Anda di halaman 1dari 5

Cerita Si Pitung

Pitung lahir di kampung rawa belong, ayah si Pitung bernama


Abah Piun dan ibu bernama Nyak Pinah.
Nyak Pinah : Alhamdulilah ya bang, anak kita sudah lahir semoga kelak
menjadi anak yang soleh.
Abah Piun : Iya dek, harapan abang juga begitu.
Ketika Si Pitung lahir, Jakarta masih bernama Batavia dan ratusan
tahun sudah di jajah oleh Belanda. Pitung tumbuh menjadi anak yang
setiap hari menyaksikan kekejaman belanda, kepada masyarakat
Batavia. Ketika sudah tumbuh dewasa, Abahnya berharap Si Pitung
menjadi anak yang bebudi baik, maka dari itu abahnya memasukan ke
pesantreen Hj.Naipin.
Abah Piun : Tung, Babeh mau masukin kamu ke pesantren Hj.Naipin
kamu di sana belajar baik baik ya.
Pitung : Iya beh, Pitung ikut aja apa kata babeh.
Nyak Pinah : Kalau begitu Enyak siapin barang barang kamu dulu.
Pitung : Nyak, Beh. Pitung pergi dulu ya, Doain pitung disana ya.
Selama di pesantren sehari hari iya belajar mengaji, Hj.Naipin
sehari hari dengan sabar mengajari Si Pitung mengaji, Si Pitung
termasuk anak yang cerdas.
Hj.Naipin : Alhamdulilah Tung, sekarang bacaan Al – Quraan mu sudah
mulai fasih. Kamu anak yang cerdas sehingga cepat mengerti apa yang
saya ajarkan.
Pitung : Alhamdulilah, semua ini berkat didikan empok.
Hj. Naipin : Ya udah, Sekarang sudah waktunya kamu belajar silat.
Selain belajar agama Pitung di sana juga belajar ilmu bela diri
Setelah beberapa tahun menjadi santri Hajah Naipin. Si Pitung pun
pamit untuk pulang ke kampong halamannya.
Pitung : Terimakasih ya mpok, telah mengajar Pitung dipesantren ini.
Sekarang Pitung mohon pamit kembali ke kampong halaman.
Hj.Naipin : Pitung itu sudah menjadi kewajiban mpok membagi ilmu
kepada siapa saja. Sekarang pulanglah kamu ke kampong halaman
kamu, amalkan ilmu yang kamu dapatkan disini untuk kepentingan
masyarakat di sekitarmu, Dan jadilah anak yang berbakti kepada orang
tua sampaikan salam mpok ke orang tuamu ya.
Setibanya Pitung dirumah Pitung langsung menemui ke 2 orang tuanya.
Pitung : Assalamualaikum Nyak, Beh. Pitung udah pulang.
Nyak Pinah : Waalaikumsalam, eh tung kamu udah pulang. Bang Pitung
udah pulang ( sedang nyapu ).
Abah Piun : Eh tung ayo kesini makan sama babe. Giamana apa yang
kamu dapat selama di pesantren.
Pitung : Alhamdulilah beh, Pitung banyak dapet ilmu disana. Iya nyak,
beh mpok titip salam.
Selama dirumah si Pitung rajin membantu babehnya setiap hari si
Pitung rajin mengembalakan kambingnya, Sedangkan Abah Piun setiap
harinya berjualan buah buahan di pasar. Suatu hari si Pitung disuruh
Abah Piun menjual kambingnya.
Abah Piun : Tung, tolong bantuin babeh jualin kambing – kambing ke
pasar ya.
Pitung : Beres beh.
Setelah menjual kambingnya, dalam perjalanan pulang ia melihat
kesewenang – wenangan Babah Liem dan centengnya.
Rakyat : Ampun tuan, beri saya waktu untuk melunasi hutang – hutang
saya.
Pitung : Lepaskan dia !!
Babah Liem : Hey anak muda, siapa kau berani menghentikan kami
Pitung : Kalian tidak perlu tau siapa aku. Kalian hanyalah orang – orang
pengecut yang menindas yang lemah.
Babah Liem : Apa maksudmu berbicara seperti itu, cepat hajar dia.
Centeng Babah Liem : Dasar bocah ingusan berani – beraninya kamu
menghina tuanku. Aku akan memberimu pelajaran.
Centeng Babah Liem : Maaf tuan saya gagal. Ternyata anak itu sangat
kuat.
Babah Liem : Dasar tidak berguna, Hey bocah akan kuhabisi kau disini.
Centeng Babah Liem : Tuan lebih baik kita mundur dan adukan kepada
petinggi Belanda.
Babah Liem : Akan kubalas perbuataanmu nanti, tunggu saja kau bocah
ingusan.
Rakyat : Terimakasih ya tong, sudah membantu mpok perbuatan mereka
semakin hari semakin keji.
Pitung : Iya mpok, udah kewajiban saya untuk saling membantu. Mpok
sebenarnya siapa mereka ?.
Rakyat : Dia adalah babah liem Tuan tanah ditempat ini mereka
memungut pajak Tanah dengan harga tinggi, dan menganiaya warga
yang tidak mampu membayar. Mereka juga bekerja sama dengan
pemerintahan Belanda.
Pitung : Tenang mpok, mulai sekarang pitung bakal membela orang –
orang seperti kita.
Sejak saat itu si Pitung menjadi terkenal meskipun demikian ia
tetaplah si Pitung yang rendah hati dan tidak sombong. Suatu saat ia
mengajak orang – orang utnuk bergabung dengannya. Si Pitung
memutuskan untuk mengabdikan hidupnya bagi rakyat jelata. Ia tak
tahan menyaksikan kesedihan mereka, dan ia muak melihat kekayaan
para tuan tanah yang berpihak pada Belanda. Mereka merampok rumah
orang orang kaya dan membagikan hasil rampokan tersebut pada rakyat
jelata.
Pitung : Ini mpok, saya ada sedikit rezeki semoga bias membantu.
Rakyat : Terima kasih tong sudah membantu mpok pada masa yang sulit
ini. Mpok sangat terbantu sekali.
Akibat mencuri harta para petinggi Belanda. Pemerintahan
Belanda menjadi geram, sejak saat itu si Pitung menjadi buronan
pemerintah Belanda.
Babah Liem : Tuan, semakin hari bocah ingusan ini malah menjadi –
menjadi dia harus kita tangkap dan kita habisi.
Scohut Henge : Betul yang kamu katakana, aku akan memperintahkan
bawahanku untuk menangkap si Pitung
Centeng Babah Liem : Tapi tuan, si Pitung itu orang yang cerdik, kita
harus membuat rencana untuk menangkapnya.
Scohut Henge : Kalau begitu aku memerintahkan kalian untuk menculik
orang tuanya dan semua orang yang pernah terlibat dengannya.
Dengan cara licik itu mereka menangkap kedua orang tua,
Hj.Naipin, dan salah satu masyarakat yang sering berjumpa dengan
Pitung. Scohut Henge pemimpin dari pemerintahan belanda itu
mengumumkan jika si Pitung tidak dating menyerahkan diri maka
mereka akan di bunuh. Berita itu sampai pula ke telinga si Pitung dan si
Pitung bersedia menyerahkan dirinya.
Scohut Henge : Hey kau Pitung diama kau keluarlah. Apakah kau tidak
akan menyelamatkan mereka, jangan kau bersembunyi seperti
pengecut ! (tertawa).
Akhirnya si Pitung muncul
Pitung : Lepaskan meraka semua. Aku sudah disini.
Scohut Henge : Akhirnya kau dating juga, jadi ini dia si Pitung jagoan
Betawi itu. Hey kalian lepaskan mereka dan segera tangkap si Pitung itu.
Mereka semua lalu dilepas namun si Pitung tidak mudah menyerah
begitu saja, Lalu.
Scohut Henge : Dasar keterlaluan kau.
Hj.Naipin : Alhamdulilah tung ilmu yang semua mpok ajarkan kamu
gunakan dengan baik.
Scohut Henge : Belum sampai disitu saja……….mati kauuu !!!
Abah Piun & Nyak Pinah : Pitungg !!!
Rakyat : Tong apa yang kau lakukan, kamu tidak perlu berbuat sejauh
ini
Pitung : ( tertawa kecil ) maafkan pitung ya nyak,beh,mpok hanya ini
yang bias pitung lakukan.

Anda mungkin juga menyukai