Anda di halaman 1dari 34

Diklat Marine Inspector (PPKK) – A

PENGETAHUAN PENCEGAHAN DAN PEMADAMAN


KEBAKARAN TINGKAT LANJUTAN
(FiFi / FIRE FIGHTING) – BAGIAN III:
ADVANCED FIRE FIGHTING
FOR MARINE INSPECTOR
Narasumber
Capt. Indra Priyatna

BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TRANSPORTASI LAUT


(BP2TL)
JAKARTA, 2020 1
TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN (TIU / Sub CP – MP)
Setelah menyelesaikan sesi daring (belajar jarak jauh) ini, diharapkan peserta diklat memiliki pengetahuan
penanggulangan kebakaran pada tingkat lanjutan yang dibutuhkan oleh seseorang dengan kualifikasi
Marine Inspector (PPKK) untuk keperluan sertifikasi keselamatan kapal.

SISTEMATIKA: I. PENGETAHUAN DASAR PEMADAMAN KEBAKARAN / PERALATAN PENCEGAHAN DAN


PENANGGULANGAN KEBAKARAN (BASIC FiFi KNOWLEDGE)
A. DEFINISI, ISTILAH DAN SIMBOL
B. PENCEGAHAN DAN PEMADAMAN KEBAKARAN AWAL
C. PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN, PEMELIHARAAN, DOCUMENTATION &
INTERVIEW
II. PENGETAHUAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN / PERALATAN PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN KEBAKARAN TINGKAT LANJUTAN (ADVANCED FiFi
KNOWLEDGE)

A. TEORI TENTANG API


B. GAS FREEING DAN PENERBITAN HOT WORK PERMIT
C. PEMADAMAN KEBAKARAN
D. BLEVE (BOILING LIQUID EXPANDING, VAPOUR EXPLOSION)

III. PENGETAHUAN PENCEGAHAN DAN PEMADAMAN KEBAKARAN TINGKAT LANJUTAN


2
(ADVANCED FIRE FIGHTING) UNTUK MARINE INSPECTOR – A
PENGETAHUAN PENCEGAHAN DAN PEMADAMAN KEBAKARAN TINGKAT LANJUTAN
UNTUK MARINE INSPECTOR
SISTEMATIKA

I. DASAR HUKUM IV. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN


A. REFERENSI DIKLAT A. PERSYARATAN KONSTRUKSI
B. REFERENSI PEMADAMAN KEBAKARAN B. ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
C. PERALATAN PEMADAM INSTALASI TETAP
II. APAR (PORTABLE FIRE EXTINGUSHER)
D. INSPEKSI EMERGENCY CONTROL LOCKER
A. UJUD FISIK (KONSTRUKSI)
B. KEMAMPUAN KERJA (RATING)
C. MEDIA PEMADAMAN

III. PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN TETAP


A. PERTIMBANGAN PEMASANGAN
B. PINTU DAN FIRE DAMPERS
C. JENIS SISTEM PEMADAM API TETAP

3
I. DASAR HUKUM
A. REFERENSI DIKLAT

• Materi merupakan cuplikan dari


IMO Model Course 2.03 –
“Advanced Fire Fighting” yang
mengacu kepada STCW 1978 as
amended, regulation VI/3 dan
STCW Code Section A VI/3 –
1,2,3,4;
• Annex 2, IMO Resolution
A.437(IX), “Training of Crews in
Fire Fighting”;
• SOLAS Consolidated : Pelatihan
pemadaman kebakaran dan
abandon ship (fire drill and boat
drill) pada kapal penumpang
minimal 1 kali / minggu, pada
kapal barang minimal 1 kali /
bulan.
• Peraturan nasional yang relevan.
4
B. REFERENSI PEMADAMAN KEBAKARAN

SOLAS Convention
o SOLAS 1914, 1928, 1948, 1960, 1974
o SOLAS 1974 Amendment & Protocol: Consolidated 1997, 2000;
Amendment 2001, 2002, 2004, 2006, 2008, 2010, 2018.

Chapter I : General Provisions


II – 1 : Construction Structure,
Subdivision and Stability,
Machinery and Electrical Installations
II – 2 : Construction Fire Protection,
Fire Detection, and Fire Extinction
III : Life-Saving Appliances and Arrangements.
5
6
II. APAR (PORTABLE FIRE EXTINGUSHER)
A. UJUD FISIK (KONSTRUKSI) 1. Pemadam air dengan tangki pompa (Pump tank water
extinguisher) :
o Jenis gendong (back pack pump tank type)
o Jenis jinjing (Stirrup pump tank type).

2. Pemadam air dengan tekanan tersimpan (Storage pressure /


Pressurized water extinguisher).

3. Pemadam air dengan tabung gas (Gas cartridge operated


water extinguisher).

4. Busa kimia dengan sistem pendorong swa-cipta (self


generating)
o Jenis balik (over turning type)
o Jenis berkatup (valve type)
o Jenis sekat (breakable seal type).

5. Busa mekanik dengan sistem pendorong (self generating) :


o Jenis tekanan tersimpan (storage pressure)
o Jenis tabung gas (gas cartridge). 7
6. CO2 dengan sistem pendorong swa-pancar (self
expelling).

7. Soda acid dengan sistem pendorong self generating.

8. Halon dengan sistem pendorong tekanan tersimpan


(storage pressure).

9. Bubuk kimia dengan sistem pendorong :


o Jenis tekanan tersimpan (storage pressure)
o Jenis tabung gas (gas cartridge).

10. APAR beroda (Semi-portable Fire Extinguisher).

8
B. KEMAMPUAN KERJA (RATING)
• Kemampuan APAR dinyatakan berdasarkan klasifikasi
yang dinyatakan dengan simbol huruf (A atau B) dan
rating yang dinyatakan dengan bilangan (1 – 40).

• Rating A : APAR berisi 1 – 2,5 gallon air diberi Rating


1A. Artinya, mampu memadamkan kebakaran Kelas A
dalam batas tertentu. APAR dengan Rating 2A berisi
media pemadam setara dengan 2,5 gallon air, dan
mampu memadamkan kebakaran dua kali lipat APAR
Rating 1A.
• 1 gallon (USA) = 3,7 liter; 1 gallon (UK) = 4,54 liter.

• Rating B : ditentukan berdasarkan luas bidang


kebakaran dinyatakan dalam kaki persegi (ft2) yang
mampu dipadamkan oleh orang yang belum ahli.

• Contoh : 40B, menyatakan luas yang dapat


dipadamkan oleh orang yang belum ahli adalah 40 ft2,
sedangkan orang yang belum ahli dianggap memiliki
keahlian 40% dari yang sudah ahli.
9
C. MEDIA PEMADAMAN PEMADAMAN

1. Media jenis cair


a. Air : air tawar dan/atau air laut.
b. Asam soda (Soda acid) :
1) Busa kimia = Aluminium Sulfat + Natrium Bicarbonat
2) Busa mekanik = Foam Compound + Water + Air (udara)
Jenis Foam Compound : Sekarang pemakaian Halon dilarang
▪ Fluoro protein
▪ Light water Aqueous Film Forming Foam (AFFF)
▪ Detergent foam
▪ Protein hewani (Protein hydrolizate).

2. Media jenis cair yang mudah menguap


Bahan dasar media ini adalah senyawa hydrocarbon, biasanya
Methana dan Ethana yang struktur atom hydrogennya diubah
dengan atom Halon (F, Cl, Br, I) sehingga media ini disebut Halon
(Halogenated Hydrocarbon).
Contoh :
▪ BCF (Bromo Chloro Difluoro Methane)
▪ BTM (Bromo Trifluoro Methane).
10
3. Media jenis gas
▪ Gas CO2
▪ Gas N2.
Gas CO2 digunakan sebagai media pemadam tanpa
dicampur bahan lain dan sebagai tenaga pendorong
media bubuk kimia kering. Sedangkan gas N2 umumnya
digunakan sebagai tenaga pendorong saja.

4. Media jenis padat


a. Pasir dan tanah
b. Bubuk kimia kering (Ciri :  = 15-60 micron, H2 = 0%)
1) Bubuk kimia reguler (Regular dry chemical powder) :
▪ Sodium Bicarbonate (NaHCO 3) / Plus – 50C.
▪ Potassium Bicarbonate (KHCO 3) / Purple – K.
▪ Potassium Bicarbonate + Urea / Monnex.
▪ Potassium Chloride (KCL) / Super – K.
2) Bubuk kimia serba-guna (Multi-purpose dry chemical
powder) :
▪ Mono Amonium Phosphate : (NH4)H2PO4 / MAP.
▪ Potassium Sulfide (K2SO4).
11
III. PERALATAN PEMADAM INSTALASI TETAP
A. PERTIMBANGAN PEMASANGAN
Selain faktor disain kapal dan potensi bahayanya, faktor-faktor yang juga harus dipertimbangkan
jika akan memasang sistem pemadam api tetap (khususnya kombinasi instalasi) di kapal, adalah :
1) Kelas kebakaran (A, B, C, D) yang mungkin akan terjadi
2) Lokasi dan bahaya-bahaya yang spesifik
3) Potensi ledakan
4) Potensi penyebaran api
5) Metode pemadaman
6) Efek terhadap stabilitas kapal
7) Perlindungan terhadap keselamatan crew.

B. PINTU DAN FIRE DAMPERS

1. Pintu : Pintu-pintu di kapal bukan termasuk peralatan pemadam


dan tidak dirancang untuk mengatasi kebakaran, namun dapat
menghambat penyebaran api sehingga dapat mengurangi
kerusakan akibat aliran panas. Beberapa pintu ada yang dilengkapi
dengan remote control untuk buka-tutup dari jarak jauh.

12
2. Pintu Kedap Air (Water Tight Doors) : Pintu ini dirancang untuk mencegah masuknya air dari pintu
laluan orang. Biasanya kebakaran dapat dihambat oleh pintu ini.
Klasifikasi pintu kedap air berdasarkan pengoperasiannya :
▪ Kelas 1 : Pintu engsel (hinged door) yang dioperasikan secara manual.
▪ Kelas 2 : Pintu geser (sliding door) yang dioperasikan secara manual dengan bantuan hidraulik.
▪ Kelas 3 : Pintu geser yang dioperasikan secara manual dan otomatis.

13
3. Fire Dampers : Fire damper adalah plat baja dengan tebal minimal 3,2
mm (1/8 inci) untuk mengatur aliran udara, memblok asap dan
menahan api. Terletak dalam “ventilation duct”dipasang pada posisi
terbuka dan ditahan oleh fusible link. Pada temperatur ± 74 C (165 F),
fusible link akan lumer sehingga damper akan menutup. Di bagian luar
duct terdapat indikator yang menunjukkan damper terbuka atau
tertutup. Damper dapat dibuka/tutup secara manual.

14
4. Pemeriksaan
berdasarkan Juknis
PM 65 Tahun 2009
tentang NCVS
Berbendera Indonesia

15
4. Pemeriksaan
berdasarkan Juknis
PM 65 Tahun 2009
tentang NCVS
Berbendera Indonesia

16
PEMAKAIAN WIRE MESH
DAN FLAME ARRESTER

17
C. JENIS SISTEM PEMADAM API TETAP
Jenis “sistem pemadam api tetap” yang umumnya Selain 6-7 sistema ini, kapal juga diperlengkapi
dipasang di kapal adalah : dengan :
1. Fire main system. 1. Alarm Kebakaran (Fire Alarm).
2. Automatic and manual sprinkler systems. 2. Alat Deteksi Kebakaran (Fire Detector)
3. Spray system. a. Detektor Panas (Heat Detector)
4. Foam system. 1) Fixed Temperature Type Detectors :
5. Carbon dioxide system. a) Bimetalic trip detector.
6. Dry chemical system. b) Snap action disc detector.
7. Halon 1301 system. c) Fusible links.
d) Quartzoid bulb detector.
2) Rate of rise Type Detectors :
a) Pneumatic tube detector.
b) Thermo electric detector.

18
C. JENIS SISTEM PEMADAM API TETAP

19
b. Detektor Asap (Smoke Detector)
1) Photo Electric Detectors :
a) Spot detectors (Projected beam type dan Refraction type)
b) Beam detectors (Reflected beam type).
2) Ionization Detectors.

c. Detektor Nyala (Flame Detector) :

1) Infrared Detectors.
2) Ultra Violet Detectors.
3) Flame Flicker Detector.

20
IV. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
A. PERSYARATAN KONSTRUKSI

1. Untuk mencegah dan mengendalikan kebakaran :

1) Konstruksi ruangan kapal dipisah oleh bidang vertikal yang struktur bahannya tahan
api pada batas suhu tertentu.
2) Penataan ruang akomodasi sedemikian rupa sehingga jauh dari sumber panas, dan
dilindungi sekat tahan panas.
3) Penggunaan bahan yang mudah menyala dibatasi.
4) Alat deteksi kebakaran dipasang di tempat-tempat yang memiliki potensi menjadi
sumber kebakaran.
5) Pemasangan sistem pemadam api tetap harus sesuai dengan Kelas kebakaran dan
kemampuan memadamkan kebakaran.
6) Ada sistem perlindungan berupa jalur penyelamatan (escape route) dan jalur
pemadaman (fire brigade route).
7) Penempatan APAR yang siap pakai, sesuai dengan Kelas kebakarannya.
8) Mengurangi ancaman keselamatan dari kemungkinan adanya uap muatan yang
mudah menyala.

21
2. Sub division pada kapal konstruksi baja :

a. Kelas A

Pembagian ruangan / kompartemen yang dibentuk oleh sekat / dinding


dan geladak / lantai harus :
1) Terbuat dari baja atau logam yang sejenis baja;
2) Diperkuat secara baik;
3) Dikonstruksi secara sedemikian rupa sehingga mampu menahan
lewatnya asap dan lidah api minimal selama 1 jam.
4) Diberi lapisan isolasi dari bahan yang tak mudah menyala (approved
material) sehingga suhu bagian yang terbakar tak akan naik >139 C
dari suhu semula, dan suhu pada setiap sambungan yang terbakar
tak akan naik sampai 180 C di atas suhu semula dalam rentang
waktu seperti daftar berikut :
o Kelas A-60 = 60 menit
o Kelas A-30 = 30 menit
o Kelas A-15 = 15 menit.

5) Pemerintah (Administration) dapat menetapkan kriteria pengujian


prototipe di atas. 22
b. Kelas B
Pembagian ruangan / kompartemen yang dibentuk oleh sekat, geladak, dan langit-
langit atau lapisan-lapisan harus :
1) Dikonstruksi sedemikian rupa sehingga dapat menahan lidah api selama 30
menit dari pengujian kebakaran;
2) Memiliki kemampuan isolasi sehingga suhu rata-rata dari sisi yang tertutup tak
akan meningkat > 139 C di atas suhu semula, dan pada titik manapun
termasuk sambungan tidak > 225 C di atas suhu semula dalam rentang waktu,
seperti : B-15 = 15 menit.
3) Terbuat dari approved material yang tak mudah terbakar atau material yang
memenuhi kriteria batas suhu.
4) Pemerintah (Administration) dapat menetapkan kriteria pengujian prototipe di
atas.

c. Kelas C
Pembagian ruangan / kompartemen yang dibentuk oleh sekat, geladak, dan langit-
langit atau lapisan-lapisan harus terbuat dari approved material yang tak mudah
terbakar, tapi tidak diharuskan memenuhi ketentuan yang berkaitan dengan
lewatnya asap dan lidah api serta batas peningkatan suhu. 23
B. ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

1. Penempatan APAR
a. Prinsip penempatan APAR :
1) Mudah dilihat.
2) Dapat dengan cepat diambil dan digunakan.
3) Tidak memungkinkan si pengambil terjebak bila kebakaran meluas.
4) Bebas dari kemungkinan kerusakan akibat aktivitas di tempat itu.
5) Penyebarannya merata.
b. Pertimbangan dalam penempatan APAR :
1) Lingkungan yang secara fisik mempengaruhi, seperti sinar matahari, hujan,
getaran, dan suhu.
2) APAR dengan media air dipasang pada tempat yang memiliki suhu 4 C – 49 C.
APAR dengan media lain dapat dipasang pada tempat yang memiliki suhu
minus 40 C - 49 C.
3) Reaksi kimia yang mungkin terjadi antara APAR dengan daerah
penempatannya, seperti : kelembaban, uap kimia dan air laut yang korosif.
4) Keadaan ruangan, lorong-lorong, pintu dan tangga terutama untuk
penempatan APAR beroda.

24
2. Penentuan Jumlah APAR Jumlah APAR yang harus disediakan :
3 tingkat bahaya potensial menurut NFPA :
a. Tingkat Bahaya Rendah (Low Hazards) : Lokasi TINGKAT RATING JARAK MINIMUM
NO
BAHAYA MINIMUM SETIAP APAR
yang memiliki bahan kebakaran Kelas A dalam
jumlah sedikit, misalnya deck office, wheel house, Rendah (Low) 2A 75 feet
dll. Sedang
1 2A 75 feet
(Moderate)
b. Tingkat Bahaya Sedang (Moderate Hazards) :
Tinggi (High) 4A 75 feet
Lokasi yang memiliki bahan kebakaran Kelas A
Rendah 5B 30 feet
dan B dalam jumlah agak banyak, misalnya
(Low) 10 B 50 feet
engine control room, workshop, store room, dll.
Sedang 10 B 30 feet
c. Tingkat Bahaya Tinggi (High Hazards) : Lokasi 2
(Moderate) 20 B 50 feet
yang memiliki bahan kebakaran Kelas A dan B
dalam jumlah cukup banyak dan memiliki potensi Tinggi 30 B 30 feet
yang cukup tinggi untuk terbakar, misalnya (High) 40 B 50 feet
engine room, pump room, dll.
Menurut SK. MENAKERTRANS No. PER-04/MEN/1980 :
Jarak penempatan APAR yang satu dengan yang lain, tidak boleh lebih dari 15 meter
kecuali ada ketentuan lain yang ditetapkan oleh pengawas atau ahli keselamatan kerja.
Agar lebih jelas, lihat KEPMENAKER No. KEP.186/MEN/1999 ttg Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja 25
3. Pemeriksaan APAR
Inspeksi adalah pemeriksaan di lokasi yang dilaksanakan secara cepat untuk melihat bahwa alat
pemadam api ada di tempat yang tepat, tidak terhalang, dan tampak dipelihara dengan baik.
Inspeksi secara umum dilakukan dengan cara mendatangi setiap alat pemadam, lalu pastikan bahwa :
1) APAR sesuai dengan potensi bahaya di tempat itu. Jika APAR dipakai atau diambil untuk perawatan,
maka penggantinya harus ada di tempat itu;
2) Jalan menuju APAR dan pandangan ke alat itu tidak terhalang;
3) Petunjuk pengoperasian APAR itu terbaca jelas;
4) Segel/pin masih utuh (belum putus/tercabut);
5) Pengukur tekanan menunjuk batas normal;
6) Kerusakan fisik dan tingkat bahaya jika alat itu digunakan dicatat;
7) Pada kartu pemeliharaan tertera tanggal pemeriksaan terakhir;
8) Stock untuk refill tersedia;
9) Lakukan pengujian kualitas isi APAR :

26
Pengujian kualitas isi APAR (Foam) :

27
1 cc cairan inner tube +
1 cc cairan outer tube =
4 cc busa + tekanan

28
C. PERALATAN PEMADAM INSTALASI TETAP

• Inspeksi untuk mengetahui kondisi sistem/instalasi sebelum dilakukannya pengujian (test).


• Pengujian untuk meyakinkan bahwa sistem siap dioperasikan setiap saat diinginkan.
• Inspeksi dan pengujian dilakukan secara tahunan (endorsemen sertifikat), intermediate survey (30
bulan atau 36 bulan) atau renewal certificate (5 tahunan) atau sekedar untuk clearance (SPB).
• Pemeliharaan ditujukan untuk membersihkan, melumasi, mengganti bagian yang rusak, dsb sesuai
program kerja (pemeliharaan terencana, pemeliharaan rutin, docking atau emergency docking
(incidental maintenance).

29
INSTALASI TETAP CO₂ di kapal kecil dan kapal besar, serta
Instalasi tetap HFC (Hydroflourocarbon) di Yacht :

30
INSTALASI TETAP CO₂ di kapal kecil dan kapal besar

31
D. INSPEKSI EMERGENCY CONTROL LOCKER
Equipment check list dan Emergency control locker station bill harus ada di emergency control lockers.
Hasil pemeriksaan oleh Safety Officer harus ditulis dalam “Emergency equipment locker record book”.
Peralatan yang harus ada dalam locker (sesuai check list) untuk inspeksi oleh FSCO atau PSCO :

1) 4 SCBA set, lengkap dengan harnesses, tags (label), 14) 1 explosimeter


personal guide ropes dan distress signal units (DSU) 15) 1 oxygen analyzer
2) 1 trolley breathing apparatus set + botol cadangan 16) 1 berkas emergency document
3) 1 rescue oxygen resuscitator 17) 1 team station bill
4) 4 lifelines (hemp covered wire) 18) 1 rescue safety harness cadangan
5) 1 BA control board 19) 1 station tool kit untuk operasi memakai
6) 2 fire brigade style guide ropes dengan containernya helikopter
7) 4 silinder SCBA cadangan 20) 1 kampak besar, 1 linggis, dan sepasang
8) 4 rechargeable safety lamp ukuran besar wire-cutters
9) 2 approved fire-suits (baju tahan api) 21) 1 coil tali berdiameter 1 inci
10) 2 kampak 22) 1 pisau tajam
11) 4 slang pemadam cadangan + couplingnya 23) 1 international shore-hydrant connection
12) 1 fog nozzle cadangan 24) 6 boiler suits
13) 2 buah peluit (jenis Acme Thunderer) 25) 6 safety helmets lengkap dengan chin
strapnya.
32
EMERGENCY CONTROL / FIRE LOCKER

33
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA

34

Anda mungkin juga menyukai