3
I. DASAR HUKUM
A. REFERENSI DIKLAT
SOLAS Convention
o SOLAS 1914, 1928, 1948, 1960, 1974
o SOLAS 1974 Amendment & Protocol: Consolidated 1997, 2000;
Amendment 2001, 2002, 2004, 2006, 2008, 2010, 2018.
8
B. KEMAMPUAN KERJA (RATING)
• Kemampuan APAR dinyatakan berdasarkan klasifikasi
yang dinyatakan dengan simbol huruf (A atau B) dan
rating yang dinyatakan dengan bilangan (1 – 40).
12
2. Pintu Kedap Air (Water Tight Doors) : Pintu ini dirancang untuk mencegah masuknya air dari pintu
laluan orang. Biasanya kebakaran dapat dihambat oleh pintu ini.
Klasifikasi pintu kedap air berdasarkan pengoperasiannya :
▪ Kelas 1 : Pintu engsel (hinged door) yang dioperasikan secara manual.
▪ Kelas 2 : Pintu geser (sliding door) yang dioperasikan secara manual dengan bantuan hidraulik.
▪ Kelas 3 : Pintu geser yang dioperasikan secara manual dan otomatis.
13
3. Fire Dampers : Fire damper adalah plat baja dengan tebal minimal 3,2
mm (1/8 inci) untuk mengatur aliran udara, memblok asap dan
menahan api. Terletak dalam “ventilation duct”dipasang pada posisi
terbuka dan ditahan oleh fusible link. Pada temperatur ± 74 C (165 F),
fusible link akan lumer sehingga damper akan menutup. Di bagian luar
duct terdapat indikator yang menunjukkan damper terbuka atau
tertutup. Damper dapat dibuka/tutup secara manual.
14
4. Pemeriksaan
berdasarkan Juknis
PM 65 Tahun 2009
tentang NCVS
Berbendera Indonesia
15
4. Pemeriksaan
berdasarkan Juknis
PM 65 Tahun 2009
tentang NCVS
Berbendera Indonesia
16
PEMAKAIAN WIRE MESH
DAN FLAME ARRESTER
17
C. JENIS SISTEM PEMADAM API TETAP
Jenis “sistem pemadam api tetap” yang umumnya Selain 6-7 sistema ini, kapal juga diperlengkapi
dipasang di kapal adalah : dengan :
1. Fire main system. 1. Alarm Kebakaran (Fire Alarm).
2. Automatic and manual sprinkler systems. 2. Alat Deteksi Kebakaran (Fire Detector)
3. Spray system. a. Detektor Panas (Heat Detector)
4. Foam system. 1) Fixed Temperature Type Detectors :
5. Carbon dioxide system. a) Bimetalic trip detector.
6. Dry chemical system. b) Snap action disc detector.
7. Halon 1301 system. c) Fusible links.
d) Quartzoid bulb detector.
2) Rate of rise Type Detectors :
a) Pneumatic tube detector.
b) Thermo electric detector.
18
C. JENIS SISTEM PEMADAM API TETAP
19
b. Detektor Asap (Smoke Detector)
1) Photo Electric Detectors :
a) Spot detectors (Projected beam type dan Refraction type)
b) Beam detectors (Reflected beam type).
2) Ionization Detectors.
1) Infrared Detectors.
2) Ultra Violet Detectors.
3) Flame Flicker Detector.
20
IV. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
A. PERSYARATAN KONSTRUKSI
1) Konstruksi ruangan kapal dipisah oleh bidang vertikal yang struktur bahannya tahan
api pada batas suhu tertentu.
2) Penataan ruang akomodasi sedemikian rupa sehingga jauh dari sumber panas, dan
dilindungi sekat tahan panas.
3) Penggunaan bahan yang mudah menyala dibatasi.
4) Alat deteksi kebakaran dipasang di tempat-tempat yang memiliki potensi menjadi
sumber kebakaran.
5) Pemasangan sistem pemadam api tetap harus sesuai dengan Kelas kebakaran dan
kemampuan memadamkan kebakaran.
6) Ada sistem perlindungan berupa jalur penyelamatan (escape route) dan jalur
pemadaman (fire brigade route).
7) Penempatan APAR yang siap pakai, sesuai dengan Kelas kebakarannya.
8) Mengurangi ancaman keselamatan dari kemungkinan adanya uap muatan yang
mudah menyala.
21
2. Sub division pada kapal konstruksi baja :
a. Kelas A
c. Kelas C
Pembagian ruangan / kompartemen yang dibentuk oleh sekat, geladak, dan langit-
langit atau lapisan-lapisan harus terbuat dari approved material yang tak mudah
terbakar, tapi tidak diharuskan memenuhi ketentuan yang berkaitan dengan
lewatnya asap dan lidah api serta batas peningkatan suhu. 23
B. ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
1. Penempatan APAR
a. Prinsip penempatan APAR :
1) Mudah dilihat.
2) Dapat dengan cepat diambil dan digunakan.
3) Tidak memungkinkan si pengambil terjebak bila kebakaran meluas.
4) Bebas dari kemungkinan kerusakan akibat aktivitas di tempat itu.
5) Penyebarannya merata.
b. Pertimbangan dalam penempatan APAR :
1) Lingkungan yang secara fisik mempengaruhi, seperti sinar matahari, hujan,
getaran, dan suhu.
2) APAR dengan media air dipasang pada tempat yang memiliki suhu 4 C – 49 C.
APAR dengan media lain dapat dipasang pada tempat yang memiliki suhu
minus 40 C - 49 C.
3) Reaksi kimia yang mungkin terjadi antara APAR dengan daerah
penempatannya, seperti : kelembaban, uap kimia dan air laut yang korosif.
4) Keadaan ruangan, lorong-lorong, pintu dan tangga terutama untuk
penempatan APAR beroda.
24
2. Penentuan Jumlah APAR Jumlah APAR yang harus disediakan :
3 tingkat bahaya potensial menurut NFPA :
a. Tingkat Bahaya Rendah (Low Hazards) : Lokasi TINGKAT RATING JARAK MINIMUM
NO
BAHAYA MINIMUM SETIAP APAR
yang memiliki bahan kebakaran Kelas A dalam
jumlah sedikit, misalnya deck office, wheel house, Rendah (Low) 2A 75 feet
dll. Sedang
1 2A 75 feet
(Moderate)
b. Tingkat Bahaya Sedang (Moderate Hazards) :
Tinggi (High) 4A 75 feet
Lokasi yang memiliki bahan kebakaran Kelas A
Rendah 5B 30 feet
dan B dalam jumlah agak banyak, misalnya
(Low) 10 B 50 feet
engine control room, workshop, store room, dll.
Sedang 10 B 30 feet
c. Tingkat Bahaya Tinggi (High Hazards) : Lokasi 2
(Moderate) 20 B 50 feet
yang memiliki bahan kebakaran Kelas A dan B
dalam jumlah cukup banyak dan memiliki potensi Tinggi 30 B 30 feet
yang cukup tinggi untuk terbakar, misalnya (High) 40 B 50 feet
engine room, pump room, dll.
Menurut SK. MENAKERTRANS No. PER-04/MEN/1980 :
Jarak penempatan APAR yang satu dengan yang lain, tidak boleh lebih dari 15 meter
kecuali ada ketentuan lain yang ditetapkan oleh pengawas atau ahli keselamatan kerja.
Agar lebih jelas, lihat KEPMENAKER No. KEP.186/MEN/1999 ttg Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja 25
3. Pemeriksaan APAR
Inspeksi adalah pemeriksaan di lokasi yang dilaksanakan secara cepat untuk melihat bahwa alat
pemadam api ada di tempat yang tepat, tidak terhalang, dan tampak dipelihara dengan baik.
Inspeksi secara umum dilakukan dengan cara mendatangi setiap alat pemadam, lalu pastikan bahwa :
1) APAR sesuai dengan potensi bahaya di tempat itu. Jika APAR dipakai atau diambil untuk perawatan,
maka penggantinya harus ada di tempat itu;
2) Jalan menuju APAR dan pandangan ke alat itu tidak terhalang;
3) Petunjuk pengoperasian APAR itu terbaca jelas;
4) Segel/pin masih utuh (belum putus/tercabut);
5) Pengukur tekanan menunjuk batas normal;
6) Kerusakan fisik dan tingkat bahaya jika alat itu digunakan dicatat;
7) Pada kartu pemeliharaan tertera tanggal pemeriksaan terakhir;
8) Stock untuk refill tersedia;
9) Lakukan pengujian kualitas isi APAR :
26
Pengujian kualitas isi APAR (Foam) :
27
1 cc cairan inner tube +
1 cc cairan outer tube =
4 cc busa + tekanan
28
C. PERALATAN PEMADAM INSTALASI TETAP
29
INSTALASI TETAP CO₂ di kapal kecil dan kapal besar, serta
Instalasi tetap HFC (Hydroflourocarbon) di Yacht :
30
INSTALASI TETAP CO₂ di kapal kecil dan kapal besar
31
D. INSPEKSI EMERGENCY CONTROL LOCKER
Equipment check list dan Emergency control locker station bill harus ada di emergency control lockers.
Hasil pemeriksaan oleh Safety Officer harus ditulis dalam “Emergency equipment locker record book”.
Peralatan yang harus ada dalam locker (sesuai check list) untuk inspeksi oleh FSCO atau PSCO :
33
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA
34