Jurnal MB Vol59 No1 Maret 2024
Jurnal MB Vol59 No1 Maret 2024
59 1 1- 78 Maret 2024
MASALAH BANGUNAN
Volume 59 Nomor 1, Maret 2024 ISSN : 0025 - 4436
EDITORIAL
Kami mengawali edisi pertama tahun 2024 dengan menyajikan
beberapa bahasan tentang penjaminan mutu teknologi melalui
Lic No. 0988/SK/DIR.PP/SIT/1970 pelaksanaan sistem kendali mutu teknologi, kajian aspek kemudahan
pada bangunan gedung, pengaruh keberadaan pelabuhan terhadap
kondisi permukiman disekitarnya, karakteristik permukiman
PELINDUNG : tradisional, dan peningkatan kualitas rumah melalui Bantuan
Direktur Bina Teknik Permukiman dan Perumahan Rumah Swadaya.
Pengendalian mutu sangat diperlukan dalam meningkatkan
mutu penerapan teknologi, terutama oleh aplikator teknologi,
PEMIMPIN REDAKSI :
pemilik proyek dan pemilik teknologi melalui sistem kendali
Kepala Subdirektorat mutu teknologi. Teknologi RISHA sudah menerapkan sistem
Data dan Pengembangan Sistem Informasi Permukiman
pengendalian mutu untuk memastikan kesesuaian teknologi
di lapangan dengan persyaratan teknis teknologi yang sudah
DEWAN PENELAAH NASKAH : ditetapkan dalam pedoman teknis teknologi RISHA.
Aspek kemudahan menyumbang 20% dari total bobot keandalan
1. Drs. Aris Prihandono, M.Sc.
bangunan gedung. Meskipun begitu aspek kemudahan memiliki
(Bidang Teknologi Infrastruktur Permukiman)
peranan penting dalam bangunan karena melalui kemudahan
2. Dr. Wahyu Sujatmiko, S.T., M.T. bangunan dapat memberikan rasa keadilan, kemandirian, bahkan
(Bidang Teknik Fisika) keamanan dan keselamatan.
3. Ade Erma Setyowati, S.T., M.Ec.Dev. Keberadaan pelabuhan bagi permukiman masyarakat disekitarnya
(Permukiman)
sangat mempengaruhi pola permukiman, yaitu dahulunya linier
4. Fenita Indrasari, S.T., M.T., Ph.D. dengan kawasan pesisir berubah menjadi mengelompok dengan
(Perumahan dan Perkotaan) lahan yang terbatas. Ada 3 (tiga) hal yang berpengaruh terhadap
keberadaan pelabuhan tersebut, yaitu sebagai : kawasan perdagangan,
kawasan permukiman kumuh, dan kawasan pelabuhan itu sendiri.
REDAKSI PELAKSANA :
Rahan Teli di Maluku Tenggara mempunyai keistimewaan sebagai
Dian Ariani rumah tinggal, rumah musyawarah antar kaum adat, rumah
Roosdharmawati ibadah, dan lumbung keluarga. Rumah pusaka Buano di Pulau
Shafira Shastri Seram merupakan rumah tinggal marga (faam), biasanya dihuni
Meydina Fauzia Ananda hingga 4 (empat) kepala keluarga dengan satu kepala dati sebagai
kepala rumah pusaka. Kedua rumah tradisional tersebut terbagi
Nurkholilah
atas 3 (tiga) bagian dengan kosmologi kaki, badan, dan kepala.
Bagian bawah merupakan panggung/umpak, bagian tengah sebagai
ruang utama, bagian atas sebagai ruang penyimpanan benda suci
ALAMAT REDAKSI : ataupun perkakas.
Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Pemerintah memberikan dukungan dana berupa Bantuan Stimulan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Perumahan Swadaya untuk meningkatkan kualitas rumah sekaligus
Jl. Panyawungan, Cileunyi Wetan sebagai upaya pemenuhan rumah layak huni bagi masyarakat
Kabupaten Bandung 40393 berpenghasilan rendah. Pemilihan toko terbuka menjadi inovasi
Telepon : 022 - 779393 (4 saluran) penting dalam pelaksanaan program BSPS agar penyaluran bantuan
Faksimili : 022 - 7798392 pemerintah berjalan efektif, efisien, transparan, dan akuntabel,
E-mail : info@puskim.pu.go.id baik terhadap pengelola, penyedia jasa dan para penerima bantuan.
Website : http://puskim.pu.go.id Selamat membaca.
Foto sampul depan: Ilustrasi Bentuk Rumah Rahan Teli | Foto sampul belakang: Kegiatan PTT di Desa Lumban Dolok
Masalah Bangunan diterbitkan oleh Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan, Direktorat Jenderal Cipta
Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan lingkup materi tulisan meliputi tata ruang bangunan
dan kawasan, bahan bangunan, struktur dan konstruksi bangunan, lingkungan permukiman, dan sains bangunan.
Pemilihan Terbuka Toko (PTT) Kegiatan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Provinsi 57 - 71
Sumatera Utara
Shop Open Selection Stimulant Assistance Activities for Self-Supporting Housing in North Sumatera Province
Iryanto Sirait, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjow Purba, Joe i Rances Sinaga
Indeks Subyek 78
Abstrak
Teknologi RISHA telah banyak diterapkan dalam berbagai program pembangunan perumahan di Indonesia terutama pada
pembangunan rumah pasca bencana alam (gempa, longsor, tsunami, erupsi, dan lain-lain). Salah satu permasalahan yang
dihadapi dalam penerapan teknologi RISHA di lapangan adalah masalah mutu pekerjaan. Untuk meningkatkan mutu
penerapan teknologi diperlukan pengendalian mutu oleh beberapa pihak yang terlibat dalam proses kendali mutu teknologi
antara lain aplikator teknologi, pemilik proyek dan pemilik teknologi melalui pelaksanaan sistem kendali mutu teknologi. Metode
pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan metode deskriptif berupa penjelasan mengenai lingkup aspek sistem pengendalian
mutu teknologi dan skema penerapan kendali mutu teknologi RISHA di lapangan. Dalam proses pelaksanaan kendali mutu
teknologi RISHA ini telah dibuat beberapa skema penerapan kendali mutu yaitu skema penerapan kendali mutu oleh Aplikator
Teknologi dan skema penerapan kendali mutu oleh Pemilik Proyek. Sistem kendali mutu teknologi RISHA ini dilakukan guna
memastikan penerapan teknologi baik saat produksi maupun saat perakitan panel teknologi sudah sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan teknis teknologi yang sudah ditetapkan oleh Direktorat BTPP sebagai pemilik teknologi RISHA.
Abstract
RISHA technology has been widely applied in various housing development programs in Indonesia, especially in the construction
of houses after natural disasters (earthquakes, landslides, tsunamis, eruptions, and others). One of the problems faced in
the application of RISHA technology in the field is the problem of quality of work. To improve the quality of technology
application, quality control is needed by several parties involved in the technology quality control process, including technology
applicators, project owners and technology owners through the implementation of technology quality control systems. The
method of implementing this activity is carried out by a descriptive method in the form of an explanation of the scope of aspects
of the technology quality control system and the scheme of implementing RISHA technology quality control in the field. In the
process of implementing quality control of RISHA technology, several schemes for the application of quality control have been
made, namely the scheme of implementing quality control by the technology applicator and the scheme of implementation of
quality control by the Project Owner. The RISHA technology quality control system is carried out to ensure the application
of technology both during production and when assembling technology panels is in accordance with the specifications and
technical requirements of technology that have been set by the Directorate of BTPP as the owner of RISHA technology.
PENDAHULUAN
program pembangunan perumahan di Indonesia
Salah satu teknologi konstruksi untuk rumah terutama pada pembangunan rumah pasca bencana
sederhana yang banyak diterapkan dalam berbagai alam (gempa, longsor, tsunami, erupsi, dan lain-lain)
Abstrak
Keandalan bangunan gedung terdiri dari aspek keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. Aspek kemudahan
terdiri dari dua sub aspek, yaitu kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam Bangunan Gedung dan kelengkapan
prasarana dan sarana pemanfaatan Bangunan Gedung. Berdasarkan penelitian tahun 2011 diketahui bahwa untuk aspek
keselamatan tidak dilakukan pembobotan, namun ditetapkan secara absolut melalui penilaian “ANDAL” dan “TIDAK
ANDAL”, sementara bobot untuk aspek kesehatan 30%, aspek kenyamanan 50%, dan aspek kemudahan 20%. Mengacu
pada Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2021 Lampiran 1 dijelaskan bahwa Pemenuhan ketentuan kemudahan bangunan
gedung dilakukan melalui penerapan prinsip Desain Universal, oleh karena itu aspek kemudahan memiliki peranan penting
dalam bangunan untuk memberikan rasa keadilan, kemandirian, keamanan, dan keselamatan. Pengamatan dan pengukuran
aspek kemudahan pada bangunan gedung asrama putri menghasilkan tingkat keandalan 73% atau memberikan 14,6%
pada keandalan Bangunan Gedung secara keseluruhan.
Kata Kunci: Aspek kemudahan, sarana hubungan horizontal, sarana hubungan vertikal, kelengkapan prasarana dan
sarana, tingkat keandalan bangunan gedung
Abstract
Building reliability consists of safety, health, comfort, and convenience aspect. Convenience aspect consists of two sub
aspects, namely the ease of connection to, from, and within the building and the building facility completeness. Based on
research in 2011, safety aspect is not rated by a number, but it is determined in absolute terms through “RELIABLE” and
“UNRELIABLE”, while other aspects have their own value such as 30% for health aspect, 50% for comfort aspect, and
20% for convenience aspect. Referring to the Government Regulation Number 16 of 2021, Appendix 1, fulfillment of
building convenience aspect can be done by implementing the principles of Universal Design, therefore building convenience
aspect has an important role to provide a sense of justice, independence, security, and safety. Observation and measurement
of convenience aspect in the female dormitory resulted a reliability level of 73% or 14.6% for the overall building reliability
level.
Keywords: Convenience aspect, horizontal access facility, vertical access facility, building facility, building reliability level
LAMPIRAN
KORIDOR
Hasil pemeriksaan koridor K1b :
a. Lebar koridor 250cm
b. Dilengkapi penunjuk arah
c. Terdapat pencahayaan artifisial
d. Tidak terdapat penghalang dalam koridor
K1b
e. Koridor berfungsi juga sebagai akses eksit dan dilengkapi dengan sistem proteksi
pasif berupa sprinkler dan APAR
f. Panjang koridor 24cm
g. Pencahayaan pada koridor tidak dilengkapi dengan sensor hemat energi dan
pencahayaan otomatis yang berfungsi di keadaan darurat
Hasil pemeriksaan koridor K2b :
a. Lebar koridor 250cm
b. Dilengkapi penunjuk arah
c. Terdapat pencahayaan artifisial
d. Tidak terdapat penghalang dalam koridor
K2b
e. Koridor berfungsi juga sebagai akses eksit dan dilengkapi dengan sistem proteksi
pasif berupa sprinkler dan APAR
f. Panjang koridor 24cm
g. Pencahayaan pada koridor tidak dilengkapi dengan sensor hemat energi dan
pencahayaan otomatis yang berfungsi di keadaan darurat
Hasil pemeriksaan koridor K8b :
a. Lebar koridor 250cm
b. Dilengkapi penunjuk arah
c. Terdapat pencahayaan artifisial
d. Tidak terdapat penghalang dalam koridor
K8b
e. Koridor berfungsi juga sebagai akses eksit dan dilengkapi dengan sistem proteksi
pasif berupa sprinkler dan APAR
f. Panjang koridor 24cm
g. Pencahayaan pada koridor tidak dilengkapi dengan sensor hemat energi dan
pencahayaan otomatis yang berfungsi di keadaan darurat
JALUR PEMANDU
TANGGA
R0-1c
LIFT
TOILET
Hasil pemeriksaan toilet SPEH-1b:
a. Merupakan toilet difabel, ukuran lebar 192, panjang 242cm.
b. Lebar bersih pintu toilet 120 cm
c. Arah bukaan pintu disabilitas membuka ke arah luar toilet
d. Ruas bebas 120 cm
e. Pencahayaan di dalam toilet 45 lux
f. Kelembaban udara dalam ruangan 63%
g. Lantai toilet memiliki kelandaian 0,6%
SPEH-1b h. Tersedia bak cuci tangan; cermin; tempat sampah; kloset; jetshower atau bidet;
exhaust fan; dan keran air
i. Setiap water closet harus ditempatkan pada kompartemen yang terpisah
j. Dinding dan lantai toilet memiliki lapisan kedap air (waterproofing)
k. Tidak terdapat plat tendang
l. Terdapat engsel yang dapat menutup sendiri
m. Tuas tidak mudah dijangkau
n. Dilengkapi dengan pegangan rambat
o. Tidak terdapat jendela atau bovenlicht
Hasil pemeriksaan toilet SPEH-8a dan SPEH 8b:
a. Posisi toilet merupakan satu kesatuan dengan ruang utamanya
b. Penutup lantai bertekstur dan tidak licin
c. Luas ruang dalam toilet berukuran 86 cm x 206 cm
d. Lebar bersih pintu toilet paling sedikit 66 cm
e. Pencahayaan di dalam toilet 216 lux
SPEH-8a f. Kelembaban udara 74%.
g. Lantai toilet memiliki kelandaian 1,2%
h. Kelengkapan ruang: bak cuci tangan; cermin; tempat sampah; sabun; kloset;
jetshower atau bidet; exhaust fan; dan keran air
i. Water closet ditempatkan pada kompartemen yang terpisah
j. Dinding dan lantai toilet diberi lapisan kedap air (waterproofing)
k. Terdapat jendela bovenlicht
SPEH-8b
Ukuran dan
ketentuan Sistem tata suara pada koridor Bangunan Gedung berkisar 56,7 dB
umum
Kondisi tempat parkir kurang baik karena pada parkir mobil tidak ada rambu
yang membedakan antara parkir umum dan parkir mobil disabel, parkir juga
tidak dilengkapi dengan penunjuk arah, marka parkir, stopper, APAR, dan kamera
SPO-0b pengawas. Pada parkir sepeda ukuran tinggi dan jarak baja pengaman dianggap
tidak memperhatikan efisiensi ruang parkir untuk sepeda dan tidak disediakan
kunci pengaman yang mengunci antara badan sepeda dan roda dengan baja
pengaman
SPQ1 Sistem kamera pengawas menjangkau seluruh spot tidak terdapat blind spot
SPQ2 Sistem kamera pengawas menjangkau seluruh spot tidak terdapat blind spot
SPQ8 - Sistem kamera pengawas menjangkau seluruh spot tidak terdapat blind spot
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pengaruh keberadaan Pelabuhan Paotere terhadap kondisi
permukiman masyarakat sekitarnya dan tingkat ketersediaan prasarana dan sarana lingkungan permukiman masyarakat di
Kelurahan Gusung. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Ujung Tanah Kelurahan Gusung dengan tiga sampel lokasi yaitu
lingkungan RW 1, RW 2 dan lingkungan RW 3. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif melalui hasil analisis statistik dan
disajikan dalam bentuk tabel. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat atau kepala keluarga yang bermukim di tiga
lokasi sampel penelitian yaitu RW 1, RW 2, dan RW 3. Pengambilan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling
kemudian dilakukan pengambilan responden secara Cluster Random Sampling di tiga lokasi sampel sebanyak 73 responden.
Analisis data menggunakan statistik deskriptif kualitatif dengan tabel frekuensi dan perbandingan terhadap standar NSPM.
Hasil penelitian menyatakan bahwa keberadaan Pelabuhan Paotere sangat mempengaruhi pola permukiman masyarakat
di sekitarnya. Ada 3 (tiga) hal yang berpengaruh terhadap keberadaan Pelabuhan Paotere yaitu kawasan perdagangan
(ruko), kawasan permukiman kumuh, dan kawasan pelabuhan itu sendiri. Pola permukiman yang dulunya linier dengan
kawasan pesisir berubah menjadi mengelompok dengan lahan yang terbatas. Sementara tingkat ketersediaan dan manfaat
penyediaan prasarana dan sarana permukiman masyarakat seperti komponen jalan, air bersih, dan sanitasi lingkungan
terhadap indikator standar kebutuhan masih kurang baik dan kurang memadai sementara manfaat ketersediaan prasarana
dan sarana untuk kegiatan sosial ekonomi masyarakat sangat bermanfaat untuk peningkatan ekonomi dan peningkatan
pendapatan serta terjalinnya interaksi sosial di masyarakat.
Kata Kunci: Pelabuhan, prasarana, sarana, permukiman, tingkat ketersediaan sarana dan prasarana
Abstract
This research aims to explain how the existence of Paotere Harbor influences the residential conditions of the surrounding
community and the level of availability of infrastructure and facilities in the community residential environment in Gusung
Village. The research location is in Ujung Tanah District, Gusung Village with three sample locations, namely the RW
1, RW 2 and RW 3 environments. This research is descriptive qualitative through the results of statistical analysis and
presented in table form. The population in this research is the community or heads of families who live in the three research
sample locations, namely RW 1, RW 2, and RW 3. Sampling was carried out using Simple Random Sampling, then
respondents were taken using Cluster Random Sampling in three sample locations totaling 73 respondents. Data analysis
uses qualitative descriptive statistics with frequency tables and comparisons to NSPM standards. The research results
state that the existence of Paotere Harbor greatly influences the settlement patterns of the surrounding community. There
are 3 (three) things that influence the existence of Paotere Port, namely the trade area (shophouse), slum area, and the
port area itself. Settlement patterns that used to be linear with coastal areas have changed to clustered with limited land.
Meanwhile, the level of availability and benefits of providing community housing infrastructure and facilities such as road
components, clean water and environmental sanitation against standard indicators of need is still poor and inadequate,
while the benefits of providing infrastructure and facilities for community socio-economic activities are very useful for
improving the economy and increasing income. as well as the establishment of social interaction in the community with
this infrastructure.
Keywords: Port, infrastructure, facilities, settlements, level of availability of facilities and infrastructure
Kota Makassar merupakan kota pantai yang datar Menurut Kevin Lynch (1984), bahwa landmark sebuah
dengan kemiringan 0 - 5 derajat kearah barat dengan kota memiliki ciri khas, baik berupa kawasan maupun
diapit dua muara sungai yakni Sungai Tallo dan bangunan yang memiliki arti dari sebuah kota
Sungai Jeneberang dengan jumlah luas Kota Makassar
seluruhnya kurang lebih 175,77 km² daratan dan Pelabuhan merupakan lambang sejarah kebudayaan
termasuk 11 pulau di Selat Makassar ditambah luas maritim Kota Makassar yang mulai pudar dari eksis
wilayah perairan kurang lebih 100 km². Berdasarkan perkembangan modern perkotaan serta buruknya
letak Kota Makassar yang berada dikawasan pengelolaan, baik prasarana dan sarana maupun
pesisir, secara otomatis menimbulkan aktifitas bagi secara sosial kemasyarakatan. Dengan perkembangan
masyarakat yang berhubungan dengan laut, baik kota dan masyarakat akibat urbanisasi menyebabkan
dengan aktifitas sebagai nelayan, maupun aktifitas kawasan daerah pelabuhan menjadi kawasan yang
pelayaran yang menghubungkan dengan daerah lain, terlihat kumuh karena banyaknya permukiman-
tempat persinggahan kapal-kapal yang berasal dari permukiman liar yang di bangun oleh para pendatang
luar daerah dan dijadikan sebagai pelabuhan. yang tidak mempunyai tempat tinggal.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif Tabel 1 Skala Pengukuran Variabel dengan
kualitatif dan kuantitatif untuk mendiskripsikan atau Skala Likert
memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui Klasifikasi Pernyataan
data sampel atau populasi serta melakukan analisis No. Variabel Skala Persentase
dan membuat kesimpulan. Adapun cara penyajian 1 Sangat Baik (SB) 90 – 100%
datanya dengan tabel maupun distribusi frekuensi; 2 Baik (B) 80 – 90%
hubungan regresi dan korelasi, grafik garis maupun 3 Cukup Baik (CB) 60 – 80%
batang; diagram lingkaran; penjelasan kelompok 4 Kurang Baik (KB) 40 – 60%
melalui modus, median, mean, dan variasi kelompok 5 Tidak Baik (TB) 0 – 40%
melalui rentang dan simpangan baku (Sugiyono: 2007,
29). Sedangkan desain penelitian ini menggunakan Rumusan masalah kedua tentang tingkat
metode survei ke lokasi penelitian untuk memperoleh ketersediaan prasarana dan sarana lingkungan
data yang akurat, serta menggunakan data primer dan permukiman terhadap aktivitas kegiatan masyarakat,
sekunder berupa hasil wawancara dan pengumpulan analisis deskriptif kualitatif menggunakan tabulasi
data dari hasil kuesioner. berdasarkan jawaban dari responden dan metode yang
dilakukan dengan cara mengamati, mengidentifikasi,
Teknik analisis data terhadap rumusan masalah menguraikan, serta menganalisis variabel-variabel
pertama adalah deskriptif kualitatif dengan yang dinyatakan dengan sebaran frekuensi, berupa
menggunakan data yang ada dikelompokkan angka mutlak dan persentase, sehingga dapat
dan dikategorisasikan, kemudian disusun dan diketahui manfaat ketersediaan prasarana dan sarana
dipresentasikan dalam bentuk uraian-uraian, tabel- untuk kegiatan sosial ekonomi masyarakat.
tabel, gambar-gambar, diagram-diagram dan peta-peta.
Data yang ada diinterpretasikan untuk mendapatkan Untuk mengetahui frekuensi tersebut digunakan
gambaran awal mengenai permasalahan yang sedang rumus:
dihadapi, kemudian disimpulkan sementara agar P = f/n x 100%
lebih memudahkan dalam melakukan pembahasan dimana P = Persentase
pada tahap selanjutnya. f = Frekuensi
n = Jumlah frekuensi dari seluruh kategori/
Untuk mengetahui pengaruh keberadaan Pelabuhan responden
Paotere berdasarkan pada persepsi masyarakat, maka
digunakan analisis statistik deskriptif (Suharsimi : Nilai tabel frekuensi digunakan untuk
1997) dengan rumus sebagai berikut : mengkategorikan data dalam tabel silang (Crosstab).
1. Nilai : Bobot x Frekuensi Selanjutnya dari hasil tabel tersebut dijelaskan dengan
menggunakan teknik analisis kuantitatif, sedangkan
∑Nilai
2. Rata-rata skor : untuk mengukur analisis tingkat ketersediaan
n prasarana dan sarana dengan membandingkan
3. Rata-rata persen : Rata-rata Skor x100 dengan Standard Pelayanan Permukiman (NSPM)
Banyaknya Klasifikasi Jawaban
dari Direktorat Jenderal Cipta Karya.
1. Kota lama merupakan pusat pelayanan Penduduk Kota Makassar tahun 2010 mencapai
perdagangan. Kota lama di bangun oleh 1.339.374 jiwa. Pada tahun 2009 tercatat sebanyak
pemerintah Hindia Belanda dan saat ini 1.272.349 jiwa. Sementara itu jumlah penduduk
merupakan kota perekonomian bagi masyarakat. Kota Makassar tahun 2008 tercatat sebanyak
2. Kota tengah/medium merupakan pemusatan 1.253.656 jiwa. Ditinjau dari kepadatan penduduk
pengembangan pemukiman dan pelayanan umum Kecamatan Makassar adalah terpadat yaitu 33.390
seiring dengan perkembangan kota maka lambat jiwa per km2, disusul Kecamatan Mariso (30.457
laun kota tersebut akan mengalami pergerakan jiwa per km2), Kecamatan Bontoala (29.872 jiwa
Tabel 4 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar 2006-2016 s.d. 2010-2030.
No DRTK Karakteristik Kawasan Kecamatan
1. A Pusat Kota Wajo, Bontoala, Ujung Pandang, Mariso, Makassar,
Ujung Tanah, Mamajang dan Tamalate;
2. B Permukiman Terpadu Manggala, Panakukang, Rappocini, Tamalate;
3. C Pelabuhan Ujung Tanah dan Wajo;
4. D Bandara Terpadu Biringkanaya, Tamalanrea;
5. E Maritim Terpadu Tamalanrea
6. F Industri Tamalanrea, Biringkanaya;
7. G Pergudangan Terpadu Tamalanrea, Biringkanaya dan Tallo;
8. H Riset dan Pendidikan Tinggi Terpadu Panakkukang, Tamalanrea dan Tallo;
9. I Budaya Terpadu Tamalate;
10. J Bisnis Olahraga Terpadu Tamalate;
11. K Bisnis Pariwisata Terpadu Tamalate;
12. L Bisnis Global Terpadu Mariso
Sumber: Peraturan Daerah Kota Makassar (2006), data diolah (2011)
Dari Tabel 4 tersebut telah disusun perkecamatan peningkatan dan pemeliharaan jalan, trotoar dan
zona peruntukan sesuai dengan kondisi dan jembatan, peningkatan dan pemeliharaan lingkungan
karakter wilayahnya. Hal tersebut sudah diatur perumahan dan pemukiman, penyiapan dokumen
dalam Peraturan Daerah tahun 2006. Tujuannya perencanaan teknis, pengadaan, pemeliharaan dan
tidak lain adalah untuk menentukan titik-titik pusat peningkatan sarana dan prasarana perhubungan,
pergerakan dan aktifitas masyarakat Kota Makassar dan penyiapan standar pelayanan minimal di bidang
sebagai kawasan terpadu. transportasi. Sementara itu dalam pengelolaan
lingkungan hidup dapat diupayakan melalui beberapa
Kebijakan dan Program Pengembangan Kawasan, kegiatan utama, seperti, pemanfaatan sumber daya
Tata Ruang dan Lingkungan alam dan kota secara berkelanjutan, pencegahan dan
Untuk menjadikan Makassar sebagai kota maritim, pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan
niaga dan pendidikan yang indah, damai, menarik dan peningkatan peran masyarakat dalam pelestarian
(idaman) dan sehat, maka diperlukan minimal tiga lingkungan hidup.
program utama, yaitu :
1) Penataan ruang Tinjauan Umum Kecamatan Ujung Tanah
2) Peningkatan infrastruktur kota, dan Kecamatan Ujung Tanah berada terletak kurang
3) Pengelolaan lingkungan hidup lebih 3 km di sebelah utara Kota Makassar. Wilayah
Kecamatan Ujung Tanah mempunyai luas 5,94 km2
Penataan ruang dapat diupayakan melalui beberapa atau 3,38% terhadap luas Kota Makassar, terbagi
kegiatan utama, seperti: Penyusunan tata ruang, dalam 12 kelurahan.
Pengendalian tata ruang, Pembuatan jaringan infor
masi tata ruang. Peningkatan infrastruktur kota dapat Kondisi topografi Kecamatan Ujung Tanah
diupayakan melalui beberapa kegiatan utama, seperti terdiri dari 100% daerah datar dan 0% daerah
Tabel 10 Jaringan Jalan setiap kali hujan. Hal ini juga di perparah oleh
Jaringan Jalan drainase Pelabuhan Paotere yang tidak memiliki
a. Jalan Kota – Panjang jalan/ – Panjang jalan sistem drainase sehingga ketika hujan lebat sering
jumlah penduduk 0,6 km/1.000 kali terjadi banjir. Kondisi ini menimbulkan
– Kecepatan rata- penduduk dampak yang kurang baik bagi kesehatan dan cukup
rata (waktu – Ratio luas jalan mengganggu kelancaran aktivitas warga, meskipun
tempuh) 5% dari ruas
belum dapat dikategorikan sebagai bencana.
– Luas jalan/luas wilayah
kota
Panjang saluran drainase di wilayah Kelurahan
b. Jalan – Ratio panjang – Panjang 40-60
Lingkungan jalan dengan luas m/ha dengan Gusung adalah 1.054m. Wilayah RW 01 dan RW
wilayah lebar 2-5 m 02 memiliki jaringan drainase kota yang agak lebar,
c. Jalan Setapak – Ratio panjang – Panjang 50-100 tetapi di wilayah RW 03 sebagian drainasenya sempit.
jalan dengan luas m/ha dengan a. Panjang saluran drainase di wilayah RW 01 adalah
wilayah lebar 0,8-2 714m, lebar saluran drainase antara 20cm – 35cm.
Sumber data : Hasil Analisis Survei b. Panjang saluran drainase di wilayah RW 02 adalah
131,85m, lebar saluran drainase antara 25cm
Tabel 11 Tingkat Ketersediaan Infrastruktur Jalan sampai dengan 1m.
c. Panjang saluran drainase di wilayah RW 03 adalah
105m, lebar saluran drainase antara 40cm sampai
dengan 1m.
Jadi, kenaikan rata-rata jumlah penduduk Kelurahan Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada tim
Gusung adalah 4.166,03 jiwa. PWK 45 yang telah memberikan support sehingga
dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Tabel 12 Pertumbuhan Penduduk
Tahun 2010 Tahun 2015 Tahun 2020
3.443 jiwa 3.787,30 jiwa 4.166,03 jiwa DAFTAR PUSTAKA
Sumber : Data diolah (2012)
Badan Standar Nasional. 2004. SNI 03-6981-
Tabel 13 Grafik Tingkat Perkembangan Sosial 2004. Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Kependudukan Permukiman Sederhana Tidak Bersusun di
Daerah Perkotaan. Jakarta.
BPS. 2010. Makassar Dalam Angka. Pemerintah
Kota Makassar.
BPS. 2010. Kecamatan Ujung Tanah Dalam Angka.
Makassar.
Budiharjo, E. 1997. "Masalah Permukiman Kota".
Bandung: Penerbit Alumni.
Daldjoeni, N. 1996. "Geografi Kota dan Desa".
Bandung: Alumni.
Kirmanto, D. 2002. "Kebijakan dan Strategi Nasional
Perumahan dan Permukiman. Makalah disajikan
Hasil perhitungan tersebut dapat digunakan untuk dalam Kuliah Kedinasan Program Magister
menentukan estimasi pemenuhan prasarana dasar Pusditek Kimpraswil". Bandung: Direktorat
lingkungan yang terdapat di lokasi penelitian. Jenderal Perumahan dan Permukiman.
Dimana posisi jumlah penduduk mengalami Kadoatie dan Sugiono. 2003. "Statistika untuk
Djasmihul Ashary
Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan Sulawesi III, Direktorat Jenderal Perumahan
Jalan Penjernihan Raya No. 22 Panaikang Makassar
Surel: achdjassry@gmail.com
Abstrak
Provinsi Maluku, di mana daerah-daerahnya masih banyak terdapat masyarakat hukum adat, terdapat kearifan lokal budaya
yang sangat kental dalam pengelolaan sumber daya alamnya terutama yang berbasis lingkungan. Budaya sasi yang masih
terpelihara sampai dengan saat ini adalah salah satu wujud nyata pengelolaan sumberdaya alam berbasis lingkungan. Perilaku-
perilaku masyarakat masih memelihara adat yang sampai dengan saat ini pun masih terpelihara. Rumah Tradisional Maluku
memiliki ciri khas yang unik. Rumah merupakan salah satu bagian dari kebudayaan fisik masyarakat Indonesia. Pembangunan
rumah tradisional tidak bisa dilepaskan dari ketersediaan bahan bangunan lokal. Oleh karena itu bahan bangunan dan
bentuk rumah tradisional berbeda dari satu wilayah ke wilayah lain. Walaupun berbeda teknologi pembangunan rumah
tradisional itu pada prinsipnya dibangun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang arif dan bijaksana. Sayangnya banyak
rumah telah rusak dan hilang tapak serta bentuknya, namun juga mengandung harapan bahwa bentuk masa lalu dapat
diadopsi untuk dihadirkan pada masa kini dengan reinterpretasi baru. Secara arsitektural, Rahan Teli memiliki keunikan
dari segi firmitas, dimana dengan sistem konstruksi kayu konvensional bangunan ini dapat bertahan hingga puluhan, bahkan
ratusan tahun. Bentuk bangunan rumah tradisional Maluku, baik di rumah Rahan Teli maupun Rumah Pusaka di Buano,
terbagi atas 3 bagian dengan kosmologi kaki, badan, dan kepala, yaitu bagian bawah (struktur bawah/panggung pada Rahan
Teli dan umpak pada rumah landed Buano), bagian tengah (Rahan Ralan pada Rahan Teli sebagai ruang kegiatan utama),
dan bagian atas (loteng sebagai ruang penyimpanan benda suci dan perkakas, serta atap). Sementara itu, Rahan Teli memiliki
pola ruang baku yang sangat dipengaruhi oleh adat dan budaya setempat.
Kata Kunci: Karakteristik permukiman, Rahan Teli, budaya, masyarakat tradisional, kearifan lokal
Abstract
Maluku Province, where there are still many customary law communities, has very strong local cultural wisdom in the
management of its natural resources, especially those based on the environment. The sasi culture, which is still maintained
today, is a concrete manifestation of environmentally based natural resource management. Community behavior still maintains
traditional customs which are still maintained to this day. Maluku Traditional Houses have unique characteristics. The house
is one part of the physical culture of Indonesian society. The construction of their traditional houses cannot be separated from
the availability of local building materials. Therefore, building materials and traditional house shapes differ from one region to
another. Even though the technology for building traditional houses is different, in principle they are built based on wise and
wise considerations. Unfortunately, many houses have been damaged and lost their location and shape, but it also contains
hope that the forms of the past can be adopted to be presented in the present with new reinterpretations. Architecturally,
Rahan Teli is unique in terms of firmness, where with a conventional wooden construction system this building can last for
tens, even hundreds of years. The form of a traditional Maluku house building, both in the Rahan Teli house and the Pusaka
House in Buano, is divided into 3 parts with the cosmology of legs, body and head, namely the lower part (bottom structure/
stage in Rahan Teli and umpak in the Buano landed house), part middle (Rahan Ralan on Rahan Teli as the main activity
room), and the top (attic as a storage room for sacred objects and utensils, as well as the roof). Meanwhile, Rahan Teli has a
standard spatial pattern that is strongly influenced by local customs and culture.
Keyword: Settlement characteristics, Rahan Teli, culuture, traditional society, local wisdom
Untuk melakukan inventarisasi dan identifikasi Gambar 1 Tampak Depan Rahan Teli
secara lebih mendalam, maka dipilih salah satu rumah
di kampung atas sebagai sampel yang diobservasi,
yaitu Rumah “Rahan Teli”. Rahan artinya rumah,
dan Teli artinya tua/adat. Rahan Teli artinya Rumah
Tua Adat. Rahan Teli adalah rumah tertua dari 24
rahan yang ada di Kecamatan Kei Kecil Kabupaten
Maluku Tenggara. Masyarakat setempat meyakini
bahwa Rahan Teli ini telah berusia 600 tahun lebih.
Keistimewaan dari rumah ini karena mempunyai
berbagai fungsi antara lain sebagai rumah tinggal,
sebagai rumah musyawarah antar kaum adat, sebagai
rumah ibadah yang didalamnya tersimpan berbagai
benda-benda upacara disatu pihak, sedangkan di lain
pihak adanya suram-suram yang berisi gotong yang
disimpan di loteng. Dengan kata lain, Rahan Teli
ini juga difungsikan sebagai lumbung keluarga adat
setempat.
Bentuk Bangunan
Tipologi bangunan berbentuk empat persegi panjang
dengan pembagian struktur bawah (kaki) berupa
kolom (lir tanat), tengah (badan) berupa dinding
(favean), dan atas (kepala) berupa atap (rafat), karena
bangunan ini secara keseluruhan dibangun di atas
tiang. Kedudukan bentuk dari atap teritis letaknya
rendah dengan tanah. Gambar 2 Tampak Samping Kanan Rahan Teli
Struktur Bangunan
Struktur pembentuk dari Rahan Teli menggunakan
kayu dan papan sebagai bahannya. Bagian bawah
bangunan terdiri dari tiang penopang. Tiang-tiang Gambar 8 Struktur Bawah Rahan Teli
penopang berupa kayu berbentuk segi empat,
kadang juga bentuknya bulat dan semua permukaan Bagian bawah bangunan/kolong bangunan (kavovan),
kayu bersih dari kulit kayu. Perbedaan ketinggian pada umumnya tidak difungsikan untuk sesuatu
tiang terletak pada lantai ruang induk yang memiliki maksud, namun kadang-kadang pada beberapa
tiang lebih tinggi dibandingkan dengan ruang rumah yang lain terdapat benda lela/meriam-meriam
serambi depan dan belakang yang memiliki tiang perunggu yang diletakkan dibawahnya. Menurut
penopang lebih rendah. Jumlah tiang yang memikul keterangan, lela-lela tersebut berupa harta kawin si
lantai ruang induk ada 8 (delapan) buah, dengan pemilik rumah.
tambahan 4 (empat) buah tiang ruang depan dan
4 (empat) buah tiang ruang belakang. Suatu hal Bagian tengah bangunan/badan bangunan (Rahan
yang membedakan arsitektur bangunan diatas tiang Ralan) terdiri dari lantai papan yang diatur secara
daerah Maluku Tenggara dengan daerah Maluku berjajar menurut panjang bangunan. Bagian badan
Tengah adalah tiang-tiang induk tidak dipancangkan rumah yang membentuk ruang induk dibatasi
langsung dari tanah ke atas, tetapi dipasang diatas oleh dinding yang dibuat dari papan dan gaba-gaba
balak-balak (balok). Pada beberapa bangunan yang yang diatur secara vertikal. Ruang bagian depan
ruang induknya lebih lebar/besar ditambah tiang umumnya terbuka, terdiri dari tiang tanpa dinding
penopang balok tengah. Balak-balak pemikul lantai dan difungsikan sebagai ruang sosial. Suatu hal
terdiri dari balok bawah yang letaknya memanjang yang unik dari bangunan ini yakni pada serambi
menghubungkan ke-4 (empat) tiang dalam formasi 5 depan bahwa apabila seseorang berdiri menghadap
(lima) deretan dan balok atas yang diletakkan diatas ke depan, maka pandangan akan terhalang oleh
balok tiang dalam formasi melintang berfungsi bagian bawah atap serambi. Arti dari kecondongan
sebagai pengalas lantai papan. Umumnya tiang-tiang letak atap tersebut menurut informasi sebagai
Sambungan pen
1. Kolom struktur bawah
terbuka
Sambungan pen
2. Balok lantai
tembus
Sambungan bibir
3. Balok lantai serambi
miring barkait
Sambungan pen
4. Tangga
tembus
Sambungan pen
5. tembus dengan Balok pengikat kolom
pengunci
Sambungan bersusun
6. Dinding
dengan gigi
Sambungan pen
7. Ringbalk
tembus
Telah dipikirkan pula sistem dilatasi bangunan, tidak memiliki tiang atau pilar di tengah agar para
sistem memisahkan sambungan struktur antar tamu dapat merasakan suasana yang luas termasuk
bangunan agar memiliki daya elastisitas terhadap dalam pertimbangan “form follow function” atau
gaya yang terjadi. Bagian rumah induk memiliki penguasaan dalam penyusunan bangunan. Rahan
struktur tersendiri, terpisah dengan teras yang berada juga merupakan perwujudan nyata dari arsitektur
di depan. Adanya kolom sanval menyatukan kedua sebagai objek perasaan dan pemikiran (Louis Khan).
bangunan yang terpisah. Namun, kekokohan (firmitas) dari Rahan tidak
diragukan dengan berbagai tiang sebagai penopang.
Teori Utilitas terlihat jelas pada fungsi dan
pembagian ruang. Ruangan disusun secara sistematis Arsitektur berawal dari kebutuhan manusia untuk
berdasarkan nilai-nilai filosofi konsep tradisi atau berlindung dari keadaan alam seperti hujan,
adat Tanimbar Kei. Fungsi-fungsi intangible sangat matahari, dingin dan panas. Juga sebagai tempat
dominan dalam menyusun ruang, selain tata penyimpanan makanan dan perlindungan dari
ruang yang hierarkis dan sistematis. Penghormatan binatang buas. Tetapi seiring dengan berjalannya
terhadap leluhur berada pada zona kiri sementara waktu, kebutuhan manusia juga meningkat.
tata ruang lainnya untuk kegiatan penghuninya. Tata Untuk menunjang kebutuhannya itu, manusia
ruang vertikal disusun sebagai ruang yang fungsional membutuhkan fasilitas yang lebih banyak. Dan
untuk penyimpanan benda-benda leluhur dan itu sangat berpengaruh dalam arsitektur. Manusia
persediaan bahan makanan. semakin mulai mempertimbangkan adanya
kenyamanan dan keselamatan. Kebutuhan seperti
Rahan Tanimbar Kei, memiliki keunikan karena akhirnya manusia mempertimbangkan keselamatan
desainnya dengan atap yang dibuat lebih besar dengan mempertimbangkan kekokohan dari
(aspek Venusitas), dimaksudkan agar tertutup tempat singgahnya agar bisa bertahan lama tanpa
terhadap hempasan angin dari arah laut menuju harus mengkhawatirkan keadaan luar maupun di
lembah (aspek Firmitas). Ruang tamu menyatu dalam tempat singgahnya. Kenyamanan pun dapat
pada ruang keluarga yang berada di tengah rumah diwujudkan dengan penataan ruang yang baik,
berfungsi sebagai penerima tamu. Ruangan ini sentuhan seni dan warna, serta lingkungan.
Gambar 16 Pencahayaan
Abstrak
Bantuan Rumah Swadaya adalah salah satu bantuan pembangunan perumahan yang diberikan oleh pemerintah. Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) adalah dukungan dana pemerintah berasaskan gotong royong bagi masyarakat
berpenghasilan rendah untuk peningkatan kualitas rumah sekaligus sebagai upaya pemenuhan rumah layak huni. Program
ini diberikan kepada Kelompok Penerima Bantuan yang berada di deliniasi lokasi penanganan, dengan besaran bantuan
merupakan total besaran nilai satuan material dan upah tukang. Pada tahapan perencanaan penyelenggaraan BSPS,
perbandingan harga material pada toko/penyedia bahan bangunan yang disurvei cenderung kurang bersaing. Oleh karena
itu dilakukan Pemilihan Terbuka Toko yang bersifat efektif, efisien, transparan dan akuntabel, dimana toko pemenang
adalah toko yang menawarkan harga terendah dengan kualitas baik.
Kata Kunci: Pemilihan Terbuka Toko, efektif, efisien, transparan, akuntabel, inovasi
Abstract
Self-Help Housing Stimulant Assistance is one of the housing development assistance provided by the government. BSPS
stands for Self-Help Housing Stimulant Assistance, which is government funding support based on mutual cooperation, for
low-income people to improve the quality of their houses as well as an effort to fulfill livable housing. This program is provided
to Beneficiaries Group located in the delineated handling location, with the amount of assistance is the total of material
unit values and worker wages. On the planning stages of the implementation of Self-Help Housing Stimulant Assistance, the
comparison of material prices in surveyed shops/building material providers tends to be less competitive. Therefore, an Open
Selection of Material Shop is carried out, which is effective, efficient, transparent and accountable, where the winning shop is
the shop that offered the lowest price with good quality.
Keywords: Open Selection of Material Shop, effective, efficient, transparent, accountable, innovation
PENDAHULUAN
PTT merupakan sebuah inovasi penting dalam
Inovasi, kolaborasi, konsistensi dan kerja sistematis pelaksanaan program BSPS agar penyaluran bantuan
berpatokan pada regulasi yang telah ditetapkan, pemerintah berjalan efektif, efisien, transparan dan
merupakan langkah penting dalam upaya menutup akuntabel baik terhadap pengelola, penyedia jasa
peluang korupsi serta menjamin sebuah kegiatan dan tentunya para penerima bantuan.
tepat sasaran dan tepat guna.
Pemilihan Terbuka Toko (PTT)... (Iryanto Sirait, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjow Purba, Joe i Rances Sinaga) 57
DIAGRAM KONTROL FASE VERIFIKASI
Instruksi Verifikasi/Tanggal : Tahap 1 .../... ... ...... Kecamatan :
Nama KPB : Kabupaten :
Jumlah PB : Pengusul :
Desa : Total Waktu Fase Verifikasi : ...hari
...hari
Survei
Sosialisasi & Pengorganisasian
pemilihan toko/ ldentifikasi
...hari ...hari Penyuluhan ...hari CPB
penyedia Kebutuhan
Format II-9 Format II-6
Format II-11
...hari
Penyusunan & Penyusunan
Penyusunan Pengusulan Persetujuan Penetapan PB
Proposal ...hari Proposal ...hari Proposal ...hari oleh Ketua TIM
Format II-17 & Format II-17 & Format II-17 & Verifikasi
II-18 Format II-21
Tahapan Perencanaan kegiatan Penyelenggaraan menggunakan format II-17 dan II-18 pada fase
Program BSPS adalah Penyiapan masyarakat yang ini, sehingga dapat dipastikan identifikasi volume
dimulai dari pengorganisasian Calon Penerima dan biaya kebutuhan bahan bangunan dari BSPS
Bantuan (CPB), sosialisasi dan penyuluhan, dan Swadaya Penerima Bantuan (PB) itu sendiri.
identifikasi kebutuhan perbaikan rumah, survei Acuan harga satuan identifikasi bahan bangunan
toko/penyedia bahan bangunan, penyusunan menggunakan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
proposal, pengusulan proposal, verifikasi dan yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen
persetujuan proposal. (PPK).
FORMAT II-18
SUMBER DANA/BAHAN (Rp)
SWADAYA
HARGA TOTAL
FORMAT II-17 NO URAIAN PEKERJAAN VOLUME SATUAN HARGA Dana
Dana
Memakai
Bahan
(Rp) (Rp) Bantuan
Tunai Bangunan
B. Gambar Rencana Usulan (Skala NTS) Lama
− Engsel Jendela Set
1. Denah 2. Gambar Detail
VII Ring Balok
atau (contoh) (pondasi, sloof, kolom, balok, kuda-kuda, dll) 1 Pekerjaan bekisting m2
dengan 2 Pekerjaan Cor Beton
− Besi beton Φ 10 mm SNI Btg
gambar − Besi beton Φ 8 mm SNI Btg
tangan − Semen @ 40 kg / 50 kg Zak
− Pasir beton M3
− Batu pecah M3
VIII Pekerjaan Struktur Atap
− Kayu rangka kuda-kuda, Ukuran … Btg
− Kayu gapit, Ukuran ……. Btg
− Kayu gordeng, Ukuran ……. Btg
− Kayu Reng dan Usuk, Ukuran ……. Btg
IX Pekerjaan Penutup Atap
3. Tampak Depan 4. Tampak Belakang 1 Penutup Atap
− Seng BJLS gelombang (0,2 cm x 80 cm x Lbr
(contoh) (contoh) 180 cm), atau
atau atau − Genteng Bh
− Bahan penutup atap lainnya yang Lbr
dengan dengan diijinkan
gambar gambar 2 Bubungan Atap Bh
− Seng BJLS Lbr
tangan tangan − Genteng Bh
− Bahan penutup atap lainnya yang Lbr
diijinkan
X Pekerjaan Lantai
1 Lantai Rabat Beton Campuran minimal M2
5. Tampak Samping Kanan 6. Tampak Samping Kiri 1PC:3PS:5KR, T=.
− Semen @ 40 kg / 50 kg Zak
atau (contoh) atau (contoh) − Pasir pasang M3
dengan dengan 2 Lantai Papan M2
− Papan, Ukuran……….. Lbr
gambar gambar − Kayu, Ukuran……….. Btg
tangan tangan XI MCK
− Tangki Septik Unit
− Closet Jongkok/Duduk Unit
− Pipa Air Bersih, Ukuran 3/4”;1/2” Btg
− Pipa Air Kotor, Ukuran 3” Btg
− Kran Bh
− Pintu Kamar Mandi Set
7. Potongan Melintang 8. Potongan Memanjang XII Lain-lain
− Paku Kg
(contoh) (contoh) − Kawat Kg
− Dll
XIII Komponen Bangunan
− Rumah Rakitan Set
− Tempayan Air Bh
− Dll
XIV Upah Kerja
− Tukang Oh
− Pembantu Tukang Oh
JUMLAH Rp. Rp. Rp. Rp.
…….………, ….….. 20.. Catatan : uraian pekerjaan ditulis sesuai dengan kebutuhan (dapat mengganti atau menghapus
Didampingi oleh, Diajukan oleh, sebagian pekerjaan yang tidak sesuai).
Tenaga Fasilitator Lapangan Ketua KPB Calon Penerima Bantuan …….………, ….….. 20..
Didampingi oleh, Diajukan oleh,
Tenaga Fasilitator Lapangan Ketua KPB Calon Penerima Bantuan
(..................................) (................................) (................................)
(................................) (................................)
(................................) (................................)
Catatan: gambar dapat berupa sketsa tangan dengan notasi ukuran yang
jelas *) Coret yang tidak perlu
Gambar 3 Format II-17 Rencana Teknis Gambar 4 Format II-18 Rencana Anggaran Biaya
Pemilihan Terbuka Toko (PTT)... (Iryanto Sirait, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjow Purba, Joe i Rances Sinaga) 59
2. Survei toko/penyedia bahan bangunan Format II- Bagaimana caranya Format II-11 dapat memastikan
11, penulis berasumsi bahwa : harga yang disepakati adalah harga yang paling
1. Sebelum penggunaan Format II-11, perlu menguntungkan (harga termurah) bagi masyarakat/
didukung dengan Format Rencana Angaran PB? (tanpa didukung format RAB).
Biaya (RAB);
2. Semula perwakilan Kelompok Penerima Apakah :
Bantuan (KPB) mendatangi minimal 3 Toko 1. Mengira-ngira? Menebak? Menerawang?
menjadi KPB yang mengundang sebanyak 2. Perhitungan secara ilmiah/Pasti/Faktual?
mungkin Toko untuk melakukan penawaran di
waktu dan tempat yang sama secara transparan. Contoh membandingkan penawaran sesuai format
II-11 sebagai berikut :
Sesuai Surat Edaran Direktur Jenderal Perumahan Lokasi : Desa Pardinggaran
Nomor 14/SE/Dr/2022, tanggal 26 September Kabupaten : Toba
2022 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Provinsi : Sumatera Utara
Program Bantuan Pembangunan Rumah Swadaya Nilai Pagu : Rp332.500.000,00
(halaman 19 point d.2) menyebutkan bahwa “harga Jumlah PB : 19
yang disepakati merupakan harga yang paling Tanggal : 6 Oktober 2023
menguntungkan bagi masyarakat (harga termurah
dengan kualitas bahan yang memenuhi standar).
FORMAT II-11
SURVEI TOKO/PENYEDIA BAHAN BANGUNAN
SURVEI TOKO/PENYEDIA BAHAN BANGUNAN/KOMPONEN BANGUNAN
Berdasarkan hasil rekapitulasi kebutuhan bahan bangunan dan memperhatikan Keputusan Bupati/Walikota
………………………….…..… Nomor ……………………… Tanggal ………………..tentang ……………….…………….
(standar harga satuan bahan bangunan kabupaten/kota) dan memperhatikan Penetapan Perkiraan Standar
Satuan Harga Bahan Bangunan Kegiatan BSPS Tahun 20… Kabupaten/Kota …………... Provinsi …………., telah
dilakukan survei harga bahan bangunan oleh:
Nama KPB
Desa/Kelurahan
:
:
……………………………
……………………………
Gambar 6 Implementasi Format II-11
Kecamatan : ……………………………
Kabupaten/Kota : ……………………………
Provinsi : ……………………………
Tanggal survei : ……………………………
Tanggal dibuat laporan : ……………………………
Jika melihat tabel daftar harga bahan bangunan
A. Harga Satuan Bahan Bangunan
1 Semen sak
Kegiatan BSPS
disepakati **)
1. Toko manakah yang menawarkan harga terendah/
2 Pasir Pasang m3
3
4
Pasir Beton
Batu Bata
m3
bh
termurah?
5 Batako bh
6
7
Batu pecah
Besi Φ 8 mm
m3
btg
2. Apakah keputusan yang diambil pada format ini
8
9
10
Besi Φ 10 mm
Papan 2/20
Papan 3/20
btg
bh
bh
tidak menimbulkan konflik?
11 Kayu 5/7 btg
12 Kayu 5/10 btg
13 Kayu 6/12 btg
14
15
16
Kayu 8/12
Seng BJLS
Genteng
btg
bh
bh
Mari kita bandingkan Format II.11 jika didukung
17
18
19
Paku
Closet Jongkok
Kran
kg
unit
bh
dengan Format RAB sebagai berikut :
20 Pipa btg
21 Dst sesuai kebutuhan
Data Isian
Nama Toko
Nama Pemilik
NIK Pemilik
Alamat Toko
NPWP Usaha
SIUP
SITU
Sarana Angkutan
Nomor Rekening
Nama Bank
Diperiksa oleh, Didampingi oleh, Perwakilan KPB,
Koordinator Kabupaten/Kota Tenaga Fasilitator Lapangan Ketua
Gambar 5 Format II-11 Survei Toko Bahan Bangunan Gambar 7 Perbandingan Penawaran Toko
METODE
Pemilihan Terbuka Toko (PTT)... (Iryanto Sirait, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjow Purba, Joe i Rances Sinaga) 61
Besar harapan berdasarkan pengalaman kami dan Surat Direktur Rumah Swadaya Nomor PW.01.03-
hasil positif dengan menggunakan PTT memberikan RW/142 tanggal 18 Febuari 2020, hal Tanggapan
dampak efektifitas, efisiensi, transparan dan Terhadap Alternatif Pemilihan Toko oleh Direktur
akuntabel untuk dapat dilaksanakan ditahun Rumah Swadaya (Gambar 10).
berikutnya di seluruh Indonesia.
Metode PTT ini telah diuji dan mendapatkan HASIL DAN PEMBAHASAN
apresiasi melalui Diklat Teknis Pejabat Inti Satuan
Kerja (PISK) Bidang Perumahan Tahun 2021 dan Mekanisme PTT.
Diklat Inpasing Jabatan Fungsional Penata Kelola Uraian kegiatan sebagai berikut:
Perumahan (PKP) Tahun 2023. I. Sosialisasi dan Simulasi PTT
1. Sosialisasi disampaikan kepada KPB/ PB,
elemen masyarakat lainnya yang berkenan
hadir;
2. Simulasi dilakukan oleh Kelompok Penerima
Bantuan yang dilatih oleh Tenaga Ahli (TA)/
Koordinator Kabupaten (Korkab)/ Tenaga
Fasilitator Lapangan (TFL);
3. Sosialisasi dilaksanakan menyesuaikan lokasi
memperhatikan kemampuan fokus audiens
(memperhitungkan jumlah peserta sosialisasi);
4. Undangan oleh Ketua KPB;
5. Setiap Toko Penyedia bahan bangunan
diperkenankan melayani Penerima bantuan
maksimal 60 PB. Setelah menyelesaikan
kewajiban dan tanggung jawab kepada 60
PB dimaksud, toko penyedia diperkenankan
melayani penerima bantuan lainnya (untuk
Gambar 9 Diklat Teknis Pejabat Inti Satuan Kerja kontrol penyaluran bahan bangunan tepat
(PISK) waktu).
Jadwal Pelaksanaan :
Mulai : 1. Bersamaan dengan pembentukan KPB;
2. Sesuai kebutuhan lapangan seperti
bersamaan melalui pertemuan
dengan Pemerintah Desa/Pemerintah
Kabupaten.
Selesai : Bersamaan dengan fase sosialisasi dan
penyuluhan.
Durasi : 1 hari
Output/Hasil Kegiatan :
1. Undangan sosialisasi;
2. Daftar Hadir;
3. Notulen.
Gambar 10 Tanggapan Direktur RUSWA terhadap Catatan : Tahapan ini mandiri, tidak masuk dalam
Alternatif Pemilihan Toko 2020 hitungan tahapan PTT.
Jadwal Pelaksanaan :
Mulai : Setelah Identifikasi kebutuhan (……………………….) (……………………….)
Selesai : Selambat-lambatnya 1 hari sebelum
Pengumuman/terbitnya Surat Undangan Gambar 11 Contoh Surat Undangan PTT
Pemilihan Terbuka Toko (PTT)... (Iryanto Sirait, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjow Purba, Joe i Rances Sinaga) 63
SURAT PENAWARAN BAHAN BANGUNAN CONTOH
Kepada Yth :
Tim Pemilihan KPB …………………………….
Desa ……………..
Kecamatan ……………..
Kabupaten ……………..
Setelah mempelajari dan mencermati undangan Pemilihan Terbuka Toko termasuk penjelasan
dan persyaratan umum, kami bermaksud mengikuti dan mengajukan penawaran seperti yang
tercantum dalam tabel berikut :
Jadwal Pelaksanaan :
Mulai : Lengkapnya dokumen pemilihan
Tanda tangan
(Nama Lengkap)
Durasi : undangan 2 hari untuk lokasi PB dekat
Tanggal : dengan Toko/Penyedia bahan bangunan
Nama Toko Penyalur :
Alamat :
dan 3 s.d. 4 hari untuk lokasi PB jauh dari
Toko/Penyedia bahan bangunan. Hal ini
Gambar 12 Contoh Surat Penawaran Bahan untuk Calon pemenang Toko/Penyedia
Bangunan Bahan Bangunan mendapatkan kesempatan
observasi sebaran PB dan bahan bangunan
IV. Undangan/ Pengumuman lokal, sehingga dapat memberikan
1. Undangan disampaikan kepada sebanyak mungkin penawaran harga terbaik.
Toko/Penyedia Bahan Bangunan yang terjangkau
oleh KPB (minimal 3 toko). Diperkenankan Toko/ Penanggung Jawab : Tim Pemilihan
Penyedia Bahan Bangunan di luar kabupaten.
Apabila tidak terpenuhi minimal 3 toko yang hadir Output/Hasil Kegiatan :
maka diadakan musyawarah untuk menentukan 1. Diterimanya Surat Undangan beserta berkas
toko/penyedia untuk KPB tersebut; Dokumen Pemilihan oleh Toko/ Penyedia Bahan
Bangunan;
Pemilihan Terbuka Toko (PTT)... (Iryanto Sirait, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjow Purba, Joe i Rances Sinaga) 65
dengan Format II-12, berdasarkan hasil PTT/ pembelian bahan bangunan antara Ketua KPB
penyedia bahan bangunan dan daftar harga hasil dengan Toko;
survei; 2. PKS dibuat 2 rangkap asli bermaterai, yang
2. Semua harga penawaran dari toko/penyedia yang bermaterai dan bertandatangan oleh Ketua
hadir harus dibaca dan dituliskan di papan tulis KPB diserahkan kepada Toko Penyedia
atau kertas plano (diketik dan ditampilkan jika Bahan Bangunan, dan yang bermaterai dan
memiliki proyektor) sehingga KPB dapat melihat bertandatangan Toko Penyedia diserahkan kepada
dan menilai kewajaran harga dari setiap item yang KPB.
ditawarkan;
3. Tidak diperkenankan terjadi perubahan harga Jadwal Pelaksanaan :
setelah diadakan negosiasi harga antara KPB Mulai : Setelah survei ketersediaan bahan bangunan
dengan toko dan berita acara negosiasi harga pada toko pemenang
ditanda tangani; Selesai : setelah penandatangan PKS
4. Jika ada harga satuan bahan bangunan yang
melebihi standar harga perkiraan sendiri KPB, Durasi : 1 hari
maka harus dilengkapi dengan Surat Keterangan
tentang kewajaran harga satuan bahan bangunan Penanggung Jawab : Ketua Kelompok dan Pemilik
pada lokasi penerima bantuan tersebut dengan Toko/ Penyedia Bahan Bangunan
surat peryataan dari toko/penyedia;
5. Serah Terima Tugas Tim Pemilihan kepada Ketua Output/Hasil Kegiatan :
KPB dengan melampirkan Berita acara hasil 1. Hasil Survei Ketersediaan Bahan Bangunan;
rembuk PTT. 2. Isian Format II-12 berita acara hasil kesepakatan
PTT/Penyedia bahan/komponen bangunan;
VII. Survei Ketersediaan Bahan Bangunan Pada 3. Format II-29 Perjanjian Kerjasama Pembelian
Toko Pemenang. Bahan Bangunan;
Tim Pemilihan melakukan survei hasil penawaran
pada Toko Pemenang. Catatan : Tahapan ini mandiri, tidak masuk dalam
hitungan tahapan PTT.
Jadwal Pelaksanaan :
Mulai : Setelah penentuan Toko Pemenang Lama waktu yang dibutuhkan pada proses Pemilihan
Selesai : Bersamaan dengan hasil survei jika waktu Terbuka Toko sebagai berikut :
tersedia 1. 2 hari untuk lokasi yang dekat dengan toko :
Hari ke 1 : Penyusunan Dokumen/Undangan
Durasi : 1 hari dan penyebaran undangan
Hari ke 2 : Pelaksanaan PTT
Penanggung Jawab : Ketua Kelompok
2. 4 hari (lokasi PB jauh dari toko)
Output/Hasil Kegiatan : Hari ke 1 : Penyusunan Dokumen/ Undangan
1. Berita Acara Ketersediaan Bahan Bangunan; dan penyebaran undangan
2. Ketersediaan Armada. Hari ke 2 - 3 : Memberikan kesempatan kepada
3. Kartu Kendali pengiriman bahan bangunan; pemilik toko untuk observasi
4. Kesepakatan sosial antara pemilik toko, PB/ sebaran PB dan potensi belanja
KPB dan Korkab/TFL (konsekuensi apa saja jika bahan bangunan lokal di
penyaluran bahan bangunan terlambat) lingkungan PB
Hari ke 4 : Pelaksanaan PTT
Catatan : Durasi fase ini mandiri, tidak masuk dalam
hitungan waktu fase PTT. Bukti pelaksanaan PTT di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2022 dan Tahun 2023.
VIII. Penandatangan Perjanjian Kerja Sama (PKS)
Pembelian Bahan Bangunan Berikut pelaksanaan PTT pada kegiatan BSPS di
1. Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama beberapa kabupaten pada tahun anggaran 2023.
Hasil PTT dimenangkan Toko CV. Binsar Jaya Hasil PTT dimenangkan UD. Waldy dengan
dengan penawaran Rp263.777.250,00 sehingga penawaran Rp309.208.548,39 sehingga KPB
KPB Dosroha dapat menghemat Rp51.222.750,00. Dosroha dapat menghemat Rp40.791.451,61
Sehinga per PB menghemat Rp2.845.708,00 Sehingga per PB menghemat Rp2.039.572,58
(dikonversi menjadi bahan bangunan sehingga dapat (dikonversi menjadi bahan bangunan sehingga dapat
meringankan PB dalam Swadaya bahan bangunan meringankan PB dalam Swadaya bahan bangunan
yang dibutuhkan). yang dibutuhkan).
Pemilihan Terbuka Toko (PTT)... (Iryanto Sirait, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjow Purba, Joe i Rances Sinaga) 67
UD Zefa Rp303.721.920,00 selanjutnya KPB
kembali melakukan penawaran disepakati menjadi
Rp293.299.920,00.
Selisih pagu terhadap penawaran menjadi Gambar 20 Kegiatan PTT di Desa Durian Lingga
Rp12.680.000,00 sehingga per PB menghemat
Rp845.333,33 (dikonversi menjadi bahan bangunan 5. Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat
sehingga dapat meringankan PB dalam Swadaya Kabupaten Karo
bahan bangunan yang dibutuhkan). KPB Ersada Arih dengan pagu sebesar
Rp227.500.000,00 untuk 13 PB.
4. Desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingai
Kabupaten Langkat
KPB Ola Kisat dengan total pagu sebesar
Rp315.000.000,00 untuk 18 PB.
Pemilihan Terbuka Toko (PTT)... (Iryanto Sirait, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjow Purba, Joe i Rances Sinaga) 69
Berdasarkan undangan yang disebarkan KPB kepada
toko yang ada disekitar desa tersebut yang hadir
diacara PTT adalah:
a. UD Bre Tiganna penawaran Rp231.940.800,00
b. UD Gurky penawaran Rp189.683.300,00
Pemilihan Terbuka Toko (PTT)... (Iryanto Sirait, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjow Purba, Joe i Rances Sinaga) 71
Masalah Bangunan
Volume 59 No. 1, Maret 2024 ISSN : 0025 - 4436
Lembar abstrak ini boleh disalin tanpa izin dan biaya
DDC
722.4 Ashary, Djasmihul
Karakteristik Permukiman Masyarakat Tradisional di Kepulauan Tanimbar Kei Maluku
Masalah Bangunan Vol. 59 No. 1, Maret 2024, Hal. : 44-56
Provinsi Maluku, di mana daerah-daerahnya masih banyak terdapat masyarakat hukum adat, terdapat
kearifan lokal budaya yang sangat kental dalam pengelolaan sumber daya alamnya terutama yang berbasis
lingkungan. Budaya sasi, yang masih terpelihara sampai dengan saat ini adalah salah satu wujud nyata
pengelolaan sumber daya alam berbasis lingkungan. Perilaku-perilaku masyarakat masih memelihara
adat-adat yang sampai dengan saat ini pun masih terpelihara. Rumah Tradisional Maluku memiliki
ciri khas yang unik. Rumah merupakan salah satu bagian dari kebudayaan fisik masyarakat Indonesia.
Pembangunan rumah tradisional mereka tidak bisa dilepaskan dari ketersediaan bahan bangunan lokal.
Oleh karena itu bahan bangunan dan bentuk rumah tradisional berbeda dari satu wilayah ke wilayah
lain. Walaupun berbeda teknologi pembangunan rumah-rumah tradisional itu pada prinsipnya dibangun
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang arif dan bijaksana. Sayangnya banyak rumah-rumah telah
rusak dan hilang tapak serta bentuknya, namun juga mengandung harapan bahwa bentuk masa lalu dapat
diadopsi untuk dihadirkan pada masa kini dengan reinterpretasi baru. Secara arsitektural, Rahan Teli
memiliki keunikan dari segi firmitas, dimana dengan sistem konstruksi kayu konvensional bangunan ini
dapat bertahan hingga puluhan, bahkan ratusan tahun. Bentuk bangunan rumah tradisional Maluku,
baik di rumah Rahan Teli maupun Rumah Pusaka di Buano, terbagi atas 3 bagian dengan kosmologi kaki,
badan, dan kepala, yaitu bagian bawah (struktur bawah/panggung pada Rahan Teli dan umpak pada rumah
landed Buano), bagian tengah (Rahan Ralan pada Rahan Teli sebagai ruang kegiatan utama), dan bagian
atas (loteng sebagai ruang penyimpanan benda suci dan perkakas, serta atap). Sementara itu, Rahan Teli
memiliki pola ruang baku yang sangat dipengaruhi oleh adat dan budaya setempat.
Kata kunci: Karakteristik permukiman, Rahan Teli, budaya, masyarakat tradisional, kearifan lokal
DDC
728.1 Cahyadi, Dany, Harits Salman Ambo
Penjaminan Mutu Teknologi RISHA melalui Sistem Kendali Mutu Teknologi
Masalah Bangunan Vol. 59 No. 1, Maret 2024, Hal. : 1-14
Teknologi RISHA telah banyak diterapkan dalam berbagai program pembangunan perumahan di Indonesia
terutama pada pembangunan rumah pasca bencana alam (gempa, longsor, tsunami, erupsi, dan lain-lain).
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam penerapan teknologi RISHA di lapangan adalah masalah
mutu pekerjaan. Untuk meningkatkan mutu penerapan teknologi diperlukan pengendalian mutu oleh
beberapa pihak yang terlibat dalam proses kendali mutu teknologi antara lain aplikator teknologi, pemilik
proyek dan pemilik teknologi melalui pelaksanaan sistem kendali mutu teknologi. Metode pelaksanaan
kegiatan ini dilakukan dengan metode deskriptif berupa penjelasan mengenai lingkup aspek sistem
pengendalian mutu teknologi dan skema penerapan kendali mutu teknologi RISHA di lapangan. Dalam
proses pelaksanaan kendali mutu teknologi RISHA ini telah dibuat beberapa skema penerapan kendali
mutu yaitu skema penerapan kendali mutu oleh Aplikator Teknologi dan skema penerapan kendali mutu
oleh Pemilik Proyek. Sistem kendali mutu teknologi RISHA ini dilakukan guna memastikan penerapan
teknologi baik saat produksi maupun saat perakitan panel teknologi sudah sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan teknis teknologi yang sudah ditetapkan oleh Direktorat BTPP sebagai pemilik teknologi
RISHA.
Keandalan bangunan gedung terdiri dari aspek keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.
Aspek kemudahan terdiri dari dua sub aspek, yaitu kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam Bangunan
Gedung dan kelengkapan prasarana dan sarana pemanfaatan Bangunan Gedung. Berdasarkan penelitian
tahun 2011 diketahui bahwa untuk aspek keselamatan tidak dilakukan pembobotan, namun ditetapkan
secara absolut melalui penilaian “ANDAL” dan “TIDAK ANDAL”, sementara bobot untuk aspek kesehatan
30%, aspek kenyamanan 50%, dan aspek kemudahan 20%. Mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 16
tahun 2021 Lampiran 1 dijelaskan bahwa Pemenuhan ketentuan kemudahan bangunan gedung dilakukan
melalui penerapan prinsip Desain Universal, oleh karena itu aspek kemudahan memiliki peranan penting
dalam bangunan untuk memberikan rasa keadilan, kemandirian, keamanan, dan keselamatan. Pengamatan
dan pengukuran aspek kemudahan pada bangunan gedung asrama putri menghasilkan tingkat keandalan
73% atau memberikan 14,6% pada keandalan Bangunan Gedung secara keseluruhan.
Kata kunci: Aspek kemudahan, sarana hubungan horizontal, sarana hubungan vertikal, kelengkapan
prasarana dan sarana, tingkat keandalan bangunan gedung
DDC
363.5 Sirait, Iryanto, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjaow Purba, Joe i Rances Sinaga
Pemilihan Terbuka Toko (PTT) Kegiatan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Provinsi Sumatera
Utara
Masalah Bangunan Vol. 59 No. 1, Maret 2024, Hal. : 57-71
Bantuan Rumah Swadaya adalah salah satu bantuan pembangunan perumahan yang diberikan oleh
pemerintah. Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) adalah dukungan dana pemerintah berasaskan
gotong royong bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk peningkatan kualitas rumah sekaligus
sebagai upaya pemenuhan rumah layak huni. Program ini diberikan kepada Kelompok Penerima Bantuan
yang berada di deliniasi lokasi penanganan, dengan besaran bantuan merupakan total besaran nilai
satuan material dan upah tukang. Pada tahapan perencanaan penyelenggaraan BSPS, perbandingan harga
material pada toko/penyedia bahan bangunan yang disurvei cenderung kurang bersaing. Oleh karena itu
dilakukan Pemilihan Terbuka Toko yang bersifat efektif, efisien, transparan dan akuntabel, dimana toko
pemenang adalah toko yang menawarkan harga terendah dengan kualitas baik.
Kata kunci: Pemilihan Terbuka Toko, efektif, efisien, transparan, akuntabel, inovasi
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pengaruh keberadaan Pelabuhan Paotere terhadap
kondisi permukiman masyarakat sekitarnya dan tingkat ketersediaan prasarana dan sarana lingkungan
permukiman masyarakat di Kelurahan Gusung. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Ujung Tanah
Kelurahan Gusung dengan tiga sampel lokasi yaitu lingkungan RW 1, RW 2 dan Lingkungan RW 3.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif melalui hasil analisis statistik dan disajikan dalam bentuk
tabel. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat atau kepala keluarga yang bermukim di tiga lokasi
sampel penelitian yaitu RW 1, RW 2, dan RW 3. Pengambilan sampel dilakukan secara Simple Random
Sampling kemudian dilakukan pengambilan responden secara Cluster Random Sampling di tiga lokasi
sampel sebanyak 73 responden. Analisis data menggunakan statistik deskriptif kualitatif dengan tabel
frekuensi dan perbandingan terhadap standar NSPM. Hasil penelitian menyatakan bahwa keberadaan
Pelabuhan Paotere sangat mempengaruhi pola permukiman masyarakat di sekitarnya. Ada 3 (tiga) hal
yang berpengaruh terhadap keberadaan Pelabuhan Paotere yaitu kawasan perdagangan (ruko), kawasan
permukiman kumuh, dan kawasan pelabuhan itu sendiri. Pola permukiman yang dulunya linier
dengan kawasan pesisir berubah menjadi mengelompok dengan lahan yang terbatas. Sementara tingkat
ketersediaan dan manfaat penyediaan prasarana dan sarana permukiman masyarakat seperti komponen
jalan, air bersih, dan sanitasi lingkungan terhadap indikator standar kebutuhan masih kurang baik dan
kurang memadai sementara manfaat ketersediaan prasarana dan sarana untuk kegiatan sosial ekonomi
masyarakat sangat bermanfaat untuk peningkatan ekonomi dan peningkatan pendapatan serta terjalinnya
interaksi sosial di masyarakat dengan adanya prasarana tersebut.
Kata kunci: Pelabuhan, prasarana, sarana, permukiman, tingkat ketersediaan sarana dan prasarana
DDC
722.4 Ashary, Djasmihul
Characteristics of Traditional Community Settlements in Tanimbar Kei Island Maluku
Masalah Bangunan Vol. 59 No. 1, March 2024, Page : 44-56
Maluku Province, where there are still many customary law communities, has very strong local cultural wisdom
in the management of its natural resources, especially those based on the environment. The sasi culture, which
is still maintained today, is a concrete manifestation of environmentally based natural resource management.
Community behavior still maintains traditional customs which are still maintained to this day. Maluku
Traditional Houses have unique characteristics. The house is one part of the physical culture of Indonesian
society. The construction of their traditional houses cannot be separated from the availability of local building
materials. Therefore, building materials and traditional house shapes differ from one region to another. Even
though the technology for building traditional houses is different, in principle they are built based on wise
and wise considerations. Unfortunately, many houses have been damaged and lost their location and shape,
but it also contains hope that the forms of the past can be adopted to be presented in the present with new
reinterpretations. Architecturally, Rahan Teli is unique in terms of firmness, where with a conventional wooden
construction system this building can last for tens, even hundreds of years. The form of a traditional Maluku
house building, both in the Rahan Teli house and the Pusaka House in Buano, is divided into 3 parts with the
cosmology of legs, body and head, namely the lower part (bottom structure/stage in Rahan Teli and umpak in the
Buano landed house), part middle (Rahan Ralan on Rahan Teli as the main activity room), and the top (attic as
a storage room for sacred objects and utensils, as well as the roof). Meanwhile, Rahan Teli has a standard spatial
pattern that is strongly influenced by local customs and culture.
Keywords: Settlement Characteristics, Rahan Teli, culture, traditional society, local wisdom
DDC
728.1 Cahyadi, Dany, Harits Salman Ambo
Quality Assurance of RISHA Technology through Technology Quality Control System
Masalah Bangunan Vol. 59 No. 1, March 2024, Page : 1-14
The Ministry of Public Works and Housing has adopted a number of technologies, including Building Information
Modeling (BIM) technology, Augmented Reality (AR) technology, Virtual Reality (VR) technology, and Mixed
Reality (MR) technology, to implement infrastructure in Indonesia during the fourth industrial revolution.
All of these technologies make use of networked integrated technology. Virtual reality (VR) technology is one
of the technologies adopted in order to deliver technology products to meet the needs of visualization and
technological interaction in organizing exhibitions and technology dissemination. The purpose of this project is
to produce a RISHA VR technology application as a medium for dissemination and exhibition for technology
in the human settlement and housing sector. This VR technology allows exhibition visitors to simulate the
RISHA technology development process, starting from the selection of building components (panels, bolts,
steel plates and others) to the assembly and installation of earthquake-resistant houses. All of these experiences
are designed in a virtual form. With the use of VR technology as the application of technology 4.0 in the
implementation of exhibitions and dissemination of human settlement and housing technology, it is hoped that
it will make it easier for general users or exhibitors to understand and visualize RISHA technology in a more
real virtual manner.
Building reliability consists of safety, health, comfort, and convenience aspect. Convenience aspect consists
of two sub aspects, namely the ease of connection to, from, and within the building and the building facility
completeness. Based on research in 2011, safety aspect is not rated by a number, but it is determined in absolute
terms through “RELIABLE” and “UNRELIABLE”, while other aspects have their own value such as 30% for
health aspect, 50% for comfort aspect, and 20% for convenience aspect. Referring to the Government Regulation
Number 16 of 2021, Appendix 1, fulfillment of building convenience aspect can be done by implementing
the principles of Universal Design, therefore building convenience aspect has an important role to provide a
sense of justice, independence, security, and safety. Observation and measurement of convenience aspect in the
female dormitory resulted a reliability level of 73% or 14.6% for the overall building reliability level.
Keywords: Convenience aspect, horizontal access facility, vertical access facility, building facility, building
reliability level
DDC
363.5 Sirait, Iryanto, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjaow Purba, Joe i Rances Sinaga
Shop Open Selection Stimulant Activities for Self-Supporting Housing in North Sumatera Province
Masalah Bangunan Vol. 59 No. 1, March 2024, Page : 57-71
Self-help Housing Stimulant Assistance is one of the housing development assistance provided by the government.
BSPS stands for Self-help Housing Stimulant Assistance, which is government funding support based on mutual
cooperation, for low-income people to improve the quality of their houses as well as an effort to fulfill livable
housing. This program is provided to Beneficiaries Group located in the delineated handling location, with the
amount of assistance is the total implementation of Self-help Housing Stimulant Assistance, the comparison of
material prices in surveyed shops/building material providers tends to be less competitive. Therefore, an Open
Selection of Material Shop is carried out, which is effective, efficient, transparent and accountable, where the
winning shop is the shop that offered the lowest price with good quality.
Keywords: Open Selection of Material Shop, effective, efficient, transparent, accountable, innovation
This research aims to explain how the existence of Paotere Harbor influences the residential conditions of the
surrounding community and the level of availability of infrastructure and facilities in the community residential
environment in Gusung Village. The research location is in Ujung Tanah District, Gusung Village with three
sample locations, namely the RW 1, RW 2 and RW 3 environments. This research is descriptive qualitative
through the results of statistical analysis and presented in table form. The population in this research is the
community or heads of families who live in the three research sample locations, namely RW 1, RW 2, and
RW 3. Sampling was carried out using Simple Random Sampling, then respondents were taken using Cluster
Random Sampling in three sample locations totaling 73 respondents. Data analysis uses qualitative descriptive
statistics with frequency tables and comparisons to NSPM standards. The research results state that the existence
of Paotere Harbor greatly influences the settlement patterns of the surrounding community. There are 3 (three)
things that influence the existence of Paotere Port, namely the trade area (shophouse), slum area, and the port
area itself. Settlement patterns that used to be linear with coastal areas have changed to clustered with limited
land. Meanwhile, the level of availability and benefits of providing community housing infrastructure and
facilities such as road components, clean water and environmental sanitation against standard indicators of
need is still poor and inadequate, while the benefits of providing infrastructure and facilities for community
socio-economic activities are very useful for improving the economy and increasing income. as well as the
establishment of social interaction in the community with this infrastructure.
Keywords : Port, infrastructure, facilities, settlements, level of availability of facilities and infrastructure
A P
Aplikator, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 14, 15, 16, 17, 18, 76 Panel, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 26, 76
Aspek kemudahan, 3, 19, 77 Pelabuhan Paotere, 35, 36, 44, 47
Pemilihan Terbuka Toko, 3, 4, 61, 62, 65, 66, 67, 69,
B 70, 71, 72, 73, 74, 75, 77
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya, 61, 62, 65, Permukiman, 3, 4, 5, 6, 17, 18, 19, 25, 34, 36, 37, 40,
71, 75, 80 41, 43, 46, 47, 59, 60, 78, 83
Budaya, 35, 37, 46, 48, 49, 59, 76
Q
D Quality, 5, 6, 7, 16, 17, 18, 61, 79, 80
Demografi, 39
Difabel, 23, 25, 30 R
Rehabilitasi, 6
E
Efektifitas, 65, 66 S
Efisiensi, 20, 65, 66, 77 Sampel, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 22, 34, 36,
50, 55, 58, 78
F Sampling, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18
Filosofi, 49, 55, 56 Serambi, 51, 52, 53, 55
Spesifikasi, 5, 6, 7, 8, 14, 17, 67, 76
G
Geografis, 37, 38, 41, 55 T
Tanimbar Kei, 50, 55, 56, 59
I Tata ruang, 3, 38, 40, 56
Inovasi, 61, 65 Teknis, 3, 5, 6, 7, 8, 13, 14, 16, 17, 20, 21, 23, 40,
75, 76
K Teknologi, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 16, 17, 18, 48,
Karakteristik Permukiman, 4, 48, 59, 76 49, 55, 76
Kawasan, 35, 40, 41, 45, 46, 60, 65 Teknologi Rumah Instan Sederhana, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
Kearifan Lokal, 49 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 76, 79
Kelengkapan Prasarana dan Sarana, 19, 21, 23, 25, Tingkat Ketersediaan, 34
77 Topografi, 38, 39
Kendali Mutu, 7, 8, 16, 17, 18 Tradisional, 3, 43, 46, 48, 49, 50, 55, 57, 58, 59, 76
Kluster, 9, 14, 15, 16
Kualitas, 3, 6, 61, 62, 64, 65, 69, 75 V
Varian, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 18
L Vitruvius, 55, 59
Lingkungan, 3, 21, 34, 35, 37, 39, 40, 43, 44, 45, 46,
48, 49, 56, 70, 76, 77, 78, 83 W
Wilayah, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 43, 44, 45, 46, 48,
M 49, 65, 76
Masyarakat Tradisional, 4, 48
Z
O Zona, 39, 40
Ornamentasi, 56, 57
UMUM
Redaksi menerima naskah karya ilmiah IPTEK bidang Permukiman, baik dari dalam maupun di luar lingkungan Direktorat
Bina Teknik Permukiman dan Perumahan
Naskah belum pernah diterbitkan di media cetak lainnya
Penulis bertanggung jawab sepenuhnya terhadap isi tulisan
Naskah disampaikan ke redaksi dalam bentuk file digital "MS Word"
Penelaah berhak memperbaiki naskah tanpa mengubah isi dan pengertiannya dan akan berkonsultasi dahulu dengan penulis
apabila dipandang perlu untuk mengubah isi naskah
Jika naskah disetujui untuk diterbitkan, penulis harus segera menyempurnakan dan menyampaikannya kembali ke redaksi
paling lambat satu minggu setelah tanggal persetujuan
Naskah yang dimuat menjadi milik Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan
Naskah yang tidak dapat dimuat akan diberitahukan kepada penulis dan naskah tidak akan dikembalikan, kecuali ada
permintaan lain dari penulis
NASKAH
Bahasa : Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia dilengkapi dengan abstrak dan kata kunci dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Format : Jumlah halaman naskah maksimum 15 halaman tercetak dalam kertas putih ukuran A4 pada satu permukaan dengan satu
spasi. Naskah yang ditulis terbagi atas 2 kolom yang terpisah oleh jarak tengah 1 cm. Pada semua tepi kertas disisakan ruang kosong
minimal 2 cm. Jenis huruf yang digunakan Goudy Old Style.
Judul (12 pt, Capital, bold) dan Sub Judul (11 pt, bold) : Judul dibuat tidak lebih dari dua baris dan harus mencerminkan isi tulisan. Nama,
instansi dan alamat (instansi dan e-mail) penulis dicantumkan di bawah judul.
Abstrak (11 pt, Italic) : Abstrak dibuat tidak lebih dari 200 kata yang memuat metodologi yang digunakan, temuan-temuan pokok hasil
penelitian, serta mengungkapkan konklusi dan rekomendasi pokok. Abstrak dilengkapi dengan kata kunci, disusun dalam 2 (dua)
bahasa (Indonesia-Inggris).
Isi Naskah (11 pt) : Susunan isi naskah meliputi : Pendahuluan, Metode, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan, Daftar Pustaka.
Tabel : Judul tabel dan keterangan ditulis dengan jelas dan singkat. Tabel harus diberi nomor. Nomor dan judul tabel diletakkan pada
posisi center. Antara judul tabel dan kalimat sebelumnya dan juga antara tabel dan judul tabel diberi jarak satu spasi
Gambar dan Foto : Gambar dan foto harus diberi nomor, judul atau keterangan dengan jelas. Ukuran gambar dan foto disesuaikan
dengan besar kolom. Nomor, judul atau keterangan gambar dan foto diletakkan pada posisi center. Gambar dan foto harus mempunyai
ketajaman yang baik, ukurannya dapat diperbesar dan diletakkan ditengah kertas, memotong kolom. Antara gambar/foto dan judul
atau keterangan gambar/foto diberi jarak satu spasi.
Daftar Pustaka : Daftar pustaka ditulis sesuai dengan urutan menurut abjad nama pengarang dengan mencantumkan tahun penerbitan,
judul terbitan, penerbit, dan kota terbit.
Pustaka berupa judul buku :
Soehartono, Irawan. 2002. Metode penelitian sosial. Bandung: Gajah Mada University Press.
Pustaka berupa majalah/jurnal ilmiah/prosiding :
Harihanto. 2004. Persepsi masyarakat terhadap air sungai. Lingkungan dan Pembangunan 24. 3:171-186