Anda di halaman 1dari 5

terutama yang dekat dengan pusat-pusat kegiatan ekonomi memiliki pola permukiman dengan bentuk

terpusat atau tersebar melingkari pusat-pusat perekonomian.


Di daerah dataran rendah, umumnya bentuk mata pencaharian penduduk lebih berorientasi kepada
bidang pertanian khususnya di daerah pedesaan. Kegiatan pertanian yang dikembangkan yaitu pertanian
yang menghasilkan tanaman pangan dan tanaman komoditas. Di wilayah-wilayah yang telah maju, telah
berkembang pula kegiatan penduduk yang berorientasi kepada bidang perdagangan, komunikasi,
transportasi, dan kepariwisataan. Di samping itu, wilayah dataran rendah banyak dimanfaatkan untuk
kepentingan pembangunan gedung-gedung pusat pemerintahan, pusat pendidikan, pusat perbelanjaan,
dan lain-lain.

c. Kehidupan di Wilayah Pegunungan


Penduduk yang berada di lokasi ini ada yang tinggal dengan membentuk pola permukiman terpusat
sekitar lokasi wisata dan penambangan, ada pula yang bergerombol di sekitar lokasi tanah perkebunan
dan kehutanan terutama mereka selalu mendekati daerah-daerah sumber air. Sebagian besar kondisi
mata pencaharian penduduk yang tinggal di wilayah ini, berorientasi kepada bidang perkebunan dan
kehutanan. Di daerah-daerah yang kondisi lapisan tanahnya banyak mengandung bahan-bahan
tambang, otomatis mereka beraktivitas di bidang penggalian barang-barang tambang. Untuk wilayah-
wilayah pegunungan yang dijadikan kawasan wisata, maka orientasi mata pencaharian penduduk lebih
memilih untuk berdagang atau pelayanan jasa.

18. Faktor pendorong dan penghambat perubahan sosial budaya

a. Faktor-Faktor Pendorong Perubahan


1) Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain
Kontak dengan kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu
menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru tersebut
dapat berasal dari kebudayaan asing atau merupakan perpaduan antara budaya asing dengan budaya
sendiri. Proses tersebut dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya
kebudayaan yang ada.
2) Sistem Pendidikan Formal yang Maju
Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama membuka pikiran dan mem-biasakan
berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai
apakah kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi perkembangan zaman atau tidak.
3) Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk berkarya lebih baik lagi,
sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk menghasilkan karya-karya lain.
4) Toleransi terhadap Perbuatan yang Menyimpang
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan
cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya.Untuk itu, toleransi dapat diberikan agar semakin tercipta
hal-hal baru yang kreatif.
5) Sistem Terbuka Masyarakat (Open Stratification)
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial ertikal atau horizontal yang lebih luas kepada
anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan
dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para indi idu untuk dapat mengembangkan
kemampuan dirinya.
6) Heterogenitas Penduduk
Di dalam masyarakat heterogen yang mempunyai latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda
akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian
merupakan pendorong terjadinya perubahanperubahan baru dalam masyarakat dalam upayanya untuk
mencapai keselarasan sosial.
7) Orientasi ke Masa Depan
Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju dan
mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan perkembangan dan
tuntutan zaman.
8) Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
Ketidakpuasan yang berlangsung lama di kehidupan masyarakat dapat menimbulkan reaksi berupa
perlawanan, pertentangan, dan gerakan revolusi untuk mengubahnya.
9) Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk Memperbaiki Hidupnya
Ikhtiar harus selalu dilakukan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan
menggunakan sumber daya yang terbatas.

b. Faktor-Faktor Penghambat Perubahan


1) Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Kehidupan terasing menyebabkan suatu masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan
yang telah terjadi. Hal ini menyebabkan pola-pola pemikiran dan kehidupan masyarakat menjadi statis
2) Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Kondisi ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup, contohnya masyarakat
pedalaman. Tapi mungkin juga karena masyarakat itu lama berada di bawah pengaruh masyarakat lain
(terjajah).
3) Sikap Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional
Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat membuat terlena dan sulit menerima
kemajuan dan perubahan zaman. Lebih parah lagi jika masyarakat yang bersangkutan didominasi oleh
golongan konser atif (kolot).
4) Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan pada Integritas Kebudayaan
Integrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak sempurna, kondisi seperti ini dikhawatirkan akan
menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada. Beberapa golongan masyarakat
berupaya menghindari risiko ini dan tetap mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan
yang telah ada.
5) Adanya Kepentingan-Kepentingan yang Telah Tertanam dengan Kuat (Vested Interest)
Organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan strata akan menghambat terjadinya perubahan.
Golongan masyarakat yang mempunyai kedudukan lebih tinggi tentunya akan mempertahankan
statusnya tersebut. Kondisi inilah yang menyebabkan terhambatnya proses perubahan.
6) Adanya Sikap Tertutup dan Prasangka Terhadap Hal Baru (Asing)
Sikap yang demikian banyak dijumpai dalam masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa lain, misalnya
oleh bangsa Barat. Mereka mencurigai semua hal yang berasal dari Barat karena belum bisa melupakan
pengalaman pahit selama masa penjajahan, sehingga mereka cenderung menutup diri dari pengaruh-
pengaruh asing.
7) Hambatan-Hambatan yang Bersifat Ideologis
Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah, biasanya diartikan sebagai usaha yang
berlawanan dengan ideologi masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut.
8) Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan begitu kuatnya sehingga sulit untuk diubah. Hal ini
merupakan bentuk halangan terhadap perkembangan dan perubahan kebudayaan. Misalnya, memotong
padi dengan mesin dapat mempercepat proses pemanenan, namun karena adat dan kebiasaan
masyarakat masih banyak yang menggunakan sabit atau ani-ani, maka mesin pemotong padi tidak akan
digunakan.
9) Nilai Bahwa Hidup ini pada Hakikatnya
Buruk dan Tidak Mungkin Diperbaiki Pandangan tersebut adalah pandangan pesimistis. Masyarakat
cenderung menerima kehidupan apa adanya dengan dalih suatu kehidupan telah diatur oleh Yang
Mahakuasa. Pola pikir semacam ini tentu saja tidak akan memacu pekembangan kehidupan manusia.

19. Mengidentifikasi penyebab perubahan sosial


Faktor penyebab perubahan sosial dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu factor yang berasal dari
dalam masyarakat itu sendiri (faktor internal) dan faktor yang bersumber dari luar masyarakat (faktor
eksternal).

a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri yaitu sebagai berikut.
1) Bertambah atau Berkurangnya Penduduk
Bertambahnya penduduk yang sangat cepat, menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur
masyarakat, terutama yang menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan
2) Penemuan-Penemuan Baru
Adanya penemuan baru dapat menyebabkan terjadinya perubahan. Proses penemuan baru disebut
inovasi. Penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dibedakan menjadi dua, yaitu
discovery dan invention.
3) Pertentangan (Konflik)
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik
diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya .
4) Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi di Dalam Tubuh Masyarakat itu Sendiri
Perubahan dapat terjadi karena adanya pemberontakan oleh kekuatan-kekuatan dalam masyarakat
terhadap kondisi yang telah mapan. Sebagai contoh adalah adanya Revolusi Prancis yang merupakan
pemberontakan masyarakat kelas bawah yang tertindas terhadap kekuasaan kerajaan yang bertindak
sewenang-wenang.

b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat itu. Faktor eksternal yang dapat
menyebabkan terjadinya perubahan sosial budaya adalah sebagai berikut.
1) Lingkungan Alam Fisik yang Ada di Sekitar Manusia
Perubahan dapat disebabkan oleh lingkungan fisik, seperti terjadinya gempa bumi, taufan, banjir besar,
dan lain-lain mungkin menyebabkan bahwa masyarakat yang mendiami daerah-daerah tersebut terpaksa
harus meninggalkan tempat tinggalnya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggalnya yang
baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam yang baru tersebut.
2) Peperangan
Peperangan dengan negara lain dapat menyebabkan terjadinya perubahan perubahan yang sangat
besar baik pada lembaga kemasyarakatan maupun struktur masyarakat.
3) Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain
Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain dapat menyebabkan terjadinya perubahan sosial dan
budaya. Hubungan yang dilakukan secara fisik antara dua masyarakat, mempunyai kecenderungan untuk
menimbulkan pengaruh timbal-balik, artinya masingmasing masyarakat mempengaruhi masyarakat
lainnya, tetapi juga menerima pengaruh dari masyarakat yang lain itu.

20. Bentuk-bentuk interaksi sosial

a. Interaksi Sosial Asosiatif


Interaksi sosial secara asosiatif memiliki sifat positif, artinya proses interaksi sosial yang cenderung
menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas anggota kelompok. Proses asosiatif memiliki bentuk-
bentuk antara lain sebagai berikut
1) Kerja Sama (Cooperation)
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antarindividu ataupun kelompok untuk mencapai kepentingan
dan tujuan yang serupa, serta menyadarinya bermanfaat untuk dirinya atau orang lain. Kerja sama akan
bertambah kuat jika terdapat bahaya bahaya dari luar dan juga tindakan-tindak luar yang menyinggung
kesetiaan yang telah tertanam dalam kelompok, dalam diri seseorang, atau segolongan orang-orang.
Contohnya, kerja sama antara prajurit dalam satu kesatuan terjalin ketika menghadapi musuh dalam
sebuah medan pertempuran. Proses sosial erat kaitannya dengan kerja sama ialah konsensus.
Konsensus terjadi kalau dua pihak atau lebih ingin memelihara adanya hubungan dan masing-masing
memandang sebagai kepentingan sendiri. Dalam mengadakan konsensul dapat muncul jika anggota
kelompok mempunyai perbedaan pendapat. Dalam konsensus, pertentangan kepentingan terlihat nyata,
tetapi tidak sebesar di konflik. Bentuk-Bentuk Kerja Sama - Berdasarkan pelaksanaannya, kerja sama
memiliki bentuk-bentuk antara lain lain sebagai berikut
a) Kerukunan atau gotong royong ialah bentuk kerja sama yang dilakukan secara sukarela demi
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berkaitan langsung dengan orang-orang yang terlibat
dalam gotong royong.
b) Bargaining, yaitu kegiatan perjanjian pertukaran barang ataupun jasa dua organisasi ataupun lebih
c) Kooptasi, yaitu prosedur penerimaan unsur-unsur baru di kepemimpinan dan pelaksanaan
ketatanegaraan organisasi sebagai satu-satunya tips untuk menghindari adanya konflik yang dapat
mengguncang organisasi
d) Koalisi, adalah kombinasi yang dilakukan dari dua organisasi atau lebih yang memiliki tujuan yang
sama. Koalisi menghasilkan keadaan dengan tidak stabil karena ke-2 organisasi memiliki struktur
tersendiri.
e) Joint-venture, adalah bentuk kerja sama dalam perusahaan proyek khusus, seperti pengeboran
minyak dan juga perhotelan.

2) Akomodasi (accomodation)
Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri individu atau kelompok manusia dengan semula saling
bertentangan untuk upaya mengatasi ketegangan. Akomodasi berarti adanya keseimbangan interaksi
sosial dengan norma dan nilai yang ada dalam masyarakat. Akomodasi seringkali merupakan cara untuk
menyelesaikan pertentangan, entah dengan cara menghargai kepribadian yang berkonflik ataupun
paksaan (tekanan). Bentuk-Bentuk Akomodasi - Akomodasi sebagai proes mempunyai beberap bentuk
antara lain sebagai berikut
a) Koersi adalah bentuk dari akomodasi yang berlangsung karena paksaan kehendak suatu pihak
terhadap pihak lain yang lemah dengan didominasi suatu kelompok atas kelompok lain. Contohnya
sistem rezim (pemerintahan) totaliter.
b) Kompromi adalah bentuk dari akomodasi yng pihak-pihak terlibat perselisihan saling meredakan
tuntutan sehingga tercapai suatu penyelesaian. Sikap dasar kompromi adalah semua pihak bersedia
merasakan dan memahami keadaan pihak lain. Contohnya: perjanjian gencatan senajata antara kedua
negara yang sedang terlibat perang.
c) Arbitrase adalah bentuk akomodasi yang terjadi apabila terdapat pihak-pihak yang berselisih tidak
sanggup mencapai kompromi sendiri. Maka dari itu diundanglah kelompok ketiga yang tidak berat
sebelah (netral) untuk mengusahakan penyelesaian. Pihak ketiga tersebut berasal dari badan yang
berwenang. Contohnya: penyelesaian pertentangan antara pengusaha dan serikat buruh diselesaikan
melalui arbitrase (pihak ketiga yang netral).
d) Mediasi adalah pihak ketiga untuk penengah atau juru damai. Keputusan berdamai tergantung pihak-
pihak yang betikai. Contohnya: mediasi pemerintah Republik Indonesia untuk mendamaikan faksi-faksi
yang bersilih di kamboja.
e) Konsiliasi ialah upaya mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih untuk tercapainya suat
persetujuan bersama. Konsiliasi bersifat lebih lunak dan membuka kesempatan mengadakan asimilasi.
Contohnya, panitia tetap penyelesaian masalah ketenagakerjaan mengundang perusaan dan wakil
karyawan untuk menyelesaikan masalah.
f) Toleransi adalah bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan resmi karena tanpa disadari dan
direncanakan, adanya keinginan untuk menghindarkan diri dari perselisihan yang saling merugikan.
g) Stalemate adalah bentuk dari akomodasi yang terjadik ketika kelompok terlibat pertentangan dengan
kekuatan seimbang. Dengan kesadaran ke-2 belah pihak maka tidak ada yang maju ataupun mundur
sehingga pertentangan akan berhenti dengan sendirinya.

3) Asimilasi (assimilation)
Asimilasi adalah usaha-usaha untuk meredakan perbedaan antarindividu atau antarkelompok guna
mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Menurut
Koentjaraningrat, prosedur asimilasi akan timbul bila ada kelompok-kelompok yang mempunyai
perbedaan kebudayaan. Kemudian, individu-individu dalam kelompok tersebut berinteraksi secara
langsung secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama, sehingga kebudayaan masing-masing
kelompok berubah dan menyesuaikan diri.Dalam asimilasi|penyerapan terjadi proses identifikasi diri
dengan kepentingan-kepentingan dan tujuan kelompok. Apabila dua kelompok atau dua orang berbuat
asimilasi, maka batas-batas antarkelompok akan hilang dan keduanya melebur menjadi satu kelompok
baru. Faktor-Faktor Mempermudah/Mendorong Asimilasi - Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya
asimilasi ialah
a) Sikap toleransi
b) Kesempatan yang seimbang dalam ekonomi (tiap-tiap individu mendapat kesempatan yang serupa
untuk mencapai kedudukan khusus atas dasar kemampuan & jasanya)
c) Sikap menghargai orang-orang asing dan kebudayaannya
d) Tingkahlaku yang terbuka dari golongan penguasa dalam masyarakat
e) Adanya Persamaan pada unsur kebudaaan
f) Perkawinan campuran (amalgamasi)
g) Adanya musuh bersama dari luar.

Faktor-Faktor Penghalang/Penghambat Asimilasi - Sebaliknya, faktor-faktor yang menjadi penghalang


terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut
a) Terisolasinya kehidupan suatu kelompok tertentu dalam masyarakat. Misalnya, orang indian di
Amerika Serikat yang diharuskan bertempat tinggal di wilayah-wilayah khusus (reservation).
b) Kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang dihadapi
c) Memiliki perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi
d) Terdapat perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada
kebudayaan golongan atau kelompok lain.
e) Terdapat perbedaan warna kulit atau ciri-ciri badaniah.
f) Terdapat in group feeling yang kuat. Artinya, adanya suatu perasaan yang kuat bahwa individu terikat
di dalam kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan
g) Terdapat gangguan golongan minoritas terhadap golongan yang berkuasa. Contoh, perlakuan kasar
terhadap orang-orang jepang yang tinggal di Amerika Serika sesudah pangkalan Armada Laut Amerika
Serikat Pearl Harbor diserang secara mendadak oleh tentara Jepang pada tahun 1941.
h) Memiliki perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan pribadi.

4) Akulturasi (Aculturation)
Akulturasi adalah proses penerimaan dan pengolahan unsur-unsur kebudayaan asing menjadi bagian
dari kultur suatu kelompok, tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan asli. Akulturasi merupakan
hasil dari perpaduan kedua kebudayaan dalam waktu lama. Unsur kebudayaan asing sama-sama
diterima oleh kelompok yang berinteraksi, selanjutnya diolah tanpa menghilangkan kepribadian
kebudayaan yang asli sebagai penerima.
Kebudayaan Hindu dan kebudayaan Islam bertemu di Indonesia kemudian menciptakan kebudayaan
Islam yang bercorak Hindu
Musik Melayu bertemu dengan musik portugis dibawa oleh para penjajah menghasilkan musik keroncong

b. Interaksi Sosial Disosiatif


Interaksi sosial disosiatif disebut juga dengan oposisi, yang artinya interaksi sosial yang menjurus kepada
konflik dan menciptakan kerenggangan dalam berinteraksi. Interaksi sosial disosiatif dibedakan menjadi
beberapa bentuk, antara lain sebagai berikut
1) Persaingan (competition)
Persaingan merupakan proses sosial ketika terdapat ke-2 pihak atau lebih saling berlomba melakukan
sesuatu untu

Anda mungkin juga menyukai