Anda di halaman 1dari 3

Pendidikan Kristen

Universitas GUNADARMA

PENDAHULUAN

I) Pentingnya pelajaran dasar

Dalam Kis 18:24-28 ada suatu cerita yang menarik yang menunjukkan betapa
pentingnya pelajaran dasar yang baik bagi orang kristen, apalagi bagi seorang
pelayan Tuhan / pemberita Firman Tuhan.

Cerita ini adalah tentang seorang yang bernama Apolos. Ia dikatakan berasal dari
Alexandria (ay 24), yang mempunyai semacam sekolah theologia dan merupakan
pusat ‘ahli theologia’ pada jaman itu. Mungkin sekali Apolos merupakan lulusan
dari sekolah theologia itu. Juga dikatakan bahwa ia adalah seorang pengkhotbah
yang ‘sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci’ (ay 24), dan bahwa ia ‘telah
menerima pengajaran tentang jalan Tuhan’ (ay 25). Kata ‘jalan Tuhan’ (ay 25)
ataupun ‘jalan Allah’ (ay 26) jelas menunjuk pada kekristenan / Injil (bdk. Kis 9:2
18:26 19:9,23 22:4 24:14,22). Kata-kata ‘telah menerima pengajaran’ (ay 25)
dalam bahasa Yunaninya adalah HEN KATECHEMENOS, dan dari kata
KATECHEMENOS inilah diturunkan kata bahasa Inggris ‘catechism’ (=
katekisasi / pelajaran dasar). Jadi, Apolos sudah mendapatkan katekisasi /
pelajaran dasar tentang kekristenan. Tetapi lalu dalam ay 25 dikatakan bahwa ia
‘hanya mengetahui baptisan Yohanes’ (ay 25). Ada hal-hal yang perlu
diperhatikan tentang bagian ini:

 Seperti dalam Mat 21:25, kata ‘baptisan Yohanes’ di sini adalah suatu
synecdoche (= suatu gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya,
atau sebaliknya), sehingga sebetulnya menunjuk pada seluruh pelayanan /
pengajaran Yohanes Pembaptis.

 Kalau Apolos mengetahui ajaran dari Yohanes Pembaptis, maka jelaslah


bahwa ia pasti tahu bahwa Yesus adalah Mesias, karena hal ini ada dalam
ajaran Yohanes Pembaptis (bdk. Yoh 1:29-36 3:26-30).

 Tetapi, dari kata-kata ‘ia hanya mengetahui baptisan Yohanes’, jelaslah


bahwa ada sesuatu yang kurang dalam pengertian Apolos tentang dasar-dasar
kekristenan / Injil. Sesuatu yang kurang itu pastilah merupakan hal yang
sangat penting (mungkin berhubungan dengan kematian atau kebangkitan
Kristus), karena kalau tidak, Priskila dan Akwila tidak akan terlalu
mempersoalkannya (ay 26).

1 | Pdt. Elia Umbu Zasa, S.Th, M.PdK


Pendidikan Kristen
Universitas GUNADARMA

Apakah kekurangan dalam pengertian Apolos ini menyebabkan ia mengajarkan


hal-hal yang salah? Kekurangan pengertian memang memungkinkan terjadinya
pengajaran hal-hal yang salah, tetapi dalam kasus Apolos ini tidak terjadi
pengajaran hal-hal yang salah. Ini terlihat dari ay 25 yang mengatakan: ‘dengan
teliti ia mengajar tentang Yesus’ (ay 25). Kata-kata ‘dengan teliti’ ini merupakan
terjemahan yang kurang tepat. Kata Yunani yang dipakai di sini adalah
AKRIBOS. KJV menterjemahkan: ‘diligently’ (= dengan rajin / tekun). Ini
terjemahan yang lebih salah lagi! RSV/NIV/NASB menterjemahkan: ‘accurately’
(= dengan akurat / tepat), dan ini terjemahan yang benar.

Jadi Apolos tidak mengajarkan sesuatu yang salah. Sebaliknya ia mengajar


dengan akurat / tepat. Tetapi, ada hal-hal yang benar dan penting yang tidak dia
ajarkan karena keterbatasan pengetahuannya. Kalau saudara ingin tahu hasil dari
pelayanan seperti itu, maka lihatlah Kis 19:1-7, yang dianggap oleh para penafsir
sebagai orang-orang yang merupakan buah pelayanan Apolos pada saat itu. Dari
Kis 19:1-7 itu terlihat bahwa Apolos cuma menghasilkan orang kristen KTP, yang
akhirnya diiinjili ulang oleh Paulus sehingga bertobat dengan sungguh-sungguh.

Mengapa semua ini bisa terjadi pada seorang lulusan sekolah theologia /
pengkhotbah? Jawabnya jelas adalah: karena ia mendapatkan katekisasi yang
kurang baik!

Karena itu, Priskila dan Akwila membawa Apolos ke rumah mereka, dan ‘dengan
teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah’ (ay 26). Ini boleh dikatakan merupakan
pengulangan katekisasi, dan ini dilakukan terhadap seorang lulusan sekolah
theologia / seorang pengkhotbah! Bahwa Apolos, sebagai seorang lulusan sekolah
theologia, mau diajar lagi tentang pelajaran dasar kekristenan menunjukkan
kerendahan hatinya yang luar biasa, yang patut ditiru.

Sekarang perhatikan bagaimana Akwila dan Priskila mengajar Apolos. Ay 26


kembali menggunakan kata-kata ‘dengan teliti’, seperti yang digunakan dalam
ay 25. Tetapi kalau kata-kata ‘dengan teliti’ dalam ay 25 tadi seharusnya berarti
‘dengan akurat’, maka kata ‘dengan teliti’ dalam ay 26 seharusnya berarti ‘dengan
lebih akurat’ [RSV/NASB: ‘more accurately’ (= dengan lebih akurat)], karena ay
26 menggunakan kata Yunani AKRIBESSERON yang merupakan the
comparative form (= bentuk pembanding) dari kata Yunani AKRIBOS yang
digunakan dalam ay 25.

Apolos sudah menerima pelajaran tentang dasar kekristenan, dan ia bahkan sudah
mengajarkannya dengan akurat. Tetapi Priskila dan Akwila menganggapnya
masih kurang, sehingga mereka mengajar Apolos dengan lebih akurat lagi!

2 | Pdt. Elia Umbu Zasa, S.Th, M.PdK


Pendidikan Kristen
Universitas GUNADARMA

Kesimpulan: Pengajaran yang baik adalah sesuatu yang penting, karena hal ini
bukan hanya akan mempengaruhi iman saudara, tetapi juga pelayanan saudara
atau iman dari orang-orang yang saudara layani. Karena itu, jangan memilih
sembarang pengajaran (yang pendek / singkat, di gereja yang terdekat atau dsb).
Saudara harus mementingkan mutunya!

Kalau pengajaran yang kurang baik saja bisa mengakibatkan hal-hal seperti itu,
bagaimana kalau saudara tidak pernah ikut belajar?

II) Lamanya mengajar pelajaran dasar

Dari Kis 18:11 kita bisa melihat bahwa di Korintus Paulus mengajar Firman Tuhan
selama 18 bulan atau satu setengah tahun. Dan dalam 1Kor 3:2 ia berkata bahwa ia
hanya memberi mereka ‘susu’ dan ‘bukan makanan keras’. Lalu dalam 1Kor 3:6 ia
mengatakan bahwa ia hanya ‘menanam’ atau menginjil (Apolos yang ‘menyiram’
atau memberi pelajaran lanjutan). Lalu dalam 1Kor 3:10 ia berkata bahwa apa yang ia
lakukan hanyalah ‘meletakkan dasar’.

Dalam waktu yang begitu lama (18 bulan!), ia cuma menanam dan meletakkan
dasar! Ini menunjukkan bahwa mengajar pelajaran dasar bukanlah hal yang
mudah dan bisa dilakukan dengan cepat-cepat!

Ini juga harus menjadi pelajaran bagi banyak orang yang tidak senang dengan
belajar firman yang merupakan pelajaran dasar kekristenan, atau yang
menghendaki supaya pengajaran itu dilakukan secara singkat!

Memang satu hal yang paling dibutuhkan untuk belajar Alkitab / Firman Tuhan
adalah ketekunan. Tidak ada jalan pintas dalam belajar Alkitab, dimana dalam
waktu beberapa bulan kita bisa menguasai Alkitab. Kita harus belajar dengan
tekun, sedikit demi sedikit, sampai kita mati dan bertemu muka dengan muka
dengan Pengarang dari Alkitab.

Everett T. Harris: “No one ever graduates from Bible study until he meets the
Author face to face” (= Tidak seorangpun lulus dari belajar / pemahaman Alkitab
sampai ia bertemu dengan Pengarangnya muka dengan muka) - ‘The
Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 48.

Gipsy Smith: “What makes the difference is not how many times you have been
through the Bible, but how many times and how thoroughly the Bible has been
through you” (= Yang membuat perbedaan bukanlah berapa kali engkau telah
menyelesaikan pembacaan seluruh Alkitab, tetapi berapa kali dan bagaimana
telitinya / cermatnya Alkitab telah melewati engkau) - ‘The Encyclopedia of
Religious Quotations’, hal 55.

3 | Pdt. Elia Umbu Zasa, S.Th, M.PdK

Anda mungkin juga menyukai