Anda di halaman 1dari 3

 Standar Nasional Indonesia SNI No.

C4-0225-2011 tentang Persyaratan Umum lnstalasi


Listrik (PUIL) 2011.
Standar Nasional Indonesia (SNI) No. C4-0225-2011 tentang Persyaratan Umum
Instalasi Listrik (PUIL) 2011 berlaku untuk desain, pemasangan, dan verifikasi instalasi listrik di
berbagai kompleks, termasuk perumahan, komersial, publik, industri, pertanian, dan lainnya.
PUIL mencakup sirkuit dengan voltase hingga 1000 V a.b. atau 1500 V a.s. Namun, PUIL tidak
berlaku untuk peralatan traksi listrik, kendaraan bermotor, kapal, pesawat udara, instalasi jalan
umum, tambang, supresi interferens radio, pagar listrik, dan lainnya. Hal ini bertujuan untuk
menjamin keselamatan manusia dan menjaga aset dari bahaya yang mungkin timbul akibat
penggunaan instalasi listrik.

 Standar Nasional Indonesia SNI No.03-6575-2001 tentang Tata cara perancangan sistem
pencahayaan buatan pada bangaunan gedung.
Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung Standar ini
memberikan panduan teknis untuk perancang dan pelaksana pembangunan system pencahayaan
buatan dalam bangunan. Persyaratan minimal sistem pencahayaan ini mencakup tingkat
pencahayaan, armatur, balast, koefisien depresiasi, koefisien penggunaan, rendah efikasi, dan
lainnya. Sistem pencahayaan dapat dirancang sebagai merata, setempat, atau kombinasi merata
dan setempat, tergantung pada kebutuhan spesifik ruangan. Perhitungan daya listrik dan distribusi
luminansi juga menjadi kriteria penting dalam perancangan sistem pencahayaan.

 Standar Nasional Indonesia SNI No.03-7015 Tahun 2004 tentang Sistem Proteksi Petir Pada
Bangunan gedung.
Standar Nasional Indonesia (SNI) No.03-7015 Tahun 2004 tentang Sistem Proteksi Petir
Pada Bangunan Gedung memiliki tujuan untuk mencegah kerusakan dan kehancuran akibat
sambaran petir pada bangunan dan peralatan, serta meningkatkan keselamatan penghuni dengan
mengalihkan arus listrik menjauh dari struktur. Penangkal petir yang dipasang dengan baik dapat
mengurangi risiko kebakaran dan kerusakan akibat petir. Namun, biaya pemasangan awal yang
mahal dan pemeliharaan yang perlu dilakukan secara berkala menjadi tantangan dalam
implementasi system proteksi petir.

 Standar Nasional Indonesia SNI No.03-7013 Tahun 2004 Tata Cara Perencanaan fasilitas
lingkungan Rumah susun sederhana.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-7013 tahun 2004: Perencanaan Fasilitas
Lingkungan Rumah Susun Sederhana memberikan panduan dalam perencanaan fasilitas
lingkungan yang terkait dengan rumah susun sederhana. Fasilitas tersebut termasuk ekonomi,
sosial, budaya, pendidikan, kesehatan, peribadatan, pemerintahan, dan pelayanan umum.
Persyaratan umum dan khusus serta prosedur pemeriksaan dan pengujian dijelaskan dalam
standar ini untuk memastikan kualitas dan keberlanjutan lingkungan rumah susun sederhana.

 Standar Nasional Indonesia SNI 03-1746 Tahun 2000 tentang tata cara perencanaan dan
pemasangan sarana jalan keluar untuk penyelamatan bahaya kebakaran pada bangunan
gedung.
Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sarana Jalan Keluar untuk Penyelamatan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung,Standar Nasional Indonesia SNI 03-1746 Tahun
2000. Standar ini ditetapkan sebagai acuan untuk keselamatan jiwa dari bahaya kebakaran standar
ini mencakup beberapa aspek seperti konstruksi ,proteksi dan penghunian,seperti persayaratan
umumnya:Pemisahan dari Sarana Jalan Keluar,Koridor Akses Exit,Exit ,Jalan Terusan
Exit,Bahan Finis Interior pada Exit,Tinggi Ruangan, Perubahan Ketinggian didalam Sarana Jalan
Keluar, Pagar Pengaman, Kualitas Kontruksi Rintangan pada Sarana Jalan Keluar, Keandalan
Sarana Jalan Keluar,Perlengkapan dan Dekorasi didalam Sarana Jalan Keluar. Fasilitas
pencahayaan darurat untuk sarana jalan keluar harus disediakan sesuai dengan bagian ini
untuk:Setiap bangunan Gedung bilamana dipersyaratkan pada bangunan kelas 2 sampai 9,Pada
pintu yang dipasang kunci jalan keluar tunda.hal hal tersebut dibutuhkan dalam gedung sebagai
acuan jika ada kebakaran,untuk menghindari hal tersebut dibutuhkan ketelitian serta perawatan
dan pelatihan sehingga resiko kebakaran bisa diminimalisir.

 Standar Nasional Indonesia SNI No. 04-7019-2004 tentang Sistem Pasokan Daya Listrik
Darurat menggunakan Energi Tersimpan.
Sistem pasokan daya darurat tersimpan (SPDDT) adalah sistem yang terdiri dari: suatu
pasokan daya tidak terinterupsi (PDTT) suatu sistem sentral baterai, atau suatu motor generator,
yang digerakkan oleh sumber energi listrik tersimpan, bersama suatu sakelar pemindah yang
dirancang untuk memonitor suatu pasokan daya beban alternatif dan utama serta memberikan
pemindahan beban yang diinginkan, dan seluruh peralatan kontrol yang dibutuhkan untuk
membuat sistem berfungsi. Standar ini menyediakan persyaratan kinerja untuk SPDDT dan juga
dapat digunakan dalam kaitannya dengan standar lainnya. Standar- standar lainlah yang berperan
untuk merinci lokasi mana membutuhkan SPDDT dan level, tipe dan kelas aplikasinya.
Lokasi pemasangan Sistem pasokan daya darurat tersimpan (SPDDT), adalah sebagai berikut:
1) SPDDT diperbolehkan untuk dipasangkan pada ruang panel utama listrik atau ruang pelayanan listrik
lainnya, dengan syarat bahwa ruang tersebut memenuhi spesifikasi lingkungan yang
diberikan manufaktur.
2) Ruang atau bangunan yang ditempati oleh SPDDT harus terletak di suatu lokasi untuk meminimalkan
kerusakan karena banjir, termasuk banjir akibat pemadaman kebakaran, gangguan saluran air, dan
gangguan-gangguan atau kejadian - kejadian yang serupa.
3) Peralatan SPDDT harus diletakkan di suatu lokasi sehingga mudah dicapai dan berada dalam ruang
yang cukup bebas untuk pekerjaan inspeksi, perawatan, perbaikan, pembersihan atau penggantian unit-
unitnya. Suatu unit sistem pencahayaan darurat yang terpisah harus disediakan pada lokasi jika tidak ada
pencahayaan darurat lain.

 Standar Nasional Indonesia SNI No. 04-7018-2004 tentang Sistem Pasokan Daya Listrik
Darurat dan Siaga.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-7019-2004 tentang Sistem Pasokan Daya Listrik
Darurat dan Siaga bertujuan untuk memastikan kelangsungan operasional dan keamanan pada
fasilitas yang memerlukan pasokan listrik yang stabil. Klasifikasi sistem pasokan daya darurat
berdasarkan sumber daya, kapasitas, dan kegunaannya. Penyediaan teknis dan definisi yang jelas,
serta persyaratan konstruksi dan instalasi yang harus dipenuhi untuk sistem pasokan daya darurat
juga dijelaskan dalam standar ini. Pengetesan sistem secara regular dan kriteria pengujian tertentu
juga diperlukan untuk menjaga kinerja optimal sistem.

 Standar Nasional Indonesia SNI IEC 61439-1 Tahun 2010 tentang Rakitan perangkat
hubung bagi dan kendali voltase Rendah.
Pengertian Perangkat Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) Perangkat Hubung Bagi
(PHB) Tegangan Rendah adalah suatu kombinasi dari satu atau lebih perlengkapan hubung bagi
tegangan rendah dengan peralatan kontrol, peralatan ukur, pengaman dan kendali yang saling
berhubungan. Perangkat hubung bagi dipasang pada sisi tegangan rendah atau sisi sekunder trafo
sebuah gardu distribusi baik Gardu Beton, Gardu Kios, Gardu Portal maupun Gardu Cantol.
Fungsi PHB-TR Fungsi atau kegunaan PHB TR adalah sebagai penghubung dan pembagi atau
pendistribusian tenaga listrik dari output trafo sisi sekunder (TR) ke rel pembagi dan diteruskan
ke jaringan tegangan rendah melalui kabel jurusan (Opstyg Cable) yang diamankan oleh
pengaman lebur jurusan masing- masing. Unit Masukan (INCOMING) Unit masukan adalah
suatu unit fungsional yang dimaksudkan untuk menyalurkan tenaga listrik ke dalam PHB TR.
Sirkuit unit masukan diperlengkapi dengan saklar pemutus beban tiga kutub yang didesain untuk
tegangan nominal 500 V. Unit Keluaran (OUTGOING) Unit keluaran adalah suatu unit
fungsional yang dimaksudkan untuk menyalurkan tenaga listrik ke satu atau lebih sirkit keluaran.
Busbar adalah sebuah batang logam yang digunakan dalam panel switchgear untuk mengalirkan
arus listrik dari sumber masuk ke sumber keluar..Saklar Utama (Lord Break Switch) Saklar utama
yang terdapat pada PHB- TR berfungsi untuk membuka sirkuit tegangan dari trafo (keluaran
220/380V) ke Peralatan listrik di dalam lemari PHB dan ke konsumen.

 Standar Nasional Indonesia SNI IEC 61439-2 Tahun 2013 tentang Rakitan perangkat
hubung bagi dan kendali daya.
Standar Nasional Indonesia (SNI) IEC 61439-2 Tahun 2013 tentang Rakitan
perangkat hubungan bagi dan kendali daya menetapkan persyaratan untuk rakitan
perlengkapan hubung bagi dan kendali daya pada voltase rendah. Istilah dan definisi
terkait dengan perlengkapan hubung bagi dan kendali daya dijelaskan, termasuk
pengaturan terminologi untuk memastikan konsistensi pemahaman dalam penerapan
standar ini. Proses verifikasi desain, uji rutin, uji serah terima, dan uji petik dilakukan
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam standar ini untuk memastikan kepatuhan
terhadap persyaratan yang ditetapkan.

 Peraturan menteri Pekerjaan Umum No.26/PRTIM/2008 tentang Ketentuan Teknis


Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Gedung Dan Lingkungan mencakup
Ketentuan umum Pasal 1 Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun
terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi
pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya
terhadap bahaya kebakaran. Tujuan Terselenggaranya fungsi bangunan gedung dan lingkungan
yang aman bagi manusia, harta benda, khususnya dari bahaya kebakaran, sehingga tidak
mengakibatkan terjadinya gangguan kesejahteraan sosial. Proteksi kebakaran pasif melibatkan
pengaturan bahan bangunan dan komponen struktur bangunan untuk membagi bangunan
berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api serta melindungi bukaan. Sistem proteksi kebakaran
aktif meliputi sistem pendeteksian manual dan otomatis, sistem pemadam kebakaran air seperti
springkler, pipa tegak, slang kebakaran, serta pemadam kimia seperti APAR.

Anda mungkin juga menyukai