lapisan otot sirkuler pylorus. Penebalan otot tersebut
menyebabkan terbentuknya lipatan longitudinal mukosa lambung sehingga lumen akhirnya
menyempi dan saluran pylorus menjadi lebih panjang  obstruksi saluran cerna

Etiologi
Masih belum jelas

Patofisiologi
Hipertophy otot berlebih. Dia terjadi setelah 2 minggu lahir baru muncul gejala, ototnya
hipertrofi pelan-pelan, begitu 2 minggu mulai nyempit, makin lama makin buntu. Makanya
kronik progresif. Muntahnya jarang jadi makin sering, sedikit makin banyak, hingga akhirnya
total obstruksi.

Tanda dan gejala


- Muntah proyektil, muntah tidak berwarna hijau
(non bilious)  apa yang diminum itu yang
dikeluarin kalo muntah bilious itu artinya
obstruksinya di duodenum muaranya.
- Gagal tumbuh dan BB turun
- Konstipasi
- Bayi rewel dan haus

Pemeriksaan fisik
- Kontur & peristaltic lambung terlihat di abdomen
bagian atas
- Teraba benjolan / massa di daerah epigastrium
atau hipokondrium kanan

Pemeriksaan penunjang
- USG
- Barium meal  terlihat saluran pylorus
kecil dan memanjang “string sign”

Tatalaksana
Tatalaksana awal
- Puasakan
- Pasang NGT/OGT  dekompresi
- Rehidrasi  beri cairan nutrisi
- Antibiotic
- Cegah hipotermi
- Rujuk ke dokter bedah anak

Tatalaksana definitive
- Operatif  Ramstedt Pyloromyotomy

Sumber: Buku MMN, lecture 20 blok emergency


HERNIA DIFRAGMATIKA

Definisi
Masuknya organ-organ abdomen melalui defek (lubang) pada diafragma ke dalam rongga
toraks

Klasifikasi
- Anterolateral (Bohdaleck)  paling sering terjadi
- Posteromedial (Morgagni)  kalo letak lobangnya di tengah dan dia posterior
disebut Morgagni
- Esophageal hiatus hernia  ditengah2 tempat keluar esophagus.
Tanda dan Gejala
- Respiratory distress: tachypnea, retraksi dinding dada dan sianosis (gangguan
pernaasan berat)
- Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
- Bentuk dinding dada scapoid
- Takikardia

Pemeriksaan fisik
- Auskultasi terdengar bising usus pada rongga thorax

Pemeriksaan penunjang
Kalo misalnya ketemu gejala kek diatas pada bayi baru lahir jangan ragu FOTO THORAX!!
- Foto thorax
Tatalaksana
Tatalaksana awal
- Oksigenasi
- Pasang NGT/OGT  karena Ususnya kan masuk ke dinding thorax kan, selain itu
lambung juga masuk ke sana. Kalau lambungnya tidak kita dekompresi, aerofagi
(nelen gas), makin gede dia, dia menekan paru dan usus.
- Cairan dan nutrisi
- Antibiotika
- Posisika head up 30-45 derajat  Tinggikan posisi supaya ususnya tidak
mendorong terlalu berat
- Ventilasi mekanik lakukan intubasi kalo perlu.
- RUJUK.

Tatalaksana lanjutan

- Operatif.
Itu lihat ada lubangnya ya (celah diafragma), ini salah satu model hernia diafragmatika.
Tinggal dikeluarkan, lalu lubang itu dijahit kayak jahit biasa. Sudah dijahit, masukin ususnya
ke abdomen. Sebelum ditutup lakukan stretching, dinding perutnya diregangkan sehingga
lebih melar, baru ditutup. Kemudian berikan ventilator, karena setelah kita regang-
regangkan ototnya dia sakit, jadi dia tidak bernafas.

CATATAN:

Pada orang dengan hernia diafragmatika, meskipun dia hanya punya satu paru yang
berfungsi, dia bisa hidup biasa, paru yang satu sudah mengompensasi kebutuhan oksigen.
Tapi kalau dia dekompensasi, ususnya bisa menekan arteri pulmonalis, vena pulmonalis,
terjadi aliran stunting, harusnya dari kanan ke kiri tapi dia dari kiri ke kanan. Darahnya isi
CO2 terus jadinya karena stunting. Makanya kalau itu dioperasi kayak apapun tetep mati
dia. Supaya kompensasi diapain? Bersihin dulu darahnya yang banyak CO2, dialiri ke mesin
kayak cuci darah gitu, nama mesinnya extra corporil membrane oxygenation (ECMO).
Diberikan oksigen darahnya, baru dipompa lagi.
Lainnya:
Hygroma Coli

Gejala: terjadi baru lahir tampak ada soft, fluctuant swelling in lateral or
anterior neck, non-compressible

isi cairan limfe, karena limfe dan vena tidak berhubungan

Penunjang: USG dan Ctscan (lebih jelas dengan CT scan)

Terapi: bila kista besar bisa dikeluarkan cairan kista dan diganti dengan
injeksi antiscleroting agent contoh bleomisin agar terjadi fibrosis sehingga
tidak terbentuk kista lagi, pada kasus multikistik bisa dilakuka eksisi (surgical)

Neck abcess
Gejala: red, swollen and fluctuant mass, fever  apabila terlambat ditangani
bisa menyebabkan obtruksi saluran nafas

Terapi: insisi drainase

Eventratio Diafragma 

Sumber : ppt dr Deddy

Anda mungkin juga menyukai