Anda di halaman 1dari 84

Volume 59 Nomor 1, Maret 2024

59 1 1- 78 Maret 2024
MASALAH BANGUNAN
Volume 59 Nomor 1, Maret 2024 ISSN : 0025 - 4436

EDITORIAL
Kami mengawali edisi pertama tahun 2024 dengan menyajikan
beberapa bahasan tentang penjaminan mutu teknologi melalui
Lic No. 0988/SK/DIR.PP/SIT/1970 pelaksanaan sistem kendali mutu teknologi, kajian aspek kemudahan
pada bangunan gedung, pengaruh keberadaan pelabuhan terhadap
kondisi permukiman disekitarnya, karakteristik permukiman
PELINDUNG : tradisional, dan peningkatan kualitas rumah melalui Bantuan
Direktur Bina Teknik Permukiman dan Perumahan Rumah Swadaya.
Pengendalian mutu sangat diperlukan dalam meningkatkan
mutu penerapan teknologi, terutama oleh aplikator teknologi,
PEMIMPIN REDAKSI :
pemilik proyek dan pemilik teknologi melalui sistem kendali
Kepala Subdirektorat mutu teknologi. Teknologi RISHA sudah menerapkan sistem
Data dan Pengembangan Sistem Informasi Permukiman
pengendalian mutu untuk memastikan kesesuaian teknologi
di lapangan dengan persyaratan teknis teknologi yang sudah
DEWAN PENELAAH NASKAH : ditetapkan dalam pedoman teknis teknologi RISHA.
Aspek kemudahan menyumbang 20% dari total bobot keandalan
1. Drs. Aris Prihandono, M.Sc.
bangunan gedung. Meskipun begitu aspek kemudahan memiliki
(Bidang Teknologi Infrastruktur Permukiman)
peranan penting dalam bangunan karena melalui kemudahan
2. Dr. Wahyu Sujatmiko, S.T., M.T. bangunan dapat memberikan rasa keadilan, kemandirian, bahkan
(Bidang Teknik Fisika) keamanan dan keselamatan.
3. Ade Erma Setyowati, S.T., M.Ec.Dev. Keberadaan pelabuhan bagi permukiman masyarakat disekitarnya
(Permukiman)
sangat mempengaruhi pola permukiman, yaitu dahulunya linier
4. Fenita Indrasari, S.T., M.T., Ph.D. dengan kawasan pesisir berubah menjadi mengelompok dengan
(Perumahan dan Perkotaan) lahan yang terbatas. Ada 3 (tiga) hal yang berpengaruh terhadap
keberadaan pelabuhan tersebut, yaitu sebagai : kawasan perdagangan,
kawasan permukiman kumuh, dan kawasan pelabuhan itu sendiri.
REDAKSI PELAKSANA :
Rahan Teli di Maluku Tenggara mempunyai keistimewaan sebagai
Dian Ariani rumah tinggal, rumah musyawarah antar kaum adat, rumah
Roosdharmawati ibadah, dan lumbung keluarga. Rumah pusaka Buano di Pulau
Shafira Shastri Seram merupakan rumah tinggal marga (faam), biasanya dihuni
Meydina Fauzia Ananda hingga 4 (empat) kepala keluarga dengan satu kepala dati sebagai
kepala rumah pusaka. Kedua rumah tradisional tersebut terbagi
Nurkholilah
atas 3 (tiga) bagian dengan kosmologi kaki, badan, dan kepala.
Bagian bawah merupakan panggung/umpak, bagian tengah sebagai
ruang utama, bagian atas sebagai ruang penyimpanan benda suci
ALAMAT REDAKSI : ataupun perkakas.
Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Pemerintah memberikan dukungan dana berupa Bantuan Stimulan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Perumahan Swadaya untuk meningkatkan kualitas rumah sekaligus
Jl. Panyawungan, Cileunyi Wetan sebagai upaya pemenuhan rumah layak huni bagi masyarakat
Kabupaten Bandung 40393 berpenghasilan rendah. Pemilihan toko terbuka menjadi inovasi
Telepon : 022 - 779393 (4 saluran) penting dalam pelaksanaan program BSPS agar penyaluran bantuan
Faksimili : 022 - 7798392 pemerintah berjalan efektif, efisien, transparan, dan akuntabel,
E-mail : info@puskim.pu.go.id baik terhadap pengelola, penyedia jasa dan para penerima bantuan.
Website : http://puskim.pu.go.id Selamat membaca.

Foto sampul depan: Ilustrasi Bentuk Rumah Rahan Teli | Foto sampul belakang: Kegiatan PTT di Desa Lumban Dolok

Masalah Bangunan diterbitkan oleh Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan, Direktorat Jenderal Cipta
Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan lingkup materi tulisan meliputi tata ruang bangunan
dan kawasan, bahan bangunan, struktur dan konstruksi bangunan, lingkungan permukiman, dan sains bangunan.

Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024 i


MASALAH BANGUNAN
Volume 59 No. 1, Maret 2024 ISSN : 0025-4436

Daftar Isi Halaman


Penjaminan Mutu Teknologi RISHA melalui Sistem Kendali Mutu Teknologi 1 - 14
Quality Assurance of RISHA Technology through Technology Quality Control System
Dany Cahyadi, Harits Salman Ambo

Kajian Aspek Kemudahan pada Bangunan Gedung Asrama Mahasiswa Putri 15 - 29


Study of Convenience Aspect on Female Student Dormitory
Leonita Dwesti Halim, Ade Erma Setyowati

Pengaruh Pelabuhan Paotere terhadap Perkembangan Permukiman yang Berada di Sekitarnya 30 - 43


The Influence of Paottere Port on the Development of Surrounding Settlements
Hadidjah Sultan, Djasmihul Ashary

Karakteristik Permukiman Masyarakat Tradisional di Kepulauan Tanimbar Kei Maluku 44 - 56


Characteristics of Traditional Community Settlements in Tanimbar Kei Island Maluku
Djasmihul Ashary

Pemilihan Terbuka Toko (PTT) Kegiatan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Provinsi 57 - 71
Sumatera Utara
Shop Open Selection Stimulant Assistance Activities for Self-Supporting Housing in North Sumatera Province
Iryanto Sirait, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjow Purba, Joe i Rances Sinaga

Katalog dan Abstrak 72 - 77

Indeks Subyek 78

ii Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


PENJAMINAN MUTU TEKNOLOGI RISHA
MELALUI SISTEM KENDALI MUTU TEKNOLOGI
Quality Assurance of RISHA Technology through Technology Quality Control System
1
Dany Cahyadi, 2Harits Salman Ambo
Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jalan Panyawungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung 40393
Surel: 1danycahyadi@pu.go.id, 2harits.ambo@pu.go.id

Abstrak

Teknologi RISHA telah banyak diterapkan dalam berbagai program pembangunan perumahan di Indonesia terutama pada
pembangunan rumah pasca bencana alam (gempa, longsor, tsunami, erupsi, dan lain-lain). Salah satu permasalahan yang
dihadapi dalam penerapan teknologi RISHA di lapangan adalah masalah mutu pekerjaan. Untuk meningkatkan mutu
penerapan teknologi diperlukan pengendalian mutu oleh beberapa pihak yang terlibat dalam proses kendali mutu teknologi
antara lain aplikator teknologi, pemilik proyek dan pemilik teknologi melalui pelaksanaan sistem kendali mutu teknologi. Metode
pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan metode deskriptif berupa penjelasan mengenai lingkup aspek sistem pengendalian
mutu teknologi dan skema penerapan kendali mutu teknologi RISHA di lapangan. Dalam proses pelaksanaan kendali mutu
teknologi RISHA ini telah dibuat beberapa skema penerapan kendali mutu yaitu skema penerapan kendali mutu oleh Aplikator
Teknologi dan skema penerapan kendali mutu oleh Pemilik Proyek. Sistem kendali mutu teknologi RISHA ini dilakukan guna
memastikan penerapan teknologi baik saat produksi maupun saat perakitan panel teknologi sudah sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan teknis teknologi yang sudah ditetapkan oleh Direktorat BTPP sebagai pemilik teknologi RISHA.

Kata Kunci: Teknologi, RISHA, sistem, kendali mutu, penjaminan mutu

Abstract

RISHA technology has been widely applied in various housing development programs in Indonesia, especially in the construction
of houses after natural disasters (earthquakes, landslides, tsunamis, eruptions, and others). One of the problems faced in
the application of RISHA technology in the field is the problem of quality of work. To improve the quality of technology
application, quality control is needed by several parties involved in the technology quality control process, including technology
applicators, project owners and technology owners through the implementation of technology quality control systems. The
method of implementing this activity is carried out by a descriptive method in the form of an explanation of the scope of aspects
of the technology quality control system and the scheme of implementing RISHA technology quality control in the field. In the
process of implementing quality control of RISHA technology, several schemes for the application of quality control have been
made, namely the scheme of implementing quality control by the technology applicator and the scheme of implementation of
quality control by the Project Owner. The RISHA technology quality control system is carried out to ensure the application
of technology both during production and when assembling technology panels is in accordance with the specifications and
technical requirements of technology that have been set by the Directorate of BTPP as the owner of RISHA technology.

Keywords: Technology, RISHA, system, quality control, quality assurance

PENDAHULUAN
program pembangunan perumahan di Indonesia
Salah satu teknologi konstruksi untuk rumah terutama pada pembangunan rumah pasca bencana
sederhana yang banyak diterapkan dalam berbagai alam (gempa, longsor, tsunami, erupsi, dan lain-lain)

Penjaminan Mutu Teknologi RISHA... (Dany Cahyadi, Harits Salman Ambo) 1


adalah teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat mutu oleh pemilik pekerjaan/proyek berupa
(RISHA). pemeriksaan teknis atau pengawasan pelaksanaan
pekerjaan. Pengendalian mutu dilakukan oleh
Teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) pemilik teknologi dengan melaksanakan monitoring
merupakan teknologi struktur rumah sederhana dan evaluasi penerapan di lapangan berupa uji petik
dengan sistem pracetak yang dikembangkan oleh dalam rangka penjaminan mutu/quality assurance
Kementerian PUPR melalui kegiatan penelitian penerapan teknologi.
dan pengembangan pada tahun 2004 di Puslitbang
Perumahan dan Permukiman yang sekarang menjadi Agar permasalahan terkait mutu penerapan
Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan teknologi di lapangan dapat diselesaikan, maka
(Dit. BTPP) yang merupakan salah satu Direktorat di proses pengendalian mutu teknologi tersebut harus
Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR. dilaksanakan secara serius dan berkala sebagai bagian
dari sistem kendali mutu teknologi.
Di Kementerian PUPR, teknologi pracetak RISHA
sudah digunakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Dalam rangka pelaksanaan salah satu Tugas
Karya melalui Direktorat Prasarana Strategis dalam dan Fungsi dari Direktorat BTPP sesuai dengan
pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan renovasi Peraturan Menteri PUPR No. 13 tahun 2020
sekolah dan madrasah di Sulawesi Tengah, Jawa yaitu pelaksanaan pengkajian, perekayasaan,
Barat, dan lokasi lainnya, dan Direktorat Jenderal dan penerapan teknologi konstruksi bidang
Perumahan melalui Direktorat Rumah Khusus permukiman dan perumahan diperlukan kegiatan
dalam pelaksanaan kegiatan relokasi perumahan penjaminan mutu penerapan teknologi berupa
korban bencana gempa berupa pembangunan monitoring dan evaluasi penerapan teknologi
hunian tetap (Huntap) di Provinsi Sulawesi Tengah, yang merupakan bagian dari sistem kendali mutu
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa teknologi RISHA.
Timur, dan lokasi lainnya di Indonesia.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam gambaran mengenai sistem pengendalian mutu
penerapan teknologi di lapangan adalah masalah teknologi RISHA untuk memastikan kesesuaian
mutu pekerjaan. Pengendalian mutu pekerjaan di teknologi RISHA di lapangan dengan persyaratan
lapangan merupakan hal yang sangat penting untuk teknis teknologi yang sudah ditetapkan dalam
menjamin penerapan teknologi sesuai dengan pedoman teknis teknologi RISHA.
standar teknis atau persyaratan teknis teknologi yang
diterapkan.
METODE
Pengendalian kualitas atau mutu adalah kegiatan
terpadu mulai dari pengendalian standar kualitas Metode pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan
bahan, standar proses produksi, barang setengah metode deskriptif berupa penjelasan mengenai
jadi, barang jadi, sampai standar pengiriman produk lingkup aspek sistem pengendalian mutu teknologi
akhir ke konsumen, agar barang (jasa) yang dihasilkan dan skema penerapan kendali mutu teknologi
sesuai dengan spesifikasi kualitas yang direncanakan RISHA di lapangan.
(Prawirosentono, 2011 dalam Elin Herlina et.al,
2021)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk meningkatkan mutu penerapan teknologi
diperlukan pengendalian mutu oleh beberapa pihak Sistem Kendali Mutu Teknologi RISHA
yang terlibat dalam proses kendali mutu teknologi Sistem kendali mutu teknologi ini dilakukan baik
antara lain produsen/aplikator teknologi, pemilik oleh aplikator teknologi, pemilik proyek/pengguna
pekerjaan/proyek/pengguna jasa dan pemilik jasa, konsultan supervisi, maupun Direktorat
teknologi. Pengendalian mutu yang dilaksanakan BTPP sebagai pemilik teknologi. Pengecekan
oleh produsen/aplikator teknologi adalah mutu teknologi ini dibuat secara bertahap guna
pelaksanaan quality control produksi. Pengendalian memastikan penerapan teknologi baik saat produksi

2 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


maupun saat perakitan panel teknologi sudah sesuai yang memiliki paket pekerjaan pembangunan dengan
dengan spesifikasi teknis teknologi tersebut. menggunakan teknologi RISHA. Paket pekerjaan ini
tidak hanya terbatas pada pembangunan namun juga
Aplikator teknologi sebagai produsen panel paket penyediaan panel maupun paket pekerjaan
teknologi harus melakukan kendali mutu secara relevan lainnya.
mandiri (self-quality control), menyeluruh, dan bersifat
sensus. Sementara, pemilik proyek/pengguna jasa, Pemilik proyek ini tetap melakukan kendali mutu
konsultan supervisi, maupun pemilik teknologi secara acak (sampling) terhadap hasil produksi,
melakukan kendali mutu secara berkala dan bersifat pengiriman, dan/atau perakitan panel oleh aplikator
sampling. teknologi/penyedia jasa. Pemilik proyek harus
memastikan bahwa aplikator teknologi tersebut
Kendali mutu secara mandiri yang dimaksud dalam memiliki perjanjian kerja sama (PKS) teknologi yang
hal ini adalah suatu pengecekan dan pengendalian aktif dengan pemilik teknologi.
mutu secara menyeluruh atas hasil produksi
terhadap spesifikasi teknis yang telah ditentukan Referensi pemeriksaan panel dapat mengacu pada
supaya kesalahan/kecacatan/kegagalan produk pedoman teknis terbaru yang dikeluarkan oleh
dapat diminimalisasi sejak awal. Temuan/kecacatan/ Direktorat BTPP dan/atau referensi lain yang
kesalahan produk yang terdeteksi di awal produksi relevan. Dalam proses pemeriksaan mutu tersebut,
jauh lebih baik daripada kesalahan yang ditemukan pemilik proyek dapat melakukan secara mandiri
saat pemeriksaan oleh pemilik proyek. (dengan melibatkan konsultan supervisi terkait) atau
didampingi oleh Direktorat BTPP.
Prinsip Kendali Mutu oleh Pihak Terkait
a. Aplikator Teknologi Hasil pemeriksaan tersebut dapat dicek berdasarkan
Aplikator teknologi yang memiliki perjanjian kerja pedoman teknis dan/atau referensi terkait. Pemilik
sama (PKS) teknologi yang aktif dengan pemilik proyek berhak menolak bahan/material/panel dari
teknologi, wajib melakukan kendali mutu secara hasil pekerjaan jika tidak memenuhi spesifikasi
mandiri (self-quality control) dari mulai penyiapan teknis yang tertuang dalam dokumen kontrak.
bahan/material, pembesian panel, pencetakan panel,
perawatan panel, pengiriman panel, sampai dengan c. Konsultan Supervisi
pelaksanaan perakitan panel di lokasi pekerjaan. Konsultan supervisi yang dimaksud ini adalah
konsultan yang terlibat dalam paket pekerjaan
Sistem kendali mutu yang dilakukan adalah dengan pembangunan teknologi, baik konsultan supervisi,
menggunakan metode sensus dikarenakan aplikator pengawas, atau manajemen konstruksi. Konsultan
teknologi sebagai produsen dan/atau perakit ini harus memahami spesifikasi teknis teknologi dan
panel harus memastikan keseluruhan panel yang melakukan pemeriksaan secara acak (sampling) dari
diproduksi telah memenuhi standar dan spesifikasi tahap penyediaan bahan/material, pembesian panel,
teknis teknologi. pencetakan panel, perawatan panel, pengiriman
panel, dan perakitan panel di lokasi pekerjaan.
Pemeriksaan bahan dan panel tersebut dilakukan
secara berkala (setiap enam bulan sekali atau setiap Hasil pemeriksaan tersebut dikomparasikan
ada paket pekerjaan produksi/perakitan panel) dengan pedoman teknis dan/atau referensi terkait.
dengan hasil pemeriksaan tersebut dilaporkan Konsultan berhak menolak hasil produksi/pekerjaan
secara terbuka kepada Direktorat BTPP. Bilamana panel yang tidak memenuhi spesifikasi teknis
ditemukan bahan/material/panel yang tidak yang tertuang dalam dokumen kontrak dan hasil
memenuhi spesifikasi teknis maka bahan/material/ pemeriksaan harus dilaporkan secara berkala kepada
panel tersebut tidak boleh digunakan sebagai panel pemilik proyek.
struktural.
d. Pemilik Teknologi
b. Pemilik Proyek/Pengguna Jasa Pemilik teknologi yang dimaksud ini adalah Direktorat
Pemilik proyek atau pengguna jasa yang dimaksud BTPP. Pemilik teknologi melakukan monitoring dan
dalam hal ini meliputi direktorat teknis atau balai evaluasi (monev) terhadap hasil produksi dan hasil

Penjaminan Mutu Teknologi RISHA... (Dany Cahyadi, Harits Salman Ambo) 3


penerapan dari aplikator teknologi dalam rangka 1. Metode Sensus
penjaminan mutu teknologi. Pelaksanaan monitoring Metode Sensus atau sampling total adalah teknik
dan evaluasi tersebut dilakukan terhadap bahan/ pengambilan sampel dimana seluruh anggota
material/panel di workshop milik aplikator (pada populasi dijadikan sampel semua (Sugiyono, 2018
saat aplikator teknologi sedang ada atau tidak ada dalam Mi Fuadin, 2022). Sehingga pengertian metode
pekerjaan) dan hasil penerapan teknologi di lokasi sensus dalam sistem kendali mutu teknologi RISHA
pekerjaan (baik pekerjaan yang sedang berlangsung dapat diartikan sebagai metode pengambilan sampel
atau pekerjaan yang sudah selesai) yang dilakukan oleh produsen atau aplikator dimana
seluruh hasil produksi dianggap sebagai sampel tanpa
Pelaksanaan monev teknologi yang dilaksanakan kecuali. Metode ini merupakan bentuk pengendalian
oleh Direktorat BTTP kepada aplikator tersebut mutu produksi panel, baik di workshop maupun di
adalah untuk menilai kesesuaian hasil produksi lapangan. Semua hasil produksi panel dicek secara
dan hasil penerapan dengan spesifikasi teknis. lengkap terhadap spesifikasi teknis. Maka, produsen/
Pemilik teknologi berhak memberhentikan (me-non- aplikator wajib memiliki tim kendali mutu internal.
aktifkan) perjanjian kerja sama (PKS) teknologi jika Pekerjaan kendali mutu ini mencakup:
ditemukan kesalahan produksi secara berulang oleh a. Kendali mutu seluruh bahan/material yang
aplikator teknologi. digunakan saat proses pembuatan/produksi
panel, meliputi air, semen, agregat, aditif (jika
Dalam hal penjaminan mutu teknologi di lapangan, menggunakan), baja tulangan, ram kawat,
pemilik teknologi dapat melakukan monitoring dan penyambung mekanis (meliputi baut, pelat, dan
evaluasi hasil produksi dan pekerjaan yang sedang angkur), beton segar, beton keras, dan lainnya,
berlangsung pada paket pekerjaan pembangunan b. Kendali mutu beton panel pasca pencetakan
dengan teknologi tersebut. Pemilik teknologi akan (meliputi dimensi dan kondisi panel),
menginformasikan kepada pemilik proyek bahwa c. Kendali mutu hasil perakitan panel (meliputi
akan dilakukan kegiatan monev dan mengevaluasi jumlah panel, posisi pemasangan panel, kesesuaian
atas hasil produksi dan pekerjaan tersebut. Hasil pemasangan baut, pelat, dan lainnya) di lapangan.
tersebut juga akan menentukan penilaian aplikator d. Kendali mutu proses pembuatan panel beserta
teknologi. Hasil penilaian aplikator tersebut sampel pengujiannya (baik pengujian bahan
nantinya akan menjadi referensi bagi pemilik proyek maupun komponen).
dalam pemilihan penyedia jasa/aplikator teknologi
selanjutnya. Skema sistem kendali mutu teknologi 2. Metode Acak (Sampling)
dari pemilik teknologi, pemilik proyek, dan Metode acak merupakan kendali mutu dengan
aplikator teknologi dapat dilihat pada Gambar 1. menggunakan sampel. Metode acak ini hanya
dilakukan oleh pemilik teknologi, pemilik proyek,
konsultan supervisi, atau pemeriksa yang ditunjuk
oleh pemilik proyek. Pelaksanaan metode ini
dilakukan secara berkala dari tahap produksi,
pengiriman, dan perakitan panel di lapangan.
Referensi pemeriksaan sampel didasarkan pada
pedoman teknis atau referensi lainnya yang terkait.
Secara prinsip, sampel yang diambil tersebut sudah
menggambarkan populasi secara menyeluruh baik di
Gambar 1 Proses Sistem Kendali Mutu Teknologi workshop tempat produksi panel RISHA maupun di
dari Pemilik Teknologi, Pemilik Proyek, dan lapangan tempat penerapan teknologi.
Aplikator Teknologi
Sumber: Pedoman Teknis RISHA, 20223 Penentuan Ukuran Sampel dalam Metode
Sampling
Metode Pengambilan Sampel dalam Kendali Mutu Secara prinsip, penentuan ukuran sampel dalam
Teknologi kegiatan sampling ini didasarkan pada sampling
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan dua yang lebih realistis dan dapat dilakukan di lapangan/
cara, yaitu metode sensus dan acak (sampling). workshop. Pendekatan sampling ini lebih cenderung

4 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


pada penentuan sampel berdasarkan probabilitas. a. Sampling Non Probabilitas
Klasterisasi sampel dilakukan pada setiap aplikator Pemilihan satuan sampling pada tahap ini tidak
untuk dapat dilakukan penentuan sampel secara melibatkan unsur peluang sehingga tidak diketahui
acak. Dalam penentuan sampel ini, dapat didasarkan besaran peluang suatu unit sampling tersebut untuk
pada pendekatan dengan adanya data varian dan terpilih ke dalam sampel. Jenis sampling ini tidak
tanpa data varian. Penentuan sampling ini dapat bisa dipakai dalam mengeneralisasi hasil penelitian
dipilih berdasarkan kemudahan sampling dengan terhadap populasi karena tidak ada unsur probabilitas.
mempertimbangkan kondisi yang ada di lapangan b. Sampling Probabilitas
seperti lokasi penerapan, jumlah populasi sampel, Sampling probabilitas atau random sampling
jumlah personil dan waktu sampling. Metode ini merupakan pemilihan unit sampling yang
hanya dilakukan oleh pemilik teknologi, pemilik memperhatikan besaran peluang satuan sampling
proyek, atau konsultan supervisi. untuk terpilih ke dalam sampel dan nilai peluang
tersebut lebih besar daripada nol. Tipe sampling ini
1. Jenis Sampling menurut Proses Pemilihan dapat dipakai dalam melakukan generalisasi hasil
Dalam proses pemilihannya, terdapat jenis sampling penelitian terhadap populasi walaupun data yang
berdasarkan pengembalian dan tanpa pengembalian. didapat hanya berasal dari sampel. Jenis sampling
a. Sampling dengan pengembalian probabilitas terdiri dari:
Satuan sampling yang terpilih “dikembalikan”
kembali ke dalam populasi (sebelum dilakukan 1) Simple Random Sampling
kembali proses pemilihan berikutnya) sehingga Satuan sampling dipilih secara acak. Besaran peluang
sebuah satuan sampling bisa terpilih lebih dari satu untuk terpilih diketahui dan besaran tiap satuan
kali. Teknik sampling seperti ini bisa dikatakan sampling harus sama. Pada tahap ini, tidak dilakukan
tidak pernah digunakan dalam suatu penelitian, pengelompokan sampel terlebih dahulu.
hanya untuk keperluan teoritis yang berkaitan
dengan pengambilan sampel. 2) Stratified Random Sampling
b. Sampling tanpa pengembalian Pada jenis random sampling ini, populasi dipecah
Satuan sampling yang terpilih “tidak menjadi sub populasi (strata) untuk membentuk
dikembalikan” kembali ke dalam populasi sub populasi menjadi bentuk satuan sampling yang
sehingga sebuah satuan sampling tidak mungkin memiliki nilai variabel yang tidak terlalu variatif
bisa terpilih lebih dari satu kali. Misal pada (homogen). Kemudian setiap sub populasi dipilih
populasi (N) berukuran 4 (A, B, C, D) dan sampel sampel melalui proses simple random sampling.
(n) berukuran 3, maka kemungkinan sampel akan
terambil mengikuti rumus sebagai berikut: 3) Cluster Random Sampling
Populasi dipecah menjadi satuan sampling yang
Jumlah sampel (n) = (persamaan 1) besar (kluster) dan satuan sampel yang ada pada tiap
kluster ini relatif heterogen. Pemilihan dilakukan
Maka, jumlah sampel (n) adalah = 4 buah berdasarkan pemilihan kluster secara simple random
sampling dan pemilihan satuan sampling dalam
sampel (ABC, ABD, ACD, dan BCD). kluster. Bilamana tahap pemilihan dilaksanakan
lebih dari satu kali maka dinamakan Multi-stage
Pendekatan dalam proses pemilihan sampling Cluster Sampling. Pendekatan ini digunakan dalam
dengan menggunakan sampling tanpa pengembalian melakukan sampling panel tiap aplikator di
diterapkan dalam proses pemilihan sampling lapangan/workshop.
dalam kendali mutu panel struktur RISHA karena
pendekatan ini lebih realistis dan mudah diterapkan Penentuan Ukuran Sampel
di lapangan. Dalam menentukan ukuran sampel yang harus
diambil pada populasi yang dalam hal ini adalah
2. Jenis Sampling menurut Peluang Pemilihan jumlah sampel pada pelaksanaan uji petik penerapan
Tipe sampling berdasarkan peluang pemilihannya teknologi RISHA di lapangan, dapat ditentukan
terdiri dari sampling non probilitas dan sampling dengan 2 cara, yaitu penentuan ukuran sampel tanpa
probabilitas. data varian dan dengan data varian.

Penjaminan Mutu Teknologi RISHA... (Dany Cahyadi, Harits Salman Ambo) 5


1. Penentuan Ukuran Sampel tanpa Data Varian untuk menentukan ukuran sampel yang cukup
Penentuan sampling di lapangan menjadi besar. Penentuan resiko/tingkat kesalahan secara
kunci dalam mengevaluasi kondisi sampel yang awal bisa diperbesar jika ukuran sampel sangat
dapat menggambarkan kondisi populasi secara banyak. Formula dalam penentuan ukuran sampel
keseluruhan. Jika data varian atau standar deviasi dari metode ini dijelaskan sebagai berikut:
di lapangan/workshop tidak dapat dihitung
karena kondisi tertentu, maka dapat menggunakan Jumlah sampel (n) = (persamaan 2)
pendekatan ini. Pendekatan ini pada umumnya
lebih tepat dalam mencari ukuran sampel pada Dimana, nilai e dalam formula ini menggambarkan
kegiatan uji petik pembangunan hunian tetap (atau nilai margin kesalahan atau ketelitian yang
pemeriksaan lainnya) karena nilai varian dari setiap ditoleransi. Nilai e dapat digunakan sebesar 1 – 10%
huntap tersebut tentu sangat besar. atau lebih (tergantung dari tingkat kesalahan yang
diyakini).
Pendekatan penentuan sampling tanpa dukungan
data varian ini secara prinsip dapat menggunakan Misal, nilai populasi (N) sebanyak 100 unit RST T-36
dua metode, yakni Metode Slovin dan Metode Krejcie (dapat digunakan untuk panel), dan ditentukan nilai
and Morgan. Penjabaran metode ini dijelaskan kesalahan yang diizinkan yakni 5% (nilai umum)
sebagai berikut: atau 10% (nilai e sebesar 0,05 atau 0,10, umumnya
100
0,05). Maka jumlah sampel (n) sebanyak (1 + 100x0,05 2
)
100
a. Metode Slovin atau (1 + 100x0,102) yakni sebanyak 80 atau 50 sampel
Metode Slovin dapat digunakan untuk menghitung unit RST T-36. Hal ini menandakan bahwa jumlah
sampel (n) secara sederhana, dan digunakan untuk sampel ini akan berbanding terbalik dengan tingkat
menentukan ukuran sampel dan lebih cocok untuk kesalahan yang ditentukan.
varian atau standar deviasi yang belum diketahui.
Metode Slovin digunakan ketika perhitungan data Ukuran sampel ini tentu besar karena tidak ada data
dalam bentuk survei dengan populasi yang relatif varian atau standar deviasi yang ditentukan. Secara
besar dan metode perhitungan sampel ini diterapkan ringkas, jumlah sampel ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah Sampel Berdasarkan Metode Slovin


Populasi Nilai error (e) Populasi Nilai error (e) Populasi Nilai error (e)
(N) 1% 5% 10% (N) 1% 5% 10% (N) 1% 5% 10%
10 10 10 9 110 109 86 52 300 291 171 75
15 15 14 13 120 119 92 55 350 338 187 78
20 20 19 17 130 128 98 57 400 385 200 80
25 25 24 20 140 138 104 58 450 431 212 82
30 30 28 23 150 148 109 60 500 476 222 83
35 35 32 26 160 157 114 62 600 566 240 86
40 40 36 29 170 167 119 63 700 654 255 88
45 45 40 31 180 177 124 64 800 741 267 89
50 50 44 33 190 186 129 66 900 826 277 90
55 55 48 35 200 196 133 67 1.000 909 286 91
60 60 52 38 210 206 138 68 1.500 1304 316 94
65 65 56 39 220 215 142 69 2.000 1667 333 95
70 70 60 41 230 225 146 70 2.500 2000 345 96
75 74 63 43 240 234 150 71 3.000 2308 353 97
80 79 67 44 250 244 154 71 3.500 2593 359 97
85 84 70 46 260 253 158 72 4.000 2857 364 98
90 89 73 47 270 263 161 73 4.500 3103 367 98
95 94 77 49 280 272 165 74 5.000 3333 370 98
100 99 80 50 290 282 168 74 10.000 5000 385 99
Sumber: Pedoman Teknis RISHA, 2022
Catatan: nilai umum dapat menggunakan nilai kesalahan (error) sebesar 5%. Misal: populasi sebanyak 100 buah
dan nilai error 5% maka ukuran sampel sebanyak 80 buah.

6 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


Secara prinsip, pendekatan ini digunakan jika tidak Dimana, nilai χ2 adalah nilai chi kuadrat, nilai P
ada data varian namun konsekuensinya adalah adalah nilai proporsi populasi, dan nilai d adalah
ukuran sampel yang besar. Jika pengukuran sampel nilai galat pendugaan/tingkat akurasi. Nilai χ2 dapat
tidak dapat dilakukan sesuai jumlah yang ditentukan menggunakan nilai untuk satu derajat kebebasan
tersebut karena satu hal dan lainnya, maka nilai dengan tingkat signifikansi sebesar 5% (atau
sampel tersebut dapat dikunci dan harus dihitung tingkat kepercayaan 95%) yakni nilai χ sebesar 1,96
tingkat kesalahan/galat sebagai nilai akhir guna sehingga nilai χ2 sebesar 3,841. Nilai χ2 dapat diubah
merepresentasikan ukuran sampel eksisting terhadap dengan penentuan tingkat signifikansi antara
populasi. Sebagai contoh pada Metode Slovin, jika 1-10% sehingga nilai χ akan menyesuaikan. Nilai
tim pemeriksa hanya dapat mengukur sampel pendekatan proporsi populasi (P) dapat ditentukan
dengan jumlah n1 (dimana nilai n1 < n), maka harus sebesar 50% sehingga dapat memaksimalkan ukuran
dihitung tingkat kesalahan dengan rumus: sampel. Secara ringkas, jumlah sampel ini dilihat
pada Tabel 2.
Tingkat kesalahan (e1) = (persamaan 3)
Jika tim pemeriksa tidak dapat mengukur sampel
b. Metode Krejcie and Morgan sesuai nilai n yang dibutuhkan, maka tingkat
Metode Krejcie and Morgan dikembangkan untuk kesalahan harus diukur berdasarkan nilai n1. Rumus
menentukan ukuran sampel dan bisa mengacu yang digunakan yakni:
pada tabel yang sudah siap pakai. Secara prinsip,
pendekatan penentuan sampling ini adalah sama Tingkat galat pendugaan/akurasi (d1) =
dengan Metode Slovin sehingga hasil perhitungan
ukuran sampel yang ditentukan cukup besar. Rumus (persamaan 5)
yang digunakan sebagai berikut:
Dimana, nilai d1 dan χ12 ini seharusnya tidak sama
Jumlah sampel (n) = (persamaan 4) dengan penjelasan sebelumnya karena besaran d1
berubah sehingga merubah besaran χi.

Tabel 2 Jumlah Sampel Berdasarkan Metode Krejcie and Morgan


Populasi Nilai galat (d) Populasi Nilai galat (d) Populasi Nilai galat (d)
(N) 1% 5% 10% (N) 1% 5% 10% (N) 1% 5% 10%
10 10 10 9 110 109 86 42 300 295 169 55
15 15 14 12 120 119 92 43 350 343 183 57
20 20 19 16 130 129 97 45 400 391 196 58
25 25 24 18 140 139 103 46 450 438 207 59
30 30 28 21 150 149 108 47 500 485 217 60
35 35 32 23 160 158 113 48 600 579 234 61
40 40 36 25 170 168 118 49 700 672 248 62
45 45 40 27 180 178 123 49 800 763 260 62
50 50 44 29 190 188 127 50 900 854 269 63
55 55 48 31 200 198 132 51 1.000 943 278 63
60 60 52 32 210 207 136 51 1.500 1376 306 65
65 65 56 33 220 217 140 52 2.000 1785 322 65
70 70 59 35 230 227 144 52 2.500 2173 333 66
75 75 63 36 240 237 148 53 3.000 2541 341 66
80 80 66 37 250 246 152 53 3.500 2890 346 66
85 85 70 38 260 256 155 54 4.000 3223 351 67
90 90 73 39 270 266 159 54 4.500 3540 354 67
95 94 76 40 280 275 162 55 5.000 3842 357 67
100 99 80 41 290 285 165 55 10.000 6239 370 67
Sumber: Pedoman Teknis RISHA, 2022
Catatan: nilai umum dapat menggunakan nilai galat sebesar 5%. Misal: populasi sebanyak 100 buah dan nilai
galat 5% maka ukuran sampel sebanyak 80 buah.

Penjaminan Mutu Teknologi RISHA... (Dany Cahyadi, Harits Salman Ambo) 7


2. Penentuan Ukuran Sampel dengan Data Varian Tabel 3 Jumlah Sampel Berdasarkan Metode SRSWR
Berbeda dengan penentuan ukuran sampel tanpa Populasi Jumlah sampel (n)
data varian, metode ini mengharuskan tim pengawas/ (N)
d=1% d=5% d=10% ∑n maks
kendali mutu/pengecek untuk menghitung data
varian atau standar deviasi dari sampel di lapangan/ 10 10
workshop. Metode ini merupakan metode yang 20 20
cukup mudah dan biasa digunakan pada populasi 30 30
yang memuat karakteristik unit yang bersifat relatif 40 40
homogen.
50 50

Metode ini lebih memberikan jumlah sampel 100 100


yang cukup terjangkau dan tidak sebanyak metode 150 66349.s 1536.64.s
2 2
270,55. s2
150
sampling tanpa data varian. Pendekatan penentuan 200 200
ukuran sampel dengan data varian terdiri dari dua 300 300
alternatif, meliputi sampel acak sederhana dengan
400 400
ulangan (simple random sampling with replacement/
500 500
SRSWR) dan sampel acak sederhana tanpa
ulangan (simple random sampling without replacement/ 1000 1000
SRSWOR). dst dst
Sumber: Pedoman Teknis RISHA, 2022
a. Sampel Acak Sederhana dengan Ulangan Catatan: Nilai s2 adalah nilai varian. Nilai n dengan
(SRSWR) galat tertentu bernilai sama untuk semua nilai populasi.
Metode sampling ini, setiap unit dalam populasi
dapat dipilih kembali lebih dari sekali sebagai b. Sampel Acak Sederhana tanpa Ulangan
sampel. (SRSWOR)
Metode SRSWOR memberikan sampel yang dipilih
Metode dalam penentuan data varian (s2) dapat dalam proses sampling hanya sekali dan tidak dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut: dipilih kembali sebagai sampel. Dalam implementasi
penarikan sampel, metode ini lebih sering digunakan
Standar deviasi (s) = (persamaan 6) di lapangan/workshop.

Varian (s2) = (persamaan 7) Penentuan ukuran sampel pada metode ini


menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana, nilai na adalah ukuran sampel dalam
penentuan standar deviasi, nilai xi adalah nilai data
(dari data x ke i), dan s2 adalah nilai varian. Jumlah sampel (n) = (persamaan 9)

Perhitungan jumlah sampel pada metode ini


dijelaskan sebagai berikut: Dimana, nilai N adalah populasi, nilai adalah
distribusi normal (Z) dan bisa menggunakan
Jumlah sampel (n) = (persamaan 8) pendekatan nilai χ (bisa menggunakan nilai alpha
5%), nilai s2 adalah nilai varian, dan nilai d adalah
Dimana, nilai adalah distribusi normal (Z) tingkat kesalahan/error (bisa menggunakan nilai
dan bisa menggunakan pendekatan nilai chi (bisa 10%). Identik dengan data varian sebelumnya, ukuran
menggunakan nilai alpha 5%), nilai s2 adalah nilai sampel ini sangat memperhatikan penggunaan
varian, dan nilai d adalah tingkat kesalahan/error satuan ketika menghitung varian (sedapat mungkin
(bisa menggunakan nilai 10%). Penentuan ukuran ukuran panel diukur dalam satuan cm).
sampel ini sangat memperhatikan besaran varian
sehingga harus memperhatikan penggunaan satuan Prosedur Pengambilan dan Penerimaan Sampel
ketika penentuan data varian ini (sedapat mungkin Prosedur pengambilan sampel ini dilakukan baik pada
ukuran panel diukur dalam satuan cm). bahan/material, panel beton, dan bangunan dengan

8 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


Tabel 4 Jumlah Sampel Berdasarkan Metode SRSWOR
Populasi Jumlah sampel (n)
(N) d=1% d=5% d=10% ∑n maks
10 66,349.s / (0,001+6,6349.s )
2 2
38,416.s / (0,025+3,8416.s )
2 2
27.055.s / (0,l+2,7055.s )
2 2
10
20 132,698.s / (0,002+6,6349.s )
2 2
76,832.s / (0,05+3,8416.s )
2 2
54,11.s / (0,2+2,7055.s )
2 2
20
30 199,047.s / (0,003+6,6349.s )
2 2
115,248.s / (0,075+3,8416.s )
2 2
81,165.s / (0,3+2,7055.s )
2 2
30
40 265,396.s / (0,004+6,6349.s )
2 2
153,664.s / (0,l+3.8416^2)
2
108,22.s / (0,4+2,7055.s )
2 2
40
50 331,745.s / (0,005+6,6349.s )
2 2
192,08.s / (0,125+3,8416.s )
2 2
135.275.s / (0,5+2,7055.s )
2 2
50
60 398,094.s / (0,006+6,6349.s )
2 2
230.496.s / (0,15+3,8416.s )
2 2
162,33.s / (0,6+2,7055.s )
2 2
60
70 464,443.s / (0,007+6,6349.s )
2 2
268,912.s / (0,175+3,8416.s )
2 2
189,385.s / (0,7+2,7055.s )
2 2
70
80 530,792.s / (0,008+6,6349.s )
2 2
307.328.s / (0,2+3,8416.s )
2 2
216,44.s / (0,8+2,7055.s )
2 2
80
90 597,141.s2 / (0,009+6,6349.s2) 345,744.s2 / (0,225+3,8416.s2) 243,495.s2 / (O,9+2,7055.s2) 90
100 663,49.s2 / (0,01+6,6349.s2) 384,16.s2 / (0,25+3,8416.s2) 270,55.s2 / (1+2,7055.s2) 100
150 995,235..s / (0,015+6,6349.s )
2 2
576,24.s / (0,375+3,8416.s )
2 2
405,825.s / (l,5+2,7055.s )
2 2
150
200 1326,98.s / (0,02+6,6349.s )
2 2
768.32.s / (0,5+3,8416.s )
2 2
541,1.s / (2+2,7055.s )
2 2
200
250 1658,725.s / (0,025+6,6349.s )
2 2
960,4.s / (0,625+3,8416.s )
2 2
676,375.s / (2,5+2,7055.s )
2 2
250
300 1990,47.s / (0,03+6,6349.s )
2 2
1152,48.s / (0,75+3,8416.s )
2 2
811,65.s / (3+2,7055.s )
2 2
300
350 2322,215.s / (0,035+6,6349.s )
2 2
1344,56.s / (0,875+3,8416.s )
2 2
946.925.s / (3,5+2,7055.s )
2 2
350
400 2653,96.s / (0,04+6,6349.s )
2 2
1536,64.s / (1+3,8416.s )
2 2
1082,2.s / (4+2,7055.s )
2 2
400
500 3317,45.s / (0,05+6,6349.s )
2 2
1920,8.s / (l,25+3,8416.s )
2 2
1352,75.s / (5+2,7055.s )
2 2
500
600 3980,94.s2 / (0,06+6,6349.s2) 2304,96.s2 / (1,5+3,8416.s2) 1623,3.s2 / (6+2,7055.s2) 600
700 4644,43.s2 / (0,07+6,6349.s2) 2689,12.s2 / (1,75+3,8416.s2) 1893,85.s2 / (7+2,7055.s2) 700
800 5307,92.s / (0,08+6,6349.s )
2 2
3073,28.s / (2+3,8416.s )
2 2
2164,4.s / (8+2,7055.s )
2 2
800
1000 6634,9.s / (0,l+6,6349.s )
2 2
3841,6.s / (2,5+3,8416.s )
2 2
2705,5.s / (10+2,7055.s )
2 2
1000
2000 13269,8.s / (0,2+6,6349.s )
2 2
7683,2.s / (5+3,8416.s )
2 2
5411.s / (20+22,7055.s )
2 2
2000
3000 19904,7.s / (0,3+6,6349.s )
2 2
11524,8.s / (7,5+3,8416.s )
2 2
8116,5.s / (30+2,7055.s )
2 2
3000
4000 26539,6.s / (0,4+6,6349.s )
2 2
15366,4.s / (10+3,8416.s )
2 2
10822.s / (40+2,7055.s )
2 2
4000
5000 33174,5.s / (0,5+6,6349.s )
2 2
19208.s2 / (12,5+3,8416.s ) 2
13527,5.s / (50+2,7055.s )
2 2
n<N
Sumber: Pedoman Teknis RISHA, 2022
Catatan: Nilai s2 adalah nilai varian
Contoh: Populasi sebanyak 100 dengan nilai varian 0,05 dan galat 10% maka nilai n = 270,55x0,05 / (1+2,7055x0,05)
= 12 unit

teknologi RISHA. Aplikator/produsen melakukan Untuk prosedur pengambilan dan penerimaan


pengambilan sampel dengan metode sensus sehingga sampel pada bahan/material yang digunakan dalam
harus mengambil sampel secara keseluruhan (baik produksi panel seperti bahan semen, agregat halus,
di workshop maupun di lapangan). Tim pemeriksa agregat kasar, air, bahan baja tulangan, bahan
(baik dari pemilik teknologi, pemilik proyek, atau tambah beton, dan ram kawat sesuai dengan standar
konsultan supervisi) menerapkan metode sampling teknis yang berlaku antara lain:
dalam pengecekan sampel baik di workshop maupun a. Pengambilan sampel air dapat mengacu pada SNI
di lapangan. Pelaksanaan pemeriksaan menggunakan 7974:2013
borang berupa daftar simak yang dapat dilihat b. Pengambilan sampel semen dapat mengacu pada
pedoman teknis teknologi RISHA yang dikeluarkan SNI 2049:2015 (semen portland), SNI 7064:2014
oleh Direktorat BTPP. (semen portland komposit), dan SNI 0302:2014
(semen portland pozolan)
1. Prosedur Pengambilan dan Penerimaan Sampel c. Pemeriksaan baja tulangan mengacu pada SNI
pada Bahan/Material 2052:2017

Penjaminan Mutu Teknologi RISHA... (Dany Cahyadi, Harits Salman Ambo) 9


d. Pemeriksaan bahan agregat didasarkan pada panel secara detail dapat dilihat pada Pedoman
Dokumen Hasil Perancangan Job Mix Design (JMD) Teknis Spesifikasi Teknis Cetakan Panel Teknologi
Beton dan SNI 8321:2016 Spesifikasi Agregat RISHA.
Beton (ASTM C33/C33M-13, IDT).
Pemeriksaan cetakan panel tiap panel secara prinsip
2. Prosedur Pengambilan dan Penerimaan Sampel dilakukan terhadap parameter dimensi, kesikuan
pada Penyambung Mekanis cetakan, dan detail lubang baut. Jumlah pemeriksaan
a. Bahan baut cetakan ini minimal 3 (tiga) unit per jenis cetakan
Pemeriksaan baut ini hanya dilakukan pada baut panel.
yang digunakan sebagai penyambung mekanis untuk
teknologi ini. Pemeriksaan ini meliputi keberadaan 4. Prosedur Pengambilan dan Penerimaan Sampel
lapis galvanis, diameter, panjang, mutu/kuat tarik, pada Rakitan Tulangan Panel
dan kondisi baut dari adanya karat, putus, patah, Rakitan tulangan harus diperiksa terhadap kesesuaian
atau cacat lainnya. Pemeriksaan ini dilakukan dimensi, jumlah, dan keberadaan dalam suatu panel.
sebanyak minimal 3 (tiga) kali per jenis panjang baut Rakitan tulangan ini dicek terhadap parameter jenis
pada tiap kedatangan bahan baut di lapangan tulangan, diameter, dimensi dan jumlah tulangan
utama, dimensi dan jumlah tulangan sengkang, dan
b. Bahan pelat susunan tulangan sengkang. Jumlah sampel dalam
Secara prinsip, pemeriksaan pelat ini dilakukan pemeriksaan ini minimal 3 (tiga) unit per jenis
terhadap pelat yang digunakan untuk penyambung rakitan tulangan.
mekanis. Pemeriksaan ini terdiri dari pengecekan
bahan pelat dengan lapis galvanis, lebar, tebal, 5. Prosedur Pengecekan dan Penerimaan Campuran
panjang, jarak antar lubang baut, jarak lubang baut Beton
ke tepi pelat, mutu/kuat tarik, dan kondisi pelat Dokumen Job Mix Design Beton merupakan dokumen
terhadap karat, putus, patah, atau cacat lainnya. yang digunakan sebagai acuan dalam perancangan
Pengecekan pelat ini dilakukan sebanyak minimal 3 campuran beton untuk teknologi ini. Dokumen ini
(tiga) unit per jenis panjang pelat secara acak pada setidaknya memuat informasi detail untuk bahan air,
tiap kedatangan bahan di lapangan. agregat, semen, dan bahan aditif (jika diperlukan).
Dokumen ini diperoleh dari laboratorium
c. Bahan angkur independen yang terakreditasi dan bersifat wajib
Angkur ini digunakan untuk menghubungkan dan mengikat material-material beserta sumber
antara panel struktur ke fondasi. Pemeriksaan bahan material yang tertuang dalam dokumen tersebut.
angkur ini untuk memastikan bahan tersebut sudah Dokumen ini hanya berlaku untuk material dan
sesuai dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan. lokasi material yang tertera dalam dokumen. Acuan
Angkur yang digunakan terdapat 2 (dua) pilihan, dalam penyusunan dokumen ini adalah SNI 03-2834-
yakni angkur baja tulangan atau angkur tipe full drat. 2000, SNI 7656:2012, SE Kementerian PUPR No.
07/SE/M/2016, atau referensi terkait yang terbaru.
Pemeriksaan angkur ini dilakukan terhadap jenis Dokumen JMD ini hanya berlaku 24 bulan.
angkur (baja tulangan atau full drat), diameter,
panjang, mutu/kuat tarik, dan kondisi angkur 6. Prosedur Pengambilan dan Penerimaan Sampel
(terhadap keberadaan karat, putus, patah, atau pada Panel RISHA
lainnya). Pemeriksaan ini dilakukan sebanyak Dalam penentuan sampling panel secara keseluruhan,
minimal 3 (tiga) unit (baik pada angkur inti dan suatu proyek harus dibuat kluster terlebih dahulu
angkur tepi panel simpul) secara acak pada setiap berdasarkan jumlah kontraktor yang terlibat. Jika
kedatangan angkur di lapangan. dalam suatu kontraktor terdapat beberapa aplikator
yang terlibat, maka harus dilakukan pengambilan
3. Prosedur Pengambilan dan Penerimaan Sampel sampel pada setiap aplikator. Hal ini dikarenakan
pada Cetakan Panel homogenitas dari karakteristik produksi panel setiap
Cetakan panel harus dilakukan pemeriksaan dengan aplikator tidak bisa dijamin sehingga tahap multi-
tujuan untuk memastikan dimensi dan keberadaan stage random sampling sulit untuk dilakukan. Hasil
lubang pada panel. Spesifikasi teknis terkait cetakan pengecekan panel tiap aplikator setiap kontraktor

10 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


ini dapat merepresentasikan kondisi panel secara Penentuan ukuran sampel pada panel dapat
menyeluruh jika jumlah sampel terpenuhi. Proses dilakukan pendekatan sampling tanpa data varian
penentuan sampling panel berdasarkan kondisi atau sampling dengan data varian. Opsi pertama
proyek di lapangan/workshop aplikator dapat dilihat dapat digunakan jika tim pemeriksa tidak memiliki
pada Gambar 2. data varian atau tidak dapat mengukur besaran data
varian di workshop atau lapangan, namun opsi ini
memiliki konsekuensi bahwa ukuran sampel yang
besar.

Pengambilan sampel baik pada Panel 1 hingga


Panel 3 dilakukan secara acak pada beberapa sub
kelompok/tumpukan panel tersebut. Tim pemeriksa
panel memiliki hak penuh dalam menentukan dan
mengecek sampel tersebut. Bilamana dalam suatu
populasi panel terdapat hasil produksi panel yang
terindikasi mengalami kecacatan (walaupun dengan
Gambar 2 Proses Penentuan Sampling Panel persentase kecil), sebagian panel yang cacat harus
Berdasarkan Kondisi Proyek di Lapangan/ menjadi bagian dari sampel. Jumlah panel yang cacat
Workshop Aplikator harus dihitung terhadap keseluruhan populasi anak
(Sumber: Pedoman Teknis RISHA, 2022) panel tersebut. Hasil pemeriksaan panel harus dapat
mencerminkan kondisi panel secara nyata, baik
Dalam suatu sub kluster aplikator tertentu, proses kondisi panel yang baik hingga cacat. Untuk proses
sampling secara acak harus dilakukan pada setiap penentuan sampling panel berdasarkan keberadaan
panel yang diproduksi. Panel yang akan dilakukan data varian di lapangan/workshop aplikator dapat
pemeriksaan ini harus dikelompokkan berdasarkan dilihat pada Gambar 4.
jenis panel (baik Panel 1, Panel 2, dan Panel 3)
secara menyeluruh. Besaran populasi panel tiap
jenis panel harus diketahui terlebih dahulu (sebagai
populasi induk) guna mengetahui besaran populasi
yang sudah dibuat berdasarkan waktu berjalan
(populasi anak) dan besaran populasi anak ini dapat
mewakili besaran populasi induk yang diproduksi
oleh aplikator tertentu tersebut. Proses penentuan
sampling panel pada setiap aplikator di lapangan/
workshop aplikator dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 4 Proses Penentuan Sampling Panel


Berdasarkan Keberadaan Data Varian di Lapangan/
Workshop Aplikator
(Sumber: Pedoman Teknis RISHA, 2022)

Sebagai gambaran dalam pengambilan sampel panel


berdasarkan sub-kelompok/tumpukan panel dapat
dilihat pada Gambar 5.

Penentuan kelulusan sampel perlu dilakukan guna


menilai hasil produksi panel dari tiap aplikator.
Penentuan kelulusan secara sederhana ini dapat
Gambar 3 Proses Penentuan Sampling Panel pada mengacu berdasarkan persentase panel yang cacat/
Setiap Aplikator di Lapangan/Workshop Aplikator salah terhadap populasi anak panel jenis tersebut.
(Sumber: Pedoman Teknis RISHA, 2022) Secara sederhana, panel yang dibuat oleh tiap

Penjaminan Mutu Teknologi RISHA... (Dany Cahyadi, Harits Salman Ambo) 11


Gambar 5 Pengambilan Sampel Panel Berdasarkan Sub-Kelompok/Tumpukan Panel
(Sumber: Pedoman Teknis RISHA, 2022)

aplikator dinyatakan lulus jika jumlah sampel yang


tidak lulus ≤ 5%. Aplikator harus mengevaluasi dan
memperbaiki tata cara produksi panel jika jumlah
sampel yang tidak lulus antara 5 hingga 20%. Hasil
produksi tiap aplikator dinyatakan tidak layak jika
jumlah sampel yang tidak lulus > 20%. Namun,
semua panel yang terindikasi mengalami kecacatan
ringan hingga sedang tetap harus diperbaiki
berdasarkan ketentuan dan panel yang mengalami
kerusakan berat harus ditolak dan tidak boleh Gambar 6 Proses Penentuan Sampling Bangunan
digunakan sebagai komponen struktur. dengan RISHA di Lapangan
(Sumber: Pedoman Teknis RISHA, 2022)
7. Prosedur Pengambilan dan Penerimaan Sampel
pada Bangunan dengan Teknologi RISHA Skema Penerapan Kendali Mutu
Secara prinsip, prosedur pengambilan sampel pada Pelaksanaan penerapan kendali mutu (quality
kumpulan bangunan (seperti hunian tetap, dan control) ini dilakukan baik produsen (aplikator
lainnya) hampir mirip dengan cara pengambilan teknologi), tim pemeriksa (konsultan supervisi
sampel pada panel. Pada prinsipnya, pengambilan dan pemilik teknologi), dan/atau pemilik proyek.
sampel pada kumpulan bangunan dalam suatu Kendali mutu ini dilaksanakan untuk memastikan
proyek untuk dibuat kluster berdasarkan zonasi dan memberikan kenyakinan produk tersebut telah
kerja dari tiap kontraktor/pelaksana proyek memenuhi ketentuan teknis yang mengaturnya
terlebih dahulu. Parameter jumlah aplikator dalam sehingga memberikan kepuasan bagi pelanggan atau
kontraktor ini diabaikan sehingga hanya didasarkan pengguna teknologi.
pada kontraktor utama saja. Setiap kluster pada
satu kontraktor tersebut memiliki nilai populasi Penerapan kendali mutu ini secara skematik dirinci
menyeluruh yang tertentu (bukan nilai populasi yang untuk aplikator teknologi dan pemilik proyek. Pemilik
berjalan). Nilai populasi tersebut yang menjadi acuan teknologi melakukan pengendalian mutu baik pada
dalam penentuan jumlah sampel pada tiap kluster. aplikator teknologi dan pemilik proyek. Hasil kendali
Untuk proses penentuan sampling bangunan dengan mutu ini perlu dievaluasi dan dilakukan tindak
RISHA di lapangan dapat dilihat pada Gambar 6. lanjut supaya dapat meminimalisasi ketidaksesuaian
baik proses produksi maupun penerapan teknologi.

12 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


1. Skema Penerapan Kendali Mutu oleh Aplikator proyek dalam rangka memeriksa hasil produksi
Teknologi dan/atau penerapan teknologi di lapangan. Proses
Penerapan kendali mutu yang dilakukan oleh produksi tersebut pada umumnya dilakukan di
aplikator teknologi dilakukan dengan melibatkan workshop milik aplikator atau di lapangan. Penerapan
pemilik teknologi (Direktorat BTPP). Aplikator teknologi yang dikerjakan oleh aplikator teknologi
teknologi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah juga diperiksa oleh pemilik proyek.
aplikator yang sudah memiliki perjanjian kerjasama
(PKS) dengan pemilik teknologi dan status PKS Tabel 6 Skema Penerapan Kendali Mutu oleh
masih aktif. Pemilik Proyek
Alur Kegiatan
Aplikator teknologi melaksanakan pengendalian No Uraian Kegiatan Pemilik Pemilik
mutu secara mandiri (self-quality control) terhadap Teknologi Proyek
material, cetakan, rakitan pembesian, panel, dan 1 Permohonan daftar simak QC ke 1
aspek lainnya. Dalam proses pemeriksaan, aplikator Dit. BTPP
2 Penyampaian aftar simak QC ke 2
tersebut menggunakan daftar simak yang disiapkan
pemilik proyek
oleh pemilik teknologi dan aplikator memeriksa
3a Permohonan pendampingan QC 3a
secara nyata sesuai dengan material dan komponen ke Dit. BTPP
yang benar-benar diproduksi dan/atau diterapkan. 3b
3b Pemeriksaan secara mandiri (self-
Aplikator ini melaksanakan pemeriksaan secara QC) oleh pemilik proyek
4
mandiri minimal 1 (satu) kali per semester dan 4 Konfirmasi permohonan pendam­
melaporkan hasil tersebut kepada pemilik teknologi. pingan QC oleh Dit. BTPP
Jika terdapat perubahan sumber material maka 5 Pendampingan pemeriksaan proses 5
produksi dan penerapan teknologi
material yang baru tersebut tetap dilakukan
oleh Dit. BTPP
pemeriksaan. Kelengkapan dan kesesuaian data 6
6 Penyampaian hasil pemeriksaan/
hasil pemeriksaan akan mempengaruhi penilaian uji petik berdasarkan hasil monev
7

aplikator oleh pemilik teknologi. ke pemilik proyek


7 Tindak lanjut atas hasil pemerik­
Tabel 5 Skema Penerapan Kendali Mutu oleh saan/uji petik oleh pemilik proyek
Aplikator Teknologi Sumber: Pedoman Teknis RISHA, 2022
Alur Kegiatan
No Uraian Kegiatan Pemilik Aplikator
Teknologi Teknologi KESIMPULAN
1 Penyampaian daftar simak self-QC ke 1
aplikator
Sistem kendali mutu teknologi RISHA ini
2 Pengisian dan penyampaian hasil 2
self-QC ke Dit. BTPP
dilakukan guna memastikan penerapan teknologi
3 Kompilasi dan verifikasi hasil self-QC
baik saat produksi maupun saat perakitan panel
4 Monitoring dan evaluasi (monev)
teknologi sudah sesuai dengan spesifikasi dan
3
proses produksi/penerapan tekno­ persyaratan teknis teknologi yang sudah ditetapkan
logi ke aplikator oleh Direktorat BTPP sebagai pemilik teknologi
5 Penilaian aplikator teknologi berbasis 4
5
RISHA.
hasil monev produksi/penerapan
teknologi ke aplikator
6 Pelaksanaan penerapan kendali mutu (quality
6 Perbaikan kinerja aplikator
control) ini dilakukan baik produsen (aplikator
7 Monev lanjutan dan penilaian 7
aplikator berkala ke aplikator
teknologi), tim pemeriksa (konsultan supervisi
dan pemilik teknologi), dan/atau pemilik proyek.
8 Perbaikan kinerja aplikator lanjutan
Kendali mutu ini dilaksanakan untuk memastikan
(Sumber: Pedoman Teknis RISHA, 2022) dan memberikan keyakinan produk tersebut telah
memenuhi ketentuan teknis yang mengaturnya
2. Skema Penerapan Kendali Mutu oleh Pemilik sehingga memberikan kepuasan bagi pelanggan atau
Proyek pengguna teknologi.
Penerapan kendali mutu dilakukan oleh pemilik

Penjaminan Mutu Teknologi RISHA... (Dany Cahyadi, Harits Salman Ambo) 13


Kendali mutu dapat dilakukan secara mandiri DAFTAR PUSTAKA
(self-quality control) oleh aplikator teknologi berupa
pemeriksaan bahan dan panel yang dilakukan secara Elin Herlina, Faizal Haris Eko Prabowo, Dea
berkala (setiap enam bulan sekali atau setiap ada Nuraida. 2021. Analisis Pengendalian Mutu
paket pekerjaan produksi/perakitan panel). Dalam Meningkatkan Proses Produksi, Jurnal
Fokus Manajemen Bisnis, diakses tanggal: 21
Kendali mutu secara acak (sampling) dilakukan oleh Januari 2024. https://pdfs.semanticscholar.org/
pemilik proyek terhadap hasil produksi, pengiriman, f478/927b103390d221f81cc4c71bf001eb4ef3
dan/atau perakitan panel oleh aplikator teknologi/ dd.pdf
penyedia jasa. Direktorat BTPP sebagai pemilik Mi Fuadin. 2022. BAB III Metode Penelitian, diakses
teknologi melakukan monitoring dan evaluasi tanggal: 21 Januari 2024. https://eprints.
terhadap hasil produksi aplikator teknologi dan ummetro.ac.id/2039/4/BAB%20III.pdf
pekerjaan yang sedang berlangsung pada paket Subdit Teknologi dan Peralatan Infrastruktur Cipta
pekerjaan pembangunan yang menggunakan Karya. 2022. Pedoman Teknis: Kendali Mutu
teknologi RISHA. Produksi Panel Struktural Rumah Instan Sederhana
Sehat (RISHA). Bandung, Direktorat Bina
Dalam penentuan ukuran sampel harus dipastikan Teknik Permukiman dan Perumahan.
apakah terdapat data varian atau standar deviasi dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
sampel di lapangan/workshop aplikator teknologi atau Rakyat No. 13 Tahun 2020, tentang Organisasi
tidak. Metode penentuan ukuran sampel dengan dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum
data varian memberikan jumlah sampel yang cukup dan Perumahan Rakyat
terjangkau dan tidak sebanyak metode sampling SNI 03-2834-2000. Tata cara pembuatan rencana
tanpa data varian. campuran beton normal. ICS 91.100.30. Badan
Standardisasi Nasional, Jakarta
Terdapat beberapa prosedur pengambilan dan SNI 7656:2012. Tata cara pemilihan campuran untuk
penerimaan sampel yang dilakukan pada bahan/ beton normal, beton berat dan beton massa .
material, panel beton, dan bangunan dengan ICS 91.100.30. Badan Standardisasi Nasional.
teknologi RISHA. Jakarta.
Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan
Dalam proses pelaksanaan kendali mutu teknologi Perumahan Rakyat Nomor 07/SE/M/2016
RISHA ini telah dibuat beberapa skema penerapan tentang Pedoman Tata Cara Penentuan
kendali mutu yaitu skema penerapan kendali mutu Campuran Beton Normal Dengan Semen OPC,
oleh Aplikator Teknologi dan skema penerapan PPC, dan PCC.
kendali mutu oleh Pemilik Proyek.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada Direktur Bina Teknik Permukiman
dan Perumahan, Ir. Dian Irawati, M.T., Kasubdit
Teknologi dan Peralatan Infrastruktur Cipta Karya,
Sugeng Paryanto, S.T., M.T., Inventor RISHA (Prof
(R) Dr. Ir. Arief Sabaruddin CES (alm.), Ir. Nana
Pudja S. dan tim peneliti RISHA Puskim), Tim
Pengkajian Subdit TPI, dan seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyusunan tulisan ini.

14 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


KAJIAN ASPEK KEMUDAHAN PADA BANGUNAN GEDUNG
ASRAMA MAHASISWA PUTRI
Study of Convenience Aspect on Female Student Dormitory

Leonita Dwesti Halim, 2Ade Erma Setyowati


1

Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan


Direktorat Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jalan Panyawungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung 40393
Surel: 1leonita.halim@pu.go.id, 2ade.erma@pu.go.id

Abstrak

Keandalan bangunan gedung terdiri dari aspek keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. Aspek kemudahan
terdiri dari dua sub aspek, yaitu kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam Bangunan Gedung dan kelengkapan
prasarana dan sarana pemanfaatan Bangunan Gedung. Berdasarkan penelitian tahun 2011 diketahui bahwa untuk aspek
keselamatan tidak dilakukan pembobotan, namun ditetapkan secara absolut melalui penilaian “ANDAL” dan “TIDAK
ANDAL”, sementara bobot untuk aspek kesehatan 30%, aspek kenyamanan 50%, dan aspek kemudahan 20%. Mengacu
pada Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2021 Lampiran 1 dijelaskan bahwa Pemenuhan ketentuan kemudahan bangunan
gedung dilakukan melalui penerapan prinsip Desain Universal, oleh karena itu aspek kemudahan memiliki peranan penting
dalam bangunan untuk memberikan rasa keadilan, kemandirian, keamanan, dan keselamatan. Pengamatan dan pengukuran
aspek kemudahan pada bangunan gedung asrama putri menghasilkan tingkat keandalan 73% atau memberikan 14,6%
pada keandalan Bangunan Gedung secara keseluruhan.

Kata Kunci: Aspek kemudahan, sarana hubungan horizontal, sarana hubungan vertikal, kelengkapan prasarana dan
sarana, tingkat keandalan bangunan gedung

Abstract

Building reliability consists of safety, health, comfort, and convenience aspect. Convenience aspect consists of two sub
aspects, namely the ease of connection to, from, and within the building and the building facility completeness. Based on
research in 2011, safety aspect is not rated by a number, but it is determined in absolute terms through “RELIABLE” and
“UNRELIABLE”, while other aspects have their own value such as 30% for health aspect, 50% for comfort aspect, and
20% for convenience aspect. Referring to the Government Regulation Number 16 of 2021, Appendix 1, fulfillment of
building convenience aspect can be done by implementing the principles of Universal Design, therefore building convenience
aspect has an important role to provide a sense of justice, independence, security, and safety. Observation and measurement
of convenience aspect in the female dormitory resulted a reliability level of 73% or 14.6% for the overall building reliability
level.

Keywords: Convenience aspect, horizontal access facility, vertical access facility, building facility, building reliability level

PENDAHULUAN Peraturan mengenai kemudahan diamanatkan


dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang
Kemudahan merupakan salah satu aspek yang diatur Bangunan Gedung bersama dengan aspek lain yaitu:
dalam Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2021 keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan.
Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No. 28
tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Mengacu penelitian Pusat Litbang Perumahan
dan Permukiman yang dilakukan pada tahun 2011

Kajian Aspek Kemudahan... (Leonita Dwesti Halim, Ade Erma Setyowati) 15


diperoleh kesimpulan bahwa aspek kemudahan dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah No.
berada pada posisi terakhir dalam keandalan 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan
bangunan, dengan proporsi sebagai berikut: aspek Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang
keselamatan merupakan prasyarat sehingga tidak Bangunan Gedung
dilakukan pembobotan, penilaian dilakukan dengan c. Memetakan kebutuhan kemudahan pada
“ANDAL” atau “TIDAK ANDAL”, aspek kesehatan bangunan asrama mahasiswa
memiliki bobot 30%, aspek kenyamanan 50%, dan d. Menyusun daftar simak
aspek kemudahan 20%. e. Melakukan pengamatan visual dan pengukuran
lapangan
Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui f. Merumuskan tingkat kemudahan bangunan
bahwa aspek kemudahan hanya mempengaruhi asrama mahasiswa
20% dari keandalan sebuah bangunan, artinya
apabila seluruh ketentuan dalam aspek kemudahan
terpenuhi maka hanya menyumbang 20% dari total METODE
bobot keandalan Bangunan Gedung.
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini mengikuti
Namun, meskipun begitu aspek kemudahan diagram sebagai berikut:
memiliki peranan penting dalam bangunan karena
melalui kemudahan bangunan dapat memberikan
rasa keadilan, kemandirian bahkan keamanan dan
keselamatan.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2021,


Lampiran 1, dijelaskan bahwa:

“Pemenuhan ketentuan kemudahan bangunan gedung


dilakukan melalui penerapan prinsip Desain Universal
(Universal Design) dalam tahapan pembangunan Gambar 1 Diagram Alir Kegiatan
Bangunan Gedung (perencanaan teknis dan pelaksanaan
konstruksi)” Langkah pertama adalah mempelajari Peraturan
Pemerintah No. 16 Tahun 2021 tentang Peraturan
Prinsip Desain Universal tersebut meliputi: Pelaksanaan Undang-undang No. 28 Tahun
kesetaraan penggunaan ruang, keselamatan dan 2002 tentang Bangunan Gedung terutama aspek
keamanan bagi semua, kemudahan akses tanpa kemudahan.
hambatan, kemudahan akses informasi, kemandirian
penggunaan ruang, efisiensi upaya pengguna, serta Langkah kedua adalah melakukan kajian fungsi
kesesuaian ukuran dan ruang secara ergonomis. Bangunan Gedung dalam hal ini adalah asrama
mahasiswa dengan mengidentifikasi ketentuan teknis
Prinsip tersebut mengisyaratkan adanya kesetaraan yang sesuai dengan kebutuhan asrama mahasiswa
tanpa diskriminasi, upaya pencegahan bahaya, putri.
bebas hambatan dan kemudahan dipahami,
kemudahan akses informasi dan komunikasi, Ketentuan teknis aspek kemudahan yang tidak
mendorong kemandirian, efisien bagi pengguna, relevan dengan fungsi asrama mahasiswa putri
serta memberikan ukuran yang sesuai. dieliminasi, sementara yang relevan digunakan
untuk menyusun daftar simak.
Maksud dari tulisan ini adalah untuk mengetahui
tingkat kemudahan bangunan asrama mahasiswa, Daftar simak yang telah disusun merupakan
sementara tujuannya adalah: perangkat untuk melakukan pengamatan dan
a. Mempelajari aspek kemudahan dalam keandalan pengukuran Bangunan Gedung asrama mahasiswa
Bangunan Gedung putri yang telah dipilih. Nama asrama tidak
b. Mempelajari ketentuan teknis aspek kemudahan disebutkan untuk menjaga kerahasiaan.

16 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


Selanjutnya hasil pengamatan dianalisis, diberi b. Jarak antarruang atau antar bangunan dan jarak
bobot dan diinterpretasi untuk mendapatkan sarana
rumusan tingkat keandalan bangunan dari aspek c. Fungsi dan luas Bangunan Gedung
kemudahan. d. Jumlah Pengguna dan Pengunjung
e. Keselamatan Pengguna dan Pengunjung

HASIL DAN PEMBAHASAN Selanjutnya terkait kelengkapan prasarana dan sarana


pemanfaatan Bangunan Gedung dicapai melalui
Aspek Kemudahan penyediaan prasarana dan sarana pemanfaatan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun Bangunan Gedung yang memadai, berupa: ruang
2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang ibadah, ruang ganti, ruang laktasi, taman penitipan
No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung anak, toilet, bak cuci tangan, pancuran, urinoar,
aspek kemudahan Bangunan Gedung terdiri dari tempat sampah, fasilitas komunikasi dan informasi,
dua sub aspek, yaitu: ruang tunggu, perlengkapan dan peralatan kontrol,
a. Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam rambu dan marka, titik pertemuan, tempat parkir,
Bangunan Gedung sistem parkir otomatis, dan sistem kamera pengawas.
1) Hubungan horizontal antarruang atau antar
bangunan Perancangan dan penyediaan prasarana dan
2) Hubungan vertikal antar lantai dalam sarana pemanfaatan Bangunan Gedung harus
Bangunan Gedung memperhatikan, hal-hal berikut:
b. Kelengkapan prasarana dan sarana pemanfaatan a. Jenis dan ukuran sarana
Bangunan Gedung b. Fungsi dan luas Bangunan Gedung
c. Jumlah Pengguna dan Pengunjung
Masing-masing sub aspek dinilai sudah memenuhi d. Keselamatan Pengguna dan Pengunjung
ketentuan apabila bobotnya memiliki nilai lebih dari
60%. Daftar Simak
Daftar simak disusun untuk menjadi panduan dan
Kemudahan hubungan horizontal antarruang atau mempermudah dalam pelaksanaan pengamatan dan
antar bangunan dicapai dengan menyediakan sarana pengukuran lapangan.
yang berupa: pintu, selasar, koridor, jalur pedestrian,
jalur pemandu dan jembatan penghubung Penyusunan daftar simak dilakukan dengan
antarruang atau antar bangunan. mempelajari ketentuan teknis dan kriteria pada aspek
kemudahan dalam Peraturan Pemerintah No. 16
Pemenuhan kebutuhan sarana horizontal tersebut Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
harus mempertimbangkan: undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
a. Jenis, jumlah, ukuran, dan material sarana Gedung.
b. Jarak antarruang atau antar bangunan dan jarak
sarana Ketentuan teknis dan kriteria yang digunakan adalah
c. Fungsi dan luas Bangunan Gedung yang relevan, sehingga diperlukan satu tahap untuk
d. Jumlah Pengguna dan Pengunjung melakukan sintesis.
e. Keselamatan Pengguna dan Pengunjung
Pemeriksaan aspek kemudahan dilakukan dengan
Kemudahan hubungan vertikal antar lantai dalam pengamatan visual, baik berupa deskripsi kondisi
Bangunan Gedung dicapai dengan menyediakan maupun pengukuran atau perhitungan. Deskripsi
sarana berupa: tangga, ram, lift, lift tangga, tangga kondisi dapat dalam bentuk pilihan “Ya” atau
berjalan (escalator), dan lantai berjalan (moving walk). “Tidak”; “Ada” atau “Tidak Ada”; dan opsi antara
dua atau lebih kemungkinan jawaban. Sedangkan
Hal yang harus diperhatikan dalam pemenuhan pengukuran dapat berupa pengukuran panjang,
ketentuan kemudahan hubungan vertikal antar lebar, tinggi, kemiringan, dsb., maupun pengukuran
lantai adalah: kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban,
a. Jenis, jumlah, ukuran, dan material sarana intensitas cahaya, suara, dan lan-lain.

Kajian Aspek Kemudahan... (Leonita Dwesti Halim, Ade Erma Setyowati) 17


Langkah-langkah pengamatan: h. Menghitung bobot total
a. Mempelajari as built drawing i. Merumuskan kesimpulan dan saran
b. Diskusi dengan pengelola bangunan terkait j. Menyusun laporan
kesesuaian as built drawing dengan kondisi eksisting
c. Menentukan lantai yang akan diperiksa (jumlah Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengisi daftar
dan posisi lantai) simak yang telah disediakan, adapun cara pengisian
d. Menentukan sampel pemeriksaan pada lantai mengikuti panduan pada Tabel 1.
yang telah dipilih
e. Memberikan notasi sampel pada siteplan dan Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam
denah Bangunan Gedung
f. Melakukan pemeriksaan sesuai notasi sampel Pengamatan dan pengukuran pada kemudahan
dengan menggunakan daftar simak hubungan ke, dari, dan di dalam Bangunan Gedung
g. Memberikan bobot pada hasil pemeriksaan dirangkum dalam Tabel 2.

Tabel 1 Panduan Pengisian Daft


No. Pertanyaan Cara Pengisian
1 Ya/Tidak Pilih YA jika sesuai dengan pernyataan dan pilih TIDAK jika tidak sesuai
dengan pernyataan
2 Sebutkan: …………… Isikan sesuai kondisi eksisting
3 Luas ruang A (LA): ……m2 a. Luas ruang A (LA) dihitung dengan mengukur panjang dan lebar ruang,
Luas Bangunan (LB): ……m2 selanjutnya menghitung panjang dikali lebar
Persentase kebutuhan b. Luas Bangunan (LB) diperoleh melalui data sekunder (informasi dari
=(LA:LB)x100 =….% dokumen perencanaan.
c. Persentase kebutuhan luas ruang diperoleh dengan menghitung LA dibagi
LB dan dikalikan 100%
4 Jarak:……… a. Jarak diisi dengan mengukur jarak obyek yang ditentukan
Tinggi:…….. b. Tinggi diperoleh dengan mengukur ketinggian obyek yang ditentukan
5 Panjang: ……… Panjang diperoleh dengan mengukur panjang obyek yang ditentukan
6 Lebar: ……. Lebar diperoleh dengan mengukur lebar obyek yang ditentukan
7 Luas: ……… Luas diperoleh dengan menghitung perkalian panjang dan lebar
8 Ada/Tidak Ada Pilih ADA jika ketentuan/persyaratan ada atau tersedia, pilih TIDAK ADA jika
ketentuan/persyaratan tidak ada atau tidak tersedia
9 Tingkat Pencahayaan/ Tingkat pencahayaan/iluminasi diukur menggunakan lux meter atau alat lain
Iluminasi:…. yang sejenis
10 Kelembaban:…. Kelembaban diukur menggunakan hygrometer atau alat lain
11 Kelandaian:…. Kelandaian atau kemiringan diukur dengan inclinometer atau alat lain
12 Kemiringan: …… Kemiringan sama dengan kelandaian
13 Ruang Bebas:…… Ruang bebas adalah ruang disekitar kita yang tidak mengganggu kegiatan (jarak
minimum yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tertentu)
14 Ruang Sirkulasi Ruang sirkulasi adalah ruang diluar ruang bebas yang dapat digunakan untuk
melakukan sirkulasi
15 Suhu:…… Suhu diukur menggunakan thermometer
16 Intensitas suara:….. Intensitas suara diukur menggunakan sound level meter
Sumber: Hasil diskusi tim

18 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


Tabel 2 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Sarana Pada sarana hubungan vertikal memiliki bobot rata-
Hubungan Horizontal dan Vertikal rata 80%, 1% lebih tinggi dari bobor subaspek,
Bobot Bobot dengan bobot untuk lift tertinggi (95,33%),
Bobot
No. Sarana Hubungan rata- sub- sementara ram terendah (69,70%).
awal
rata aspek
1 Hubungan Horizontal Bobot sub-aspek sebesar 79%, relatif tinggi dan telah
memenuhi persyaratan keandalan, karena sudah
a. Pintu 89,35%
memenuhi ketentuan yaitu lebih besar dari 60%.
b. Koridor 90,43% 78%
c. Jalur pedestrian 75,00% Kelengkapan Prasarana dan Sarana
Pemeriksaan prasarana dan sarana pemanfaatan
d. Jalur pemandu 57,14% 79%
bangunan gedung pada bangunan asrama tidak
2 Hubungan Vertikal dilakukan pada semua sarana, lihat Tabel 3.
a. Tangga 75,29%
80% Hasil pengamatan dan pengukuran kelengkapan
b. Ram 69,70%
prasarana dan sarana menghasilkan bobot sub-
c. Lift 95,33% aspek sebesar 68%. Pada perhitungan bobot awal
Sumber: Pengamatan & pengukuran lapangan terdapat beberapa prasarana dan sarana dengan
bobot dibawah 60%, yaitu: bak cuci tangan
Pada sarana hubungan horizontal sebagian besar (30,55%), tempat sampah (53,80%), perlengkapan
telah memenuhi ketentuan teknis dengan bobot dan peralatan kontrol (41,65%) dan tempat parkir
rata-rata sebesar 78%, bobot terkecil terdapat pada (51,65%).
jalur pemandu (57,14%), sementara bobot tertinggi
pada koridor (90%). Bak cuci tangan mendapatkan bobot terendah dari
kondisi berupa ukuran bak cuci tangan yang lebih
Jalur pemandu belum memenuhi ketentuan terutama kecil dari ketentuan (disarankan 45 cm x 60 cm) dan
terkait lokasinya, belum disediakan di depan jalur jarak bak cuci tangan pada toilet difabel dari lantai
lalu-lintas kendaraan, di depan pintu masuk/keluar terlalu tinggi (disarankan 75 cm).
Bangunan Gedung, tangga, atau fasilitas dengan
perbedaan ketinggian lantai. Tabel 4 Hasil Pengamatan dan Pengukuran
Kelengkapan Prasarana dan Sarana
Bobot
Ruang gerak dalam Bobot
Tabel 3 Prasarana dan Sarana yang Dieliminasi No sub-
bangunan gedung awal
Beserta Alasannya aspek
Nama Prasarana & 1 Toilet 81,07%
No. Alasan
Sarana 2 Bak cuci tangan 30,55%
1 Ruang Ibadah Penghuni bangunan dapat 3 Pancuran 77,86%
melakukan ibadah di unit 4 Tempat sampah 53,80%
hunian masing-masing
5 Fasilitas komunikasi dan 100,00%
2 Ruang Ganti Fungsi asrama tidak informasi 68%
memerlukan ruang ganti
6 Perlengkapan dan peralatan 41,65%
3 Ruang Laktasi Laktasi dapat menggunakan kontrol
unit hunian
7 Rambu dan marka 74,43%
4 Ruang Penitipan Fungsi asrama tidak
Anak membutuhkan ruang 8 Tempat parkir 51,65%
penitipan anak 9 Sistem kamera pengawas 100,00%
5 Ruang Tunggu Fungsi asrama tidak Sumber: Pengamatan & pengukuran lapangan
membutuhkan ruang tunggu
6 Urinoar Tidak relevan untuk asrama Tingkat Keandalan Aspek Kemudahan
putri Tingkat keandalan aspek kemudahan dirangkum
Sumber: Hasil diskusi tim dalam Tabel 5.

Kajian Aspek Kemudahan... (Leonita Dwesti Halim, Ade Erma Setyowati) 19


Tabel 5 Bobot Aspek Kemudahan dilengkapi dengan penanda pintu kaca dengan
No Ruang gerak dalam Bobot Bobot warna kontras; ujung pegangan pintu tuas tidak
bangunan gedung sub-aspek aspek melengkung ke arah dalam
1. Hubungan horizontal 79% b. Lebar koridor terpenuhi namun beberapa
antarruang atau antar penghuni meletakkan tempat sampah dan tempat
bangunan 73% sepatu di area koridor, meskipun secara umum
2. Kelengkapan prasarana dan 68% tidak mengganggu lebar efektif yang disyaratkan
sarana namun berpotensi mengganggu proses evakuasi
Sumber: Pengamatan & pengukuran lapangan c. Lebar pedestrian tidak memenuhi, penempatan
jalur pemandu belum memperhatikan ketentuan
Tingkat keandalan bangunan aspek kemudahan d. Tangga sirkulasi dalam bangunan dilengkapi
adalah 73%, sementara persentase dalam mendukung dengan step nosing namun tidak menggunakan
keandalan Bangunan Gedung secara total adalah: warna kontras
= 73 % x 20%
= 14,6% Kelengkapan prasarana dan sarana pemanfaatan
bangunan gedung:
Jadi kontribusi aspek kemudahan dalam keandalan a. Bangunan Gedung Asrama Mahasiswa Putri
bangunan gedung adalah 14,6%, dapat disimpulkan berdasarkan fungsinya tidak membutuhkan ruang-
memenuhi dengan bobot aspek lebih dari 60%. ruang berikut: ruang ibadah, ruang ganti, ruang
laktasi, tempat penitipan anak (TPA) dan ruang
Secara detail hasil pembobotan aspek dan sub-aspek tunggu.
kemudahan dapat dilihat pada tabel 6. b. Kelengkapan prasarana dan sarana pemanfaatan
bangunan gedung secara umum terpenuhi namun
Tabel 6 Bobot Aspek Kemudahan Menggunakan secara rinci perlu ditambahkan elemen-elemen
Komposisi Hasil Penelitian Tahun 2011 pendukung sebagaimana yang ditetapkan dalam
Bobot Bobot PP 16 tahun 2021 sesuai pasal 5 dan lampiran 1
No. Kriteria/Subkriteria
2011 (%) Asrama (halaman 482-561)
1 Kemudahan 20 14,6%
Rekomendasi
2 Kemudahan hubungan
ke, dari, dan di dalam 10 7,9% Rekomendasi diberikan sebagai bahan masukan
bangunan gedung perbaikan untuk perencanaan dimasa yang akan
3 Kelengkapan prasarana
datang.
dan sarana dalam 10 6,8%
pemanfaatan bangunan Rekomendasi untuk fasilitas dan aksesibilitas
Sumber: Hasil analisis hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung
a. Penambahkan jalur pemandu pada beberapa lokasi
yaitu di depan jalur lalu-lintas kendaraan, di depan
KESIMPULAN pintu masuk/keluar Bangunan Gedung, tangga,
atau fasilitas dengan perbedaan ketinggian lantai.
Kesimpulan Jarak jalur pemandu ke tangga/ram/pintu 5 cm
Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat b. Pilih pegangan pintu yang memiliki ujung
disimpulkan bahwa tingkat keandalan bangunan melengkung ke arah dalam
dari aspek kemudahan adalah sebesar 73% yang c. Lebar pedestrian perlu ditambah agar memenuhi
artinya aspek kemudahan menyumbang 14,6% ketentuan, minimal 150 cm untuk jalur satu arah
terhadap keandalan bangunan secara keseluruhan. dan minimal 160 untuk jalur 2 arah (disesuaikan
dengan fungsi)
Fasilitas dan aksesibilitas hubungan ke, dari, dan di d. Handrail tangga dan ram sebaiknya dua lapis
dalam Bangunan Gedung: dengan ketinggian 65 dan 80 cm dengan tambahan
a. Secara umum ketentuan lebar pintu terpenuhi, panjang ujung handrail minimal 30 cm
namun beberapa persyaratan yang lebih detail e. Perlu ditambahkan handrail pada bagian ram yang
belum terpenuhi, seperti: pintu kaca tidak berhimpitan dengan dinding

20 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


f. Tambahkan penanda/stiker pada pintu kaca j. Melengkapi marka dan rambu terkait penanda
dengan warna kontras agar mudah diketahui arah, penanda pedestrian, titik berkumpul, dan
keberadaan kaca untuk mencegah pengguna perbedaan level ketinggian/perkerasan tanah.
bangunan menabrak pintu kaca tanpa sengaja
g. Tambahkan perlengkapan kawasan (street furniture)
seperti wastafel, tempat duduk dan tempat sampah UCAPAN TERIMA KASIH
disetiap 9 m
h. Gunakan step nosing yang berwarna kontras pada Penulis mengucapkan terima kasih pada Direktur
tangga sirkulasi (misal ditambahkan lapisan stiker Bina Teknik Permukiman dan Perumahan, Kasubdit
step nosing berwarna kontras). Keandalan Bangunan Gedung dan teman-teman di
Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan
Rekomendasi untuk kelengkapan prasarana dan yang telah membantu secara langsung maupun tidak
sarana pemanfaatan bangunan gedung langsung proses penulisan makalah ini. Data yang
a. Standar ukuran bak cuci tangan yang disarankan digunakan dalam tulisan ini diperoleh pada periode
45 cm x 60 cm tanggal 7-8 Juli 2022 melalui kegiatan inspeksi
b. Tinggi bak cuci tangan di kamar difabel disarankan Bangunan Gedung.
75 cm
c. Ukuran lebar pintu toilet sebaiknya minimal 70
cm DAFTAR PUSTAKA
d. Kamar mandi difabel perlu dilengkapi dengan
jendela bouvenlight, penanda toilet, plat tendang di Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang
pintunya, dan tempat duduk di bilik pancuran Bangunan Gedung
e. Disediakan jalur pemandu yang tidak terputus Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2021 Peraturan
dari parkir difabel hingga pintu masuk bangunan Pelaksanaan Undang-undang No. 28 Tahun
f. Kran air disarankan menggunakan kran air sistem 2002 tentang Bangunan Gedung
sensor. Pusat Litbang Permukiman. 2011. Laporan Akhir
g. Pada bilik pancuran, perlu ditambahkan pegangan Kegiatan Penyusunan Konsep Pedoman
rambat dan pintu membuka ke arah luar. Penilaian Keandalan Bangunan Gedung Dalam
h. Saklar disarankan menggunakan saklar yang Rangka Pemberlakuan Sertifikat Laik Fungsi
dilengkapi dengan lampu indikator. (SLF). Pusat Litbang Permukiman, Kementerian
i. Parkir perlu dilengkapi dengan kamera pengawas, Pekerjaan Umum. Bandung
stopper, APAR, marka pada parkir difabel.

LAMPIRAN

Tabel 7 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Lapangan


Notasi Foto Pengamatan
PINTU
Hasil pemeriksaan pintu P1a :
a. Pintu berupa pintu ayun mengarah kedalam
b. Lebar pintu 120cm
c. Pintu dapat membuka 90° dengan mudah
d. Ruang bebas di depan dalam ruang memenuhi minimal 152,5 x 152cm
P1a e. Perletakan perabot berjarak >75cm dari pintu
f. Tinggi pegangan pintu 101cm
g. Pegangan pintu tidak licin dan bukan jenis putar
h. Pegangan pintu tidak melengkung kerah dalam
i. Penutup lantai sekitar pintu tidak licin
j. Terdapat door closer pada pintu kamar difabel

Kajian Aspek Kemudahan... (Leonita Dwesti Halim, Ade Erma Setyowati) 21


Notasi Foto Pengamatan
Hasil pemeriksaan pintu P1b :
a. Pintu berupa pintu ayun yang mengarah keluar
b. Lebar pintu 120cm
c. Terdapat handrail kloset pada ruang bebas di depan pintu
P1b
d. Ujung pegangan pintu tuas tidak melengkung ke arah dalam
e. Pintu dapat membuka 90° dengan mudah
f. Tinggi pegangan pintu 101cm
g. Pegangan pintu tidak licin dan bukan jenis putar
Hasil pemeriksaan pintu P1d :
a. Pintu berupa pintu ayun dua panel
b. Lebar pintu 186
c. Pintu ayun mengarah kedalam
P1d
d. Pintu dapat membuka 90° dengan mudah
e. Tinggi pegangan pintu 100cm
f. Pegangan pintu tidak melengkung kedalam
g. Perletakan perabot berjarak >75cm dari pintu
Hasil pemeriksaan pintu P1e :
a. Pintu berupa pintu ayun kaca full tempered glass
b. Tidak dilengkapi dengan door closer
c. Tidak dilengkapi dengan penanda pintu kaca dengan warna kontras
d. Lebar pintu 180cm
P1e
e. Pintu dapat membuka 90° dengan mudah
f. Perletakan perabot berjarak >75cm dari pintu
g. Ruang bebas di depan dalam ruang memenuhi minimal 152,5 x 152cm
h. Tinggi handel pintu 100cm
i. Penutup lantai tidak licin

Hasil pemeriksaan pintu P8a :


a. Pintu berupa pintu ayun
b. Lebar pintu 87cm
c. Pintu dapat membuka 90° dengan mudah
P8a
d. Tinggi pegangan pintu 101cm
e. Ujung pegangan pintu tuas tidak melengkung ke arah dalam
f. Lantai disekitar pintu tidak licin
g. Dilengkapi dengan door closer

P8b - Kondisi pintu P8b sama dengan P1e


P8c - Kondisi pintu P8c sama dengan P1d

Hasil pemeriksaan pintu P8d :


a. Pintu berupa pintu ayun yang mengarah kedalam
b. Lebar pintu 90cm
P8d
c. Pintu dapat membuka 90° dengan mudah
d. Tinggi pegangan pintu 99cm
e. Ujung pegangan pintu tuas tidak melengkung ke arah dalam

P8e - Kondisi pintu P8e sama dengan P1e

22 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


Notasi Foto Pengamatan
Hasil pemeriksaan pintu P8f :
a. Pintu berupa pintu ayun yang mengarah kedalam
b. Lebar pintu 102cm
c. Pintu dapat membuka 90° dengan mudah
P8f
d. Pegangan pintu tidak licin dan bukan jenis putar
e. Pegangan pintu melengkung kearah dalam
f. Lantai sekitar pintu tidak licin
g. Dilengkapi dengan door closer

Hasil pemeriksaan pintu P8g :


a. Pintu berupa pintu ayun mengarah kedalam
b. Lebar pintu 98cm
c. Pintu dapat membuka 90° dengan mudah
P8g
d. Pegangan pintu tidak licin dan bukan jenis putar
e. Tinggi pegangan pintu 103cm
f. Lantai sekitar pintu tidak licin
g. Dilengkapi dengan door closer

KORIDOR
Hasil pemeriksaan koridor K1b :
a. Lebar koridor 250cm
b. Dilengkapi penunjuk arah
c. Terdapat pencahayaan artifisial
d. Tidak terdapat penghalang dalam koridor
K1b
e. Koridor berfungsi juga sebagai akses eksit dan dilengkapi dengan sistem proteksi
pasif berupa sprinkler dan APAR
f. Panjang koridor 24cm
g. Pencahayaan pada koridor tidak dilengkapi dengan sensor hemat energi dan
pencahayaan otomatis yang berfungsi di keadaan darurat
Hasil pemeriksaan koridor K2b :
a. Lebar koridor 250cm
b. Dilengkapi penunjuk arah
c. Terdapat pencahayaan artifisial
d. Tidak terdapat penghalang dalam koridor
K2b
e. Koridor berfungsi juga sebagai akses eksit dan dilengkapi dengan sistem proteksi
pasif berupa sprinkler dan APAR
f. Panjang koridor 24cm
g. Pencahayaan pada koridor tidak dilengkapi dengan sensor hemat energi dan
pencahayaan otomatis yang berfungsi di keadaan darurat
Hasil pemeriksaan koridor K8b :
a. Lebar koridor 250cm
b. Dilengkapi penunjuk arah
c. Terdapat pencahayaan artifisial
d. Tidak terdapat penghalang dalam koridor
K8b
e. Koridor berfungsi juga sebagai akses eksit dan dilengkapi dengan sistem proteksi
pasif berupa sprinkler dan APAR
f. Panjang koridor 24cm
g. Pencahayaan pada koridor tidak dilengkapi dengan sensor hemat energi dan
pencahayaan otomatis yang berfungsi di keadaan darurat

Kajian Aspek Kemudahan... (Leonita Dwesti Halim, Ade Erma Setyowati) 23


Notasi Foto Pengamatan
JALUR PEDESTRIAN

Hasil pemeriksaan jalur pedestrian Pds1 dan Pds2:


a. Permukaan pedestrian stabil, kuat, tahan cuaca dan tidak licin, tidak terlihat
adanya gundukan
Pds1 b. Lebar pedestrian kurang dari 150 cm
c. Kelandaian sisi lebar jalur pedestrian kurang dari 2° dan pada sisi panjang
kurang dari 5°
d. Pencahayaan siang hari dapat diperiksa, namun tidak dilakukan pemeriksaan
pencahayaan pada malam hari
e. Tidak terlihat adanya drainase namun pedestrian berdekatan dengan tanah
tanpa perkerasan, sehingga diasumsikan air meresap saat terjadi hujan
f. Tidak terdapat drainase, namun bahan penutup pedestrian berupa conblok yang
memiliki celah untuk menyerap air
g. Terdapat tepi pengaman dengan ketingian 0cm
h. Terdapat jalur pemandu bagi penyandang disabilitas netra
Pds2 i. Tidak terdapat tempat sampah dan perabot jalan (termasuk bangku) setiap
900cm
j. Tidak terdapat penanda untuk akses pejalan kaki
k. Terdapat ram pada jalur pedestrian diletakkan di setiap persimpangan, prasarana
ruang pejalan kaki yang memasuki pintu keluar masuk bangunan/kavling

JALUR PEMANDU

Hasil pemeriksaan jalur pemandu Pdu1:


a. Ubin pengarah dan ubin peringatan memiliki ukuran 30x30cm
Pdu1
b. Jalur pemandu tidak dipasang di depan pintu masuk/keluar dari dan ke tangga /
lift

Pdu2 Kondisi jalur pemandu Pdu2 sama dengan Pdu1

TANGGA

Hasil pemeriksaan tangga T0-1c:


a. Tinggi anak tangga (optride/riser) 15 cm
b. Lebar anak tangga (antride/tread) 30 cm
c. Sudut kemiringan tangga kurang dari 35°
T0-1c
d. Material anak tangga tidak licin
e. Tepi tangga tidak diberi material anti slip (step nosing)
f. Step nosing berwarna konstras dari warna lantai tangga
g. Tingkat pencahayaan/iluminasi artifisial tangga diatas 100 lux

24 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


Notasi Foto Pengamatan
Hasil pemeriksaan tangga T1-2b, T2-3b, dan T7-8b:
a. Jarak koridor dan kompartemen antarruang 20m
b. Tinggi anak tangga (optride/riser) 15 cm
T1-2b c. Lebar anak tangga (antride/tread) 30 cm
d. Sudut kemiringan tangga kurang dari 35°
e. Material anak tangga tidak licin
f. Tepi tangga diberi material anti slip (step nosing)
g. Step nosing tidak berwarna konstras dari warna lantai tangga
T2-3b - h. Bordes (landing) pada 13 buah anak tangga
i. Terdapat pegangan rambat yang menerus, dengan ujung handrail dilebihkan 5 cm
pada bagian atas dan bawah
j. Ketinggian handrail 135 cm, dengan diameter handrail 5 cm
T7-8b - k. Handrail ergonomis (aman, nyaman, dan bebas dari permukaan tajam dan kasar)
l. Tangga yang berhimpitan dengan dinding dilengkapi dengan handrail
m. Jarak bebas antara dinding dengan handrail yang berhimpitan 6 cm
n. Tingkat pencahayaan/iluminasi artifisial tangga lebih dari 100 lux
RAM

Hasil pemeriksaan ram R0-1a dan R0-1b:


R0-1a a. Ram berada di luar bangunan memiliki kelandaian 4,3°
b. Lebar 120 cm
c. Permukaan ram tidak licin
d. Permukaan datar awalan dan akhiran ram bertekstur, tidak licin, tetapi tidak
dilengkapi dengan ubin peringatan dan memiliki panjang permukaan yang sama
dengan lebar ram yaitu 120 cm
e. Awalan/akhiran ram tidak berhadapan langsung dengan pintu masuk/keluar
Bangunan Gedung
f. Ram tidak dilengkapi dengan dua lapis pegangan rambat (handrail)
g. Tidak terdapat pegangan rambat (handrail) dipasang berhimpitan dengan bidang
R0-1b dinding
h. Ram pada jalur pedestrian (curb ramp) memiliki lebar paling sedikit 120 cm
dengan kelandaian paling besar 6°

R0-1c
LIFT

Hasil pemeriksaan lift L1-8a dan L1-8b:


a. Memiliki surat izin operasi dari Depnaker dan log book pemeliharaan rutin
b. Terdapat ruang perantara di depan lift (lobi lift) yang digunakan sebagai ruang
tunggu untuk masuk dan keluar dari lift
L1-8a
c. Lebar lobi lift 530
d. Perbedaan muka lantai bangunan dengan muka lantai ruang lift kurang dari 1,25
cm
e. Tinggi panel lift 100cm

Kajian Aspek Kemudahan... (Leonita Dwesti Halim, Ade Erma Setyowati) 25


Notasi Foto Pengamatan

f. Semua tombol pada panel dilengkapi dengan panel huruf braille


L1-8b g. Terdapat indikator suara, layar/tampilan yang secara visual menunjukkan posisi
lift

TOILET
Hasil pemeriksaan toilet SPEH-1b:
a. Merupakan toilet difabel, ukuran lebar 192, panjang 242cm.
b. Lebar bersih pintu toilet 120 cm
c. Arah bukaan pintu disabilitas membuka ke arah luar toilet
d. Ruas bebas 120 cm
e. Pencahayaan di dalam toilet 45 lux
f. Kelembaban udara dalam ruangan 63%
g. Lantai toilet memiliki kelandaian 0,6%
SPEH-1b h. Tersedia bak cuci tangan; cermin; tempat sampah; kloset; jetshower atau bidet;
exhaust fan; dan keran air
i. Setiap water closet harus ditempatkan pada kompartemen yang terpisah
j. Dinding dan lantai toilet memiliki lapisan kedap air (waterproofing)
k. Tidak terdapat plat tendang
l. Terdapat engsel yang dapat menutup sendiri
m. Tuas tidak mudah dijangkau
n. Dilengkapi dengan pegangan rambat
o. Tidak terdapat jendela atau bovenlicht
Hasil pemeriksaan toilet SPEH-8a dan SPEH 8b:
a. Posisi toilet merupakan satu kesatuan dengan ruang utamanya
b. Penutup lantai bertekstur dan tidak licin
c. Luas ruang dalam toilet berukuran 86 cm x 206 cm
d. Lebar bersih pintu toilet paling sedikit 66 cm
e. Pencahayaan di dalam toilet 216 lux
SPEH-8a f. Kelembaban udara 74%.
g. Lantai toilet memiliki kelandaian 1,2%
h. Kelengkapan ruang: bak cuci tangan; cermin; tempat sampah; sabun; kloset;
jetshower atau bidet; exhaust fan; dan keran air
i. Water closet ditempatkan pada kompartemen yang terpisah
j. Dinding dan lantai toilet diberi lapisan kedap air (waterproofing)
k. Terdapat jendela bovenlicht

SPEH-8b

26 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


Notasi Foto Pengamatan
BAK CUCI TANGAN

Hasil pemeriksaan bak cuci tangan SPEH-1b:


a. Tidak ada percikan keluar wastafel
b. Ukuran bak cuci tangan 20 cm x 40 cm
SPEH-1b
c. Ketinggian bak cuci tangan 85 cm
d. Tidak menggunakan kran dengan sistem sensor

SPEH-8a - Hasil pemeriksaan bak cuci tangan SPEH-8a dan SPEH-8b:


a. Tidak terjadi percikan keluar bak
b. Ukuran bak cuci tangan 29 cm x 40 cm
SPEH-8b - c. Ketinggian bak cuci tangan 85 cm
d. Ruang bebas 60 cm dari tepi bak cuci tangan dengan sirkulasi 60 cm
e. Kran buka sistem sensor
PANCURAN

Hasil pemeriksaan pancuran SPEH-1b:


a. Lebar ruang dalam bilik pancuran 99 cm
SPEH-1b b. Tombol/kran air menggunakan tipe ungkit, dipasang setinggi 115 cm
c. Dilengkapi dengan pegangan rambat horizontal saja

SPEH-8a - Hasil pemeriksaan pancuran SPEH-8a dan SPEH-8b:


a. Lebar ruang dalam bilik pancuran 106 cm
SPEH-8b - b. Tombol/kran air menggunakan tipe ungkit dipasang setinggi 107 cm
TEMPAT SAMPAH

Ukuran dan Hasil pemeriksaan tempat sampah:


ketentuan a. Tempat sampah masing-masing unit hunian dimensi diameter 29 tinggi 65cm,
umum menggunakan material durable
b. Tempat sampah belum dipisahkan antara sampah organik dan anorganik;
c. Penempatan tempat sampah mudah dijangkau, namun berpotensi mengganggu
estetika karena sebagian diletakkan di koridor
Kelengkapan

FASILITAS KOMUNIKASI DAN INFORMASI

Ukuran dan
ketentuan Sistem tata suara pada koridor Bangunan Gedung berkisar 56,7 dB
umum

Kajian Aspek Kemudahan... (Leonita Dwesti Halim, Ade Erma Setyowati) 27


Notasi Foto Pengamatan
PERLENGKAPAN DAN PERALATAN KONTROL
Ukuran dan Hasil pemeriksaan perlengkapan dan peralatan kontrol:
ketentuan a. Jarak antara tempat tidur dan dinding pada kamar disabel hanya 37cm
umum b. Tinggi tempat tidur disabel juga terlalui tinggi yaitu 54 cm

Kelengkapan Saklar tidak dilengkapi dengan lampu indikator

RAMBU DAN MARKA


Hasil pemeriksaan rambu dan marka:
a. Rambu dan marka informatif dan mudah ditemukenali
b. Rambu yang berupa tanda dan simbol internasional;
c. Rambu belum menerapkan metode khusus (misal: pembedaan perkerasan tanah,
Ukuran dan
warna kontras, dll); (biasanya untuk perubahan ketinggian pada jalur sirkulasi)
ketentuan
d. Karakter dan latar belakang rambu dari bahan yang tidak silau;
umum
e. Karakter dan simbol kontras dengan latar belakangnya
f. Proporsi huruf atau karakter memenuhi
g. Tinggi karakter huruf dan angka memenuhi
h. Penempatan rambu tidak terhalang, menyatu, mendapat pencahayaan, tidak
Jenis dan mengganggu sirkulasi
penempatan - i. Belum dilengkapi rambu pada arah dan tujuan jalur pedestrian, parkir khusus
penyandang disabilitas
Material -
j. Bahan rambu dan marka tahan cuaca seperti aluminium
k. Tepi rambu dan marka harus rata
Kelengkapan l. Warna latar dan huruf memiliki perbedaan warna yang jelas
m. Ukuran huruf pada rambu dan marka disesuaikan dengan jarak baca
TEMPAT PARKIR

Hasil pemeriksaan tempat parkir:


a. Luas parkir 15,34m2, luas bangunan 12879,12 m2, 11,91 %
b. Lokasi tempat parkir mudah dijangkau dan diawasi
c. Memiliki penerangan dan penghawaan yang cukup
d. Satuan ruang parkir untuk sepeda motor yang direkomendasikan adalah minimal
SPO-0a
70 cm x200 cm
e. Terdapat parkir sepeda
f. Belum dilengkapi dengan marka parkir; stopper; dan APAR.
g. Tidak dilengkapi dengan penunjuk arah dan penandaan
h. Tidak dilengkapi dengan kamera pengawas

Kondisi tempat parkir kurang baik karena pada parkir mobil tidak ada rambu
yang membedakan antara parkir umum dan parkir mobil disabel, parkir juga
tidak dilengkapi dengan penunjuk arah, marka parkir, stopper, APAR, dan kamera
SPO-0b pengawas. Pada parkir sepeda ukuran tinggi dan jarak baja pengaman dianggap
tidak memperhatikan efisiensi ruang parkir untuk sepeda dan tidak disediakan
kunci pengaman yang mengunci antara badan sepeda dan roda dengan baja
pengaman

28 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


Notasi Foto Pengamatan
SISTEM KAMERA PENGAWAS

SPQ1 Sistem kamera pengawas menjangkau seluruh spot tidak terdapat blind spot

SPQ2 Sistem kamera pengawas menjangkau seluruh spot tidak terdapat blind spot

SPQ8 - Sistem kamera pengawas menjangkau seluruh spot tidak terdapat blind spot

Kajian Aspek Kemudahan... (Leonita Dwesti Halim, Ade Erma Setyowati) 29


PENGARUH PELABUHAN PAOTERE
TERHADAP PERKEMBANGAN PERMUKIMAN YANG BERADA DI SEKITARNYA
The Influence of Paottere Port on the Development of Surrounding Settlements

Hadidjah Sultan, 2Djasmihul Ashary


1

Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan Sulawesi III, Direktorat Jenderal Perumahan


Jalan Penjernihan Raya No. 22 Panaikang Makassar
Surel: 1khadidjahsoeltan@gmail.com, 2achdjassry@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pengaruh keberadaan Pelabuhan Paotere terhadap kondisi
permukiman masyarakat sekitarnya dan tingkat ketersediaan prasarana dan sarana lingkungan permukiman masyarakat di
Kelurahan Gusung. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Ujung Tanah Kelurahan Gusung dengan tiga sampel lokasi yaitu
lingkungan RW 1, RW 2 dan lingkungan RW 3. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif melalui hasil analisis statistik dan
disajikan dalam bentuk tabel. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat atau kepala keluarga yang bermukim di tiga
lokasi sampel penelitian yaitu RW 1, RW 2, dan RW 3. Pengambilan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling
kemudian dilakukan pengambilan responden secara Cluster Random Sampling di tiga lokasi sampel sebanyak 73 responden.
Analisis data menggunakan statistik deskriptif kualitatif dengan tabel frekuensi dan perbandingan terhadap standar NSPM.
Hasil penelitian menyatakan bahwa keberadaan Pelabuhan Paotere sangat mempengaruhi pola permukiman masyarakat
di sekitarnya. Ada 3 (tiga) hal yang berpengaruh terhadap keberadaan Pelabuhan Paotere yaitu kawasan perdagangan
(ruko), kawasan permukiman kumuh, dan kawasan pelabuhan itu sendiri. Pola permukiman yang dulunya linier dengan
kawasan pesisir berubah menjadi mengelompok dengan lahan yang terbatas. Sementara tingkat ketersediaan dan manfaat
penyediaan prasarana dan sarana permukiman masyarakat seperti komponen jalan, air bersih, dan sanitasi lingkungan
terhadap indikator standar kebutuhan masih kurang baik dan kurang memadai sementara manfaat ketersediaan prasarana
dan sarana untuk kegiatan sosial ekonomi masyarakat sangat bermanfaat untuk peningkatan ekonomi dan peningkatan
pendapatan serta terjalinnya interaksi sosial di masyarakat.

Kata Kunci: Pelabuhan, prasarana, sarana, permukiman, tingkat ketersediaan sarana dan prasarana

Abstract

This research aims to explain how the existence of Paotere Harbor influences the residential conditions of the surrounding
community and the level of availability of infrastructure and facilities in the community residential environment in Gusung
Village. The research location is in Ujung Tanah District, Gusung Village with three sample locations, namely the RW
1, RW 2 and RW 3 environments. This research is descriptive qualitative through the results of statistical analysis and
presented in table form. The population in this research is the community or heads of families who live in the three research
sample locations, namely RW 1, RW 2, and RW 3. Sampling was carried out using Simple Random Sampling, then
respondents were taken using Cluster Random Sampling in three sample locations totaling 73 respondents. Data analysis
uses qualitative descriptive statistics with frequency tables and comparisons to NSPM standards. The research results
state that the existence of Paotere Harbor greatly influences the settlement patterns of the surrounding community. There
are 3 (three) things that influence the existence of Paotere Port, namely the trade area (shophouse), slum area, and the
port area itself. Settlement patterns that used to be linear with coastal areas have changed to clustered with limited land.
Meanwhile, the level of availability and benefits of providing community housing infrastructure and facilities such as road
components, clean water and environmental sanitation against standard indicators of need is still poor and inadequate,
while the benefits of providing infrastructure and facilities for community socio-economic activities are very useful for
improving the economy and increasing income. as well as the establishment of social interaction in the community with
this infrastructure.

Keywords: Port, infrastructure, facilities, settlements, level of availability of facilities and infrastructure

30 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


PENDAHULUAN Salah satu pelabuhan yang ada di Kota Makassar
adalah Pelabuhan Paotere. Pelabuhan Paotere
Sejarah perkembangan kota di Indonesia diawali merupakan pelabuhan perahu yang terletak di
oleh kota-kota kerajaan, kota pedalaman yang Kecamatan Ujung Tanah Makassar, Sulawesi Selatan.
agraris, atau kota-kota pantai. Peran dan fungsi Pelabuhan berjarak ± 5 km dari pusat Kota Makassar
tersebut menarik berbagai suku lain untuk tinggal merupakan salah satu pelabuhan rakyat warisan
sementara atau menetap. Kelompok-kelompok suku tempo dulu yang masih bertahan dan merupakan
ini membentuk lingkungannya masing-masing secara bukti peninggalan Kerajaan Tallo sejak abad ke-
terpisah. Kondisi inilah membuat kota berkembang 14 sewaktu memberangkatkan sekitar 200 armada
berikut lingkungannya, termasuk di dalamnya pola Perahu Pinisi ke Malaka.
ruang kota sebagai wujud budaya material masyarakat
pendukungnya. Lingkungan permukiman merupakan Keberadaan pelabuhan tersebut membuat
hasil dari proses-proses interaksi manusia dengan masyarakat mempunyai aktifitas yang berhubungan
lingkungannya, karena manusia mempunyai akal dengan pelabuhan atau bekerja di sekitar kawasan
budi, yang dilandasi oleh norma dan membentuk pelabuhan memilih suatu alternatif tinggal
struktur-struktur pranata sosial, ekonomi dan sementara disekitar pelabuhan mengingat para
budi daya untuk memanfaatkan lingkungan alam, pekerja di kawasan tersebut adalah masyarakat yang
buat menopang kehidupan bersamanya dengan berasal dari Kabupaten Maros, Pangkep Gowa dan
menciptakan lingkungan buatan seperti membangun Takalar. Dengan jarak tempuh setiap harinya sangat
jalan, sekolah, sanitasi, tempat ibadah dan sebagainya. terlalu jauh, maka para pekerja memilih untuk
tinggal sementara disekitar kawasan pelabuhan. Hal
Kota Makassar adalah salah satu kota yang berada di tersebut yang menyebabkan permukiman di sekitar
tepian pesisir pantai barat Sulawesi yang memiliki Pelabuhan Paotere tumbuh pesat dan membentuk
sejumlah potensi strategis dan menarik sebagai lintas satu komunitas sehingga timbul permukiman yang
koridor transit darat dan laut (kepulauan), serta dapat tidak teratur dan terkesan kumuh. Untuk menata
menjadi kawasan yang memiliki prospek sebagai kawasan yang terkesan kumuh dan tidak tertata perlu
kawasan wisata yang berada di pusat Kota Makassar. terlebih dahulu mengetahui beberapa indikator-
Kota Makassar mempunyai posisi yang sangat strategis indikator di kawasan tersebut.
karena berada dalam persimpangan jalur lalu lintas
dari arah selatan dan utara provinsi di Sulawesi, dari Pengembangan dan perkembangan Pelabuhan
wilayah kawasan barat ke wilayah timur Indonesia dan Paotere saat ini telah menjadi bagian dari beberapa
wilayah utara ke wilayah selatan Indonesia, dengan unsur penting yang dapat merangsang pertumbuhan
kata lain wilayah Kota Makassar terletak antara permukiman dan ekonomi masyarakat sekitarnya,
119024’17’38” Bujur Timur dan 508’6’19” Lintang sehingga di masa mendatang akan lebih berarti jika
Selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 di dukung keoptimalan pengelolaan dan penataan
meter di atas permukaan laut (dpl). lingkungan permukiman.

Kota Makassar merupakan kota pantai yang datar Menurut Kevin Lynch (1984), bahwa landmark sebuah
dengan kemiringan 0 - 5 derajat kearah barat dengan kota memiliki ciri khas, baik berupa kawasan maupun
diapit dua muara sungai yakni Sungai Tallo dan bangunan yang memiliki arti dari sebuah kota
Sungai Jeneberang dengan jumlah luas Kota Makassar
seluruhnya kurang lebih 175,77 km² daratan dan Pelabuhan merupakan lambang sejarah kebudayaan
termasuk 11 pulau di Selat Makassar ditambah luas maritim Kota Makassar yang mulai pudar dari eksis
wilayah perairan kurang lebih 100 km². Berdasarkan perkembangan modern perkotaan serta buruknya
letak Kota Makassar yang berada dikawasan pengelolaan, baik prasarana dan sarana maupun
pesisir, secara otomatis menimbulkan aktifitas bagi secara sosial kemasyarakatan. Dengan perkembangan
masyarakat yang berhubungan dengan laut, baik kota dan masyarakat akibat urbanisasi menyebabkan
dengan aktifitas sebagai nelayan, maupun aktifitas kawasan daerah pelabuhan menjadi kawasan yang
pelayaran yang menghubungkan dengan daerah lain, terlihat kumuh karena banyaknya permukiman-
tempat persinggahan kapal-kapal yang berasal dari permukiman liar yang di bangun oleh para pendatang
luar daerah dan dijadikan sebagai pelabuhan. yang tidak mempunyai tempat tinggal.

Pengaruh Pelabuhan Paotere... (Hadidjah Sultan, Djasmihul Ashary) 31


Dengan melihat kondisi permukiman yang ada Sedangkan untuk mengukur skala pengukuran
disekitar Pelabuhan Paotere yang kumuh dan tidak variabel mengacu pada Skala Likert (Likert Scale),
teratur maka perlu dilakukan pengkajian terhadap dengan menggunakan skala 1 – 5 kategori jawaban,
kawasan permukiman di sekitar pelabuhan yakni : yang masing-masing jawaban diberi score atau bobot
Bagaimana pengaruh keberadaan Pelabuhan Paotere yaitu banyaknya score antara 1 sampai 5, dengan
terhadap pola permukiman masyarakat yang ada di rincian:
sekitarnya serta ketersediaan sarana dan prasarana 1. Jawaban SB sangat baik diberi score 5.
di sekitar Pelabuhan Paotere dalam mendukung 2. Jawaban B baik diberi score 4.
aktifitas kegiatan masyarakat. 3. Jawaban CB cukup baik diberi score 3.
4. Jawaban KB kurang baik diberi score 2.
5. Jawaban TB tidak baik diberi score 1 (Singarimbun,
METODE 1994: 249).

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif Tabel 1 Skala Pengukuran Variabel dengan
kualitatif dan kuantitatif untuk mendiskripsikan atau Skala Likert
memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui Klasifikasi Pernyataan
data sampel atau populasi serta melakukan analisis No. Variabel Skala Persentase
dan membuat kesimpulan. Adapun cara penyajian 1 Sangat Baik (SB) 90 – 100%
datanya dengan tabel maupun distribusi frekuensi; 2 Baik (B) 80 – 90%
hubungan regresi dan korelasi, grafik garis maupun 3 Cukup Baik (CB) 60 – 80%
batang; diagram lingkaran; penjelasan kelompok 4 Kurang Baik (KB) 40 – 60%
melalui modus, median, mean, dan variasi kelompok 5 Tidak Baik (TB) 0 – 40%
melalui rentang dan simpangan baku (Sugiyono: 2007,
29). Sedangkan desain penelitian ini menggunakan Rumusan masalah kedua tentang tingkat
metode survei ke lokasi penelitian untuk memperoleh ketersediaan prasarana dan sarana lingkungan
data yang akurat, serta menggunakan data primer dan permukiman terhadap aktivitas kegiatan masyarakat,
sekunder berupa hasil wawancara dan pengumpulan analisis deskriptif kualitatif menggunakan tabulasi
data dari hasil kuesioner. berdasarkan jawaban dari responden dan metode yang
dilakukan dengan cara mengamati, mengidentifikasi,
Teknik analisis data terhadap rumusan masalah menguraikan, serta menganalisis variabel-variabel
pertama adalah deskriptif kualitatif dengan yang dinyatakan dengan sebaran frekuensi, berupa
menggunakan data yang ada dikelompokkan angka mutlak dan persentase, sehingga dapat
dan dikategorisasikan, kemudian disusun dan diketahui manfaat ketersediaan prasarana dan sarana
dipresentasikan dalam bentuk uraian-uraian, tabel- untuk kegiatan sosial ekonomi masyarakat.
tabel, gambar-gambar, diagram-diagram dan peta-peta.
Data yang ada diinterpretasikan untuk mendapatkan Untuk mengetahui frekuensi tersebut digunakan
gambaran awal mengenai permasalahan yang sedang rumus:
dihadapi, kemudian disimpulkan sementara agar P = f/n x 100%
lebih memudahkan dalam melakukan pembahasan dimana P = Persentase
pada tahap selanjutnya. f = Frekuensi
n = Jumlah frekuensi dari seluruh kategori/
Untuk mengetahui pengaruh keberadaan Pelabuhan responden
Paotere berdasarkan pada persepsi masyarakat, maka
digunakan analisis statistik deskriptif (Suharsimi : Nilai tabel frekuensi digunakan untuk
1997) dengan rumus sebagai berikut : mengkategorikan data dalam tabel silang (Crosstab).
1. Nilai : Bobot x Frekuensi Selanjutnya dari hasil tabel tersebut dijelaskan dengan
menggunakan teknik analisis kuantitatif, sedangkan
∑Nilai
2. Rata-rata skor : untuk mengukur analisis tingkat ketersediaan
n prasarana dan sarana dengan membandingkan
3. Rata-rata persen : Rata-rata Skor x100 dengan Standard Pelayanan Permukiman (NSPM)
Banyaknya Klasifikasi Jawaban
dari Direktorat Jenderal Cipta Karya.

32 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


Variabel Penelitian dan Definisi Operasional f. Pusat pelayanan sosial di bidang pendidikan
Untuk memberikan pengertian dan pemahaman tinggi, kesehatan, rekreasi/hiburan, budaya
yang jelas terhadap variabel, indikator dan cara
pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini, Kondisi Fisik Wilayah
maka diperlukan defenisi operasional yang diuraikan Kota Makassar adalah ibu kota Provinsi Tingkat I
secara terperinci. Yang menjadi variabel besar di bagi Sulawesi Selatan yang merupakan kota terbesar di
menjadi indikator adalah, ketersediaan prasarana Indonesia Bagian Timur. Wilayah Kota Makassar
lingkungan permukiman serta manfaat ketersediaan meliputi daratan luas yang membujur di pantai Barat
prasarana lingkungan terhadap kegiatan sosial Sulawesi dengan kondisi geografisnya yang terletak
ekonomi. diantara 119,240-17,380 Bujur Timur dan 5,80-6,190
Lintang Selatan.
Dalam variabel tersebut meliputi:
1. Lebar dan panjang jalan Kota Makassar mempunyai batas-batas administratif
2. MCK sebagai berikut:
3. Sarana dan prasarana air bersih a. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
4. Sarana drainase. Gowa
5. Persampahan b. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
Maros
c. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
HASIL DAN PEMBAHASAN Maros
d. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar
Kota Makassar terletak di kawasan pesisir pantai
mempunyai peranan yang sangat vital dan strategis Kota Makassar memiliki luas wilayah areal ±175,77
baik yang sifatnya lokal, regional, nasional dan km persegi atau 0,28% dari luas Provinsi Sulawesi
internasional. Keberadaan fungsi, peranan dan Selatan yang terbagi dalam 14 kecamatan dan 96
kedudukan tersebut menjadikan Kota Makassar kelurahan.
mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat dalam dasawarsa terakhir ini. Terutama Tabel 2 Luas Wilayah dan Persentase Tiap
semenjak dibukanya jalur-jalur khusus regional dan Kecamatan di Kota Makassar
internasional, serta dengan dukungan sarana dan Presentase
Kode Luas
prasarana yang baik sehingga membuat akses dari Kecamatan Thd Luas Kota
Wil (Km2)
dan ke Makassar menjadi lancar. Kota Makassar Makassar
juga merupakan pintu gerbang perekonomian yang 1 2 3 4
010 Mariso 1,82 1,04
sekaligus menjadi pusat pengembangan industri
020 Mamajang 2,25 1,28
di Indonesia bagian timur dengan konsentrasi 030 Tamalate 20,21 11,50
penyebaran penduduk yang relatif tinggi pada 040 Rappocini 9,23 5,25
beberapa wilayah kecamatan yang ada di kota ini 050 Makassar 2,52 1,43
dengan berbagai aktivitas seperti aktivitas dibidang 060 Ujung Pandang 2,63 1,50
perekonomian, perdagangan, pendidikan, kesehatan, 070 Wajo 1,99 1,13
militer, wisata, hiburan dan lain sebagainya. 080 Bontoala 2,10 1,19
090 Ujung Tanah 5,94 3,38
100 Tallo 5,83 3,32
Adapun fungsi dan kedudukan Kota Makassar saat 110 Panakkukang 17,05 9,70
ini menurut analisis Bappeda (Bappeda, 2009/2010): 101 Manggala 24,14 13,73
a. Sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan 110 Biringkanaya 48,22 27,43
b. Sebagai pusat pemerintahan Tingkat I Sulawesi 111 Tamalanrea 31,84 18,11
Selatan Makassar 175,77 100,00
c. Pintu gerbang utama kawasan Indonesia Timur (Statistik Kota Makassar)
d. Pusat pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan.
e. Pusat perdagangan yang ditunjang oleh lokasi Secara geografis, letak Kota Makassar berada di
geografis serta ketersediaan sarana dan prasarana tengah diantara pulau-pulau besar lain dari wilayah
transportasi kepulauan nusantara sehingga menjadikan Kota

Pengaruh Pelabuhan Paotere... (Hadidjah Sultan, Djasmihul Ashary) 33


Makassar dengan sebutan “angin mammiri” ini menjadi kota dengan intensitas kegiatan pesat.
menjadi pusat pergerakan spasial dari wilayah Barat 3. Kota pesisir merupakan sentra wilayah dengan
ke bagian Timur maupun Utara ke Selatan Indonesia. konsentrasi pengembangan lingkungan yang
Dengan posisi ini menyebabkan Kota Makassar lebih strategis sebagai aset daya tarik wisata yang
memiliki daya tarik yang kuat bagi para imigran dari bergerak dalam bidang perairan.
daerah Sulawesi Selatan itu sendiri maupun daerah
lain seperti provinsi yang ada di kawasan Timur Dalam hal ini Kota Makassar membagi beberapa
Indonesia untuk datang mencari tempat tinggal dan zona yang sesuai dengan kondisi dan karakter wilayah
lapangan pekerjaan. tersebut.

Kondisi Topografi dan Keadaan Demografi


Kota Makassar merupakan daerah pesisir pantai
yang keadaan wilayahnya secara keseluruhan relatif
datar dan hanya sebagian kecil merupakan dataran
tinggi. Ketinggiannya bervariasi antara 1-22 m di
atas permukaan laut, dengan kemiringan tanah rata-
rata 2% ke arah barat. Keadaan tanah mengandung
batuan hasil gunung api (volcanic product) dan dengan
endapan alluvial di daerah pantai dan sungai.

Keadaan topografinya dapat dilihat dari tabel berikut


yang ditinjau menurut kecamatan.

Tabel 3 Posisi dan Tinggi Wilayah Di Atas


Permukaan Laut Menurut Kecamatan.
Kecamatan Bujur Lintang Tinggi (DPL)
Mariso 5 9’59”
0
119 24’30”
0
1–4
Mamajang 509’05” 119025’04” 1–5
Tamalate 5010’30” 119024’28” 1–6
Rappocini 5011’20” 119026’30” 2–6
Makassar 508’40” 119025’25” 1–4
Gambar 1 Peta Kota Makassar
Ujung Pandang 508’15” 119024’27” 1–3
Sumber data : Badan Statistik Kota Makassar 2010
Wajo 507’45” 119024’40” 1–4
Berdasarkan kondisi saat ini Kota Makassar di bagi Bontoala 507’54” 119025’24” 1–4
dalam pengembangan tata ruang kota disesuaikan Ujung Tanah 507’47” 119025’23” 1–4
dengan fungsi yang ada dari masing-masing wilayah Tallo 507’16” 119026’10” 1–3
dengan memperhatikan kondisi dan keadaan Panakkukang 509’40” 119027’35” 1 – 13
topografi wilayah tersebut dan telah diatur dalam Maggala 5010’03” 119029’29” 2 – 22
kebijakan dan keputusan dari Pemerintah Kota Biringkanaya 504’50” 119030’10” 1 – 19
Makassar. Secara garis besar pengembangan Kota Tamalanrea 508’25” 119029’31” 1 - 22
Makassar dibagi dalam tiga wilayah kota. Sumber data : Badan Statistik Kota Makassar

1. Kota lama merupakan pusat pelayanan Penduduk Kota Makassar tahun 2010 mencapai
perdagangan. Kota lama di bangun oleh 1.339.374 jiwa. Pada tahun 2009 tercatat sebanyak
pemerintah Hindia Belanda dan saat ini 1.272.349 jiwa. Sementara itu jumlah penduduk
merupakan kota perekonomian bagi masyarakat. Kota Makassar tahun 2008 tercatat sebanyak
2. Kota tengah/medium merupakan pemusatan 1.253.656 jiwa. Ditinjau dari kepadatan penduduk
pengembangan pemukiman dan pelayanan umum Kecamatan Makassar adalah terpadat yaitu 33.390
seiring dengan perkembangan kota maka lambat jiwa per km2, disusul Kecamatan Mariso (30.457
laun kota tersebut akan mengalami pergerakan jiwa per km2), Kecamatan Bontoala (29.872 jiwa

34 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


per km2). Sedangkan Kecamatan Biringkanaya berbatasan dengan Kota Makassar semakin
merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk bertambah, sehingga memaksa mengarahkan
terendah yaitu sekitar 2.709 jiwa per km2, kemudian perkembangan permukiman bergeser ke area
Kecamatan Tamanlanrea (2.841 jiwa per km2), Kecamatan Manggala yang hampir berbatasan
Manggala (4.163 jiwa per km2), Kecamatan Ujung dengan Kabupaten Maros. Sementara di
Tanah (8.266 jiwa per km2), Kecamatan Panakkukang daerah selatan mengarahkan zona permukiman
(8.009 jiwa per km persegi). Wilayah-wilayah yang ke Kecamatan Manggala, Tamalate hingga
kepadatan penduduknya masih rendah tersebut permukiman yang berada di luar Kota Makassar.
memungkinkan untuk pengembangan daerah c. Zona Pendidikan, merupakan zona yang paling
pemukiman terutama di 3 (tiga) kecamatan yaitu padat dimana dari semua zona bertumpuk dengan
Biringkanaya, Tamanlanrea, dan Manggala. jam-jam tertentu. Hal tersebut di sebabkan
karena pusat pendidikan bertumpu pada tingkat
Dengan kondisi Kota Makassar dilihat dari pendidikan dasar sampai tingkat menengah,
segi topografi dan demografi memungkinkan sementara pada pendidikan tinggi sudah mengarah
perkembangan kota sangat pesat sehingga terjadi ke daerah-daerah perbatasan.
permukiman kumuh jika tidak dikendalikan secara d. Zona Pusat Pemerintahan, masih tersebar di
maksimal. berbagai kecamatan.
e. Zona Wilayah Pariwisata, merupakan zona yang
Pembagian Tata Ruang Kota Makassar sifatnya alam. Sebagian besar berada di wilayah
Kota Makassar merupakan kota yang sebagian berada Kota Makassar yang berbatasan dengan Kabupaten
di kawasan pesisir, dimana terdapat beberapa zona Maros dan Gowa. Sementara untuk wisata kuliner
yaitu tetap berada di wilayah Kota Makassar dengan
a. Zona Perdagangan meliputi zona aktivitas pusat kategori kota tua.
perdagangan. Lokasi tersebut berada di Kecamatan
Ujung Pandang, Kecamatan Mamajang serta Dengan dilakukan pembagian zona maka akan tertata
Kecamatan Panakkukang. sesuai dengan peruntukan lahan sehingga kota tidak
b. Zona Permukiman, dimana zona permukiman terkesan semrawut dan kumuh. Untuk mengatasi hal
ini berada pada daerah kota lama yang mana tersebut maka pemerintah Kota Makassar menyusun
dahulu merupakan permukiman yang berada Rencana Arah Pengembangan Kota Makassar sesuai
di pinggiran Kota Makassar. Namun seiring dengan karakteristik fisik dan perkembangannya,
dengan perkembangan kota serta arus urbanisasi terbagi atas 12 (dua belas) kawasan terpadu (Tabel 4).
yang berasal dari daerah-daerah kabupaten yang

Tabel 4 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar 2006-2016 s.d. 2010-2030.
No DRTK Karakteristik Kawasan Kecamatan
1. A Pusat Kota Wajo, Bontoala, Ujung Pandang, Mariso, Makassar,
Ujung Tanah, Mamajang dan Tamalate;
2. B Permukiman Terpadu Manggala, Panakukang, Rappocini, Tamalate;
3. C Pelabuhan Ujung Tanah dan Wajo;
4. D Bandara Terpadu Biringkanaya, Tamalanrea;
5. E Maritim Terpadu Tamalanrea
6. F Industri Tamalanrea, Biringkanaya;
7. G Pergudangan Terpadu Tamalanrea, Biringkanaya dan Tallo;
8. H Riset dan Pendidikan Tinggi Terpadu Panakkukang, Tamalanrea dan Tallo;
9. I Budaya Terpadu Tamalate;
10. J Bisnis Olahraga Terpadu Tamalate;
11. K Bisnis Pariwisata Terpadu Tamalate;
12. L Bisnis Global Terpadu Mariso
Sumber: Peraturan Daerah Kota Makassar (2006), data diolah (2011)

Pengaruh Pelabuhan Paotere... (Hadidjah Sultan, Djasmihul Ashary) 35


Gambar 2 Rencana Tata Ruang Kota Makassar
Sumber data: Badan Statistik Kota Makassar

Dari Tabel 4 tersebut telah disusun perkecamatan peningkatan dan pemeliharaan jalan, trotoar dan
zona peruntukan sesuai dengan kondisi dan jembatan, peningkatan dan pemeliharaan lingkungan
karakter wilayahnya. Hal tersebut sudah diatur perumahan dan pemukiman, penyiapan dokumen
dalam Peraturan Daerah tahun 2006. Tujuannya perencanaan teknis, pengadaan, pemeliharaan dan
tidak lain adalah untuk menentukan titik-titik pusat peningkatan sarana dan prasarana perhubungan,
pergerakan dan aktifitas masyarakat Kota Makassar dan penyiapan standar pelayanan minimal di bidang
sebagai kawasan terpadu. transportasi. Sementara itu dalam pengelolaan
lingkungan hidup dapat diupayakan melalui beberapa
Kebijakan dan Program Pengembangan Kawasan, kegiatan utama, seperti, pemanfaatan sumber daya
Tata Ruang dan Lingkungan alam dan kota secara berkelanjutan, pencegahan dan
Untuk menjadikan Makassar sebagai kota maritim, pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan
niaga dan pendidikan yang indah, damai, menarik dan peningkatan peran masyarakat dalam pelestarian
(idaman) dan sehat, maka diperlukan minimal tiga lingkungan hidup.
program utama, yaitu :
1) Penataan ruang Tinjauan Umum Kecamatan Ujung Tanah
2) Peningkatan infrastruktur kota, dan Kecamatan Ujung Tanah berada terletak kurang
3) Pengelolaan lingkungan hidup lebih 3 km di sebelah utara Kota Makassar. Wilayah
Kecamatan Ujung Tanah mempunyai luas 5,94 km2
Penataan ruang dapat diupayakan melalui beberapa atau 3,38% terhadap luas Kota Makassar, terbagi
kegiatan utama, seperti: Penyusunan tata ruang, dalam 12 kelurahan.
Pengendalian tata ruang, Pembuatan jaringan infor­
masi tata ruang. Peningkatan infrastruktur kota dapat Kondisi topografi Kecamatan Ujung Tanah
diupayakan melalui beberapa kegiatan utama, seperti terdiri dari 100% daerah datar dan 0% daerah

36 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


berbukit, dengan rata-rata ketinggian wilayah 1-4 Sebelah utara bersebelahan dengan Selat Makassar
meter dari permukaan laut. Kecamatan Ujung dan bagian timur bersebelahan Cambaya dan
Tanah merupakan salah satu kecamatan pinggiran Patinggaloan berada di selatan serta bagian barat
berbatasan langsung dengan wilayah terluar (urban Kelurahan Tamalabba. Dengan kondisi tersebut,
fringe) dari Kota Makassar bagian Utara (lebih jelas Kelurahan Gusung terbagi dalam 3 RW yakni :
lihat Gambar 3: Peta Wilayah Kecamatan Ujung
Tanah) Tabel 5 Jumlah Penduduk Dirinci Menurut
Kelurahan, dan Jenis Kelamin
Secara umum wilayah Kecamatan Ujung Tanah di Kecamatan Ujung Tanah
termasuk daerah yang beriklim tropis, dengan suhu Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah (Jiwa)
maksimun 300 C sampai dengan 320 C dan suhu 1 2 3 4
minimum 210 C sampai 230 C. Kecamatan Ujung 1. Kodingareng 2184 2254 4439
Tanah berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Kota 2. Barrang Caddi 1815 1952 3767
Makassar merupakan kawasan kota lama (BWK A) 3. Barrang Lompo 2.022 2187 4208
dan zona pengembangan pelabuhan terpadu. 4. Ujung Tanah 943 963 1905
5. Tamalabba 1931 1878 3809
6. Tabaringan 2652 2813 5466
Penduduk Kecamatan Ujung Tanah sampai dengan
7. Totaka 1684 1749 3433
Desember 2011 berjumlah 49.103 jiwa yang tersebar
8. Pattingalloang 2942 3099 6040
pada 12 kelurahan dengan rincian laki-laki 24.185 9. Gusung 1712 1731 3443
jiwa dan perempuan 24.918 jiwa, dengan tingkat 10. Pattingalloang Baru 1404 1377 2780
kepadatan penduduk sebesar 8,266 jiwa/km. Lebih 11. Cambaberua 2147 2063 4210
Jelas dapat dilihat pada Tabel 5. Secara administratif 12. Cambaya 3027 3143 6170
Kelurahan Gusung berada di Kecamatan Ujung Kecamatan 24.185 24.918 49.103
Tanah, Kota Makassar. Kondisi geografis Kelurahan Sumber: Data Monografi Kecamatan Tahun 2011 (Statistik
Gusung merupakan daerah dataran terletak di Kota Makassar)
ketinggian 0–4 m diatas permukaan laut. Luas
wilayah Kelurahan Gusung 0,18 km2 (24,50 ha/ Jumlah penduduk pada tahun 2010 sebesar 49.103
m2), persentase luas daerah kelurahan terhadap luas jiwa dengan jumlah rumah tangga 11.331 jiwa maka
kecamatan yaitu 3,81%. Batas wilayah Kelurahan untuk 5 tahun terakhir (2005 - 2010) tingkat rata-rata
Gusung adalah sebagai berikut : pertumbuhan penduduk Kecamatan Ujung Tanah

Gambar 3 Peta Wilayah Kecamatan Ujung Tanah

Pengaruh Pelabuhan Paotere... (Hadidjah Sultan, Djasmihul Ashary) 37


tercatat 3,86%. Jumlah tersebut lebih besar 0,8% dari potensial dengan berbagai profesi sebagai pegawai
rata-rata pertumbuhan penduduk di Kota Makassar negeri maupun pegawai swasta wirausaha yang
yang tercatat sebesar 1,65% pada periode tahun 2006 bergerak dalam bidang perdagangan hasil bumi
– 2011 (Kota Makassar Dalam Angka, 2010). Angka- dan hasil laut. Selain itu sumber hasil alam juga
angka ini pada tahun mendatang akan semakin besar sangat melimpah terutama hasil laut, hal tersebut
jumlahnya seiring dengan tingginya laju migrasi yang disebabkan wilayah Gusung merupakan wilayah
terjadi didaerah ini. Pertumbuhan yang sangat pesat yang berada di kawasan pesisir.
akibat arus urbanisasi maka lahan yang akan jadikan
sebagai area permukiman, akan semakin sulit. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Rencana
Dengan semakin sulitnya area permukiman maka Tata Ruang Kota Makassar
akan mempercepat timbulnya permukiman kumuh. Sejalan dengan perkembangan Kota Makassar
kegiatan ekonomi juga semakin pesat, ini ditandai
Tabel 6 Jumlah Lingkungan dan RT dengan meningkatnya jumlah perusahaan
di Kelurahan Gusung perdagangan yang sekarang telah mencapai 14.584
No Lingkungan Jumlah RT unit usaha yang terdiri dari 1.460 perdagangan
1 RW. 01 5 besar, 5.550 perdagangan menengah dan 7.574
perdagangan kecil. Kemudian terdapat 21 industri
2 RW. 02 5
besar dan 40 industri sedang yang terkonsentrasi di
3 RW. 03 5 Kecamatan Biringkanaya dan konsentrasi industri
Jumlah 15 besar kedua terdapat di Kecamatan Tamalanrea dan
Sumber Monografi Kelurahan Gusung Tahun 2011 Kecamatan Panakkukang masing-masing 5 unit.
Sementara itu kawasan perdagangan utama Kota
Jumlah keseluruhan penduduk Kelurahan Gusung Makassar terdapat di Pasar Sentral (Makassar Mall)
sebanyak 3.443 jiwa dengan 1.712 jiwa laki-laki dan sebagai pusat dan wilayah Panakkukang dan Daya
1.731 jiwa perempuan serta jumlah kepala keluarga sebagai sub pusat pelayanan. Selain itu terdapat
sebanyak 729 (BPS Kota Makassar Tahun 2011). 2 mall (Mall Ratu Indah dan Latanete Plaza) dan
Kepadatan penduduk per km2 adalah sebesar 4.216 kawasan perdagangan Somba Opu, sedangkan JI.
jiwa. Persentase penduduk Kelurahan Gusung Jend. Sudirman, dan Jl. Dr. Ratulangi cenderung
adalah 3,81% dari jumlah penduduk Kecamatan untuk berubah menjadi kawasan perdagangan.
Ujung Tanah. Dalam hal ini, Kota Makassar mempunyai visi
dan misi ”Mewujudkan Makassar sebagai Kota
Tabel 7 Jumlah KK per RW Maritim, Niaga, Pendidikan, Budaya, dan Jasa yang
Kepala Keluarga Penduduk Berorientasi Global, Berwawasan".
No Lingkungan
(KK) (Jiwa)
1 Lingkungan RW 01 221 KK 1.134 Pola Permukiman
2 Lingkungan RW 02 176 KK 811 Pola permukiman di Kelurahan Gusung hampir
3 Lingkungan RW 03 332 KK 1.498 sama dengan kelurahan-kelurahan lainnya di
JUMLAH 729 KK 3.443 Jiwa Kecamatan Ujung Tanah, di dominasi oleh luas
Sumber : Monografi Kelurahan Gusung Tahun 2011. penggunaan lahan permukiman sebesar 13 ha/
m2. Permukiman masyarakat terdiri atas kelompok
Dengan jumlah penduduk yang cukup besar, maka rumah yang letaknya berdekatan satu sama lainnya.
tingkat kepadatan penduduk cukup tinggi dimana Secara umum gambaran pola permukiman di
tingkat kepadatan rata-rata permeter 4.216 jiwa kawasan tersebut merupakan kampung dimana
sehingga ruang aktivitas menjadi terbatas, terlepas antara rumah dengan rumah yang lainnya saling
dari itu penggunaan lahan permukiman yang sangat berdekatan dan merupakan rumpun keluarga yang
terbatas, maka harga jual lahan permukiman sangat sangat dekat.
mahal dan menyebabkan tumbuhnya permukiman-
permukiman liar di daerah tersebut. Dalam mendirikan tempat tinggal hampir
semua berbentuk ruko. Hal ini di sebabkan oleh
Sumber daya manusia, maupun sumber daya alam masyarakat yang berada di sekitar Pelabuhan Paotere
yang terdapat di wilayah Kelurahan Gusung sangat mempunyai aktivitas sebagai pedagang dimana usaha

38 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


mereka terkait dengan aktivitas dari pelabuhan Tabel 8 Jumlah Rumah di Kelurahan Gusung
untuk menunjang perekonomian dan kehidupan Menurut Jumlah Lingkungan
masyarakat. Rumah Jumlah
Persentase
No. Lingkungan Tangga Rumah
(%)
Sementara itu pola arsitektur pada rumah atau (KK) (unit)
tempat tinggal masyarakat masih mengadopsi 1 Lingkungan RW I 221 KK 283 31,54
pola tradisional dan modern dimana masih 2 Lingkungan RW II 176 KK 187 18,83
menampakkan ciri khas dari Bugis Makassar. Hal 3 Lingkungan RW III 332 KK 199 49,63
tersebut terlihat dari bentuk atap yang berbentuk JUMLAH 729 KK 669 100,00
pelana kuda serta perisai dengan material bahan Sumber : Monografi Kelurahan Gusung Tahun 2011
bangunan lokal berupa kayu dan material logam
seperti seng atau spandek sebagai bahan penutup Dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa
atap. Adapun bahan dinding masih menggunakan jumlah rumah tangga dan jumlah unit rumah
batu bata dan kayu. terbanyak di Lingkungan RW III dan RW I dengan
jumlah masing-masing 332 (49,63%) dan 211 unit
Kondisi Lingkungan (31,54%) sedangkan yang terkecil unit permukiman
Pada dasarnya kondisi lingkungan di kawasan yaitu lingkungan RW II sebanyak 187 unit rumah
permukiman yang berada disekitar Pelabuhan atau 18,83%. Banyaknya rumah di dua lingkungan
Paotere adalah jenis pola permukiman yang sifatnya tersebut di atas menyebabkan terjadi kepadatan
berbentuk memanjang atau linier mengikuti bangunan yang tidak sesuai dengan prasarana yang
jalan. Semakin berkembangnya zaman memicu tersedia
pembangunan jalan raya yang digunakan sebagai
sarana transportasi yang cepat dan mudah. Jalan Sarana dan Prasarana
raya biasanya akan ramai dilalui oleh banyak Mendukung aktivitas masyarakat merupakan peran
orang. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap penting dalam meningkatkan perekonomian bagi
pertumbuhan ekonomi penduduk. Dengan begitu masyarakat yang berada di sekitar Pelabuhan Paotere.
banyak juga warga yang membangun rumah di Sarana jalan merupakan hal yang terpenting dalam
sepanjang jalan. Pola pemukiman seperti ini dapat mendistribusikan produk dan jasa yang dikelola oleh
dilihat hampir di seluruh wilayah Indonesia. masyarakat. Dari hasil pengamatan lapangan yang
Kondisi tersebut akan maka mempengaruhi berada di sekitar Pelabuhan Paotere hampir semua
perkembangan permukiman yang ada di sekitar sarana dan prasarana yang ada di sekitar pelabuhan
Pelabuhan Paotere. Hal ini dapat dilihat dari cukup memadai.
semakin bertambahnya jumlah penduduk dari
tahun ke tahun serta semakin sulitnya lahan untuk Jalan
mendirikan rumah dan bangunan. Kondisi seperti Kondisi jalan di kawasan permukiman yang berada di
ini akan memicu tumbuhnya permukiman liar atau sekitar Pelabuhan Paotere, untuk jalan utama dengan
kumuh. Jumlah dan banyaknya rumah berdasarkan lebar 4 meter sampai 8 meter dengan material beton,
pada lingkungan di Kelurahan Gusung disajikan aspal sedangkan jalan penghubung antar rumah juga
dalam tabel berikut ini : terdapat jalan dengan lebar 2 meter sampai dengan
3 meter menggunakan beton dan paving block.

Tabel 9 Ketersediaan Infrastruktur Jalan Tahun 2007 sampai dengan 2017


Perkembangan Tingkat Tahun 2007 Tahun 2011
No Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Ketersediaan Infrastruktur Jalan
(f) (%) (f) (%)
1 Jalan Lingkungan 312.4 41.45 423.58 44.91
2 Jalan Setapak 441.23 58.55 519.63 55.09
Jumlah 753.63 100.00 943.21 100.00

Pengaruh Pelabuhan Paotere... (Hadidjah Sultan, Djasmihul Ashary) 39


Gambar 4 Peta Administrasi Kecamatan Gambar 5 Kondisi Eksisting

Tabel 10 Jaringan Jalan setiap kali hujan. Hal ini juga di perparah oleh
Jaringan Jalan drainase Pelabuhan Paotere yang tidak memiliki
a. Jalan Kota – Panjang jalan/ – Panjang jalan sistem drainase sehingga ketika hujan lebat sering
jumlah penduduk 0,6 km/1.000 kali terjadi banjir. Kondisi ini menimbulkan
– Kecepatan rata- penduduk dampak yang kurang baik bagi kesehatan dan cukup
rata (waktu – Ratio luas jalan mengganggu kelancaran aktivitas warga, meskipun
tempuh) 5% dari ruas
belum dapat dikategorikan sebagai bencana.
– Luas jalan/luas wilayah
kota
Panjang saluran drainase di wilayah Kelurahan
b. Jalan – Ratio panjang – Panjang 40-60
Lingkungan jalan dengan luas m/ha dengan Gusung adalah 1.054m. Wilayah RW 01 dan RW
wilayah lebar 2-5 m 02 memiliki jaringan drainase kota yang agak lebar,
c. Jalan Setapak – Ratio panjang – Panjang 50-100 tetapi di wilayah RW 03 sebagian drainasenya sempit.
jalan dengan luas m/ha dengan a. Panjang saluran drainase di wilayah RW 01 adalah
wilayah lebar 0,8-2 714m, lebar saluran drainase antara 20cm – 35cm.
Sumber data : Hasil Analisis Survei b. Panjang saluran drainase di wilayah RW 02 adalah
131,85m, lebar saluran drainase antara 25cm
Tabel 11 Tingkat Ketersediaan Infrastruktur Jalan sampai dengan 1m.
c. Panjang saluran drainase di wilayah RW 03 adalah
105m, lebar saluran drainase antara 40cm sampai
dengan 1m.

Sistem Sanitasi Lingkungan


Salah satu indikator penilaian rumah tinggal bersih
dan sehat adalah kepemilikan sistem sanitasi internal
yang ada di dalam setiap lingkungan/kavling rumah.
Karena sistem sanitasi yang buruk akan membawa
Drainase dampak negatif terhadap lingkungan yang lebih
Drainase merupakan sarana standar dalam suatu luas. Sistem sanitasi yang dimaksud meliputi
permukiman. Drainase berfungsi sebagai saluran ketersediaan jamban internal/jamban keluarga,
untuk air dan limbah yang di hasilkan oleh rumah saluran pembuangan limbah cair dan padat dari
tangga. Akibat pesatnya perkembangan dan jumlah rumah tinggal, ketersediaan septic tank dan SPAL
penduduk yang semakin padat menyebabkan hasil produksi limbah rumah tangga atau bangunan
terjadinya penyempitan drainase. Drainase primer publik. Selain limbah pembuangan dari jamban,
yang ada (drainase kota) mengalami sedimentasi limbah hasil rumah tinggal yang lain adalah sampah.
akibat pembuangan sampah liar oleh warga. Kawasan Ketersediaan sarana dan prasarana pembuangan
sangat rawan dan menjadi sasaran genangan air sampah pada setiap unit bangunan dan lingkungan

40 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


memberikan andil besar terhadap penilaian 4. Penerangan
kebersihan dan kesehatan lingkungan. Perkembangan permukiman semakin lama
semakin berkembang akibat pertumbuhan jumlah
1. Limbah Cair dan Limbah Padat penduduk menyebabkan area permukiman
Sistem pembuangan limbah cair maupun limbah semakin padat sehingga tingkat kriminalitas di
padat di lokasi penelitian masih belum memenuhi wilayah tersebut semakin tinggi, misalkan tingkat
persyaratan dalam hal penyediaan prasarana dan pencurian, sehingga masyarakat dan pemerintah
sarana seperti pembuangan limbah cair yang menuju mengambil langkah dengan melakukan
ke riol kota maupun pembuangan limbah padat pemasangan lampu jalan disekitar wilayah
menuju ke septic tank. tersebut terutama daerah-daerah rawan dengan
2. MCK Umum kriminalitas.
Kondisi sanitasi masyarakat belum memenuhi 5. Sarana Air Bersih
kelayakan. Pada umumnya warga masyarakat belum Sarana air bersih di wilayah permukiman sudah
memiliki sarana dan prasarana MCK. MCK dan septic tersedia diseluruh rumah. Ini bersumber dari
tank hanyalah milik kaum berduit saja, sedangkan pemerintah kota melalui PDAM yang di siapkan
bagi kalangan menengah ke bawah, meskipun oleh perusahaan daerah dan sebagian juga
ada yang memiliki MCK tetapi kondisinya belum menggunakan sumur bor atau sumur dalam yang
memadai dengan konstruksi bangunan yang sangat di gunakan untuk kebutuhan sehari-hari untuk
sederhana. Namun sebagian warga beranggapan mandi dan cuci. Sementara itu untuk kebutuhan
bahwa sarana MCK belum menjadi kebutuhan minum di gunakan air galon atau air isi ulang,
pokok bagi mereka karena masih banyaknya lahan atau air mineral yang di siapkan oleh pedagang air
terbuka yang dimanfaatkan sebagai tempat buang minum.
air besar dengan sistem gali lubang dan WC terbang
(dibuang ke pantai). Analisis Perkembangan Kawasan dan Permukiman
3. Persampahan Wilayah Penelitian
Masyarakat di Kelurahan Gusung umumnya masih Pembahasan dari analisis perkembangan kawasan
membuang sampah di sembarang tempat atau dan permukiman ini adalah untuk mengetahui
dengan cara dikumpulkan di lahan kosong lalu perkembangan kawasan tersebut berdasarkan
dibakar. Selain itu, sebagian warga yang bermukim analisis kemampuan daya dukung fisik dan non
di sekitar pelabuhan menjadikannya sebagai tempat fisik lingkungan serta keterkaitannya dengan
pembuangan sampah. Persoalan persampahan tingkat ketersediaan prasarana dan sarana kegiatan
di lokasi penelitian sangat jorok dan kumuh, hal penduduknya. Identifikasi dan analisis fisik dan
ini disebabkan karena tidak adanya prasarana non fisik kawasan adalah secara transek, dan analisis
persampahan yang disediakan dan kurangnya data perkembangan penduduk serta aspek prasarana
kesadaran masyarakat terhadap masalah sampah. berdasarkan pada periodesasi waktu.

Perkembangan Sosial Kependudukan


Analisis sosial-penduduk ini membahas tentang
tingkat pertumbuhan, jumlah keluarga, kegiatan
sosial penduduk, tradisi-budaya lokal dan
perkembangan kultural-tradisional, sebagai berikut :

Penduduk Kelurahan Gusung pada tahun 2010


adalah 3.443 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki
1.546 jiwa dan perempuan 1.897 jiwa. Pada tahun
2009 tercatat 4.014 jiwa dan pada tahun 2008 jumlah
adalah 3.913 jiwa. Dengan pertumbuhan penduduk
sebesar 0.02 pertahun maka dapat diproyeksi jumlah
penduduk Kelurahan Gusung hingga tahun 2015
Gambar 6 Peta Administrasi Kecamatan sebagai berikut : Untuk proyeksi 5 tahun yang akan
datang, maka jumlah populasi penduduk Kelurahan

Pengaruh Pelabuhan Paotere... (Hadidjah Sultan, Djasmihul Ashary) 41


Gusung dihitung dengan menggunakan metode kenaikan selama 5 tahun. Hal tersebut dilihat dari
Arithmetic : Tabel 13 jumlah penduduk pada tahun 2010 sampai
dengan tahun 2020.
Pt = P0 x (t-0) . P
Dimana Berdasarkan analisis data diatas bahwa
Pt = Jumlah penduduk yang diproyeksikan perkembangan jumlah penduduk di kawasan
P0 = Jumlah penduduk yang akan diproyeksikan Pelabuhan Paotere dari tahun 2010 sampai dengan
(terakhir) 2020 mengalami peningkatan. Maka secara otomatis
t-0 = Selisih antara tahun proyeksi dengan tahun jumlah kawasan akan hunian semakin bertambah.
dasar Bertambahnya hunian tersebut maka kawasan untuk
P = Kenaikan rata-rata jumlah penduduk pertahun lahan permukiman semakin sulit dan tidak teratur.
Dengan kondisi tersebut maka tingkat permukiman
Maka jumlah populasi penduduk prediksi tahun kumuh akan terjadi diakibatkan oleh para pekerja
2011-2015 dengan kenaikan rata-rata tiap 5 (lima) yang bekerja di sekitar Pelabuhan Paotere atau yang
tahunnya adalah sebagai berikut jika diketahui : berusaha dalam bidang perdagangan maupun jasa.
1. Pt = 3.443 x (5 x 0,02)
Pt = 3.443 x 0,1 Berdasarkan hal tersebut diatas tingkat
Pt = 344,3 perkembangan permukiman sangat jelas mengalami
Jadi, untuk 2010-2015 adalah 3.443 + 344, peningkatan. Hal itu terlihat dari jumlah penduduk
= 3.787,30 jiwa yang setiap tahun mengalami peningkatan dan
2. Pt = 3.787,30 x (5 x 0,02) sangat dipengaruhi dari Pelabuhan Paotere yang
Pt = 3.787,30 x 0,1 mempunyai aktifitas bongkar muat atau jasa.
Pt = 378,73
Jadi, untuk 2015-2020 adalah 3.787,30 + 378,73
= 4.166, 03 jiwa UCAPAN TERIMA KASIH

Jadi, kenaikan rata-rata jumlah penduduk Kelurahan Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada tim
Gusung adalah 4.166,03 jiwa. PWK 45 yang telah memberikan support sehingga
dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Tabel 12 Pertumbuhan Penduduk
Tahun 2010 Tahun 2015 Tahun 2020
3.443 jiwa 3.787,30 jiwa 4.166,03 jiwa DAFTAR PUSTAKA
Sumber : Data diolah (2012)
Badan Standar Nasional. 2004. SNI 03-6981-
Tabel 13 Grafik Tingkat Perkembangan Sosial 2004. Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Kependudukan Permukiman Sederhana Tidak Bersusun di
Daerah Perkotaan. Jakarta.
BPS. 2010. Makassar Dalam Angka. Pemerintah
Kota Makassar.
BPS. 2010. Kecamatan Ujung Tanah Dalam Angka.
Makassar.
Budiharjo, E. 1997. "Masalah Permukiman Kota".
Bandung: Penerbit Alumni.
Daldjoeni, N. 1996. "Geografi Kota dan Desa".
Bandung: Alumni.
Kirmanto, D. 2002. "Kebijakan dan Strategi Nasional
Perumahan dan Permukiman. Makalah disajikan
Hasil perhitungan tersebut dapat digunakan untuk dalam Kuliah Kedinasan Program Magister
menentukan estimasi pemenuhan prasarana dasar Pusditek Kimpraswil". Bandung: Direktorat
lingkungan yang terdapat di lokasi penelitian. Jenderal Perumahan dan Permukiman.
Dimana posisi jumlah penduduk mengalami Kadoatie dan Sugiono. 2003. "Statistika untuk

42 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


Penelitian". Bandung: Alfabeta. Sinulingga, B. 1999. “Pembangunan Kota Tinjauan
Monografi Kelurahan Gusung Tahun 2011. Regional dan Lokal”. Jakarta: Pustaka Sinar
Monografi Kecamatan Ujung Tanah 2010. Harapan.
Lynch, Kevin. 1981. A Theory of Good City Form. Sugandhi. 2002. "Pembangunan Kota Tinjauan
Cambridge. Massachusetts. Regional dan Lokal". Jakarta: Pustaka Sinar
Lynch, Kevin. 1959. The Image of the Environment. Harapan.
MIT. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kualitatif dan
Lang B. 1997. A Guide Statistical Methode for Kuantitatif. Bandung. Penerbit Alfabeta.
Problem Evaluation, Scoot Foreman and Suharsimi. 1997. Analisis statistik deskriptif.
Company, Blenniew Illions. London. England. Syafar Madjid, Moh. 2010. “Studi Ketersediaan
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman. Prasarana Permukiman Kumuh di Kelurahan
2007. "Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur Buloa Kecamatan Tallo”. Kota Makassar.
dalam Penelitian". Bandung: Penerbit Pustaka Tesis tidak diterbitkan. PWK Universitas “45”
Setia. Makassar.
Saut Gurning, R.O. dan Budiyanto, E.H. 2007. Undang-undang RI No. 4 Tahun 1992. Tentang
"Manajemen Bisnis Pelabuhan". Penerbit APE "Perumahan dan Permukiman”.
Publishing.
Sir Francis Galton. 2007. "Analisis Korelasi, Regresi,
dan Jalur dalam Penelitian". Bandung: Penerbit
Pustaka Setia. (online) suharto.blogspot.
com./2009/01/pengertian–regresi korelasi.
Diakses 19 Desember 2011.

Pengaruh Pelabuhan Paotere... (Hadidjah Sultan, Djasmihul Ashary) 43


KARAKTERISTIK PERMUKIMAN MASYARAKAT TRADISIONAL
DI KEPULAUAN TANIMBAR KEI MALUKU
Characteristics of Traditional Community Settlements in Tanimbar Kei Island Maluku

Djasmihul Ashary
Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan Sulawesi III, Direktorat Jenderal Perumahan
Jalan Penjernihan Raya No. 22 Panaikang Makassar
Surel: achdjassry@gmail.com

Abstrak

Provinsi Maluku, di mana daerah-daerahnya masih banyak terdapat masyarakat hukum adat, terdapat kearifan lokal budaya
yang sangat kental dalam pengelolaan sumber daya alamnya terutama yang berbasis lingkungan. Budaya sasi yang masih
terpelihara sampai dengan saat ini adalah salah satu wujud nyata pengelolaan sumberdaya alam berbasis lingkungan. Perilaku-
perilaku masyarakat masih memelihara adat yang sampai dengan saat ini pun masih terpelihara. Rumah Tradisional Maluku
memiliki ciri khas yang unik. Rumah merupakan salah satu bagian dari kebudayaan fisik masyarakat Indonesia. Pembangunan
rumah tradisional tidak bisa dilepaskan dari ketersediaan bahan bangunan lokal. Oleh karena itu bahan bangunan dan
bentuk rumah tradisional berbeda dari satu wilayah ke wilayah lain. Walaupun berbeda teknologi pembangunan rumah
tradisional itu pada prinsipnya dibangun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang arif dan bijaksana. Sayangnya banyak
rumah telah rusak dan hilang tapak serta bentuknya, namun juga mengandung harapan bahwa bentuk masa lalu dapat
diadopsi untuk dihadirkan pada masa kini dengan reinterpretasi baru. Secara arsitektural, Rahan Teli memiliki keunikan
dari segi firmitas, dimana dengan sistem konstruksi kayu konvensional bangunan ini dapat bertahan hingga puluhan, bahkan
ratusan tahun. Bentuk bangunan rumah tradisional Maluku, baik di rumah Rahan Teli maupun Rumah Pusaka di Buano,
terbagi atas 3 bagian dengan kosmologi kaki, badan, dan kepala, yaitu bagian bawah (struktur bawah/panggung pada Rahan
Teli dan umpak pada rumah landed Buano), bagian tengah (Rahan Ralan pada Rahan Teli sebagai ruang kegiatan utama),
dan bagian atas (loteng sebagai ruang penyimpanan benda suci dan perkakas, serta atap). Sementara itu, Rahan Teli memiliki
pola ruang baku yang sangat dipengaruhi oleh adat dan budaya setempat.

Kata Kunci: Karakteristik permukiman, Rahan Teli, budaya, masyarakat tradisional, kearifan lokal

Abstract

Maluku Province, where there are still many customary law communities, has very strong local cultural wisdom in the
management of its natural resources, especially those based on the environment. The sasi culture, which is still maintained
today, is a concrete manifestation of environmentally based natural resource management. Community behavior still maintains
traditional customs which are still maintained to this day. Maluku Traditional Houses have unique characteristics. The house
is one part of the physical culture of Indonesian society. The construction of their traditional houses cannot be separated from
the availability of local building materials. Therefore, building materials and traditional house shapes differ from one region to
another. Even though the technology for building traditional houses is different, in principle they are built based on wise and
wise considerations. Unfortunately, many houses have been damaged and lost their location and shape, but it also contains
hope that the forms of the past can be adopted to be presented in the present with new reinterpretations. Architecturally,
Rahan Teli is unique in terms of firmness, where with a conventional wooden construction system this building can last for
tens, even hundreds of years. The form of a traditional Maluku house building, both in the Rahan Teli house and the Pusaka
House in Buano, is divided into 3 parts with the cosmology of legs, body and head, namely the lower part (bottom structure/
stage in Rahan Teli and umpak in the Buano landed house), part middle (Rahan Ralan on Rahan Teli as the main activity
room), and the top (attic as a storage room for sacred objects and utensils, as well as the roof). Meanwhile, Rahan Teli has a
standard spatial pattern that is strongly influenced by local customs and culture.

Keyword: Settlement characteristics, Rahan Teli, culuture, traditional society, local wisdom

44 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


Indonesia termasuk salah satu negara yang lokal budaya yang sangat kental dalam pengelolaan
mempunyai keragaman etnis terbesar di dunia, sumber daya alamnya terutama yang berbasis
dengan 931 suku bangsa, 600 bahasa daerah, lingkungan. Budaya sasi, yang masih terpelihara
dan kekayaan jenis-jenis budaya lainnya. Dengan sampai dengan saat ini adalah salah satu wujud nyata
17.508 pulau dan perairan lautnya sekitar 3,1 juta pengelolaan sumber daya alam berbasis lingkungan.
km² atau 62% dari luas teritorialnya. Pemukiman Selain itu perilaku-perilaku masyarakat adat yang
berbagai kelompok budaya ini berada di sepanjang masih terpelihara sampai dengan saat ini pun masih
garis pantai, sungai, dataran rendah, berbukit, dan nampak.
bergunung. Pola dan bentuk rumah sangat bervariasi
dilihat dari bahan bangunan, sistem struktur, dan Rumah tradisional merupakan salah satu bagian
arsitektur yang tak ternilai harganya. rekam sejarah dari sebuah kebudayaan. Teknologi
membangun yang mengandung filosofi dan kearifan
Rumah merupakan salah satu bagian dari kebudayaan lokal menjadi keunikan tersendiri untuk dipelajari
fisik masyarakat Indonesia. Pembangunan rumah bagi masa kini dan masa depan. Penelusuran dan
tradisional tidak bisa dilepaskan dari ketersediaan identifikasi dilakukan pada rumah tradisional
bahan lokal. Oleh karena itu bahan bangunan dan yang ada di Maluku untuk melengkapi basis data
bentuk rumah tradisional berbeda dari satu wilayah arsitektur nusantara sekaligus mengetahui keadaan
ke wilayah lain. Walaupun berbeda teknologi permukimannya sebagai bagian yang tidak terpisah
pembangunan rumah-rumah tradisional itu pada kan dari rumah tersebut. Oleh karena itu penelitian
prinsipnya dibangun berdasarkan pertimbangan- ini menekankan pada bagaimana keadaan
pertimbangan yang arif dan bijaksana. Sayangnya permukiman yang ada di sekitar rumah tradisional
banyak rumah-rumah telah rusak dan hilang tapak Maluku dan bagaimana fungsi, konstruksi, dan
serta bentuknya, namun juga mengandung harapan bentuk arsitektur rumah tradisional di Maluku.
bahwa bentuk masa lalu dapat diadopsi untuk
dihadirkan pada masa kini dengan reinterpretasi baru.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi METODE
teknologi rumah tradisional dan kearifan lokal di
Provinsi Maluku. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
dan kualitatif (mixed-methods). Metode kuantitatif
Nilai kearifan lokal ini memberikan nuansa dilakukan dengan pengukuran pola ruang,
khas dan spesifik pada setiap keberadaan rumah volume, dan luas bangunan serta sistem struktur
tradisional. Dalam pengertian kamus, kearifan lokal bangunan sedangkan pengumpulan data kualitatif
(local wisdom) terdiri dari dua kata : kearifan (wisdom) dilakukan dengan wawancara mendalam dan
dan lokal (local). Dalam kamus Inggris Indonesia observasi langsung. Hasil identifikasi berupa basis
John M. Echols dan Hassan Syadily, local berarti data yang disampaikan dengan metode deskriptif,
setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan memberikan rincian secara runut dari setiap data
kebijaksanaan. Kearifan lokal itu terdapat dalam yang diperoleh.
masyarakat, komunitas, dan individu. Dengan
demikian kearifan lokal merupakan pandangan Metode pengumpulan data primer merupakan
dan pengetahuan tradisional yang menjadi acuan proses penelitian di lapangan dilakukan dengan cara
dalam berperilaku dan telah dipraktikkan secara melakukan wawancara langsung kepada responden
turun-temurun untuk memenuhi kebutuhan dan dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner)
tantangan dalam kehidupan suatu masyarakat. yang telah tersusun secara sistematis. Selain itu
Kearifan lokal berfungsi dan bermakna dalam teknik analisis data yang digunakan adalah teknik
masyarakat baik dalam pelestarian sumber daya alam analisis deskriptif, eksploratif, dengan menggunakan
dan manusia, adat dan budaya, serta bermanfaat penafsiran, perbandingan dan interpretasi. Prinsip
untuk kehidupan. metode analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu mendiskripsikan karakteristik
Secara khusus bagian Indonesia Timur, di Provinsi dan pola tatanan rumah tinggal dan permukiman di
Maluku, di mana daerah-daerahnya masih banyak Tanimbar Kei dan Buano Utara.
terdapat masyarakat hukum adat, terdapat kearifan

Karakteristik Permukiman Masyarakat Tradisional... (Djasmihul Ashary) 45


HASIL DAN PEMBAHASAN

Rumah Tradisional Suku Kei di Kecamatan Kei


Kecil (Kampung Bawah)
Berdasarkan informasi yang diperoleh, Kepulauan
Tanimbar Kei merupakan salah satu permukiman
yang mendiami 2 kampung (desa), yaitu kampung
atas dan kampung bawah, dimana masing-masing
kampung mempunyai pola permukiman yang
berbeda. Untuk menuju kampung atas harus
menggunakan tangga dengan kondisi berbatu.
Pada kampung atas masih sangat tradisional
dimana semua bentuk rumah mayoritas masih
tradisional baik bentuk rumah, bahan bangunan
yang digunakan masih banyak bersumber dari alam.
Bentuk atau pola bermukim masih berkelompok,
sedangkan pada bagian kampung bawah pola
bermukim berbentuk linier mengikuti pesisir pantai
serta jalan yang menelusuri kampung, sementara
bentuk rumahnya pun sudah menggunakan bahan
bangunan yang modern seperti batu bata untuk
dinding dan seng sebagai atap rumah.

Untuk melakukan inventarisasi dan identifikasi Gambar 1 Tampak Depan Rahan Teli
secara lebih mendalam, maka dipilih salah satu rumah
di kampung atas sebagai sampel yang diobservasi,
yaitu Rumah “Rahan Teli”. Rahan artinya rumah,
dan Teli artinya tua/adat. Rahan Teli artinya Rumah
Tua Adat. Rahan Teli adalah rumah tertua dari 24
rahan yang ada di Kecamatan Kei Kecil Kabupaten
Maluku Tenggara. Masyarakat setempat meyakini
bahwa Rahan Teli ini telah berusia 600 tahun lebih.
Keistimewaan dari rumah ini karena mempunyai
berbagai fungsi antara lain sebagai rumah tinggal,
sebagai rumah musyawarah antar kaum adat, sebagai
rumah ibadah yang didalamnya tersimpan berbagai
benda-benda upacara disatu pihak, sedangkan di lain
pihak adanya suram-suram yang berisi gotong yang
disimpan di loteng. Dengan kata lain, Rahan Teli
ini juga difungsikan sebagai lumbung keluarga adat
setempat.

Bentuk Bangunan
Tipologi bangunan berbentuk empat persegi panjang
dengan pembagian struktur bawah (kaki) berupa
kolom (lir tanat), tengah (badan) berupa dinding
(favean), dan atas (kepala) berupa atap (rafat), karena
bangunan ini secara keseluruhan dibangun di atas
tiang. Kedudukan bentuk dari atap teritis letaknya
rendah dengan tanah. Gambar 2 Tampak Samping Kanan Rahan Teli

46 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


Dinding Rahan Teli menggunakan papan kayu yang
dipasang/disusun melintang vertikal dan horizontal.
Hasil survei menunjukkan bahwa tidak ada dinding
yang dilapisi oleh cat. Rahan Teli juga memiliki
banyak jendela, dinding samping kanan terdapat 2
(dua) jendela, dinding samping kiri terdapat 3 (tiga)
jendela, bagian depan dan belakang masing-masing
memiliki 1 (satu) jendela. Ukuran dan model jendela
bervariasi dan tidak menggunakan kaca. Atap Rahan
Teli berbentuk segitiga sama kaki yang lancip.

Gambar 3 Tampak Samping Kiri Rahan Teli

Untuk menuju ke bangunan induk, terdapat tangga


yang harus dilewati di serambi depan bagian kiri dan Gambar 5 Bentuk Atap Rahan Teli
kanan, selain itu pula terdapat tangga dari serambi
ke bangunan induk yang letaknya ditengah-tengah
dan bagian kanan serambi, dimana jumlahnya hanya
3 (tiga) anak tangga. Menurut keterangan, jumlah
anak tangga hanya menyesuaikan dengan tinggi
bangunan, tidak mengandung suatu makna apapun.

Gambar 6 Ilustrasi Bentuk Rahan Teli

Kondisi Fisik Bangunan


Kondisi bangunan Rahan Teli yang diobservasi pada
umumnya masih layak untuk dihuni. Namun terlihat
pada beberapa bagian bangunan rumah sudah
mulai rusak, akibat termakan usia dan kurangnya
perawatan/pemeliharaan. Kerusakan banyak terjadi
antara lain pada kayu atau papan yang mulai lapuk,
lantai yang menggunakan bilah bambu, rangka
atap dengan anak tangga yang sudah berkurang
Gambar 4 Posisi Tangga Rahan Teli jumlahnya.

Karakteristik Permukiman Masyarakat Tradisional... (Djasmihul Ashary) 47


penopang ini dibenamkan ke dalam tanah di alas
batu karang. Balak-balak merupakan kayu besi yang
dibuat dalam bentuk empat persegi panjang dengan
ketebalan 25cm sampai dengan 30cm.

Gambar 7 Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada


Rahan Teli

Struktur Bangunan
Struktur pembentuk dari Rahan Teli menggunakan
kayu dan papan sebagai bahannya. Bagian bawah
bangunan terdiri dari tiang penopang. Tiang-tiang Gambar 8 Struktur Bawah Rahan Teli
penopang berupa kayu berbentuk segi empat,
kadang juga bentuknya bulat dan semua permukaan Bagian bawah bangunan/kolong bangunan (kavovan),
kayu bersih dari kulit kayu. Perbedaan ketinggian pada umumnya tidak difungsikan untuk sesuatu
tiang terletak pada lantai ruang induk yang memiliki maksud, namun kadang-kadang pada beberapa
tiang lebih tinggi dibandingkan dengan ruang rumah yang lain terdapat benda lela/meriam-meriam
serambi depan dan belakang yang memiliki tiang perunggu yang diletakkan dibawahnya. Menurut
penopang lebih rendah. Jumlah tiang yang memikul keterangan, lela-lela tersebut berupa harta kawin si
lantai ruang induk ada 8 (delapan) buah, dengan pemilik rumah.
tambahan 4 (empat) buah tiang ruang depan dan
4 (empat) buah tiang ruang belakang. Suatu hal Bagian tengah bangunan/badan bangunan (Rahan
yang membedakan arsitektur bangunan diatas tiang Ralan) terdiri dari lantai papan yang diatur secara
daerah Maluku Tenggara dengan daerah Maluku berjajar menurut panjang bangunan. Bagian badan
Tengah adalah tiang-tiang induk tidak dipancangkan rumah yang membentuk ruang induk dibatasi
langsung dari tanah ke atas, tetapi dipasang diatas oleh dinding yang dibuat dari papan dan gaba-gaba
balak-balak (balok). Pada beberapa bangunan yang yang diatur secara vertikal. Ruang bagian depan
ruang induknya lebih lebar/besar ditambah tiang umumnya terbuka, terdiri dari tiang tanpa dinding
penopang balok tengah. Balak-balak pemikul lantai dan difungsikan sebagai ruang sosial. Suatu hal
terdiri dari balok bawah yang letaknya memanjang yang unik dari bangunan ini yakni pada serambi
menghubungkan ke-4 (empat) tiang dalam formasi 5 depan bahwa apabila seseorang berdiri menghadap
(lima) deretan dan balok atas yang diletakkan diatas ke depan, maka pandangan akan terhalang oleh
balok tiang dalam formasi melintang berfungsi bagian bawah atap serambi. Arti dari kecondongan
sebagai pengalas lantai papan. Umumnya tiang-tiang letak atap tersebut menurut informasi sebagai

48 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


penghalang gangguan dari luar atau dari pandangan rangka atap. Kaso-kaso (aha) diletakkan berjarak
orang lain ke dalam rumah secara langsung, ataupun 60cm disesuaikan dengan panjang atap. Atap
sebagai penghalang bertiupnya angin dari laut, umumnya digunakan atap rumbia dari daun sagu.
sebab kedudukan dari Rahan Teli di kampung atas, Susunan atap ini diatur dari bawah ke atas dengan
agak tinggi di atas karang. Bagian belakang ukuran jarak 15cm sampai dengan 20cm yang disebut lean
lantainya sama lebar dengan serambi (teras) bagian (toti).
depan dibatasi dinding dari papan dan gaba-gaba,
difungsikan sebagai dapur, ruang makan, dan ruang
tidur untuk anak-anak.

Gambar 10 Struktur Atap Rahan Teli


Sumber : Survei Lapangan, 2015

Gambar 9 Serambi dan Bangunan Induk Rahan Teli

Bagian atas bangunan terdiri dari konstruksi kap


yang hanya terdapat pada ruang induk. Konstruksi
kap memiliki 3 (tiga) tingkat balok melintang yang
di atasnya diatur papan untuk membentuk sebagian
bentuk loteng. Ketiga buah balok melintang
tersebut kemudian di buatkan kap oleh 2 (dua)
buah balok yang membentuk kaso induk condong
ke kiri dan ke kanan membentuk segitiga sama
kaki. Pemasangan dari kedua kaso induk tersebut Gambar 11 Pembagian Struktur Rahan Teli
diletakkan agak kedalam dari ketiga balok melintang
sehingga kelebihan dari ujung-ujung ketiga buah Organisasi dan Fungsi Ruang
balok melintang tersebut dapat diletakkan balok Organisasi ruang dalam pada bangunan Rahan Teli
memanjang yang berfungsi sebagai pengikat kaso dapat dilihat pada denah di bawah :

Karakteristik Permukiman Masyarakat Tradisional... (Djasmihul Ashary) 49


5. Rin Bali yang difungsikan sebagai ruang tidur
untuk keluarga terdekat atau ruang tidur yang di
gunakan bagi tamu .
6. Dapur atau Ho merupakan ruang untuk memasak
sekaligus sebagai ruang makan. Pada rumah
kepala adat, Ho ini telah ditambahkan bangunan
ke belakang berupa ruangan tambahan.
7. Ruangan konstruksi atau kap dibuat secara
bertingkat berupa loteng-loteng dengan berbagai
fungsi antara lain :
• Aralan mur bagian belakang merupakan loteng
bawah bagian belakang, diletakkan patung jenis
burung dengan beberapa rahang atas tengkorak
babi dan beberapa bahan lain dari perunggu
sebagai benda upacara. Patung-patung tersebut
Gambar 12 Denah Rahan Teli pada hakekatnya diletakkan menghadap ke
timur sebagai simbolik leluhur.
Berdasarkan pada tipologi bangunan yang berbentuk • Aralan mur bagian depan merupakan loteng
persegi panjang, maka susunan ruangan pada Rahan bawah bagian depan arah timur, diatasnya
Teli terdiri dari : disimpan berbagai bentuk gerabah (suram)
tanah liat yang didalamnya berisi jenis gandum
Pada ruangan konstruksi atas terdiri dari bentuk- yang dinamakan “gotong”. Suram-suram ini juga
bentuk loteng yang dibuat dari lantai papan, terdiri ditemukan pada loteng atas (aralan u) dengan
dari aralan mur (loteng bawah) dan aralan u (loteng jumlah puluhan suram yang difungsikan untuk
atas). Bentuk loteng umumnya tidak penuh, besarnya menyimpan gotong tersebut.
menurut kebutuhan.

Adapun fungsi dari tiap-tiap ruangan, sebagai


berikut:
1. Serambi bentuknya terbuka, umumnya
difungsikan sebagai “workshop” dalam berbagai
kegiatan antara lain : menumbuk gotong,
beras, jagung, ubi kayu yang telah dikeringkan,
menganyam tikar dan sebagainya, selain itu
biasanya difungsikan juga sebagai tempat bersantai.
2. Ruang Tengah (Katlean), difungsikan sebagai
ruang penerima tamu, baik tamu biasa maupun
tamu adat dalam bermusyawarah. Suatu
keistimewaan pada papan tengah, letaknya lebih
tinggi dari lantai papan biasa “totoma” yang
menurut keterangan sebagai batas kedudukan
golongan Ri Ri dan Rin Rin jika bermusyawarah,
selain itu biasanya juga difungsikan sebagai tempat
perletakan persembahan.
3. Rin Mel merupakan ruang tidur atau tempat tidur
bagi kepala keluarga.
4. Rin Rik merupakan ruang upacara khusus bagi
kepala keluarga, berupa para-para dari papan yang
didalamnya terdapat lemari yang difungsikan
sebagai tempat penyimpanan benda-benda upacara Gambar 13 Ruang Penyimpanan Atas/Loteng
seperti sirih pinang, tempat dupa dan sebagainya. (Aralan Mur)

50 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


Konsep Simbolik/Filosofi dalam Rahan Teli permukiman, bentuk-bentuk arsitektur, sistem
Berdasarkan hasil observasi, tidak diketahui banyak struktur dan konstruksi, tata cara membangun dan
konsep simbolik/filosofi dari Rahan Teli yang mencari material di hutan adat. Rumah atau Rahan
menjadi sampel. Hanya diketahui orientasi kawasan dibangun menurut falsafah-falsafah yang diwariskan
dan bangunan. Rahan diagonal terhadap orientasi secara turun temurun melalui sistem adat.
matahari. Pola ini mengikuti kondisi geografis
Rahan yang memanjang diagonal dari orientasi utara Arsitektur rumah tradisional Tanimbar Kei adalah
selatan. rumah tradisional yang dibangun berdasarkan ilmu-
ilmu yang sejalan dengan teori Vitruvius. Sistem
struktur dan konstruksi yang mempertimbangkan
penerapan beban-beban vertikal dan horisontal
dengan mengakomodir melalui sambungan-
sambungan struktur atap, badan Rahan maupun
pada struktur kaki rumah. Meski tidak sempurna
tetapi dengan ilmu pengetahuan lokal telah
diperhitungkan kebutuhan akan tata cara pengaliran
beban yang baik. Di beberapa bagian tertentu
diberi tambahan struktur penopang kolom untuk
menerima pengaliran beban vertikal pada pondasi.
Hal ini menunjukkan upaya kebertahanan meski
dengan ilmu pengetahuan yang sederhana.

Gambar 14 Orientasi Arah Bangunan Firmitas makin menarik karena dilaksanakan


dengan teknologi sederhana pula, tidak rumit dan
Aspek Teori Vitruvius pada Rahan di Tanimbar konvensional. Sistem sambungan berupa takik
Kei ataupun lubang dan pen untuk mengunci pengaliran
Tanimbar Kei adalah salah satu kampung adat yang gaya yang terjadi.
masih ajeg dalam memelihara kelestarian tata

Tabel 1 Sambungan-sambungan Kayu pada Struktur Rumah Rahan Teli


No. Gambar Foto Detail Sambungan Jenis Sambungan Letak Sambungan

Sambungan pen
1. Kolom struktur bawah
terbuka

Sambungan pen
2. Balok lantai
tembus

Sambungan bibir
3. Balok lantai serambi
miring barkait

Sambungan pen
4. Tangga
tembus

Karakteristik Permukiman Masyarakat Tradisional... (Djasmihul Ashary) 51


Lanjutan Tabel 1
No. Gambar Foto Detail Sambungan Jenis Sambungan Letak Sambungan

Sambungan pen
5. tembus dengan Balok pengikat kolom
pengunci

Sambungan bersusun
6. Dinding
dengan gigi

Sambungan pen
7. Ringbalk
tembus

Sambungan pen dan Balok lantai pada


8.
lubang tempat penyimpanan

Sumber: Analisis, 2015

Telah dipikirkan pula sistem dilatasi bangunan, tidak memiliki tiang atau pilar di tengah agar para
sistem memisahkan sambungan struktur antar tamu dapat merasakan suasana yang luas termasuk
bangunan agar memiliki daya elastisitas terhadap dalam pertimbangan “form follow function” atau
gaya yang terjadi. Bagian rumah induk memiliki penguasaan dalam penyusunan bangunan. Rahan
struktur tersendiri, terpisah dengan teras yang berada juga merupakan perwujudan nyata dari arsitektur
di depan. Adanya kolom sanval menyatukan kedua sebagai objek perasaan dan pemikiran (Louis Khan).
bangunan yang terpisah. Namun, kekokohan (firmitas) dari Rahan tidak
diragukan dengan berbagai tiang sebagai penopang.
Teori Utilitas terlihat jelas pada fungsi dan
pembagian ruang. Ruangan disusun secara sistematis Arsitektur berawal dari kebutuhan manusia untuk
berdasarkan nilai-nilai filosofi konsep tradisi atau berlindung dari keadaan alam seperti hujan,
adat Tanimbar Kei. Fungsi-fungsi intangible sangat matahari, dingin dan panas. Juga sebagai tempat
dominan dalam menyusun ruang, selain tata penyimpanan makanan dan perlindungan dari
ruang yang hierarkis dan sistematis. Penghormatan binatang buas. Tetapi seiring dengan berjalannya
terhadap leluhur berada pada zona kiri sementara waktu, kebutuhan manusia juga meningkat.
tata ruang lainnya untuk kegiatan penghuninya. Tata Untuk menunjang kebutuhannya itu, manusia
ruang vertikal disusun sebagai ruang yang fungsional membutuhkan fasilitas yang lebih banyak. Dan
untuk penyimpanan benda-benda leluhur dan itu sangat berpengaruh dalam arsitektur. Manusia
persediaan bahan makanan. semakin mulai mempertimbangkan adanya
kenyamanan dan keselamatan. Kebutuhan seperti
Rahan Tanimbar Kei, memiliki keunikan karena akhirnya manusia mempertimbangkan keselamatan
desainnya dengan atap yang dibuat lebih besar dengan mempertimbangkan kekokohan dari
(aspek Venusitas), dimaksudkan agar tertutup tempat singgahnya agar bisa bertahan lama tanpa
terhadap hempasan angin dari arah laut menuju harus mengkhawatirkan keadaan luar maupun di
lembah (aspek Firmitas). Ruang tamu menyatu dalam tempat singgahnya. Kenyamanan pun dapat
pada ruang keluarga yang berada di tengah rumah diwujudkan dengan penataan ruang yang baik,
berfungsi sebagai penerima tamu. Ruangan ini sentuhan seni dan warna, serta lingkungan.

52 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


Ornamen (Ragam Hias) pada Rahan Teli mengadopsi unsur flora dikarenakan bentuknya
Ornamentasi atau ragam hias merupakan komponen merupakan ukiran yang menyerupai tumbuhan
seni yang ditambahkan ke sebuah produk sebagai menjalar. Ukiran ini umumnya bersifat naturalis
hiasan, sekaligus menambahkan keindahan (estetika) maupun abstrak dengan relung-relung yang
terhadap suatu produk, dengan fungsi sebagai simetris. Ragam hias ini diberi lapisan cat berwarna
penghias suatu objek. biru muda pada bagian ukiran yang timbul dan
ditempatkan pada dinding bagian bawah dari lantai
Keragaman bentuk ornamentasi, umumnya sering kita rumah. Penempatan ornamen ini sejajar dengan
dapati di beberapa rumah tradisional. Berdasarkan lantai rumah dengan ukiran menghadap keluar.
hasil observasi, ornamentasi atau ragam hias pada
Rahan Teli ada 2 (dua), sebagai berikut : Menurut keterangan dari tetua adat, ornamen ini
1. Ornamentasi pada balok Rouat/balok penopang sudah ada sejak dahulu berasal dari leluhur/ nenek
Favean (dinding rumah), menggambarkan pola moyang mereka. Arti dari ukiran tersebut kurang
ornamen yang mengadopsi unsur kotak swastika, jelas, apakah hanya sebagai fungsi keindahan saja atau
yang merupakan simbol agama Hindu. Swastika mempunyai arti tertentu sebagai batas perlindungan
merupakan lambang peredaran bintang-bintang, terhadap orang-orang didalam rumah.
khususnya matahari, sebagai lambang pembawa
tuah. Menurut ajaran Hindu, swastika adalah 1. Prasarana Pendukung
lambang makrokosmos atau kekuatan agung dan Berdasarkan hasil observasi, didapatkan keterangan
mikrokosmos buana alit. Ragam hias ini tidak dari masyarakat bahwasanya sumber air bersih di
diberi pewarna, secara keseluruhan dibiarkan Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara
menyerupai warna bahan kayu asli yang kemudian ini merupakan hal yang cukup kompleks khususnya
oleh pengaruh alam hujan dan panas, maka air minum. Umumnya untuk mendapatkan air
ukiran tersebut berubah kehitam-hitaman dengan bagi keperluan sehari-hari kebanyakan penduduk
noda putih sebagai akibat dari pelapukan. membuat galian sumur yang dalamnya antara 2 sampai
2. Ornamentasi yang terletak dibagian pintu depan dengan 3m. Karena sebagian besar perkampungan
(Vidren), menggambarkan pola ornamen yang penduduk letaknya di sepanjang pantai, maka untuk

Gambar 15 Ornamen yang Ditemukan pada Rahan Teli

Karakteristik Permukiman Masyarakat Tradisional... (Djasmihul Ashary) 53


mendapatkan air bersih diusahakan tempat galian rumah pusaka di Pulau Buano. Rumah pusaka yaitu
sumur khusus yang agak jauh ke hutan. Tidak jarang berupa rumah tinggal marga (faam) yang biasanya
pula, ada sebagian penduduk mengambil air bersih dihuni hingga 4 kepala keluarga dengan satu kepala
dari pulau-pulau seberang. dati (kepala marga) sebagai kepala rumah pusaka.

Untuk pencahayaan alami masih dominan pada 3. Kondisi Geografis


siang hari, namun tidak maksimal. Sumber cahaya Secara administratif, Pulau Buano terletak di
hanya berasal dari bukaan pintu (Vidren) dan bukaan Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten Seram
jendela (Janeil). Bagian Barat. Pulau ini dikelilingi langsung oleh
Laut Seram dan Selat Buano di sebelah selatan
2. Karakteristik Wilayah Buano pulau.
Sebagai sampel perumahan tradisional di Maluku,
penelitian ini juga menelusuri rumah-rumah Untuk mencapai Pulau Buano dapat melalui
tradisional di Pulau Buano. Hingga tahap ini telah Kecamatan Seram Barat melalui jalur laut dengan
dilakukan survei instansional dan lokasi rumah- menggunakan kapal feri atau katinting dari

Gambar 16 Pencahayaan

Gambar 17 Peta Lokasi Penelitian: Pulau Buano, Kecamatan Huamual Belakang

54 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


Pelabuhan Pelita Jaya atau Masika di Piru. Waktu DAFTAR PUSTAKA
tempuh perjalanan dari Piru yaitu 1,5 jam (jarak
tempuh sekitar 20km), dan jarak tempuh ke ibukota Aliyah, I. 2004. Identifikasi Kampung Kemlayan sebagai
Kecamatan Huamual Belakang yaitu 26km. Kampung Tradisional Jawa di Pusat Kota. Jurnal
Teknik. XI (1): 33 – 40.
Anonim. Undang-undang No. 1 Tahun 2011 Tentang
KESIMPULAN Permukiman.
C.A. Doxiadis, 1968. Ekistics: An Introduction to
Maluku memiliki kekayaan arsitektur yang unik, a Science of Human Settlements. New York:
ditunjukkan oleh rumah-rumah tradisional dan Hutchison Co.
pusaka di beberapa wilayahnya. Rahan Teli di Burhany, Nur Rahmanina. 2010. Dialog Kritis Trilogi
Tanimbar Kei dan Rumah Pusaka di Buano dapat Vitruvius vs. Dwilogi Mangunwijaya. Majalah
menjadi acuan rumah-rumah tradisional yang perlu Ilmiah “Mektek” Tahun X no.1 Januari 2010.
dilanjutkan upaya pelestariannya. Surabaya: ITS.
Dewi, P.F.R., Antariksa & Surjono. 2008.
Secara arsitektural, Rahan Teli memiliki keunikan dari Pelestarian Pola Perumahan Taneyan Lanjhang
segi firmitas, dimana dengan sistem konstruksi kayu Pada Permukiman Di Desa Lombang Kabupaten
konvensional bangunan ini dapat bertahan hingga Sumenep. Arsitektur e – journal.1 (2):94-109.
puluhan, bahkan ratusan tahun. Bentuk bangunan Doxiadis, C. A. 1968. Ekistic, An Introduction to
rumah tradisional Maluku, baik di rumah Rahan the Science of Human Settlements. London:
Teli maupun Rumah Pusaka di Buano, terbagi atas Hutchinson of London.
3 bagian dengan kosmologi kaki, badan, dan kepala, Dwi A. & Antariksa. 2005. Studi Karakteristik Pola
yaitu bagian bawah (struktur bawah/panggung pada Permukiman Di Kecamatan Labang Madura. Jurnal
Rahan Teli dan umpak pada rumah Buano), bagian ASPI. 4 (2): 78-93.
tengah (Rahan Ralan pada Rahan Teli sebagai ruang Fauzia, Liza. 2006. Karakteristik Permukiman Taneyan
kegiatan utama), dan bagian atas (loteng sebagai Lanjhang di Kecamatan Labang Madura. Skripsi.
ruang penyimpanan benda suci dan perkakas, serta Tidak dipublikasikan. Malang: Universitas
atap). Sementara itu, Rahan Teli memiliki pola ruang Brawijaya.
baku yang sangat dipengaruhi oleh adat dan budaya Jayadinata, J. T. 1992. Tata Guna Tanah dalam
setempat. Perencanaan Perdesaan Perkotaan dan Wilayah.
Bandung: Penerbit ITB.
Belum dapat ditarik kesimpulan dari perbandingan Kecamatan Huamual Belakang Dalam Angka. 2014.
tipologi rumah Rahan Teli dan Rumah Pusaka di Badan Pusat Statistik Kabupaten Seram Bagian
Buano. Masih diperlukan identifikasi mendalam Barat.
pada Rumah Pusaka Buano untuk menemukan Koentjaraningrat. 1982. Sejarah Teori Antropologi I.
benang merah tipologi rumah-rumah tradisional Jakarta: UI Press
di Maluku. Kesimpulan sementara yang diperoleh Koentjaraningrat. 1984. Bunga Rampai Kebudayaan,
adalah terdapat kesamaan pada fungsi ruang dalam Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT
Rahan Teli dan Rumah Pusaka di Buano, bahwa Gramedia.
keduanya selain berfungsi sebagai rumah tinggal, Krisna, R. 2005. Studi Pelestarian Kawasan Wisata
rumah tradisional tersebut memiliki ruang yang Budaya di Dusun Sade Kabupaten Lombok
dikhususkan untuk kegiatan adat. Sementara itu, Tengah. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Malang:
konstruksi bangunan menggunakan konstruksi kayu Universitas Brawijaya.
sederhana dengan material lokal. Krisna, R., Antariksa & Dwi Ari, I.R. 2005. Studi
Pelestarian Kawasan Wisata Budaya di Dusun
Sade Kabupaten Lombok Tengah. Jurnal Plannit.
UCAPAN TERIMA KASIH 3 (2):124-133.
Krier, Bob. 2001. Komposisi Arsitektur. Jakarta:
Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan- Erlangga.
rekan yang telah memberikan masukan, arahan, dan Mangunwijaya, Y.B, 1992. Wastu Citra. Jakarta: PT.
data dalam penyusunan karya tulis ini. Gramedia.

Karakteristik Permukiman Masyarakat Tradisional... (Djasmihul Ashary) 55


Machmud, 2006. Pola Permukiman Masyarakat Sinulingga, Budi. D. 1999. Pembangunan Kota
Tradisional Ammatoa Kajang di Sulawesi Selatan. Tinjauan Regional dan Lokal. Jakarta: Pustaka
Jurnal Teknik. XIII (3):178-186. Sinar Harapan.
Mulyati. 1995. Pola Spasial Permukiman Di Kampung Hasanuddin Noor, Blog, Larwul Ngabal (Hukum
Kauman Yogyakarta. Tesis. Adat di Kepulauan Kei). Diakses tanggal 23 Juni
Sasongko, I. 2005. Struktur Ruang Permukiman 2015.
Karangsalah dan Segenter di Desa Bayan. Jurnal Kudubun, Ellyessa, Blog, Agama dan Budaya Lokal
Dimensi Teknik Arsitektur. 20 (1):16-25. Masyarakat Kei. Diakses tanggal 23 Juni 2015.
Seram Bagian Barat Dalam Angka. 2014. Badan
Pusat Statistik Kabupaten Seram Bagian Barat.

56 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


PEMILIHAN TERBUKA TOKO (PTT)
KEGIATAN BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN SWADAYA
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Sebuah Inovasi
Shop Open Selection Stimulant Assistance Activities for
Self-Supporting Housing in North Sumatera Province
An Innovation
1
Iryanto Sirait, 2Dian Taviana, 3Frigga Monashi Manjow Purba, 4Joe i Rances Sinaga
Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan Sumatera II
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jalan Suluh No. 99 A, Medan Tembung, Medan, Sumatera Utara 20222
Surel: 1iryanto.sirait@pu.go.id, 2dian.taviana@pu.go.id
3
frigga.purba@pu.go.id, 4sinaga.joe703@gmail.com

Abstrak

Bantuan Rumah Swadaya adalah salah satu bantuan pembangunan perumahan yang diberikan oleh pemerintah. Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) adalah dukungan dana pemerintah berasaskan gotong royong bagi masyarakat
berpenghasilan rendah untuk peningkatan kualitas rumah sekaligus sebagai upaya pemenuhan rumah layak huni. Program
ini diberikan kepada Kelompok Penerima Bantuan yang berada di deliniasi lokasi penanganan, dengan besaran bantuan
merupakan total besaran nilai satuan material dan upah tukang. Pada tahapan perencanaan penyelenggaraan BSPS,
perbandingan harga material pada toko/penyedia bahan bangunan yang disurvei cenderung kurang bersaing. Oleh karena
itu dilakukan Pemilihan Terbuka Toko yang bersifat efektif, efisien, transparan dan akuntabel, dimana toko pemenang
adalah toko yang menawarkan harga terendah dengan kualitas baik.

Kata Kunci: Pemilihan Terbuka Toko, efektif, efisien, transparan, akuntabel, inovasi

Abstract

Self-Help Housing Stimulant Assistance is one of the housing development assistance provided by the government. BSPS
stands for Self-Help Housing Stimulant Assistance, which is government funding support based on mutual cooperation, for
low-income people to improve the quality of their houses as well as an effort to fulfill livable housing. This program is provided
to Beneficiaries Group located in the delineated handling location, with the amount of assistance is the total of material
unit values and worker wages. On the planning stages of the implementation of Self-Help Housing Stimulant Assistance, the
comparison of material prices in surveyed shops/building material providers tends to be less competitive. Therefore, an Open
Selection of Material Shop is carried out, which is effective, efficient, transparent and accountable, where the winning shop is
the shop that offered the lowest price with good quality.

Keywords: Open Selection of Material Shop, effective, efficient, transparent, accountable, innovation

PENDAHULUAN
PTT merupakan sebuah inovasi penting dalam
Inovasi, kolaborasi, konsistensi dan kerja sistematis pelaksanaan program BSPS agar penyaluran bantuan
berpatokan pada regulasi yang telah ditetapkan, pemerintah berjalan efektif, efisien, transparan dan
merupakan langkah penting dalam upaya menutup akuntabel baik terhadap pengelola, penyedia jasa
peluang korupsi serta menjamin sebuah kegiatan dan tentunya para penerima bantuan.
tepat sasaran dan tepat guna.

Pemilihan Terbuka Toko (PTT)... (Iryanto Sirait, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjow Purba, Joe i Rances Sinaga) 57
DIAGRAM KONTROL FASE VERIFIKASI
Instruksi Verifikasi/Tanggal : Tahap 1 .../... ... ...... Kecamatan :
Nama KPB : Kabupaten :
Jumlah PB : Pengusul :
Desa : Total Waktu Fase Verifikasi : ...hari

Surat Direktur Hasil Verifikasi Kep. Dirjen


BA Usulan
Instruksi ...hari CPB ...hari ...hari penetapan
CPB
Verifikasi CPB Format II-5 CPB

...hari

Survei
Sosialisasi & Pengorganisasian
pemilihan toko/ ldentifikasi
...hari ...hari Penyuluhan ...hari CPB
penyedia Kebutuhan
Format II-9 Format II-6
Format II-11

...hari
Penyusunan & Penyusunan
Penyusunan Pengusulan Persetujuan Penetapan PB
Proposal ...hari Proposal ...hari Proposal ...hari oleh Ketua TIM
Format II-17 & Format II-17 & Format II-17 & Verifikasi
II-18 Format II-21

Gambar 1 Diagram Kontrol Verifikasi

Tahapan Perencanaan kegiatan Penyelenggaraan menggunakan format II-17 dan II-18 pada fase
Program BSPS adalah Penyiapan masyarakat yang ini, sehingga dapat dipastikan identifikasi volume
dimulai dari pengorganisasian Calon Penerima dan biaya kebutuhan bahan bangunan dari BSPS
Bantuan (CPB), sosialisasi dan penyuluhan, dan Swadaya Penerima Bantuan (PB) itu sendiri.
identifikasi kebutuhan perbaikan rumah, survei Acuan harga satuan identifikasi bahan bangunan
toko/penyedia bahan bangunan, penyusunan menggunakan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
proposal, pengusulan proposal, verifikasi dan yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen
persetujuan proposal. (PPK).

Seiring dengan dinamika dan kebutuhan dilapangan semula :


dalam pelaksanaan BSPS terutama dalam hal
penyediaan bahan bangunan perlu adanya terobosan Pengorganisasian Sosialisasi & Identifikasi
CPB Penyuluhan Kebutuhan
sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Format II-6 Format II-9 Perbaikan Rumah

Karya tulis ini membahas perlunya penyempurnaan


Surat Edaran Direktur Jenderal Perumahan Nomor Penyusunan & Survei pemilihan
14/SE/Dr/2022, tanggal 26 September 2022 Persetujuan Proposal toko/Penyedia
Format II.17 & II.18 Format II-11
tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Program
Bantuan Pembangunan Rumah Swadaya diantaranya menjadi :
fase identifikasi kebutuhan perbaikan rumah dan
Identifikasi
survei PTT/penyedia bahan bangunan: Pengorganisasian Sosialisasi &
Kebutuhan
CPB Penyuluhan
1. Identifikasi kebutuhan perbaikan rumah. Perbaikan Rumah
Format II-6 Format II-9
Format II-17 & II-18
Pada fase ini belum ada format sebagai acuan
mengidentifikasi kebutuhan. Pertanyaannya
bagaimana kita merencanakan peningkatan Penyusunan & Survei pemilihan
kualitas rumah tanpa gambar, mengetahui Persetujuan Proposal toko/Penyedia
Format II.17 & II. 18 Format RAB
volume dan biaya kebutuhan keseluruhan
terlebih dahulu? Untuk itu penulis mengusulkan Gambar 2 Pergeseran Format II-17 dan II-18

58 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


FORMAT II-17 FORMAT II-18
RENCANA TEKNIS RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
RENCANA TEKNIS RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
Jenis Kegiatan : Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN SWADAYA
Nomor BNBA : (FOTO PERSPEKTIF KONDISI
NIK : AWAL RUMAH)
Nomor BNBA : ………………………………………………………
Nama Calon Penerima Bantuan : NIK : ………………………………………………………
Alamat : Nama Calon Penerima Bantuan :
Desa/Kelurahan : …………………………………………………
Kecamatan : ……
Kabupaten/Kota : Alamat : ………………………………………………………
Desa/Kelurahan : ………………………………………………………
A. Gambar Foto Rumah Kondisi Awal (0%) dan Rencana Usulan Kecamatan : ………………………………………………………
FOTO KOMPONEN RUMAH SKETSA/DENAH FOTO KOMPONEN RUMAH
YANG AKAN DIPERBAIKI YANG AKAN DIPERBAIKI Kabupaten/Kota : ………………………………………………………
Provinsi : ………………………………………………………
Jenis Kegiatan : PKRS BSPS
SUMBER DANA/BAHAN (Rp)
SWADAYA
FOTO KOMPONEN RUMAH FOTO KOMPONEN RUMAH HARGA TOTAL
Memakai
YANG AKAN DIPERBAIKI YANG AKAN DIPERBAIKI NO URAIAN PEKERJAAN VOLUME SATUAN HARGA Dana
Dana Bahan
(Rp) (Rp) Bantuan
Tunai Bangunan
Lama
I Pekerjaan Persiapan
Bongkar Rumah Lama ls
II Pekerjaan Pondasi
FOTO KOMPONEN RUMAH FOTO KOMPONEN RUMAH 1 Galian Tanah Pondasi M3
YANG AKAN DIPERBAIKI YANG AKAN DIPERBAIKI 2 Urugan Pasir M3
3 Pasangan Pondasi M3
− Semen @ 40 kg/50 kg Zak
(contoh) − Pasir Beton M3
− Batu Kali M3
4 Urugan kembali M3
III Pekerjaan Sloof
1 Pekerjaan bekisting m2
2 Cor Beton Sloof, Ukuran……..
Kondisi Awal (Eksisting) Rencana Usulan
− Besi beton Φ10 mm SNI Btg
− Besi beton Φ 8 mm SNI Btg
Ukuran rumah : m2 Ukuran rumah : m2 − Semen @ 40 kg/50 kg Zak
jenis volume/ jenis volume/ − Pasir Beton M3
Kondisi Struktur konstruksi luas total Kondisi Struktur konstruksi luas total − Batu Pecah M3
- Pondasi m3 - Pondasi m3 IV Pekerjaan Kolom
- Sloof m3 - Sloof m3 1 Pekerjaan bekisting m2
2 Cor Beton Kolom, Ukuran…… min. T=3m Bh
- Kolom/tiang m3 - Kolom/tiang m3
− Besi beton Φ10 mm SNI Btg
- Ring Balok m3 - Ring Balok m3 − Besi beton Φ 8 mm SNI Btg
- Kerangka Atap m2 - Kerangka Atap m2 − Semen @ 40 kg / 50 kg Zak
− Batu pecah M3
3 Tiang Kayu
Kondisi Non jenis Kondisi Non jenis − Balok Kayu 10/10 Btg
luas total luas total
Struktur konstruksi Struktur konstruksi − Balok Kayu 8/12 Btg
- Penutup atap m2 - Penutup atap m2 V Dinding Permanen
- Dinding pengisi m2 - Dinding pengisi m2 1 Tembok M2
− Pasir Pasang M3
- Kusen, daun pintu, - Kusen, daun − Semen @ 40 kg / 50 kg Zak
& jendela m2 pintu, & jendela m2 − Batu Bata atau Batako Bh
- Lantai m2 - Lantai m2 2 Pekerjaan Plester
− Pasir Pasang M3
− Semen @ 40 kg / 50 kg Zak
Pencahayaan % Pencahayaan % 3 Papan
Penghawaan % Penghawaan % − Papan, Ukuran……… Lbr
Ketersediaan Akses Ketersediaan Akses − Kayu, Ukuran………. Btg
: : VI Pekerjaan Pintu dan Jendela
Sanitasi Sanitasi
− Kusen Pintu, Ukuran…….. Unit
Ketersediaan Akses Ketersediaan Akses − Kusen Jendela, Ukuran……. Unit
: :
Air Minum Air Minum − Kusen Ventilasi, Ukuran…… Unit
− Daun Pintu Kayu, Ukuran………. Unit
− Daun Jendela Kayu, Ukuran………. Unit
Titik koordinat : LU Titik koordinat : LU − Daun Jendela Kaca, Ukuran……… Unit
: BT : BT − Handle Pintu dan Kunci Pintu Set
− Handle Jendela dan Kunci Jendela Set
− Engsel Pintu Set

FORMAT II-18
SUMBER DANA/BAHAN (Rp)
SWADAYA
HARGA TOTAL
FORMAT II-17 NO URAIAN PEKERJAAN VOLUME SATUAN HARGA Dana
Dana
Memakai
Bahan
(Rp) (Rp) Bantuan
Tunai Bangunan
B. Gambar Rencana Usulan (Skala NTS) Lama
− Engsel Jendela Set
1. Denah 2. Gambar Detail
VII Ring Balok
atau (contoh) (pondasi, sloof, kolom, balok, kuda-kuda, dll) 1 Pekerjaan bekisting m2
dengan 2 Pekerjaan Cor Beton
− Besi beton Φ 10 mm SNI Btg
gambar − Besi beton Φ 8 mm SNI Btg
tangan − Semen @ 40 kg / 50 kg Zak
− Pasir beton M3
− Batu pecah M3
VIII Pekerjaan Struktur Atap
− Kayu rangka kuda-kuda, Ukuran … Btg
− Kayu gapit, Ukuran ……. Btg
− Kayu gordeng, Ukuran ……. Btg
− Kayu Reng dan Usuk, Ukuran ……. Btg
IX Pekerjaan Penutup Atap
3. Tampak Depan 4. Tampak Belakang 1 Penutup Atap
− Seng BJLS gelombang (0,2 cm x 80 cm x Lbr
(contoh) (contoh) 180 cm), atau
atau atau − Genteng Bh
− Bahan penutup atap lainnya yang Lbr
dengan dengan diijinkan
gambar gambar 2 Bubungan Atap Bh
− Seng BJLS Lbr
tangan tangan − Genteng Bh
− Bahan penutup atap lainnya yang Lbr
diijinkan
X Pekerjaan Lantai
1 Lantai Rabat Beton Campuran minimal M2
5. Tampak Samping Kanan 6. Tampak Samping Kiri 1PC:3PS:5KR, T=.
− Semen @ 40 kg / 50 kg Zak
atau (contoh) atau (contoh) − Pasir pasang M3
dengan dengan 2 Lantai Papan M2
− Papan, Ukuran……….. Lbr
gambar gambar − Kayu, Ukuran……….. Btg
tangan tangan XI MCK
− Tangki Septik Unit
− Closet Jongkok/Duduk Unit
− Pipa Air Bersih, Ukuran 3/4”;1/2” Btg
− Pipa Air Kotor, Ukuran 3” Btg
− Kran Bh
− Pintu Kamar Mandi Set
7. Potongan Melintang 8. Potongan Memanjang XII Lain-lain
− Paku Kg
(contoh) (contoh) − Kawat Kg
− Dll
XIII Komponen Bangunan
− Rumah Rakitan Set
− Tempayan Air Bh
− Dll
XIV Upah Kerja
− Tukang Oh
− Pembantu Tukang Oh
JUMLAH Rp. Rp. Rp. Rp.

…….………, ….….. 20.. Catatan : uraian pekerjaan ditulis sesuai dengan kebutuhan (dapat mengganti atau menghapus
Didampingi oleh, Diajukan oleh, sebagian pekerjaan yang tidak sesuai).
Tenaga Fasilitator Lapangan Ketua KPB Calon Penerima Bantuan …….………, ….….. 20..
Didampingi oleh, Diajukan oleh,
Tenaga Fasilitator Lapangan Ketua KPB Calon Penerima Bantuan
(..................................) (................................) (................................)

Diperiksa oleh, Diperiksa oleh, (..................................) (................................) (................................)


Konsultan Provinsi Koordinator Kabupaten/Kota
Diperiksa oleh, Diperiksa oleh,
Konsultan Provinsi Koordinator Kabupaten/Kota

(................................) (................................)
(................................) (................................)
Catatan: gambar dapat berupa sketsa tangan dengan notasi ukuran yang
jelas *) Coret yang tidak perlu

Gambar 3 Format II-17 Rencana Teknis Gambar 4 Format II-18 Rencana Anggaran Biaya

Pemilihan Terbuka Toko (PTT)... (Iryanto Sirait, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjow Purba, Joe i Rances Sinaga) 59
2. Survei toko/penyedia bahan bangunan Format II- Bagaimana caranya Format II-11 dapat memastikan
11, penulis berasumsi bahwa : harga yang disepakati adalah harga yang paling
1. Sebelum penggunaan Format II-11, perlu menguntungkan (harga termurah) bagi masyarakat/
didukung dengan Format Rencana Angaran PB? (tanpa didukung format RAB).
Biaya (RAB);
2. Semula perwakilan Kelompok Penerima Apakah :
Bantuan (KPB) mendatangi minimal 3 Toko 1. Mengira-ngira? Menebak? Menerawang?
menjadi KPB yang mengundang sebanyak 2. Perhitungan secara ilmiah/Pasti/Faktual?
mungkin Toko untuk melakukan penawaran di
waktu dan tempat yang sama secara transparan. Contoh membandingkan penawaran sesuai format
II-11 sebagai berikut :
Sesuai Surat Edaran Direktur Jenderal Perumahan Lokasi : Desa Pardinggaran
Nomor 14/SE/Dr/2022, tanggal 26 September Kabupaten : Toba
2022 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Provinsi : Sumatera Utara
Program Bantuan Pembangunan Rumah Swadaya Nilai Pagu : Rp332.500.000,00
(halaman 19 point d.2) menyebutkan bahwa “harga Jumlah PB : 19
yang disepakati merupakan harga yang paling Tanggal : 6 Oktober 2023
menguntungkan bagi masyarakat (harga termurah
dengan kualitas bahan yang memenuhi standar).

Mari kita cermati jika Format II-11 langsung


digunakan sebagai acuan memilih toko sebagai
berikut :

FORMAT II-11
SURVEI TOKO/PENYEDIA BAHAN BANGUNAN
SURVEI TOKO/PENYEDIA BAHAN BANGUNAN/KOMPONEN BANGUNAN
Berdasarkan hasil rekapitulasi kebutuhan bahan bangunan dan memperhatikan Keputusan Bupati/Walikota
………………………….…..… Nomor ……………………… Tanggal ………………..tentang ……………….…………….
(standar harga satuan bahan bangunan kabupaten/kota) dan memperhatikan Penetapan Perkiraan Standar
Satuan Harga Bahan Bangunan Kegiatan BSPS Tahun 20… Kabupaten/Kota …………... Provinsi …………., telah
dilakukan survei harga bahan bangunan oleh:

Nama KPB
Desa/Kelurahan
:
:
……………………………
……………………………
Gambar 6 Implementasi Format II-11
Kecamatan : ……………………………
Kabupaten/Kota : ……………………………
Provinsi : ……………………………
Tanggal survei : ……………………………
Tanggal dibuat laporan : ……………………………
Jika melihat tabel daftar harga bahan bangunan
A. Harga Satuan Bahan Bangunan

Harga Perkiraan Sendiri


Survei Harga Satuan yang
diatas timbul pertanyaan:
No Bahan Bangunan Satuan Bahan Bangunan Keterangan

1 Semen sak
Kegiatan BSPS
disepakati **)
1. Toko manakah yang menawarkan harga terendah/
2 Pasir Pasang m3
3
4
Pasir Beton
Batu Bata
m3
bh
termurah?
5 Batako bh
6
7
Batu pecah
Besi Φ 8 mm
m3
btg
2. Apakah keputusan yang diambil pada format ini
8
9
10
Besi Φ 10 mm
Papan 2/20
Papan 3/20
btg
bh
bh
tidak menimbulkan konflik?
11 Kayu 5/7 btg
12 Kayu 5/10 btg
13 Kayu 6/12 btg
14
15
16
Kayu 8/12
Seng BJLS
Genteng
btg
bh
bh
Mari kita bandingkan Format II.11 jika didukung
17
18
19
Paku
Closet Jongkok
Kran
kg
unit
bh
dengan Format RAB sebagai berikut :
20 Pipa btg
21 Dst sesuai kebutuhan

B. Kelengkapan Administrasi Toko

Data Isian
Nama Toko
Nama Pemilik
NIK Pemilik
Alamat Toko
NPWP Usaha
SIUP
SITU
Sarana Angkutan
Nomor Rekening
Nama Bank
Diperiksa oleh, Didampingi oleh, Perwakilan KPB,
Koordinator Kabupaten/Kota Tenaga Fasilitator Lapangan Ketua

(…………………………) (…………………………) (…………………………)


Disetujui oleh, Diperiksa oleh,
PPK ……………….. Konsultan Provinsi Ketua Tim Verifikasi

(…………………………) (…………………………) (…………………………)


NIP. ……………………. NIP. …………………….
Catatan: Lampiran Keputusan Bupati/Walikota tentang Standar Harga Satuan Bahan Bangunan Kabupaten/Kota
serta Penetapan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) Bahan Bangunan Kegiatan BSPS oleh PPK
**) Harga satuan sudah termasuk pajak dan biaya pengiriman sampai di lokasi yang disepakati

Gambar 5 Format II-11 Survei Toko Bahan Bangunan Gambar 7 Perbandingan Penawaran Toko

60 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


Dari bentuk tabel RAB di atas dapat dipastikan harga mencapai belasan bahkan puluhan juta rupiah
terendah yaitu Toko CV Kembar Marito dengan serta resiko perjalanan PB berbahaya;
penawarannya Rp310.633.050,00. 2. Hal diatas menimbulkan pelaksanaan Program
BSPS berpotensi gagal;
Selisih antara pagu dengan penawaran 3. Ide KPB mengundang Toko Penyedia bahan
Rp332.500.000,00 - Rp310.633.050,00 = bangunan ke lokasi PB bertujuan untuk efisiensi
Rp21.866.950,00 sehingga PB dapat menghemat biaya dan minimalisir resiko kecelakan PB;
Rp21.866.950,00 : 19 = Rp1.150.992,00 (dikonversi 4. Ternyata efek karambolnya adalah EFEKTIF
menjadi bahan bangunan sehingga dapat secara waktu, TRANSPARAN secara proses
meringankan PB dalam swadaya bahan bangunan pengadaan bahan bangunan dan AKUNTABEL
yang dibutuhkan). secara pertanggungjawaban;
5. Setiap tahun Inovasi ini berkembang sesuai lokasi,
Dapat dipastikan secara ilmiah/pasti/faktual harga waktu yang tersedia dan karakter masyarakatnya.
yang disepakati merupakan harga yang paling
menguntungkan bagi masyarakat (harga termurah Untuk tercapainya efisiensi dan efektifitas,
dengan kualitas bahan yang memenuhi standar), pendampingan proses pemilihan toko/penyedia
sehingga memastikan juga tidak terjadinya konflik bahan bangunan secara pemilihan terbuka
kepentingan dan memberikan rasa aman kepada merupakan alternatif dari mekanisme yang tidak
pelaku program BSPS ini karena selesai diwaktu dan melanggar ketentuan dalam Surat Edaran Direktur
tempat yang sama secara transparan. Jenderal Perumahan. Dalam pelaksanaannya PTT
dimaksudkan untuk upaya:
Untuk itu penulis mengusulkan penyempurnaan a. Hemat biaya dalam melakukan survei toko/
Format II-11 sangat perlu didukung Format RAB penyedia bahan bangunan;
dimana pembedanya adalah menambahkan kolom b. Memperoleh bahan bangunan yang berkualitas
volume, jumlah harga dan total harga sebagai berikut: baik dan terjamin ketersediaannya termasuk
armada angkutan;
c. Sebagai langkah Pengawasan dan Pengendalian
secara transparan dan akuntabel;
d. Meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab
Penerima Bantuan/Kelompok Penerima Bantuan
(PB/KPB).

METODE

Karya tulis ini dibuat berdasarkan pengalaman


pelaksanaan pola yang sama pada Program BSPS
di Provinsi Papua Barat pada tahun 2020, Program
Gambar 8 Format Usulan untuk Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di
Lembar Survei Toko Raja Ampat Tahun 2021, dan Program BSPS di
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2022 dan 2023.
Serta Format II-17 dan II-18 digunakan pada fase
identifikasi kebutuhan untuk memastikan volume Berdasarkan kondisi di Papua Barat dan kondisi
kebutuhan, mana yang dibiayai BSPS dan mana yang nyata di Sumatera Utara relatif sama baik dari sisi
menjadi swadaya PB. kewilayahan, sosial dan hal hal terkait pelaksanaan
BSPS.
Latar belakang urgensi Survei PTT/Penyedia dengan
metode PTT : Adapun tujuannya untuk memberikan gambaran
1. Waktu bertugas di Provinsi Papua Barat, lokasi PB nyata pelaksanaan program BSPS dengan metode
sangat jauh dari Toko Penyedia Bahan Bangunan, PTT di wilayah Provinsi Papua Barat maupun
sehingga biaya untuk survei sangat tinggi bisa Sumatera Utara.

Pemilihan Terbuka Toko (PTT)... (Iryanto Sirait, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjow Purba, Joe i Rances Sinaga) 61
Besar harapan berdasarkan pengalaman kami dan Surat Direktur Rumah Swadaya Nomor PW.01.03-
hasil positif dengan menggunakan PTT memberikan RW/142 tanggal 18 Febuari 2020, hal Tanggapan
dampak efektifitas, efisiensi, transparan dan Terhadap Alternatif Pemilihan Toko oleh Direktur
akuntabel untuk dapat dilaksanakan ditahun Rumah Swadaya (Gambar 10).
berikutnya di seluruh Indonesia.

Metode PTT ini telah diuji dan mendapatkan HASIL DAN PEMBAHASAN
apresiasi melalui Diklat Teknis Pejabat Inti Satuan
Kerja (PISK) Bidang Perumahan Tahun 2021 dan Mekanisme PTT.
Diklat Inpasing Jabatan Fungsional Penata Kelola Uraian kegiatan sebagai berikut:
Perumahan (PKP) Tahun 2023. I. Sosialisasi dan Simulasi PTT
1. Sosialisasi disampaikan kepada KPB/ PB,
elemen masyarakat lainnya yang berkenan
hadir;
2. Simulasi dilakukan oleh Kelompok Penerima
Bantuan yang dilatih oleh Tenaga Ahli (TA)/
Koordinator Kabupaten (Korkab)/ Tenaga
Fasilitator Lapangan (TFL);
3. Sosialisasi dilaksanakan menyesuaikan lokasi
memperhatikan kemampuan fokus audiens
(memperhitungkan jumlah peserta sosialisasi);
4. Undangan oleh Ketua KPB;
5. Setiap Toko Penyedia bahan bangunan
diperkenankan melayani Penerima bantuan
maksimal 60 PB. Setelah menyelesaikan
kewajiban dan tanggung jawab kepada 60
PB dimaksud, toko penyedia diperkenankan
melayani penerima bantuan lainnya (untuk
Gambar 9 Diklat Teknis Pejabat Inti Satuan Kerja kontrol penyaluran bahan bangunan tepat
(PISK) waktu).

Jadwal Pelaksanaan :
Mulai : 1. Bersamaan dengan pembentukan KPB;
2. Sesuai kebutuhan lapangan seperti
bersamaan melalui pertemuan
dengan Pemerintah Desa/Pemerintah
Kabupaten.
Selesai : Bersamaan dengan fase sosialisasi dan
penyuluhan.

Durasi : 1 hari

Penanggung Jawab : KPB didampingi TFL/Korkab

Output/Hasil Kegiatan :
1. Undangan sosialisasi;
2. Daftar Hadir;
3. Notulen.

Gambar 10 Tanggapan Direktur RUSWA terhadap Catatan : Tahapan ini mandiri, tidak masuk dalam
Alternatif Pemilihan Toko 2020 hitungan tahapan PTT.

62 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


II. Pembentukan Tim Pemilihan Durasi : 1 hari
1. Tim Pemilihan dibentuk dan ditetapkan oleh
KPB, diupayakan memenuhi persyaratan Penanggung Jawab : Tim Pemilihan
sebagai berikut:
a. Memiliki integritas moral; Output/Hasil Kegiatan :
b. Memiliki disiplin tinggi; Tersusunnya Dokumen Pemilihan berisikan :
c. Memiliki tanggung jawab untuk 1. Undangan kepada Toko/Penyedia Bahan
melaksanakan tugas yang dibebankan Bangunan;
kepadanya; dan 2. Penjelasan Pelaksanaan Pemilihan di Desa
d. Memiliki kemampuan untuk mengambil dilakukan oleh TFL dapat dibantu tim TA/
keputusan, bertindak tegas dan keteladanan Asisten TA;
dalam sikap dan perilaku serta tidak pernah 3. Isian Format II-11 Survei Toko/Penyedia Bahan
terlibat KKN. Bangunan (spesifikasi dan merek disebutkan
2. Jumlah anggota Tim minimal terdiri dari 3 dengan jelas);
orang atau ganjil. 4. Daftar identifikasi kebutuhan bahan bangunan
KPB yang merupakan rekapitulasi bahan
Jadwal Pelaksanaan : bangunan dari masing-masing PB (format RAB);
Mulai : Bersamaan dengan pembentukan KPB, 5. Sketsa/Peta Lokasi PB agar pihak toko/penyedia
Tim Pemilihan yang terpilih disahkan bahan bangunan mendapat gambaran lokasi
oleh Ketua KPB dalam satu Berita Acara pengiriman barang;
Pembentukan KPB dan Pembentukan Tim 6. Tanda terima berkas undangan.
Pemilihan
Selesai : Bersamaan dengan tahapan sosialisasi dan
………, ………………. 2023
penyuluhan. Nomor :
Lampiran : Kepada Yth.
Perihal : Undangan Pemilihan Terbuka Toko Bapak/Ibu Pimpinan Toko/
Durasi : 1 hari Penyedia Bahan Bangunan
di -
Tempat
Penanggung Jawab : Ketua KPB
Dengan hormat,
Sesuai dengan Berita Acara Hasil Kesepakatan Pembentukan Tim Pemilihan
Output/Hasil Kegiatan : Terbuka Toko pada Kelompok Penerima Bantuan (KPB) …………………..,
tanggal …………….. 2023, maka kami mengundang para pimpinan Toko
Terbentuknya Tim Pemilihan pada KPB. ……………… untuk mengikuti Proses Pemilihan Terbuka Toko pada:
Hari/ Tanggal :
Pada dasarnya Tim ini merupakan unit kerja Pukul :
Tempat :
dalam KPB (bagian pemilihan), maka waktu Agenda : 1. Pendaftaran Peserta:
a. Hadir 15 menit sebelum acara dimulai;
pembentukannya dilakukan pada saat Rembuk b. menunjukkan bukti-bukti Asli
Pembentukan KPB pada tahap penyiapan SIUP, SITU, Sarana
Angkutan (milik sendiri/sewa);
Masyarakat. c. Pemasukkan Penawaran.
2. Penjelasan Pemilihan Terbuka Toko;
3. Pembacaan Penawaran oleh Tim Pemilihan;
Catatan : Tahapan ini mandiri, tidak masuk dalam 4. Evaluasi (Perhitungan penawaran oleh
hitungan tahapan PTT. Tim Pemilihan, hasil perhitungan
diperiksa kembali oleh Penawar)
5. Berita Acara Hasil Kesepakatan
III. Penyusunan Dokumen Pemilihan Pemilihan Terbuka Toko/ Penyedia
Bahan/ Komponen Bangunan
Pembuatan Surat Undangan, yang ditandatangani Demikian undangan Pemilihan Terbuka Toko disampaikan, atas perhatian
oleh Ketua Tim Pemilihan dan diketahui oleh Ketua dan kerjasamanyadiucapkan terima kasih.

KPB. Diketahui oleh Ketua KPB KPB ……………………..


Ketua Tim Pemilihan

Jadwal Pelaksanaan :
Mulai : Setelah Identifikasi kebutuhan (……………………….) (……………………….)
Selesai : Selambat-lambatnya 1 hari sebelum
Pengumuman/terbitnya Surat Undangan Gambar 11 Contoh Surat Undangan PTT

Pemilihan Terbuka Toko (PTT)... (Iryanto Sirait, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjow Purba, Joe i Rances Sinaga) 63
SURAT PENAWARAN BAHAN BANGUNAN CONTOH
Kepada Yth :
Tim Pemilihan KPB …………………………….
Desa ……………..
Kecamatan ……………..
Kabupaten ……………..

Setelah mempelajari dan mencermati undangan Pemilihan Terbuka Toko termasuk penjelasan
dan persyaratan umum, kami bermaksud mengikuti dan mengajukan penawaran seperti yang
tercantum dalam tabel berikut :

A. Harga Satuan Bahan Bangunan


HARGA PENAWARAN
No BAHAN BANGUNAN VOLUME SATUAN HARGA TOTAL
SATUAN HARGA
1 2 3 4 5 6=3*5
1 Semen @ 40 kg 819 Zak
2 Seng Gelombang 6 KK 241 Lembar
3 Seng Gelombang 7 KK 806 Lembar
4 Engsel Pintu 174 Set
5 Engsel Jendela 250 Set
6 Kunci Tanam 39 Set
7 Grendel Jendela 108 Set
8 Grendel Pintu 31 Set
9 Handle Pintu dan Kunci 25 Set
Pintu
10 Kait Angin 2 Set
11 Pipa PVCParalon 4" 1 Batang
12 Kloset Jongkok 1 Unit
Keterangan:
13 Paku Seng 1 Kg 1. Pemetaan merupakan bagian dari kegiatan verifikasi yang telah dilakukan oleh TFL dengan melibatkan
14 Paku 10 CM 8 Kg Kepala Desa/Perangkat Desa dan Calon Penerima Bantuan yang bertujuan untuk memudahkan dalam
15 Paku 7 CM 8 Kg memfasilitasi pengiriman bahan bangunan.
16 Daun Pintu Kayu 109 Unit 2. Gambarkan titik-titik strategis yang terdapat dalam peta seperti batas wilayah, kantor desa, sekolah,
17 Daun Jendela Kaca 205 Unit jalan, sungai, toko/penyedia bahan bangunan dan potensi-potensi wilayah yang menunjang kegiatan.
3. Gambarkan sebaran rumah penerima bantuan.
Kayu rangka kuda-kuda,
18 Ukuran 5/10 (Kayu Besi) 111 Batang
19
20
Kayu Balok 10/10
Kayu 5x5 (Matoa)
24
501
Buah
Batang
Gambar 13 Contoh Peta Sebaran Penerima
21 Papan 2/25 50 Lembar Bantuan
22 Pasir Pasang 105 M3
23 Batu Bata 1034 Buah
TOTAL HARGA PENAWARAN

Catatan : Bahan Prabikasi disertai Merek dan spesifikasi yang jelas.Terbilang :


2. Bahan bangunan yang digunakan harus legal
(………………......................................................................................................................) menurut ketentuan peraturan yang berlaku;
3. Dilarang mark-up harga bahan bangunan;
B. Kelengkapan Administrasi Toko CONTOH 4. Tidak direkomendasikan Penyedia bahan
Nama Toko
Memiliki
Nama
Bank &
bangunan yang pelayanannya tidak sesuai dengan
Alamat SITU SIUP NPWP Sarana
dan Pemilik
Angkutan
Nomor
Rekening
kontrak/perjanjian dengan KPB lain ditahun
sebelumnya.
*Centang (√) = Ada

Kami akan menyediakan bahan/barang/material tersebut diatas setelah penandatanganan surat


5. Agenda pertemuan dicantumkan dalam undangan
perjanjian dan akan menyerahkan bahan/barang/material yang disebutkan dalam perjanjian sesuai
waktu yang disebutkan dalam Surat Perjanjian Kerjasama Pembelian Bahan Bangunan.
dan papan informasi;

Jadwal Pelaksanaan :
Mulai : Lengkapnya dokumen pemilihan
Tanda tangan

(Nama Lengkap)
Durasi : undangan 2 hari untuk lokasi PB dekat
Tanggal : dengan Toko/Penyedia bahan bangunan
Nama Toko Penyalur :
Alamat :
dan 3 s.d. 4 hari untuk lokasi PB jauh dari
Toko/Penyedia bahan bangunan. Hal ini
Gambar 12 Contoh Surat Penawaran Bahan untuk Calon pemenang Toko/Penyedia
Bangunan Bahan Bangunan mendapatkan kesempatan
observasi sebaran PB dan bahan bangunan
IV. Undangan/ Pengumuman lokal, sehingga dapat memberikan
1. Undangan disampaikan kepada sebanyak mungkin penawaran harga terbaik.
Toko/Penyedia Bahan Bangunan yang terjangkau
oleh KPB (minimal 3 toko). Diperkenankan Toko/ Penanggung Jawab : Tim Pemilihan
Penyedia Bahan Bangunan di luar kabupaten.
Apabila tidak terpenuhi minimal 3 toko yang hadir Output/Hasil Kegiatan :
maka diadakan musyawarah untuk menentukan 1. Diterimanya Surat Undangan beserta berkas
toko/penyedia untuk KPB tersebut; Dokumen Pemilihan oleh Toko/ Penyedia Bahan
Bangunan;

64 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


2. Bukti Terima Undangan PTT ditandatangani, cap atau kertas plano (diketik dan ditampilkan jika
basah dan melampirkan nomor telepon. memiliki proyektor) sehingga KPB dapat melihat
dan menilai kewajaran harga dari setiap item yang
V. Rembuk KPB Pelaksanaan PTT. ditawarkan
1. Tim Pemilihan memberikan penjelasan kepada 3. Tidak diperkenankan terjadi perubahan harga
Toko/Penyedia Bahan Bangunan; setelah diadakan negosiasi harga antara KPB
2. Penawaran disampaikan dalam amplop tertutup dengan toko dan berita acara negosiasi harga
rapat yang berisi daftar harga sesuai lampiran ditanda tangani;
undangan. Dibuka disaksikan oleh semua peserta 4. Jika ada harga satuan bahan bangunan yang
yang hadir; melebihi standar harga perkiraan sendiri yang
3. Calon Toko/Penyedia Bahan Bangunan yang diterbitkan PPK, maka harus dilengkapi dengan
dapat dipilih adalah Toko/Penyedia Bahan Surat Keterangan tentang kewajaran harga satuan
Bangunan yang memenuhi syarat dan hadir bahan bangunan pada lokasi penerima bantuan
dalam pertemuan di Desa atau yang mengutus tersebut dengan surat peryataan dari toko/
perwakilan dengan surat kuasa; penyedia;
4. Toko/Penyedia Bahan Bangunan menyampaikan
secara tertulis hal hal sebagai berikut : VI. Penentuan Toko Pemenang
a. Ketersediaan bahan 1. Dalam penentuan Toko Pemenang, KPB harus
b. Harga bahan bangunan memilih toko yang menguntungkan KPB dari
c. Kemampuan armada sisi harga penawaran terendah, kualitas bahan
d. Syarat administrasi dengan bukti dokumen bangunan yang baik, dan kuantitas yang benar;
5. Penjelasan PTT, Pengajuan Penawaran, Evaluasi 2. Apabila KPB tidak memilih toko/penyedia dengan
Toko/Penyedia bahan bangunan dan penentuan harga penawaran terendah, maka KPB tersebut
pemenang dilakukan dalam satu kali pertemuan DIBATALKAN;
secara transparan; 3. Ketika sudah ditentukan toko pemenang maka
6. Toko/Penyedia Bahan Bangunan yang diberikan kesempatan untuk KPB melakukan
dipilih sebagai pemenang adalah yang paling negosiasi harga dengan toko/penyedia untuk
menguntungkan Kelompok Penerima Bantuan setiap item bahan bangunan atau beberapa item
(harga dan kesesuaian kualitas). bahan bangunan yang dinilai terlalu tinggi.
4. Serah Terima Tugas Tim Pemilihan kepada Ketua
Jadwal Pelaksanaan : KPB dengan melampirkan Berita acara hasil
Mulai : Sesuai undangan (waktu dan tempat) rembuk PTT.
Selesai : satu kali pertemuan (waktu dan tempat)
Jadwal Pelaksanaan :
Durasi : 1 hari Mulai : setelah PTT selesai
Selesai : 1 hari bersamaan rembuk KPB pelaksanaan
Penanggung Jawab : Tim Pemilihan PTT

Output/Hasil Kegiatan : Durasi : 1 hari


Pemenang PTT/Penyedia bahan bangunan yang
dilampiri dengan daftar harga satuan bahan bangunan Penanggung Jawab : Tim Pemilihan
yang disepakati dibuktikan dengan Berita Acara.
Output/Hasil Kegiatan :
Cara Pelaksanaan : Pemenang PTT/Penyedia bahan bangunan yang
1. TFL mendampingi Tim Pemilihan dalam dilampiri dengan daftar harga satuan bahan bangunan
pembuatan berita acara hasil kesepakatan PTT/ yang disepakati dibuktikan dengan Berita Acara.
penyedia bahan bangunan sesuai dengan Format
II-12, berdasarkan hasil PTT/ penyedia bahan Cara Pelaksanaan :
bangunan dan daftar harga hasil survei. 1. TFL mendampingi Tim Pemilihan dalam
2. Semua harga penawaran dari toko/ penyedia yang pembuatan berita acara hasil kesepakatan PTT/
hadir harus dibaca dan dituliskan di papan tulis penyedia bahan/komponen bangunan sesuai

Pemilihan Terbuka Toko (PTT)... (Iryanto Sirait, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjow Purba, Joe i Rances Sinaga) 65
dengan Format II-12, berdasarkan hasil PTT/ pembelian bahan bangunan antara Ketua KPB
penyedia bahan bangunan dan daftar harga hasil dengan Toko;
survei; 2. PKS dibuat 2 rangkap asli bermaterai, yang
2. Semua harga penawaran dari toko/penyedia yang bermaterai dan bertandatangan oleh Ketua
hadir harus dibaca dan dituliskan di papan tulis KPB diserahkan kepada Toko Penyedia
atau kertas plano (diketik dan ditampilkan jika Bahan Bangunan, dan yang bermaterai dan
memiliki proyektor) sehingga KPB dapat melihat bertandatangan Toko Penyedia diserahkan kepada
dan menilai kewajaran harga dari setiap item yang KPB.
ditawarkan;
3. Tidak diperkenankan terjadi perubahan harga Jadwal Pelaksanaan :
setelah diadakan negosiasi harga antara KPB Mulai : Setelah survei ketersediaan bahan bangunan
dengan toko dan berita acara negosiasi harga pada toko pemenang
ditanda tangani; Selesai : setelah penandatangan PKS
4. Jika ada harga satuan bahan bangunan yang
melebihi standar harga perkiraan sendiri KPB, Durasi : 1 hari
maka harus dilengkapi dengan Surat Keterangan
tentang kewajaran harga satuan bahan bangunan Penanggung Jawab : Ketua Kelompok dan Pemilik
pada lokasi penerima bantuan tersebut dengan Toko/ Penyedia Bahan Bangunan
surat peryataan dari toko/penyedia;
5. Serah Terima Tugas Tim Pemilihan kepada Ketua Output/Hasil Kegiatan :
KPB dengan melampirkan Berita acara hasil 1. Hasil Survei Ketersediaan Bahan Bangunan;
rembuk PTT. 2. Isian Format II-12 berita acara hasil kesepakatan
PTT/Penyedia bahan/komponen bangunan;
VII. Survei Ketersediaan Bahan Bangunan Pada 3. Format II-29 Perjanjian Kerjasama Pembelian
Toko Pemenang. Bahan Bangunan;
Tim Pemilihan melakukan survei hasil penawaran
pada Toko Pemenang. Catatan : Tahapan ini mandiri, tidak masuk dalam
hitungan tahapan PTT.
Jadwal Pelaksanaan :
Mulai : Setelah penentuan Toko Pemenang Lama waktu yang dibutuhkan pada proses Pemilihan
Selesai : Bersamaan dengan hasil survei jika waktu Terbuka Toko sebagai berikut :
tersedia 1. 2 hari untuk lokasi yang dekat dengan toko :
Hari ke 1 : Penyusunan Dokumen/Undangan
Durasi : 1 hari dan penyebaran undangan
Hari ke 2 : Pelaksanaan PTT
Penanggung Jawab : Ketua Kelompok
2. 4 hari (lokasi PB jauh dari toko)
Output/Hasil Kegiatan : Hari ke 1 : Penyusunan Dokumen/ Undangan
1. Berita Acara Ketersediaan Bahan Bangunan; dan penyebaran undangan
2. Ketersediaan Armada. Hari ke 2 - 3 : Memberikan kesempatan kepada
3. Kartu Kendali pengiriman bahan bangunan; pemilik toko untuk observasi
4. Kesepakatan sosial antara pemilik toko, PB/ sebaran PB dan potensi belanja
KPB dan Korkab/TFL (konsekuensi apa saja jika bahan bangunan lokal di
penyaluran bahan bangunan terlambat) lingkungan PB
Hari ke 4 : Pelaksanaan PTT
Catatan : Durasi fase ini mandiri, tidak masuk dalam
hitungan waktu fase PTT. Bukti pelaksanaan PTT di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2022 dan Tahun 2023.
VIII. Penandatangan Perjanjian Kerja Sama (PKS)
Pembelian Bahan Bangunan Berikut pelaksanaan PTT pada kegiatan BSPS di
1. Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama beberapa kabupaten pada tahun anggaran 2023.

66 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


1. Desa Lumban Dolok Kecamatan Silaen 2. Desa Sianipar Sihail-hail Kecamatan Balige
Kabupaten Toba Kabupaten Toba
KPB Dosroha dengan pagu sebesar Rp315.000.000,00 KPB Sabar Makmur dengan total pagu sebesar
untuk 18 PB. Rp350.000.000,00 untuk 20 PB.

Gambar 16 Kegiatan PTT


di Desa Sianipar Sihail-Hail
Gambar 14 Kegiatan PTT
di Desa Lumban Dolok Berdasarkan undangan yang disebarkan KPB kepada
toko yang ada disekitar desa tersebut yang hadir
Dari undangan yang disebarkan KPB kepada toko diacara PTT adalah:
yang ada disekitar desa tersebut yang hadir diacara
PTT adalah: a. UD Waldy penawaran Rp309.208.548,39
a. CV Parasella penawaran Rp275.952.100,00 b. UD Ellen penawaran Rp317.658.541,39
b. UD Horas Jaya penawaran Rp268.573.500,00 c. UD Posmasari penawaran Rp334.894.500,75
c. UD Binsar Jaya penawaran Rp263.777.250,00 d. UD Felix penawaran Rp341.279.000,00

Hasil PTT dimenangkan Toko CV. Binsar Jaya Hasil PTT dimenangkan UD. Waldy dengan
dengan penawaran Rp263.777.250,00 sehingga penawaran Rp309.208.548,39 sehingga KPB
KPB Dosroha dapat menghemat Rp51.222.750,00. Dosroha dapat menghemat Rp40.791.451,61
Sehinga per PB menghemat Rp2.845.708,00 Sehingga per PB menghemat Rp2.039.572,58
(dikonversi menjadi bahan bangunan sehingga dapat (dikonversi menjadi bahan bangunan sehingga dapat
meringankan PB dalam Swadaya bahan bangunan meringankan PB dalam Swadaya bahan bangunan
yang dibutuhkan). yang dibutuhkan).

Gambar 17 Harga Penawaran dan Hasil Negosiasi


di Desa Sianipar Sihail-Hail

3. Desa Pasar VII Namo Terasi Kecamatan Sei


Gambar 15 Harga Penawaran dan Hasil Negosiasi Bingai Kabupaten Langkat.
di Desa Lumban Dolok KPB Singah Mata dengan total pagu sebesar
Rp262.500.000,00 untuk 15 PB.

Pemilihan Terbuka Toko (PTT)... (Iryanto Sirait, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjow Purba, Joe i Rances Sinaga) 67
UD Zefa Rp303.721.920,00 selanjutnya KPB
kembali melakukan penawaran disepakati menjadi
Rp293.299.920,00.

Selisih pagu terhadap penawaran menjadi


Rp21.700.080,00 sehingga per PB menghemat
Rp1.205.560,00 (dikonversi menjadi bahan
bangunan sehingga dapat meringankan PB dalam
swadaya bahan bangunan yang dibutuhkan).

Gambar 18 Kegiatan PTT di Desa Namo Terasi VII

Berdasarkan undangan yang disebarkan KPB


kepada toko yang ada disekitar desa tersebut
ternyata yang hadir hanya satu peserta yaitu UD
Zefa. Melalui rembuk KPB disepakati UD Zefa
melanjutkan ketahapan negosiasi harga. Penawaran
UD Zefa Rp252.555.000,00 selanjutnya KPB
kembali melakukan penawaran disepakati menjadi
Rp249.820.000,00.

Selisih pagu terhadap penawaran menjadi Gambar 20 Kegiatan PTT di Desa Durian Lingga
Rp12.680.000,00 sehingga per PB menghemat
Rp845.333,33 (dikonversi menjadi bahan bangunan 5. Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat
sehingga dapat meringankan PB dalam Swadaya Kabupaten Karo
bahan bangunan yang dibutuhkan). KPB Ersada Arih dengan pagu sebesar
Rp227.500.000,00 untuk 13 PB.
4. Desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingai
Kabupaten Langkat
KPB Ola Kisat dengan total pagu sebesar
Rp315.000.000,00 untuk 18 PB.

Gambar 21 Harga Penawaran dan Hasil Negosiasi


di Desa Lingga

Berdasarkan undangan yang disebarkan KPB kepada


toko yang ada disekitar desa tersebut yang hadir
diacara PTT adalah:
Gambar 19 Harga Penawaran dan Hasil Negosiasi a. Toko Anugerah penawaran Rp207.636.000,00
di Desa Durian Lingga b. Toko Gundaling penawaran Rp220.896.000,00
c. Toko Sukses Bersama penawaran Rp225.667.000,00
Berdasarkan undangan yang disebarkan KPB
kepada toko yang ada disekitar desa tersebut Hasil PTT dimenangkan Toko Anugerah. dengan
ternyata yang hadir hanya satu peserta yaitu UD penawaran Rp-207.636.000,00 sehingga KPB
Zefa. Melalui rembuk KPB disepakati UD Zefa Ersada Arih dapat menghemat Rp19.864.000,00.
melanjutkan ketahapan negosiasi harga. Penawaran Sehingga per PB menghemat Rp1.528.000,00

68 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


(dikonversi menjadi bahan bangunan sehingga dapat 7. Desa Pematang Simalungun Kecamatan Siantar
meringankan PB dalam Swadaya bahan bangunan Kabupaten Simalungun
yang dibutuhkan). KPB I Pematang Simalungun dengan pagu sebesar
Rp227.500.000,00 untuk 13 PB.
6. Desa Huta Raja Hasundutan Kecamatan
Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara
KPB Dosroha dengan Pagu sebesar Rp350.000.000,00
untuk 20 PB.

Gambar 23 Kegiatan PTT di Desa Pematang


Simalungun

Berdasarkan undangan yang disebarkan KPB kepada


toko yang ada disekitar desa tersebut ternyata
yang hadir hanya satu peserta yaitu UD Pursida.
Melalui rembuk KPB disepakati UD Pursida
melanjutkan ketahapan negosiasi harga. Penawaran
UD Pursida Rp217.965.000,00 selanjutnya KPB
kembali melakukan penawaran disepakati menjadi
Rp207.830.200,00.

Selisih pagu terhadap penawaran menjadi


Rp19.669.800,00 sehingga per PB menghemat
Rp1.513.061,54 (dikonversi menjadi bahan
bangunan sehingga dapat meringankan PB dalam
Swadaya bahan bangunan yang dibutuhkan).

Gambar 22 Harga Penawaran dan Hasil Negosiasi


di Desa Hutaraja Hasundutan

Berdasarkan undangan yang disebarkan KPB kepada


toko yang ada disekitar desa tersebut yang hadir
diacara PTT adalah:
a. UD ABG penawaran Rp347.080.333,00
b. UD AIN penawaran Rp326.952.333,00
Gambar 24 Kegiatan PTT di Desa Pematang
Hasil PTT dimenangkan UD. AIN dengan penawaran Simalungun
Rp326.953.333,00 sehingga KPB Dosroha dapat
menghemat Rp23.047.667,00. Sehingga per PB 8. Desa Sidomulyo Kecamatan Pulo Bandring
menghemat Rp1.152.383,00 (dikonversi menjadi Kabupaten Asahan
bahan bangunan sehingga dapat meringankan PB KPB Sidomulyo dengan Pagu sebesar
dalam Swadaya bahan bangunan yang dibutuhkan). Rp105.000.000,00 untuk 6 PB.

Pemilihan Terbuka Toko (PTT)... (Iryanto Sirait, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjow Purba, Joe i Rances Sinaga) 69
Berdasarkan undangan yang disebarkan KPB kepada
toko yang ada disekitar desa tersebut yang hadir
diacara PTT adalah:
a. UD Bre Tiganna penawaran Rp231.940.800,00
b. UD Gurky penawaran Rp189.683.300,00

Hasil PTT dimenangkan UD Gurky Alam dengan


penawaran Rp189.683.300,00. Selanjutnya KPB
kembali melakukan penawaran disepakati menjadi
Gambar 25 Harga Penawaran dan Hasil Negosiasi Rp189.251.300,00 sehingga KPB Gunung Ambat
di Desa Sidomulyo dapat menghemat Rp55.748.700,00. Sehingga per
PB menghemat Rp3.982.050,00 (dikonversi menjadi
Berdasarkan undangan yang disebarkan KPB kepada bahan bangunan sehingga dapat meringankan PB
toko yang ada disekitar desa tersebut yang hadir dalam Swadaya bahan bangunan yang dibutuhkan).
diacara PTT adalah:
a. CV Kunyel penawaran Rp99.096.972,00 PTT dengan hasil diatas adalah hasil dari PTT yang
b. UD Wahyu Alam penawaran Rp95.223.600,00 kedua dikarenakan pada saat PTT yang pertama kali
dilakukan KPB Gunung Ambat tidak mendapat
Hasil PTT dimenangkan UD Wahyu Alam dengan selisih keuntungan dibawah pagu melainkan selisih
penawaran Rp95.223.600,00 sehingga KPB rugi diatas pagu sebanyak Rp76.054.000.00 karena
Sidomulyo dapat menghemat Rp9.776.400,00. hal tersebut KPB Gunung Ambat bersepakat untuk
Sehingga per PB menghemat Rp1.629.400,00 melakukan PTT ulang dengan mengundang lebih
(dikonversi menjadi bahan bangunan sehingga dapat banyak toko untuk hadir diPTT kedua.
meringankan PB dalam Swadaya bahan bangunan
yang dibutuhkan). 10. PTT Tahun 2022 Desa Hilina’a Kecamatan
Alasa Talumuzoi Kabupaten Nias Utara
9. Desa Gunung Ambat Kecamatan Sei Bingai KPB Hilina’a dengan pagu sebesar Rp297.500.000,00
Kabupaten Langkat untuk 17 PB.
KPB Gunung Ambat dengan pagu sebesar
Rp245.000.000,00 untuk 14 PB. Berdasarkan undangan yang disebarkan KPB kepada
toko yang ada disekitar desa tersebut yang hadir di
acara PTT adalah:
a. UD Grace penawaran Rp276.100.000,00
b. UD Pian penawaran Rp231.327.000,00
c. UD TMT penawaran Rp383.862.500,00

Hasil PTT dimenangkan UD Pian dengan penawaran


Rp231.327.000,00 sehingga KPB Hilina’a dapat
menghemat Rp66.173.000,00. Sehingga per PB
menghemat Rp3.892.529,41,00 (dikonversi menjadi
bahan bangunan sehingga dapat meringankan PB
dalam Swadaya bahan bangunan yang dibutuhkan).

Selisih penawaran yang diperoleh KPB Hilina’a


sebesar Rp66.173.000,00 dikarenakan persaingan
harga antara 2 toko bahan bangunan yang ada pada
desa tersebut. Dimana kedua toko tersebut adalah
kakak beradik yang beradu kepentingan untuk
menjadi penyedia di Desa Hilina’a, dikarenakan
Gambar 26 Harga Penawaran dan Hasil Negosiasi kedua toko tersebut berada di Desa Hilina’a
Pertama dan Kedua di Desa Gunung Ambat sehingga timbul ego untuk mencari pembuktian di

70 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


desa tersebut, dan yang diuntungkan disini adalah 4. Diharapkan semua elemen masyarakat
KPB Hilina’a dimana setiap penerima bantuan mengetahui/menyaksikan proses PTT secara
mendapatkan keuntungan untuk menambah transparan.
swadaya sebesar Rp3.892.529,41 dari hasil PTT yang
dilakukan.
UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada :


1. Bapak Ir. R. Johny F. S. Subrata, MA. Direktur
Rumah Swadaya Tahun 2018 s.d. 2020;
2. Bapak Ir. K. M. Arsyad, M.Sc.
Direktur Rumah Swadaya Tahun 2020 s.d. 2023;
3. Bapak Ir. Fitrah Nur, M.Si.
Plt. Direktur Rumah Swadaya Tahun 2023;
4. Bapak M. Salahudin Rasyidi, S.T., M.T. Direktur
Rumah Swadaya Tahun 2023 s.d. sekarang;
5. Bapak Ir. Paul Marpaung
Gambar 27 Berita Acara PTT di Desa Hilina’a Tenaga Ahli Direktorat Jenderal Perumahan;
6. Bapak Ir. Hardi Simamora, MPL
Coach/Mentor Diklat PISK;
KESIMPULAN 7. Bapak Ir. Lukman Hakim, M.Sc.
Coach/Mentor Diklat Jabatan Fungsional PKP;
1. PTT dilaksanakan di waktu dan tempat yang sama 8. Ibu Desyarmeda Killian, S.T., M.Si.
secara transparan; Kepala Satuan Kerja Penyediaan Perumahan
2. Penentuan pemenang dilaksanakan dalam satu Provinsi Papua Barat Tahun 2016 s.d. 2021;
kali pertemuan; dan pemenang adalah penawar 9. Bapak Mickhael N. Demena, S.T., M.T.
yang menguntungkan dari sisi harga terendah dan Kepala Satuan Kerja Penyediaan Perumahan
kesesuaian kualitas; Provinsi Papua Barat Tahun 2021 s.d. sekarang.
3. Meskipun sudah sebagai pemenang, KPB 10. Bapak Ir. A Dwijo Darmono SBS sebagai
diperkenankan negosiasi kembali dengan konseptor dan teman diskusi.
mempertimbangkan kesesuaian harga terhadap 11. Tim BSPS Papua Barat, Tim KSPN Raja Ampat
HPS PPK dan kewajaran harga pasar; dan Tim BSPS Sumatera Utara yang telah bekerja
4. Selisih harga negosiasi dikembalikan kepada keras dan berkarya dengan baik.
KPB untuk dikonversi menjadi kebutuhan bahan
bangunan PB sehingga menghemat dan dapat
mengurangi beban swadayanya; DAFTAR PUSTAKA
5. PTT sebagai langkah Pengawasan dan Pengendalian
serta meningkatkan kemandirian dan tanggung Ketentuan Lain-Lain (Format) Bantuan Stimulan
jawab PB/KPB. Perumahan Swadaya Sejahtera dan Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya, Dirjen
Saran Perumahan.
1. Digunakan pada program BSPS atau program Mekanisme atau Panduan Kerja PTT, 2023, Tim
pemberdayaan lainnya di seluruh Indonesia dalam BSPS Sumatera Utara.
hal pengadaan bahan bangunan atau barang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Program Bantuan
lainnya oleh PB/masyarakat; Pembangunan Rumah Swadaya, 2022, Dirjen
2. Memastikan semua pihak memahami proses/ Perumahan.
tahapan sebelum PTT dilaksanakan;
3. Memastikan gambar, volume dan biaya rumah
layak huni telah diidentifikasi kebutuhannya
secara teknis.

Pemilihan Terbuka Toko (PTT)... (Iryanto Sirait, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjow Purba, Joe i Rances Sinaga) 71
Masalah Bangunan
Volume 59 No. 1, Maret 2024 ISSN : 0025 - 4436
Lembar abstrak ini boleh disalin tanpa izin dan biaya

DDC
722.4 Ashary, Djasmihul
Karakteristik Permukiman Masyarakat Tradisional di Kepulauan Tanimbar Kei Maluku
Masalah Bangunan Vol. 59 No. 1, Maret 2024, Hal. : 44-56

Provinsi Maluku, di mana daerah-daerahnya masih banyak terdapat masyarakat hukum adat, terdapat
kearifan lokal budaya yang sangat kental dalam pengelolaan sumber daya alamnya terutama yang berbasis
lingkungan. Budaya sasi, yang masih terpelihara sampai dengan saat ini adalah salah satu wujud nyata
pengelolaan sumber daya alam berbasis lingkungan. Perilaku-perilaku masyarakat masih memelihara
adat-adat yang sampai dengan saat ini pun masih terpelihara. Rumah Tradisional Maluku memiliki
ciri khas yang unik. Rumah merupakan salah satu bagian dari kebudayaan fisik masyarakat Indonesia.
Pembangunan rumah tradisional mereka tidak bisa dilepaskan dari ketersediaan bahan bangunan lokal.
Oleh karena itu bahan bangunan dan bentuk rumah tradisional berbeda dari satu wilayah ke wilayah
lain. Walaupun berbeda teknologi pembangunan rumah-rumah tradisional itu pada prinsipnya dibangun
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang arif dan bijaksana. Sayangnya banyak rumah-rumah telah
rusak dan hilang tapak serta bentuknya, namun juga mengandung harapan bahwa bentuk masa lalu dapat
diadopsi untuk dihadirkan pada masa kini dengan reinterpretasi baru. Secara arsitektural, Rahan Teli
memiliki keunikan dari segi firmitas, dimana dengan sistem konstruksi kayu konvensional bangunan ini
dapat bertahan hingga puluhan, bahkan ratusan tahun. Bentuk bangunan rumah tradisional Maluku,
baik di rumah Rahan Teli maupun Rumah Pusaka di Buano, terbagi atas 3 bagian dengan kosmologi kaki,
badan, dan kepala, yaitu bagian bawah (struktur bawah/panggung pada Rahan Teli dan umpak pada rumah
landed Buano), bagian tengah (Rahan Ralan pada Rahan Teli sebagai ruang kegiatan utama), dan bagian
atas (loteng sebagai ruang penyimpanan benda suci dan perkakas, serta atap). Sementara itu, Rahan Teli
memiliki pola ruang baku yang sangat dipengaruhi oleh adat dan budaya setempat.

Kata kunci: Karakteristik permukiman, Rahan Teli, budaya, masyarakat tradisional, kearifan lokal

DDC
728.1 Cahyadi, Dany, Harits Salman Ambo
Penjaminan Mutu Teknologi RISHA melalui Sistem Kendali Mutu Teknologi
Masalah Bangunan Vol. 59 No. 1, Maret 2024, Hal. : 1-14

Teknologi RISHA telah banyak diterapkan dalam berbagai program pembangunan perumahan di Indonesia
terutama pada pembangunan rumah pasca bencana alam (gempa, longsor, tsunami, erupsi, dan lain-lain).
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam penerapan teknologi RISHA di lapangan adalah masalah
mutu pekerjaan. Untuk meningkatkan mutu penerapan teknologi diperlukan pengendalian mutu oleh
beberapa pihak yang terlibat dalam proses kendali mutu teknologi antara lain aplikator teknologi, pemilik
proyek dan pemilik teknologi melalui pelaksanaan sistem kendali mutu teknologi. Metode pelaksanaan
kegiatan ini dilakukan dengan metode deskriptif berupa penjelasan mengenai lingkup aspek sistem
pengendalian mutu teknologi dan skema penerapan kendali mutu teknologi RISHA di lapangan. Dalam
proses pelaksanaan kendali mutu teknologi RISHA ini telah dibuat beberapa skema penerapan kendali
mutu yaitu skema penerapan kendali mutu oleh Aplikator Teknologi dan skema penerapan kendali mutu
oleh Pemilik Proyek. Sistem kendali mutu teknologi RISHA ini dilakukan guna memastikan penerapan
teknologi baik saat produksi maupun saat perakitan panel teknologi sudah sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan teknis teknologi yang sudah ditetapkan oleh Direktorat BTPP sebagai pemilik teknologi
RISHA.

Kata kunci: Teknologi, RISHA, sistem, kendali mutu, penjaminan mutu

72 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


DDC
690.2 Halim, Leonita Dwesti, Ade Erma Setyowati
Kajian Aspek Kemudahan pada Bangunan Gedung Asrama Mahasiswa Putri
Masalah Bangunan Vol. 59 No. 1, Maret 2024, Hal. : 15-29

Keandalan bangunan gedung terdiri dari aspek keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.
Aspek kemudahan terdiri dari dua sub aspek, yaitu kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam Bangunan
Gedung dan kelengkapan prasarana dan sarana pemanfaatan Bangunan Gedung. Berdasarkan penelitian
tahun 2011 diketahui bahwa untuk aspek keselamatan tidak dilakukan pembobotan, namun ditetapkan
secara absolut melalui penilaian “ANDAL” dan “TIDAK ANDAL”, sementara bobot untuk aspek kesehatan
30%, aspek kenyamanan 50%, dan aspek kemudahan 20%. Mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 16
tahun 2021 Lampiran 1 dijelaskan bahwa Pemenuhan ketentuan kemudahan bangunan gedung dilakukan
melalui penerapan prinsip Desain Universal, oleh karena itu aspek kemudahan memiliki peranan penting
dalam bangunan untuk memberikan rasa keadilan, kemandirian, keamanan, dan keselamatan. Pengamatan
dan pengukuran aspek kemudahan pada bangunan gedung asrama putri menghasilkan tingkat keandalan
73% atau memberikan 14,6% pada keandalan Bangunan Gedung secara keseluruhan.

Kata kunci: Aspek kemudahan, sarana hubungan horizontal, sarana hubungan vertikal, kelengkapan
prasarana dan sarana, tingkat keandalan bangunan gedung

DDC
363.5 Sirait, Iryanto, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjaow Purba, Joe i Rances Sinaga
Pemilihan Terbuka Toko (PTT) Kegiatan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Provinsi Sumatera
Utara
Masalah Bangunan Vol. 59 No. 1, Maret 2024, Hal. : 57-71

Bantuan Rumah Swadaya adalah salah satu bantuan pembangunan perumahan yang diberikan oleh
pemerintah. Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) adalah dukungan dana pemerintah berasaskan
gotong royong bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk peningkatan kualitas rumah sekaligus
sebagai upaya pemenuhan rumah layak huni. Program ini diberikan kepada Kelompok Penerima Bantuan
yang berada di deliniasi lokasi penanganan, dengan besaran bantuan merupakan total besaran nilai
satuan material dan upah tukang. Pada tahapan perencanaan penyelenggaraan BSPS, perbandingan harga
material pada toko/penyedia bahan bangunan yang disurvei cenderung kurang bersaing. Oleh karena itu
dilakukan Pemilihan Terbuka Toko yang bersifat efektif, efisien, transparan dan akuntabel, dimana toko
pemenang adalah toko yang menawarkan harga terendah dengan kualitas baik.

Kata kunci: Pemilihan Terbuka Toko, efektif, efisien, transparan, akuntabel, inovasi

Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024 73


DDC
363.7 Sultan, Hadidjah, Djasmihul Ashary
Pengaruh Pelabuhan Paotere terhadap Perkembangan Permukiman yang Berada di Sekitarnya
Masalah Bangunan Vol. 59 No. 1, Maret 2024, Hal. : 30-43

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pengaruh keberadaan Pelabuhan Paotere terhadap
kondisi permukiman masyarakat sekitarnya dan tingkat ketersediaan prasarana dan sarana lingkungan
permukiman masyarakat di Kelurahan Gusung. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Ujung Tanah
Kelurahan Gusung dengan tiga sampel lokasi yaitu lingkungan RW 1, RW 2 dan Lingkungan RW 3.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif melalui hasil analisis statistik dan disajikan dalam bentuk
tabel. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat atau kepala keluarga yang bermukim di tiga lokasi
sampel penelitian yaitu RW 1, RW 2, dan RW 3. Pengambilan sampel dilakukan secara Simple Random
Sampling kemudian dilakukan pengambilan responden secara Cluster Random Sampling di tiga lokasi
sampel sebanyak 73 responden. Analisis data menggunakan statistik deskriptif kualitatif dengan tabel
frekuensi dan perbandingan terhadap standar NSPM. Hasil penelitian menyatakan bahwa keberadaan
Pelabuhan Paotere sangat mempengaruhi pola permukiman masyarakat di sekitarnya. Ada 3 (tiga) hal
yang berpengaruh terhadap keberadaan Pelabuhan Paotere yaitu kawasan perdagangan (ruko), kawasan
permukiman kumuh, dan kawasan pelabuhan itu sendiri. Pola permukiman yang dulunya linier
dengan kawasan pesisir berubah menjadi mengelompok dengan lahan yang terbatas. Sementara tingkat
ketersediaan dan manfaat penyediaan prasarana dan sarana permukiman masyarakat seperti komponen
jalan, air bersih, dan sanitasi lingkungan terhadap indikator standar kebutuhan masih kurang baik dan
kurang memadai sementara manfaat ketersediaan prasarana dan sarana untuk kegiatan sosial ekonomi
masyarakat sangat bermanfaat untuk peningkatan ekonomi dan peningkatan pendapatan serta terjalinnya
interaksi sosial di masyarakat dengan adanya prasarana tersebut.

Kata kunci: Pelabuhan, prasarana, sarana, permukiman, tingkat ketersediaan sarana dan prasarana

74 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


Masalah Bangunan
Volume 59 No. 1, March 2024 ISSN : 0025 - 4436
Abstract may be reproduced without permission or charge

DDC
722.4 Ashary, Djasmihul
Characteristics of Traditional Community Settlements in Tanimbar Kei Island Maluku
Masalah Bangunan Vol. 59 No. 1, March 2024, Page : 44-56

Maluku Province, where there are still many customary law communities, has very strong local cultural wisdom
in the management of its natural resources, especially those based on the environment. The sasi culture, which
is still maintained today, is a concrete manifestation of environmentally based natural resource management.
Community behavior still maintains traditional customs which are still maintained to this day. Maluku
Traditional Houses have unique characteristics. The house is one part of the physical culture of Indonesian
society. The construction of their traditional houses cannot be separated from the availability of local building
materials. Therefore, building materials and traditional house shapes differ from one region to another. Even
though the technology for building traditional houses is different, in principle they are built based on wise
and wise considerations. Unfortunately, many houses have been damaged and lost their location and shape,
but it also contains hope that the forms of the past can be adopted to be presented in the present with new
reinterpretations. Architecturally, Rahan Teli is unique in terms of firmness, where with a conventional wooden
construction system this building can last for tens, even hundreds of years. The form of a traditional Maluku
house building, both in the Rahan Teli house and the Pusaka House in Buano, is divided into 3 parts with the
cosmology of legs, body and head, namely the lower part (bottom structure/stage in Rahan Teli and umpak in the
Buano landed house), part middle (Rahan Ralan on Rahan Teli as the main activity room), and the top (attic as
a storage room for sacred objects and utensils, as well as the roof). Meanwhile, Rahan Teli has a standard spatial
pattern that is strongly influenced by local customs and culture.

Keywords: Settlement Characteristics, Rahan Teli, culture, traditional society, local wisdom

DDC
728.1 Cahyadi, Dany, Harits Salman Ambo
Quality Assurance of RISHA Technology through Technology Quality Control System
Masalah Bangunan Vol. 59 No. 1, March 2024, Page : 1-14

The Ministry of Public Works and Housing has adopted a number of technologies, including Building Information
Modeling (BIM) technology, Augmented Reality (AR) technology, Virtual Reality (VR) technology, and Mixed
Reality (MR) technology, to implement infrastructure in Indonesia during the fourth industrial revolution.
All of these technologies make use of networked integrated technology. Virtual reality (VR) technology is one
of the technologies adopted in order to deliver technology products to meet the needs of visualization and
technological interaction in organizing exhibitions and technology dissemination. The purpose of this project is
to produce a RISHA VR technology application as a medium for dissemination and exhibition for technology
in the human settlement and housing sector. This VR technology allows exhibition visitors to simulate the
RISHA technology development process, starting from the selection of building components (panels, bolts,
steel plates and others) to the assembly and installation of earthquake-resistant houses. All of these experiences
are designed in a virtual form. With the use of VR technology as the application of technology 4.0 in the
implementation of exhibitions and dissemination of human settlement and housing technology, it is hoped that
it will make it easier for general users or exhibitors to understand and visualize RISHA technology in a more
real virtual manner.

Keywords: Technology, RISHA, system, quality control, quality assurance

Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024 75


DDC
690.2 Halim, Leonita Dwesti, Ade Erma Setyowati
Study of Convenience Aspect on Female Student Dormitory
Masalah Bangunan Vol. 59 No. 1, March 2024, Page : 15-29

Building reliability consists of safety, health, comfort, and convenience aspect. Convenience aspect consists
of two sub aspects, namely the ease of connection to, from, and within the building and the building facility
completeness. Based on research in 2011, safety aspect is not rated by a number, but it is determined in absolute
terms through “RELIABLE” and “UNRELIABLE”, while other aspects have their own value such as 30% for
health aspect, 50% for comfort aspect, and 20% for convenience aspect. Referring to the Government Regulation
Number 16 of 2021, Appendix 1, fulfillment of building convenience aspect can be done by implementing
the principles of Universal Design, therefore building convenience aspect has an important role to provide a
sense of justice, independence, security, and safety. Observation and measurement of convenience aspect in the
female dormitory resulted a reliability level of 73% or 14.6% for the overall building reliability level.

Keywords: Convenience aspect, horizontal access facility, vertical access facility, building facility, building
reliability level

DDC
363.5 Sirait, Iryanto, Dian Taviana, Frigga Monashi Manjaow Purba, Joe i Rances Sinaga
Shop Open Selection Stimulant Activities for Self-Supporting Housing in North Sumatera Province
Masalah Bangunan Vol. 59 No. 1, March 2024, Page : 57-71

Self-help Housing Stimulant Assistance is one of the housing development assistance provided by the government.
BSPS stands for Self-help Housing Stimulant Assistance, which is government funding support based on mutual
cooperation, for low-income people to improve the quality of their houses as well as an effort to fulfill livable
housing. This program is provided to Beneficiaries Group located in the delineated handling location, with the
amount of assistance is the total implementation of Self-help Housing Stimulant Assistance, the comparison of
material prices in surveyed shops/building material providers tends to be less competitive. Therefore, an Open
Selection of Material Shop is carried out, which is effective, efficient, transparent and accountable, where the
winning shop is the shop that offered the lowest price with good quality.

Keywords: Open Selection of Material Shop, effective, efficient, transparent, accountable, innovation

76 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


DDC
363.7 Sultan, Hadidjah, Djasmihul Ashary
The Influence of Paotere Port on the Development of Surrounding Settlements
Masalah Bangunan Vol. 59 No. 1, March 2024, Page : 30-44

This research aims to explain how the existence of Paotere Harbor influences the residential conditions of the
surrounding community and the level of availability of infrastructure and facilities in the community residential
environment in Gusung Village. The research location is in Ujung Tanah District, Gusung Village with three
sample locations, namely the RW 1, RW 2 and RW 3 environments. This research is descriptive qualitative
through the results of statistical analysis and presented in table form. The population in this research is the
community or heads of families who live in the three research sample locations, namely RW 1, RW 2, and
RW 3. Sampling was carried out using Simple Random Sampling, then respondents were taken using Cluster
Random Sampling in three sample locations totaling 73 respondents. Data analysis uses qualitative descriptive
statistics with frequency tables and comparisons to NSPM standards. The research results state that the existence
of Paotere Harbor greatly influences the settlement patterns of the surrounding community. There are 3 (three)
things that influence the existence of Paotere Port, namely the trade area (shophouse), slum area, and the port
area itself. Settlement patterns that used to be linear with coastal areas have changed to clustered with limited
land. Meanwhile, the level of availability and benefits of providing community housing infrastructure and
facilities such as road components, clean water and environmental sanitation against standard indicators of
need is still poor and inadequate, while the benefits of providing infrastructure and facilities for community
socio-economic activities are very useful for improving the economy and increasing income. as well as the
establishment of social interaction in the community with this infrastructure.

Keywords : Port, infrastructure, facilities, settlements, level of availability of facilities and infrastructure

Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024 77


Indeks Subyek

A P
Aplikator, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 14, 15, 16, 17, 18, 76 Panel, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 26, 76
Aspek kemudahan, 3, 19, 77 Pelabuhan Paotere, 35, 36, 44, 47
Pemilihan Terbuka Toko, 3, 4, 61, 62, 65, 66, 67, 69,
B 70, 71, 72, 73, 74, 75, 77
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya, 61, 62, 65, Permukiman, 3, 4, 5, 6, 17, 18, 19, 25, 34, 36, 37, 40,
71, 75, 80 41, 43, 46, 47, 59, 60, 78, 83
Budaya, 35, 37, 46, 48, 49, 59, 76
Q
D Quality, 5, 6, 7, 16, 17, 18, 61, 79, 80
Demografi, 39
Difabel, 23, 25, 30 R
Rehabilitasi, 6
E
Efektifitas, 65, 66 S
Efisiensi, 20, 65, 66, 77 Sampel, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 22, 34, 36,
50, 55, 58, 78
F Sampling, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18
Filosofi, 49, 55, 56 Serambi, 51, 52, 53, 55
Spesifikasi, 5, 6, 7, 8, 14, 17, 67, 76
G
Geografis, 37, 38, 41, 55 T
Tanimbar Kei, 50, 55, 56, 59
I Tata ruang, 3, 38, 40, 56
Inovasi, 61, 65 Teknis, 3, 5, 6, 7, 8, 13, 14, 16, 17, 20, 21, 23, 40,
75, 76
K Teknologi, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 16, 17, 18, 48,
Karakteristik Permukiman, 4, 48, 59, 76 49, 55, 76
Kawasan, 35, 40, 41, 45, 46, 60, 65 Teknologi Rumah Instan Sederhana, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
Kearifan Lokal, 49 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 76, 79
Kelengkapan Prasarana dan Sarana, 19, 21, 23, 25, Tingkat Ketersediaan, 34
77 Topografi, 38, 39
Kendali Mutu, 7, 8, 16, 17, 18 Tradisional, 3, 43, 46, 48, 49, 50, 55, 57, 58, 59, 76
Kluster, 9, 14, 15, 16
Kualitas, 3, 6, 61, 62, 64, 65, 69, 75 V
Varian, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 18
L Vitruvius, 55, 59
Lingkungan, 3, 21, 34, 35, 37, 39, 40, 43, 44, 45, 46,
48, 49, 56, 70, 76, 77, 78, 83 W
Wilayah, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 43, 44, 45, 46, 48,
M 49, 65, 76
Masyarakat Tradisional, 4, 48
Z
O Zona, 39, 40
Ornamentasi, 56, 57

78 Masalah Bangunan, Vol. 59 No. 1, Maret 2024


PEDOMAN UNTUK PENULIS

UMUM
 Redaksi menerima naskah karya ilmiah IPTEK bidang Permukiman, baik dari dalam maupun di luar lingkungan Direktorat
Bina Teknik Permukiman dan Perumahan
 Naskah belum pernah diterbitkan di media cetak lainnya
 Penulis bertanggung jawab sepenuhnya terhadap isi tulisan
 Naskah disampaikan ke redaksi dalam bentuk file digital "MS Word"
 Penelaah berhak memperbaiki naskah tanpa mengubah isi dan pengertiannya dan akan berkonsultasi dahulu dengan penulis
apabila dipandang perlu untuk mengubah isi naskah
 Jika naskah disetujui untuk diterbitkan, penulis harus segera menyempurnakan dan menyampaikannya kembali ke redaksi
paling lambat satu minggu setelah tanggal persetujuan
 Naskah yang dimuat menjadi milik Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan
 Naskah yang tidak dapat dimuat akan diberitahukan kepada penulis dan naskah tidak akan dikembalikan, kecuali ada
permintaan lain dari penulis

NASKAH
Bahasa : Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia dilengkapi dengan abstrak dan kata kunci dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Format : Jumlah halaman naskah maksimum 15 halaman tercetak dalam kertas putih ukuran A4 pada satu permukaan dengan satu
spasi. Naskah yang ditulis terbagi atas 2 kolom yang terpisah oleh jarak tengah 1 cm. Pada semua tepi kertas disisakan ruang kosong
minimal 2 cm. Jenis huruf yang digunakan Goudy Old Style.

Judul (12 pt, Capital, bold) dan Sub Judul (11 pt, bold) : Judul dibuat tidak lebih dari dua baris dan harus mencerminkan isi tulisan. Nama,
instansi dan alamat (instansi dan e-mail) penulis dicantumkan di bawah judul.

Abstrak (11 pt, Italic) : Abstrak dibuat tidak lebih dari 200 kata yang memuat metodologi yang digunakan, temuan-temuan pokok hasil
penelitian, serta mengungkapkan konklusi dan rekomendasi pokok. Abstrak dilengkapi dengan kata kunci, disusun dalam 2 (dua)
bahasa (Indonesia-Inggris).

Isi Naskah (11 pt) : Susunan isi naskah meliputi : Pendahuluan, Metode, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan, Daftar Pustaka.

Tabel : Judul tabel dan keterangan ditulis dengan jelas dan singkat. Tabel harus diberi nomor. Nomor dan judul tabel diletakkan pada
posisi center. Antara judul tabel dan kalimat sebelumnya dan juga antara tabel dan judul tabel diberi jarak satu spasi

Gambar dan Foto : Gambar dan foto harus diberi nomor, judul atau keterangan dengan jelas. Ukuran gambar dan foto disesuaikan
dengan besar kolom. Nomor, judul atau keterangan gambar dan foto diletakkan pada posisi center. Gambar dan foto harus mempunyai
ketajaman yang baik, ukurannya dapat diperbesar dan diletakkan ditengah kertas, memotong kolom. Antara gambar/foto dan judul
atau keterangan gambar/foto diberi jarak satu spasi.

Daftar Pustaka : Daftar pustaka ditulis sesuai dengan urutan menurut abjad nama pengarang dengan mencantumkan tahun penerbitan,
judul terbitan, penerbit, dan kota terbit.
 Pustaka berupa judul buku :
Soehartono, Irawan. 2002. Metode penelitian sosial. Bandung: Gajah Mada University Press.
 Pustaka berupa majalah/jurnal ilmiah/prosiding :
Harihanto. 2004. Persepsi masyarakat terhadap air sungai. Lingkungan dan Pembangunan 24. 3:171-186

Anda mungkin juga menyukai