Anda di halaman 1dari 6

AGAMA DAN SAINS

PANDANGAN ALBERT EINSTEIN TENTANG HUBUNGAN SAINS DAN AGAMA

Oleh

KELOMPOK I

CHARLES TINNONG

HENDRA RISWANTO

REVI MARISKA

MELIATI

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI MAMASA 2024


PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR

Patut kita ucapkan syukur kepada Tuhan kita Yesus Kristus oleh karena penyertaan-
Nya sehingga waktu untuk belajar masih dapat kita nikmati dan jalani hingga saat ini. Hal ini
dirasakan oleh kelompok dalam bekerjasama untuk saling melengkapi dalam membuat tugas
ini. Pertentangan antara satu dengan yang satu menjadi bahan bagi kelompok ini untuk
dijadikan sebagai suatu pengetahuan yang baru, secara khusus dalam memahami apa yang
menajadi pemahaman Albert Einstein tentang sains dan agama. Suatu pengetahuan yang
menyadarkan kelompok bahwa pentingnya untuk saling melengkapi, saling mendukung
dalam perbedaan pandangan. Dalam proses penulisan tugas ini, kesadaran kelompok akan
kekurangan dalam menggunakan Bahasa serta keterbatasan kelompok dalam memahami
Albert Einstein sehingga menjadi harapan kelompok bagi setiap pembaca dan pendengar
untuk memberi saran dan kritik guna menambah wawasan penulisan baik secara individu
maupun secara berkelompok di kemudian hari.

Pada penulisa tugas ini, kelompok akan memaparkan secara singkat biografi Albert
Einstein serta pemahamannya mengenai relasi antara sains dan agama.
PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI ALBERT EINSTEIN


Albert Eisntein lahir pada 14 maret 1879 di Ulm, Wurttemberg, Jerman dan
meninggal dunia pada 18 april 1955 di Princeton, New Jersey AS. Albert Eisnten sang
Fisikiawan tersebut yang mengembangkan teori relativisme, sehingga di anggap
sebagai fisikiawan paling berpengaruh di abad ke-20.1
Orang tua Einstein adalah orag Yahudi kelas menengah yang sekuler.
Ayahnya, Herman Einstein, awalnya adalah orang penjual Kasur bulu dan kemudian
menjalankan pabrik elektrokimia dengan tingkat keberhasilan yang lumayan.
Sedangkan ibunya, mantan Pauline Koch, mengurus rumah tangga keluarga. Dia
memiliki seorang saudara perempuan, Maria yang lahir dua tahun setelah Albert.
Semasa kanak-kanak hingga remaja Einstein, terdapat dua masa yang sangat
berarti bagi Einstein sendiri tentang “keajaiban”. Yang pertama pada usia lima tahun,
saat berjumpa dengan Kompas, kebingungan yang muncul dari diri Einsteien adalah
kekuatan tak kasat mata dapat membelokkan jarum tersebut. Serta pada usia yang ke
dua belas tahun, ketika dia menemukan buku geometri, yang dia telan, dan dia
menyebutnya sebagai “buku geometri kecil yang suci”. Pada usia yang ke dua belas
tahun, Einstein juga menjadi sangat religius, bahkan mengubah beberapa lagu untuk
memuji Tuhan, serta melantunkannya lagu religi dalam perjalanannya menuju ke
sekolah. Namun hal ini berubah setelah ia membaca buku-buku sains yang sangat
bertentangan dengan agamanya.2
B. RELASI AGAMA DAN SAINS MENURUT ALBERT EINSTEIN
Agama dan sains bagi Einstein adalah hal yang saling melnegkapi, hal ini bis
akita lihat dari ungkapan yang paling terknal dari Einstein yang mengatakan sains
tanpa agama lumpuh, agama tanpa sains buta. 3 Hal yang menarik dari perjalanan
intelektual Einstein ialah pemaknaannya mengenai relasi sains dan agama tersebut.
Melihat relasi antara sains dan agama, kendati perlu untuk terus diupayakan dialog
yang terbuka dan rendah hati, oleh karena pandangan Eintein diatas yang menyiratkan
bahwa sains dan agama dapat berdampingan dan mendukung antara satu dengan yang
lain. Masing-masing memiliki peran.

1
https://www.britannica.com/biography/Albert-Einstein/From-graduation-to-the-miracle-year-of-scientific-
theories
2
Ibid.
3
https://www.Resensi.id/Relasi-Agama-dan-sains-dalam-pemikiran-Einstein
Sains yang merupakan upaya untuk memahami fenomena maupun peristiwa
untuk kemudian di terjemahkan ke dalam sebuah abstraksi pengetahuan. Ia berbicara
terkait mengenai apa yang ada, bukan apa yang seharusnya ada. Sedangkan agama,
adalah keterikatan Ilahiah yang mestinya menjadi menjadi ranah privat, yang mana
menjalankan fungsi moral dan menjauhkan dari segalah ketakutan yang kerap
menjadikan manusia mudah menyalahkan dan menyerang satu dengan yang lainnya.4
Eintein yang sangat menghargai sains dan teknologi sebagai cara untuk
memahami dunia, tetapi Einstein juga menghargai filsafat dan kebudayaan sebagai
cara untuk memahami hakekat keberadaan manusia. Dan bahkan Einstein memiliki
pendapat yang cukup kuat tentang agama dan kepercayaan. Ia menyatakan bahwa
agama harus membantu manusia menjadi lebih baik, bukan membuat manusia merasa
tidak berdaya atau bergantung pada kekuatan luar. Einstein juga menyatakan “bahwa
kepercayaan harus diakui sebagai sesuatu yang tidak bisa dibuktikan secara ilmiah,
dan bahwa kepercayaan harus dipertahankan jika ia membantu seseorang menjalani
hidu dengan lebih baik”5.
Einstein yang merupakan ilmuan fisika itu, berusaha memadukan dua sektor
utama hidup manusia, yaitu religius (irrasional) dan science (rasional) meskipun
demikian enstein tidak pernah berkata dengan tegas akan motivasinya untuk
memformulasikan suatu titik unik dalam menggabungkan dua aspek tersebut Einstein
berpendapat bahwa orang yang mengetahui alam berarti mengetahui Tuhan, karena
pencarian sains dalam mempelajari alam akan membawa ke dalam agama. Pemikiran
Einstein ini termasuk dalam teologi naturalistic yaitu pengetahuan tentang Tuhan
dapat di peroleh melalui pengobservasian proses alam yang dapat dilihat dengan mata
tetapi dengan ketentuan bhawa manifestari dari yang Ilahi dalam semesta ini hanya
dapat di pahami Sebagian oleh intelektualitas manusia.6
Menurut Einstein tidak ada hal yang kontras antara agama dan ilmu
pengetahuan jika masing-masing benar di perlukan.7 dalam hal ini ilmu pengetahuan
merupakan pembelajaran tentang suatu hal, sedangkan agama lebih menitik beratkan
pada etika antara manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan. Dari sudut
pandang ini, kita dapat melihat agama lebih bersifat independent dibandingkan ilmu
pengetahuan, karena agama mencakup nilai-nilai keseimbangan yang terdapat pada
4
Ibid
5
Band. https://geometris.id/sosk/albert-einstein-dan-pemikiran-filsafatnya/
6
Band.journal sanji wani,volume 9 no 1 tahun 2018. Hlm 55
7
Ibid
rana keilmuan seseorang. Analisis Einstein untuk menncari kesinambungan antara
agama dan ilmu pengetahuan mengidentifikasikan tiga konsep keTuhanan yang
berbeda sesuai dengan tiga fase berbeda akan evolusi pemikiran religi. Pertama,
sebelum manusia sadar akan hukum-hukum yang mengatur hubungan sebab akibat
anatar fenomena alam, maka aka kecenderungan langsung meng-anthropomorphic-
kan (me-makhluk-kan) hal tersebut) konsep yang pertama ini di sebut konsep
“ketakutan’. Kedua, konsep “ke- Tuhanan,sosial, ataupun moral”. Pusat perhatian dari
sosial dan moral yang bersumber pada praktik keagamaan menggambarkan Tuhan
sebagai seorang ayah yang melindungi, memberikan hadia, memberikan
kenyamanan,dan bhakan memberikan hukuman bagi anak-anaknya yang melanggar
nilai-nilai sosial dan moral. Ketiga , “cosmic religious felling” yakni perasaan religius
akan alam semesta.8dari ketiga fase diatas, konsep pertama dan kedua
menggambarkan Tuhan sebagaimana pikiran manusia, maka di konsep ketiga Einstein
ini,menolak akan ke-Tuhanan yang anthropomorphic dalam hal inderawi. Tuhan
dalam hal ini tidak dipengaruhi oleh hukum alam, Tuhan lebih luas dan lebih besar
dari pada itu. Einstein yang percaya akan Tuhan yang personal yang tidak berkaitan
dengan takdir manusia, tetapi Tuhan mengungkapkan diri-NYA sendiri dengan tujuan
memberikan keharmonisan di dalam alam semesta ini..

C. KESIMPULAN

8
Ibid.
Pembahasan diatas mengenaai pemikiran Albert Eisntein tentang relasi antara agama
dan sains, dalam kesadaran kelompok memiliki kekurangan-kekurangan namun tidak
menjadi alasan untuk berhenti belajar sampai disitu. Dari hal di atas, kelompok akan
membuat kesimpulan tentang apa yang menjadi relasi antara agama dan sains.
Einstein yang seorang fifikiawan terkenal, membangun dua sektor utama hidup
manusia, yaitu religius (irrasional) dan science (rasional) yang saling melengkapi
dalam pencarian setiap makna dan nilai dari alam semesta. Serta membangun
kesadaran bagi setiap pembacanya tentang agama dan ilmu pengetahuan yang tidak
memiliki kontras jika keduanya diperlukan benar-benar diperlukan. Yang dimana
ilmu pengetahuan membantu kita untuk memahami suatu hal (menggunakan metode
Ilmiah) sedangkan agama membantu kita untuk membangun relasi yang baik antara
manusia dengan manusia, dan manusia dengan Tuhan. Salah satu ungkapan Einstein
menurut kelompok yang menunjukkan relasi antara agama dan sains yaitu sains tanpa
agama lumpuh, agama tanpa sains buta, dari hal ini kita dapat melihat bahwa agama
dan sains adalah suatu hal yang saling melengkapi.

Anda mungkin juga menyukai