SISTEMIK LUPUS
ERITEMATOSUS
Waode Nurlaila Ramadhan 2102612001
Arina Qurrota Ayun fauziyanti 2102612002
Pembimbing:
dr. Tjokorda Istri Anom Saturti,
Sp.PD,FINASIM,MARS
TABLE OF
01 04
CONTENTS
02
BAB II: TINJAUAN
05
BAB V: SIMPULAN
PUSTAKA
03
BAB III: LAPORAN
KASUS
2
PENDAHULUAN
3
Manifestasi klinis SLE tersering
PENDAHULUAN berdasarkan data dari beberapa
rumah sakit di Indonesia adalah
artritis 32,9-75,5%; kelainan kulit dan
mukosa 13,2-86,3%; nefritis lupus
10,8-65,5%; kelelahan 51,1-58,1%;
dan demam 39,3-54,9%.
SLE lebih banyak
ditemukan pada
perempuan dibandingkan
laki-laki (rasio 2:1 hingga
15:1)
manifestasi laboratoris
tersering adalah ANA positif
98,4%; anti-dsDNA positif
47%, limfopenia 75,4%; dan
anemia hemolitik 26,08-34,6%
4
TINJAUAN
PUSTAKA
5
Sistemik (Systemic
Lupus
Erythematosus)
6
EPIDEMIOLOGI
Faktor genetik
SLE merupakan
penyakit inflamasi
autoimun kronis yang
belum jelas Faktor lingkungan
penyebabnya, memiliki
variasi gambaran klinis
yang luas, dan tampilan
perjalanan penyakit
yang beragam. Faktor hormonal
. 8
PATOFISIOLOGI
Gambar 1. Perjalanan penyakit SLE. Patogenesis SLE dipengaruhi oleh faktor genetik
dan lingkungan (seperti sinar UV). Perjalanan penyakit SLE dimulai dengan fase preklinik
yang ditandai pembentukan autoantibodi, kemudian berlanjut pada fase klinik yang lebih
spesifik. Selama periode ini dapat terjadi flares dan kerusakan organ. Kerusakan pada
tahap awal berhubungan dengan penyakit sedangkan kerusakan pada tahap yang lebih
9
lanjut disebabkan komplikasi penyakit yang telah berlangsung kronik serta akibat terapi
imunosupresif.
PATOFISIOLOGI
kerusakan organ
Manifestasi obstetrik
Perempuan dengan SLE, baik aktif
maupun tidak, berisiko terhadap
beberapa komplikasi kehamilan
seperti kematian ibu hamil Manifestasi hematologik
(325/100.000 kehamilan), kelahiran Manifestasi hematologik terdiri atas anemia defisiensi
sectio caesarea (30%), kelahiran besi, anemia penyakit kronik (37%), anemia hemolitik
prematur (28-49%), berat badan lahir autoimun (5-14%), mielotoksisitas yang diinduksi obat,
rendah (13-39%), neonatus kecil dan anemia akibat gagal ginjal kronik, trombositopenia,
masa kehamilan (35%), abortus kelainan sifat trombosit; leukopenia (60%); dan
spontan dan stillbirth (20%), serta limfopenia (75%). Peningkatan laju endap darah (LED) 1
preeklampsia (2-20%). juga sering ditemukan pada SLE aktif 4
DIAGNOSIS
1
6
kriteria klasifikasi EULAR/ACR
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dasar
1. Darah perifer lengkap (DPL) dan laju endap darah (LED)
2. Urine lengkap
3. Kimia darah
Pemeriksaan autoantibodi
4. Antibodi antinuklear (ANA)
5. Antibodi anti-double stranded DNA (anti-dsDNA)
6. Antibodi anti-Smith, anti-Ro/SSA, anti-La/SSB
Pemeriksaan komplemen
Pemeriksaan penapisan penyakit komorbid
1
7
Diagnosis
Derajat SLE
1
8
SLE Derajat Ringan (SLEDAI1-5 atau
TERAPI MEX-SLEDAI 2-5)
Edukasi
1. Penjelasan mengenai SLE dan organ tubuh yang
terlibat
• Prednisolon oral dengan dosis lebih tinggi (<0,5 mg/kgBB/hari atau setara)
atau metilprednisolon IV (<250 mg selama 1-3 hari) dilanjutkan
prednisolon oral <0,5 mg/kgBB/hari .
• Antimalaria
2
2
IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama : HNJ
Umur : 39 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Alamat : BD Labuhan Antiga Manggis
Karangasem
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah
No. RM : 22039599
Tanggal MRS : 24 Agustus 2022
Tgl Pemeriksaan : 24 Agustus 2022
ANAMNESIS
Riwayat Pribadi/Sosial/Lingkungan
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang tidak banyak
melakukan aktifitas di luar rumahnya. Pasien tinggal bersama suami dan
ketiga anaknya. Riwayat merokok, konsumsi alkohol dan obat-obatan
terlarang disangkal oleh pasien.
PEMERIKSAAN
FISIK
Pemeriksaan Fisik (24 Agustus 2022)
Status Present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis (GCS E4V5M6)
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Nadi : 72 kali/menit, reguler, kuat angkat, isi
cukup
Laju respirasi : 20 kali/menit, reguler
Suhu aksila : 37°C
Saturasi : 98 % udara ruangan
Tinggi : 160 cm
Berat : 110 kg
BMI : 42,9 kg/m2 (Overweight)
STATUS
GENERALIS
Kepala : Normocephali
Wajah : Bercak kemerahan pada kedua sisi pipi
Mata : Konjungtiva pucat +/+, ikterus -/- , reflek pupil +/+ isokor, edema palpebra -/-
THT
● Telinga : sekret -/-, deformitas (-)
● Hidung : sekret -/-, napas cuping hidung (-), sianosis (-)
● Tenggorokan : Faring hiperemis (-), T1/ T1
● Mulut : Sianosis (-), atrofi papil lidah (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesarn kelenjar tiroid (-)
STATUS
GENERALIS
Thoraks : Simetris (+) saat statis dan dinamis
●Cor
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis teraba di ICS VI MCL Sinistra, thrill (-)
Perkusi : Batas kanan : ICS V PSL Dextra
Batas kiri : ICS IV MCL Sinistra
Austkultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-)
●Pulmo
Inspeksi : bentuk normal, simetris
Palpasi : Gerakan dada simetris
Perkusi : Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Auskultasi : Vesikuler +/+, rales -/-, wheezing -/-
+/+, -/- -/- 30
+/+, -/- -/-
STATUS
GENERALIS
● Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), meteorismus (-), asites (-)
Auskultasi: Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyerit tekan (-) , hepar dan lien tidak teraba, ginjal tidak teraba
Perkusi : Timfani(-), shiting dullness (-)
Inguinal dan Genitalia : Tidak dievaluasi
Ekstremitas : Akral hangat + / + , edema - / - , CRT < 2 detik
+/ + +/ +
31
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Parameter Hasil Unit Nilai Normal
Darah Lengkap 24 Agustus
WBC
2022 24.12 103/μL 4,1 – 11,0
NE % BA 0.04 103/μL 0.0 – 0.1
91.80 47 – 80
LY %
3.90 13 – 40 RBC 3.67 106/μL 4.5 – 5.9
MO %
4.10 2.0 – 11.0
HGB 10.00 g/dL 13.5 – 17.5
EO %
0.00 0.0 – 5.0
BA % HCT
0.20 0.0 – 2.0 30.80 % 41.0 – 53.0
NE MCV
22.13 103/μL 2.50 – 7.50 83.90 fL 80.0 – 100.0
LY PLT
0.95 103/μL 1.00 – 4.00 7.00 103/μL 150 – 440
MO NLR
1.00 103/μL 0.10 – 1.20 23.54 ≤ 3.13
EO 0.00 103/μL 0.00 – 0.50
3
2
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Parameter Kimia Hasil Unit Nilai Normal
KImia Darah Darah
24 Agustus 2022
AST/SGOT 34.5 U/L 5-34
35
DIAGNO
SIS
1.SLE moderate flare up mex sledai 6
▪ Trombositopenia berat
▪ Lymphophenia
▪ Lupus nefritis
2. ACKD ec susp prerenal on CKD ec susp NS dd GNS dd lupus nefritis
3. Hipertensi stage I
4. Hipoalbuminemia ec susp renal loss dd inflamasi kronis
3
6
PENATALAKSA
NAAN
● IVFD NaCl 0.9% 12 tpm
● Diet CKD 35 kkal/kgBB/hari + protein 1,2 gr/kgBB/hari
● Methylprednisolone 62,5mg / 24 jam IV
● Kamyfet 1000mg / 12 jam IV
● Hydroxychloroquine 200mg / 24 jam IV
● Lisinopril 10mg / 24 jam IV
● Simvastatin 10mg / 24 jam IV
● Transfusi TC 5-10 kolf / hari
● Drip albumin 1 fls / hari ( target Alb >2,5gr/dL)
● Furosemide 40mg / 24 jam IV
● Ceftriaxone 2gr / 24 jam IV
3
7
PROGNOSI
S Ad Vitam
Dubia ad Bonam
Ad Functionam
Dubia ad Bonam
Ad Sanationam
Dubia ad Malam
3
8
PEMBAHAS
AN
3
9
DEFINISI
TEORI KASUS
4
0
EPIDEMIOLOGI
TEORI KASUS
4
1
ETIOLOGI
TEORI KASUS
4
2
DIAGNOSIS
TEORI KASUS
TEORI KASUS
Pemberian:
Menurut tatalaksana SLE - IVFD NaCl 0,9% 12 tpm
derajat sedang (SLEDAI - Diet CKD 35 Kkal/hari +
6-12 atau MEX SLEDAI protein 1,2gr/kgBb/hari
6-9) diperlukan - Methylprednisolon 62,5mg/24
jam IV
pemberian: - Kamyfet 1000mg/12 jam IV
- Prednisolon oral - Hydroxycloroquine 200mg/24
dengan dosis yang jam IV,
lebih tinggi - Transfusi TC 5-10 kolf/hari
- Drip albumin 1 fls/hari
- Imunosupressan dan - Furosemide 40mg/24 jam IV
antimalaria - Ceftriaxone 2gr/24 jam IV
4
4
KESIMPU
LAN
- Systemic Lupus Erythematosus atau Lupus Erythematosus Sistemik (SLE) adalah penyakit autoimun, yang ditandai
adanya antibodi terhadap inti sel organ atau sistem dalam tubuh, dengan presentasi klinis yang beragam.
- SLE memiliki manifestasi klinis, kelainan imunologi dan laboratorium, perjalanan penyakit, serta akibat penyakit yang
beragam. Manifestasi klinis pada kulit, sendi, ginjal, dan sistem organ lainnya tidak selalu muncul bersamaan, melainkan
dapat berkembang seiring dengan perjalanan penyakit.
- Pada pasien ini merupakan pasien lupus erithomatosus sistemik dengan kategori SLE derajat sedang berdasarkan skor
SLEDAI yang didapatkan dengan angka 6 sesuai dengan gejala klinis, imunologi dan laboratorium yang
didapatkan.berupa edema pada kedua tungkai, hipoalbuminia, proteinuria, trombositopenia dan hipertensi.
- Adanya lupus nefritis pada pasien ini menyebabkan penurunan fungsi ginjal pada pasien.
- Hasil leukosituria dan hematuria yang ditemukan pada pasien ini mungkin dapat disebabkan karena adanya kerusakan
ginjal akibat aktivitas komplemen yang merusak membran basalis glomerulus dan adanya tumpukan globulin pada kasus
dengan proses autoimun.
4
5
THANKYO
U