I. PENDAHULUAN
Tabel 1. Jumlah Industri Makanan dan Minuman di Jawa Barat Tahun 2003
Sampai 2007
Tahun Jumlah Persentase Pertumbuhan
2003 781 -
2004 790 1.1
2005 832 5.3
2006 1320 58.6
2007 1229 - 6.8
Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat
Dari Tabel 1 diatas dapat dijelaskan jumlah industri makanan dan minuman
di Jawa Barat dari tahun 2003 sampai 2006 mengalami peningkatan, akan tetapi
pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 6.8 persen. Di Indonesia banyak
sekali ragam industri makanan dan minuman. Salah satunya adalah industri jasa
boga atau biasa dikenal catering. Jasa boga mencakup penjualan makanan jadi
yang terselenggara melalui pesanan-pesanan untuk berbagai kebutuhan pelanggan,
misalnya penyediaan konsumsi pada suatu perusahaan, perayaan, pesta, seminar,
rapat, dan lainnya.
Perkembangan jasa boga yang semakin meningkat menyebabkan persaingan
yang semakin ketat. Hal ini menyebabkan pengelola jasa boga dituntut untuk tidak
hanya mampu dalam mengelola bidang kuliner saja. Pengelola juga harus
memahami dan mengerti konsep kesehatan dan gizi pangan terkait dengan
penyusunan komposisi gizi yang seimbang berdasarkan tingkat kebutuhan
konsumen.
2
Dari penjelasan latar belakang, bisa diperoleh rumusan masalah, antara lain:
1. Apa saja aspek-aspek yang terkait dengan tata letak pada CV Massitoh
Catering Services ?
2. Bagaimana kondisi aktual tata letak pada CV Massitoh Catering Services?
3. Berapakah optimalisasi yang diperoleh jika dilakukan perancangan ulang
tata letak pada CV Massitoh Catering Services?
Mengacu pada latar belakang yang sudah dijelaskan, maka tujuan penelitian
ini adalah:
1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terkait dengan tata letak stasiun kerja
dan fasilitas yang ada di CV Massitoh Catering Services.
2. Menganalisis tata letak berdasarkan hasil kajian.
3. Merancang ulang tata letak berdasarkan hasil kajian sebagai suatu
rekomendasi.
Menurut Apple (1990), ”Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata
cara pengaturan fasilitas–fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses
produksi. Pengaturan tersebut akan memanfaatkan luas area (space) untuk
penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan-
gerakan material, penyimpanan material (storage) baik yang bersifat temporer
maupun permanen, personil pekerja dan sebagainya”. Sedangkan menurut Heizer
dan Render (2006), tata letak merupakan suatu keputusan penting yang
menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang
Dalam tata letak pabrik ada 2 (dua) hal yang diatur letaknya yaitu
pengaturan mesin (machine layout) dan pengaturan departemen yang ada dari
pabrik (department layout). Bilamana kita menggunakan istilah tata letak pabrik,
seringkali hal ini diartikan sebagai pengaturan peralatan/fasilitas produksi yang
sudah ada (the existing arrangement) ataupun bisa juga diartikan sebagai
perencanaan tata letak pabrik yang baru sama sekali (the new layout plan).
5) Pendayaguna yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga kerja dan/atau
fasilitas produksi lainnya.
Faktor–faktor pemanfaatan mesin, tenaga kerja dan lain–lain adalah erat
kaitannya dengan biaya produksi. Suatu tata letak yang terencana baik akan
banyak membantu pendayagunaan elemen–elemen produksi secara lebih
efektif dan lebih efisien.
12) Mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi kualitas dari
bahan baku atau pun produk jadi.
Tata letak yang direncanakan secara baik akan dapat mengurangi
kerusakan–kerusakan yang bisa terjadi pada bahan baku ataupun produk jadi.
Getaran–getaran, debu, panas dan lain–lain dapat secara mudah merusak
kualitas material ataupun produk yang dihasilkan.
dari produk tersebut. Adapun tipe–tipe garis aliran produk (product flow line)
yang mungkin diaplikasikan yaitu :
1) Straight line.
1 2 3 4 5 6
Pola aliran berdasarkan garis lurus atau straight line umum dipakai
bilamana proses produksi berlangsung singkat, relatif sederhana dan umum terdiri
dari beberapa komponen–komponen atau beberapa macam production equipment.
Pola aliran bahan berdasarkan garis lurus ini akan memberikan :
1 4 5
2 3 6
3) U-Shaped.
1 2 3
6 5 4
Gambar 3. U-Shaped
Pola aliran menurut U-Shaped ini akan dipakai bilamana dikehendaki bahwa
akhir dari proses produksi akan berada pada lokasi yang sama dengan awal proses
produksinya. Hal ini akan mempermudah pemanfaatan fasilitas transportasi dan
juga sangat mempermudah pengawasan untuk keluar masuknya material dari dan
menuju pabrik. Aplikasi garis bahan relatif panjang, maka U-Shaped ini akan
tidak efisien dan untuk ini lebih baik digunakan pola aliran bahan tipe zig zag.
4) Circular. 3
2 4
1 5
Gambar 4. Circular
5) Odd angle.
6
6 6
6 6
Gambar 5. Odd-Angle
Odd-angle ini akan memberikan lintasan yang pendek dan terutama akan
merasa kemanfaatannya untuk area yang kecil.
Tata letak berdasarkan aliran proses (process layout) sering kali disebut pula
dengan functional layout. Functional layout adalah metode pengaturan dan
penempatan dari mesin dan segala fasilitas produksi dengan tipe/macam yang
sama dalam sebuah departemen. Disini semua mesin atau fasilitas produksi yang
memiliki ciri–ciri operasi atau fungsi kerja yang sama diletakkan dalam sebuah
departemen. Tata letak berdasarkan aliran proses umumnya diaplikasikan untuk
industri yang bekerja dengan jumlah/volume produksi yang relatif kecil dan
terutama sekali untuk jenis produk–produk yang tidak distandartkan. Menurut
Apple (1990), tata letak tipe aliran proses ini akan jauh lebih fleksibel bilamana
dibandingkan dengan tata letak tipe aliran produk. Industri yang beroperasi
15
berdasarkan order pesanan (job order) akan lebih tepat kalau menerapkan layout
tipe aliran proses guna mengatur fasilitas–fasilitas produksinya.
Untuk tata letak berdasarkan posisi tetap, material dan komponen dari
produk utamanya akan tinggal tetap pada posisi/lokasinya sedangkan fasilitas
produksi seperti tools, mesin, manusia serta komponen–komponen kecil lainnya
akan bergerak menuju lokasi material atau komponen produk utama tersebut.
Pada proses perakitan maka layout tipe posisi tetap akan sering dijumpai karena
disini peralatan kerja (tools) akan mudah dipindahkan.
Penentuan luas ini diperlukan untuk mengetahui apakah luas area yang ada
sesuai dengan kebutuhan area tersebut. Menurut Apple (1990) ruang yang
dibutuhkan oleh fasilitas berkaitan dengan peralata, bahan, pegawai, dan kegiatan.
Penentuan kebutuhan luas area ini, diperlukan penambahan kelonggaran 40%
sampai 60% untuk gang (aisle) dan operator. Selain itu untuk tiap mesin atau
fasilitas pendukung digunakan teloransi 0,50 - 1 meter pada setiap sisi mesin.
output produksi yang lebih besar dengan biaya produksi yang sama/lebih sedikit.
Waktu produksi yang terlalu lama dikarenakan banyaknya delay (waktu tunggu),
banyaknya keluhan– keluhan dari pekerja dikarenakan kondisi area kerja yang
kurang memenuhi syarat sehingga produktivitas pekerja menurun. Beberapa
kondisi tersebut bisa digunakan sebagai alasan mengapa kita harus memperbaiki
desain layout pabrik. Untuk lebih spesifik, berikut ini adalah beberapa alasan
mengapa harus memperbaiki desain layout pabrik :
1) Menaikkan output produksi.
2) Mengurangi waktu tunggu.
3) Mengurangi proses material handling.
4) Penghematan penggunaan areal untuk produksi, gudang, dan service.
5) Pemanfaatan fasilitas produksi dan tenaga kerja dengan lebih optimal.
6) Mengurangi biaya simpan produk setengah jadi (inventory in-process).
7) Mempersingkat proses manufacturing.
8) Mengurangi resiko kesehatan dan keselamatan kerja operator.
9) Mempermudah aktivitas supervisi (pengawasan kerja).
10) Mengurangi kemacetan dan kesimpangsiuran aliran material.
11) Mengurangi faktor yang bisa mempengaruhi kualitas bahan baku dan
produk jadi.
Berdasarkan uraian diatas bisa disimpulkan bahwa alasan utama mengapa
desain layout harus diperbaiki adalah karena desain layout tersebut sudah tidak
efisien lagi dilihat dari target produksi perusahaan dan karena banyaknya
gangguan pada proses produksi sehingga menghambat kelancaran serta
kesuksesan proses produksi.
CV Massitoh Catering
Services
Perbandingan indikator
optimasi tata letak terhadap
kegiatan penanganan bahan
Lebih
baik ?
Tidak
Usulan dan
Ya rekomendasi
perbaikan
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mengenai organisasi dan
proses produksi. Selain itu juga melakukan pengamatan langsung kegiatan
produksi, kegiatan penanganan bahan serta melakukan pengukuran yang terkait
dengan tata letak seperti luas lantai dan jarak antar fasilitas produksi. Sedangkan
data sekunder berupa laporan produksi dan studi pustaka.
I = Penting (Important)
O = Cukup/biasa (Ordinary)
memiliki luasan tertentu, belum memiliki panjang dan lebar yang tetap. Akan
tetapi, ada rasio maksimum antara panjang dan lebar departemen (MAR,
Maximum Aspect Ratio), atau minimum panjang dan lebar untuk tiap departemen.
Untuk sebagian pasangan departemen, ada hubungan kedekatan yang biasanya
ditunjukkan dengan aliran material. Jika besaran aliran material dikalikan biaya
perpindahannya besar, maka kedua departemen tersebut harus diletakkan
berdekatan.
24
7. Manajer Pembelian
Mempunyai tanggung jawab kepada Direktur untuk mengatur, mengawasi,
dan mencatat seluruh pembelian bahan-bahan baku produksi.
8. Manajer HRD & General Affair
28
4.1.3 Ketenagakerjaan
CV. Massitoh Catering Services memiliki karyawan berjumlah 65 orang
dan merupakan tenaga kerja tetap. Tenaga kerja yang direkrut umumnya adalah
warga sekitar perusahaan. Sistem hari kerja yang diterapkan pada CV. Massitoh
Catering Services dari hari senin sampai minggu. Waktu kerja pada bagian staf
dimulai pukul 08.00 – 16.00 WIB dengan waktu istirahat 1 jam yaitu pada pukul
12.00 – 13.00 WIB. Pada hari sabtu dan minggu terkadang libur atau masuk kerja
disesuaikan dengan kebutuhan kantor. Untuk bagian produksi waktu kerja dibagi
dalam 3 shift karena proses produksi berlangsung 21 jam. Pembagian waktu kerja
adalah sebagai berikut:
Akan tetapi dalam penelitian ini diasumsikan seluruh bahan baku disimpan
terlebih dahulu pada gudang masiing-masing sesuai jenisnya
Urutan proses produksi menu Ayam Bakar Kecap adalah sebagai berikut:
15. Cabai dan tomat setelah dicuci kemudian digoreng dalam kuali yang
besar.
16. Setelah digoreng kemudian cabai dan tomat dimasukkan kedalam mesin
giling untuk dijadikan sambal.
17. Ayam yang sudah selesai diungkep kemudian dibakar.
Bangunan pertama memiliki luas sekitar 425 m2, bangunan ini sebenarnya
adalah 2 rumah yang dijadikan satu sehingga layout bangunan tersebut masih
mengikuti layout bangunan awal namun sudah ada perubahan. Dari gambar
tersebut bisa dijelaskan letak gudang kering, gudang buah dan gudang beku saling
berdekatan, hal tersebut dikarenakan untuk mempermudah pengawasan.
32
Berdasarkan Gambar 9 dan Gambar 10, maka pada CV. Massitoh Catering
Services terbagi beberapa stasiun kerja antara lain
1. Ruang penerimaan
2. Gudang bahan pokok
3. Gudang sayur
4. Gudang beku
5. Gudang buah
6. Gudang peralatan makan
7. Gadang peralatan masak
8. Tempat pencucian bahan makanan
9. Tempat pencucian peralatan makan
10. Tempat pencucian peralatan masak
11. Area memasak
12. Ruang penyiapan masakan matang
13. Ruang pengemasan
33
Dari
A 185 385 150 155
B 160 25
C 385
D 150
E 155
F 362
G 30
H 850
I 362
J 30
K 875
L 875
M
Tabel 4. menunjukkan jumlah perpindahan bahan dan barang antar stasiun
kerja setiap harinya. Misalnya, jumlah bahan yang dipindahkan dari stasiun kerja
H (T. Pencucian Bahan) menuju stasiun kerja K (Area Memasak) setiap harinya
sebanyak 875 Kg. Jumlah tersebut diperoleh dari total bahan yang diterima dari
Tempat Pencucian Bahan berupa beras sebanyak 160 Kg, sayur-sayuran sebanyak
385 Kg, ayam sebanyak 150 Kg dan buah semangka sebanyak 155 Kg.
Selanjutnya menentukan titik pusat antar stasiun kerja untuk menentukan
jarak perpindahan antar stasiun kerja atau stasiun kerja. Pengukuran jarak
dilakukan dengan menggunakan pegukuran rectilinier dan pada pengukuran jarak
masing-masing tidak memperhatikan adanya aisle (lintasan), sehingga
pengukuran dilakukan secara langsung dari masing-masing titik tengah stasiun
kerja. Berdasarkan Gambar 9 dan Gambar 10, maka jarak suatu stasiun kerja satu
dengan stasiun kerja yang lain dapat ditentukan, masing-masing stasiun kerja
dicari titik pusatnya yaitu (0.0) dari x dan y. Berdasarkan perhitungan tersebut
maka diperoleh titik pusat masing-masing stasiun kerja sebagai berikut:
Departemen A (Xa,Ya) = (5.15, 6.95)
dari ukuran masing masing jenis mesin atau perlatan yang digunakan dikalikan
dengan jumlah mesin peralatann tersebut ditambah dengan kelonggaran untuk
operator dan gang (aisle). Pada penentuan kebutuhan luas ini diasumsikan jumlah
porsi yang diproduksi sebanyak 1445 porsi dan tidak perencanaan untuk
penambahan kapasitas produksi. Untuk tiap mesin atau fasilitas pendukung
digunakan teloransi 0,5 - 1 meter pada setiap sisi mesin, dan untuk kelonggaran
operator (allowance = 50%) berdasarkan referensi dari buku (James M apple,
1990). Berikut ini akan di berikan perhitungan untuk menentukan luas area yang
dibutuhkan sebagai berikut:
1) Ruang penerimaan
Pembelian bahan baku pada CV. Massitoh Catering Services dilakukan
dalam periode waktu tertentu seperti per satu hari, per dua hari atau per satu
minggu tergantung jenis bahan bakunya dan jumlah persediaan di gudang. Untuk
menentukan luas ruang peneriamaan, peneliti mengasumsikan pembelian bahan
baku dilakukan setiap hari untuk menu ayam bakar kecap. Bahan baku yang dibeli
antara lain beras, ayam, sayur (wortel, kentang, buncis, kol, tomat, bawang merah,
bawang putih, bawang bombay, dau bawang, seledri, tempe dan cabai), kerupuk
dan buah (semangka).
Tinggi karung = 70 cm
Panjang karung = 40 cm
Lebar karung = 20 cm
yang dapat menampung ayam sebanyak 50 kg. karena kebutuhan untuk menu
ini sebanyak 150 kg maka membutuhkan tiga bok plastik sehingga luas yang
dibutuhkan adalah: 3(70 x 50 cm) = 10500 cm2
Untuk dimensi sayur, diasumsikan seluruh sayur dimasukkan ke dalam bok
plastik dimana sayur sebanyak 385 kg dimasukkan ke 10 bok . ukuran bok
tersebut sama seperti yang digunakan pada ayam. Sehingga luas yang
dibutuhkan adalah: 10(70 x 50 cm) = 35000 cm2.
Untuk kerupuk dimensinya adalah tinggi = 35 cm lebar = 15 cm dan panjang
= 20 cm untuk ukuran 25 kg per kemasan. Sehingga luas yang dibutuhkan
adalah: 20 x 15 cm = 300 cm2.
Untuk dimensi buah diasumsikan seluruh buah dimasukkan kedalam peti
berukuran panjang = 80 cm lebar = 75 cm dan tinggi 65 cm yang bisa
memuat sebanyak 35 kg buah semangka. Kebutuhan sehari buah adalah
sebanyak 155 kg sehingga buah semangka dimasukkan ke 5 peti. Luas yang
dibutuhkan adalah: 5(80 x 75 cm)= 28000 cm2.
Luas lemari: 2 lemari dengan ukuran yang sama panjang = 220 cm,
lebar = 50 cm dan tinggi = 100 cm, sehingga kebutuhan luasnya adalah:
2(220 x 50) cm = 22000 cm2. Sedangkan 3 lemari (misalkan lemari P Q
R) sisanya mempunyai ukuran yang berbeda, untuk lemari P ukurannya
adalah p = 240 cm, l = 45 cm dan t = 200 cm, sehingga luasnya = 240 x
45 cm = 10800 cm2. Lemari Q mempunyai ukuran p = 100 cm, l = 60
cm dan t = 200 cm, sehingga luasnya = 100 x 60 cm = 6000 cm2.
Ukuran lemari R adalah p = 90 cm, l = 60 cm dan t = 150 cm, sehingga
luasnya = 90 x 60 = 5400 cm2. Kebutuhan luas lemari keseluruhan
adalah = 22000 + 10800 + 6000 + 5400 = 44200 cm 2.
Luas area – area penyimpanan: luas area penyimpanan tepung = 50 x 50
cm = 2500 cm2. Luas area penyimpanan minyak goreng = 70 x 70 cm =
4900 cm2. Luas area penyimpanan telur = 55 x 35 cm = 1925 cm2. Uas
area penyimpanan beras = 200 x 100 cm = 20000 cm3. Sehingga luas
keseluruhan adalah = 2500 + 4900 + 1925 + 20000 = 29325 cm2.
3) Gudang sayur
Pada gudang sayur tidak dilakukan penyimpanan bahan karena untuk
mencegah kerusakan. Gudang ini hanya untuk menyimpan bahan yang dibeli
pada hari itu juga. Di gudang terdapat sebuah lemari dan sebuah meja untuk
menyimpan bahan. Ukuran lemari tersebut adalah p = 140 cm, l = 70 cm dan t
= 170 cm, sehingga luasnya = 140 x 70 cm = 9800 cm2. Ukuran meja adalah
p= 210cm, l = 95cm dan t = 75 cm, sehingga luasnya adalah = 210 x 95 cm =
19950 cm2. Selain itu pada gudang ini disediakan area untuk mengupas sayur
dengan ukuran 200 x 200 cm, sehingga luasnya adalah = 200 x 200 cm =
40000 cm2. Kebutuhan luas total adalah = 9800 + 19950 + 40000 = 69750 cm2.
44
Kebutuhan luas untuk gudang sayur setelah ditambah kelonggaran 50% adalah
= 69750 x 150% = 104625 cm2 = 10,462 m2.
4) Gudang beku
Pada gudang beku disediakan lemari pendingin untuk menyimpan bahan
baku daging sapid an ayam. Lemari pendingin yang disediakan ada 5 buah (
misal A, B, C, D dan E) dengan ukuran yang berbeda – beda. Ukuran dan luas
masing –masing adalah:
5) Gudang buah
Pada gudang buah, buah yang disimpan hanyalah jenis buah yang tahan
lama seperti semangka dan melon. Di gudang ini disediakan dua lemari yang
dapat menampung buah semangka sebanyak 170 kg untuk masing – masing
lemari. Selain itu juga disediakan area untuk menyimpan peti buah yang
nantinya digunakan untuk menyimpan sementara buah – buahan seperti jeruk
dan apel. Ukuran dan luas lemari serta area penyimpanan peti antara lain:
Total kebutuhan luas = 26000 + 15000 cm2 = 41000 cm2. Sehingga jika
ditambahkan kelonggaran 50% adalah = 41000 x 150% = 61500 cm2 = 6,15 m2
45
M 125cm
50 cm
310 cm
Gambar 12. Toleransi pada Meja Pencucian Bahan Baku
Sehingga luas yang dibutuhkan adalah = 2(310 x 125 cm) = 77500 cm2.
Kebutuhan luas setelah ditambahkan kelonggaran 50% adalah = 77500 x 150%
= 116250 cm2 = 11,625 m2.
46
Luas bak sampah: p = 150 cm, l = 100 cm. L = 150 x 100 = 15000
cm2.
Luas 50 susun tumpukan rantang: diameter = 25 cm. L = 50(πr2) =
50(3,14 x 12,52) cm =50 x 490,625 cm2 = 24531,25 cm2.
Luas 10 bok plastik: p = 70 cm, l = 50 cm. L = 10(70 x 50) = 35000
cm2.
Luas area pencucian = 40000 cm2.
K
50cm 50cm
50cm
170 cm
M
50 cm
350 cm
Total kebutuhan luas area untuk fasilitas produksi pada CV. Massitoh
Catering Services bisa dilihat pada Tabel 7. Total kebutuhan luas area adalah 165,
712 m2, kebutuhan luas area terkecil adalah pada area penyimpanan masakan
matang yaitu seluas 3,15 m2. Sedangkan kebutuhan luas yang terbesar aadalah
ruang pengemasan yaitu seluas 39,38 m2.
49
Permasalahan tata letak fasilitas dengan luas tak sama (UA-FLP) biasanya
digunakan untuk memodelkan sebuah permasalahan tata letak di sebuah fasilitas
manufaktur, permodelan ini menggunakan algritma Differential Evolution (DE).
Algoritma ini bertujuan untuk membantu para pengambil keputusan dalam
merancang tata letak fasilitas yang efisien dalam hal perpindahan material. Selain
itu, algoritma ini dapat digunakan oleh para peneliti maupun mahasiswa sebagai
salah satu perbandingan metode penyelesaian UA-FLP. Secara ringkas, berikut
adalah karakteristik dari permasalahan UA-FLP:
algoritma hanya menyediakan dua pilihan yang bisa dipilih dengan meng-klik
Radio Button-nya.
Keterangan:
1. Ruang penerimaan
2. Gudang bahan pokok
3. Gudang sayur
4. Gudang beku
5. Gudang buah
6. Gudang peralatan makan
7. Gadang peralatan masak
8. Tempat pencucian bahan makanan
9. Tempat pencucian peralatan makan
10. Tempat pencucian peralatan masak
54
2. Karena stasiun kerja akan disatukan pada satu bangunan, maka ada fasilitas
lain yang akan dipindahkan atau terjadi pertukaran. Hal tersebut
dikarenakan luas bangunan 1 yang terbatas.
3. Untuk tempat pencucian peralatan makan sebaiknya ditempatkan pada
bangunan yang terpisah. Hal ini dikarenakan pada tempat pencucian
peralatan makan banyak terdapat sampah sisa makanan yang bisa
menimbulkan kontaminasi terhadap bahan makanan.
4. Menyediakan alat penanganan bahan yang sesuai, misalnya seperti troli
yang bisa digunakan untuk membawa material yang berat namun bisa
digunakan di luar ruangan maupun di dalam ruangan.
57
1. Kesimpulan
kerja yang baru. Total jarak material flow yang baru adalah sejauh 77,028
meter.
3. Jika dibandingkan antara tata letak yang sudah ada dengan tata letak yang
baru, maka pengurangan jarak alur proses produksi sejauh 425,695 meter.
Hal tersebut dikarenakan semua stasiun kerja didekatkan sesuai dengan
alur proses produksi. Jarak yang semakin pendek tentu berbanding lurus
dengan biaya penanganan bahan yang semakin kecil. Selain itu juga waktu
proses produksi juga semakin singkat.
2. Saran
1. Perlu adanya penelitian yang lebih mendalam untuk mempelajari tata letak
pada industri makanan terutama pada metode penanganan bahan, hal
tersebut dikarenakan material yang digunakan memerlukan penanganan
yang berbeda pada industri yang lainnya.
2. Sebaiknya perancangan tata letak diterapkan pada bangunan yang baru, hal
tersebut dikarenakan bangunan yang sekarang berada pada lingkungan
perumahan warga.
3. Diperlukan sistem yang baik untuk mengelola semua data penerimaan,
penyimpanan maupun penggunaan bahan baku, hal tersebut sangat penting
untuk mencapai optimalisasi produksi.
ANALISIS PERANCANGAN ULANG TATA LETAK
FASILITAS PRODUKSI PABRIK LAMA PADA
CV. MASSITOH CATERING SERVICES
Oleh
DAFTAR PUSTAKA
Apple, J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Barang. Edisi Tiga.
Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung.
Assauri, S. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Keempat, Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
BPS, http://jabar.bps.go.id/templates/BRS/2011/AGUST/BRS%20IBS%20Triw-
II,%201%20Agt%202011.pdf [1 Oktober 2011]
Eko, S. R., 2010. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi di CV. Dimas
Rotan Gatak Sukoharjo. Skripsi: Program Studi Teknik Industri Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.
Heizer, J. dan B. Render. 2006. Manajemen Operasi, Edisi Ketujuh. Salemba
Empat, Jakarta.
Komarudin, http: // staff . blog . ui . ac . id / komarudin 74 / category /
manufacturing –system / facility - layout / [20 Agustus 2011].
Susetyo, J. Simanjuntak, R.S. and Ramos, J.M. 2010. Perancangan Ulang Tata
Letak Fasilitas Produksi Dengan Pendekatan Group Technology dan
Algoritma blocplan Untuk Meminimasi Ongkos Material Handling, Jurnal
Teknologi, 3 : pp.75-83.
Tauvik, U. 2005. Mempelajari Tata Letak dan Sarana Dalam Mengoptimalkan
Kegiatan Penanganan Bahan (Studi Kasus: Factory–3, PT. Yamaha
Indonesia). Skripsi : Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian
Bogor.
ANALISIS PERANCANGAN ULANG TATA LETAK
FASILITAS PRODUKSI PABRIK LAMA PADA
CV. MASSITOH CATERING SERVICES
Oleh
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RANGGA OKI NUGROHO
H24097098
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
RINGKASAN
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis banyak dibantu oleh beberapa pihak baik
secara moril maupun materil dan tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Ir. Abdul Basith, MS dan Bapak Nur Hadi Wijaya, STP , MM
selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan dan
bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Alim Setiawan S, S.TP, MSi sebagai dosen penguji yang telah
banyak memberikan pengarahan, saran, dan motivasi untuk terus
berprestasi.
3. Kedua orang tua dan adikku atas kasih sayang dan ketulusan atas segala
dukungan moril, materil, waktu, tenaga, dan doa yang tak terbatas.
4. Ibu Hj. Massitoh sebagai pimpinan perusahaan yang memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian di CV. Massitoh Catering
Services.
5. Seluruh karyawan CV. Massitoh Catering Services yang tidak dapat
disebutkan satu per satu yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen FEM
IPB atas segala bantuan yang diberikan selama penulis jadi mahasiswa.
7. Rekan-rekan satu bimbingan: Najib, Satya dan Lestari yang telah bersama-
sama saling memberikan motivasi selama proses bimbingan dan
penyusunan skripsi ini.
8. Kepada Dini Septianingsih dan Ari Wijayanti yang telah memberikan
dorongan semangat. Kepada Eka Astriani, Firsty Dilliana Romadhanti dan
Yulia Citrawati, yang telah memberikan banyak masukan, semangat, dan
doa. Teman-teman terbaik Program alih Jenis Manajemen, FEM IPB
Angkatan 7 yang selalu bersama-sama membuat kenangan dan
memberikan dukungannya.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya,
khususnya yang terkait dengan perancangan tata letak.
iii
DAFTAR ISI
RINGKASAN
RINGKASAN ............................................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ viii
I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 4
1.4 Ruang lingkup penelitian ..................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 6
2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik............................................................................... 6
2.1.1 Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak Pabrik ......................... 6
2.1.2 Jenis-Jenis Tata Letak .............................................................................. 9
2.2 Perancangan Tata Letak Fasilitas Produksi ....................................................... 10
2.2.1 Pengertian Perancangan Fasilitas Produksi ........................................... 10
2.2.2 Pertimbangan–pertimbangan Dalam Perencanaan Pabrik Baru atau
yang Sudah Ada ..................................................................................... 11
2.2.3 Tipe Tata Letak Fasilitas Produksi ........................................................ 11
2.3 Analisis Activity Relationship Chart ................................................................. 15
2.4 Penentuan Luas Area yang Dibutuhkan ............................................................ 16
2.5 Hubungan Perancangan Tata Letak Pabrik Dengan Produktivitas .................... 16
2.6 Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 17
III. METODE PENELITIAN .................................................................................. 19
3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual ....................................................................... 19
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 21
3.3 Metode Pengumpulan Data................................................................................ 21
3.4 Metode Pengolahan Data ................................................................................... 21
3.4.1 Analisis Activity Relationship Chart (ARC) .......................................... 21
3.4.2 Analisis Tata Letak Dengan Peta Dari-Ke (from-to chart).................... 22
3.4.3 Penggunaan Software Unequal-Area Facility Layout Problem (UA-
FLP) ....................................................................................................... 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 24
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ........................................................................... 24
4.1.1 Sejarah Umum dan Perkembangannya .................................................. 24
iv
4.1.2 Struktur Organisasi ................................................................................ 25
4.1.3 Ketenagakerjaan..................................................................................... 28
4.1.4 Proses Produksi ...................................................................................... 28
4.2 Tata Letak Pada CV. Massitoh Catering Services............................................. 30
4.3 Analisis Peta Dari-Ke (From To Chart) ............................................................ 33
4.4 Analisis Activity Relation Chart (ARC) ............................................................ 38
4.5 Penentuan Luas Area yang Dibutuhkan ............................................................ 40
4.6 Analisis Perancangan Tata Letak dengan Unequal-Area Facility Layout
Problem (UA-FLP) ............................................................................................ 49
4.7 Rekomendasi Teknis .......................................................................................... 55
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 57
1. Kesimpulan ........................................................................................................ 57
2. Saran .................................................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 59
LAMPIRAN ............................................................................................................... 60
v
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Jumlah Industri Makanan dan Minuman di Jawa Barat Tahun 2003 Sampai
2007 .................................................................................................................... 1
2. Luas Departemen .............................................................................................. 34
3. From-To Chart .................................................................................................. 35
4. Jumlah Material yang Dipindahkan Antar Stasiun Kerja. ................................ 36
5. Jarak Tempuh Material Antar Departemen ...................................................... 38
6. Alasan Hubungan Antar Departemen ............................................................... 39
7. Total Luas Area yang Dibutuhkan .................................................................... 49
8. Parameter pada Software .................................................................................. 51
9. Titik Pusat Stasiun Kerja Hasil Pengolahan Algoritma DE ............................. 54
10. Jarak Antar Stasiun Kerja Yang Baru ............................................................... 55
vi
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Straight Line ..................................................................................................... 12
2. Serpentine/Zig Zag ........................................................................................... 12
3. U-Shaped .......................................................................................................... 13
4. Circular ............................................................................................................. 13
5. Odd-Angle ........................................................................................................ 14
6. Contoh ARC ..................................................................................................... 16
7. Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 20
8. Struktur Organisasi CV. Massitoh Catering Services....................................... 26
9. Denah Bagunan 1 .............................................................................................. 31
10. Denah Bangunan 2 ............................................................................................ 32
11. Diagram Keterkaitan Aktifitas.......................................................................... 40
12. Toleransi pada Meja Pencucian Bahan Baku ................................................... 45
13. Toleransi pada Kompor .................................................................................... 47
14. Toleransi pada Meja Pengemasan .................................................................... 48
15. Tampilan UA-FLP ............................................................................................ 50
16. Hasil layout UA-FLP ........................................................................................ 53
vii
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Perhitungan jarak antar stasiun kerja ................................................................ 61
2. Perhitungan jarak antar stasiun kerja yang baru ............................................... 63
viii
1
I. PENDAHULUAN
Tabel 1. Jumlah Industri Makanan dan Minuman di Jawa Barat Tahun 2003
Sampai 2007
Tahun Jumlah Persentase Pertumbuhan
2003 781 -
2004 790 1.1
2005 832 5.3
2006 1320 58.6
2007 1229 - 6.8
Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat
Dari Tabel 1 diatas dapat dijelaskan jumlah industri makanan dan minuman
di Jawa Barat dari tahun 2003 sampai 2006 mengalami peningkatan, akan tetapi
pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 6.8 persen. Di Indonesia banyak
sekali ragam industri makanan dan minuman. Salah satunya adalah industri jasa
boga atau biasa dikenal catering. Jasa boga mencakup penjualan makanan jadi
yang terselenggara melalui pesanan-pesanan untuk berbagai kebutuhan pelanggan,
misalnya penyediaan konsumsi pada suatu perusahaan, perayaan, pesta, seminar,
rapat, dan lainnya.
Perkembangan jasa boga yang semakin meningkat menyebabkan persaingan
yang semakin ketat. Hal ini menyebabkan pengelola jasa boga dituntut untuk tidak
hanya mampu dalam mengelola bidang kuliner saja. Pengelola juga harus
memahami dan mengerti konsep kesehatan dan gizi pangan terkait dengan
penyusunan komposisi gizi yang seimbang berdasarkan tingkat kebutuhan
konsumen.
2
Dari penjelasan latar belakang, bisa diperoleh rumusan masalah, antara lain:
1. Apa saja aspek-aspek yang terkait dengan tata letak pada CV Massitoh
Catering Services ?
2. Bagaimana kondisi aktual tata letak pada CV Massitoh Catering Services?
3. Berapakah optimalisasi yang diperoleh jika dilakukan perancangan ulang
tata letak pada CV Massitoh Catering Services?
Mengacu pada latar belakang yang sudah dijelaskan, maka tujuan penelitian
ini adalah:
1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terkait dengan tata letak stasiun kerja
dan fasilitas yang ada di CV Massitoh Catering Services.
2. Menganalisis tata letak berdasarkan hasil kajian.
3. Merancang ulang tata letak berdasarkan hasil kajian sebagai suatu
rekomendasi.
Menurut Apple (1990), ”Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata
cara pengaturan fasilitas–fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses
produksi. Pengaturan tersebut akan memanfaatkan luas area (space) untuk
penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan-
gerakan material, penyimpanan material (storage) baik yang bersifat temporer
maupun permanen, personil pekerja dan sebagainya”. Sedangkan menurut Heizer
dan Render (2006), tata letak merupakan suatu keputusan penting yang
menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang
Dalam tata letak pabrik ada 2 (dua) hal yang diatur letaknya yaitu
pengaturan mesin (machine layout) dan pengaturan departemen yang ada dari
pabrik (department layout). Bilamana kita menggunakan istilah tata letak pabrik,
seringkali hal ini diartikan sebagai pengaturan peralatan/fasilitas produksi yang
sudah ada (the existing arrangement) ataupun bisa juga diartikan sebagai
perencanaan tata letak pabrik yang baru sama sekali (the new layout plan).
5) Pendayaguna yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga kerja dan/atau
fasilitas produksi lainnya.
Faktor–faktor pemanfaatan mesin, tenaga kerja dan lain–lain adalah erat
kaitannya dengan biaya produksi. Suatu tata letak yang terencana baik akan
banyak membantu pendayagunaan elemen–elemen produksi secara lebih
efektif dan lebih efisien.
12) Mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi kualitas dari
bahan baku atau pun produk jadi.
Tata letak yang direncanakan secara baik akan dapat mengurangi
kerusakan–kerusakan yang bisa terjadi pada bahan baku ataupun produk jadi.
Getaran–getaran, debu, panas dan lain–lain dapat secara mudah merusak
kualitas material ataupun produk yang dihasilkan.
dari produk tersebut. Adapun tipe–tipe garis aliran produk (product flow line)
yang mungkin diaplikasikan yaitu :
1) Straight line.
1 2 3 4 5 6
Pola aliran berdasarkan garis lurus atau straight line umum dipakai
bilamana proses produksi berlangsung singkat, relatif sederhana dan umum terdiri
dari beberapa komponen–komponen atau beberapa macam production equipment.
Pola aliran bahan berdasarkan garis lurus ini akan memberikan :
1 4 5
2 3 6
3) U-Shaped.
1 2 3
6 5 4
Gambar 3. U-Shaped
Pola aliran menurut U-Shaped ini akan dipakai bilamana dikehendaki bahwa
akhir dari proses produksi akan berada pada lokasi yang sama dengan awal proses
produksinya. Hal ini akan mempermudah pemanfaatan fasilitas transportasi dan
juga sangat mempermudah pengawasan untuk keluar masuknya material dari dan
menuju pabrik. Aplikasi garis bahan relatif panjang, maka U-Shaped ini akan
tidak efisien dan untuk ini lebih baik digunakan pola aliran bahan tipe zig zag.
4) Circular. 3
2 4
1 5
Gambar 4. Circular
5) Odd angle.
6
6 6
6 6
Gambar 5. Odd-Angle
Odd-angle ini akan memberikan lintasan yang pendek dan terutama akan
merasa kemanfaatannya untuk area yang kecil.
Tata letak berdasarkan aliran proses (process layout) sering kali disebut pula
dengan functional layout. Functional layout adalah metode pengaturan dan
penempatan dari mesin dan segala fasilitas produksi dengan tipe/macam yang
sama dalam sebuah departemen. Disini semua mesin atau fasilitas produksi yang
memiliki ciri–ciri operasi atau fungsi kerja yang sama diletakkan dalam sebuah
departemen. Tata letak berdasarkan aliran proses umumnya diaplikasikan untuk
industri yang bekerja dengan jumlah/volume produksi yang relatif kecil dan
terutama sekali untuk jenis produk–produk yang tidak distandartkan. Menurut
Apple (1990), tata letak tipe aliran proses ini akan jauh lebih fleksibel bilamana
dibandingkan dengan tata letak tipe aliran produk. Industri yang beroperasi
15
berdasarkan order pesanan (job order) akan lebih tepat kalau menerapkan layout
tipe aliran proses guna mengatur fasilitas–fasilitas produksinya.
Untuk tata letak berdasarkan posisi tetap, material dan komponen dari
produk utamanya akan tinggal tetap pada posisi/lokasinya sedangkan fasilitas
produksi seperti tools, mesin, manusia serta komponen–komponen kecil lainnya
akan bergerak menuju lokasi material atau komponen produk utama tersebut.
Pada proses perakitan maka layout tipe posisi tetap akan sering dijumpai karena
disini peralatan kerja (tools) akan mudah dipindahkan.
Penentuan luas ini diperlukan untuk mengetahui apakah luas area yang ada
sesuai dengan kebutuhan area tersebut. Menurut Apple (1990) ruang yang
dibutuhkan oleh fasilitas berkaitan dengan peralata, bahan, pegawai, dan kegiatan.
Penentuan kebutuhan luas area ini, diperlukan penambahan kelonggaran 40%
sampai 60% untuk gang (aisle) dan operator. Selain itu untuk tiap mesin atau
fasilitas pendukung digunakan teloransi 0,50 - 1 meter pada setiap sisi mesin.
output produksi yang lebih besar dengan biaya produksi yang sama/lebih sedikit.
Waktu produksi yang terlalu lama dikarenakan banyaknya delay (waktu tunggu),
banyaknya keluhan– keluhan dari pekerja dikarenakan kondisi area kerja yang
kurang memenuhi syarat sehingga produktivitas pekerja menurun. Beberapa
kondisi tersebut bisa digunakan sebagai alasan mengapa kita harus memperbaiki
desain layout pabrik. Untuk lebih spesifik, berikut ini adalah beberapa alasan
mengapa harus memperbaiki desain layout pabrik :
1) Menaikkan output produksi.
2) Mengurangi waktu tunggu.
3) Mengurangi proses material handling.
4) Penghematan penggunaan areal untuk produksi, gudang, dan service.
5) Pemanfaatan fasilitas produksi dan tenaga kerja dengan lebih optimal.
6) Mengurangi biaya simpan produk setengah jadi (inventory in-process).
7) Mempersingkat proses manufacturing.
8) Mengurangi resiko kesehatan dan keselamatan kerja operator.
9) Mempermudah aktivitas supervisi (pengawasan kerja).
10) Mengurangi kemacetan dan kesimpangsiuran aliran material.
11) Mengurangi faktor yang bisa mempengaruhi kualitas bahan baku dan
produk jadi.
Berdasarkan uraian diatas bisa disimpulkan bahwa alasan utama mengapa
desain layout harus diperbaiki adalah karena desain layout tersebut sudah tidak
efisien lagi dilihat dari target produksi perusahaan dan karena banyaknya
gangguan pada proses produksi sehingga menghambat kelancaran serta
kesuksesan proses produksi.
CV Massitoh Catering
Services
Perbandingan indikator
optimasi tata letak terhadap
kegiatan penanganan bahan
Lebih
baik ?
Tidak
Usulan dan
Ya rekomendasi
perbaikan
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mengenai organisasi dan
proses produksi. Selain itu juga melakukan pengamatan langsung kegiatan
produksi, kegiatan penanganan bahan serta melakukan pengukuran yang terkait
dengan tata letak seperti luas lantai dan jarak antar fasilitas produksi. Sedangkan
data sekunder berupa laporan produksi dan studi pustaka.
I = Penting (Important)
O = Cukup/biasa (Ordinary)
memiliki luasan tertentu, belum memiliki panjang dan lebar yang tetap. Akan
tetapi, ada rasio maksimum antara panjang dan lebar departemen (MAR,
Maximum Aspect Ratio), atau minimum panjang dan lebar untuk tiap departemen.
Untuk sebagian pasangan departemen, ada hubungan kedekatan yang biasanya
ditunjukkan dengan aliran material. Jika besaran aliran material dikalikan biaya
perpindahannya besar, maka kedua departemen tersebut harus diletakkan
berdekatan.
24
7. Manajer Pembelian
Mempunyai tanggung jawab kepada Direktur untuk mengatur, mengawasi,
dan mencatat seluruh pembelian bahan-bahan baku produksi.
8. Manajer HRD & General Affair
28
4.1.3 Ketenagakerjaan
CV. Massitoh Catering Services memiliki karyawan berjumlah 65 orang
dan merupakan tenaga kerja tetap. Tenaga kerja yang direkrut umumnya adalah
warga sekitar perusahaan. Sistem hari kerja yang diterapkan pada CV. Massitoh
Catering Services dari hari senin sampai minggu. Waktu kerja pada bagian staf
dimulai pukul 08.00 – 16.00 WIB dengan waktu istirahat 1 jam yaitu pada pukul
12.00 – 13.00 WIB. Pada hari sabtu dan minggu terkadang libur atau masuk kerja
disesuaikan dengan kebutuhan kantor. Untuk bagian produksi waktu kerja dibagi
dalam 3 shift karena proses produksi berlangsung 21 jam. Pembagian waktu kerja
adalah sebagai berikut:
Akan tetapi dalam penelitian ini diasumsikan seluruh bahan baku disimpan
terlebih dahulu pada gudang masiing-masing sesuai jenisnya
Urutan proses produksi menu Ayam Bakar Kecap adalah sebagai berikut:
15. Cabai dan tomat setelah dicuci kemudian digoreng dalam kuali yang
besar.
16. Setelah digoreng kemudian cabai dan tomat dimasukkan kedalam mesin
giling untuk dijadikan sambal.
17. Ayam yang sudah selesai diungkep kemudian dibakar.
Bangunan pertama memiliki luas sekitar 425 m2, bangunan ini sebenarnya
adalah 2 rumah yang dijadikan satu sehingga layout bangunan tersebut masih
mengikuti layout bangunan awal namun sudah ada perubahan. Dari gambar
tersebut bisa dijelaskan letak gudang kering, gudang buah dan gudang beku saling
berdekatan, hal tersebut dikarenakan untuk mempermudah pengawasan.
32
Berdasarkan Gambar 9 dan Gambar 10, maka pada CV. Massitoh Catering
Services terbagi beberapa stasiun kerja antara lain
1. Ruang penerimaan
2. Gudang bahan pokok
3. Gudang sayur
4. Gudang beku
5. Gudang buah
6. Gudang peralatan makan
7. Gadang peralatan masak
8. Tempat pencucian bahan makanan
9. Tempat pencucian peralatan makan
10. Tempat pencucian peralatan masak
11. Area memasak
12. Ruang penyiapan masakan matang
13. Ruang pengemasan
33
Dari
A 185 385 150 155
B 160 25
C 385
D 150
E 155
F 362
G 30
H 850
I 362
J 30
K 875
L 875
M
Tabel 4. menunjukkan jumlah perpindahan bahan dan barang antar stasiun
kerja setiap harinya. Misalnya, jumlah bahan yang dipindahkan dari stasiun kerja
H (T. Pencucian Bahan) menuju stasiun kerja K (Area Memasak) setiap harinya
sebanyak 875 Kg. Jumlah tersebut diperoleh dari total bahan yang diterima dari
Tempat Pencucian Bahan berupa beras sebanyak 160 Kg, sayur-sayuran sebanyak
385 Kg, ayam sebanyak 150 Kg dan buah semangka sebanyak 155 Kg.
Selanjutnya menentukan titik pusat antar stasiun kerja untuk menentukan
jarak perpindahan antar stasiun kerja atau stasiun kerja. Pengukuran jarak
dilakukan dengan menggunakan pegukuran rectilinier dan pada pengukuran jarak
masing-masing tidak memperhatikan adanya aisle (lintasan), sehingga
pengukuran dilakukan secara langsung dari masing-masing titik tengah stasiun
kerja. Berdasarkan Gambar 9 dan Gambar 10, maka jarak suatu stasiun kerja satu
dengan stasiun kerja yang lain dapat ditentukan, masing-masing stasiun kerja
dicari titik pusatnya yaitu (0.0) dari x dan y. Berdasarkan perhitungan tersebut
maka diperoleh titik pusat masing-masing stasiun kerja sebagai berikut:
Departemen A (Xa,Ya) = (5.15, 6.95)
dari ukuran masing masing jenis mesin atau perlatan yang digunakan dikalikan
dengan jumlah mesin peralatann tersebut ditambah dengan kelonggaran untuk
operator dan gang (aisle). Pada penentuan kebutuhan luas ini diasumsikan jumlah
porsi yang diproduksi sebanyak 1445 porsi dan tidak perencanaan untuk
penambahan kapasitas produksi. Untuk tiap mesin atau fasilitas pendukung
digunakan teloransi 0,5 - 1 meter pada setiap sisi mesin, dan untuk kelonggaran
operator (allowance = 50%) berdasarkan referensi dari buku (James M apple,
1990). Berikut ini akan di berikan perhitungan untuk menentukan luas area yang
dibutuhkan sebagai berikut:
1) Ruang penerimaan
Pembelian bahan baku pada CV. Massitoh Catering Services dilakukan
dalam periode waktu tertentu seperti per satu hari, per dua hari atau per satu
minggu tergantung jenis bahan bakunya dan jumlah persediaan di gudang. Untuk
menentukan luas ruang peneriamaan, peneliti mengasumsikan pembelian bahan
baku dilakukan setiap hari untuk menu ayam bakar kecap. Bahan baku yang dibeli
antara lain beras, ayam, sayur (wortel, kentang, buncis, kol, tomat, bawang merah,
bawang putih, bawang bombay, dau bawang, seledri, tempe dan cabai), kerupuk
dan buah (semangka).
Tinggi karung = 70 cm
Panjang karung = 40 cm
Lebar karung = 20 cm
yang dapat menampung ayam sebanyak 50 kg. karena kebutuhan untuk menu
ini sebanyak 150 kg maka membutuhkan tiga bok plastik sehingga luas yang
dibutuhkan adalah: 3(70 x 50 cm) = 10500 cm2
Untuk dimensi sayur, diasumsikan seluruh sayur dimasukkan ke dalam bok
plastik dimana sayur sebanyak 385 kg dimasukkan ke 10 bok . ukuran bok
tersebut sama seperti yang digunakan pada ayam. Sehingga luas yang
dibutuhkan adalah: 10(70 x 50 cm) = 35000 cm2.
Untuk kerupuk dimensinya adalah tinggi = 35 cm lebar = 15 cm dan panjang
= 20 cm untuk ukuran 25 kg per kemasan. Sehingga luas yang dibutuhkan
adalah: 20 x 15 cm = 300 cm2.
Untuk dimensi buah diasumsikan seluruh buah dimasukkan kedalam peti
berukuran panjang = 80 cm lebar = 75 cm dan tinggi 65 cm yang bisa
memuat sebanyak 35 kg buah semangka. Kebutuhan sehari buah adalah
sebanyak 155 kg sehingga buah semangka dimasukkan ke 5 peti. Luas yang
dibutuhkan adalah: 5(80 x 75 cm)= 28000 cm2.
Luas lemari: 2 lemari dengan ukuran yang sama panjang = 220 cm,
lebar = 50 cm dan tinggi = 100 cm, sehingga kebutuhan luasnya adalah:
2(220 x 50) cm = 22000 cm2. Sedangkan 3 lemari (misalkan lemari P Q
R) sisanya mempunyai ukuran yang berbeda, untuk lemari P ukurannya
adalah p = 240 cm, l = 45 cm dan t = 200 cm, sehingga luasnya = 240 x
45 cm = 10800 cm2. Lemari Q mempunyai ukuran p = 100 cm, l = 60
cm dan t = 200 cm, sehingga luasnya = 100 x 60 cm = 6000 cm2.
Ukuran lemari R adalah p = 90 cm, l = 60 cm dan t = 150 cm, sehingga
luasnya = 90 x 60 = 5400 cm2. Kebutuhan luas lemari keseluruhan
adalah = 22000 + 10800 + 6000 + 5400 = 44200 cm 2.
Luas area – area penyimpanan: luas area penyimpanan tepung = 50 x 50
cm = 2500 cm2. Luas area penyimpanan minyak goreng = 70 x 70 cm =
4900 cm2. Luas area penyimpanan telur = 55 x 35 cm = 1925 cm2. Uas
area penyimpanan beras = 200 x 100 cm = 20000 cm3. Sehingga luas
keseluruhan adalah = 2500 + 4900 + 1925 + 20000 = 29325 cm2.
3) Gudang sayur
Pada gudang sayur tidak dilakukan penyimpanan bahan karena untuk
mencegah kerusakan. Gudang ini hanya untuk menyimpan bahan yang dibeli
pada hari itu juga. Di gudang terdapat sebuah lemari dan sebuah meja untuk
menyimpan bahan. Ukuran lemari tersebut adalah p = 140 cm, l = 70 cm dan t
= 170 cm, sehingga luasnya = 140 x 70 cm = 9800 cm2. Ukuran meja adalah
p= 210cm, l = 95cm dan t = 75 cm, sehingga luasnya adalah = 210 x 95 cm =
19950 cm2. Selain itu pada gudang ini disediakan area untuk mengupas sayur
dengan ukuran 200 x 200 cm, sehingga luasnya adalah = 200 x 200 cm =
40000 cm2. Kebutuhan luas total adalah = 9800 + 19950 + 40000 = 69750 cm2.
44
Kebutuhan luas untuk gudang sayur setelah ditambah kelonggaran 50% adalah
= 69750 x 150% = 104625 cm2 = 10,462 m2.
4) Gudang beku
Pada gudang beku disediakan lemari pendingin untuk menyimpan bahan
baku daging sapid an ayam. Lemari pendingin yang disediakan ada 5 buah (
misal A, B, C, D dan E) dengan ukuran yang berbeda – beda. Ukuran dan luas
masing –masing adalah:
5) Gudang buah
Pada gudang buah, buah yang disimpan hanyalah jenis buah yang tahan
lama seperti semangka dan melon. Di gudang ini disediakan dua lemari yang
dapat menampung buah semangka sebanyak 170 kg untuk masing – masing
lemari. Selain itu juga disediakan area untuk menyimpan peti buah yang
nantinya digunakan untuk menyimpan sementara buah – buahan seperti jeruk
dan apel. Ukuran dan luas lemari serta area penyimpanan peti antara lain:
Total kebutuhan luas = 26000 + 15000 cm2 = 41000 cm2. Sehingga jika
ditambahkan kelonggaran 50% adalah = 41000 x 150% = 61500 cm2 = 6,15 m2
45
M 125cm
50 cm
310 cm
Gambar 12. Toleransi pada Meja Pencucian Bahan Baku
Sehingga luas yang dibutuhkan adalah = 2(310 x 125 cm) = 77500 cm2.
Kebutuhan luas setelah ditambahkan kelonggaran 50% adalah = 77500 x 150%
= 116250 cm2 = 11,625 m2.
46
Luas bak sampah: p = 150 cm, l = 100 cm. L = 150 x 100 = 15000
cm2.
Luas 50 susun tumpukan rantang: diameter = 25 cm. L = 50(πr2) =
50(3,14 x 12,52) cm =50 x 490,625 cm2 = 24531,25 cm2.
Luas 10 bok plastik: p = 70 cm, l = 50 cm. L = 10(70 x 50) = 35000
cm2.
Luas area pencucian = 40000 cm2.
K
50cm 50cm
50cm
170 cm
M
50 cm
350 cm
Total kebutuhan luas area untuk fasilitas produksi pada CV. Massitoh
Catering Services bisa dilihat pada Tabel 7. Total kebutuhan luas area adalah 165,
712 m2, kebutuhan luas area terkecil adalah pada area penyimpanan masakan
matang yaitu seluas 3,15 m2. Sedangkan kebutuhan luas yang terbesar aadalah
ruang pengemasan yaitu seluas 39,38 m2.
49
Permasalahan tata letak fasilitas dengan luas tak sama (UA-FLP) biasanya
digunakan untuk memodelkan sebuah permasalahan tata letak di sebuah fasilitas
manufaktur, permodelan ini menggunakan algritma Differential Evolution (DE).
Algoritma ini bertujuan untuk membantu para pengambil keputusan dalam
merancang tata letak fasilitas yang efisien dalam hal perpindahan material. Selain
itu, algoritma ini dapat digunakan oleh para peneliti maupun mahasiswa sebagai
salah satu perbandingan metode penyelesaian UA-FLP. Secara ringkas, berikut
adalah karakteristik dari permasalahan UA-FLP:
algoritma hanya menyediakan dua pilihan yang bisa dipilih dengan meng-klik
Radio Button-nya.
Keterangan:
1. Ruang penerimaan
2. Gudang bahan pokok
3. Gudang sayur
4. Gudang beku
5. Gudang buah
6. Gudang peralatan makan
7. Gadang peralatan masak
8. Tempat pencucian bahan makanan
9. Tempat pencucian peralatan makan
10. Tempat pencucian peralatan masak
54
2. Karena stasiun kerja akan disatukan pada satu bangunan, maka ada fasilitas
lain yang akan dipindahkan atau terjadi pertukaran. Hal tersebut
dikarenakan luas bangunan 1 yang terbatas.
3. Untuk tempat pencucian peralatan makan sebaiknya ditempatkan pada
bangunan yang terpisah. Hal ini dikarenakan pada tempat pencucian
peralatan makan banyak terdapat sampah sisa makanan yang bisa
menimbulkan kontaminasi terhadap bahan makanan.
4. Menyediakan alat penanganan bahan yang sesuai, misalnya seperti troli
yang bisa digunakan untuk membawa material yang berat namun bisa
digunakan di luar ruangan maupun di dalam ruangan.
57
1. Kesimpulan
kerja yang baru. Total jarak material flow yang baru adalah sejauh 77,028
meter.
3. Jika dibandingkan antara tata letak yang sudah ada dengan tata letak yang
baru, maka pengurangan jarak alur proses produksi sejauh 425,695 meter.
Hal tersebut dikarenakan semua stasiun kerja didekatkan sesuai dengan
alur proses produksi. Jarak yang semakin pendek tentu berbanding lurus
dengan biaya penanganan bahan yang semakin kecil. Selain itu juga waktu
proses produksi juga semakin singkat.
2. Saran
1. Perlu adanya penelitian yang lebih mendalam untuk mempelajari tata letak
pada industri makanan terutama pada metode penanganan bahan, hal
tersebut dikarenakan material yang digunakan memerlukan penanganan
yang berbeda pada industri yang lainnya.
2. Sebaiknya perancangan tata letak diterapkan pada bangunan yang baru, hal
tersebut dikarenakan bangunan yang sekarang berada pada lingkungan
perumahan warga.
3. Diperlukan sistem yang baik untuk mengelola semua data penerimaan,
penyimpanan maupun penggunaan bahan baku, hal tersebut sangat penting
untuk mencapai optimalisasi produksi.
59
DAFTAR PUSTAKA
Apple, J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Barang. Edisi Tiga.
Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung.
Assauri, S. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Keempat, Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
BPS, http://jabar.bps.go.id/templates/BRS/2011/AGUST/BRS%20IBS%20Triw-
II,%201%20Agt%202011.pdf [1 Oktober 2011]
Eko, S. R., 2010. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi di CV. Dimas
Rotan Gatak Sukoharjo. Skripsi: Program Studi Teknik Industri Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.
Heizer, J. dan B. Render. 2006. Manajemen Operasi, Edisi Ketujuh. Salemba
Empat, Jakarta.
Komarudin, http: // staff . blog . ui . ac . id / komarudin 74 / category /
manufacturing –system / facility - layout / [20 Agustus 2011].
Susetyo, J. Simanjuntak, R.S. and Ramos, J.M. 2010. Perancangan Ulang Tata
Letak Fasilitas Produksi Dengan Pendekatan Group Technology dan
Algoritma blocplan Untuk Meminimasi Ongkos Material Handling, Jurnal
Teknologi, 3 : pp.75-83.
Tauvik, U. 2005. Mempelajari Tata Letak dan Sarana Dalam Mengoptimalkan
Kegiatan Penanganan Bahan (Studi Kasus: Factory–3, PT. Yamaha
Indonesia). Skripsi : Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian
Bogor.
60
LAMPIRAN
61
Lanjutan Lampiran 1.
10. Jarak FM =│22.425 - 13 │+│14.5 – 11.81│
= 9.425 + 2.7
= 12.125
11. Jarak GK =│10.5 – 5.049 │+│8.25 – 9.360│
= 5.451 + 1.118
= 6.569
12. Jarak HK =│10.5 – 5.049 │+│5.25 – 9.368│
= 5.451 + 4.118
= 3.75
13. Jarak IF =│6 – 22.425 │+│2.5 – 14.5│
= 16.425 + 12
= 28.425
14. Jarak JG =│4.5 – 10.5 │+│2.5 – 8.25│
= 6 + 5.75
= 11.75
15. Jarak KL =│5.049 – 4.5 │+│9.368 – 6.75│
= 0.549 + 2.618
= 3.167
16. Jarak LM =│4.5 - 13 │+│6.75 – 11.8│ + 60
= 8.5 + 5.05 + 60
= 73.5
63
Lanjutan Lampiran 2.
10. Jarak FM =│13.01– 8.286│+│2.902 – 1.188│
= 4.727 + 1.714
= 6.441
11. Jarak GK =│10.694 – 8.286│+│8.366 – 4.358│
= 2.408 + 4.008
= 6.416
12. Jarak HK =│8.283– 8.286│+│6.01 – 4.358│
= 0.003 + 1.652
= 1.655
13. Jarak IF =│13.942 – 13.01│+│8.366 – 2.902│
= 0.932 + 5.464
= 6.396
14. Jarak JG =│14.439 – 10.694│+│6.01 – 8.366│
=3.745 + 2.356
= 6.101
15. Jarak KL =│8.286 – 7.953│+│4.358 – 2.902│
= 0.333 + 1.456
= 1.789
16. Jarak LM =│7.953 – 8.286│+│2.902 – 1.188│
= 0.333 + 1.714
= 2.047
60
LAMPIRAN
61
Lanjutan Lampiran 1.
10. Jarak FM =│22.425 - 13 │+│14.5 – 11.81│
= 9.425 + 2.7
= 12.125
11. Jarak GK =│10.5 – 5.049 │+│8.25 – 9.360│
= 5.451 + 1.118
= 6.569
12. Jarak HK =│10.5 – 5.049 │+│5.25 – 9.368│
= 5.451 + 4.118
= 3.75
13. Jarak IF =│6 – 22.425 │+│2.5 – 14.5│
= 16.425 + 12
= 28.425
14. Jarak JG =│4.5 – 10.5 │+│2.5 – 8.25│
= 6 + 5.75
= 11.75
15. Jarak KL =│5.049 – 4.5 │+│9.368 – 6.75│
= 0.549 + 2.618
= 3.167
16. Jarak LM =│4.5 - 13 │+│6.75 – 11.8│ + 60
= 8.5 + 5.05 + 60
= 73.5
63
Lanjutan Lampiran 2.
10. Jarak FM =│13.01– 8.286│+│2.902 – 1.188│
= 4.727 + 1.714
= 6.441
11. Jarak GK =│10.694 – 8.286│+│8.366 – 4.358│
= 2.408 + 4.008
= 6.416
12. Jarak HK =│8.283– 8.286│+│6.01 – 4.358│
= 0.003 + 1.652
= 1.655
13. Jarak IF =│13.942 – 13.01│+│8.366 – 2.902│
= 0.932 + 5.464
= 6.396
14. Jarak JG =│14.439 – 10.694│+│6.01 – 8.366│
=3.745 + 2.356
= 6.101
15. Jarak KL =│8.286 – 7.953│+│4.358 – 2.902│
= 0.333 + 1.456
= 1.789
16. Jarak LM =│7.953 – 8.286│+│2.902 – 1.188│
= 0.333 + 1.714
= 2.047
RINGKASAN