Anda di halaman 1dari 16

KELAS RASIONALITAS: FILOSOFI LOGOS

MENGAPA MENULIS
SEJARAH ITU PENTING?
Why writing history matters
23 Oktober 2023, 1900-2100

Peter Carey
Fellow Emeritus, Trinity College, Oxford
Adjunct Professor FIB-UI, 2013-23
PRAMOEDYA ANANTA TOER
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia
tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarkyat dan
dalam sejarah.
Menulis adalah bekerja untuk keabadian"

"Tahu kau mengapa Kau sayangi kau


lebih dari siapa pun? Karena kau
menulis. Suaramu takkan padam ditelan
angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di
kemudian hari"
ANAK SEMUA BANGSA, BURU QUARTET 2

"Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin


mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja,
tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal
hanya hewan yang pandai"
PRAMOEDYA ANANTA TOER, CIRCA 1955
KAHLIL GIBRAN (1883-1931)
“After eating and drinking the most
important need for mankind is the
hearing of stories”

“Setelah makanan dan minuman,


kebutuhan manusia yang paling
penting adalah mendengarkan cerita”

ASCRIBED TO GIBRAN

MILAN KUNDERA (1929-2023)


“The struggle of man against power is
the struggle of memory against
forgetting!”
“Perjuangan manusia melawan
kekuasaan adalah perjuangan ingatan
melawan lupa!”
THE BOOK OF LAUGHTER
AND FORGETTING, 1979
PENTINGNYA PENULISAN SEJARAH DAN BAHAYANYA
SUTAN SJAHRIR BAHAYA WARISAN SEJARAH

“I'm concerned about my legacy—kill the historians.”


“Saya mengkhawatirkan warisan saya—hukum mati sejarawan!”
KEWASPADAAN UNTUK MENJAGA KEMERDEKAAN DAN
PENTINGNYA PENULISAN SEJARAH DALAM SETIAP GENERASI

“The price of freedom is eternal vigilance”


“Harga kemerdekaan adalah kewaspadaan abadi”
THOMAS JEFFERSON
(1743-1826, PRESIDEN AS KETIGA, 1801-1809)

“History has to be rewritten in every generation, because, although


the past does not change, the present does [and] each generation
asks new questions of the past and finds new areas of sympathy as
it re-lives different aspects of the experiences of its predecessors.”
“Sejarah harus ditulis kembali pada setiap generasi, karena, walau
sejarah tidak berubah, masa kini terus berubah, [dan] setiap generasi
mengajukan pertanyaan-pertanyaan baru mengenai masa lalu dan
menemukan aspek simpatisan baru selagi mereka menjalani kembali
berbagai aspek yang berbeda dari pengalaman hidup pendahulu mereka.”

CHRISTOPHER HILL
(1912-2003, IN POST 1965-78)
Dalam kehidupan manusia masa kini — secara
eksistensial, dan dalam konteks peran kita sebagai
pemeran sejarah pada generasi yang sekarang, kita
harus menanyakan dan menjawab tiga pertanyaan kunci
berikut ini:

01 WHO ARE WE?


Siapakah jati diri kita sendiri?

02 WHERE DO WE COME FROM?


Dari manakah asal usul kita?

03 WHERE ARE WE GOING?


Kemanakah kita akan melangkah
di masa depan?
MASALAH YANG
DIHADAPI
Dalam presentasi ini, saya akan membahas
tentang dua kejadian baru-baru ini yang
melibatkan saya sendiri.

Yang pertama adalah sebuah episode yang


sudah lewat: mengenai serial film "Jejak
Khilafah di Nusantara" Agustus 2020)

Dan yang kedua kisahnya masih bergulir:


Habib Luthfi Hasan bin-Yahya dan pencurian
identitas panglima pasukan Yogyakarta yang
tragis, KRT Sumodiningrat, c.1760-1812,
menjabat 1808-12), yang mayatnya dimutilasi
oleh Asisten Residen Inggris/ Sekretaris
Residen Yogyakarta, John Deans.
01
Is there any evidence that the first Islamic 'state' in Java, the Sultanate of
Demak (1475-1558), in particular its first ruler, Raden Patah (r. 1475-
1518), supposedly a son of the last ruler of Majapahit in East Java,
Brawijaya V (lived 1413-78), had any contacts with Ottoman Turkey? For
example, is there any evidence in the Ottoman archives that the Sublime
Porte may have accorded the title of 'Sultan' to this first ruler of Demak?

02
Was the Sultanate of Yogyakarta considered a 'vassal' of Ottoman
Turkey, or a representative (wakil) of the Ottoman Sultan in Java?

03
In connection with Q2 is there any evidence of any kind of a
connection between the Sultanate of Yogyakarta (founded 1749 to
present) because the Sultan has a number of heirloom objects,
amongst them the 'Tunggul Wulung' banner, which our HTI friends
give as 'evidence' of the Sultanate of Yogyakarta's role as the
legitimate 'representative' of Ottoman Turkey in Java?

“MY ANSWER TO ALL


YOUR QUESTIONS IS NO. ” DR ISMAIL HAKKI KADI
FANTASI SEJARAH

01 FIRST SULTANATE
Tidak ada bukti di kerasipan Ottoman
bahwa “negara” keislaman di Jawa, yaitu
Kesultanan Demak (1475-1558),
terutama penguasa pertamanya, Raden
Patah (bertakhta 1475-1518), memiliki
hubungan apapun dengan Kerajaan

03
Ottoman dan penguasanya, apalagi
TUNGGUL WULUNG
menerima gelar “Sultan” dari mereka.
Tidak ada bukti macam apapun mengenai
hubungan antara Kerajaan Ottoman

02 INDEPENDENT SULTANATE dengan Kesultanan Yogyakarta (1749-


sekarang) seperti poin nomer 2 tadi.
Kesultanan yang berada di pulau
Juga tidak ada data di kearsipan Ottoman
jawa tidak dianggap sebagai "negara
yang menandakan kalau bendara “Pusaka
bawahan" Kerajaan Ottoman, dan
Tunggul Wulung” adalah “bukti” dari
juga tidak berfungsi sebagai “Wakil”
peran resmi Kesultanan Yogyakarta
dari Kerajaan Ottoman di Jawa.
sebagai “perwakilan” resmi Kerajaan
Ottoman di Jawa.
PARA PENCIPTA HOAX SALIM A. FILLAH
Penulis buku fiksi “Sang Pangeran dan Janissary Terakhir,”
yang disebut-sebut “mengandung fakta, data, informasi
dan praduga sejarah yang bertingkat-tingkat kualitas
akurasinya.” dalam upaya “meluruskan” narasi sejarah
yang “salah.”

NICKO PANDAWA
Aktor intelektual di belakang hoax “Jejak
Khilafah” yang dibuat berdasarkan tesis S1nya
di UIN Sultan Hidayatullah.
HOAX SUMODININGRAT &
HASAN BIN THOHA BIN YAHYA
Raden Tumenggung Sumodiningrat atau Habib Hasan adalah paman dari Pangeran
Diponegoro dan Sentot Prawirodirjo. Beliau adalah ipar dari Sultan Hamengkubuwono
III (ayah Pangeran Diponegoro).
MANAQIB HABIB HASAN BIN THAHA BIN YAHYA | SYAIKH KRAMATJATI | SINGOBARONG
DARULHASYIMIJOGJA
PENELITI DARI MAJELIS DARUL HASYIMI, SULISTYO EKO,
MENGUNGKAP SEJUMLAH FAKTA DAN TEMUAN SEJARAH YANG PERLU DISAMPAIKAN KEPADA PUBLIK.
sosok yang dibunuh oleh tentara Inggris bukanlah Habib Hasan (KRT Sumodiningrat) melainkan kakaknya
yang bernama Habib Ahmad, yang saat itu tergabung dalam Prajurit Suronatan. Habib Ahmad ditangkap dan
dibunuh saat beliau berkunjung ke kediaman adiknya. Peristiwa itu terjadi beberapa hari sebelum
penyerangan Inggris ke Keraton Yogyakarta.
Tujuan pembunuhan terhadap sosok yang mirip Habib Hasan ini adalah dalam rangka membuat mental
prajurit menjadi “down”. Benar saja, mendengar kabar bahwa pemimpin mereka tewas terbunuh, sebagian
prajurit kalang kabut melarikan diri saat menghadapi tentara Sepoy Inggris sehingga Inggris dapat dengan
mudah menduduki Kota Yogya.
Dalam pada itu, KRT Sumodiningrat yang notabene masih hidup terpaksa melakukan penyamaran. Beliau pun
tetap melakukan kontak (baca: komunikasi) dengan pihak keraton. Tahun 1817, misalnya, KRT Sumodiningrat
mendapat mandat dari Sultan Yogya untuk membantu Adipati Semarang dalam mengatasi kekacauan yang
terjadi di wilayah Semarang.
Usai membantu menyelesaikan kekacauan tersebut, KRT Sumodiningrat tidak kembali lagi ke Yogya
melainkan memilih tinggal di Semarang. Sejak 1817 hingga akhir hayat, beliau tinggal di Semarang dan
memperoleh tanah perdikan seluas 79-an hektar.
Almarhum meninggal dunia pada 1835. Makamnya berada di kompleks Masjid Al-Hidayah, Jalan Duku,
Kelurahan Lamper Kidul, Kota Semarang. ROSIKHAN ANWAR
HABIB HASAN "SINGO BARONG", ULAMA PEJUANG
TANAH JAWA, SUARAMERDEKA 5 JANUARI 2023
MENGASLIKAN “ARTEFAK SEJARAH” PALSU
“Narasi lokal itu penting diungkap meskipun bersumber oral historis
turun-temurun ataupun mimpi dari sesorang yang terpercaya. Praktik
Habib Lutfhi misalnya, dalam mengidentifikasi Makam-Makam kuno
sebagai Makam wali melalui mimpi dan visi spiritualnya telah berjalan
lama. Banyak kuburan kuno yang sebelumnya tidak dikenali dengan
mengidentifikasinya dengan identitas Baru di berbagai tempat di Jawa,
Kalimantan, Batam dan daerah lainnya ditemukan oleh Habib Lutfhi.
Ini artinya Habib Luthfi melakukan “Proyek history making” atau
produksi sejarah dengan metode baru melalui mimpi dan visi spiritual.
Sejarah dalam konteks ini bukan sebagai peristiwa yang terjadi di masa
lalu. Tapi sejarah yang dibuat, dipikirkan dan dimaterialisasi. Dalam hal
ini, mimpi atau visi spiritual menempati posisi sentral dalam proses
identifikasi situs sejarah. …
MENGASLIKAN “ARTEFAK SEJARAH” PALSU
… Produksi sejarah melalui metode mimpi tentu berbeda
dengan historiografi Islam mainstream yang bersumber pada
isnad dan tradisi sejarah sekuler pasca-pencerahan yang
beroperasi Pada metode empiris postifistik [...] mimpi adalah
Ruang dialog dan pertukaran keratif. [...] mimpi sebagai
jembatan kepada alam imaginal di mana ruh dapat saling
bertemu.
Mimpi dipercaya sebagai jembatan yang membuka ihwal
semesta yang tersembunyi [...] menghadapi ketiadaan sumber-
sumber tertulis, maka perlu menggunakan praksis sejarah
alternatif, seperti mimpi atau insight dari seorang terpercaya
Guna mengakses masa lalu.”
ZAINUL MILAD BIZAWIE
JEJARING ULAMA DIPONEGORO:
(CIPUTAT: PUSTAKACOMPASS, 2019),
PP.18-20
TEWASNYA
SUMODININGRAT
YANG
MENGENASKAN
IN THE ABSENCE OF LIGHT,
DARKNESS PREVAILS
Masalah muncul ketika aktor tidak
bertanggung jawab — apalagi kalau mereka
sendiri bukan sejarawan — mengubah sejarah
untuk menonjolkan ideologi tertentu.

Sejarawan perlu mengingatkan komunitas pembaca


di Indonesia betapa pentingnya melek sejarah:

01 untuk mencegah sejarah menjadi terlupakan atau diubah.

YAYASAN SUMODININGRAT DEMAK NUSANTARA


02 untuk menyediakan konteks dalam mengerti keadaan
masa kini.

03 untuk mengembangkan pemikiran kritis dan warga


negara yang berpengetahuan.
MATUR NUWUN LHO!
LAN NGANTOS KEPANGGIH MALIH!
Selamat berkarya!
Tunggak jarak merajak
tunggak jati lampus

Anda mungkin juga menyukai