Anda di halaman 1dari 11

Rusa adalah binatang lemah, tetapi kekuatan kaki-kakinya sangat mengagumkan

karena mampu dengan lincahnya menjejak di atas bukit berbatu, melewati rintangan,
hingga akhirnya sampai pada tempat tinggi dan jauh di puncak bukit. Itulah
sebabnya rusa kerap kali dipakai dalam Alkitab untuk menggambarkan kekuatan
dan daya tahan yang diberikan Tuhan bagi orang percaya untuk menghadapi dan
melewati masa-masa sulit dalam kehidupan. Rusa punya sepasang kaki yang kuat,
yang diperlukannya untuk dapat hidup di lingkungan hutan yang keras dan sulit. Kaki
mereka juga diperlukan untuk dapat melarikan diri dari para pemburu mereka, entah
itu manusia ataupun hewan buas seperti harimau. Karena itulah, kaki rusa tercipta
dengan kekuatan yang mampu menanggung semuanya.
Hutan yang menjadi tempat tinggal rusa merupakan medan yang sangat berat.
Banyak tantangan yang harus dihadapinya. Jika tidak ingin menjadi mangsa, dia
harus berlari cepat, untuk itulah dia memerlukan kaki yang kuat. Tempat kita tinggal
ini juga merupakan medan yang sangat berat. Terkadang kita tak tahu apa yang
harus kita hadapi, ada banyak masalah yang menghadang, dan sepertinya ingin
memangsa kita. Jika tidak berhati-hati, kita bisa terjatuh di lubang dosa dan
membuat kita binasa selamanya. Untuk itulah kita juga perlu “kaki” yang kuat.
Habakuk mengungkapkan bahwa kakinya menjadi seperti kaki rusa, karena Tuhan
yang memberikan kekuatan kepadanya. Tuhanlah kekuatan Habakuk, dan Tuhan
yang sama juga yang akan memberikan kekuatan kepada kita. Berbagai macam
bukit masalah, derita, dan persoalan kita hadapi dan kita mampu menaklukkannya.
Hanya saja, kita perlu bersandar pada Tuhan yang menjadi kekuatan kita.
Kaki rusa dalam nas di atas melambangkan iman atau hubungan kita sebagai
ciptaan dengan Tuhan Sang Pencipta. Hubungan ini perlu terus dirawat dan dilatih
melalui berbagai pengalaman hidup sehingga iman kita bertambah kuat. Jika
hubungan dengan Tuhan tidak terawat dan tidak dilatih, hubungan itu akan melemah
sehingga kita rentan dikalahkan oleh dosa.
Sesungguhnya Habakuk pun punya alasan lemah dan putus asa: "Sekalipun pohon
ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan,
sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba
terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang" (ay. 17), yang
adalah gambaran suatu keadaan yang sangat memprihatinkan, "namun aku akan
bersorak-sorak di dalam TUHAN," (ay.18). Habakuk mampu bertahan di tengah
kesulitan karena ia senantiasa memandang Tuhan dan mengandalkan-Nya. Tuhan-
lah sumber kekuatan dalam hidupnya! Jika Tuhan yang menyertai tidak ada perkara
yang mustahil.
Semua orang mengakui bahwa hidup di zaman seperti sekarang ini sangatlah berat
bagaikan menempuh perjalanan di padang gurun, melewati kerikil, dan bahkan batu-
batu tajam yang berat. Sebagaimana rusa adalah binatang lemah, kita pun adalah
manusia lemah yang penuh keterbatasan dan rentan terhadap marabahaya. Jika
rusa yang secara fisik tergolong hewan lemah, namun memiliki kaki yang mampu
menjejak dia atas bebatuan dan jalan-jalan penuh cadas dan mendaki, adakah yang
sukar bagi orang percaya? Bersama Tuhan kita pasti bisa melakukannya,
karena "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan
atau pikirkan," (Ef. 3:20). Bersama Tuhan kita beroleh kekuatan untuk menghadapi
semuanya, dan bahkan membuat kita seperti rusa yang mampu menjejak di atas
batu-batu permasalahan. Oleh karena itu jangan pernah menyerah pada keadaan
yang seberat apa pun!
Nas hari ini mengajar kita agar terus mengandalkan Tuhan yang siap membuat kaki
kita bagai rusa, mampu berjejak di bukit terjal, melewati jalan berbatu dan terus
melompat untuk bisa mencapai puncak bukit. Kalau kita hanya mengandalkan
kemampuan kita yang terbatas, cepat atau lambat kita akan menyerah kalah oleh
kesulitan-kesulitan hidup. Kita tidak akan mampu keluar dari beban persoalan jika
hanya bergantung pada kemampuan diri sendiri. Tetapi Tuhan tahu batas
kemampuan kita. Ketika kita sendiri tidak mampu, Tuhan siap menjadi jawaban. Dia
mampu membuat kaki-kaki kita lincah dan kuat seperti rusa untuk mampu melewati
jalan berbatu dan terjal dan sampai di atas bukit. Karena itu, teruslah mendekat
pada Tuhan, agar Dia memberikan kekuatan pada kita seperti kaki rusa yang dapat
melompat tinggi melewati tantangan dan mengatasi situasi sulit. Kita pun dapat tetap
berjejak di bukit-bukit masalah dalam kehidupan ini. (rsnh)

Habakuk 3:17-18 Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah,
hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan
bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi
dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di
dalam Allah yang menyelamatkan aku.
Robby mengikuti ibadah offline Minggu pagi itu dengan hati yang galau.
Bagaimanapun ia berusaha untuk fokus, tapi ingatannya selalu kembali pada rekan
usahanya yang berusaha berbuat curang dan mengulur-ulur waktu pembayaran.
Hal ini sangat mengesalkan hatinya, terlebih di saat pandemi seperti ini, dimana
pemasukan seberapapun sangat berarti baginya. Sampai ketika bapak gembala
sidang mengajak jemaat bernyanyi bersama, “Ku mau cinta Yesus selamanya. Ku
mau cinta Yesus selamanya. Meskipun badai silih berganti dalam hidupku, ku tetap
cinta Yesus selamanya.”
Ketika lagu itu berulang-ulang dinyanyikan, dalam benak Robby berkelebat kilas
balik kehidupannya, seperti sebuah film yang ditayangkan dengan cepat. Entah
berapa banyak badai yang telah melanda, menggoncang dan memporak
porandakan hidupnya, semua musim kelihatan silih berganti dengan cepat. Tapi
ada satu yang tinggal tetap, Tuhan Yesus. Yang selalu ada dan hadir di sana
untuknya. Air mata Robby mengalir deras. Ia sadar, dalam keadaan apapun, Tuhan
setia dan selalu menantinya untuk berpaling pada-Nya. Tuhan yang Maha Kuasa,
yang mampu merubah dan membalik setiap keadaan untuk kebaikannya. Ucapan
syukur pun keluar dari bibir dan hati Robby. Kini ia tahu, ia tak perlu lagi takut dan
khawatir, melainkan mengucap syukur karena ia mempunyai Tuhan yang begitu
baik dan hebat.
Bagi orang awam, kehidupan Kristen seringkali aneh dan tidak masuk akal.
Bagaimana mungkin dalam kesukaran mereka tetap bisa mengucap syukur dengan
bernyanyi memuji dan menyembah Tuhan. Tapi inilah yang namanya hidup oleh
iman. Sang penulis Habakuk, tahu persis bagaimana dan kepada siapa ia harus
berharap. Oleh iman kita boleh percaya bahwa pengharapan di dalam Tuhan tak
pernah sia-sia. Bahwa Dia sanggup dan Dia mau menolong kita. Orang boleh
mengecewakan kita, orang boleh menipu kita habis-habisan, namun kita tetap bisa
memuji dan menyembah Tuhan dengan ucapan syukur sebab kita tahu ada Tuhan
yang LUAR BIASA menyertai kita. (PF)
RENUNGAN
Sekalipun SEDANG DALAM KESUKARAN, tetaplah menyembah dengan UCAPAN
SYUKUR.
APLIKASI
1. Respon seperti apa yang biasanya Anda berikan ketika Anda sedang menghadapi
masalah atau berada dalam kesukaran?

2. Apa pendapat Anda tentang mengucap syukur sekalipun sedang dalam


kesukaran?
3. Sudah bisakah Anda melakukannya? Apa yang Anda rasakan setelah Anda bisa
menyembah dengan ucapan syukur?
DOA UNTUK HARI INI

Tuhan Yesus, kami mau terus mengucap syukur apapun masalah yang sedang kami
hadapi. Kami mau terus memuji dan menyembah Engkau, sebab Engkau Allah kami
yang baik. Apapun yang Kau ijinkan terjadi pada kami, kami percaya ada pelajaran
yang berharga bagi kami. Terimakasih Tuhan, untuk kesetiaan dan kesabaran-Mu
mengajar dan menuntun kami. Di dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.

RENUNGAN

Tuhan, Allah Kekuatanku (Habakuk 3:12-19)


Oleh Pdt Sunggul Pasaribu

Minggu, 04 Agustus 2019 10:10 WIB

6.092 view

Kesalahan! Nama file tidak ditentukan.


Dalam kitab Habakuk Pasal 3 ini disebutkan bahwa Habakuk berdoa dengan nada ratapan,
hal yang tidak dituliskan di pasal-pasal sebelumnya. Awalnya ia tidak mengerti maksud
Tuhan yang sepertinya menutup mata terhadap kefasikan, serta membiarkan bangsanya
ditindas bangsa lain. Namun akhirnya terjawab sudah pergumulannya selama ini, bahwa
Tuhan tidak pernah membiarkan dan meninggalkan orang-orang yang hidup benar di
hadapan-Nya. Karena itu meski kegelapan masih melingkupi bangsa-Nya, Habakuk tidak
membiarkan diri larut dalam kepedihan yang berkepanjangan.
Di dalam Tuhan selalu ada masa depan dan harapan. Walau sepertinya
berlambat-lambat, saatnya pasti akan tiba, karena janji Tuhan adalah
ya, dan amin. "Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia
bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila
berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan
datang dan tidak akan bertangguh." (Habakuk 2:3). Tidak selamanya
orang jahat berada di atas angin, pada saatnya mereka akan menuai
akibatnya. "Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan
menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam
Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu." (Galatia 6:8).

Oleh karena itu Habakuk berketetapan hati untuk tetap mengarahkan


pandangan kepada Tuhan dan mempercayai janji firman-Nya. Ini
bukanlah perkara yang mudah, diperlukan iman dan penyerahan diri
sepenuh hati. Dengan mata iman, Habakuk mampu melihat jauh ke
depan melampaui realita dan kemustahilan yang ada. "Sekalipun
pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon
zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan
bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak
ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di
dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku."
(Habakuk 3:17-18). Ini adalah bukti kedewasaan rohani Habakuk.
Sekalipun situasi tidak mendukung, Habakuk tetap bisa bersukacita dan
mengucap syukur. Mengapa?

Pertama, ajaran tentang "orang benar akan hidup oleh iman" (Habakuk
2:4b). Ungkapan ini menjadi akrab di telinga orang Kristen bukan
karena mereka mengenalnya dari Kitab Habakuk, tetapi karena
ungkapan tersebut dikutip oleh Paulus dalam suratnya (Rom 1:16). Di
samping itu, ungkapan ini juga sebagai dasar dari semboyan reformasi
"pembenaran oleh iman", yang dipopulerkan oleh Martin Luther.

Kedua, nyanyian Habakuk di Pasal 3. Bagian yang paling terkenal dari


nyanyian ini adalah ayat 17-18. Dalam bagian ini Habakuk
mengungkapkan sumber penghiburan yang ia miliki. Sukacita sejati
Habakuk di dalam Tuhan yang tidak dipengaruhi oleh situasi hidupnya
yang menderita telah memberikan banyak inspirasi bagi orang Kristen
modern. Versi Indonesia dari nyanyian ini bisa kita temukan di Kidung
Jemaat No.333 yang berjudul "Sayur kubis jatuh harga", juga dari
beberapa nanyian pop rohani yang dinyanyikan Gloria Trio.

Apakah yang unik dari Kitab Habakuk? Yang paling jelas, kitab ini adalah
satu-satunya kitab yang berkaitan dengan pergumulan atau pertanyaan
Habakuk sendiri. Kitab ini merupakan elaborasi (perenungan
mendalam) dari dua pertanyaan yang diajukan Habakuk kepada Allah
(1:2-3, 12-13). Kitab para nabi yang lain biasanya merupakan teguran
terhadap dosa-dosa umat, berita kelepasan yang menghibur umat
Allah, berita penghukuman atas umat Allah atau bangsa kafir.
Pemberitaan ini hampir semua ditujukan pada umat.

Kitab Habakuk justru terfokus pada diri sang nabi. Kitab ini merupakan
jawaban Tuhan atas pergumulan Habakuk dan bagaimana Habakuk
mengungkapkan keyakinan tersebut sebagai respon terhadap jawaban
Tuhan. Pendeknya, kalau kitab para nabi yang lain lebih merupakan
komunikasi dari Allah kepada umat, maka Kitab Habakuk adalah
komunikasi dari nabi kepada Allah.
Lihatlah apa yang telah Tuhan lakukan dalam kehidupanmu, kalimat
yang sangat indah dan menggugah sanubari kita. Sebagai orang Kristen
sering kali terus menuntut, menuntut dan menuntut Tuhan untuk
memberkati hidup kita seperti halnya umat Israel di padang gurun yang
bertengkar dengan Allah mengenai nasib hidupnya. Oleh karena dan di
dalam kebodohan serta dosa, kita lupa akan berkat Allah tentang apa
yang sudah Tuhan berikan kepada kita.

Oleh karena itu marilah kita menyanyikan pujian yang sangat indah,
seperti yang saudara pernah mendengar nyanyian "hitunglah
berkatmu" yang digubah oleh Johnson Oatman, Jr., demikian ; Bila laut
hidupmu jadi garang-Hati jadi takut dan iman goncang-Hitunglah
berkatmu satu persatu-Ingat cara Tuhan memberkatimu.

Johnson terinspirasi dari iman dan pengalaman papanya memilih untuk


masuk sekolah pendeta agar ia sanggup berkhotbah dan menginjili.
Namun setelah menjalani profesinya dia merasa ini bukan
panggilannya dan setelah bergumul akhirnya dia menemukan talenta
sebagai pengarang lagu pujian. Sekalipun Johnson bukan pemenang
jiwa seperti yang dia inginkan menjadi pendeta namun akhirnya dia
menemukan panggilan Tuhan yang baru di dalam hidupnya dengan
menciptakan ribuan lagu pujian yang menjadi berkat kepada jutaan
orang Kristen di seluruh dunia. Hal itu dapat terjadi karena Tuhan, Allah
menjadi kekuatannya Amin.! (d)

sesampainya di pantai maka ikan itu akan dipilah-pilah. Pada akhir jaman orang benar dan
orang jahat akan dipisahkan (Matius 13: 47-50).

Akhirnya, Habakuk mengerti dan menerima penglihatan betapa agungnya Tuhan itu
dibumi dan disorga yang tidak terselami segala pekerjaan dan rencanaNya. Dan Habakuk
pun berkata “dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan” (3: 16). Entah apapun yang
terjadi, kita akan tetap hidup bersorak-sorai di dalam Tuhan, sebab Tuhan akan
menyelamatkan orang benar.

Doa nabi Habakuk ini adalah peringatan dan pengingat bagi kita:

1. Ingatlah akan murka Tuhan

Takutlah kepada Tuhan, jangan pernah remehkan kemuliaan dan keagungan Tuhan.
Penglihatan kita terbatas untuk melihat dan pengetahuan kita sangat dangkal untuk
memahami kuasa Tuhan dalam hidup ini. “hei...kawan...jangan sombong, jangan merasa senang
di atas dosamu!” ingatlah siapa kita di dunia ini “semua yang hidup adalah seperti rumput
dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput” (Yesaya 40: 6-8).

Tuhan melihat dan berjalan beserta dengan murkaNya yang siap untuk membinasakan. Jika
sekarang kita membangun diri diatas kesombongan, maka kita sedang membangun jerat
bagi diri kita. Jika saat ini ada orang yang merasa senang hidup dengan dosanya, merasa
tenang tidak ada yang terjadi akibat dari dosanya, ingatlah Tuhan sedang berjalan yang
bersamaNya ada murka yang besar yang akan membuat dia terkejut. Bertobatlah sebelum
Dia datang menghampirimu, engkau tidak tahu kapan Dia mendatangimu, Dia datang
seperti pencuri di malam hari.

2. Ingatlah akan kasih sayang Tuhan

Jangan sesali apa yang sudah terjadi, jangan tangisi yang sudah terjadi, tetapi takutlah akan
Tuhan. Tataplah masa depan dengan penuh harapan, Tuhanlah yang menjadi gembala kita.
Dia yang menuntun kita dengan kasihNya melewati berbagai kesukaran dan kesusahan.

Jangan menyerahkan diri pada ketakutan dan kecemasan, tetapi serahkanlah diri kepada
Tuhan. Menyerahkan diri pada ketakutan, itu hanya akan membuat kita bertindak bodoh,
semakin memperumit dan mengacaukan situasi. Ingatlah akan kasih setia Tuhan, kasih
yang telah menopang, menyelamatkan, menghidupi dan memberkati kita selama ini. Kasih
setia Tuhan tidak berkesudahan dari dahulu sekarang dan sampai pada masa yang akan
datang.

Jika saat ini kita terjatuh, terpuruk dalam situasi yang sulit, bukan artinya Tuhan tidak
perduli, berimanlah seperti doa Habakuk (3:17-19):
Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon
zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan,
kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,
namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang
menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki
rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku

“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam


doa!”. Dalam perjalanan kehidupan ini kita tetap dapat bersukacita bukan karena materi,
harta, kehormatan yang ada dalam dunia ini, namun karena kita memiliki Tuhan yang
berkuasa atas kehidupan. Kita bersukacita adalah di dalam Tuhan, bukan di dalam harta,
kehormatan dan kenikmatan dunia.

Kita memiliki janji dan pengharapan yang tidak akan mengecewakan di dalam Tuhan kita
Yesus Kristus. Kita mau untuk membangun kehidupan di atas pengharapan yang takkan
tergoyahkan. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita (Ibrani 6: 19-
20), pengharapan kita kepada Tuhan Yesus akan mengokohkan posisi kita di badai
kehidupan yang dapat mendera perahu kita.

Pengharapan di dalam Tuhan, adalah sauh yang kuat untuk tidak putus harapan, untuk
tidak tawar hati, untuk tidak berputus asa, untuk tidak diatur oleh ketakutan, untuk tidak
ditenggelamkan oleh penderitaan.

Sehingga di dalam menjalani kehidupan ini, kita selalu memohonkan kepada Tuhan untuk
selalu memenuhi kita dengan berlimpah-limpah pengharapan (Roma 15: 13). Setiap saat
dalam kehidupan ini tetap mengisi dan membangun hidup kita dengan iman pengharapan
kepada Tuhan, supaya pada saat yang tidak terduga terjadi dalam hidup ini, kita sudah siap
kokoh berdiri mengandalkan kekuatan dari Tuhan.

Sebagaimana pengajaran Tuhan Yesus tentang dua macam dasar (Matius 7: 24-27)., siapakah
dari kita yang mendirikan di atas batu? Dan siapakah kita yang mendirikan rumah di atas
pasir? Siapakah dari kita yang bijaksana yang membangun kehidupannya di atas dasar
iman pengharapan kepada Tuhan tetap dapat kokoh berdiri ketika badai angin, hujan dan
banjir itu datang. Kita tidak akan ditenggelamkan oleh kesusahan yang tidak terduga itu
datang, sebab jauh hari kita telah membangunan hidup kita di atas dasar yang kuat.
Dan hendaklah kita juga ingat peringatan Tuhan Yesus “Bukan setiap orang yang berseru
kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang
melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” (Matius 7: 21). Jangan setelah kesusahan itu
datang kita baru tahu untuk berteriak “Tuhan”, padahal ketika suasana tenang seakan kita
tidak membutuhkan Tuhan, bahkan seperti orang yang tidak mengenal Tuhan dalam hidup
kita.

Kita bertekun dalam hidup rohani bukanlah hanya sekedar berpengharapan akan
kehidupan kekal yang akan disediakan oleh Tuhan bagi setiap orang yang percaya, namun
kita percaya bahwa ketekunan kita dalam iman adalah hal yang berguna bagi kehidupan
kita juga dalam dunia ini. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata “Manusia hidup bukan dari
roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah”.

baik. Hal ini memberikan pemahaman bahwa orang percaya harus bijaksana dalam menggunakan kesempatan
yang ada dengan memikirkan apa yang menjadi kebutuhan dalam kehidupannya bukan keinginan. Hal ini akan
mengakibatkan kita dapat mengatur hidup kita, waktu kita serta pekerjaan kita dengan baik. Orang percaya tidak
bisa menyia-nyiakan kesempatan yang ada dalam hidupnya dan harus bekerja keras, hidup hemat dan mau
berbagi sehingga kehidupannya dapat berguna bagi orang lain. Hal ini dilakukan untuk kemuliaan nama
Tuhan. Bahan invocatio kita, 3 Yohanes 1:11 mengingatkan orang percaya harus dapat melakukan kebaikan
dalam hidupnya. Hal ini dilakukan dikarenakan apa yang baik berasal dariNya. Hal ini juga memberikan
pemahaman bahwa orang yang berasal dari Tuhan, kasih Tuhan yang menjadi dasar dari kehidupan yang
dia jalani. Oleh karena itu dalam kehidupannya dia tetap bersukacita untuk melakukan kebaikan bagi
orang lain.

III. Penutup

Tema Kebaktian Minggu kita kali ini adalah “Tetap Bersukacita Didalam Tuhan”. Tema ini memberikan
pesan kepada orang percaya bahwa situasi kehidupan tidaklah menentukan keadaan kita dalam menjalani
kehidupan ini. Yang sangat penting adalah bagaimana kedekatan kita dengan Tuhan yang senantiasa
memberikan kekuatan dan sukacita kepada kita dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan ini.
Orang percaya harus tetap meyakini dalam kehidupannya bahwa Tuhan senantiasa bekerja untuk
mendatangkan kebaikan baginya. Dalam Minggu Kerja Rani pada hari ini juga memberikan pemahaman
kepada kita bahwa meskipun kita berada dalam situasi pandemi covid 19 kita harus tetap bijaksana
dalam memakai waktu dan menggunakan kesempatan yang ada, tetap melakukan pekerjaan kita dengan
kerja keras dan rajin serta harus tetap mengingat bahwa hasil yang terbaik bagi kita telah
dipersiapkanNya. Kita menyerahkan persembahan kerja rani kita yang terbaik karena Tuhan telah terlebih
dahulu memberikan kepada kita kehidupan, kesehatan, keluarga dan segala yang baik. Semua itu adalah
pemberian Tuhan kepada kita. Ingatlah ada bagian Tuhan didalamnya yang harus kita kembalikan. Kerja
Rani kita lakukan bukan untuk memuliakan kita tetapi hanya bagi kemulianNya saja.

Belajar Tiga Cara Berharap dari Nabi Habakuk

Nabi Habakuk adalah seorang nabi yang hidup di masa-masa akhir Kerajaan Yehuda. Ini adalah masa-
masa yang sangat genting. Keadilan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Manusia menindas satu
sama lain dan Tuhan seolah diam.

Dalam keadaan seperti itu, tentu wajar jika Habakuk mengeluh kepada Tuhan.

Berapa lama lagi, Tuhan, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu:
”Penindasan!” tetapi tidak Kautolong? – Habakuk 1:2

Namun, apa jawab Tuhan?


Sebab, sesungguhnya, Akulah yang membangkitkan orang Kasdim, bangsa yang garang dan tangkas
itu, yang melintasi lintang bujur bumi untuk menduduki tempat kediaman, yang bukan kepunyaan
mereka. – Habakuk 1:6

Bukannya menjanjikan pertolongan, Tuhan malah berfirman bahwa ada bangsa lain yang akan
menduduki Yehuda. Orang Kasdim di sini adalah bangsa Babel yang sudah terkenal kekejaman dan
kekuatan militernya. Jawaban macam ini tentu tidak masuk di akal. Sudah terjepit di rumah sendiri,
sekarang akan ada penyerbu dari tanah lain?

Tentunya bukan ini jawaban yang diharapkan Habakuk. Bayangkan jika kita yang berada di posisinya!
Akan tetapi, seperti inilah sikap Habakuk di akhir kitab:

“Namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan
aku.” – Habakuk 3:18

Apa yang terjadi sehingga reaksi Habakuk berubah? Apa yang membuatnya akhirnya dapat berharap
kepada Tuhan dengan keyakinan dan sukacita, meskipun keadaannya tidak berubah? Mari kita teliti
bersama alasannya

1. Berharap Dengan Hati Tunduk Kepada Tuhan

Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan
menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas
pengaduanku. – Habakuk 2:1

Menanti-nanti jawaban adalah salah satu perasaan yang tidak enak untuk dialami. Cemas, khawatir,
tak sabar, tak yakin, berbagai hal dapat berkecamuk di hati kita.

Hal yang sama dialami oleh Habakuk. Dia menantikan jawaban Tuhan atas pertanyaan-
pertanyaannya. Dia menggambarkan penantiannya seperti seorang yang sedang menunggu
kedatangan. Dia membayangkan dirinya seperti berdiri berjaga-jaga di tempat pengintaian, dengan
leher tegak berusaha melihat ke kejauhan. Apa kira-kira jawaban yang akan datang dari Tuhan?

Saat-saat menanti jawaban adalah saat kita dapat menjadi bimbang. Mudah sekali keraguan
menyusup masuk ke dalam hati kita. Seringkali kita bahkan tidak yakin bahwa jawaban Tuhan akan
datang dan memilih untuk mengandalkan diri sendiri.

Tetapi, Habakuk tidak pernah mempertanyakan apakah Tuhan akan menjawab. Dengan penuh
keyakinan dia sabar menantikan jawaban Tuhan. Bukankah ini sikap hati yang patut kita contoh?

Habakuk sabar karena dia percaya kepada Tuhan. Hatinya tunduk akan kapan dan seperti apa
jawaban yang akan datang. Dia tahu bahwa apapun jawaban Tuhan, pastilah yang terbaik. Mari kita
belajar mempunyai hati yang tunduk seperti Habakuk.

2. Percaya Bahwa Tuhan Memegang Kendali

Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan
tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang
dan tidak akan bertangguh. Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya,
tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya. – Habakuk 2:3-4

Jika kita baca lebih lanjut, Tuhan berfirman bahwa orang Babel akan menyerang Israel. Tetapi, setelah
itu Tuhan akan menghancurkan Babel karena kejahatannya. Jawaban Tuhan memperlihatkan bahwa
Dia memegang kendali akan kejadian-kejadian di dunia.
Habakuk terus percaya, meskipun Tuhan memintanya untuk masih menanti. Bagaimana dengan kita?
Saat Tuhan belum memberikan jawaban bagi pertanyaan kita, mari kita belajar untuk terus berharap
dan percaya sepenuhnya kepada-Nya. Saat kita percaya bahwa Tuhanlah yang memegang kendali
atas seluruh dunia, maka kita akan mantap berharap kepada-Nya.

3. Terus Mengandalkan Tuhan Dalam Segala Keadaan

Hati yang tunduk dan percaya bahwa Tuhan memegang kendali akan bermuara kepada sikap ketiga:
mengandalkan Tuhan dalam segala keadaan. Sebuah sikap yang lebih mudah diucapkan daripada
dilakukan. Terlebih bagi seseorang yang mempunyai kedudukan seperti nabi Habakuk, ini pasti tidak
mudah.

Namun, sikap hati inilah yang dipilih oleh nabi Habakuk. Mari kita baca baik-baik apa yang
dikatakannya di pasal 3:17-19.

“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun
mengecewakan,

sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari
kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,

namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.

Allah Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di
bukit-bukitku.”

Habakuk siap untuk mengandalkan Tuhan dalam situasi terburuk sekalipun. Bagaimana dengan kita?
Saat masalah melanda, terkadang hati kita lebih banyak dikuasai oleh kekhawatiran. Kita lebih fokus
memikirkan berbagai cara untuk keluar dari situasi sulit. Bahkan, tak jarang kita menganggap Tuhan
hanya seperti jaring pengaman saja.

Tidak demikian dengan Habakuk. Dia sudah mengantisipasi masa-masa sulit yang akan datang, dan
dia sudah mengambil keputusan untuk berserah kepada Tuhan. Tidak hanya itu, Habakuk juga
menantikan Tuhan dengan hati penuh sukacita.

Mari kita belajar mengandalkan Tuhan seperti Habakuk, terlebih dalam masa-masa tersulit
kehidupan kita.

Iman Seperti Habakuk

Iman Habakuk adalah iman yang ekstrem. Dia percaya sepenuhnya dan menanti-nantikan janji Tuhan
dengan penuh sukacita. Habakuk tidak mencoba untuk mengontrol keadaan, sekecil apa pun itu. Dia
menaruh pengharapannya kepada Tuhan saja. Habakuk memilih untuk tunduk kepada keinginan
Tuhan, meskipun jawabannya belum tentu yang ia harapkan.

Ada sebuah kutipan terkenal yang bagus untuk kita renungkan. “Kesabaran bukanlah kemampuan
untuk menunggu. Tetapi, kemampuan untuk menunggu dengan sikap yang baik.” Mari kita belajar
untuk berharap seperti Habakuk. Kita akan melihat betapa Tuhan kita adalah Tuhan yang besar dan
mengasihi kita!

Anda mungkin juga menyukai