Anda di halaman 1dari 31

BAB III

PELAKSANAAN KERJA PROFESI

Pada pelaksanaan awal kerja profesi, praktikan diberikan pengarahan


tentang apa saja yang dilakukan ditempat kerja profesi oleh pembimbing kerja
yang dimana praktikan di tempatkan pada divisi pengawasan/inspektor gedung
Proyek BXChange tahap 2. Terdapat nya pengarahan dan pemberian tugas kecil
seperti, pengawasan bagian Hotel, Mall dan area Landscape. Hal tersebut
dilakukan sebagai awal permulaan sebelum praktikan diberikan tugas seperti
lainnya tanpa pengawasan pembimbing kerja.
Tugas – tugas yang diberikan oleh pembimbing kerja berkaitan dengan
pengawasan pada tahap bangunan atau proses pembangunan yang dilakukan di
tempat kerja praktikan, yaitu BXChange Tahap 2. Pengawasan pengerjaan yang
dilakukan adalah mengecek bagian proses pembangunan Hotel, terutama pada
proses pembangunan dinding nya, yang berguna untuk menyesuaikan
standarisasi pemasangan dinding agar mengurangi permasalahan dikemudian
hari. Kemudian, terdapat bagian Mall, Oceanarium dan Landscape.
Dalam pelaksanaan kerja profesi yang dilakukan di BXChange Tahap 2 ini,
praktikan mendapatkan instruksi pembimbing kerja sesuai metode kerja yang
diberikan dan mampu untuk menyelesaikan dengan hasil yang tepat atau sesuai
dengan yang diberikan dan mengikuti metode yang ada. Praktikan diberikan
kebebasan dalam bertanya maupun berdiskusi dengan pembimbing kerja maupun
tim magang lainnya tentang proyek yang diberikan. Hal tersebut, agar dapat
menghasilkan pekerjaan yang maksimal sesuai dengan acuan metode yang
diberikan oleh pembimbing kerja dan mampu mempraktikkan ilmu yang ada
diperkuliahan di tempat magang dengan baik

3.1. Monitoring/Pengawasan Proses Pemasangan Bata Ringan pada


Hotel BXC 2
Bintaro Jaya Xchange tahap 2 adalah sebuah bangunan komersial Mix Use
yang terdapat di dalamnya memiliki fungsi sebagai hotel bintang 4. Pada hotel di
BXC tahap 2 ini memiliki 184unit kamar yang diantaranya adalah King Guestroom,

13
Twin Guestroom, Junior Suite Guestroom, Executive Suite Guestroom dan Single
Guestroom. Pada proyek ini, praktikan diberi tugas oleh pembimbing kerja profesi
untuk membantu dalam pengawasan proses pembuatan atau pembangunan
dinding pada hotel BXC tahap 2. Hotel Bintaro Jaya Xchange tahap 2 ini
berkontribusi dengan Double Tree oleh Hilton dalam proses perancangan maupun
pembuatan nya.
Dalam proses pembangunan maupun perancangan nya sendiri diawasi
langsung oleh Jaya Real Property dan Jaya Construction Management. Hal ini
agar adanya keselarasan dan kesesuaian terhadap tenggat waktu yang diberikan
dalam proses pembangunan hotel tersebut. Selain itu, adanya berbagai fungsi
yang ada di dalam hotel tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna atau
pengunjung hotel dan memenuhi standardisasi sebuah hotel. Seperti terdapatnya
berbagai macam ruangan, yaitu Lobby, Coffee Shop, Dining Area (Banquet), area
Kolam renang (Outdoor Area), Gym, Ballroom, Meeting Room dan Multipurpose
Room (Event Room).

3.1.1. Bidang Kerja


Dalam proyek BXChange tahap 2 ini praktikan diminta untuk mengawasi
atau mengobservasi proses pemasangan dinding bata ringan pada setiap unit di
Hotel BXC 2. Proses pengerjaan ini dilihat dari denah gambar atau shop drawing
apakah sudah sesuai atau tidaknya dinding yang terbangun di bagian hotel
tersebut. kemudian, praktikan diminta untuk mempelajari proses atau metode
pemasangan bata ringan yang akan dilakukan disetiap unit kamar hotel.
Pengawasan ini dilakukan disetiap unit dengan jumlah 184 unit, dari lantai 7 hingga
lantai 15. Kemudian, praktikan Me – mapping kembali dinding yang sudah selesai
pada Shop Drawing dan Autocad agar dapat mengikuti alur waktu pengerjaan
yang sudah direncanakan. Pengerjaan dilakukan perminggu untuk dapat
memonitoring pengerjaan dinding pada setiap unit kamar di Hotel Double Tree
tersebut. pada unit kamar yang dimonitoring dengan menggunakan Shop Drawing
denah pengerjaan dinding tersebut, praktikan diminta juga untuk memonitoring
dengan foto pada setiap ujung lorong tiap lantai hotel tersebut.

14
Gambar 3.1. Denah atau Shop Drawing Hotel Double Tree dan Pengarahan Penugasan
Mapping Dinding Hotel.

3.1.2. Pelaksanaan Kerja


Hari pertama praktikan diberikan tugas untuk melihat dan memperhatikan
bagaimana proses metode kerja pemasangan bata ringan. Hal ini bertujuan untuk
memastikan hasil pekerjaan pasangan bata ringan yang sesuai dengan rencana,
bahan dan cara yang benar maupun bentuk yang presisi sesuai dengan
kebutuhan, hal lainnya adalah memastikan tidak ada hasil pekerjaan yang
menyimpang, agar tidak adanya pekerjaan bongkar pasang dan meminimalisir
perbaikan Praktikan juga harus mengetahui material atau bahan dan peralatan
yang harus disiapkan dalam proses kerja pemasangan bata ringan. Pada proses
metode pemasangan bata ringan praktikan menerapkan pembelajaran Struktur
dan Bahan. Kemudian, praktikan membandingkan metode pemasangan bata
ringan dengan standardisasi atau spesifikasi untuk pemasangan dinding bata
ringan yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum “Spesifikasi Peralatan
Pemasangan Dinding Bata dan Plesteran. (1994)” Seperti, material atau bahan
yang disiapkan. Dalam penerapan pemasangan bata ringan ini praktikan
melakukan penambahan dan penyesuaian dalam proses metode yang ada di
BXChange tahap 2 dengan metode pemasangan yang ada di Departemen
Pekerjaan Umum dari material dan pemasangan bata ringan, seperti:
Tabel 3.1. Penyesuaian Material Dengan Departemen Pekerjaan Umum dengan yang ada di
lapangan
No Material Pasangan Dinding Material Pemasangan Dinding
(Departemen Pekerjaan Umum) (Pasangan yang ada dilapangan)
1. Bata ringan ukuran (10x20x60) Bata ringan ukuran (10x20x60)
2. Semen, pasir beton, split Semen, pasir beton,split (untuk kolom
praktis)

15
3. Kapur atau gamping yang Kapur atau gamping yang dihaluskan
dihaluskan
4. Lem Epoxy Lem Epoxy
5. Kolom praktis Kolom praktis sesuai ketebalan
dinding (bahan besi tulangan atau
beton praktis yang sudah difabrikasi)
6. - Thin Bed Mortar
7. - Styrofoam atau rockwool

8. - Sealent

Kemudian, adanya alat yang harus disiapkan, seperti:

Tabel 3.2. Penyesuaian Alat dengan Departemen Pekerjaan Umum dengan yang ada di
lapangan.
No. Alat Pasangan Dinding Alat Pasangan Dinding (yang ada
(Departemen Pekerjaan Umum) di lapangan atau realisasi
1. Mesin Bor (untuk pemasangan stek Mesin Bor (untuk pemasangan
dan alat mixer lem bata ringan) stek dan alat mixer lem bata
ringan)
2. Profil Hollow Waterpass atau lot
3. Gergaji (Khusus bata ringan) Profil Hollow
4. Ember Gergaji (Khusus bata ringan)
5. Palu Ember
6. Mixer Roskam bergigi
7. - Palu
8. - Mixer

Bahan dan alat yang sudah disebutkan tersebut adalah standar proses
pemasangan bata ringan, yang ada di Departemen Pekerjaan Umum dengan yang
ada dilapangan. Penyesuaian ini dilakukan sebagai acuan agar seusai dengan
standar. Kemudian akan dilakukan nya proses prosedur pelaksanaan pengerjaan
nya. Dimulai dari Marking posisi pasangan bata ringan (posisi lantai, dak beton
serta sisi kiri dan kanan dan ketebalan lapisan plesteran, posisi kolom praktis,

16
opening pintu, jendela, MEP atau lainnya sesuai yang diperlihatkan pada shop
drawing).

Gambar 3.2. Marking posisi pemasangan Bata ringan

Kemudian bor dilubangi untuk stek kolom praktisi sedalam 5 cm dan


pasang stek besi 10 mm dan panjang 25 cm sebanyak 4 buah pada posisi kolom
praktisi (dilantai dan dak beton) dengan menggunakan lem epoxy. Langkah
selanjutnya pemasangan profil hollow tegak lurus dengan marking bawah dan
atas, untuk ikatan benang pedoman pada kedua ujung pasangan (atau jarak
tertentu) dengan tegak lurus (kemudian harus di cross cek kembali kelurusan
marking sisi bawah dan atas dengan Waterpass atau lot)

Gambar 3.3. Waterpass Gambar 3.4. Alat


(mengukur kelurusan Waterpass.
dinding).

17
Setelah sudah diukur kelurusan untuk pemasangan dinding bata ringan,
hal selanjutnya dilakukan adalah membuat tanda garis – garis pada profil dengan
jarak maksimal ukuran 3 susunan bata ringan (+mortar). Proses selanjutnya
adalah merentangkan benang dari kedua profil pada garis paling bawah dengan
tegang.

Gambar 3.5. Rentangan benang untuk pemasangan


bata ringan

Hal yang selanjutnya dilakukan, menyiapkan adukan sebagai dasar awalan


leveling pasangan dinding agar pasangan di 1atasnya dapat mengikuti level
(dengan mengecek kelurusan/vertikalitas profilan dengan lot). Jika adukan sudah
disiapkan, penyiapan mortar atau perekat ke dalam sebuah wadah yang bersih
dari kotoran atau sisa material yang mengering, lalu tambahkan air secara
bertahap.

18
Gambar 3.6. Bahan material Mortar.
Pada metode kerja pemasangan
dinding bata ringan, pasang bata ringan dengan siar +- 3 mm satu per satu,
mengikuti acuan benang mendatar yang diikatkan dari kedua profilan (kiri –
kanan). Siar harus terisi penuh diseluruh permukaan bidang rekat (tidak ada
lobang tembus cahaya. Kemudian, kekentalan adukan mortar harus dijaga, tutup
sambungan antar bata ringan yang tidak merata agar tidak terlihat lubang pada
pasangan sebelum plesteran dipasang. Lalu, terdapat tinggi maksimum
pemasangan bata ringan 8layer sekali pasang atau 2,5 m dalam 1 hari pada
bidang pasang yang lebar dan bebas, hal ini dilakukan agar dapat mengejar target
penyelesaian yang ada. Dalam pemasangan bata ringan, tidak dibenarkan
menggunakan bata ringan pecahan (kecuali diujung) dan lapisan satu dengan
lapisan atasnya harus dipasang secara zig – zag.

Gambar 3.7. Pecahan Bata Ringan yang tidak dapat digunakan dan akan didaur ulang
Tahap selanjutnya pada pemasangan besi kolom praktisi (atau kolom
praktis prefabrikasi) diposisinya dengan cara mengikatkan tulangan dengan stek
yang sudah dipasang sebelumnya kawat bendrat dan cek vertikalitasnya terhadap
markingan. Pengecoran kolom praktis (cas in site) juga dilakukan setelah
pasangan bata ringan cukup kering agar dinding tidak goyang atau miring saat
dipasang bekisting dan proses cor.

19
Kemudian, pada sisi atas pasangan dinding bata ringan, berbatasan
dengan dak atap diberi celah dengan tebal 1 cm – 2 cm untuk pemasangan
delatasi, yang dimana material delatasi bisa menggunakan rock wool atau
Styrofoam yang direkatkan dengan sealant sesuai material yang disetujui atau
standar. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya atau pergesekan antar balok
struktur dengan pasangan dinding, saat terjadinya gempa bumi

Gambar 3.8. dinding hotel berbatasan dengan dak atap yang diberi celah (1cm -
2cm) dan diberi styrofoam.
Setelah itu pekerjaan plesteran dapat dilakukan setelah pasangan cukup
kuat/kering minimal 24 jam setelah pekerjaan pasangan selesai.
Kemudian, setelah praktikan sudah mengetahui bagaimana proses
metode kerja pemasangan bata ringan, praktikan dikenalkan dengan bagaimana
denah Hotel yang ada di BXChange tahap 2 disetiap lantai nya. Kemudian,
praktikan diminta untuk membaca berbagai denah atau Shop Drawing hotel agar
dapat dengan mudah untuk mengenal setiap unitnya. Hal tersebut juga agar dapat
mempermudah untuk mengetahui bagian dinding mana yang akan di Mapping
atau Tracing di kertas denah atau Shop Drawing tersebut. Pembimbing kerja juga
mengajak praktikan untuk datang ke site proyek hotel untuk mengetahui kondisi
atau keadaan site tersebut, agar juga mempermudah praktikan menghafal dan
mengetahui kondisi proses pengerjaan hotel Double Tree tersebut.

20
Gambar 3.9. Pengacian pada dinding bata ringan yang sudah kering.

Layout atau peletakan unit yang sudah memiliki denahnya dan sudah di
setujui tersebut, membutuhkan pengecekan dan monitoring secara berkala pada
proses pembangunan dinding tersebut, agar sesuai dengan denah atau shop
drawing yang ada. Dalam pengerjaan manajemen/monitoring pengerjaan ini juga
sebagai salah satu dalam pembelajaran Manajemen Konstruksi, yang menurut
Harold Koontz “Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisir, dan
mengendalikan sumber daya dengan mencapai sesuai sasaran dengan mutu yang
baik. (Koontz, 1990)”. Pada proyek Hotel Double Tree ini, praktikan diminta untuk
mengawasi bagaimana proses pembangunan dinding setiap unit kamar hotel
secara urutan pengerjaan, dengan menggunakan lembar Shop Drawing atau
denah hotel yang ada oleh pembimbing kerja profesi.

Gambar 3.10. denah atau Shop Drawing hotel.

Praktikan mendapatkan arahan kerja langsung dari pembimbing kerja


untuk dapat mengerjakan secara langsung dilapangan. Praktikan diminta untuk

21
me – mapping atau me – tracing secara manual menggunakan kertas gambar atau
shop drawing dari denah setiap unit kamar hotel, bagian mana saja yang sudah di
dinding secara keseluruhan. Dengan pola kerja yang menurut dan terorganisir

Gambar 3.11. Alur Kerja Dalam monotirong pemasangan bata ringan


agar sesuai dengan mutu, seperti menurut Harold Knootz (Koontz, 1990)

Dengan Adanya alur seperti diatas, hal pertama yang praktikan lakukan
adalah mengkategori dinding yang sudah bisa ditandai, sebagai dinding hotel yang
sudah selesai di dinding dan belum selesai di dinding. Pembimbing kerja profesi
mengarahkan praktikan bahwa kategori dinding yang sudah selesai dan sudah
bisa ditandai di kerja atau shop drawing denah hotel adalah kelengkapan
pemasangan bata ringan digaris marking secara vertikal, bagaimana bata ringan
dipasang dari lantai hingga sampai ke pengatap atau plafon. Hal tersebut yang
bisa ditandai di shop drawing sebagai dinding yang sudah dibangun dan siap untuk
ke proses selanjutnya, seperti proses tahap plester dan pengacian.

Gambar 3.12. (Kanan Proses pembuatan dinding unit hotel dan Kiri) dinding yang sudah
terpasang (yang dapat ditandai di Mapping),

Dinding yang sudah selesai, seperti pada gambar kanan diatas akan
ditandai di kertas Shop Drawing khusus untuk Mapping dinding setiap unit dinding

22
hotel dengan spidol berwarna hijau, yang menandakan bahwa dinding tersebut
sudah selesai dibuat dan dipasang dengan bata ringan secara keseluruhan.
Kemudian, untuk dinding yang sudah diplester akan ditandai dengan warna kuning
atau orange.

Gambar 3.13 Shop Drawing atau denah hotel untuk me - mapping bagian dinding.

Setelah praktikan diberikan tugas mengawasi proses pemasangan bata


ringan pada setiap unit kamar, praktikan diminta oleh pembimbing kerja untuk
meng - capture setiap lorong unit kamar hotel disetiap lantai. Hal ini, agar dapat
melihat proses secara keseluruhan dari setiap sisi bagian unit maupun dari sisi
lantai maupun sisi pengatap atau plafon.

Gambar 3.14. Foto kanan, dinding unit yang belum terpasang (25 Juni 2022) dan foto kiri
dinding unit yang sudah terpasang (5 Juli 2022)

Gambar di atas juga menunjukkan bahwasanya pengawasan yang


dilakukan, menghasilkan sebuah adanya proses dalam pemasangan bata ringan
di setiap unit dengan tenggat waktu tertentu, agar dapat sesuai dengan tanggal
yang direncanakan. Kegiatan pengawasan dan me – Mapping digambar kerja
denah hotel tersebut, dilakukan di hari Senin dan Rabu setiap minggu nya. hal
tersebut dilakukan agar di hari Selasa siang dan Kamis siang ter – update dan

23
terdata yang akan diserahkan oleh owner dan kepada pihak konstruksi agar dapat
melanjutkan pengerjaan selanjutnya.
Kemudian setelah praktikan sudah me – Mapping dinding yang sudah
terpasang pada kertas A3 gambar kerja atau Shop Drawing denah Hotel secara
manual, Praktikan diminta oleh pembimbing kerja untuk meng – update secara
digital, menggunakan Software Autocad. Pekerjaan yang dilakukan oleh praktikan
sama dengan me – Mapping dinding pemasangan bata ringan secara manual atau
di atas kertas gambar kerja atau Shop Drawing, dengan memberikan tanda atau
hatch pada denah setiap unit kamar yang sudah terpasang dinding bata ringan
nya.

Gambar 3.15. Mapping pemasangan dinding bata ringan setiap unit hotel yang belum
ter - update,

Gambar 3.16. Mapping pemasangan dinding bata ringan setiap unit yang sudah ter
– update.

24
Pada gambar di atas terlihat setiap unit pada bagian pemasangan dinding
bata ringan ditandai dengan Hatch berwarna hijau yang menandakan bahwa
dinding tersebut sudah selesai terpasang. Praktikan melakukan pengerjaan dalam
meng – Update dinding pemasangan bata ringan secara digital setiap hari Selasa
di siang hari, agar dapat terdata dan diserahkan oleh pihak Owner, tentang sampai
mana pemasangan dinding bata ringan dilakukan disetiap unit kamar hotel Double
Tree.
Setelah praktikan sudah melakukan tahap mapping menggunakan
Autocad, kemudian praktikan mem – plotting bagian unit yang sudah ter – update
dan dijadikan sebagai file JPG yang akan diberikan kepada pembimbing kerja agar
di masukkan ke laporan mingguan dan dipresentasikan.

Gambar 3.17. Hasil Plot Mapping Pemasangan Dinding.

3.1.3. Kendala yang Dihadapi


Adanya beberapa kendala yang dialami oleh praktikan selama proyek hotel
BXC tahap 2 ini dilakukan, yaitu:
(1) Praktikan saat me–mapping dinding bata ringan, yaitu adanya
kesulitan dalam me–mapping secara digital di Autocad. Praktikan yang
diharuskan untuk me – Mapping digital menggunakan Autocad dan
membuka file shop drawing denah yang cukup berat, dikarenakan
banyaknya elemen – elemen pada shop drawing pada denah tersebut.
Karena file shop drawing yang cukup besar, laptop praktikan tidak
sanggup atau tidak layak saat me–mapping dinding bata ringan secara

25
digital dan kesulitan juga untuk membuka file shop drawing denah
hotel tersebut.
(2) Saat di lapangan proyek hotel BXC tahap 2, adanya perbedaan pada
denah yang terdapat di shop drawing hotel dengan hasil pemasangan
bata ringan di lapangan tersebut. Perbedaan tersebut adalah, dinding
yang seharusnya tidak ada di denah dan tidak dikerjakan, sedangkan
saat di proyek lapangan dinding tersebut sudah ada dan terbangun.
Hal tersebut menjadi beberapa kendala yang dihadapi oleh praktikan dan
harus di diskusikan oleh pembimbing.
3.1.4. Cara Mengatasi Kendala
Kendala yang dialami praktikan dalam pengerjaan proyek ini, dapat diatasi
dengan beberapa cara dan hasil diskusi oleh bimbingan Kerja Profesi maupun
teman – teman magang yang lain. Pada kendala pertama, yaitu me – Mapping
dinding bata ringan secara digital di Autocad, praktikan meminta pada pembimbing
untuk melakukan pengerjaan tersebut dilakukan di minggu berikutnya. Kemudian,
praktikan berdiskusi kepada rekan atau teman – teman magang lainnya untuk
membagi tugas tersebut dan melihat perangkat laptop siapa yang cukup untuk
membuka Shop drawing tersebut dan mengerjakan nya dalam satu perangkat
keras atau laptop agar tidak terpencar file update Mapping pemasangan bata
ringan pada dinding hotel. Setelah itu, jika Mapping tersebut sudah selesai,
praktikan dapat memberikan nya ke pembimbing kerja agar dapat di cek kembali.
Kemudian pada kendala kedua yang di hadapi oleh praktikan adalah
adanya dinding yang tidak seharusnya di lapangan, dikarenakan pada gambar

Gambar 3.18. Dinding yang seharusnya tidak terbangun atau tidak seharusnya
dikerjakan.

26
denah hotel tersebut tidak adanya dinding tersebut. Dinding tersebut terbangun di
area ME (ruang kelistrikan) di lantai 9 hotel BXC tahap 2.

Gambar 3.19. Denah dinding hotel (ruang ME) yang seharusnya tidak ada
dinding pembatas.

Pada kendala ini, praktikan berdiskusi langsung oleh pembimbing kerja


maupun pihak owner tentang adanya kesalahan pemasangan dinding hotel.
Diskusi ini dilakukan selama 1 minggu agar mendapatkan hasil yang tanpa adanya
kerugian dari kedua belah pihak. Setelah sudah berdiskusi langsung dengan pihak
Owner yaitu Jaya Real Property dan bagian JCM, adanya keputusan yang
bahwasanya dinding yang sudah terbangun tersebut dibiarkan, karena memang
adanya keterlambatan pada revisi shop drawing denah hotel yang kembali ke
pihak JCM, dan memang seharusnya dinding tersebut terbangun. Lalu, setelah
melakukan revisi praktikan dapat melanjutkan pekerjaan dengan Shop drawing
yang sudah direvisi dan dikembalikan ke pihak JCM.
3.1.5. Pembelajaran yang Diperoleh
Pada proyek ini praktikan mendapatkan ilmu yang bermanfaat tentang
bagaimana tahapan pemasangan dinding yang baik dan bagaimana memonitoring
proses pemasangan bata ringan secara waktu – kewaktu di dinding hotel BXC
tahap 2. Kemudian praktikan mempelajari bahwasanya dalam proses monitoring
atau pengawasan dalam sebuah pemasangan dinding proyek haruslah
memperhatikan standar, serta memperhatikan detail – detail kecil yang tidak

27
sesuai pada saat pemasangan dinding. Sehingga saat dinding bata ringan sudah
terpasang dapat memiliki kualitas yang sesuai untuk terbangun dan memperkecil
persentase kerusakan yang akan terjadi.
Adanya beberapa kesulitan yang dihadapi oleh praktikan dalam melakukan
pengerjaan tugas yang diberikan oleh pembimbing kerja, yang dijadikan sebuah
tantang oleh praktikan, serta pembelajaran yang baru dan tidak dijadikan sebuah
penghambat dalam me - monitoring pemasangan dinding tersebut. hal tersebut,
dijadikan sebuah pengalaman yang menarik dan dijadikan pengalaman yang
sangat berharga, tentang bagaimana praktikan dapat memecahkan atau
menyelesaikan sebuah permasalahan secara individual maupun secara berdiskusi
atau bekerja sama dengan pembimbing kerja maupun partner sesama magang.
Selain itu, pembelajaran yang diberikan oleh pembimbing kerja, tentang
bagaimana sebuah proses pengerjaan sesuatu di proyek yang dikerjakan
langsung di lapangan dan pembelajaran bagaimana kita harus berhati – hati di
lingkungan proyek atau penempatan yang ada di lapangan.

3.2. Monitoring dan Tes Rendam Struktur pada Kamar Mandi Hotel BXC 2
Pada bidang kerja selanjutnya, masih terkait pengerjaan proyek Hotel
Double Tree di BXC tahap 2. Setiap unit kamar hotel tersedia atau terdapat area
kamar tidur dengan adanya kamar mandi. Dalam bidang kerja ini, proses
pengerjaan kamar mandi, dikerjakan secara khusus atau secara detail. Hal ini
dikarenakan, area kamar mandi yang sering terendam air atau bisa dibilang area
basah. Maka dari itu, area kamar mandi pada setiap unit melakukan pengecekan
secara berulang – ulang, agar tidak mengalami kebocoran pada struktur ke area
luar maupun bawah unit lain. Area kamar mandi pada setiap unit kamar hotel juga,
diperhatikan cara pemeliharaan serta di awasi secara berkala pengerjaan nya.
Kemudian, agar tetap terjaga dari kebocoran (pengerembesan) dari kamar mandi
setiap unit kamar hotel dilakukannya monitoring dan tes rendam struktur pada
kamar mandi tersebut. sehingga, pembimbing kerja, memberikan tugas kepada
praktikan untuk melakukan monitoring dan tes rendam struktur pada kamar mandi
setiap unit kamar hotel. Monitoring dan tes rendam pada kamar mandi unit hotel
ini dilakukan sesuai dengan schedule yang diberikan dan dilakukan disetiap kamar
unit sebanyak 184 unit kamar hotel.

28
3.2.1. Bidang Kerja
Pada pengerjaan monitoring dan tes rendam struktur di setiap kamar mandi
unit kamar hotel, praktikan diminta untuk melakukan pengecekan secara berkala
pada kamar mandi yang sudah terendam oleh air dan mengobservasi, apakah
setiap unit yang sudah terendam oleh air mengalami kebocoran pada struktur nya.
Dalam pengerjaan ini praktikan diberikan shop drawing dan schedule unit mana
saja yang sudah terendam maupun yang sedang di isi untuk dilakukan pengetesan
rendam struktur tersebut. seperti sebelumnya pada bidang kerja ini dijelaskan
bagaimana tahapan manajemen konstruksi berjalan, dengan berbagai proses
rencana, organisir sumber daya untuk mencapai sasaran organisasi dan
manajemen mutu (Koontz, 1990). Pada alur dibawah ini menggambarkan tahapan
dalam pengerjaan manajemen dan monitoring konstruksi yang ada dilapangan,
begitu pula dalam monitoring tes rendam struktur pada unit kamar mandi hotel
BXC tahap 2

Gambar 3.20. Rangkaian/Pola Tahapan Pekerjaan Manajemen Konstruksi

3.2.2. Pelaksanaan Kerja


Pada tahap awal pengerjaan monitoring dan tes rendam struktur pada
kamar mandi setiap unit hotel, praktikan diberikan instruksi, pengarahan maupun
pembelajaran bagaimana tahapan pengerjaan tes rendam struktur pada kamar
mandi dan bagaimana tahapan monitoring setelah kamar mandi pada setiap unit
hotel sudah terendam air oleh pembimbing kerja.

29
Gambar 3.21. Kamar mandi pada hotel yang sedang direndam air.

Pengarahan maupun pembelajaran dilakukan dengan memberikan metode


pekerjaan tes rendam struktur oleh pembimbing kerja kepada praktikan. Pada awal
mula uji tes rendam pada unit kamar mandi hotel praktikan mempelajari
bahwasanya metode pelaksanaan tes rendam struktur cukup mudah. Dengan
menyirami atau merendam area kamar mandi, dengan air bersih. Kemudian,
selama kamar mandi direndam oleh air, air akan didiamkan didalam kamar mandi
setiap kamar hotel selama 1x24 jam secara bergantian dari lantai – kelantai
dengan Schedule yang sesuai secara berurutan dan teratur. Schedule diberikan
oleh pembimbing kerja kepada praktikan agar dapat dimonitoring secara berkala.

Gambar 3.22. Schedule tes rendam struktur pada kamar mandi hotel.

30
3.2.3. Kendala Yang Dihadapi
Kendala yang dihadapi praktikan selama mengerjakan tes rendam pada
hotel yang ada di BXC 2 adalah adanya beberapa unit kamar mandi pada hotel
yang tidak lulus pengecekan atau lulus pada tes rendam. Dikarenakan beberapa
kamar mandi pada unit kamar setiap hotel mengalami kebocoran maupun rembes,
hal ini ditandai dengan berkurangnya air secara signifikan dan cepat saat
didiamkan selama 1x24 jam, yang kemudian air mengalir atau rembes ke unit
lantai bawah yang sejajar dengan kamar mandi yang dilakukan tes rendam. Hal ini
dikarenakan, pada lapisan beton pada lantai kamar mandi memiliki celah atau
tidak terlapis dengan rata, sehingga saat tes rendam dengan menggunakan air,
air mengalir ke sela -sela lapisan beton lantai.

Gambar 3.23. Kamar mandi yang mengalami kebocoran atau rembes.

3.2.4. Cara Menghadapi Kendala


Untuk menghadapi kendala yang dilakukan oleh praktikan selama bidang
kerja tes rendam struktur ini adalah mendata kamar mandi setiap kamar unit hotel
yang mengalami kebocoran atau rembes dan menginformasikan kepada MK atau
Manajemen Konstruksi yang menangani hotel tersebut. hal ini dilakukan, agar
adanya catatan untuk dilakukan nya proses injeksi Epoxy Grout atau perbaikan
struktur beton pada kamar mandi yang memiliki celah yang membuat air rendaman
pada kamar mandi berkurang dan mengalami kebocoran.

Epoxy Injection terdiri dari dua komponen yaitu resin dan hardener yang
akan dicampur untuk mengisi keretakan ataupun celah – celah yang halus (retak
pada beton) hingga keretakan agak besar (maksimal 10mm), agar menutupi
keretakan tersebut sehingga tidak akan adanya kebocoran yang disebabkan oleh
air atau benda cair lainnya.

31
Perbaikan retakan maupun pecah yang dialami oleh beton pada kamar
mandi ini dengan memasukkan material Epoxy Grout ke dalam jalur retakan atau
celah beton, sehingga beton yang terpisah akibat retak dan pecah dapat saling
mengikat kembali dan mengembalikan kekuatan struktur beton dan terhindar dari
kerusakan yang lebih besar nanti nya.

Gambar 3.24. Beton yang sudah dilakukan injeksi Epoxy Grout.

3.2.5. Pembelajaran yang Diperoleh


Dalam bidang kerja yang telah diberikan kali ini banyak pembelajaran yang
dapat dipelajari oleh praktikan. Bagaimana praktikan dapat berpikir dengan
sebuah pola kerja atau tahapan – tahapan yang harus dilakukan pada bidang kerja
tes rendam ini.
Kemudian, praktikan dapat menambah ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan mata kuliah struktur dan bahan yang sudah didapatkan di
perkuliahan, yaitu bagaimana sebuah material dapat mempengaruhi hasil akhir
dari sebuah bangunan dan bagaimana material atau bahan Epoxy Grout dapat
mengatasi permasalahan pada kebocoran atau rembes pada beton yang ada di
kamar mandi setiap kamar/unit hotel

32
3.3. Perancangan Visualisasi pada Kantin Mall BXchange Tahap 2
Pada bidang kerja selanjutnya, adalah perancangan atau meredesain
visualisasi ruang Kantin pada Mall BXChange tahap 2 yang harus dilakukan
karena adanya perubahan pada gambar kerja dan kondisi yang existing yang
mengharuskan visualisasi terhadap kantin tersebut harus diubah.

Adanya elevasi plafon mall yang terbatas akibat instalasi MEP, sehingga
perlu nya alternatif desain pada area kantin Mall BXC 2. Keterbatasan atau
perubahan elevasi plafon yang menurun, akibat perubahan jalur MEP yang digeser
ke area kantin, membuat visualisasi dan ketinggian nya sangat berbeda dengan
gambar rancangan awalnya. Sehingga, adanya perubahan secara lapangan dan
membuat visualisasi kantin tampak terlihat sempit dan sesak akibat MEP tersebut.

Gambar 3.25. Area Pembangunan Kantin BXC 2.

3.3.1. Bidang Kerja


Pada bidang kerja dalam visualisasi kantin ini, praktikan diminta untuk
membuat gambar atau visual interior dengan model 3 dimensi, dengan
menganalisis permasalahan yang ada dan memberikan respons desain dari
analisis yang praktikan dapatkan. Kemudian praktikan akan menyajikan hasil
respons desain dari permasalahan dengan gambar yang diminta seperti, denah
kantin, layout tatanan meja makan, layout peletakan tenant, dekorasi atau barang
yang digunakan, serta mood board untuk desain kantin yang sudah diubah.

33
Praktikan dalam mengerjakan tugas ini menggunakan perangkat lunak Autocad,
Sketchup, Twinmotion dan Archicad. Melalui perangkat lunak tersebut, praktikan
diminta untuk mampu memberikan visualisasi dengan mendesain ulang seperti
apa kantin mall BXC tahap 2 tersebut kedepannya.

3.3.2. Pelaksanaan Kerja


Pada tahap awal pengerjaan redesain visualisasi kantin mall BXC tahap 2,
praktikan diberi instruksi dan gambaran secara kasar oleh pembimbing kerja untuk
proses pengerjaan visualisasi tersebut. pada proses redesain proyek kantin yang
ada di BXC tahap 2 ini, praktikan mencoba menerapkan metode pendekatan The
Universal Traveler. Metode tersebut adalah tahapan bagaimana pendekatan
desain dilakukan dengan menganalisis dari permasalahan yang ada dan
mengeluarkan berupa respons desain yang dapat memecahkan permasalahan
tersebut (Problem-Solving) (Bagnal, 1974). metode ini diperkenalkan oleh Don
Koberg dan Jim Bagnall. Metode ini dilakukan dengan beberapa program tahapan
secara berurutan dan analisis konsep hingga menemukan pemecahan masalah
dengan desain, sebagai berikut:

Tabel 3.3 Penyesuaian Metode The Universal Traveler: Creativity, Problem-Solving and the
Process of Reaching Goals.
The Universal Traveler: Creativity,
Penyesuaian metode The Universal
No Problem-Solving, and the Process of
Traveler
Reaching Goals
1. Accept (Menerima) – Menerima Accept (Menerima) – menerima
permasalahan permasalahan yang ada di BXC 2
2. Analize (Analisis) – mengumpulkan data dari Analize (analisis) – menganalisis
permasalahan permasalahan dari kantin BXC 2 dari data
yang didapat
3. Define (Menerapkan) – menentukan Define (Menerapkan) – pemecahan atau
permasalahan utama, dengan, menerapkan titik permasalahan yang crucial atau
konsep, klasifikasi dan tujuan penyelesaian penting di kantin BXC 2
masalah
4. Ideate (Ide) – memecahkan masalah dengan Ideate (Ide) – memberikan respons
beberapa ide solusi desain untuk memberikan solusi dalam
memecahkan permasalahan

34
5. Select (Pilih) – mencapai tujuan dengan cara Select (Pilih) – memberikan saran desain
yang cocok dan mengambil tindakan terbaik terhadap kantin BXC 2, dari pola
dalam untuk pemecahan masalah penempatan meja, perubahan desain
interior, tema atau konsep pada kantin
dan peletakan tenan/kios
6. Implement (mewujudkan) – dengan Implement (Mewujudkan) –
mengimplementasikan/mewujudkan solusi Mengimplementasikan ide desain dalam
yang terbaik untuk penyelesaiannya bentuk desain 3d dan renderan
7. Evaluate (Evaluasi) – meninjau perjalanan Evaluate (Evaluasi) – mengevaluasi
pemecahan masalah dengan nilai desain dengan pembimbing kerja dengan
keseluruhan, dan evaluasi yang asistensi dan revisi.
melibatkan/membandingkan tujuan dan niat

Penyesuaian ini dilakukan karena agar praktikan lebih terarah dalam


proses mengerjakan redesain kantin BXC tahap 2 ini. Kemudian, setelah praktikan
menerima permasalahan yang ada di proyek BXChange Tahap 2, pembimbing
kerja menyarankan untuk melihat site yaitu kantin BXC tahap 2 untuk melihat
kondisi site yang menjadi permasalahan dalam perubahan jalur MEP yang
mengubah visualisasinya. Setelah melihat kondisi pada kantin BXC tahap 2,
praktikan menganalisa dengan melihat perbedaan dari nuansa, keadaan dan
desain denah di awal gambar rancangan tersebut. sangat terlihat kantin BXC 2
yang awalnya memiliki tinggi yang standar dan bisa menggunakan plafond,
sekarang cukup sempit dan tinggi pada Floor to Floor cukup pendek jika
menggunakan plafond seperti gambar awal perencanaan nya.

Gambar 3.26. Potongan Shop Drawing Kantin BXC tahap 2.

35
Terlihat pada gambar potongan rancangan pertama atau gambar Forcon,
pada awal perencanaan plafond diletakkan dikentinggian 2,4meter dengan diatas
palfond terdapat balok struktur dan tidak ada jalur MEP. Jalur MEP sendiri berada
didepan area kantin atau area parkir basement dengan konsep ekspos (terbuka).

Gambar 3.27. Perubahan Jalur MEP di Kantin BXC tahap 2


Kemudian, terlihat pada gambar denah yang di atas, terdapat perubahan
pada jalur MEP terutama Ducting yang dialihkan ke area kantin sehingga adanya
perubahan elevasi, sehingga plafond pada kantin tidak dapat diinput ke kantin
tersebut. Karena Ducting yang masuk ke dalam area kantin membuat elevasi
terhadap Floor to Floor pada kantin menjadi berkurang, yang awal mulanya adalah
2,4 meter menjadi 2 meter.

36
Gambar 3.28. Area kantin Bintaro Jaya Xchange tahap 2

Kemudian, setelah praktikan sudah mengunjungi site dan menganalisis


permasalahan utama pada kantin BXC tahap 2, lalu praktikan mengumpulkan data
dengan Shop Drawing denah pada kantin BXC tahap 2 sebagai acuan dan
memudahkan praktikan untuk redesain visual dengan MEP sebagai
penambahnya. Setelah itu, pembimbing kerja memberikan arahan bagaimana
praktikan harus mengerjakan tugas proyek tersebut, seperti konsep apa yang akan
diambil nantinya, dan bagaimana praktikan merespon MEP tersebut.

Setelah itu, pada awal mula redesain visualisasi, praktikan memberikan


konsep baru terhadap kantin BXC tahap 2. Konsep baru ini dilakukan untuk
merespons permasalahan yang ada pada kantin basement BXC tahap 2 tersebut.
Konsep atau Tema yang digunakan adalah tema Industrial. Maksud dari Tema
Industrial adalah memperlihatkan ketegasan yang diidentifikasi dari penggunaan
material dan elemen berbahan dasar metal, dinding bata ekspos, lantai semen
atau beton, atau bahkan terakota, serta penampilan dengan kesan unfinished.
Kemudian, praktikan menerapkan konsep tersebut kedalam rancangan nya.

37
Gambar 3.29. Referensi untuk Kantin BXChange Tahap 2.
Lalu, setelah praktikan memberikan sebuah konsep ide untuk kantin BXC
2 tersebut, praktikan mencoba untuk meng – layout tata letak tenant maupun tata
letak meja makan. Hal ini, dilakukan untuk memprediksi bagaimana jalur dan
jumlah meja yang akan digunakan untuk pengunjung atau pengguna kantin.

3
1

Gambar 3.30. Desain Layout Meja Makan BXC tahap 2.

Terlihat, pada layout meja makan yang sudah dirancang dengan tata letak
linear atau memanjang pada nomor 1. Lalu pada nomor 2 terdapat beberapa meja
bar, mengikuti pola dinding dari kantin BXC 2. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisir tempat dengan meja makan, namun memperbanyak tempat duduk
untuk digunakan sebagai wadah aktifitas menyantap makanan. kemudian, untuk
tata letak tenant atau para penjual pada nomor 3, dirancang sedemikian rupa untuk
para pembeli dapat mencapai penjual dengan pola tenant seperti gambar denah
di atas, untuk jumlah tenant atau penjual makanan nya sendiri sebanyak 4 dengan
kapasitas maksimum 5. Layout dari tenant dan tata letak meja makan sendiri,

38
merespons dari jalur Ducting (dengan tanda garis jingga) yang ada di tengah atau
antara meja makan, meja bar dan tenant tersebut.

Gambar 3.31. Hasil 3D Model Redesain visualisasi Kantin BXC tahap 2.

Pada rancangan yang sudah di render tersebut, terlihat Ducting yang


awalnya menjadi sebuah permasalahan, menjadi sebuah keestetikaan terhadap
kantin yang ada di basement 2 BXC tahap 2. Dengan mengekspos Ducting dan
memberikan warna hitam pada Ducting tersebut, membuat kesan pada kantin
layaknya seperti tema industrial Unfinished. Tata letak lampu yang dipadu-
padankan dengan konsep warna yang dipilih, membuat kantin di BXC 2 tersebut
tampak lebih luas dan lebih estetik.

Gambar 3.32. Hasil 3D Model Redesain visualisasi Kantin BXC tahap 2


Area kios,
4

39
Gambar 3.33. Hasil 3D Model Redesain visualisasi Kantin BXC tahap 2
Area Meja Bar.

Lalu pada rancangan yang dilakukan praktikan, praktikan memberikan


meja bar untuk meminimalisir penggunaan meja makan, agar mendapatkan lebih
banyak sirkulasi gerak dari pengunjung kantin tersebut.

Gambar 3.34. Hasil 3D Model Redesain visualisasi Kantin BXC tahap 2


Smoking Area.

Gambar 3.35. Hasil Potongan dari 3D model Kantin BXC tahap 2.

40
Rancangan yang sudah dipikirkan bagaimana dari pewarnaan, tata letak
meja makan dan tenant nya sendiri, rancangan dari visualisasi kantin tersebut
membutuhkan sebuah mood board agar dapat dipresentasikan kepada
pembimbing kerja, tentang apa saja barang yang akan ada di kantin tersebut,
warna apa yang akan digunakan dan lampu apa yang akan ada di kantin tersebut.

Gambar 3.36. Moodboard pada Redesain Visualisasi Kantin BXC Tahap2.

Pada mood board yang sudah dibuat dari rancangan yang sudah ada,
terdapat beberapa elemen – elemen pelengkap, seperti penggunaan furniture,
warna dan material yang akan digunakan. Untuk warna yang akan digunakan

41
seperti warna- warna yang dominan atau tegas seperti antara lain coklat tua dan
hitam. Kemudian, untuk furniture dipilih yang sesuai dengan konsep atau tema
yang diambil oleh praktikan
3.3.3. Kendala yang Dihadapi
Kendala yang dihadapi praktikan selama mengerjakan redesain visualisasi
pada kantin tersebut adalah saat pada kunjungan site pada kantin yang ada di
basement 2 BXC tahap 2, praktikan diharuskan untuk mengukur Floor to Floor
yang sudah diperbarui dengan alat ukur digital. Kesulitan ini muncul dikarenakan
area yang cukup basah dan digenangi oleh air, sehingga alat pengukur tersebut
tidak bisa diletakkan di lantai yang terkena rendaman air tersebut.
Kemudian, adanya kesulitan mengukur Ducting dari ketinggian dan
panjang Ducting tersebut. dikarenakan posisi Ducting yang tidak sejajar dan
bergelombang (naik dan turun) sehingga praktikan harus mengukur secara
berulang – ulang. Pengukuran yang dilakukan secara berulang ini dilakukan agar
menemukan ukuran yang pas dan sesuai untuk nantinya di realisasikan kedalam
perangkat lunak yang digunakan. Selain itu juga, praktikan juga kesulitan dalam
merespon dari permasalahan Ducting tersebut, seperti bagaimana konsep atau
tema apa yang cocok untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, tata letak meja
yang harus dilakukan, dan furniture apa yang cocok untuk konsep yang dipilih oleh
praktikan.
3.3.4. Cara Menghadapi Kendala
Untuk menghadapi kendala yang dilakukan oleh praktikan selama
pekerjaan visualisasi ini dilakukan, praktikan melakukan Brain storming dengan
mencari referensi di Pinterest untuk konsep apa yang akan digunakan, serta
bimbingan kepada pembimbing kerja. Setelah itu praktikan mencari di Pinterest
juga Furniture apa yang cocok untuk tema dan konsep yang sudah dipilih.
Furniture yang dipilih juga dicari kembali di website belanja online, untuk apakah
ketersediaan barang tersebut ada atau tidak.
Lalu untuk kendala yang selanjutnya, praktikan meminta bantuan kepada
rekan kerja yang ada dilapangan untuk membantu pengukuran secara berkala
atau bergantian, untuk meminimalisir waktu kerja dengan membagi pekerjaan
mengukur Ducting tersebut. Adapun rundingan atau tukar pendapat antar sesama
rekan kerja untuk tetap terkoneksi terhadap pengukuran Ducting yang ada di
kantin BXC tahap 2 tersebut

42
3.3.5. Pembelajaran yang Diperoleh
Dalam bidang kerja yang telah diberikan kali ini banyak pembelajaran yang
dapat dipelajari oleh praktikan. Bagaimana praktikan dapat berpikir dengan
merespon permasalahan yang ada dengan sebuah gagasan dan ide yang akan
menjadi sebuah konsep dan pemecahan masalah yang ada.
Kemudian, praktikan dapat menambah ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan mata kuliah Perancangan Arsitektur yang sudah didapatkan
di perkuliahan, yaitu bagaimana sebuah permasalahan yang ada pada sebuah site
maupun bangunan dapat dipecahkan dengan merespons dan memberikan hasil
desain rancangan dari permasalahan yang ada. Layaknya, pada kantin tersebut,
praktikan diharapkan untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan hasil
desain yang dapat memudahkan untuk setiap penggunaannya.

43

Anda mungkin juga menyukai