KELOMPOK 1
1. Dinda Desriyenti 2005111625
2. Kisti Mai Saroh 2005114314
3. Lola Putri Meiriska 2005114320
Teori perubahan sosial adalah konsep yang menjelaskan tentang adanya perubahan
karena ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial di dalam masyarakat yang
melahirkan pola kehidupan baru. Perubahan sosial mencakup beberapa hal-hal sosial
di masyarakat. Contohnya seperti nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, susunan
lembaga kemasyarakatan, pelapisan sosial, kelompok sosial, interaksi sosial, dan
pola-pola perilaku, seperti dijabarkan dalam Modul Pembelajaran Sosiologi: Proses
Perubahan Sosial di Masyarakat.
a. Teori Evolusi
Teori perubahan sosial ini dipengaruhi oleh pandangan beberapa ahli seperti Karl
Max dan Ralf Dahrendorf. Dalam teori perubahan sosial ini tentu saja memandang
konflik sebagai sumber terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. Teori ini
melihat masyarakat dalam dua kelompok atau kelas yang saling berkonflik yaitu kelas
borjuis dan kelas proletar. Kedua kelompok sosial dalam masyarakat ini dapat
dianggap sebagai majikan dan pembantunya. Dengan kepemilikan harta dan hak atas
hidup yang lebih banyak oleh kaum borjuis dan minimnya bagi kaum proletar akan
memicukonflik dalam masyarakat sehingga terjadi revolusi sosial yang berakibat pada
terjadinya perubahan sosial.
Teori perubahan sosial oleh Dahrendorf berisi tentang hubungan stabilitas struktural
sosial dan adanya perubahan sosial dalam masyarakat. Perubahan-perubahan yang
terjadi dalam struktur kelas sosial akan berakibat pada nilai. Kepentingan dalam hal
ini dapat menjadi nilai serta realitas dalam masyarakat. Kepentingan merupakan
elemen dasar dalam kehidupan sosial. Apabila kepentingan itu saling bertabraakan,
maka sudah tentu akan terjadi konflik. Dari segi ekonomi, misalnya kepentingan
buruh tani dan pekerja pabrik tuntutan kenaikan upah agar dapat mempertahankan
hidupnya.
2. FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN SOSIAL
Selain faktor internal yang menjadi penyebab terjadinya perubahan sosial di dalam
masyarakat, Horton juga menyebutkan bahwa ada faktor eksternal yang penyebab
perubahan sosial selain bersumber dari dalam masyarakat itu sendiri juga dapat
bersumber dari luar masyarakat itu.
Masyarakat yang sering melakukan kontak dengan kebudayaan lain akan mengalami
perubahan yang cepat. Kontak dengan kebudayaan lain ini berhubungan dengan
difusi, yaitu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu ke individu lain
atau dari satu masyarakat ke masyarakat lain.
Pada jaman modern sekolah semakin memegang peran penting dalam melakukan
perubahan-perubahan pada para murid yang juga merupakan anggota masyarakat
secara keseluruhan. Melalui pendidikan, seseorang diajarkan berbagai kemampuan
dan nilai-nilai yang berguna bagi manusia, terutama untuk membuka pikirannya
terhadap hal-hal baru.
3. Toleransi.
Perubahan sosial budaya yang cepat akan terjadi pada masyarakat yang sangat toleran
terhadap perbuatan atau masyarakat yang berperilaku menyimpang, baik yang positif
maupun negatif, dengan catatan bukan merupakan pelanggaran hukum. Masyarakat
yang memiliki toleransi cenderung lebih mudah menerima hal-hal yang baru.
Pada masyarakat yang heterogen atau masyarakat yang berbasis latar belakang
kebudayaan, ras, dan ideologi yang beragam akan mudah mengalami pertentangan-
pertentangan yang mengundang perubahan. Keadaan ini akan mendorong terjadinya
perubahan dalam masyarakat.
Umumnya masyarakat beranggapan bahwa masa yang akan datang berbeda dengan
masa sekarang, sehingga mereka berusaha menyesuaikan diri, baik yang sesuai
dengan keinginannya, maupun keadaan yang buruk sekalipun. Untuk itu, perubahan-
perubahan harus dilakukan agar dapat menerima masa depan.
8. Pandangan bahwa manusia harus senantiasa berusaha untuk memperbaiki
hidupnya.
Terdapat suatu ajaran atau keyakinan di masyarakat yang menyebutkan bahwa yang
dapat mengubah atau memperbaiki keadaan nasib manusia adalah manusia itu sendiri,
dengan bimbingan Tuhan. Jika seseorang ingin berubah niscaya ia harus berusaha.
Usaha ini ke arah penemuan-penemuan baru dalam bentuk cara-cara hidup atau pun
pola interaksi di masyarakat.
Suatu sikap yang mengagung-agungkan tradisi lama serta anggapan bahwa tradisi
tidak dapat diubah akan sangat menghambat jalannya proses perubahan, keadaan
tersebut akan menjadi lebih parah apabila masyarakat yang bersangkutan dikuasai
oleh golongan konservatif.
5. Rasa takut akan terjadi kegoyahan pada integrasi sosial yang telah ada.
Prasangka seperti ini umumnya terdapat pada masyarakat yang pernah dijajah oleh
bangsa-bangsa asing, mereka menjadi sangat curiga terhadap hal-hal yang datang dari
luar sebab memiliki pengalaman pahit sebagai bangsa yang pernah dijajah, umumnya
unsur-unsur baru yang masuk berasal dari dunia barat.
Adat istiadat atau kebiasaan merupakan pola perilaku anggota masyarakat dalam
memenuhi semua kebutuhan pokoknya. Jika kemudian pola-pola perilaku tidak lagi
efektif memenuhi kebutuhan pokok, maka akan muncul krisis adat atau kebiasaan,
yang mencakup bidang kepercayaan, sistem pencaharian, pembuatan rumah dan cara
berpakaian.