Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

POLIO
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Anak
Dosen Pengajar: Ns. Siti Riskika, M. Kep

Oleh :
Rifki Susandra
NIM. 22144010041

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2023
LEMBAR KONSULTASI

Nama : ..................................................................
NIM : ..................................................................

NO TANGGAL MATERI YANG DIKONSULTASIKAN PARAF DOSEN


POLIO

A. Definisi
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan
predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik
batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi
kelumpuhan serta autropi otot. Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau
lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus(PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus.
Virus ini dapatmemasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis) .

B. Etiologi
Poliovirus sangat menular, masa inkubasi biasanya 7-10 hari tetapi dapat berkisar
antara 4-35 hari. Virus masuk ke tubuh melalui mulut dan berkembang biak di usus,
kemudian menyerang sistem saraf. Hingga 90% dari mereka yang terinfeksi tidak
mengalami atau mengalami gejala ringan, sehingga penyakit ini biasanya tidak diketahui.
Pada kasus lain, gejala awal dari polio termasuk demam, kelelahan, sakit kepala, muntah,
kaku pada leher, dan nyeri pada tungkai. Gejala ini biasanya berlangsung selama 2-10
hari dan sebagian pemulihan selesai di hampir semua kasus. Namun, dalam proporsi
kasus yang tersisa, virus menyebabkan kelumpuhan, biasanya pada kaki, yang paling
sering bersifat permanen. Kelumpuhan dapat terjadi secepat dalam beberapa jam setelah
infeksi. Dari mereka yang lumpuh, 5-10% meninggal saat otot pernapasannya tidak bisa
bergerak. Virus ini disebarkan oleh orang yang terinfeksi (biasanya anak-anak) melalui
feses, yang dapat menyebar dengan cepat, terutama di daerah dengan sistem kebersihan
dan sanitasi yang buruk.
C. Manifestasi Klinis
Poliomelitis dapat dibagi menjadi empat yaitu:
1. Poliomielitis Asimtomatis
Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup
baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali. Pada suatu epidemi diperkirakan
terdapat pada 90-95% pendudukdan menyebabkan imunitas terhadap virus tersebut.
2. Poliomielitis abortif
Diduga secara klinik hanya pada daerah yang terserang epidemi terutama yang
diketahui kontak denga pasien poliomeilitis yang jelaskan oleh lesi pada batang otak,
ganglions pinal dan kolumna posterior.
3. Poliomielitis Paralitik
Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih
kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysisakut pada bayi ditemukan
paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapunbentuk-bentuk gejalanya antara lain
:
a. Bentuk spinal
Gejala kelemahan/paralysis atau paresis otot leher, abdomen,tubuh, diafragma,
thorak dan terbanyak ekstremitas.
b. Bentuk bulbar
Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atautanpa gangguan pusat
vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
c. Bentuk bulbospinal
Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal danbentuk bulbar.
d. Bentuk ensefalitik
Dapat disertai dengan gejala delirium, kesadaran menurun,tremor dan kadang-
kadang kejang
D. Patofisiologi
Virus polio menyerang neuron motorik di cornu anterior medulla spinalis dan menuju
korteks motorik. Lokasi dan jumlah sel saraf yang dihancurkan oleh virus akan
menentukan tingkat kelumpuhan pada poliomielitis paralitik. Paralisis spinal akan
menyerang ekstremitas, sementara paralisis bulbar (kranial) dapat menyerang saraf-saraf
kranial, bahkan pusat pernapasan.
E. Pathway

F. Untuk mencegah penularan


pasien perlu dirawat diruang
isolasi dengan
G. perangkap lengkap kamar
isolasi dan memerlukan
pengawasan yang teliti,
H. mengingat bahwa virus
polio juga terdapat pada feses
pasien, maka jika
I. membuang feses harus
betul- betul kedalam lubang
WC dan disiram air
J. sebanyak mungkin.
K. Masalah pasien yang perlu
diperhatikan bahaya terjadi
kelumpuhan,
L. gangguan psikososial, dan
kurang pengetahuan orang
tua mengenai penyakit.
M. 1. Bahaya
terjadi kelumpuhan
N. Penyakit poliomielitis aka
selalu menimbulkan
kelumpuhan yang sarafnya
O. terkena virus polio tersebut
(kecuali yang ringan tidak).
Misal jenis paralitik,
P. kelumpuhan mengenai
anggota gerak terutama kaki.
Kelumpuhan tersebut
Q. akibat atrofi otot sehingga
kaki terlihat kecil sebelah.
Jika polio mengenai bayi
R. dapat terjsdi kelumpuhan
otot obdemen, sehingga dapat
terjadi gangguan
S. eliminasi. Untuk
mengetahui bagian tubuh
mana yang mengalami
kelumpuhan,
T. maka pasien perlu
perawatan secara kontinu:
U. a. Pasien
perlu istirahat ditempat tidur
selama 2 minggu atau lebih,
tergantung
V. pad jenis penyakit bentuk
polio.
W. b. Pernafasan
pasien perlu diawasi secara
cermat dan sering serta
disediakan
X. catatan khusus, jika pasien
dirawat dengan dugaan
poliomeilitis bentuk bulbar,
Y. pengamatan pernafasan
dilakukan setiap ½- ¼
jam(melihat keadaan pasien
Virus Polio ISOLASI SOSIAL

Diabsorpsi mengalir

Menyebar di saraf pusat

Paralisis Keumpuhan otot pernafasan

Hospitalisasi Iskemik

Suhu tubuh meningkat ANSIETAS


POLA NAPAS TIDAK
EFEKTIF
Perubahan
Demam
kekuatan otot NEAUSEA

HIPERTERMIA
Imobilisasi NYERI AKUT

Postur tubuh
berubah Anoreksia
GANGGUAN
MOBILITAS FISIK

GANGGUAN Pemenuhan nutrien menurun


RASA NYAMAN
Gangguan keseimbangan
DEFISIT NUITRISI

Kekuatan otot menurun


Kelainan postur tubuh

RESIKO JATUH
Gangguan peran sosial

RESIKO HARGA DIRI


RENDAH
SITUASIONAL
F. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis polio biasanya dilakukan dokter berdasarkan gejalanya, seperti leher
dan punggung yang kaku hingga kesulitan menelan dan bernapas. Dalam memastikan
diagnosis, dokter dapat mengambil sampel yang akan diuji di laboratorium untuk
menentukan keberadaan virus polio. Virus polio dapat dideteksi dalam sampel spesimen
yang diambil dari tenggorokan, feses, dan terkadang cairan serebrospinal. Dari spesimen
tersebut, dokter akan mendeteksi keberadaan virus melalui beberapa metode berikut ini :
1. Kultur sel poliovirus
Virus polio akan diisolasi melalui kultur sel. Metode ini dilakukan dengan
menyediakan media pertumbuhan bagi virus. Sampel yang telah diolah akan
dimasukkan ke media tersebut. Sampel yang positif mengandung poliovirus akan
menunjukkan kerusakan sel kultur (cytopathic effect).
2. Tes PCR
Melalui pemeriksaan ini virus dapat dideteksi dengan melacak keberadaan material
genetik dari virus polio pada sampel.
3. Tes serologi
Tes serologi adalah pemeriksaan darah untuk mendeteksi antibodi tertentu dalam
darah. Melalui pemeriksaan tes serologi poliovirus, kadar antibodi yang dihasilkan
sistem imun pasien terhadap virus polio akan diukur.

G. Penatalaksanaan
Untuk mencegah penularan pasien perlu dirawat diruang isolasi dengan perangkap
lengkap kamar isolasi dan memerlukan pengawasan yang teliti, mengingat bahwa virus
polio juga terdapat pada feses pasien, maka jika membuang feses harus betul- betul
kedalam lubang WC dan disiram airsebanyak mungkin. Masalah pasien yang perlu
diperhatikan bahaya terjadi kelumpuhan, gangguan psikososial, dan kurang pengetahuan
orang tua mengenai penyakit.
1. Bahaya terjadi kelumpuhan
Penyakit poliomielitis aka selalu menimbulkan kelumpuhan yang sarafnyaterkena
virus polio tersebut (kecuali yang ringan tidak). Misal jenis paralitik,kelumpuhan
mengenai anggota gerak terutama kaki. Kelumpuhan tersebutakibat atrofi otot
sehingga kaki terlihat kecil sebelah. Jika polio mengenai bayidapat terjsdi
kelumpuhan otot obdemen, sehingga dapat terjadi gangguaneliminasi. Untuk
mengetahui bagian tubuh mana yang mengalami kelumpuhan, maka pasien perlu
perawatan secara kontinu:
a. Pasien perlu istirahat ditempat tidur selama 2 minggu atau lebih, tergantungpad
jenis penyakit bentuk polio
b. Pernafasan pasien perlu diawasi secara cermat dan sering serta disediakancatatan
khusus, jika pasien dirawat dengan dugaan poliomeilitis bentuk
bulbar,pengamatan pernafasan dilakukan setiap ½- ¼ jam(melihat keadaan pasien

2. Gangguan Psikososial
Penyakit poliomeilitis akan meninggalkan gejala sisa berupa kelumpuhan anggota
gerak terutama kaki, keadaan ini akan membuat sedih orang tua dan pasien itu sendiri
karena kehilangan kemampuan tuk beraktifitas seperti anak-anak lainnya yang tidak
cacat.Orang tua akan merasa sedih mempunyai anak yang cacat, perludijalaskan
kepada orang tua maupun anaknya bahwa aak yang cacat tubuhnyabelum tentu kalah
pandai dari pada anak yang lain,orang tua harus memberikandorongan kepada
anaknya agar bersikap wajar saja dan jika anak sudah sekolahtidak akan terganggu
kecerdasannya asal tetapmau belajar semestinya.Orang awam menganggap bahwa
anak cacat karena disuntik, hal itu harus diterangkan bahwa kecacatan bukan karena
kesalahan pengobatan tetapi memang penyakit tersebut akan demikian akibatnya,
hanya kecacatan berkurang asalkan fisiotrapi dilakukan dengan semestinya

H. Komplikasi
1. Hiperkalsuria
2. Melena
3. Pelebaran lambung akut
4. Hipertensi ringan
5. Pneumonia
6. Ulkus dekubitus dan emboli paru
7. Psikosis
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Data-data yang di identifikasikan masalah kesehatan yang dihadapi penderita, meliputi :
a. Biodata.
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa,alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan
diagnosa medis, Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang
lain. Jenis kelamin, umur danalamat dan kotor dapat mempercepat atau memperberat
keadaan penyakit infeksi
b. Keluhan utama.
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS. keluhan utama
pada penderita polio yaitu sakit kepala, kaku kuduk, gangguan kesadaran, demam
dan kejang.
c. Riwayat penyakit sekarang.
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan hebatnya
keluhan,mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang pernah dialami
sebelumnya. Biasanya padamasa prodromal berlangsung antara 1-4 hari
ditandai dengan demam,s akit kepala, pusing,muntah, nyeri tenggorokan,
malaise, nyeri ekstrimitas dan pucat. Kemudian diikuti tandaensefalitis yang
berat ringannya tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejalaterebut
berupa gelisah, irritable, screaning attack, perubahan perilaku, gangguan kesadaran
dankejang kadang-kadang disertai tanda neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis,
hemiplegia,ataksia dan paralisi saraf otak.
d. Riwayat kehamilan dan kelahiran.
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal. Dalam
riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita oleh ibu
terutamapenyakit infeksi. Riwayat natal perlu diketahui apakah bayi lahi rdalam usia
kehamilan atermatau tidak karena mempengaruhi system kekebalan terhadap
penyakit pada anak. Traumapersalinan juga mempengaruhi timbulnya
penyakit contohnya aspirasi ketuban untuk anak. Riwayat post natal diperlukan
untuk mengetahui keadaan anak setelah lahir. Contoh : BBLR, apgar score, yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
e. Riwayat penyakit yang lalu.
Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis akan meningkatkan
kemungkinanterjdinya peradangan atau infeksi pada jaringan otak
Imunisasi perlu dikajiuntuk mengetahui bagaimana kekebalan tubuh anak. Alergi
pada anak perlu diketahui untukdihindarkan karena dapat memperburuk keadaan.
f. Riwayat kesehatan keluarga.
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya dengan penyakit
yangdideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan keluarga perlu diketahui, apakah
ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular yang ada hubungannya
dengan penyakit yangdialami oleh klien
g. Riwayat social.
Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung terhdap pertumbuhan
danperkembangan anak. Perjalanan klinik dari penyakit sehingga
mengganggu status mental,perilaku dan kepribadian. Perawat dituntut
mengkaji status klien ataukeluarga agar dapatmemprioritaskan maslaah
keperawatnnya.
h. Kebutuhan dasar (aktfitas sehari-hari).
Pada penderita ensepalitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan sehari-hari antara
lain :gangguan pemenuahan kebutuhan nutrisi karena mual muntah,
hipermetabolik akibat prosesinfeksi dan peningkatan tekanan intrakranial. Pola
istirahat pada penderita sering kejang, hal inisangat mempengaruhi penderita. Pola
kebersihan diri harus dilakukan di atas tempat tidur karenapenderita lemah atau tidak
sadar dan cenderung tergantung pada orang lain perilaku bermainperlu diketahui jika
ada perubahan untuk mengetahui akibat hospitalisasi pada anak
i. Pemeriksaan fisik.
Pada klien ensephalistis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pad apemeriksaan
neurologis.Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan secara umum meliputi :
1. Keadaan umum.
Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami
perubahan ataupenurunan tingkat kesadaran. Gangguan tingkat kesadaran
dapat disebabkan oleh gangguanmetabolisme dan difusi serebral yang
berkaitan dengan kegagalan neural akibat prossesperadangan otak.

Head To Toe
a. Kepala dan Leher
1. Bentuk kepala : makrosefali atau mikrosefal
2. Tulang tengkorak : Anencefali, Encefaloke
3. Fontanel anterior menutup : 18 bula
4. Fontanel posterior : menutup 2 – 6 bulan
5. Distribusi rambut dan warna
6. Ukuran lingkar kepala 33 – 34 atau < 49 dan diukur dari bagian frontal
kebagian occipital.
7. wajah simetris
8. Mata Simetris kanan kiri
9. Kelopak mata : Tidak terdapat Oedema
10. Ada rekasi miosis
11. Pupil isokor kiri atau kanan
12. Pergerakan bola mata normal
13. Refleks kornea
b. Hidung
1. Inspeksi : kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik
sumbing, kesukaran dalam menghisap atau makan.
2. Inspeksi pada labia skisis : tampak sebagian atau keduanya, adanya celah pada
bibir.
3. Inspeksi pada palato skisis: tampak ada celah pada kedua tekak (uvula), palate
lunakdan keras, adanya rongga pada hidung, distorsia hidung,
4. Palpasi dengan menggunakan jari : teraba celah atau terbukanya langit-langit
saat diperiksa dengan jari
c. Mulut
1. Terdapat celah pada bibir, palatum atau keduanya.
2. Periksa gigi dan gusi apakah ada perdarahan atau pembengkakan
3. Gags reflex positif
4. Perhatikan ovula apakah simetris kiri dan kanan
5. Rooting reflex positif
6. Sucking Refleks lemah
d. Telinga
1. Simetris kiri dan kanan
2. Daun telinga dilipat, dan lama baru kembali keposisi semula
menunjukkantulang rawan masih lunak.
3. Canalis auditorious ditarik kebawah kemudian kebelakang,untuk
melihatapakah ada serumen atau cairan.
4. Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang menggembung,
perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan
suram, serta cairan di liang telinga.
5. Starter refleks :mata akan berkedip.
e. Leher
1. Lipatan leher 2-3 kali lipat lebih pendek dari orang dewasa
2. Tampak adanya vena jugularis.- Raba tiroid apakah ada pembesaran atau
tidak.- Tonick neck refleks : positif- Neck rigting refleks refleks
f. Dada
1. Bentuk dada apakah simetris kiri dan kanan
2. Bentuk dada barrel anterior – posterior dan tranversal hampir sama 1:1 dan
dewasa 1: 2
3. Suara vesikuler : pada seluruh bagian lateral paru, intensitas rendah 3:1
4. Perkusi pada daerah paru suara yang ditimbulkan adalah sonor
5. Apeks jantung pada mid klavikula kiri intercostals 5
6. Batas jantung pada sternal kanan ICS 2 ( bunyi katup aorta), sternal kiri ICS 2
( bunyi katup pulmonal), sternal kiri ICS 3-4 ( bunyi katuptricuspid), sternal
kiri mid klavikula ICS 5 ( bunyi katup mitral).
7. Perkusi pada daerah jantung adalah pekak.
g. Abdomen
1. Terdengar suara peristaltic usus.
2. Palpasi pada daerah hati, teraba 1 – 2 cm dibawah costa, panjangnya pada
garis media clavikula 6 – 12 cm
3. Palpasi pada daerah limpa pada kuadran kiri atas
Perkusi pada daerah hati suara yang ditimbulkan adakah pekak
Perkusi pada daerah lambung suara yang ditimbulkan adalah timpani
4. Refleks kremaster : gores pada abdomen mulai dari sisi lateral kemedial,
terlihat kontraksi.
h. Ekstremitas
1. Tidak ada kelainan pada jumlah jari
2. Kuku klubbing finger < 180
3. Grasping reflex positif
4. Palmar refleks positif
5. Refleks babinsky positi
6. Nilai kekuatan otot
f. Pemeriksaan Fisik (Review of System)
Kaji keadaan umum anak, tanda tanda vital : TD normal, nadi normal, suhu badan
normal, RR normal
a. B1 (Breath)
Terjadi kesulitan bernafas, irama nafas meningkat, dispnea. Kaji kesimetrisan
dada, apakah ada penggunaan otot bantu nafas
b. B2(Blood)
Perubahan pada tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung
c. B3 (Brain)
Biasanya anak gelisah, rewel, menangisd
d. B4 (Bladder)
Tidak ada masalah pada system perkemihane
e. B5 (Bowel)
Anak terjadi kesulitan dalam menyusu, biasanya anak tidak menyusu. Sering
terjadi refluk dan berat badan menurun.
f. B6 (Bone)
Tidak ada masalah pada system musculoskeletal.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan Mobilitas Fisik (D. 0054)

Definisi :

Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri

Penyebab

1. Kerusakan integritas struktur tulang

2. Perubahan metabolisme

3. Ketidakbugaran fisik

4. Penurunan kendali otot

5. Penurunan massa otot

6. Penurunan kekuatan otot

7. Keterlambatan perkembangan

8. Kekakuan sendi

9. Kontraktur

10. Malnutrisi

11. Gangguan muskuloskeletal

12. Gangguan neuromuskular

13. Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia

14. Efek agen farmakologis

15. Program pembatasan gerak

16. Nyeri
17. Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik

18. Kecemasan

19. Gangguan kognitif

20. Keengganan melakukan pergerakan

21. Gangguan sensoripersepsi

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas

Objektif

1. Kekuatan otot menurun

2. Rentang gerak (ROM) menurun

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. Nyeri saat bergerak

2. Enggan melakukan pergerakan

3. Merasa cemas saat bergerak

Objektif

1. Sendi kaku

2. Gerakan tidak terkoordinasi


3. Gerakan terbatas

4. Fisik lemah

Kondisi Klinis Terkait

1. Stroke

2. Cedera medula spinalis

3. Trauma

4. Fraktur

5. Osteoarthirtis

6. Ostemalasia

7. Keganasan

2. Neausea (D. 0076)

Definisi
Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorokan atau lambung yang dapat
mengakibatkan muntah.

Penyebab

1. Gangguan biokimiawi (mis. uremia, ketoasidosis diabetik)


2. Gangguan pada esofagus
3. distensi lambung
4. Iritasi lambung
5. Gangguan pamkreas
6. Peregangan kapsul limpa
7. Tumor terlolisasi (mis. neuroma akustik, tumor otak primer atau sekunder,
metastasis tulang di dasr tengkorak)
8. peningkatan tekanan intraabdominal (mis. keganasan intraabdomen)
9. Peningkatan tekanan intrakranial
10. Peningkatan tekanan intraorbital (mis. glaukoma)
11. Mabuk perjalanan
12. Kehamilan
13. Aroma tidak sedap
14. Rasa makanan/minuman yang tidak enak
15. Stimulus penglihatan tidak menyenangkan
16. Faktor psikologis (mis. kecemasan, ketakutan, stres)
17. Efek agen farmakologis
18. Efek toksin

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Mengeluh mual
2. Merasa ingin muntah
3. Tidak berminat makan

Objektif

(tidak tersedia)

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. Merasa asam di mulut


2. Sensasi panas/dingin
3. Sering menelan

Objektif
1. Salva meningkat
2. Pucat
3. Diaforesis
4. Takikardia
5. Pupil dilatasi

Kondisi Klinis Terkait

1. Meningitis
2. Labrinitis
3. Uremia
4. Ketoasidosis diabetik
5. Ulkus petikum
6. Penyakit esofagus
7. Tumor intaabdomen
8. Penyakit meniere
9. Neuroma akustik
10. Tumor otak
11. Kanker
12. Glaukoma

3 Defisit Nutrisi (D. 0019)

Definisi
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Penyebab

1. Ketidakmampuan menelan makanan


2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk makan)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif : (tidak tersedia)

Objektif :

1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal .

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif :

1. Cepat kenyang setelah makan


2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun .

Objektif :

1. Bising usus hiperaktif


2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare

Kondisi Klinis terkait :

1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Celebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuskular
9. Luka bakar
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS
13. Penyakit Crohn’s
14. Enterokolitis
15. Fibrosis kistik
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA SLKI SIKI RASIONAL


KEPERAWATAN
1 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Observasi
Mobilitas Fisik tindakan keperawatan Mobilisasi 1. Untuk
(D.0054) selama 3x24 jam (I.05173) mengetahui
masalah gangguan Observasi apakah ada nyeri
mobilitas fisik 1. Identifikasi adanya yang dirasakan
diharapkan dapat diatasi nyeri atau keluhan klien
dengan kriteria hasil fisik lainnya 2. Untuk menjaga
2. Monitor kondisi
Mobilitas Fisik kondisi pasien
umum selama
(L.05042) selama mobilisasi
melakukan
1. Pergerakan Terapeutik
mobilisasi
ekremitas 1. Alat bantu dapat
Terapeutik
meningkat (5) 1. Fasilitasi akivitas
mempermudah
2. Kekuatan otot fisik menggunakan klien melakukan
meningkat (5) alat bantu aktivitas fisik
3. Nyeri menurun (5) Edukasi Edukasi
4. Kaku sendi menurun 1. Jelakan tujuan dan 1. Agar klien dan
(5) prosedur keluarga
5. Kelemahan fisik mobilisasi mengerti
2. Ajarkan mobilisasi
menurun (5) dilakukannya
sederhana yang
mobilisasi
harus dilakukan
2. Agar tidak
menyulitkan
klien
NO DIAGNOSA SLKI SIKI RASIONAL
KEPERAWATAN

2 Neausea Setelah dilakukan Manajemen Muntah Observasi


(D.0076) tindakan keperawatan (I.03118) 1. Untuk mengetahui

selama 3x24 jam Observasi karakteristik


1. Identifikasi muntah seperti
masalah neusea dapat
karakteristik warna bau dll
diatasi dengan kriteria
muntah 2. Agar kadar cairan
hasil
2. Monitor dalam tubuh
Tingkat Neausea
keseimbangan terjaga
(L.12111) cairan dan Terapeutik
1. Keluhan mual elektrolit 1. Penyebab muntah
menurun (5) Terapeutik klien yaitu karna
2. Perasaan ingin 3. Kontrol faktor faktor radang otak
muntah menurun (5) lingkungan atau infeksi
3. Perasaan asam di penyebab muntah 2. Memberikan

mulut menurun (5) 4.Berikan kenyaman seperti


kenyamanan kompres dingin
4. Frekuensi menelan
selama muntah agar tubuh nyaman
menurun (5)
Edukasi Edukasi
5. Pucat membaik (5)
5. Anjurkan 1. Supaya keluhan
memperbanyak mual muntah klien
istirahat berkurang
6. Ajarkan 2. Relaksasi cocok
penggunaan teknik untuk mengelola
nonfarmakologis muntah
untuk mengelola Kolaborasi
muntah 1. Untuk meredakan
Kolaborasi gejala mual
7. Kolaborasi
pemberian
antiemetik, jika
perlu
NO DIAGNOSA SLKI SIKI RASIONAL
KEPERAWATAN
3 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Observasi
(D.0019) tindakan Nutrisi (I.03119) 1. Untuk
keperawatan selama Observasi mengetahui
3x24 jam masalah 1. Monitor asupan makan
defisit niytrisi dapat asupan klien
diatasi dengan makanan Terapeutik
kriteria hasil : Terapeutik 1. Untuk
Status Nutrisi 1. Berikan memperbaiki
(L.03030) makanan gizi yang
1. Porsi makanan tinggi kalori belum
yang dihabiskan dan protein tercukupi
meningkat (5) 2. Berikan 2. Untuk
2. Kekuatan otot suplemen meningkatkan
mengunyah makan jika nafsu makan
meningkat (5) perlu Edukasi
3. Kekuatan otot Edukasi 1. Posisi duduk
menelan 1. Anjurkan untuk
meningkat (5) posisi duduk mempermudah
4. Berat badan jika mampu pasien menelan
membaik (5) Kolaborasi Kolaborasi
5. Membran 1. Kolaborasi 1. Untuk
mukosa membaik dengan ahli memperbaiki
(5) gizi gizi klien
DAFTAR PUSTAKA

Herliandiyaningsih, (2020). Ilmu Kesehatan Anak, 2020. Wawasan Ilmu : Jawa Timur
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/poliomyelitis-penyakit-virus-polio
https://www.studocu.com/id/document/universitas-sam-ratulangi/biologi/penyakit-
poliomyelitis-polio/46238722
https://scholar.google.co.id/scholar?
q=jurnal+keperawatan+polio&hl=id&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart
Irwan, (2019). Epidemiologi Penyakit Menular, 2019. Absolute Media : Yogyakarta
Putri Diah, (2023). Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita, San Anak Pra
Sekolah, 2023. PT IPI : Sumatra Utara
Siti Mdlikah, (2021). Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Pada Anak, 2021.
TIM POKJA SDKI DPP PPNI (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
definisi indicator dan diagnosis. DPD PPNI. Jakarta Selatan
TIM POKJA SIKI DPP PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia :Definisi dan Tindakan Keperawatan . DPD PPNI . Jakarta Selatan
TIM POKJA DLKI DPP PPNI (2019), Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. DPP PPNI . Jakarta
Frida, (2020). Lebih Tahu Tentang Polio Pada Anak, 2020. Alprin : Semarang

Anda mungkin juga menyukai