Objek Perikatan
Objek Perikatan
Objek Perikatan
Memberi sesuatu
Dalam Pasal 1234 KUHPerdata tidak memberikan pengertian mengenai perikatan untuk memberi sesuatu.
Namun dalam ketentuan Pasal 1235 KUHPerdata menjelaskan bahwa perikatan untuk memberi sesuatu
adalah perikatan yang mewajibkan debitur menjualkan sesuatu kebendaan.
Dalam pasal 499 KUHPerdata disebutkan bahwa kebendaan yang dimaksud adalah benda yang dapat
dikuasai oleh hak milik. Misalnya: motor
Dari Pasal 503 KUHPerdata dan Pasal 504 KUHPerdata mengenai kebendaan, dapat berupa:
Benda berwujud, Benda tidak berwujud, Benda bergerak, Benda tidak bergerak
Seperti contoh sebelumnya, A dapat dikatakan memberi sesuatu karena A yang merupakan pemilik motor
yang bannya bocor, kemudian memberikan bayaran atau upah kepada B atas jasanya yang telah menambal
bannya.
Berbuat sesuatu
Berbuat sesuatu menitikberatkan pada suatu perbuatan nyata yang diberikan oleh salah satu pihak dalam
perikatan sebagai suatu prestasi. Pengaturan berbuat sesuatu terdapat dalam Pasal 1239 KUHPerdata.
Sebagai contoh: B yang merupakan tukang tambal ban, melakukan penambalan ban pada ban motor milik A.
Maka B yang merupakan tukang tambal ban telah berbuat sesuatu atau melakukan sesuatu.
Pengaturan mengenai perikatan tidak berbuat sesuatu terdapat dalam Pasal 1239 sampai dengan pasal
1142 KUHPerdata.
Sebagai contoh: A dan B mengadakan perjanjian bahwa di atas tanah hak milik mereka berdua yang
berdampingan untuk tidak dijadikan tempat parkir mobil. Maka janji untuk tidak menjadikan tanah tersebut
sebagai tempat parkir mobil merupakan prestasi untuk tidak berbuat sesuatu.
Secara umum, objek perikatan dapat dibagi menjadi dua kategori: objek yang fisik dan objek
yang tidak fisik.
1. Objek yang Fisik: Ini merujuk pada barang-barang atau hal-hal yang memiliki substansi fisik yang dapat
diidentifikasi. Contohnya adalah uang, properti, kendaraan, atau barang-barang lainnya yang dapat
diserahkan dari satu pihak ke pihak lainnya.
2. Objek yang Tidak Fisik: Objek perikatan juga bisa berupa sesuatu yang tidak memiliki substansi fisik,
seperti jasa, hak, atau klaim hukum. Misalnya, pembuatan situs web, penulisan buku, atau transfer hak
kepemilikan.
Selain itu, terdapat beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam menentukan objek perikatan
yang sah:
1. Legalitas: Objek perikatan haruslah legal. Artinya, objek tersebut tidak bertentangan dengan hukum yang
berlaku atau melanggar ketertiban umum.
2. Keseragaman: Objek perikatan harus seragam dengan kontrak itu sendiri. Ini berarti objek tersebut harus
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam perjanjian atau kontrak.
3. Kemungkinan Dilaksanakan: Objek perikatan harus dapat dilaksanakan. Ini berarti objek tersebut harus
dapat dipenuhi oleh pihak yang terlibat dalam perjanjian.
1.Jenis Objek Perikatan:
- Uang: Objek perikatan seringkali berupa pembayaran uang atau nilai moneter tertentu.
- Barang-barang: Objek perikatan juga dapat berupa barang-barang tertentu, seperti kendaraan, properti, atau
barang konsumsi lainnya.
- Layanan: Perjanjian juga dapat melibatkan penyediaan layanan tertentu, seperti jasa perbaikan, pelayanan
kesehatan, atau konsultasi.
- Hak atau Kewajiban: Objek perikatan dapat berupa hak untuk menggunakan suatu properti, hak atas layanan
tertentu, atau kewajiban untuk melakukan tindakan tertentu.