Anda di halaman 1dari 46

RESPONSI KASUS

SISTEMIK LUPUS
ERITEMATOSUS
Waode Nurlaila Ramadhan 2102612001
Arina Qurrota Ayun fauziyanti 2102612002

Pembimbing:
dr. Tjokorda Istri Anom Saturti,
Sp.PD,FINASIM,MARS
TABLE OF

01 04
CONTENTS

BAB IV: PEMBAHASAN


BAB I: PENDAHULUAN

02
BAB II: TINJAUAN
05
BAB V: SIMPULAN
PUSTAKA

03
BAB III: LAPORAN
KASUS
2
PENDAHULUAN

Systemic Lupus Erythematosus atau Lupus Erythematosus


Sistemik (SLE) adalah penyakit autoimun, yang ditandai
adanya antibodi terhadap inti sel organ atau sistem dalam
tubuh, dengan presentasi klinis yang beragam.

SLE memiliki manifestasi klinis,


kelainan imunologi dan laboratorium,
perjalanan penyakit, serta akibat
penyakit yang beragam. Manifestasi
klinis pada kulit, sendi, ginjal, dan
sistem organ lainnya tidak selalu
muncul bersamaan, melainkan dapat
berkembang seiring dengan
perjalanan penyakit

3
Manifestasi klinis SLE tersering
PENDAHULUAN berdasarkan data dari beberapa
rumah sakit di Indonesia adalah
artritis 32,9-75,5%; kelainan kulit dan
mukosa 13,2-86,3%; nefritis lupus
10,8-65,5%; kelelahan 51,1-58,1%;
dan demam 39,3-54,9%.
SLE lebih banyak
ditemukan pada
perempuan dibandingkan
laki-laki (rasio 2:1 hingga
15:1)

manifestasi laboratoris
tersering adalah ANA positif
98,4%; anti-dsDNA positif
47%, limfopenia 75,4%; dan
anemia hemolitik 26,08-34,6%

4
TINJAUAN
PUSTAKA

5
Sistemik (Systemic
Lupus
Erythematosus)

Sistemik Lupus Eritematous (SLE) merupakan suatu


penyakit autoimun yang menyebabkan inflamasi kronis.
Penyakit ini terjadi dalam tubuh akibat sistem
kekebalan tubuh salah menyerang jaringan sehat.
Penyakit ini juga merupakan penyakit multi-sistem
dimana banyak manifestasi klinis yang didapat
penderita, sehingga setiap penderita akan mengalami
gejala yang berbeda dengan penderita lainnya
tergantung dari organ apa yang diserang oleh antibodi
tubuhnya sendiri.

6
EPIDEMIOLOGI

Perempuan > Laki-laki

Hasil survei penyakit rematik di


Puskesmas di Indonesia tahun
2006 memperlihatkan bahwa
Manifestasi klinis yang paling kasus SLF yang dilaporkan
sering dijumpai adalah skin rash,
tidak lebih 12%. Berdasarkan
arthritis, dan lemah. Pada kasus
data Sistem Informasi Rumah
yang lebih berat, SLE bisa
Sakit (SIRS) Online, pada
menyebabkan nefritis, masalah
tahun 2016 terdapat 858
neurologi, anemia, dan
trombositopenia rumah sakit yang
melaporkan datanya
7
ETIOLOGI

Faktor genetik
SLE merupakan
penyakit inflamasi
autoimun kronis yang
belum jelas Faktor lingkungan
penyebabnya, memiliki
variasi gambaran klinis
yang luas, dan tampilan
perjalanan penyakit
yang beragam. Faktor hormonal

. 8
PATOFISIOLOGI

Gambar 1. Perjalanan penyakit SLE. Patogenesis SLE dipengaruhi oleh faktor genetik
dan lingkungan (seperti sinar UV). Perjalanan penyakit SLE dimulai dengan fase preklinik
yang ditandai pembentukan autoantibodi, kemudian berlanjut pada fase klinik yang lebih
spesifik. Selama periode ini dapat terjadi flares dan kerusakan organ. Kerusakan pada
tahap awal berhubungan dengan penyakit sedangkan kerusakan pada tahap yang lebih
9
lanjut disebabkan komplikasi penyakit yang telah berlangsung kronik serta akibat terapi
imunosupresif.
PATOFISIOLOGI

Gambar 2. Pathogenesis SLE. Endositosis


kompleks imun atau material yang
mengandung asam nukleat dan terikat
pada reseptor endosomal dari sistem imun
innate seperti TLRs. Penyakit SLE pada
tahap awal, autoantibodi dan kompleks
imun belum terbentuk, terdapat proses
pelepasan peptida antimikroba oleh
jaringan yang rusak seperti LL37 dan
neutrophil extracellular traps. Kedua produk
yang dilepas tersebut mungkin akan terikat
dengan asam nukleat sehingga mampu
menghambat degradasi dan memfasilitasi
1
endositosisnya serta stimulasi TLR-7/9 di 0
plasmasitoid sel dendritik
PATOFISOLOGI δ
SLE
◂ Proses tersebut memicu
➔ Produksi autoantibodi
pembentukan autoantibodi dan
kromatin,nuklosom,dan dsDNA pembentukan imun kompleks.
➔ Hiperaktivitas sel T sehingga sel B Deposit komplek imun akan
memicu aktivasi system
memproduksi antibody berlebihan komplemen dan mengaktifkan
➔ Aktivitas berlebihan protein sistem respond inflamasi dan gangguan
pada organ .
komplemen dapat mengabitkankan

kerusakan organ

➔ Aktivitas supresi tidak adekuat sel T


1
supresor dan sel NK terhadap sel T dan sel 1
Manifestas
i Klinis
Manifestasi kulit dan mukosa
ditemukan pada 75-85% pasien
Manifestasi konstitusional SLE berupa ruam malar, lupus
SLE meliputi demam, eritematosus diskoid (LED)
kelelahan, limfadenopati, (terlokalisata, generalisata),
malaise, serta penurunan fotosensitivitas, LED mukosa
nafsu makan dan berat badan (oral, konjungtiva, nasal, genital),
lupus eritematosus kutaneus
Manifestasi muskuloskeletal subakut, alopesia, lupus
pada SLE dapat mengenai struktur panikulitis atau lupus profundus,
sendi, otot, tulang, dan jaringan LED likenoid, telangiektasia
penyokong.Manifestasi periungual, lupus eritematosus
muskuloskeletal antara lain lesi bulosa, small vessel
artralgia, artritis erosif (rhupus cutaneous leukocytoclastic
syndrome), artritis nonerosif, vasculitis, secondary atrophie
artropati Jaccoud, kelemahan otot, blanche, livedo reticularis, dan
mialgia, miositis, osteoporosis, fenomena Raynaud
rotator cuff syndrome, dan 1
2
tenosinovitis.
Manifestas Manifestasi paru pada SLE
i Klinis dapat melibatkan parenkim,
pleura, dan pembuluh darah
paru. Manifestasi pada parenkim
paru meliputi pneumonitis lupus
akut, perdarahan alveolar,
Manifestasi ginjal penyakit interstisial paru kronik,
Nefritis lupus ditandai dengan dan obstruksi jalan napas.
proteinuria, eritrosituria
Manifestasi hematologik
(terutama eritrosit dismorfik), terdiri atas anemia defisiensi besi,
dan silinder eritrosit anemia penyakit kronik (37%),
anemia hemolitik autoimun (5-14%),
Manifestasi jantung mielotoksisitas yang diinduksi obat,
pada SLE melibatkan perikardium dan anemia akibat gagal ginjal
(perikarditis), miokardium kronik, trombositopenia, kelainan
(miokarditis, kardiomiopati), sifat trombosit; leukopenia (60%);
endokardium (penyakit katup dan limfopenia (75%). Peningkatan
jantung, misalnya endokarditis laju endap darah (LED) juga sering
Libman-Sacks), dan sistem ditemukan pada SLE aktif
konduksi (abnormalitas konduksi). 1
3
Manifestasi Klinis

Manifestasi obstetrik
Perempuan dengan SLE, baik aktif
maupun tidak, berisiko terhadap
beberapa komplikasi kehamilan
seperti kematian ibu hamil Manifestasi hematologik
(325/100.000 kehamilan), kelahiran Manifestasi hematologik terdiri atas anemia defisiensi
sectio caesarea (30%), kelahiran besi, anemia penyakit kronik (37%), anemia hemolitik
prematur (28-49%), berat badan lahir autoimun (5-14%), mielotoksisitas yang diinduksi obat,
rendah (13-39%), neonatus kecil dan anemia akibat gagal ginjal kronik, trombositopenia,
masa kehamilan (35%), abortus kelainan sifat trombosit; leukopenia (60%); dan
spontan dan stillbirth (20%), serta limfopenia (75%). Peningkatan laju endap darah (LED) 1
preeklampsia (2-20%). juga sering ditemukan pada SLE aktif 4
DIAGNOSIS

Pada tahun 2018 telah diajukan kriteria klasifikasi baru


dari EULAR/ ACR yang telah divalidasi dengan
sensitivitas 96,12% dan spesifisitas 93,38%. Kriteria
klasifikasi ini dapat digunakan jika titer ANA-IF positif
>1:80 (atau positif dengan metode pemeriksaan lain
yang ekuivalen) dan tidak ada kemungkinan penyebab
selain SLE. Pasien dimasukkan dalam klasifikasi SLE
jika memiliki skor total >10 dengan minimal satu kriteria
klinis.
Diagnosis

1
6
kriteria klasifikasi EULAR/ACR
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dasar
1. Darah perifer lengkap (DPL) dan laju endap darah (LED)
2. Urine lengkap
3. Kimia darah
Pemeriksaan autoantibodi
4. Antibodi antinuklear (ANA)
5. Antibodi anti-double stranded DNA (anti-dsDNA)
6. Antibodi anti-Smith, anti-Ro/SSA, anti-La/SSB

Pemeriksaan komplemen
Pemeriksaan penapisan penyakit komorbid

1
7
Diagnosis
Derajat SLE

1
8
SLE Derajat Ringan (SLEDAI1-5 atau
TERAPI MEX-SLEDAI 2-5)

Edukasi
1. Penjelasan mengenai SLE dan organ tubuh yang
terlibat

2. Pola hidup sehat


Antimalaria, kortikosteroid, OAINS, metotreksat, dan
tabir surya 3. Kesehatan perempuan

• Kortikosteroid topikal dosis rendah untuk kelainan


kulit
• Kortikosteroid intraartikular (IA) dapat diberikan
untuk artritis.
• Kortikosteroid oral (prednisolon 20 mg/hari atau
setara) diberikan apabila penggunaan kortikosteroid
topikal atau 1A tidak memberikan respons atau
tidak memungkinkan 1
9
TERAPI SLE Derajat Sedang (SLEDAI 6-
12 atau MEX-SLEDAI 6-9)

• Prednisolon oral dengan dosis lebih tinggi (<0,5 mg/kgBB/hari atau setara)
atau metilprednisolon IV (<250 mg selama 1-3 hari) dilanjutkan
prednisolon oral <0,5 mg/kgBB/hari .

• Antimalaria

• Imunosupresan : metotreksat, azatioprin, mofetil mikofenolat, asam


mikofenolat, siklosporin, dan penghambat kalsineurin lainnya (takrolimus).

• Pada kasus refrakter dapat dipertimbangkan penggunaan belimumab atau


rituksimab.
2
0
SLE Derajat Berat (SLEDAI >12 atau
TERAPI MEX-SLEDAI10-13)

 1.Terapi imunosupresan untuk SLE berat yang aktif diantaranya


metilprednisolon intravena atau prednisolon oral (<1 mg/kgBB/hari atau
setara).

1) 2. Mofetil mikofenolat atau siklofosfamid digunakan pada kasus lupus


nefritis dan lupus non-renal yang refrakter.

2) 3. Terapi biologis seperti belimumab atau rituksimab dapat


dipertimbangkan jika pasien tidak berespons baik dengan imunosupresan.

3) 4. Imunoglobulin intravena dan plasmaferesis dapat dipertimbangkan


pada pasien dengan sitopenia refrakter
2
1
LAPORAN
KASUS

2
2
IDENTITAS

Identitas Pasien
Nama : HNJ
Umur : 39 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Alamat : BD Labuhan Antiga Manggis
Karangasem
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah
No. RM : 22039599
Tanggal MRS : 24 Agustus 2022
Tgl Pemeriksaan : 24 Agustus 2022
ANAMNESIS

Keluhan Utama: Lemas


Pasien perempuan berusia 39 tahun datang sadar ke IGD RSUP
Prof.Dr.IGNG Ngoerah diantar oleh keluarganya pada tanggal 24 Agustus 2022
dengan keluhan utama lemas pada seluruh tubuh. Lemas dirasakan sejak 3 hari
lalu dan memberat 1 hari SMRS. Lemas dikatakan muncul secara tiba-tiba
sewaktu pasien bangun tidur. Lemas dirasakan secara terus menerus dan
semakin lama semakin memberat, tidak membaik walau pasien telah beristirahat.
Lemas dirasakan seperti habis melakukan aktifitas yang sangat berat. Pasien
tidak bisa melakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasanya sehingga hanya
bisa berbaring ditempat tidur saja.
Pasien juga mengeluhkan bengkak pada kedua kakinya yang muncul
secara tiba-tiba bersamaan dengan keluhan lemas. Pasien tidak merasakan
nyeri pada kaki yang bengkak. Bengkak dikatakan tidak membaik dengan
beristirahat. Pasien juga mengeluhkan munculnya bercak-bercak kemerahan
pada daerah pipi, kedua lengan atas dan juga pada kedua tungkai bawah pasien.
Pasien tidak mengetahui dengan pasti kapan bercak merah tersebut muncul,
pasien baru menyadari terdapat bercak kemerahan dalam satu minggu
terakhir.Bercak kemerahan dikatakan terasa panas tetapi tidak gatal jika terkena
sinar matahari.
ANAMNESIS

Pasien Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang dalam seminggu


terakhir dan tidak terdapat penurunan berat badan. Penurunan nafsu makan terjadi
setelah pasien pulang dari rawat inap di RSUP Prof. Dr. IGNG Ngoerah pada
tanggal 19 Agustus 2022. Pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan diagnosa
sistemik lupus erythematosus Keluhan seperti adanya rambut rontok, sariawan,
nyeri tenggorokan, batuk, perdarahan dan demam disangkal oleh pasien. Aktivitas
buang air kecil pasien dikatakan sebanyak 3-4 kali perhari, berwarna kuning pekat
dan berbusa. BAB pasien dikatakan baik, tidak ada keluhan. Menstruasi pasien
dikatakan normal.
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat penyakit sistemik lupus erythematosus sejak
pertengahan Agustus 2022 dan rutin mengkonsumsi obat metilprednisolon,
kamyfet, lisinopril dan simvastatin. Pasien memiliki riwayat hipertensi yang
tidak terkontrol dan tidak minum obat secara teratur. Pasien memiliki riwayat
rawat inap di RSUP Prof. Dr. IGNG Ngoerah pada tanggal 5 Agustus hingga
14 Agustus 2022 dengan keluhan perdarahan pervaginam diluar siklus
menstruasinya. Riwayat transfusi sebanyak 4 kolf. Riwayat hemodialysis
sebanyak 1 kali dan tidak memiliki riwayat keguguran
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien menyangkal adanya anggota keluarga yang pernah
terdiagnosa dengan sistemik lupus erythematosus. Riwayat penyakit
sistemik seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung maupun
keganasan disangkal oleh pasien.

Riwayat Pribadi/Sosial/Lingkungan
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang tidak banyak
melakukan aktifitas di luar rumahnya. Pasien tinggal bersama suami dan
ketiga anaknya. Riwayat merokok, konsumsi alkohol dan obat-obatan
terlarang disangkal oleh pasien.
PEMERIKSAAN
FISIK
Pemeriksaan Fisik (24 Agustus 2022)
Status Present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis (GCS E4V5M6)
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Nadi : 72 kali/menit, reguler, kuat angkat, isi
cukup
Laju respirasi : 20 kali/menit, reguler
Suhu aksila : 37°C
Saturasi : 98 % udara ruangan
Tinggi : 160 cm
Berat : 110 kg
BMI : 42,9 kg/m2 (Overweight)
STATUS
GENERALIS
Kepala : Normocephali
Wajah : Bercak kemerahan pada kedua sisi pipi
Mata : Konjungtiva pucat +/+, ikterus -/- , reflek pupil +/+ isokor, edema palpebra -/-
THT
● Telinga : sekret -/-, deformitas (-)
● Hidung : sekret -/-, napas cuping hidung (-), sianosis (-)
● Tenggorokan : Faring hiperemis (-), T1/ T1
● Mulut : Sianosis (-), atrofi papil lidah (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesarn kelenjar tiroid (-)
STATUS
GENERALIS
Thoraks : Simetris (+) saat statis dan dinamis
●Cor
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis teraba di ICS VI MCL Sinistra, thrill (-)
Perkusi : Batas kanan : ICS V PSL Dextra
Batas kiri : ICS IV MCL Sinistra
Austkultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-)
●Pulmo
Inspeksi : bentuk normal, simetris
Palpasi : Gerakan dada simetris
Perkusi : Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Auskultasi : Vesikuler +/+, rales -/-, wheezing -/-
+/+, -/- -/- 30
+/+, -/- -/-
STATUS
GENERALIS
● Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), meteorismus (-), asites (-)
Auskultasi: Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyerit tekan (-) , hepar dan lien tidak teraba, ginjal tidak teraba
Perkusi : Timfani(-), shiting dullness (-)
Inguinal dan Genitalia : Tidak dievaluasi
Ekstremitas : Akral hangat + / + , edema - / - , CRT < 2 detik
+/ + +/ +

31
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Parameter Hasil Unit Nilai Normal
Darah Lengkap 24 Agustus
WBC
2022 24.12 103/μL 4,1 – 11,0
NE % BA 0.04 103/μL 0.0 – 0.1
91.80 47 – 80
LY %
3.90 13 – 40 RBC 3.67 106/μL 4.5 – 5.9
MO %
4.10 2.0 – 11.0
HGB 10.00 g/dL 13.5 – 17.5
EO %
0.00 0.0 – 5.0
BA % HCT
0.20 0.0 – 2.0 30.80 % 41.0 – 53.0
NE MCV
22.13 103/μL 2.50 – 7.50 83.90 fL 80.0 – 100.0
LY PLT
0.95 103/μL 1.00 – 4.00 7.00 103/μL 150 – 440
MO NLR
1.00 103/μL 0.10 – 1.20 23.54   ≤ 3.13
EO 0.00 103/μL 0.00 – 0.50
3
2
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Parameter Kimia Hasil Unit Nilai Normal
KImia Darah Darah
24 Agustus 2022
AST/SGOT 34.5 U/L 5-34

ALT/SGPT 60.00 U/DL 11.00 – 34.00

Albumin 1.90 g/dL 3.40 – 4.80

BS Acak 107 mg/dL 70-140

BUN 68.30 mg/dL 8.00 – 23.00

Kreatinin 1.34 mg/dL 0.57 – 1.11

eLFG 49.78   >= 90

Natrium (Na) 140 mmol/L 136-145

Kalium (K) 4.50 mmol/L 3.50 – 5.10


3
3
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Urin Lengkap Urin Lengkap Hasil Unit Nilai Urobilinogen Normal mg/dL Normal
Normal
Bilirubin Negatif mg/dL Negatif
Berat jenis 1.032   1.003-1.035
Kuning p.yellow-
Warna  
Kekeruhan Keruh (+)     Pekat yellow
Leukosit
pH 6.00   4.5-8 22 /LPB ?7
sedimen

Leukosit Negatif Leuco/uL Negatif Eritrosit


463 /LPB ?5
sedimen
Nitrit Negatif mg/dL Negatif Sel Epitel
4 /LPB ?8
sedimen
Protein (4+) mg/dL Negatif
Bakteri 1425.10 /LPB ?23
Glukosa Negatif mg/dL Negatif
Yeast Cell 82.2 /LPB  
Keton Negatif mg/dL Negatif Silinder 18.48 /LPB ?2.4

Darah (3+) ery/uL Negatif Mucus (lendir) 1.560 /LPB ?4.8203


4
PEMERIKSAAN
RADIOLOGI
Kesan:
Thorax AP
- Cor dan pulmo tak tampak
(24 Agustus
kelainan
2022)
- Kardiomegali, CTR 57%

35
DIAGNO
SIS
1.SLE moderate flare up mex sledai 6
▪ Trombositopenia berat
▪ Lymphophenia
▪ Lupus nefritis
2. ACKD ec susp prerenal on CKD ec susp NS dd GNS dd lupus nefritis
3. Hipertensi stage I
4. Hipoalbuminemia ec susp renal loss dd inflamasi kronis

3
6
PENATALAKSA
NAAN
● IVFD NaCl 0.9% 12 tpm
● Diet CKD 35 kkal/kgBB/hari + protein 1,2 gr/kgBB/hari
● Methylprednisolone 62,5mg / 24 jam IV
● Kamyfet 1000mg / 12 jam IV
● Hydroxychloroquine 200mg / 24 jam IV
● Lisinopril 10mg / 24 jam IV
● Simvastatin 10mg / 24 jam IV
● Transfusi TC 5-10 kolf / hari
● Drip albumin 1 fls / hari ( target Alb >2,5gr/dL)
● Furosemide 40mg / 24 jam IV
● Ceftriaxone 2gr / 24 jam IV
3
7
PROGNOSI
S Ad Vitam
Dubia ad Bonam

Ad Functionam
Dubia ad Bonam

Ad Sanationam

Dubia ad Malam

3
8
PEMBAHAS
AN

3
9
DEFINISI

TEORI KASUS

Sistemik Lupus Pada kasus ini, pasien


Eritematous (SLE) HJN merupakan
perempuan yang
merupakan suatu
berusia 39 tahun yang
penyakit autoimun saat ini dirawat di
yang menyebabkan RSUP Sanglah dengan
inflamasi kronis yang diagnosa Sistemik
dapat mempengaruhi Lupus Eritematosus
organ atau sistem dengan keluhan lemas.
dalam tubuh.

4
0
EPIDEMIOLOGI

TEORI KASUS

Berdasarkan jenis Pasien memiliki


kelamin, SLE lebih kecocokan dari segi
banyak ditemukan pada epidemiologi yaitu
perempuan seorang perempuan dan
dibandingkan laki-laki masih dalam usia
dengan rasio 2:1 hingga produktif yaitu 39
15:1. tahun.
Sebagian besar adalah
perempuan usia
produktif

4
1
ETIOLOGI

TEORI KASUS

Dari etiologinya dalam Pasien merupakan


perjalanan penyakit perempuan yang
memiliki hormon
SLE, ada beberapa
estrogen yang dapat
faktor yang dapat menjadi pencetus dari
mempengaruhi seperti penyakit SLE yang
faktor genetik, faktor diderita pasien.
lingkungan dan faktor
hormonal.

4
2
DIAGNOSIS

TEORI KASUS

Menurut kriteria EULAR/ACR Pasien JKN perempuan, berusia


2018 Gejala klinis ( Domain 61 tahun , riwayat lemas yang
konstitusional, kulit, arthritis, dirasakan sejak 3 hari SMR,
neurologi, serositis, bengkak pada kedua tungkai,
hematologik, ginjal ) dan gejala bercak kemerahan pada kedua
imunologi ( antibodi fosfolipid, pipi yang terasa panas jika
protein komplemen dan terkena sinar matahari , terjadi
antibodi yang sangat spesifik ) penurunan nafsu makan, BAK
pasien berwarna kuning pekat
Penunjang : Pemeriksaan darah  dan berbusa
lengkap, kimia darah, urin - Pemeriksaan fisik: Tekanan
analisis dan autoantibodi.  darah 150/100 mmHg, Malar
rash dan edema pada tungkai
- Penunjang :trombositopenia,
lymphopenia, peningkatan
SGOT dan SGPT,  urin protein
+4, peningkatan BUN dan
kreatinin 4
3
PENATALAKSANA
AN

TEORI KASUS
Pemberian:
Menurut tatalaksana SLE - IVFD NaCl 0,9% 12 tpm
derajat sedang (SLEDAI - Diet CKD 35 Kkal/hari +
6-12 atau MEX SLEDAI protein 1,2gr/kgBb/hari
6-9) diperlukan - Methylprednisolon 62,5mg/24
jam IV
pemberian: - Kamyfet 1000mg/12 jam IV
- Prednisolon oral - Hydroxycloroquine 200mg/24
dengan dosis yang jam IV, 
lebih tinggi - Transfusi TC 5-10 kolf/hari
- Drip albumin 1 fls/hari
- Imunosupressan dan - Furosemide 40mg/24 jam IV
antimalaria - Ceftriaxone 2gr/24 jam IV

4
4
KESIMPU
LAN
- Systemic Lupus Erythematosus atau Lupus Erythematosus Sistemik (SLE) adalah penyakit autoimun, yang ditandai
adanya antibodi terhadap inti sel organ atau sistem dalam tubuh, dengan presentasi klinis yang beragam.
- SLE memiliki manifestasi klinis, kelainan imunologi dan laboratorium, perjalanan penyakit, serta akibat penyakit yang
beragam. Manifestasi klinis pada kulit, sendi, ginjal, dan sistem organ lainnya tidak selalu muncul bersamaan, melainkan
dapat berkembang seiring dengan perjalanan penyakit.
- Pada pasien ini merupakan pasien lupus erithomatosus sistemik dengan kategori SLE derajat sedang berdasarkan skor
SLEDAI yang didapatkan dengan angka 6 sesuai dengan gejala klinis, imunologi dan laboratorium yang
didapatkan.berupa edema pada kedua tungkai, hipoalbuminia, proteinuria, trombositopenia dan hipertensi.
- Adanya lupus nefritis pada pasien ini menyebabkan penurunan fungsi ginjal pada pasien.
- Hasil leukosituria dan hematuria yang ditemukan pada pasien ini mungkin dapat disebabkan karena adanya kerusakan
ginjal akibat aktivitas komplemen yang merusak membran basalis glomerulus dan adanya tumpukan globulin pada kasus
dengan proses autoimun.

4
5
THANKYO
U

Anda mungkin juga menyukai