Anda di halaman 1dari 74

BAB I

Pelajaran dasar
I) Pentingnya pelajaran dasar / katekisasi yang baik
Dalam Kis 18:24-28 ada suatu cerita yang menarik yang menunjukkan betapa pentingnya pelajaran dasar yang baik bagi orang
kristen, apalagi bagi seorang pelayan Tuhan / pemberita Firman Tuhan.
Kis 18:24-28 - “(24) Sementara itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria. Ia
seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. (25) Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan
Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan
Yohanes. (26) Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka
membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah. (27) Karena Apolos ingin menyeberang
ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya
di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya. (28)
Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa
Yesus adalah Mesias”.
Cerita ini adalah cerita tentang seorang yang bernama Apolos. Ada beberapa hal yang diceritakan tentang Apolos oleh text ini:
1) Ia dikatakan ‘berasal dari Alexandria’ (ay 24).
Kota Alexandria mempunyai semacam sekolah theologia dan merupakan pusat ‘ahli theologia’ pada jaman itu. Mungkin sekali
Apolos merupakan lulusan dari sekolah theologia itu.
2) Juga dikatakan bahwa ia adalah seorang pengkhotbah yang ‘sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci’ (ay 24).
3) Juga dikatakan bahwa ia ‘telah menerima pengajaran tentang jalan Tuhan’ (ay 25).
a) Kata-kata ‘jalan Tuhan’ (ay 25) ataupun ‘jalan Allah’ (ay 26) jelas menunjuk pada kekristenan / Injil (bdk. Kis 9:2 18:26
19:9,23 22:4 24:14,22).
b) Kata-kata ‘telah menerima pengajaran’ (ay 25) dalam bahasa Yunaninya adalah HEN KATECHEMENOS, dan dari kata
KATECHEMENOS inilah diturunkan kata bahasa Inggris ‘catechism’ (= katekisasi / pelajaran dasar).
Jadi, Apolos sudah mendapatkan katekisasi / pelajaran dasar tentang kekristenan.
4) Tetapi lalu dalam ay 25 dikatakan bahwa ia ‘hanya mengetahui baptisan Yohanes’ (ay 25). Ada hal-hal yang perlu diperhatikan
tentang bagian ini:
a) Kata-kata ‘baptisan Yohanes’ di sini adalah suatu synecdoche (= suatu gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili
seluruhnya, atau sebaliknya).
Misalnya:
 kalau dikatakan bahwa Washington memaklumkan perang terhadap Moskow, tentu maksudnya Amerika Serikat
memaklumkan perang terhadap Rusia.
 Kalau ada pemberitaan tentang pertandingan sepak bola dan dikatakan ‘Indonesia kalah’, yang dimaksudkan sebenarnya
adalah ‘Kesebelasan Indonesia kalah’.
 kalau dikatakan ‘mata Tuhan ada di segala tempat’ (Amsal 15:3), maksudnya adalah ‘Allah ada di segala tempat’.
Pada waktu dikatakan ‘baptisan Yohanes’, tidak mungkin yang dimaksudkan betul-betul hanya baptisan Yohanes saja.
Masakan Apolos yang katanya ‘sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci’, dan yang adalah seorang pengkhotbah itu, hanya
tahu tentang baptisan Yohanes saja? Pasti yang dimaksudkan adalah seluruh pelayanan Yohanes Pembaptis, termasuk
pengajaran Firman Tuhan yang ia lakukan.
Bdk. Mat 21:23-27 - “(23) Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam
kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepadaNya, dan bertanya: ‘Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal
itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepadaMu?’ (24) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Aku juga akan
mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepadaKu, Aku akan mengatakan juga
kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. (25) Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau
dari manusia?’ Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: ‘Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia
akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? (26) Tetapi jikalau kita
katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi.’ (27) Lalu
mereka menjawab Yesus: ‘Kami tidak tahu.’ Dan Yesuspun berkata kepada mereka: ‘Jika demikian, Aku juga tidak
mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.’”.
Dalam text ini terjadi hal yang sama. Tidak mungkin yang dimaksudkan oleh Yesus dengan ‘baptisan Yohanes’ dalam ay 25
itu betul-betul hanya ‘baptisan Yohanes saja’. Pasti maksudnya adalah seluruh pelayanan Yohanes Pembaptis. Demikian juga
dalam Kis 18:25 ini. Maksudnya, Apolos hanya mengetahui pelayanan / pengajaran Yohanes Pembaptis.
b) Kalau Apolos mengetahui ajaran dari Yohanes Pembaptis, maka jelaslah bahwa ia pasti tahu bahwa Yesus adalah Mesias,
karena hal ini ada dalam ajaran Yohanes Pembaptis.
Yoh 1:29-36 - “(29) Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: ‘Lihatlah Anak
domba Allah, yang menghapus dosa dunia. (30) Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku
akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. (31) Dan aku sendiripun mula-
1
PENDAHULUAN
mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada
Israel.’ (32) Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: ‘Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan
Ia tinggal di atasNya. (33) Dan akupun tidak mengenalNya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan
air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atasNya, Dialah
itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. (34) Dan aku telah melihatNya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak
Allah.’ (35) Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. (36) Dan ketika ia
melihat Yesus lewat, ia berkata: ‘Lihatlah Anak domba Allah!’”.

Yoh 3:26-30 - “(26) Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: ‘Rabi, orang yang bersama dengan
engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan
semua orang pergi kepadaNya.’ (27) Jawab Yohanes: ‘Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi
dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. (28) Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku
telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahuluiNya. (29) Yang empunya mempelai perempuan,
ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya,
sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh.
(30) Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil”.
c) Sekalipun Apolos tahu tentang Mesias dan pasti juga mengajarkan tentang Mesias, tetapi, dari kata-kata ‘ia hanya
mengetahui baptisan Yohanes’, jelaslah bahwa ada sesuatu yang kurang dalam pengertian Apolos tentang dasar-dasar
kekristenan / Injil. Kita tidak bisa tahu dengan pasti apa yang kurang dalam pengertian dan pengajaran Apolos itu, tetapi
sesuatu yang kurang itu pastilah merupakan hal yang sangat penting (mungkin berhubungan dengan kematian atau
kebangkitan Kristus), karena kalau tidak, Priskila dan Akwila tidak akan terlalu mempersoalkannya. Tetapi kenyataannya,
mereka mempersoalkannya, dan mereka membawa Apolos ke rumah mereka dan mengajarnya lagi (ay 26).
Apakah kekurangan dalam pengertian Apolos ini menyebabkan ia mengajarkan hal-hal yang salah? Kekurangan pengertian
memang memungkinkan terjadinya pengajaran hal-hal yang salah, tetapi dalam kasus Apolos ini tidak terjadi pengajaran hal-
hal yang salah.
Ini terlihat dari ay 25 yang mengatakan: ‘dengan teliti ia mengajar tentang Yesus’.
Kata-kata ‘dengan teliti’ ini merupakan terjemahan yang kurang tepat. Kata Yunani yang dipakai di sini adalah AKRIBOS.
KJV menterjemahkan: ‘diligently’ (= dengan rajin / tekun). Ini terjemahan yang lebih salah lagi!
RSV/NIV/NASB menterjemahkan: ‘accurately’ (= dengan akurat / tepat), dan ini terjemahan yang benar.
Jadi, Apolos tidak mengajarkan sesuatu yang salah. Sebaliknya ia mengajar dengan akurat / tepat. Tetapi, ada hal-hal yang
benar dan penting yang tidak dia ajarkan karena keterbatasan pengetahuannya.
Kalau saudara ingin tahu hasil dari pelayanan seperti itu, maka lihatlah Kis 19:1-7, yang dianggap oleh para penafsir sebagai
orang-orang yang merupakan buah pelayanan Apolos pada saat itu.
Kis 19:1-7 - “(1) Ketika Apolos masih di Korintus, Paulus sudah menjelajah daerah-daerah pedalaman dan tiba di
Efesus. Di situ didapatinya beberapa orang murid. (2) Katanya kepada mereka: ‘Sudahkah kamu menerima Roh
Kudus, ketika kamu menjadi percaya?’ Akan tetapi mereka menjawab dia: ‘Belum, bahkan kami belum pernah
mendengar, bahwa ada Roh Kudus.’ (3) Lalu kata Paulus kepada mereka: ‘Kalau begitu dengan baptisan manakah
kamu telah dibaptis?’ Jawab mereka: ‘Dengan baptisan Yohanes.’ (4) Kata Paulus: ‘Baptisan Yohanes adalah
pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada
Dia yang datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus.’ (5) Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri
mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. (6) Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah
Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat. (7) Jumlah mereka
adalah kira-kira dua belas orang”.
Dari Kis 19:1-7 itu terlihat bahwa Apolos cuma menghasilkan orang kristen KTP, yang akhirnya diinjili ulang oleh Paulus
sehingga bertobat dengan sungguh-sungguh.
Mengapa semua ini bisa terjadi pada seorang lulusan sekolah theologia / pengkhotbah? Jawabnya jelas adalah: karena ia
mendapatkan katekisasi yang kurang baik!
Karena itu, Priskila dan Akwila membawa Apolos ke rumah mereka, dan ‘dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan
Allah’ (ay 26). Ini boleh dikatakan merupakan pengulangan katekisasi, dan ini dilakukan terhadap seorang lulusan sekolah
theologia / seorang pengkhotbah! Bahwa Apolos, sebagai seorang lulusan sekolah theologia, mau diajar lagi tentang
pelajaran dasar kekristenan menunjukkan kerendahan hatinya yang luar biasa, yang patut ditiru.
Penerapan: apakah saudara malas belajar pelajaran dasar karena saudara adalah seorang Kristen sejak kecil/dari orang tua?
Tirulah Apolos, yang sekalipun sudah lulus sekolah theologia, dan sudah menjadi seorang pengkhotbah, tetapi tetap mau
diajar pelajaran dasar lagi.
Sekarang perhatikan bagaimana Akwila dan Priskila mengajar Apolos.
Ay 26b: “... setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti
menjelaskan kepadanya Jalan Allah”.
Ay 26b ini kembali menggunakan kata-kata ‘dengan teliti’, seperti yang digunakan dalam ay 25. Tetapi sebetulnya dalam
bahasa Yunani kata yang digunakan berbeda. Kalau ay 25 menggunakan kata Yunani AKRIBOS, maka ay 26 menggunakan
kata Yunani AKRIBESSERON, yang merupakan the comparative form (= bentuk pembanding) dari kata Yunani AKRIBOS

2
PENDAHULUAN
yang digunakan dalam ay 25. Jadi, kalau kata-kata ‘dengan teliti’ dalam ay 25 tadi seharusnya berarti ‘dengan akurat’,
maka kata-kata ‘dengan teliti’ dalam ay 26 seharusnya berarti ‘dengan lebih akurat’ [RSV/NASB: ‘more accurately’ (=
dengan lebih akurat)].
Apolos sudah menerima pelajaran tentang dasar kekristenan, dan ia bahkan sudah mengajarkannya dengan akurat. Tetapi
Priskila dan Akwila menganggapnya masih kurang, sehingga mereka mengajar Apolos dengan lebih akurat lagi!

Kesimpulan: Katekisasi yang baik adalah sesuatu yang penting, karena hal ini bukan hanya akan mempengaruhi iman
saudara (dan tentunya juga keselamatan saudara), tetapi juga pelayanan saudara atau iman dan keselamatan dari orang-orang
yang saudara layani. Karena itu, jangan memilih sembarang katekisasi (yang pendek / singkat, di gereja yang terdekat dsb).
Saudara harus mementingkan mutunya!
Kalau katekisasi yang kurang baik saja bisa mengakibatkan hal-hal seperti itu, bagaimana kalau saudara tidak pernah ikut
katekisasi?
II) Lamanya mengajar pelajaran dasar.
Dari Kis 18:11 kita bisa melihat bahwa di Korintus Paulus mengajar Firman Tuhan selama 18 bulan atau satu setengah tahun.
Kis 18:11 - “Maka tinggallah Paulus di situ selama satu tahun enam bulan dan ia mengajarkan firman Allah di tengah-tengah
mereka”.
Kata ‘di situ’ itu dimana? Bdk. Kis 18:1-2,18 - “(1) Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus. (2) Di
Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan
Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus
singgah ke rumah mereka. ... (18) Paulus tinggal beberapa hari lagi di Korintus. Lalu ia minta diri kepada saudara-saudara di
situ, dan berlayar ke Siria, sesudah ia mencukur rambutnya di Kengkrea, karena ia telah bernazar. Priskila dan Akwila
menyertai dia”.
Jadi, semua ini terjadi di Korintus, karena baru dalam ay 18 Paulus meninggalkan Korintus.
Sekarang mari kita melihat beberapa ayat dalam surat Korintus untuk mengetahui apa pandangan Paulus tentang pelayanannya selama
18 bulan itu di Korintus.
1Kor 3:2,6,10 - “(2) Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya.
Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. ... (6) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi
pertumbuhan. ... (10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan
yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus
memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya”.
Dalam ay 2 ia mengatakan bahwa ia hanya memberi mereka susu, bukan makanan keras. Dalam ay 6 ia mengatakan ia hanya
menanam (= memberitakan Injil), Apolos yang menyiram (memberi pelajaran untuk menumbuhkan). Dalam ay 10 ia mengatakan
bahwa ia hanya meletakkan dasar, dan orang lain yang membangun.
Dalam waktu yang begitu lama (18 bulan!), ia cuma menanam, meletakkan dasar, dan memberi susu! Ini menunjukkan bahwa
mengajar pelajaran dasar bukanlah hal yang mudah dan bisa dilakukan dengan cepat-cepat!
Ini harus dicamkan oleh para pemimpin gereja (majelis dan hamba Tuhan) dan para pengurus persekutuan, yang selalu ingin cepat-
cepat membangun jemaatnya dengan thema yang muluk-muluk / sukar, padahal di antara jemaatnya banyak bayi kristen, bahkan
banyak orang kristen KTP!
Ini juga harus dicamkan oleh banyak orang yang tidak senang dengan katekisasi yang merupakan pelajaran dasar kekristenan, atau
yang menghendaki supaya katekisasi itu dilakukan secara singkat!
Memang satu hal yang paling dibutuhkan untuk belajar Alkitab / Firman Tuhan adalah ketekunan. Tidak ada jalan pintas dalam
belajar Alkitab, dimana dalam waktu beberapa bulan kita bisa menguasai Alkitab. Kita harus belajar dengan tekun, sedikit demi
sedikit, sampai kita mati dan bertemu muka dengan muka dengan Pengarang dari Alkitab.
Dan pertama-tama kita harus mempunyai pengertian dasar yang baik. Itulah yang akan saya lakukan tiap kali saya berkhotbah di sini.
Datanglah secara rutin, dan juga ajaklah orang-orang lain, supaya baik saudara maupun mereka juga bisa mempunyai pengertian dasar
yang baik. Tuhan memberkati saudara.

-o0o-

3
BAB II
KRISTEN & AGAMA LAIN

Banyak orang yang berkata bahwa semua agama itu sama. Tetapi ini adalah pendapat yang salah. Semua agama berbeda, bahkan
bertentangan satu dengan yang lainnya. Dan kristen, kalau itu mau disebut sebagai suatu agama, adalah agama yang paling berbeda
dibandingkan dengan agama-agama yang lain. Dan perbedaan-perbedaan itu justru merupakan perbedaan-perbedaan yang bersifat prinsip /
dasar, seperti:
I) Pengakuan terhadap Yesus Kristus.
Agama kristen (dalam hal ini termasuk Katolik) mempercayai Yesus Kristus sebagai:
1) Tuhan / Allah.
Sedangkan agama lain paling-paling hanya menganggap Yesus sebagai orang yang baik / saleh atau sebagai nabi.
2) Juruselamat / Penebus dosa, yang membayar hutang dosa kita.
Jadi, Yesus yang adalah Tuhan / Allah sendiri, karena kasihNya kepada manusia berdosa, mau menjadi manusia, dan lalu
menderita dan mati di salib untuk menebus dosa manusia. Kita yang berdosa, dan seharusnya kita yang dihukum, tetapi Yesus
rela menjadi pengganti bagi kita, sehingga kalau kita percaya kepada Yesus, kita tidak akan dihukum, tetapi sebaliknya
diselamatkan / diampuni.
Tidak ada agama lain yang mempunyai seorang Juruselamat / Penebus dosa. Prinsip mereka adalah:
a) Manusia sendirilah yang harus membayar hutang dosanya sendiri.
b) Allah, karena Ia adalah maha pengasih dan penyayang, mengampuni manusia berdosa begitu saja tanpa ada penebusan
ataupun penghukuman. Dari sudut pandang Kristen, ini menunjukkan Allah itu kehilangan keadilanNya.
II) Prinsip kekristenan adalah Allah mencari manusia.
Prinsip dari semua agama lain adalah manusia mencari Allah (dengan jalan membuang dosa, berbuat baik, berbakti, dsb).
Thomas Arnold: “The distinction between Christianity and all other systems of religion consists largely in this, that in these others,
men are found seeking after God, while Christianity is God seeking after men” (= Perbedaan antara Kekristenan dan semua
sistim agama lain sebagian besar terletak di sini, yaitu bahwa dalam agama-agama lain, manusia didapati mencari Allah,
sedangkan Kekristenan adalah Allah mencari manusia) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 95.
Untuk bisa mengetahui yang mana prinsip yang benar, mari kita melihat beberapa point di bawah ini:
1) Kalau kita melihat dalam Kej 3, pada waktu Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, maka mereka tidak mencari Allah (Kej 3:6-7).
Sebaliknya pada waktu mereka mendengar kedatangan Allah, maka mereka justru bersembunyi (Kej 3:8). Allahlah yang mencari
mereka dengan memanggil: “Dimanakah engkau?” (Kej 3:9). Ini tentu tidak berarti bahwa Allah tidak tahu dimana mereka
berada. Allah hanya mau mereka datang kepadaNya dan mengaku dosa. Tetapi bagaimanapun juga di sini kita melihat suatu
prinsip yang sudah ada sejak manusia jatuh ke dalam dosa untuk pertama kalinya, yaitu Allahlah yang mencari manusia dan
bukan sebaliknya!
2) Juga dalam Luk 19:10, Yesus berkata: “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”.
Istilah ‘Anak Manusia’ menunjuk kepada Yesus, yang juga adalah Allah sendiri. Jadi ayat ini lagi-lagi menunjukkan bahwa pada
waktu manusia itu terhilang dalam dosa, Allah mencari manusia untuk menyelamatkannya. Bdk. Yeh 34:16a.
3) Dalam Roma 3:11 dikatakan bahwa: “Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah”.
Ro 3:11 ini perlu dicamkan khususnya pada waktu kita melihat ayat-ayat yang menyuruh manusia mencari Allah, seperti
1Taw 16:11 Maz 27:8 Maz 105:4 Yes 55:6 Amos 5:4,6. Ayat-ayat yang menyuruh manusia mencari Allah ini, tidak
menunjukkan bahwa manusia bisa mencari Allah, dan juga tidak menunjukkan bahwa ada manusia yang mencari Allah.
Manusia mungkin sekali ikut agama tertentu untuk mencari keselamatan. Mereka bisa saja mencari berkat Tuhan. Tetapi manusia
tidak mungkin mencari Allah.
Tetapi benarkah manusia tidak akan pernah mencari Allah? Sebetulnya manusia bisa mencari Allah, tetapi itu baru bisa terjadi
kalau Allah sudah terlebih dahulu mencari dia dan bekerja di dalam dirinya, sehingga ia lalu mencari Allah. Kalau Allah tidak
mencari manusia lebih dulu dan bekerja di dalam diri manusia itu, maka manusia itu tidak akan mencari Allah.
Jadi, prinsip yang benar tetap adalah ‘Allah mencari manusia’, bukan ‘manusia mencari Allah’.
III) Keselamatan melalui iman kepada Yesus Kristus.
Dalam agama kristen / kekristenan, kita bisa selamat hanya karena iman / percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat, dan sama sekali bukan karena perbuatan baik kita.
Dalam agama lain (termasuk Roma Katolik), keselamatan didapatkan karena perbuatan baik, atau karena iman / percaya + perbuatan
baik. Dalam persoalan ini Roma Katolik termasuk dalam kategori agama lain, karena dalam Roma Katolik:
1) Baptisan dianggap mutlak perlu untuk keselamatan, padahal baptisan jelas termasuk perbuatan baik / ketaatan.
2) Dipercaya adanya Mortal sin (= dosa besar / mematikan) dan Venial sin (= dosa kecil / remeh). Mortal sin dianggap bisa
menghancurkan keselamatan seseorang. Jadi, supaya tetap selamat seseorang harus menjauhi mortal sin. Lagi-lagi terlihat bahwa
ketaatan seseorang punya andil dalam keselamatannya.

Jadi, dalam agama lain, perbuatan baik mempunyai andil untuk menye-lamatkan manusia. Sedangkan dalam agama kristen,
sekalipun per-buatan baik itu juga harus dilakukan, tetapi sama sekali tidak punya andil dalam menyelamatkan kita.
Bahwa Kitab Suci memang mengajarkan bahwa perbuatan baik tidak punya andil dalam keselamatan, terlihat dari ayat-ayat di bawah
ini:

4
KRISTEN & AGAMA LAIN
 Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian
Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.
 Gal 2:16 - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya
oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan
oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang
dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat”.
 Ro 3:24,27-28 - “(24) dan oleh kasih karunia Allah telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus
Yesus. ... (27) Jika demikian, apa dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan
berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan
hukum Taurat”.
 Ro 9:30-32 - “(30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar
kebenaran, telah memperoleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar
hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (32) Mengapa tidak? Karena Israel
mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan”.
 Fil 3:7-9 - “(7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (8)
Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada
semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh
Kristus, (9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranKu sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan
kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan”.
 Text Kitab Suci lain yang bisa dibaca: Gal 3:6-11 Kis 15:1-21.

-o0o-

5
BAB III
DASAR KEKRISTENAN / INJIL

Hal-hal yang akan dibahas dalam bagian ini adalah:


1) Dosa.
2) Hukuman bagi manusia berdosa.
3) Penebusan oleh Yesus Kristus, melalui kematian dan kebangkitanNya.
4) Iman / percaya dan pertobatan.
5) Gunanya perbuatan baik / ketaatan, dan apa hubungan perbuatan baik /ketaatan dengan iman.
I) Dosa.
1) Pentingnya kesadaran akan dosa.
Kesadaran akan dosa adalah sesuatu yang sangat penting, karena kalau kita tidak menyadari bahwa kita adalah orang
yang berdosa, maka kita tidak akan merasa butuh seorang Juruselamat.
Karena itu, kalau dalam pelajaran ini saudara sepertinya ‘ditelanjangi’ dosa-dosanya, maka:
a) Jangan menjadi marah.
Yak 1:19 - “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar,
tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah”.
b) Juga jangan berhenti mengikuti pelajaran ini dengan alasan saudara merasa tidak damai, tidak sukacita dsb.
Bdk. 2Kor 7:8-10 - “(8) Jadi meskipun aku telah menyedihkan hatimu dengan suratku itu, namun aku tidak
menyesalkannya. Memang pernah aku menyesalkannya, karena aku lihat, bahwa surat itu menyedihkan hatimu -
kendatipun untuk seketika saja lamanya -, (9) namun sekarang aku bersukacita, bukan karena kamu telah
berdukacita, melainkan karena dukacitamu membuat kamu bertobat. (10) Sebab dukacitamu itu adalah menurut
kehendak Allah, sehingga kamu sedikitpun tidak dirugikan oleh karena kami. Sebab dukacita menurut kehendak
Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang
dari dunia ini menghasilkan kematian”.
Sebaliknya bersyukurlah, karena dengan makin menyadari dosa, saudara akan lebih mudah untuk percaya kepada Yesus dan
diselamatkan. Dan kalau saudara adalah orang yang sudah betul-betul percaya kepada Kristus, maka kesadaran akan dosa tetap
merupakan sesuatu yang sangat penting, karena itu bisa memberikan kerendahan hati kepada saudara dan juga memungkinkan
saudara untuk berjuang dalam pengudusan.
2) Kitab Suci / Firman Tuhan adalah standard untuk menentukan dosa atau tidak.
Banyak orang menentukan sesuatu itu dosa atau tidak berdasarkan:
a) Pandangan umum / manusia.
Ini jelas salah, karena seluruh dunia adalah orang berdosa sehingga sering terjadi bahwa suatu dosa dianggap benar oleh
masyarakat, dan sebaliknya, sesuatu yang benar justru dicela / dikecam.
Illustrasi: Dalam kalangan orang gila, yang waras itu yang dianggap gila! Dalam gereja yang sudah meninggalkan Alkitab,
orang kristen yang Injili / Alkitabiah dianggap sebagai orang extrim, fanatik, dsb.
Penerapan: Jangan melakukan sesuatu hanya karena semua orang menyetujuinya atau juga melakukannya, dan jangan
menolak mela-kukan sesuatu hanya karena banyak orang menentang hal itu. Bisa saja, semua orang banyak itu salah semua!
b) Suara hati / hati nurani.
Memang kadang-kadang suara hati masih bisa dijadikan standard, tetapi seringkali tidak bisa. Mengapa? Karena:
1. Perlu diingat bahwa karena manusianya berdosa, maka suara hati-nyapun ikut dikotori oleh dosa.
Tit 1:15 - “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan orang tidak beriman suatupun tidak ada
yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis”.
Karena itu suara hati / hati nurani tidak lagi bisa menjadi standard yang benar.
2. Suara hati akan padam kalau tidak dituruti.
Seseorang yang mencuri / menyontek / berzinah untuk pertama kalinya, biasanya mendapatkan bahwa suara hatinya
mengecam dirinya, sehingga ia menjadi gelisah, takut, berdebar-debar, dsb. Tetapi kalau ia meneruskan tindakan itu,
maka lama-kelamaan suara hatinya akan diam.
3. Suara hati sangat dipengaruhi pandangan sekitar / umum.
Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang suka mencaci maki / mengeluarkan kata-kata kotor,
tidak akan ditegur oleh hati nuraninya pada waktu ia mengeluarkan makian / kata-kata kotor. Seseorang yang melakukan
dosa yang sudah umum dilakukan orang di sekitarnya, seperti berdusta / ngaret, mungkin sekali suara hatinya tidak akan
menegur dia.
Jadi jelaslah bahwa suara hati ini tidak bisa dijadikan standard yang akurat untuk menentukan apakah sesuatu tindakan itu
dosa atau tidak.
Penerapan: Karena itu, janganlah saudara berani melakukan sesuatu hal, hanya karena perasaan / hati saudara tetap merasa
enak! Sebaliknya, janganlah saudara tidak melakukan sesuatu hal, hanya karena hati / perasaan saudara merasa tidak enak.
Standard yang benar untuk menentukan apakah sesuatu itu dosa atau tidak adalah Kitab Suci / Firman Tuhan.
Ini terlihat dari:

6
DASAR KEKRISTEN / INJIL
a) 2Tim 3:16 - “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan
kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran”.
Jadi ayat ini mengatakan bahwa salah satu fungsi Firman Tuhan adalah untuk menunjukkan kesalahan / dosa-dosa kita. Jadi
Firman Tuhan itu seperti cermin bagi kita yang bisa kita pakai untuk melihat kejelekan-kejelekan kita sendiri.
b) 1Yoh 3:4 yang berkata bahwa “dosa adalah pelanggaran hukum Allah”.
c) Ro 3:20b - “oleh hukum Taurat orang mengenal dosa”.
Illustrasi: Dalam setiap negara ada undang-undang. Apakah tindakan kita salah atau benar tidak didasarkan pada pandangan
umum ataupun pandangan pribadi, tetapi didasarkan pada undang-undang tersebut. Tidak peduli kita menganggap tindakan kita
itu benar, ataupun seluruh masyarakat menganggap tindakan kita itu benar, tetapi kalau undang-undang menganggap kita salah,
maka kita salah.
Kitab Suci / Firman Tuhan adalah undang-undang yang Allah berikan kepada kita, dan karena itu Kitab Suci / Firman Tuhan ini
adalah standard hidup kita.
Jadi, kalau saudara mau melakukan sesuatu, maka jangan pedulikan pandangan umum ataupun hati nurani saudara,
tetapi pikirkan lebih dulu bagaimana pandangan / ajaran Kitab Suci tentang hal itu. Kalau Kitab Suci menyetujuinya,
maka lakukanlah; sebaliknya kalau Kitab Suci mengecamnya / menganggapnya sebagai dosa, maka janganlah
melakukannya.
Catatan: larangan / persetujuan Alkitab bisa bersifat explicit, bisa implicit. Misalnya merokok, sekalipun tak ada larangan
explicit, tetapi ada larangan implicit (Mat 22:39). Kalau tak ada larangan baik explicit maupun implicit, kita tidak berhak
melarangnya. Misalnya: MLM, main saham, valas. Saya tak mengerti dengan alasan apa orang melarang hal-hal ini. Bahkan judi
kecil-kecilan.
3) Macam-macam dosa:
a) Dosa bisa dilakukan:
1. Melalui perbuatan, seperti berzinah, membunuh, dsb.
2. Melalui perkataan, seperti dusta, fitnah, mengeluarkan kata-kata kotor / cabul, memaki-maki, membicarakan kejelekan
orang tanpa ada gunanya, dsb.
3. Melalui hati / pikiran / motivasi yang berdosa, misalnya iri hati, benci, pergi ke gereja untuk cari pacar, memberi
persembahan supaya diberkati oleh Tuhan, dsb.
b) Dosa juga bisa dilakukan:
1. Secara aktif, dimana kita melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah, misalnya kita berzinah, kita membunuh orang,
dsb.
2. Secara pasif, dimana kita tidak melakukan apa yang Allah perintahkan.
Yak 4:17 - “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”.
Contoh:
a. Tidak pergi ke gereja pada hari Minggu (kecuali karena sakit).
b. Tidak mau belajar Firman Tuhan / berdoa / memuji Tuhan / melayani Tuhan.
c. Tidak mengasihi Tuhan dengan segenap hati, pikiran, perasaan (Mat 22:37). Saya kira setiap orang senantiasa
berbuat dosa karena tidak mentaati hukum ini!
d. Tidak mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Mat 22:39).
e. Tidak menolong mereka yang membutuhkan pertolongan / layak ditolong, padahal kita bisa melakukannya
(Amsal 3:27 Mat 25:42-45).
Amsal 3:27 - “Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal
engkau mampu melakukannya”.
c) Dosa juga bisa dilakukan:
1. Dengan sengaja / disadari.
2. Dengan tidak sengaja / tidak disadari.
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:
a. Sekalipun dosa yang tidak disengaja lebih ringan dari dosa yang disengaja, tetapi dosa yang tidak disengaja itu tetap
adalah dosa! (Kel 21:12-13 Im 4:1,13,22,27 Im 5:2-4,14,17 Bil 35:9-25 Ul 19:4-13 Luk 12:48).
b. Kesengajaan memperberat dosa, sehingga biarpun suatu dosa relatif kecil (seperti ngaret / terlambat, iri hati, berdusta,
dsb), tetapi kalau terus menerus dilakukan dengan sengaja, ini diperhitungkan cukup berat!
4) Hukum Taurat, khususnya 10 Hukum Tuhan, adalah bagian Firman Tuhan yang mempunyai fungsi khusus dalam menunjukkan
dosa-dosa kita (Ro 3:20 1Tim 1:8-10).
10 Hukum Tuhan ini terdapat dalam Kel 20:3-17 dan Ul 5:7-21.
Sambil mempelajari arti dari 10 Hukum Tuhan itu, marilah kita membandingkannya dengan hidup kita sendiri supaya
kita bisa mengetahui / menyadari dosa-dosa kita.
HUKUM 1: Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu (Kel 20:3).
Penekanan hukum ini: obyek / tujuan penyembahan hanya satu yaitu Allah (tidak boleh ada allah lain).
Contoh pelanggaran terhadap hukum ini:
 menyembah banyak allah / dewa, atau melakukan syncretisme / menggabungkan 2 agama atau lebih (1Raja 18:21).

7
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Misalnya: meskipun sudah menjadi orang kristen, tetapi masih pergi ke G. Kawi, kelenteng, dsb. Atau, sudah menjadi orang
kristen tetapi masih ikut kebatinan, menggunakan magic, dsb.
Ada orang kristen / hamba Tuhan yang begitu takut dengan tuduhan melakukan pengkristenan / kristenisasi, sehingga pada
waktu mem-beritakan Injil, mereka berkata: ‘Aku tidak minta kamu pindah agama. Aku hanya minta kamu percaya
kepada Kristus’. Kata-kata bodoh ini sama artinya dengan menyuruh seseorang menjadi seorang syn-cretist, yang jelas
merupakan pelanggaran terhadap hukum pertama ini!
 berdoa kepada roh-roh nenek moyang / orang tua.
 berdoa kepada Maria / orang suci.
 sembahyang di kuburan (Cing Bing), memberi sesajen, dsb.
 menyembah manusia, baik pai-kwie maupun sungkem (bdk. Mat 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah,
Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau
berbakti!’”).
 Menyimpan / mempercayai jimat, benda-benda G. Kawi / kelenteng seperti: Hu, Pat-kwa, kantong merah G. Kawi, dll.
Konsekwensi dari hukum 1 ini adalah bahwa Allah harus diutamakan / dikasihi lebih daripada apapun / siapapun juga, misalnya:
 diri sendiri (Luk 14:26b).
Kalau saudara royal dalam mengeluarkan uang untuk diri sendiri (untuk makanan / pakaian, dsb), tetapi pelit / kikir dalam
memberi persembahan kepada Tuhan, maka saudara sudah mengutamakan diri sendiri lebih dari pada Tuhan.
 keluarga, seperti suami, istri, orang tua, anak, cucu, dsb (Luk 14:26a).
Setiap orang kristen mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga, dan ini tetap harus dilakukan (1Tim 5:8), tetapi ia tidak
boleh melakukan semua itu begitu rupa sehingga menyingkirkan Tuhan.
 pekerjaan / uang (bdk. Mat 6:24).
Orang kristen memang wajib untuk bekerja sehingga bisa mencukupi kebutuhannya sendiri dan keluarganya (2Tes 3:10-12).
Karena itu jangan menggunakan ayat seperti Mat 6:25-34 untuk menjadi orang malas yang tidak mau bekerja. Tetapi
bagaimanapun juga kita tidak boleh mementingkan pekerjaan lebih dari Tuhan.
Kalau suatu pekerjaan harus dilakukan dengan melakukan dosa, baik itu dosa aktif seperti dusta atau bekerja pada
hari Minggu, maupun itu dosa pasif seperti tidak bisa berbakti, tidak bisa belajar Firman Tuhan, tidak bisa melayani
dsb, dan saudara tetap melakukan pekerjaan itu, maka jelas bahwa pekerjaan itu sudah menjadi ‘allah lain’ bagi
saudara!
 boss / rekan bisnis.
 study / pelajaran sekolah.
Tentu saja pelajar / mahasiswa kristen juga harus belajar dengan baik, tetapi ia tidak boleh terus belajar sehingga
mengabaikan kebaktian, saat teduh dsb.
 pacar / teman.
 hobby, seperti nonton bioskop, TV, olah raga, dsb.
 undangan pernikahan / HUT.
 Kalau saudara membuang kebaktian, karena adanya undangan pernikahan / HUT, maka itu berarti saudara sudah
mengutamakan undangan pernikahan lebih dari Tuhan.
 Juga kalau misalnya hujan lebat saudara tidak berbakti, tetapi dengan curah hujan yang sama, saudara tetap bisa pergi
untuk memenuhi undangan pernikahan, maka itu jelas menunjukkan bahwa saudara mengutamakan undangan
pernikahan itu lebih dari pada Tuhan.
 handphone (= telpon genggam).
Harus diakui bahwa handphone memang merupakan sesuatu yang sangat menolong kita. Tetapi bagaimanapun handphone
tidak boleh kita letakkan di atas Tuhan, misalnya dengan cara tetap menyalakan handphone pada waktu berbakti, ikut
Pemahaman Alkitab, bersaat teduh / berdoa, dsb, dan begitu handphone berbunyi, kita langsung meninggalkan Tuhan dan
menerima handphone tersebut. Saudara harus menghormati, mementingkan dan mengutamakan Tuhan di atas handphone,
atau urusan apapun yang diberikan oleh handphone tersebut, dan karena itu matikanlah handphone pada waktu melaku-kan
segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan! Ini juga berlaku untuk telpon biasa dan pager / radio panggil.
 pelayanan (bdk. Luk 10:38-42).
Luk 10:38-42 - “(38) Ketika Yesus dan murid-muridNya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang
perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. (39) Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang
bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataanNya, (40) sedang Marta sibuk
sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: ‘Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan
aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.’ (41) Tetapi Tuhan menjawabnya: ‘Marta, Marta, engkau
kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, (42) tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih
bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.’”.
Sekalipun kita melakukan pelayanan itu untuk Allah, tetapi kalau kita begitu sibuk dengan pelayanan sehingga tidak ada
waktu untuk bersekutu dengan Tuhan (saat teduh / doa), dan tidak ada waktu untuk belajar Firman Tuhan, maka pelayanan
itu menjadi allah lain bagi kita.

8
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Charles Haddon Spurgeon: “Anything becomes an idol when it keeps us away from God” (= Segala sesuatu menjadi berhala
kalau hal itu menjauhkan kita dari Allah).
Augustine: “Christ is not valued at all unless he be valued above all” (= Kristus tidak dihargai sama sekali kecuali Ia
dihargai di atas semua) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 78.
Saya pernah membaca cerita tentang seorang pendeta di Inggris yang memberitahu pelayannya bahwa kalau ia sedang berdoa ia
tidak mau diganggu oleh siapapun. Tetapi suatu hari ketika pendeta itu sedang berdoa, ada tamu datang, dan ketika si pelayan itu
melihat tamu itu, ia lalu ‘membangunkan’ si pendeta dari doanya. Si pendeta memarahi pelayannya dengan berkata: ‘Bukankah
sudah kuberitahu bahwa aku tidak mau diganggu kalau sedang berdoa?’. Tetapi pelayannya men-jawab: ‘Tuan, tamu yang datang
adalah anaknya raja’. Pendeta itu men-jawab: ‘Saya tidak peduli dia anak raja. Beritahu dia untuk menunggu, karena saya sedang
berbicara dengan Rajanya sendiri’.
Ini adalah contoh dimana seseorang betul-betul mengutamakan Tuhan!
Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum pertama ini? Seandainya dalam Kitab Suci hanya ada satu hukum ini saja,
maka dosa kita sudah bukan main banyaknya!
HUKUM 2: Jangan membuat dan menyembah patung berhala (Kel 20:4-6).
Kel 20:4-5 - “(4) Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di
bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. (5) Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah
kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-
anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,”.
Kel 20:4 melarang untuk membuat patung. Ada 2 kemungkinan untuk menafsirkan bagian ini:
1. Kel 20:4 ditafsirkan secara terpisah dari Kel 20:5, tetapi yang dimak-sud dengan ‘patung’ bukanlah patung biasa, tetapi
‘patung berhala’ [NIV/NASB: ‘an idol’ (= patung berhala)].
2. Kel 20:4 dan Kel 20:5 tidak boleh dipisahkan sehingga berdiri sendiri-sendiri, tetapi harus ditafsirkan dalam suatu kesatuan.
Jadi, yang dilarang bukanlah sekedar ‘membuat patung’, tetapi ‘membuat patung untuk disembah’.
Bdk. Im 26:1 - “‘Janganlah kamu membuat berhala bagimu, dan patung atau tugu berhala janganlah kamu dirikan
bagimu; juga batu berukir janganlah kamu tempatkan di negerimu untuk sujud menyembah kepadanya, sebab
Akulah TUHAN, Allahmu”.
Membuat patung, asal bukan patung berhala (seperti patung Buddha, Kwan Im, dsb) atau patung untuk disembah, bukanlah
dosa. Ini terlihat dari beberapa bagian Kitab Suci dimana Tuhan sendiri menyuruh membuat patung, misalnya:
 patung ular tembaga (Bil 21:4-9).
Tuhan sendiri yang menyuruh membuat patung ular ini, sehingga tindakan Musa membuat patung itu jelas bukan dosa.
Memang akhirnya patung ini dihancurkan, tetapi itu terjadi karena akhirnya patung ini disembah (2Raja 18:4).
 patung kerub di atas tutup tabut perjanjian (Kel 25:18-20).
Hal seperti ini perlu diketahui karena pada jaman ini ada banyak gereja atau hamba Tuhan (biasanya dari kalangan
Pentakosta / Kharismatik) yang begitu extrim dengan menyuruh menghancurkan seadanya patung, lebih-lebih kalau
patungnya berbentuk naga atau orang yang matanya seperti mata setan, dsb.
Penekanan hukum ini: cara penyembahan harus benar. Jadi, kalau hukum 1 mempersoalkan tujuan / obyek penyembahannya
harus benar, maka hukum 2 ini menekankan cara penyembahannya juga harus benar. Sekalipun kita mempunyai obyek / tujuan
penyembahan yang benar, yaitu Allah, tetapi kalau kita menyembahNya dengan cara yang salah, yaitu melalui patung, maka kita
berdosa. Untuk itu perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
 Kel 32 - tujuan mereka menyembah Allah. Ini terlihat dari Kel 32:5 dimana Harun berkata: ‘Besok hari raya bagi TUHAN’.
Tetapi penyem-bahan terhadap Allah itu mereka lakukan melalui anak lembu emas / berhala.
 Ul 12:4,31 (NIV): “You must not worship the LORD your God in their way” (= Kamu tidak boleh menyembah TUHAN
Allahmu dengan cara mereka).
Ayat ini dengan jelas menunjukkan larangan penyembahan terhadap Allah dengan cara orang kafir (menggunakan berhala).
Thomas Manton: “It is idolatry not only to worship false gods in the place of the true God, but to worship the true God in a
false manner” (= Adalah merupakan penyembahan berhala bukan hanya menyembah allah-allah palsu menggantikan
tempat Allah yang benar, tetapi juga menyembah Allah yang benar dengan cara yang palsu / salah).
Contoh pelanggaran terhadap hukum ini (Catatan: ada hal-hal yang overlap / bertumpukan antara pelanggaran terhadap hukum
pertama dan pelanggaran terhadap hukum kedua):
 menyembah patung berhala.
Ada beberapa ayat Kitab Suci yang menunjukkan kebodohan pe-nyembahan berhala, seperti Ul 4:28 Maz 115:4-8 Yes 2:8
Yer 10:5. Tetapi mungkin ayat / text yang menunjukkan kebodohan penyembahan berhala secara paling menyolok adalah
Yes 44:14-20 yang berbunyi sebagai berikut: “(14) Mungkin ia menebang pohon-pohon aras atau ia memilih pohon saru
atau pohon tarbantin, lalu membiarkannya tumbuh menjadi besar di antara pohon-pohon di hutan, atau ia menanam
pohon salam, lalu hujan membuatnya besar. (15) Dan kayunya menjadi kayu api bagi manusia, yang memakainya
untuk memanaskan diri; lagipula ia menyalakannya untuk membakar roti. Tetapi juga ia membuatnya menjadi allah
lalu menyembah kepadanya; ia mengerjakannya menjadi patung lalu sujud kepadanya. (16) Setengahnya dibakarnya
dalam api dan di atasnya dipanggangnya daging. Lalu ia memakan daging yang dipanggangnya itu sampai kenyang;
ia memanaskan diri sambil berkata: ‘Ha, aku sudah menjadi panas, aku telah merasakan kepanasan api.’ (17) Dan
sisa kayu itu dikerjakannya menjadi allah, menjadi patung sembahannya; ia sujud kepadanya, ia menyembah dan
9
DASAR KEKRISTEN / INJIL
berdoa kepadanya, katanya: ‘Tolonglah aku, sebab engkaulah allahku!’ (18) Orang seperti itu tidak mengetahui apa-
apa dan tidak mengerti apa-apa, sebab matanya melekat tertutup, sehingga tidak dapat melihat, dan hatinya tertutup
juga, sehingga tidak dapat memahami. (19) Tidak ada yang mempertimbangkannya, tidak ada cukup pengetahuan
atau pengertian untuk mengatakan: ‘Setengahnya sudah kubakar dalam api dan di atas baranya juga sudah kubakar
roti, sudah kupanggang daging, lalu kumakan. Masakan sisanya akan kubuat menjadi dewa kekejian? Masakan aku
akan menyembah kepada kayu kering?’ (20) Orang yang sibuk dengan abu belaka, disesatkan oleh hatinya yang
tertipu; ia tidak dapat menyelamatkan jiwanya atau mengatakan: ‘Bukankah dusta yang menjadi peganganku?’”.
 kepercayaan terhadap jimat, benda-benda keramat (seperti keris,senapan kuno di rumah adat Kolo Waggu), arru dao arru
kabbo, wai wake mea(ikat pinggang merah), batu di bawa dek rumah/di tempat-tempat tertentu, dsb.
Kalau saudara adalah orang yang senang menggunakan kuasa gelap untuk mendapatkan keinginan saudara, perhatikan kata-
kata dalam Yes 47:9b - “Kepunahan dan kejandaan dengan sepenuhnya akan menimpa engkau, sekalipun banyak
sihirmu dan sangat kuat manteramu”.
 menyembah / menghormati salib, Kitab Suci(missal menaruh alkitab di atas kepala bayi).
Kita memang mempercayai dan menghormati Kitab Suci sebagai Firman Allah. Tetapi bukan bendanya / bukunya itu sendiri
yang kita hormati, melainkan isinya.
 menyembah patung Yesus / Maria / malaikat / orang suci, mencium / menyembah Kitab Suci.
 berdoa sambil menghadap pada salib atau sambil membayangkan Yesus.
 menyembah roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus.
Saya pernah pergi ke gereja dimana pada waktu mengadakan Perjamuan Kudus, pendeta dan majelisnya berlutut dan
menyembah pada seluruh meja Perjamuan Kudus. Ini jelas juga salah. Roti dan anggur hanyalah lambang dari tubuh dan
darah Kristus, bukan Kristusnya sendiri, sehingga penyembahan terhadap hal-hal itu merupakan penyembahan berhala.
 berdoa sambil menggunakan yosua / kemenyan.
Sekalipun dalam Perjanjian Lama ada penggunaan kemenyan, tetapi dalam Perjanjian Baru semua itu tidak lagi diijinkan.
 dalam Perjanjian Baru, ini mencakup semua penyembahan terhadap Allah yang dilakukan tanpa melalui Yesus (1Tim 2:5
Yoh 14:6).
1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia
Kristus Yesus”.
Yoh 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang
kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”.
Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum kedua ini?
HUKUM 3: Jangan menyebut nama TUHAN Allahmu dengan sembarangan / sia-sia (Kel 20:7).
Sebetulnya kata ‘TUHAN’ dalam Kel 20:7 menunjuk kepada nama ‘Yah-weh’ / ‘Yehovah’, tetapi saya berpendapat bahwa ini
juga bisa diber-lakukan terhadap kata ‘Tuhan’, ‘Allah’, ‘Yesus’, ‘Kristus’, ‘God’, ‘Lord’, dsb.
Perlu diingat bahwa sikap / cara kita menggunakan nama Tuhan, menunjukkan sikap kita terhadap Tuhan sendiri.
Contoh pelanggaran terhadap hukum ini:
 mencaci maki / menghujat / mengutuk Tuhan (Im 24:10-16,23).
Im 24:10-16,23 - “(10) Pada suatu hari datanglah seorang laki-laki, ibunya seorang Israel sedang ayahnya seorang
Mesir, di tengah-tengah perkemahan orang Israel; dan orang itu berkelahi dengan seorang Israel di perkemahan. (11)
Anak perempuan Israel itu menghujat nama TUHAN dengan mengutuk, lalu dibawalah ia kepada Musa. Nama
ibunya ialah Selomit binti Dibri dari suku Dan. (12) Ia dimasukkan dalam tahanan untuk menantikan keputusan
sesuai dengan firman TUHAN. (13) Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: (14) ‘Bawalah orang yang mengutuk
itu ke luar perkemahan dan semua orang yang mendengar haruslah meletakkan tangannya ke atas kepala orang itu,
sesudahnya haruslah seluruh jemaah itu melontari dia dengan batu. (15) Engkau harus mengatakan kepada orang
Israel, begini: Setiap orang yang mengutuki Allah harus menanggung kesalahannya sendiri. (16) Siapa yang
menghujat nama TUHAN, pastilah ia dihukum mati dan dilontari dengan batu oleh seluruh jemaah itu. Baik orang
asing maupun orang Israel asli, bila ia menghujat nama TUHAN, haruslah dihukum mati. ... (23) Demikianlah Musa
menyampaikan firman itu kepada orang Israel, lalu dibawalah orang yang mengutuk itu ke luar perkemahan, dan
dilontarilah dia dengan batu. Maka orang Israel melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa”.
 bersumpah dusta / mengutuk dengan menggunakan nama Tuhan (Im 19:12).
Im 19:12 - “Janganlah kamu bersumpah dusta demi namaKu, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama
Allahmu; Akulah TUHAN”.
 seruan-seruan (kebiasaan) dengan menggunakan nama Tuhan seperti: ‘Masya Allah’, ‘Aduh Allah’, ‘Ya Allah’, dsb.
Mengatakan ‘Insya Allah’ (= Jika Allah menghendaki) sebetulnya bukan dosa, asal kita betul-betul memaksudkan hal itu.
Tetapi kalau kita mengucapkannya hanya sebagai basa basi, maka itu juga termasuk menyebut nama Allah dengan sia-sia.
 mengatakan ‘Haleluya / Puji Tuhan’ sekedar sebagai suatu kebiasaan sehingga keluar dari mulut tanpa hatinya betul-betul
memuji Tuhan.
 menggunakan nama Tuhan untuk lelucon / percakapan yang tidak ada gunanya.
Contoh: ada gereja yang mengeluarkan lelucon berjudul ‘kuda kristen’. Ceritanya adalah sebagai berikut: Ada sebuah gereja
yang mem-punyai seekor kuda. Kuda itu dilatih untuk berjalan kalau mendengar kata-kata ‘Puji Tuhan’, dan berhenti kalau

10
DASAR KEKRISTEN / INJIL
mendengar kata ‘Haleluya’. Suatu hari seorang pendeta tamu, yang adalah pendeta Pentakosta, menaiki kuda itu setelah
diajar tentang kata sandi yang diperlukan untuk menjalankan dan menghentikan kuda itu. Ia lalu berkata ‘Puji Tuhan’, dan
kuda itu lalu mulai berjalan. Ia berkata lagi ‘Puji Tuhan’ berkali-kali dan kuda itu berlari makin lama makin cepat. Tiba-tiba
pendeta itu melihat bahwa di depannya ada suatu sungai. Ia menjadi panik sehingga lupa kata sandi untuk menghentikan
kudanya. Ia lalu memejamkan matanya dan berdoa: ‘Tuhan tolong hentikan kuda ini, Haleluya, Amin’. Kuda itu mendengar
kata ‘Haleluya’ dalam doa pendeta itu dan ia berhenti, persis di tepi sungai. Pendeta itu membuka matanya dan melihat kuda
itu berhenti persis di tepi sungai, dan ia lalu berseru ‘Puji Tuhan’, dan byuuur, ia dan kudanya masuk ke sungai!
Boleh jadi cerita ini lucu, tetapi apa manfaatnya? Sedikitpun tidak ada! Dan karena itu ini termasuk cerita yang
menggunakan nama Allah secara sembarangan! Karena itu jangan ‘mengkulak’ cerita-cerita seperti ini!
 Stand up comedy Mongol jg sering pakai nama Allah tuk tujuan lucu-lucu.
 menyanyi memuji Tuhan hanya dengan mulut tetapi tidak dengan hati.
 berdoa yang hanya di mulut saja.
Kalau saudara menganggap bahwa pelanggaran terhadap hukum ini adalah dosa remeh, maka perhatikanlah:
 Kel 20:7b mengatakan: “TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut namaNya dengan sembarangan”.
 Dalam 10 hukum Tuhan, hukum ini diletakkan pada urutan nomer 3!
Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum ketiga ini?
HUKUM 4: Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat (Kel 20:8-11).
Tuhan menciptakan alam semesta dalam 6 hari, dan Ia beristirahat pada hari ke 7, lalu menguduskan (memisahkan) hari ke tujuh
itu (Kej 2:1-3).
Perubahan Sabat dari Sabtu menjadi Minggu:
Hari Sabat sebetulnya adalah hari Sabtu, tapi sejak kebangkitan Tuhan Yesus, orang-orang kristen berbakti pada hari pertama /
hari Minggu (Yoh 20:19 Kis 20:7 1Kor 16:2).
Kis 20:7 - “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus
berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan
itu berlangsung sampai tengah malam”.
1Kor 16:2 - “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing - sesuai dengan apa yang kamu
peroleh - menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku
datang”.
Disamping itu, perlu kita ingat bahwa hari Pentakosta (Kis 2:1-13), yang merupakan ‘hari berdirinya gereja’, juga jatuh pada hari
Minggu (bdk. Im 23:15-16 Ul 16:9).
Bandingkan dengan Wah 1:10 dimana istilah ‘hari Tuhan’ juga dianggap menunjuk pada hari Minggu.
Homer Hailey: “The ante-Nicene writers who wrote after John followed a consistent pattern in considering ‘the first day,’ ‘the
Lord’s day,’ the ‘resurrection day,’ and the day of meeting, Sunday, as identical. Ignatius (30-107 A.D.) writes, ‘Let every
friend of Christ keep the Lord’s day as a festival, the resurrection day, the queen and chief of all the days (of the week)’ (A-N-
F, I, p. 63). Justin (110-165 A.D.), writing of the day which the saints met for worship identified it as ‘Sunday ... the first day ...
and Jesus Christ our Saviour on the same day rose from the dead’ (I, p. 168). The teaching of the Twelve (120-190 A.D.): ‘But
every Lord’s day do ye gather yourselves, and break bread’ (VII, p. 381). Clement (153-217 A.D.), writing agonist (against?)
Gnostics, identifies the Lord’s day with the resurrection, saying, ‘He, in fulfillment of the precept, according to the Gospel,
keeps the Lord’s day ... glorifying the Lord’s resurrection’ (II, p. 545). Tertullian (145-220 A.D.) identifies ‘the Lord’s day’ as
‘every eighth day’ (III, p. 70). Constitution of the Holy Apostles (250-325 A.D.): ‘And on the day of our Lord’s resurrection,
which is the Lord’s day, meet more diligently’ (VII, p. 423); and ‘on the day of the resurrection of the Lord, that is, the Lord’s
day, assemble yourselves together, without fail’ (ibid. p. 471)” [= Penulis-penulis sebelum Nicea yang menulis setelah
Yohanes mengikuti pola yang konsisten dalam menganggap ‘hari pertama’, ‘hari Tuhan’, ‘hari kebangkitan’, dan hari
pertemuan, Minggu, sebagai identik. Ignatius (30-107 M) menulis: ‘Hendaknya setiap teman Kristus memelihara hari
Tuhan sebagai suatu perayaan, hari kebangkitan, ratu dan kepala dari semua hari (dari suatu minggu)’ (A-N-F, I, hal 63).
Justin (110-165 M), menulis tentang hari dimana orang-orang kudus bertemu untuk kebaktian menyebutnya sebagai
‘Minggu ... hari yang pertama ... dan Yesus Kristus Juruselamat kita bangkit dari antara orang mati pada hari yang
sama’ (I, hal 168). The teaching of the Twelve (120-190 M): ‘Tetapi setiap hari Tuhan kamu berkumpul dan memecahkan
roti’ (VII, hal 381). Clement (153-217 M), menulis menentang Gnostics, mengidentikkan hari Tuhan dengan kebangkitan,
dengan berkata: ‘Ia, dalam penggenapan ajaran / perintah, sesuai dengan Injil, memelihara hari Tuhan ... memuliakan
kebangkitan Tuhan’ (II, hal 545). Tertullian (145-220 M) mengidentikkan / menyebut ‘hari Tuhan’ sebagai ‘setiap hari ke
8’ (III, hal 70). Constitution of the Holy Apostles (250-325 M): ‘Dan pada hari kebangkitan Tuhan, yang adalah hari
Tuhan, bertemulah dengan makin rajin’ (VII, hal 423); dan ‘pada hari kebangkitan Tuhan, yaitu, hari Tuhan,
kumpulkanlah dirimu bersama-sama, tanpa gagal (jangan pernah gagal untuk bertemu)’ (ibid. hal 471)] - hal 107.
William Barclay: “By early in the second century the Sabbath had been abandoned and the Lord’s Day was the accepted
Christian day” (= Pada awal abad kedua hari Sabat telah ditinggalkan dan hari Tuhan diterima sebagai hari Kristen) - hal
43.
Philip Schaff: “The universal and uncontradicted Sunday observance in the second century can only be explained by the fact
that it had its roots in apostolic practice” (= Ibadah pada hari Minggu yang bersifat universal dan tak ditentang pada abad
kedua hanya bisa dijelaskan oleh fakta bahwa itu mempunyai akarnya dalam praktek rasuli) - ‘History of the Christian
11
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Church’, vol I, hal 478.
R. L. Dabney: “After the resurrection of Christ, the perpetual Divine obligation of a religious rest was transferred to the first
day of the week, and thence to the end of the world, the Lord’s day is the Christian Sabbath, by Divine and apostolic
appointment” (= Setelah kebangkitan Kristus, kewajiban Ilahi yang kekal tentang istirahat agamawi dipindahkan ke hari
pertama dari suatu minggu, dan dari sana sampai akhir jaman, hari Tuhan adalah Sabat Kristen, oleh penetapan Ilahi
dan rasuli) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 367-368.
Bagian ini penting untuk diingat kalau saudara menghadapi orang Ad-vent, yang berkeras bahwa hari untuk berbakti haruslah
Sabtu, yang merupakan hari Sabat Perjanjian Lama.
Larangan dan keharusan pada hari Sabat:
 Kita tidak boleh melakukan pekerjaan sehari-hari (Kel 20:9-10 bdk. Yer 17:21-27).
 Kita bukannya tidak boleh melakukan apa-apa pada hari Sabat. Jadi, ajaran para ahli Taurat dan orang Farisi, yang boleh
dikata-kan melarang segala sesuatu pada hari Sabat, dan yang menye-babkan hari Sabat menjadi beban yang sangat
berat, adalah salah. Yang tidak boleh dilakukan adalah pekerjaan sehari-hari. Bahkan pada masa sibuk (masa ujian, dsb),
kita harus tetap memelihara hari Sabat. Ini terlihat dari Kel 34:21 - “Enam harilah lamanya engkau bekerja, tetapi
pada hari yang ketujuh haruslah engkau berhenti, dan dalam musim membajak dan musim menuai haruslah
engkau memelihara hari perhentian juga”.
 Kita boleh berbuat baik / menolong orang pada hari Sabat (Mat 12:9-12). Karena itu janganlah menggunakan hukum
Sabat ini sebagai alasan untuk tidak menolong orang yang membutuhkan pertolongan.
 Kita boleh melayani Tuhan pada hari Sabat (Mat 12:5). Bahkan sebetulnya hari Sabat diadakan supaya saudara bebas
dari pekerjaan sehari-hari sehingga bisa berbakti dan melayani Tuhan.
 Memang ada tempat-tempat yang boleh tetap buka pada hari Sabat, seperti rumah sakit, apotik. Tetapi ada syaratnya,
yaitu:
 para pegawai yang dipekerjakan pada hari itu harus mempunyai hari Sabat / istirahat sendiri di luar hari Sabat yang
umum (hari Minggu).
 mereka tetap membuka tempat-tempat itu bukan dengan motivasi untuk mencari uang, tetapi untuk melayani /
menolong orang.
 Kita tidak boleh mempekerjakan pegawai / pelayan (Kel 20:10), dan kita juga tidak boleh menyuruh anak kita untuk belajar!
Mereka juga membutuhkan istirahat! Ada 6 hari untuk bekerja / belajar bagi mereka; biarkan mereka beristirahat pada hari
Sabat. Ini perlu dicamkan oleh para orang tua, khususnya mereka yang kadang-kadang menghukum anaknya dengan
melarang pergi ke gereja dan menyuruhnya belajar di rumah, karena anak itu mendapatkan nilai / rapor yang jelek.
Hukumlah anak dengan cara lain, bukan dengan menyuruh mereka melanggar peraturan Sabat!
 Kita harus berbakti kepada Tuhan di gereja (Im 19:30 26:2 Luk 4:16).
Berbakti kepada Tuhan, bukanlah sekedar merupakan anjuran, tetapi merupakan suatu keharusan. Jadi, kalau kita tidak
melakukannya, kita berdosa.
 Seseorang mengatakan: “After looking at the earth for six days we need the Lord’s day to look up” (= Setelah melihat
pada bumi / dunia selama 6 hari, kita membutuhkan hari Tuhan untuk melihat ke atas).
 Yang dimaksud ‘gereja’ adalah persekutuan orang kristen, bukan gedungnya. Jadi, sekalipun kebaktian itu tidak
diadakan di gedung gereja, tetapi di restoran, hotel, rumah, dsb, itu tidak jadi soal. Ingat bahwa orang kristen abad
pertama juga tidak mempunyai gedung gereja, sehingga banyak yang berbakti di rumah-rumah yang digunakan sebagai
tempat berbakti.
 Juga kita harus memilih gereja yang benar, yang betul-betul percaya, tunduk dan mengajarkan Firman Tuhan, sebagai
tempat kita berbakti.
Bahwa tidak semua ‘gereja’ adalah ‘gereja’ di hadapan Tuhan, terlihat dari istilah ‘jemaah Iblis’ [NIV: ‘a synagogue of
Satan’ (= sinagog Setan)] dalam Wah 2:9 dan Wah 3:9, dan juga dari istilah ‘rumahmu’ (bukan ‘rumahKu’ atau ‘rumah
BapaKu’) yang digu-nakan oleh Yesus untuk menunjuk kepada Bait Allah (Mat 23:38).
Wah 2:9 - “Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu - namun engkau kaya - dan fitnah mereka, yang menyebut
dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis”.
Wah 3:9 - “Lihatlah, beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi
yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan Kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya Aku akan
menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau”.
Mat 23:38 - “Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi”.
Perlu diingat bahwa kalau kita berbakti di gereja yang tidak benar, apalagi yang sesat, maka:
 Tuhan tidak menganggap bahwa saudara sudah berbakti kepadaNya.
Yeh 23:38-39 - “(38) Selain itu hal ini juga mereka lakukan terhadap Aku, mereka menajiskan tempat
kudusKu pada hari itu dan melanggar kekudusan hari-hari SabatKu. (39) Dan sedang mereka menyembelih
anak-anak mereka untuk berhala-berhalanya, mereka datang pada hari itu ke tempat kudusKu dan
melanggar kekudusannya. Sungguh, inilah yang dilakukan mereka di dalam rumahKu.”.
 kita mendukung dan memberi semangat kepada gereja sesat itu.

12
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Kalau saudara segan untuk meninggalkan gereja saudara, padahal saudara tahu bahwa gereja saudara itu sesat, saudara
perlu merenungkan pertanyaan ini secara serius: ‘Apakah aku mengikut Kristus, atau mengikut gerejaku?’.
 Ada orang-orang yang berbakti kepada Tuhan di rumahnya sendiri (membaca Kitab Suci sendiri, berdoa sendiri,
menyanyi sendiri, dsb). Dengan adanya Mimbar agama Kristen di TV pada hari Minggu, hal ini bisa dilakukan oleh
makin banyak orang. Tetapi ini bukan cara berbakti yang benar, dan ini terlihat dari:
 Ul 12:5-7 - “(5) Tetapi tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, dari segala sukumu sebagai kediamanNya
untuk menegakkan namaNya di sana, tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi. (6) Ke
sanalah harus kamu bawa korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan
persembahan khususmu, korban nazarmu dan korban sukarelamu, anak-anak sulung lembu sapimu dan
kambing dombamu. (7) Di sanalah kamu makan di hadapan TUHAN, Allahmu, dan bersukaria, kamu dan
seisi rumahmu, karena dalam segala usahamu engkau diberkati oleh TUHAN, Allahmu”.
 adanya Kemah Suci atau Bait Suci.
Kalau Tuhan memang menghendaki setiap orang percaya berbakti sendiri-sendiri di rumah masing-masing, untuk
apa didirikan Kemah Suci / Bait Allah?
 adanya hamba-hamba Tuhan.
Kalau memang Tuhan menghendaki setiap orang percaya ber-bakti di rumahnya masing-masing, apa gunanya Tuhan
mene-tapkan adanya hamba Tuhan / gembala (Ef 4:11), penatua dan diaken (1Tim 3:1-13), dsb?
 tidak bisanya kita bersekutu dengan saudara seiman, kalau kita berbakti sendiri di rumah masing-masing. Perlu
diingat bahwa Kristen sangat menekankan persekutuan dengan saudara seiman.
Ibr 10:25 - “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh
beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melaku-kannya menjelang hari
Tuhan yang mendekat”.
 Jangan membolos dari kebaktian hari Minggu, dengan alasan:
 ada tamu.
 arisan / pertemuan RT / RW.
 bekerja / lembur.
 belajar.
 piknik /janjian keluar kota/jalan-jalan.
 pergi ke pesta HUT.
 ada acara dari ‘para-church’ (persekutuan, dsb).
Para pemimpin maupun pengikut dari para-church ini harus menyadari bahwa para-church didirikan untuk
mendukung gereja, dan bukannya untuk menyaingi gereja. Karena itu mereka seharusnya tidak mengadakan
acara pada hari Minggu!
 ikut ‘kebaktian’ Pernikahan.
Ingat bahwa upacara pernikahan di gereja sebetulnya bukanlah suatu kebaktian! Saya berpendapat bahwa
hari Minggu bukanlah hari untuk menikah, tetapi untuk berbakti. Orang kristen sebaiknya tidak menikah
pada hari Minggu! Mengapa? Karena ini bukan hanya menyebabkan pengan-tinnya tidak bisa berbakti,
tetapi juga menyebabkan banyak orang berdosa karena membolos dari kebaktian.
Alasan yang sah untuk tidak pergi ke kebaktian adalah kalau saudara sakit, dan itupun tentu bukan sembarang sakit.
Sakitnya harus cukup berat (sehingga memang tidak memungkinkan saudara untuk berbakti) atau menular. Sedangkan
alasan yang lain adalah kalau terjadi hal-hal yang memang sangat extrim, seperti banjir yang hebat atau kerusuhan.
Satu hal lain yang perlu disadari adalah bahwa membolos dari kebaktian Minggu, bukan hanya merupakan suatu dosa,
tetapi juga merupakan suatu tindakan yang sangat kurang ajar kepada Tuhan.
Illustrasi: Ada seorang melihat seorang pengemis. Ia kasihan dan ingin memberinya uang. Dalam kantongnya ada 7 keping
uang, dan ia lalu memberikan 6 keping kepada pengemis itu, dan menyisakan 1 keping untuk dirinya sendiri. Tetapi
pengemis itu, yang melihat bahwa orang itu menyisakan satu keping untuk dirinya sendiri, lalu menyambar sisa yang 1
keping itu, dan lari. Ini betul-betul menunjukkan orang yang kurang ajar bukan? Tetapi itu coba bandingkan dengan
analoginya: Allah mempunyai 7 hari, dan ia memberikan 6 hari bagi kita untuk bekerja, belajar, mengurus urusan-urusan
kita dsb. Ia hanya menyisakan satu hari bagi diriNya sendiri, yaitu hari Sabat. Tetapi kita sering lalu menyambar hari yang
satu itu dari tangan Allah, dan tetap menggunakannya untuk diri kita sendiri! Apa bedanya orang yang membolos dari
kebaktian dengan pengemis yang kurang ajar tadi?
Pelanggaran terhadap peraturan Sabat merupakan dosa yang berat, karena pada jaman Perjanjian Lama, orang yang
melanggar per-aturan Sabat dijatuhi hukuman mati.
Kel 31:14-15 - “(14) Haruslah kamu pelihara hari Sabat, sebab itulah hari kudus bagimu; siapa yang melanggar
kekudusan hari Sabat itu, pastilah ia dihukum mati, sebab setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, orang
itu harus dilenyapkan dari antara bangsanya. (15) Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang
ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, hari kudus bagi TUHAN: setiap orang yang melakukan pekerjaan
pada hari Sabat, pastilah ia dihukum mati”.

13
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Bil 15:32-36 - “(32) Ketika orang Israel ada di padang gurun, didapati merekalah seorang yang mengumpulkan kayu api
pada hari Sabat. (33) Lalu orang-orang yang mendapati dia sedang mengumpulkan kayu api itu, menghadapkan dia
kepada Musa dan Harun dan segenap umat itu. (34) Orang itu dimasukkan dalam tahanan, oleh karena belum ditentukan
apa yang harus dilakukan kepadanya. (35) Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Orang itu pastilah dihukum mati;
segenap umat Israel harus melontari dia dengan batu di luar tempat perkemahan.’ (36) Lalu segenap umat menggiring dia
ke luar tempat perkemahan, kemudian dia dilontari dengan batu, sehingga ia mati, seperti yang difirmankan TUHAN
kepada Musa”.
Sekarang renungkan: kalau saudara melihat seseorang mencuri dan seorang lain membolos dari kebaktian / bekerja pada
hari Sabat, yang mana yang saudara anggap lebih jahat / lebih memalukan? Saya yakin bahwa hampir semua orang di
dunia ini akan meng-anggap bahwa yang mencuri itulah yang dosanya lebih berat / lebih memalukan. Tetapi Kitab Suci
tidak menjatuhkan hukuman mati kepada pencuri, melainkan hanya hukuman denda (Kel 22:1), se-dangkan terhadap
pelanggar peraturan Sabat, Kitab Suci menjatuh-kan hukuman mati. Karena itu jelaslah bahwa Kitab Suci / Tuhan
menganggap bahwa pelanggaran peraturan Sabat adalah dosa yang lebih besar dari pada mencuri! Karena itu jangan
remehkan pelang-garan terhadap hukum ini!
Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum keempat ini?
HUKUM 5: Hormatilah ayahmu dan ibumu (Kel 20:12).
Calvin berpendapat bahwa hukum ini tidak hanya berlaku untuk orang tua, tetapi untuk semua otoritas di atas kita, seperti:
 pemerintah (Ro 13:1-2 1Pet 2:13-14).
 majikan / boss (Ef 6:5).
 pimpinan gereja (Ibr 13:17).
 suami (Ef 5:22).
 guru / dosen / pimpinan di sekolah.
Sekalipun saya setuju bahwa sebagai orang kristen kita harus mentaati dan menghormati semua otoritas di atas kita, tetapi saya
berpendapat bahwa hukum ke 5 ini khusus berhubungan dengan orang tua. Alasan saya: dalam Kitab Suci, hukum ke 5 ini selalu
diterapkan dalam hubungan orang tua dengan anak (Mat 15:4-6 Ef 6:2-3).
Kol 3:20 mengatakan bahwa anak harus taat kepada orang tua ‘dalam segala hal’. Tetapi kalau kita menafsirkan bagian ini
dengan melihat ayat-ayat lain dalam Kitab Suci, maka kita harus memberi perkecualian, yaitu kalau mereka memberikan perintah
yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Kalau mereka memerintahkan sesuatu yang dilarang oleh Firman Tuhan, atau melarang
kita melakukan apa yang diperintahkan oleh Firman Tuhan, maka berlaku hukum: “Kita harus lebih taat kepada Allah dari
pada kepada manusia” (Kis 5:29). Tetapi dalam hal itupun kita harus tetap menghormati mereka (tidak boleh menolak untuk
taat dengan cara yang kurang ajar)!
Perlu juga diketahui bahwa dalam Perjanjian Lama orang yang melanggar hukum ini juga dijatuhi hukuman mati (Kel 21:15,17
Im 20:9 Ul 21:18-21). Karena itu:
 jangan meremehkan dosa ini!
 orang tua harus mengajar anaknya untuk hormat dan taat kepada mereka, dan bukannya membiarkan anak untuk berlaku
kurang ajar terhadap mereka!
Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum kelima ini?
HUKUM 6: Jangan membunuh (Kel 20:13).
Hukum ini berhubungan hanya dengan sesama manusia. Sekalipun merusak tanaman atau membunuh binatang secara
sembarangan (tanpa ada gunanya) bisa dikatakan sebagai sesuatu yang salah, tetapi itu bukan merupakan pelanggaran terhadap
hukum ini. Alasannya: Ro 13:9 dan Mat 22:37-39 menghubungkan hukum ini dengan sesama manusia.
Contoh pelanggaran terhadap hukum ini:
 Membunuh orang.
Ada pembunuhan yang tidak bisa dianggap sebagai pelanggaran ter-hadap hukum ke 6 ini, bahkan bisa dikatakan sebagai
tidak berdosa, yaitu:
 pembunuhan yang dilakukan dalam rangka pembelaan diri pribadi, dimana situasinya adalah ‘membunuh atau dibunuh’.
Dasar Kitab Suci untuk ini adalah:
 Mat 22:39 yang mengharuskan kita untuk juga mengasihi diri sendiri. Kalau kita membiarkan diri kita dibunuh,
maka itu berarti kita tidak mengasihi diri kita sendiri.
 Kel 22:2-3a - “(2) Jika seorang pencuri kedapatan waktu membongkar, dan ia dipukul orang sehingga mati,
maka si pemukul tidak berhutang darah; (3a) tetapi jika pembunuhan itu terjadi setelah matahari terbit,
maka ia berhutang darah”.
Ini suatu hukum yang kelihatan aneh, sehingga banyak yang menafsirkan bahwa di sini pencuri yang kepergok itu
menye-rang pemilik rumah, dan sebagai tindakan bela diri pemilik rumah membunuh pencuri itu. Bandingkan
dengan terjemahan NIV yang berbunyi: “If a thief is caught breaking in and is struck so that he dies, the defender
is not guilty of bloodshed” (= Jika seorang pencuri kedapatan waktu mencuri dan dipukul sehingga mati,
pembela diri itu tidak bersalah melakukan pencurahan darah).
 Neh 4:11-14 - “(11) Tetapi lawan-lawan kami berpikir: ‘Mereka tidak akan tahu dan tidak akan melihat apa-
apa, sampai kita ada di antara mereka, membunuh mereka dan menghentikan pekerjaan itu.’ (12) Ketika

14
DASAR KEKRISTEN / INJIL
orang-orang Yahudi yang tinggal dekat mereka sudah sepuluh kali datang memperingatkan kami: ‘Mereka
akan menyerang kita dari segala tempat tinggal mereka,’ (13) maka aku tempatkan rakyat menurut kaum
keluarganya dengan pedang, tombak dan panah di bagian-bagian yang paling rendah dari tempat itu, di
belakang tembok, di tempat-tempat yang terbuka. (14) Kuamati semuanya, lalu bangun berdiri dan berkata
kepada para pemuka dan para penguasa dan kepada orang-orang yang lain: ‘Jangan kamu takut terhadap
mereka! Ingatlah kepada Tuhan yang maha besar dan dahsyat dan berperanglah untuk saudara-saudaramu,
untuk anak-anak lelaki dan anak-anak perempuanmu, untuk isterimu dan rumahmu.’”.
 Ester 9 menunjukkan bahwa pada waktu orang Yahudi mau dibasmi, mereka membela diri, dan membunuh orang-
orang yang mau membunuh mereka. Dan tindakan ini tidak pernah disalahkan / dikecam oleh Tuhan.
 Alasan lain adalah: kalau kita membiarkan diri dibunuh, maka nanti si pembunuh itu juga harus dihukum mati,
sehingga akan ada 2 orang yang mati. Sedangkan kalau kita membunuhnya sebagai tindakan bela diri, yang mati
hanya satu orang.
Banyak orang tidak menyetujui hal ini berdasarkan Mat 5:39b yang berbunyi: “Janganlah melawan orang yang
berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi
kirimu”. Tetapi perlu diingat bahwa Mat 5:39 meng-gunakan istilah ‘menampar’ yang jelas tidak membahayakan jiwa,
bukannya ‘membacok’, ‘menusuk’, dsb. Jadi, Mat 5:39 berlaku untuk serangan yang tidak membahayakan jiwa kita.
Juga ada yang tidak menyetujui hal ini dengan alasan bahwa pada waktu Yesus ditangkap dan dibunuh, Ia tidak melawan
/ membela diri. Tetapi perlu diingat bahwa Yesus memang datang ke dunia untuk mati menebus dosa kita. Kalau waktu
ditangkap dan mau dibunuh Ia melawan, bagaimana mungkin Ia menebus dosa kita?
Kalau pembelaan diri diijinkan, maka jelas bahwa belajar ilmu bela diri, selama tidak ada unsur-unsur yang tidak
alkitabiah seperti tenaga dalam dsb, juga diijinkan!
 pembunuhan dalam perang / pembelaan diri nasional.
Kalau pembelaan diri pribadi diijinkan, maka jelas pembelaan diri secara nasional (bukan agresi ke negara lain!) juga
harus diijinkan. Hal lain yang mendukung diijinkannya pembelaan diri nasional adalah bahwa Kitab Suci (bahkan
Perjanjian Baru) tidak melarang seseorang menjadi tentara (bdk. Luk 3:14 Kis 10:1 - orang-orang ini tidak
diperintahkan untuk berhenti menjadi tentara).
Luk 3:14 - “Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: ‘Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?’
Jawab Yohanes kepada mereka: ‘Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan
gajimu.’”.
Kis 10:1-2,7 - “(1) Di Kaisarea ada seorang yang bernama Kornelius, seorang perwira pasukan yang disebut
pasukan Italia. (2) Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada
umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah. ... (7) Setelah malaikat yang berbicara kepadanya itu
meninggalkan dia, dipanggilnya dua orang hambanya beserta seorang prajurit yang saleh dari orang-orang yang
selalu bersama-sama dengan dia”.
 penjatuhan dan pelaksanaan hukuman mati, asal hal ini dilakukan berdasarkan kebenaran / keadilan (bdk. Ro 13:4).
Ro 13:4 - “Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat,
takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah
untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat”.
Banyak orang kristen yang tidak menyetujui adanya hukuman mati, dengan alasan bahwa itu merupakan sesuatu yang
tidak kasih, tidak menghargai nyawa manusia, tidak alkitabiah, tidak kristiani, dan juga karena mereka menganggap
bahwa orang yang dihukum mati itu tidak diberi kesempatan bertobat. Tetapi semua ini merupakan pandangan yang
salah, karena:
 Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru jelas menyetujui adanya hukuman mati (Kej 9:6 Kel 21:15 Im 20:10 Bil
35:31 Ul 13:5 Ro 13:4)!
 Paulus menyatakan bahwa ia rela dihukum mati kalau ia memang layak untuk itu (Kis 25:11).
Kis 25:11 - “Jadi, jika aku benar-benar bersalah dan berbuat sesuatu kejahatan yang setimpal dengan
hukuman mati, aku rela mati, tetapi, jika apa yang mereka tuduhkan itu terhadap aku ternyata tidak benar,
tidak ada seorangpun yang berhak menyerahkan aku sebagai suatu anugerah kepada mereka. Aku naik
banding kepada Kaisar!’”.
 Kalau seorang pembunuh tidak dihukum mati, maka kita tidak menghargai nyawa dari korban pembunuhan tersebut.
John Stott: “Those who campaign for the abolition of the death penalty on the ground that human life (the
murderer’s) should not be taken tend to forget the value of the life of the murderer’s victim” [= Mereka yang
berkampanye untuk penghapusan hukuman mati dengan dasar bahwa nyawa / kehidupan manusia (dari si
pembunuh) tidak boleh diambil, cenderung untuk melupakan nilai dari nyawa / kehidupan dari korban dari si
pembunuh] - ‘The Message of the Sermon of the Mount’, hal 83.
 Orang yang dijatuhi hukuman mati tetap mempunyai kesem-patan bertobat, karena saat di antara penjatuhan
keputusan hukuman mati dan pelaksanaan hukuman mati itu, bisa ia pergunakan untuk bertobat dan percaya kepada
Yesus. Kalau ia melakukan hal itu, sekalipun ia mati, ia tetap selamat / masuk surga.

15
DASAR KEKRISTEN / INJIL
 Euthanasia (= pembunuhan karena ‘belas kasihan’), baik secara aktif maupun pasif.
Misalnya: orang yang sudah sakit berat dan tidak ada harapan untuk sembuh, lalu dibunuh oleh dokter (aktif), atau dibiarkan
mati tanpa diberi pertolongan (pasif).
 Bunuh diri (bdk Mat 22:39 Kis 16:27-28).
Ingat bahwa diri kita diciptakan oleh Tuhan, dan karenanya adalah milik Tuhan. Jadi kita tidak berhak membunuh diri kita
sendiri.
 Melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri, seperti ngebut, dsb.
 Tidak mau menjaga kesehatan / melakukan hal-hal yang merusak kesehatan, seperti:
 sakit tetapi tidak mau ke dokter / minum obat.
 tidak mau berpantang demi kesehatannya (misalnya punya te-kanan darah tinggi tetapi terus makan makanan yang asin,
dsb).
 merokok (termasuk menjadi perokok pasif).
 menggunakan narkotik, ecstasy, pil koplo, dsb.
 menggunakan minuman keras secara berlebihan.
 Abortus / pengguguran kandungan.
Di USA, mulai tahun 1973-1986 terjadi 20 juta aborsi! Ini lebih banyak dari penduduk Los Angeles dan New York City
digabung menjadi satu!
Bagaimanapun kecilnya, bayi dalam kandungan itu sudahlah merupa-kan seorang manusia. Karena itu pengguguran
kandungan jelas merupakan pembunuhan.
Dalam memutuskan pengguguran, biasanya yang diperhitungkan ada-lah ibu dari si bayi, sedangkan si bayi tidak
diperhitungkan. Misalnya: ibunya mengandung di luar nikah, atau mengandung karena pemer-kosaan. Dari pada ibunya
malu, si bayi digugurkan. Ini salah! Bayinya harus diperhitungkan. Apa salahnya bayi itu sehingga harus dibunuh?
Kadang-kadang orang melakukan abortus karena dokter berkata anak itu akan lahir cacat. Perlu diingat bahwa kalau abortus
bisa dibenarkan berdasarkan alasan ini, maka konsekwensinya adalah: anak dan orang dewasa yang cacat juga boleh
dibunuh!
Dalam Buletin ‘Disciples’, terbitan Perkantas Jatim, Edisi April - Juni 2000, hal 12, ada suatu artikel yang menarik yang
berhubungan dengan abortus, yang saya kutip di bawah ini:
“Seandainya anda setuju aborsi .....
1. Ada seorang pendeta dan istrinya yang sangat, sangat miskin. Mereka mempunyai 14 anak. Sekarang mereka
mengetahui bahwa sang istri sedang mengandung anak mereka ke 15. Mereka hidup dalam kemiskinan yang amat
sangat. Mengingat kemiskinan dan ledakan penduduk dunia, apakah anda menganjurkan dia untuk aborsi?
2. Seorang ayah sakit sniffles, sang ibu kena TBC. Mereka punya 4 anak, pertama buta, kedua meninggal, ketiga
tuli, keempat kena TBC. Sang ibu mengandung lagi, apakah anda menganjurkan aborsi?
3. Seorang lelaki kulit putih memperkosa dan menghamili seorang gadis kulit hitam yang berusia 13 tahun. Jika
anda orangtua kandung dari gadis itu apakah anda menganjurkan aborsi?
4. Seorang pemudi hamil. Dia belum menikah. Tunangannya bukanlah ayah dari bayi tersebut, dan ia hendak
meninggalkan gadis tersebut. Apakah anda menganjurkan aborsi?”.
Di bawah artikel itu, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu ditulis secara terbalik, dan berbunyi sebagai berikut:
1. Ketahuilah jika anda menganjurkan aborsi pada kasus ini berarti anda baru saja membunuh John Wesley,
seorang penginjil besar pada abad ke 19.
2. Jika anda menganjurkan aborsi pada kasus ini berarti anda baru saja membunuh Beethoven, seorang komposer
lagu-lagu rohani ternama didunia.
3. Jika anda menganjurkan aborsi pada kasus ini berarti anda baru saja membunuh Ethel Waters, seorang penyanyi
black Gospel ternama didunia.
4. Jika anda menganjurkan aborsi pada kasus ini berarti anda telah membunuh Yesus, Juruselamat kita.
 Penggunaan alat KB tertentu, yang sifatnya abortive / menggugurkan (menghancurkan sel telur dan sperma yang sudah
bertemu), seperti spiral. Alat KB lain yang bersifat mencegah pertemuan sperma dengan sel telur, tidak dilarang.
 Proses pembuatan bayi tabung.
Sebetulnya saya berpendapat bahwa pembuatan bayi tabung tidak salah, selama pembuatannya menggunakan sperma dan sel
telur dari sepasang suami istri. Tetapi biasanya dalam proses pembuatan bayi tabung, tidak dibuat hanya satu bayi tetapi
beberapa bayi, dan nanti hanya dipilih salah satu sedangkan yang lain dimusnahkan. Pemus-nahan bayi-bayi yang lain ini
yang termasuk dalam pembunuhan.
 Benci.
1Yoh 3:15 - “Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa
tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya”.
 Marah / mencaci maki.
Mat 5:21-22 - “(21) Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa
yang membunuh harus dihukum. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya

16
DASAR KEKRISTEN / INJIL
harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa
yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala”.
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:
 Tidak semua kemarahan adalah pelanggaran terhadap hukum ke 6 ini.
bdk. Ef 4:26 - “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam,
sebelum padam amarahmu”.
Yesus juga pernah marah, seperti dalam Mark 3:5 dan Yoh 2:13-17, tetapi Kitab Suci toh berkata bahwa Yesus tidak
berdosa (Ibr 4:15). Mengapa? Karena Yesus marah dengan kemarahan yang suci, yang bukan dilandasi oleh kebencian
tetapi oleh kasih. Demikian juga kalau orang tua marah kepada anaknya yang berbuat salah, ini tentu tidak bisa
dikatakan sebagai dosa. Tetapi ada kemarahan yang dilandasi oleh kebencian, dan ini jelas adalah dosa / pelanggaran
terhadap hukum ke 6.
 Kata ‘kafir’ dalam Mat 5:22a diterjemahkan ‘Raca’ oleh NIV, dan dalam catatan kaki dikatakan bahwa ini adalah suatu
istilah bahasa Aramaic yang merupakan istilah yang menghina. Sedangkan kata ‘jahil’ dalam Mat 5:22b oleh NIV
diterjemahkan sebagai ‘fool’ (= tolol). Sama seperti dengan kemarahan, mengatakan ‘kafir’ atau ‘tolol’ tidak selalu bisa
dianggap sebagai dosa. Dalam Mat 23:17 Yesus memaki para ahli Taurat dan orang Farisi dengan istilah ‘orang bodoh’
yang dalam bahasa Yunaninya sama dengan istilah yang diterjemahkan ‘tolol’ dalam Mat 5:22b itu. Tetapi toh Yesus
dikatakan sebagai tidak berdosa.
Mat 23:17 - “Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci
yang menguduskan emas itu?”.
Jadi jelaslah bahwa tidak semua pengucapan ‘kafir’ atau ‘tolol’ dianggap sebagai pelanggaran hukum ke 6. Kalau kita
memaki seseorang sebagai luapan kebencian / emosi yang tidak terkendali, maka barulah kita melanggar hukum ke 6 ini.
Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum ke 6 ini?
HUKUM 7: Jangan berzinah (Kel 20:14).
Contoh pelanggaran terhadap hukum ini:
 Melakukan hubungan sex di luar pernikahan (pelacuran, dsb).
Dalam Ul 25:11-12 ada hukum yang kelihatannya aneh, yang bunyinya adalah sebagai berikut: “(11) Apabila dua orang
berkelahi dan isteri yang seorang datang mendekat untuk menolong suaminya dari tangan orang yang memukulnya,
dan perempuan itu mengulurkan tangannya dan menangkap kemaluan orang itu, (12) maka haruslah kaupotong
tangan perempuan itu; janganlah engkau merasa sayang kepadanya”.
Perempuan itu melihat suaminya berkelahi, lalu bermaksud menolong suaminya dengan menangkap kemaluan lawan
suaminya itu. Hukum Taurat ini mengatakan bahwa tangan perempuan itu harus dipotong. Hukum ini menunjukkan betapa
keramatnya alat kelamin di hadapan Allah. Kalau perempuan yang memegang alat kelamin lelaki lain dalam sikon seperti itu
(bukan karena nafsu!) harus dihukum dengan dipotong tangannya, apalagi kalau ia melakukannya dalam suatu
perselingkuhan / perzinahan (dengan berahi / nafsu)! Dan jelas ini bukan hanya berlaku bagi perempuan saja, tetapi juga bagi
laki-laki!
 Melakukan hubungan sex sebelum pernikahan (dengan pacar / tunangan).
 Hubungan sex sebelum pernikahan tetap adalah dosa, sekalipun pernikahan sudah kurang 1 hari!
 Kitab Suci tidak memberikan batasan orang pacaran, selain dari dilarangnya hubungan sex. Jadi, sukar untuk berbicara
tentang hal ini secara mutlak. Mungkin sekali Ul 25:11-12 yang sudah saya jelaskan di atas bisa menjadi dasar untuk
melarang memegang alat kelamin pacarnya. Ada juga yang berdasarkan Mat 5:28 bahkan melarang orang berciuman.
Tetapi saya berpendapat ini terlalu extrim.
 Poligami atau poliandri / beristri atau bersuami lebih dari satu.
 Seseorang hanya boleh menikah lagi, kalau pasangannya sudah mati (Ro 7:2-3). Jadi, jangan mempunyai pandangan
negatif sedikitpun tentang orang yang menikah lagi setelah pasangannya meninggal dunia!
 Kalau ada orang yang sudah terlanjur mempunyai lebih dari satu istri, dan ia lalu menjadi kristen, maka ia harus
menceraikan istri ke 2 dstnya, tetapi harus tetap membiayai hidup mereka. Mengapa? Karena hanya pernikahan pertama
yang sah di hadapan Allah, sedangkan pernikahan kedua dstnya adalah perzinahan. Karena itu, pada waktu ia bertobat /
menjadi orang kristen, ia harus membuang semua perzinahan itu.
 Bercerai, kecuali kalau terjadi perzinahan (Mat 5:32 Mat 19:9).
Mat 19:9 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin
dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.’”.
Mat 5:32 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia
menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah”.
Perzinahan merupakan satu-satunya alasan yang sah untuk bercerai. Kalau terjadi perzinahan, perceraian diijinkan, bukan
diharuskan.
 Pernikahan dengan orang yang bercerai (Luk 16:18), kecuali kalau perceraian itu adalah perceraian yang sah (terjadi karena
ada per-zinahan).
Luk 16:18 - “Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan
barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah.’”.

17
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Catatan: Kalau ada orang sudah menceraikan istrinya, dan lalu menikah lagi dengan perempuan lain, maka Kitab Suci justru
melarang orang itu kembali dengan istri pertamanya (Ul 24:1-4).
Ul 24:1-4 - “(1) ‘Apabila seseorang mengambil seorang perempuan dan menjadi suaminya, dan jika kemudian ia tidak
menyukai lagi perempuan itu, sebab didapatinya yang tidak senonoh padanya, lalu ia menulis surat cerai dan
menyerahkannya ke tangan perempuan itu, sesudah itu menyuruh dia pergi dari rumahnya, (2) dan jika perempuan
itu keluar dari rumahnya dan pergi dari sana, lalu menjadi isteri orang lain, (3) dan jika laki-laki yang kemudian ini
tidak cinta lagi kepadanya, lalu menulis surat cerai dan menyerahkannya ke tangan perempuan itu serta menyuruh
dia pergi dari rumahnya, atau jika laki-laki yang kemudian mengambil dia menjadi isterinya itu mati, (4a) maka
suaminya yang pertama, yang telah menyuruh dia pergi itu, tidak boleh mengambil dia kembali menjadi isterinya,
setelah perempuan itu dicemari; sebab hal itu adalah kekejian di hadapan TUHAN”.
 Pikiran-pikiran cabul, menginginkan / membayangkan hubungan sex dengan orang yang bukan suami / istrinya (Mat 5:28).
Mat 5:28 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah
berzinah dengan dia di dalam hatinya”.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
 Masturbasi / onani termasuk di sini.
Menurut pendapat saya, sebetulnya bukannya masturbasi itu sendiri yang salah, tetapi fantasi sex yang boleh dikatakan
selalu menyertai masturbasi. Ini jelas bertentangan dengan Mat 5:28 itu. Tetapi ada kemungkinan bahwa seseorang
melakukan masturbasi, tetapi tidak bersalah, yaitu:
 kalau ia bisa melakukannya tanpa fantasi sex. Ini rasanya tidak masuk akal, tetapi saya pernah berdiskusi dengan
seseorang yang mengatakan bahwa ia bisa melakukan masturbasi tanpa membayangkan apa-apa. Kalau ini memang
bisa dilakukan, saya berpendapat tidak ada dasar apapun untuk menentang masturbasi seperti ini.
 kalau ia melakukan masturbasi itu dengan membayangkan istri / suaminya sendiri, mungkin pada saat ia terpisah
jauh dari pasangannya. Dengan istri atau suaminya sendiri, melakukan hubungan sexpun tidak apa-apa, apalagi
hanya membayang-kan hubungan sex dengan dia.
 ‘Wet dream’ (= mimpi basah) bukanlah dosa, karena ini bukan pikiran dalam keadaan sadar, tetapi dalam mimpi.
Memang Im 15:1-18 menganggap lelehan yang keluar itu menajiskan orang itu, tetapi ini adalah ceremonial law, yang
tidak lagi berlaku saat ini.
 Supaya tidak membangkitkan pikiran cabul dalam diri lawan jenis kita, kita tidak seharusnya berpakaian sedemikian
rupa sehingga merangsang orang lain, karena dengan demikian, kita menjatuhkan orang lain ke dalam dosa ini. Ini
khususnya berlaku untuk perempuan.
 Membaca buku-buku cabul, nonton Blue Film, mempercakapkan hal-hal yang cabul (1Kor 6:18 Ef 4:29 Ef 5:3-4).
1Kor 6:18a - “Jauhkanlah dirimu dari percabulan!”.
KJV: ‘Flee fornication’ (= larilah dari percabulan).
Ef 4:29 - “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk
membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia”.
Ef 5:3-4 - “(3) Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu,
sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus. (4) Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang
sembrono - karena hal-hal ini tidak pantas - tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur”.
 Perkosaan (Ul 22:23-27).
Ul 22:23-27 - “(23) Apabila ada seorang gadis yang masih perawan dan yang sudah bertunangan - jika seorang laki-
laki bertemu dengan dia di kota dan tidur dengan dia, (24) maka haruslah mereka keduanya kamu bawa ke luar ke
pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati: gadis itu, karena walaupun di kota, ia tidak
berteriak-teriak, dan laki-laki itu, karena ia telah memperkosa isteri sesamanya manusia. Demikianlah harus
kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu. (25) Tetapi jikalau di padang laki-laki itu bertemu dengan gadis
yang telah bertunangan itu, memaksa gadis itu tidur dengan dia, maka hanyalah laki-laki yang tidur dengan gadis itu
yang harus mati, (26) tetapi gadis itu janganlah kauapa-apakan. Gadis itu tidak ada dosanya yang sepadan dengan
hukuman mati, sebab perkara ini sama dengan perkara seseorang yang menyerang sesamanya manusia dan
membunuhnya. (27) Sebab laki-laki itu bertemu dengan dia di padang; walaupun gadis yang bertunangan itu
berteriak-teriak, tetapi tidak ada yang datang menolongnya”.
 Incest / perzinahan dalam keluarga (Im 18:6-18 Im 20:11-21 1Kor 5:1).
1Kor 5:1 - “Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan yang begitu rupa,
seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang
yang hidup dengan isteri ayahnya”.
 Penyimpangan-penyimpangan sex (sexual deviation), seperti:
 Homosex (Im 18:22 Im 20:13 Ro 1:26-27).
Im 20:13 - “Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi
keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka
sendiri”.
 Bestiality / Zoophilia / hubungan sex dengan binatang (Kel 22:19 Im 18:23 Im 20:15-16).

18
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Kel 22:19 - “Siapapun yang tidur dengan seekor binatang, pastilah ia dihukum mati”.
Tetapi oral sex, sekalipun dianggap berdosa oleh banyak orang, tidak pernah dikecam / dilarang oleh Kitab Suci, tentu saja
selama hal itu dilakukan oleh pasangan suami istri.
Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum ketujuh ini?
HUKUM 8: Jangan mencuri (Kel 20:15).
Contoh pelanggaran terhadap hukum ini:
 Mengambil sesuatu yang bukan miliknya sendiri tanpa ijin, baik besar maupun kecil.
 Mencuri waktu dalam bekerja, misalnya: datang terlambat, pulang terlalu pagi, kerja malas-malasan.
Misalnya: membolos dari pekerjaan karena alasan yang tidak bisa dibenarkan / dipertanggung-jawabkan, datang terlambat,
pulang terlalu pagi, kerja malas-malasan, kerja dengan asal-asalan / ceroboh sehingga merugikan boss.
Sebetulnya dalam hal ini juga termasuk ‘hamba-hamba Tuhan’, yang sekalipun sudah diberi biaya hidup yang cukup oleh
gerejanya, tetapi melayani asal-asalan, atau terus menerus berkhotbah di gereja-gereja lain, dan nyaris tidak pernah
berkhotbah di gerejanya sendiri. Ini juga merupakan pencurian!
Datang terlambat dalam kebaktian bukan mencuri tetapi juga dosa!
-tak hormat kepada Tuhan.
-rugikan diri sendiri.
-ganggu konsentrasi pengkhotbah maupun jemaat lain.
 Tidak mengembalikan barang / uang yang dipinjam (bdk. Maz 37:21).
Maz 37:21a - “Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali”.
 Mencuri dengan menggunakan ukuran / timbangan yang tidak cocok (Im 19:35-36 Amsal 11:1 20:10 Yeh 45:10-12 Mikha
6:10-11).
Im 19:35-36 - “(35) Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan, mengenai ukuran, timbangan dan sukatan. (36)
Neraca yang betul, batu timbangan yang betul, efa yang betul dan hin yang betul haruslah kamu pakai; Akulah
TUHAN, Allahmu yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir”.
Pelanggaran dalam hal ini banyak sekali:
1. Pompa bensin yang meterannya curang.
2. Penjual buah-buahan di pinggir jalan yang timbangannya kurang bisa sampai 20 %!
3. Penjual LPG yang gasnya sudah dikurangi.
4. Dan sebagainya.
 Korupsi (Luk 3:13 Yoh 12:6).
Luk 3:13 - “Jawabnya: ‘Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu.’”.
Yoh 12:6 - “Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia
adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya”.
Jangan pikir dalam gereja tak ada korupsi! Dalam menghitung uang kolekte tak pernah boleh 1 orang hitung sendirian! Atau
2 orang yang suami istri, kakak beradik, dan sebagainya.
Sekolah theologiapun ada maling!!!
 Menaikkan bon / kwitansi (Luk 3:13).
Luk 3:13 - “Jawabnya: ‘Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu.’”.
Praktek seperti ini merajalela di Indonesia. Pegawai yang menaikkan bon / kwitansi adalah pencuri, dan pemilik toko /
perusahaan yang mau menaikkan bon / kwitansi, berdusta dengan tulisan, dan juga membantu pencurian.
Saya beli bensin minta bon, ditanya: mau ditulis berapa? Dan kadang-kadang diberi bon kosong, disuruh isi sendiri semau
saya!
 Mencuri nilai dengan cara tidak jujur pada waktu ulangan / ujian.
 Mencuri air / listrik / telpon / pajak.
 Menyalahgunakan fasilitas kantor / perusahaan, seperti telpon, mobil, dsb, untuk kepentingan pribadi.
Menyalah-gunakan fasilitas kantor / perusahaan, seperti FOTO COPY, PRINTER, telpon, mobil, dsb, untuk kepentingan
pribadi / orang lain yang tidak berhak.
 Tidak memberikan persembahan persepuluhan.
Persembahan persepuluhan adalah milik Tuhan (Im 27:30), dan ka-rena itu kalau kita tidak memberikannya kepada Tuhan,
kita mencuri / merampok milik Tuhan (Mal 3:6-12 - kata ‘menipu’ di sini seharusnya adalah ‘merampok’).
Im 27:30 - “Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari
buah pohon-pohonan, adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN”.
Mal 3:8-12 - “(8) Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara
bagaimanakah kami menipu Engkau?’ Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! (9) Kamu
telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa! (10) Bawalah seluruh persembahan
persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku,
firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan
berkat kepadamu sampai berkelimpahan. (11) Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan
dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN

19
DASAR KEKRISTEN / INJIL
semesta alam. (12) Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri
kesukaan, firman TUHAN semesta alam”.
Satu hal lain yang perlu diketahui tentang persembahan persepuluhan ialah bahwa persembahan persepuluhan harus diberikan
kepada gereja. Ini ditunjukkan oleh ayat-ayat di bawah ini:
 Ul 12:5-6 - “(5) Tetapi tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, dari segala sukumu sebagai kediamanNya
untuk menegakkan namaNya di sana, tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi. (6) Ke
sanalah harus kamu bawa korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan
persembahan khususmu, korban nazarmu dan korban sukarelamu, anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing
dombamu”.
 Neh 10:37-38 - “(37) Dan tepung jelai kami yang mula-mula, dan persembahan-persembahan khusus kami, dan
buah segala pohon, dan anggur dan minyak akan kami bawa kepada para imam, ke bilik-bilik rumah Allah kami,
dan kepada orang-orang Lewi akan kami bawa persembahan persepuluhan dari tanah kami, karena orang-orang
Lewi inilah yang memungut persembahan-persepuluhan di segala kota pertanian kami. (38) Seorang imam, anak
Harun, akan menyertai orang-orang Lewi itu, bila mereka memungut persem-bahan persepuluhan. Dan orang-
orang Lewi itu akan membawa per-sembahan persepuluhan dari pada persembahan persepuluhan itu ke rumah
Allah kami, ke bilik-bilik rumah perbendaharaan”.
 Mal 3:10 - “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada
persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan
bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan”.
Jadi, persembahan persepuluhan merupakan suatu kewajiban bagi setiap orang kristen terhadap gereja dan dengan demikian
persem-bahan persepuluhan tidak boleh diberikan kepada apapun / siapapun selain gereja, seperti:
 orang miskin, korban bencana alam, yatim piatu, dsb.
Ul 26:12 tidak berarti bahwa persembahan persepuluhan boleh diberikan kepada orang miskin. Perhatikan baik-baik ayat
itu dan saudara akan melihat bahwa persembahan persepuluhan itu bukannya diberikan kepada orang miskin, tetapi bisa
dikatakan digunakan untuk pesta makan bersama dengan orang miskin di Bait Allah. Pada jaman sekarang, ini lebih
tepat dikontextualisasi-kan sebagai ‘acara gereja’.
 ‘para church’.
Perlu diketahui bahwa ‘para church’, seperti STRIS / LRII, PER-KANTAS, dan persekutuan-persekutuan dan lembaga-
lembaga kristen lainnya, tetap bukan merupakan ‘church’ (= gereja), dan karena itu persembahan persepuluhan tidak
boleh diberikan kepada mereka.
 hamba Tuhan.
Saudara harus memberikannya kepada gereja dan biarlah gereja itu yang memberikannya sebagai biaya hidup hamba
Tuhan.
Apakah ini berarti bahwa orang kristen tidak boleh menyumbang / memberi persembahan kepada orang miskin, korban
bencana alam, yatim piatu, ‘para church’ dan hamba Tuhan? Tentu boleh, tetapi jangan menggunakan yang 10 %, tetapi
gunakanlah 90 % sisanya! Yang 10 % tidak boleh diganggu gugat dan harus diberikan kepada gereja!
Juga dalam memberikannya ke gereja, saudara harus memilih gereja yang benar, bukan seadanya gereja, karena memberikan
persem-bahan persepuluhan kepada gereja yang sesat adalah sama dengan memberikannya kepada setan.
 Menjadi tukang tadah barang curian.
Amsal 29:24 (NASB): ‘He who is a partner with a thief hates his own life’ (= Ia yang menjadi partner dengan seorang
pencuri membenci hidupnya / nyawanya sendiri).
Kalau saudara membeli barang curian, maka sebetulnya saudara sudah menjadi partner dengan pencurinya, dan ini jelas
merupakan dosa! Karena itu jangan sembarangan membeli barang di loakan, yang saudara tahu berasal dari pencurian.
 pembajakan cassette, buku, CD dan sebagainya. Dengan melakukan hal-hal ini kita mencuri hak cipta dari si pencipta barang
tersebut.
Seorang jemaat pernah pulang ke Kalimantan dan lalu mengatakan kepada saya bahwa buku-buku saya dijual di toko buku di
sana, padahal tidak pernah ada ijin dari saya.
Buku saat teduh ‘Manna Surgawi’ juga membajak tulisan saya di internet dan menjualnya, tanpa memberikan informasi
apapun tentang saya sebagai penulis asli dari tulisan itu.
Ini merupakan sesuatu yang membudaya di Indonesia, khususnya berkenaan dengan program komputer. Tetapi,
bagaimanapun juga ini tetap merupakan pencurian, dan itu adalah dosa.
 Menahan / mengambil sesuatu yang kita temukan, padahal kita mengetahui pemiliknya dan bisa mengembalikannya.
Kalau kita menemukan sesuatu, yang tidak bisa diketahui pemiliknya, maka kita boleh memilikinya. Ini bukan pencurian.
Tetapi kalau kita mengetahui siapa pemiliknya, dan kita bisa mengembalikannya, kita harus mengembalikannya. Kalau kita
menahannya / mengambilnya dalam kasus seperti itu, kita adalah pencuri!
Ul 22:1-3 - “(1) ‘Apabila engkau melihat, bahwa lembu atau domba saudaramu tersesat, janganlah engkau pura-pura
tidak tahu; haruslah engkau benar-benar mengembalikannya kepada saudaramu itu. (2) Dan apabila saudaramu itu
tidak tinggal dekat denganmu dan engkau tidak mengenalnya, maka haruslah engkau membawa hewan itu ke dalam
rumahmu dan haruslah itu tinggal padamu, sampai saudaramu itu datang mencarinya; engkau harus
20
DASAR KEKRISTEN / INJIL
mengembalikannya kepadanya. (3) Demikianlah harus kauperbuat dengan keledainya, demikianlah kauperbuat
dengan pakaiannya, demikianlah kauperbuat dengan setiap barang yang hilang dari saudaramu dan yang kautemui;
tidak boleh engkau pura-pura tidak tahu”.
Dalam majalah berjudul ‘Reader’s Digest’, June 2001, hal 37-41, ada artikel sebagai berikut:
Reader’s Digest menyebarkan di kota-kota besar di beberapa negara sebanyak 1.100 dompet, berisikan uang senilai $ 50
dalam mata uang lokal, disertai dengan nama, alamat dan nomor telpon dari si pemilik.
Dompet-dompet itu disebarkan di tempat-tempat yang bervariasi, seperti tempat telpon umum, di depan bangunan kantor,
toko-toko, tempat parkir, restoran, dan bahkan tempat ibadah. Juga pada saat suatu dompet ditinggalkan di suatu tempat,
dompet itu diawasi dari jauh, untuk melihat reaksi dari si penemu dompet.
Hasil total: 44 % dari dompet-dompet itu tidak kembali.
Hasil terperinci:
1. Denmark & Norwegia: kembali 100 %.
Sampai diberi komentar, ‘apakah perlu di sana orang mengunci pintu rumah?’.
2. Singapura: kembali 90 %.
3. Australia & Jepang: kembali 70 %.
4. Amerika Serikat: kembali 67 %.
5. Inggris: kembali 65 %.
6. Belanda: kembali 50 %.
7. Jerman: kembali 45 %.
8. Rusia: kembali 43 %.
9. Filipina: kembali 40 %.
10. Itali : kembali 35 %.
11. Cina: kembali 30 %.
12. Mexico: kembali 21 %.
Hal yang menarik adalah bahwa kadang-kadang orang kaya tidak mengembalikan dompet itu, sebaliknya orang
miskin, yang betul-betul membutuhkan, justru mengembalikannya.
Di Lausanne, Swiss, seorang wanita berpakaian bagus, memakai mantel dan sepatu hak tinggi, sedang berjalan dengan
anaknya perempuan. Perempuan itu membungkuk untuk mengambil dompet itu, lalu mereka berdua berpandang-pandangan,
dan perempuan itu lalu memasukkan dompet itu ke kantongnya, dan tidak mengembalikannya.
Sebaliknya seorang bangsa Albania, yang lari dari Kosovo dan bekerja sebagai pelayan restoran di Swiss, mengembalikan
dompet itu sambil berkata: ‘Saya tahu betapa keras / berat seseorang harus bekerja untuk mendapatkan uang sebanyak
itu’.
Juga seorang Kanada menemukan uang itu, dan ia lalu berpikir: ‘Mungkin pemiliknya adalah seorang cacat, yang
membutuhkan uang ini lebih dari saya’. Ia lalu mengembalikan uang itu, padahal ia sendiri adalah orang miskin yang
bekerja sebagai seorang pemulung kaleng-kaleng minuman untuk didaur-ulang.
Ada seorang wanita di North Carolina, Amerika Serikat, yang pada waktu menemukan dompet itu, mula-mula berpikir: ‘Aku
bisa menggunakan uang ini’. Tetapi ia lalu melihat ada foto seorang bayi dalam dompet itu, dan lalu berpikir bahwa
pemilik dompet ini lebih membutuhkan uang ini dari aku. Dan ia lalu mengembalikan dompet itu.
Ada beberapa orang yang mengembalikan dompet itu karena mereka sendiri pernah kehilangan dompet dan tidak kembali.
Seorang di Belanda mengembalikan dompet itu sambil berkata: ‘Pada saat saya adalah seorang anak, saya kehilangan
dompet saya di taman hiburan, dan tidak pernah kembali. Saya tidak mau pemilik dompet ini merasakan hal yang
sama’.
Bagaimana pengembalian dompet di kalangan orang-orang yang religius?
Seorang wanita muslim Malaysia, yang sekalipun sama sekali tidak kaya, tanpa ragu-ragu sesaatpun, mengembalikan uang
itu. Ia berkata: ‘Sebagai orang Islam, saya sadar akan pencobaan dan bagaimana mengalahkannya’.
Di Taipei, seorang pemeluk agama Buddha yang sungguh-sungguh, menemukan dompet itu dan langsung
mengembalikannya, dan ia berkata: ‘Adalah kewajibanku untuk melakukan perbuatan baik’.
Di Rusia, seorang wanita yang dibayar untuk mengajar anak-anak di rumah, mengembalikan dompet itu untuk mentaati salah
satu dari 10 hukum Tuhan. Ia berkata: ‘Beberapa tahun yang lalu, mungkin aku sudah mengambilnya, tetapi sekarang
aku sudah berubah secara total. Seperti dikatakan: Janganlah mengingini milik sesamamu’.
Tetapi di Mexico, sedikitnya 2 orang kristen (katolik) mengambil dompet itu, melihat isinya, lalu membuat tanda salib, dan
tidak mengembalikannya.
Reader’s Digest memberi komentar: “The cash, they must have decided, was heaven-sent” (= Mereka pasti memutuskan /
menganggap bahwa uang tunai itu dikirim dari surga) - hal 40.
Artikel itu ditutup dengan kata-kata sebagai berikut: “For the rest of you, those who kept the cash, you’ve got our number -
and we know where you live” (= Untuk kalian yang lain, yang menahan uang tunai itu, kalian punya nomer telpon
kami - dan kami tahu dimana kalian tinggal) - hal 41.
 Kleptomania.
Ini adalah penyakit jiwa yang menyebabkan orangnya mencuri. Cirinya adalah:
 tindakan mencuri itu muncul karena dorongan hati yang tiba-tiba (impulse), bukan dengan perencanaan.
21
DASAR KEKRISTEN / INJIL
 ia mencuri tanpa alasan. Jadi, bukan karena membutuhkan barang yang dicuri itu, atau karena mau menjualnya, dsb.
Sekalipun ini adalah penyakit kejiwaan, saya berpendapat bahwa ini tetap adalah dosa. Bukankah homosex juga adalah
penyakit kejiwa-an? Tetapi itu tetap dikecam oleh Kitab Suci. Lalu mengapa Klepto-mania tidak?
 Bagaimana dengan ‘mencuri domba’?
1. Ditinjau dari sudut dombanya.
Ditinjau dari sudut dombanya, apakah salah bagi domba kalau ia keluyuran / berpindah-pindah dari satu gereja ke gereja
lain? Menurut saya, salah atau tidak tergantung apa motivasinya untuk keluyuran / berpindah-pindah. Silahkan keluyuran
/ berpindah-pindah, tetapi dengan tujuan mencari gereja yang pengajarannya bagus. Domba yang terus krasan ada dalam
gereja yang jelek, apalagi yang sesat, hampir bisa dipastikan bukanlah domba tetapi kambing! Ia harus mencari gereja
yang bagus / benar pengajarannya, tetapi kalau sudah mendapatkan, ia seharusnya menetap di gereja itu! Terus
keluyuran / berpindah-pindah, akan menyebabkan pemberian makanan yang sudah seimbang dalam suatu gereja, ia
makan hanya sedikit-sedikit sehingga terjadi ketidak-seimbangan dalam hal makanannya! Itu hanya merugikan dirinya
sendiri! Tetapi kalau ia sudah menetap di suatu gereja yang bagus, dan sekali-sekali pergi ke gereja lain, yang
mengadakan acara istimewa, itu tentu tidak apa-apa.
2. Ditinjau dari sudut gembala / pendetanya.
Menurut saya tak ada pendeta yang berhak menuduh pendeta lain ‘mencuri domba’nya, karena semua domba adalah
milik Tuhan (Yoh 10:11,14,15), bukan milik pendeta itu.
Yoh 10:11,14,15 - “(11) Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-
dombanya; ... (14) Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu
mengenal Aku (15) sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawaKu
bagi domba-dombaKu”.
Ini merupakan sesuatu yang harus disadari oleh setiap pendeta, khususnya pendeta-pendeta yang sedikit-sedikit menuduh
pendeta lain ‘mencuri domba’nya, dan juga pendeta-pendeta yang selalu ‘mengurung’ domba-domba itu dalam
gerejanya sendiri saja, dan melarangnya berbakti / melayani, apalagi memberi persembahan ke gereja lain, sekalipun
tidak ia anggap sebagai gereja yang sesat!
Sebetulnya pendeta yang ‘mengurung’ domba-domba itu, atau yang sedikit-sedikit menuduh pendeta lain ‘mencuri
domba’nya, menunjukkan dirinya sebagai orang yang tidak mencari kemuliaan Tuhan, tetapi melayani secara egois,
demi dirinya sendiri. Dan biasanya ujung-ujungnya persoalan terutama adalah uang! Karena itu, biasanya pendeta-
pendeta seperti itu tidak peduli kalau yang dicuri adalah jemaat yang miskin, tetapi akan marah kalau yang dicuri adalah
jemaat yang kaya! Dari pada menyalahkan pendeta lain sebagai ‘pencuri domba’, lebih baik pendeta yang ‘kecurian
domba’ itu mengintrospeksi dirinya dan pelayanannya. Apa sebabnya dombanya lari ke gereja lain / mau dicuri? Apakah
karena ia memang melayani secara buruk / tidak bertanggung jawab? Apakah ia tidak memberi makan dombanya
dengan baik? Kalau ia memang sudah memberikan ‘rumput’ yang baik, tetapi dombanya lebih senang ‘sampah’ di
tempat lain, itu sangat besar kemungkinannya bukanlah domba tetapi kambing! Lalu mengapa pusing kalau kehilangan
kambing?
Kalau ada seorang kristen dari gereja lain mau datang ke gereja kita dan menjadi anggota gereja kita, haruskah kita
menolaknya? Menurut saya, tidak! Tetapi bagaimana dengan kata-kata Paulus dalam Ro 15:20?
Ro 15:20 - “Dan dalam pemberitaan itu aku menganggap sebagai kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya
di tempat-tempat, di mana nama Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun di atas dasar, yang
telah diletakkan orang lain”.
Calvin mengatakan bahwa hukum ini tidak berlaku umum, tetapi untuk Paulus sebagai rasul, yang tugasnya memang
memberitakan Injil dimana Kristus belum dikenal.
Bdk. 1Kor 3:6,10 - “(6) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. ... (10) Sesuai
dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah
meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan,
bagaimana ia harus membangun di atasnya”.
Jelas bahwa Paulus tak keberatan kalau hasil penginjilannya dibangun / diajar oleh orang lain!
Kalau seorang pendeta ‘mencuri domba’ (atau ‘kambing’?) dari gereja yang memang sesat, atau gereja yang pendetanya
sesat / brengsek, selama motivasinya memang untuk kemuliaan Tuhan / kebaikan dari domba / kambing itu, menurut
saya tindakan itu bukan saja tidak merupakan dosa, tetapi bahkan merupakan suatu tindakan yang saleh!
Tetapi secara sengaja dan secara aktif ‘mencuri domba’ dari sesama gereja yang benar, menurut saya memang
merupakan suatu tindakan kurang ajar dan berdosa.
Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum kedelapan ini?
HUKUM 9: Jangan bersaksi dusta (Kel 20:16 bdk. Im 19:11).
Kel 20:16 - “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu”.
Im 19:11 - “Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada
sesamanya”.
Contoh pelanggaran terhadap hukum ini:
1) Dusta yang dilakukan dengan:
a) Lidah.
22
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Contoh:
1. Dalam bisnis / dagang.
Amsal 20:14 - “‘Tidak baik! Tidak baik!’, kata si pembeli, tetapi begitu ia pergi, ia memuji dirinya”.
2. Fitnah / meneruskan kabar angin yang belum tentu benar, apalagi tentang hamba Tuhan.
1Tim 5:19 - “Janganlah engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali kalau didukung dua atau tiga
orang saksi”.
3. Dusta tentang usia anak, supaya dapat discount.
b) Tulisan.
Contoh:
1. Memalsu tanda tangan.
2. Mengubah umur / tahun kelahiran pada waktu mengambil SIM.
3. Menaikkan bon / kwitansi.
4. Mahasiswa yang mau dititipi absensi oleh teman yang bolos kuliah.
5. Mengisi formulir pendaftaran secara tidak jujur; biasanya dalam persoalan gaji orang tua, gajinya direndahkan.
6. Menandatangani pernyataan yang tidak benar.
7. Memberi surat sakit, padahal tidak sakit.
8. Membuat ‘double book’ (= pembukuan ganda).
9. Iklan yang tidak cocok dengan kenyataannya.
c) Sikap / pura-pura (bdk. 1Sam 21:10-15).
bdk. 1Sam 21:10-15 - “(10) Kemudian bersiaplah Daud dan larilah ia pada hari itu juga dari Saul; sampailah ia
kepada Akhis, raja kota Gat. (11) Pegawai-pegawai Akhis berkata kepada tuannya: ‘Bukankah ini Daud raja
negeri itu? Bukankah tentang dia orang-orang menyanyi berbalas-balasan sambil menari-nari, demikian: Saul
mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa?’ (12) Daud memperhatikan perkataan itu, dan dia
menjadi takut sekali kepada Akhis, raja kota Gat itu. (13) Sebab itu ia berlaku seperti orang yang sakit ingatan di
depan mata mereka dan berbuat pura-pura gila di dekat mereka; ia menggores-gores pintu gerbang dan
membiarkan ludahnya meleleh ke janggutnya. (14) Lalu berkatalah Akhis kepada para pegawainya: ‘Tidakkah
kamu lihat, bahwa orang itu gila? Mengapa kamu membawa dia kepadaku? (15) Kekurangan orang gilakah aku,
maka kamu bawa orang ini kepadaku supaya ia menunjukkan gilanya dekat aku? Patutkah orang yang demikian
masuk ke rumahku?’”.
Contoh:
1. Pura-pura sakit / sedih.
2. Bersikap munafik. Munafik berbeda dengan penguasaan diri!
Satu hal yang perlu ditekankan adalah: dusta tetap dilarang:
1. Apakah hal itu merugikan orang lain atau tidak.
Contoh: berkata kepada pengemis: ‘Tidak punya uang’, padahal saudara punya uang. Sekalipun ini tidak merugikan
siapa-siapa, ini tetap merupakan dosa.
2. Sekalipun hal itu diperintahkan oleh orang tua / boss! Memang yang memerintahkan salah, tetapi yang melaksanakan
juga salah.

3. Sekalipun hal itu dilakukan untuk tujuan yang baik. Jangan percaya pada apa yang disebut ‘white lie’ (= dusta putih).
Ingat bahwa tujuan yang baik tidak menghalalkan cara yang tidak baik!
Ironside: “Men are in the habit of distinguishing between different types of lies. Some lies are called ‘white lies,’ and
some are called ‘black lies.’. But my Bible tells me, ‘All liars shall have their part in the lake which burneth with fire
and brimstone’ (Rev. 21:8). It does not make any distinction between white, black, and gray lies” (= Manusia biasa
membedakan antara jenis-jenis dusta yang berbeda. Sebagian dusta disebut ‘dusta putih’, dan sebagian disebut
‘dusta hitam’. Tetapi Alkitab saya memberi tahu saya: ‘... semua pendusta, mereka akan mendapat bagian
mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; ...’ (Wah 21:8). Alkitab tidak membuat
pembedaan apapun antara dusta-dusta putih, hitam dan abu-abu) - ‘Timothy, Titus, & Philemon’, hal 26.
Bdk. dusta Rahab (Yos 2:1-7).
Ibr 11:31 - “Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-
orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik”.
Yak 2:25 - “Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika
ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan
yang lain?”.
Jelas bahwa ia dipuji karena imannya, dan karena ia telah menyambut para pengintai Israel dengan baik,
menyembunyikan mereka dan menolong mereka, tetapi bukan karena dustanya.
Kalau Petrus dipersalahkan pada waktu ia menyangkal Yesus 3 x demi melindungi nyawanya sendiri, bagaimana
mungkin kita bisa dibenarkan pada waktu kita berdusta untuk melindungi nyawa orang lain?
4. Sekalipun itu dilakukan terhadap orang yang brengsek.

23
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Robert L. Dabney: “... God, and not the hearer, is the true object on whom any duty of veracity terminates. God always
has the right to expect truth from me, however unworthy the person to whom I speak” (= ... Allah, dan bukan
pendengarnya, merupakan obyek / tujuan yang benar terhadap siapa kewajiban kejujuran ditujukan. Allah selalu
mempunyai hak untuk mengharapkan kebenaran dari aku, tidak peduli betapa tidak berharganya orang kepada
siapa aku berbicara) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 425.
2) Gereja yang merencanakan bahwa suatu acara akan dimulai pk. 19.00, tetapi mengumumkannya kepada jemaat bahwa acara
dimulai pk. 18.30, karena memperkirakan bahwa jemaat bakal ngaret / terlambat. Ini salah, bukan hanya karena ini
merupakan suatu dusta, tetapi juga justru malah mendidik jemaat untuk datang terlambat.
3) Tidak menepati janji, baik kepada Tuhan (Pkh 5:3-4), maupun kepada manusia (bdk. Maz 15:4).
Pkh 5:3-4 - “(3) Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak
senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu. (4) Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar
tetapi tidak menepatinya”.
Maz 15:4 - “ ... yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi”.
Misalnya:
a) Tidak menepati janji pada waktu camp, KKR, dsb.
b) Tidak menepati janji pacaran / pernikahan. Ini mungkin yang paling banyak / sering dilanggar!
c) Tidak menepati janji untuk bertemu atau untuk hal yang remeh sekalipun.
d) Tidak menepati janji untuk menelpon kembali. Saya sering ditelpon orang, dan pada waktu pembantu / istri memberitahu
orang itu bahwa saya tidak ada, maka orang itu berkata bahwa nanti jam sekian ia akan menelpon kembali. Dalam
pengalaman saya, kemungkinannya 90 % atau lebih, orang itu tidak menelpon pada jam yang telah ia janjikan.
4) Sinterklas / Santa Claus.
Penggabungan Sinterklas / Santa Claus dengan Natal merupakan hal yang menyedihkan dan salah, mengingat bahwa
Sinterklas / Santa Claus adalah dongeng / takhyul yang bersifat dusta dan Natal adalah peristiwa historis / fakta dalam Kitab
Suci. Tetapi celakanya banyak gereja dan orang kristen yang menggabungkan kedua hal ini.
5) Membual, menambah-nambahi cerita, termasuk dalam khotbah / pemberitaan Firman Tuhan. Banyak pengkhotbah berbuat
dosa dengan cara ini! Juga banyak orang kristen, yang sekalipun maksudnya baik, tetapi dalam bersaksi menceritakan dusta.
6) Memfitnah.
Mungkin ini adalah bentuk dusta yang paling kejam! Tetapi celakanya banyak orang kristen sering memfitnah, baik secara
sengaja, maupun tidak sengaja (menceritakan berita yang disangka benar, tetapi ternyata tidak benar).
7) Dusta / fitnah bisa dilakukan dengan menceritakan setengah kebenaran (half truth).
Memang tidak setiap kali kita menceritakan sesuatu, kita harus menceritakan seluruh kebenaran. Tetapi seringkali, kalau
kebenaran tidak diceritakan seluruhnya tetapi hanya sebagian saja, itu bisa merugikan / menjatuhkan nama orang lain. Dalam
hal ini, sekalipun hal yang kita ceritakan itu bukan dusta, tetapi kita tetap memfitnah orang yang kita ceritakan itu. Misalnya
kalau saudara bertemu dengan saya pada waktu saya pergi ke bioskop dengan istri saya dan seorang wanita lain, dan saudara
lalu menceritakan kepada orang-orang lain bahwa saya pergi dengan seorang wanita lain (tanpa menceritakan tentang ikut
sertanya istri saya), maka itu jelas adalah half truth yang bersifat memfitnah!
Karena itu kalau saudara ingin menceritakan sesuatu maka pikirkanlah lebih dulu, apakah dengan membuang bagian-bagian
tertentu saudara tidak sedang menjelekkan nama orang lain.
Dusta dengan menceritakan setengah kebenaran ini juga bisa dilakukan oleh orang kristen yang dalam bersaksi hanya
menceritakan hal-hal yang enak / berkat yang mereka alami dari Tuhan, tetapi sengaja menyembunyikan / tidak mengakui
hal-hal yang tidak enak yang mereka alami dalam mengikuti Kristus.
8) Dusta / fitnah juga bisa dilakukan dengan mengubah nada bicara / mimik wajah!
Misalnya: kalau si A berkata kepada saudara: ‘Si B itu gila’. Ia mengatakan hal itu dengan wajah tersenyum, dan tidak betul-
betul bermaksud memaki si B. Tetapi saudara lalu menyampaikan hal itu kepada si B dengan berkata: ‘Si A berkata: kamu
itu gila!’, dengan nada membentak dan wajah yang marah, maka sebetulnya saudara sedang memfitnah si A!
Karena itu setiap kali saudara menceritakan tentang apa yang dikatakan oleh orang lain, perhatikanlah apakah nada dan
mimik wajah saudara sesuai dengan aslinya!
Catatan: Jujur tidak berarti bahwa kita harus membuka semua rahasia! Kita boleh merahasiakan, tetapi tidak boleh berdusta.
Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum kesembilan ini? Kalau saudara tahu bahwa saudara sudah sering / banyak
berdusta, maka jangan menganggapnya sebagai dosa yang remeh, karena Wah 21:8 mengatakan bahwa semua pendusta akan
masuk ke dalam lautan yang menyala-nyala dengan api dan belerang! Juga perhatikan Kis 5:1-11, dimana Ananias dan Safira
dihukum mati oleh Tuhan karena berdusta.

HUKUM 10: Jangan mengingini milik sesamamu (Kel 20:17).


Tidak semua keinginan adalah dosa. Keinginan yang dilarang oleh hukum ini adalah keinginan yang didasari oleh iri hati /
ketamakan.
Contoh pelanggaran dari hukum ini:
 ingin kaya seperti tetangga.
 ingin mobil, TV, video seperti tetangga.
 ingin kecantikan orang lain.
24
DASAR KEKRISTEN / INJIL
 ingin suami / istri / pacar orang lain.
 ingin kepandaian / bakat orang lain.
Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum kesepuluh ini?
Hal-hal yang perlu diketahui tentang 10 Hukum Tuhan:
1) 10 Hukum Tuhan ini berlaku sampai akhir jaman.
Mat 5:17-19 - “(17) ‘Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab
para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. (18) Karena Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan
dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. (19) Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum
Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat
yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-
perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga”.
2) Mat 22:37-40 menunjukkan bahwa 10 Hukum Tuhan ini dapat disimpulkan dalam 2 hukum saja, yaitu:
a) Kasih kepada Allah.
b) Kasih kepada sesama manusia.
Mat 22:37-40 - “(37) Jawab Yesus kepadanya: ‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. (39) Dan
hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (40) Pada
kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.’”.
3) Tujuan 10 Hukum Tuhan.
10 Hukum Tuhan diberikan bukan sebagai jalan untuk pergi ke surga! Tujuan 10 Hukum Tuhan yang terutama
adalah me-nyadarkan kita akan dosa kita. Sudahkah saudara sadar akan banyaknya dosa saudara?
II).Hukuman Bagi Manusia Berdosa.
Pada waktu Adam jatuh ke dalam dosa, maka dosanya mempunyai akibat yang menimpa seluruh umat manusia, karena ia merupakan
wakil dari seluruh umat manusia.
Akibat dosa Adam:
1) Penderitaan.
a) Orang perempuan merasa sakit waktu melahirkan.
Kej 3:16 - “FirmanNya kepada perempuan itu: ‘Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak;
dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan
berkuasa atasmu.’”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘desire’ (= keinginan).
b) Pekerjaan menjadi sukar.
Kej 3:17-19a - “(17) Lalu firmanNya kepada manusia itu: ‘Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan
memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah
tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: (18)
semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi
makananmu; (19a) dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah”.
Sebetulnya pekerjaan itu sendiri bukanlah hukuman dosa, karena pekerjaan sudah ada sebelum dosa ada (Kej 2:15). Tetapi
sebelum ada dosa, pekerjaan tidak sukar, dan setelah dosa ada, pekerjaan menjadi sukar, dan ini merupakan sebagian
hukuman dosa.
c) Rasa gelisah, takut, kuatir, tidak damai.
Kej 3:7-10 - “(7) Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka
menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. (8) Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang
berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN
Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. (9) Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman
kepadanya: ‘Di manakah engkau?’ (10) Ia menjawab: ‘Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini,
aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.’”.
Yes 48:22 berbunyi: “‘Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!’ firman TUHAN”.
Dalam kontex Kitab Suci, yang dimaksud dengan ‘orang fasik’ bukan sekedar penjahat, pembunuh, dsb, tetapi semua orang
yang belum percaya kepada Yesus.
Tuhan sudah mendesign manusia sedemikian rupa sehingga ia hanya bisa hidup bahagia, damai, sukacita, kalau ia
hidup dalam persekutuan dengan Allah. Kalau ia keluar dari design ini dan tidak mempunyai persekutuan dengan
Allah, maka hidupnya pasti tidak akan damai, sukacita, bahagia. Paling-paling ia bisa mem-punyai kesenangan
duniawi yang bersifat semu dan sementara, tetapi damai dan sukacita sejati tidak akan mungkin ia miliki.
Kesimpulan: Jadi, penderitaan sebagai hukuman dosa ini mencakup baik penderitaan fisik / jasmani, maupun penderitaan batin.
Catatan: Sekalipun dosa dihukum dengan penderitaan, tetapi setiap penderitaan, jangan sembarangan menghakiminya dengan
mengatakan bahwa ia menderita pasti karena dosa.
2) Putus hubungan dengan Allah (Kej 3:23 Yes 59:2).

25
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Kej 3:23-24 - “(23) Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia
diambil. (24) Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkanNyalah beberapa kerub dengan
pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan”.
Yes 59:2 - “tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia
menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu”.
Karena Allah itu suci, Ia tidak bisa bersatu dengan manusia yang berdosa.

3) Kematian.
Kej 3:19 - “dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari
situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.’”.
Kematian ini bisa datang setiap saat, dan tidak akan bisa dihindari.
Illustrasi: ada dongeng kuno tentang seorang pedagang di Bagdad. Suatu hari ia suruh pelayannya pergi ke pasar. Pelayan itu
kembali dengan muka pucat ketakutan. Tuannya bertanya: ‘Ada apa?’. Pelayan itu menjawab: ‘Tuan, aku bertemu dengan maut.
Maut itu melihat aku, lalu menggerak-gerakkan tangannya secara menakutkan. Tuan, aku takut sekali, tolong pinjami aku kuda,
supaya aku bisa lari’. Tuan itu bertanya: ‘Kamu mau lari kemana?’. ‘Aku mau lari ke kota Samarra’. Tuan itu kasihan dan lalu
meminjamkan kudanya dan pelayan itu lari ke kota Samarra. Tuan itu lalu merasa penasaran, dan ia lalu pergi ke kota untuk
mencari maut itu. Waktu bertemu dengan maut, ia lalu bertanya: ‘Hai maut, mengapa kamu menakut-nakuti pelayanku?’. Maut
menjawab: ‘Aku tidak menakut-nakuti dia. Aku hanya heran melihat dia di pasar di kota Bagdad ini, karena aku mempunyai
perjanjian untuk bertemu dengan dia malam ini di kota Samarra’.
Kalau kematian datang pada saudara malam ini, siapkah saudara?
4) Semua manusia menjadi manusia berdosa.
Ro 5:18a,19a - “Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, ... Jadi sama seperti
oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, ...”.
Jelas bahwa yang dimaksud dengan ‘satu pelanggaran’ dan ‘ketidak-taatan satu orang’ adalah dosa pertama Adam. Jadi, ayat ini
mengatakan bahwa gara-gara dosa pertama Adam, maka semua manusia menjadi orang berdosa di hadapan Tuhan. Mengapa?
Karena Adam, yang adalah manusia pertama, dianggap sebagai wakil dari seluruh umat manusia oleh Allah.
Illustrasi: Kalau Indonesia mengirimkan team sepak bola ke luar negeri untuk suatu pertandingan, maka pada waktu team itu
kalah, orang berkata ‘Indonesia kalah’. Kita tidak ikut main sepak bola, tetapi tetap dianggap kalah, karena wakil kita kalah.
Ada agama lain yang percaya bahwa pada waktu lahir, manusia itu suci. Tetapi kekristenan tidak mempercayai hal seperti itu.
Kekristenan menga-takan bahwa sejak lahir, bahkan pada waktu masih dalam kandungan, manusia sudah adalah orang berdo sa.
Inilah yang disebut dosa asal / original sin. Ayat-ayat lain yang menjadi dasar dosa asal ini adalah:
a) Maz 51:7 - “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku”.
b) Ayub 25:4 - “Bagaimana manusia benar di hadapan Allah, dan bagai-mana orang yang dilahirkan perempuan itu
bersih?”.
c) Maz 58:4 - “Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat”.
d) Yes 48:8b - “orang menyebutkan engkau: pemberontak sejak dari kandungan”.
5) Semua manusia ada di bawah murka Allah.
Yoh 3:36 - “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak,
ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya”.
Kata ‘tetap’ di sini menunjukkan bahwa dari semula (sejak orang itu lahir), murka Allah itu sudah ada di atasnya. Kalau ia
percaya kepada Yesus, maka murka itu dicabut, tetapi kalau ia tidak percaya / tidak taat, maka murka Allah itu tetap ada di
atasnya.
Ef 2:1-3 - “(1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. (2) Kamu hidup di dalamnya,
karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang
sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. (3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka,
ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada
dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain”.
Bagian yang digarisbawahi itu, terjemahan hurufiahnya adalah seperti yang diberikan oleh NASB: “and were by nature children
of wrath, even as the rest” (= dan secara alamiah adalah anak-anak kemurkaan, sama seperti yang lain).
Jadi, ini menunjukkan bahwa manusia itu secara alamiah, maksudnya sejak lahir, adalah orang yang dimurkai oleh Allah.
Kita lahir sebagai manusia berdosa, dan karena itu sejak kita lahir, kita sudah ada di bawah murka Allah. Kita tidak
lahir di daerah netral! Kita lahir di bawah murka Allah! Karena itu, kalau saudara tidak mau datang dan percaya kepada
Yesus untuk mendapatkan pengampunan dosa dan perdamaian dengan Allah, maka secara otomatis saudara akan menuju
ke neraka dimana saudara akan mengalami / merasakan murka Allah secara penuh.
6) Semua manusia condong / lebih senang pada dosa, dan tidak bisa berbuat baik.
Karena kita lahir sebagai orang yang berdosa, maka kita mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa. Ini bisa terlihat dari
ayat-ayat di bawah ini:
Kej 6:5 - “Ketika dilihat TUHAN bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu
membuahkan kejahatan semata-mata, ...”.

26
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Kej 8:21b - “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari
sejak kecilnya”.
Illustrasi: Makhluk yang lahir sebagai monyet akan secara otomatis melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh monyet.
Demikian juga makhluk yang dilahirkan sebagai orang berdosa akan secara otomatis melakukan hal-hal yang biasa dilakukan
oleh orang berdosa.
Contoh:
 kalau ada guru tidak masuk karena sakit, murid-muridnya malah senang.
 kalau dipukul, kita cenderung membalas daripada mengampuni.
 kalau mendengar Firman Tuhan selama 1 jam sudah merasa capai, tetapi kalau nonton film 3 jam tidak apa-apa.
 kalau membaca Kitab Suci merasa mengantuk, tetapi kalau membaca novel, buku silat, majalah dsb, tahan berjam-jam.
 anak kecil diajar mengasihi, hidup disiplin, dsb, sukar sekali. Tetapi kalau diajar untuk mencaci-maki orang, gampang sekali.
Sebetulnya, manusia berdosa itu bukan hanya cenderung kepada dosa, tetapi bahkan sama sekali tidak bisa berbuat baik, dan
selalu berbuat dosa saja. Ini sebetulnya sudah terlihat dari Kej 6:5 di atas, tetapi lebih terlihat lagi dari Tit 1:15 yang berbunyi:
“Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci,
karena baik akal maupun suara hati mereka najis”.
Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan orang yang tidak beriman adalah dosa. Jadi, tindakan-tindakan yang
kelihatannya baik sekalipun (seperti menolong orang miskin, dsb) tetap dianggap dosa. Mengapa?
a) Karena tindakan itu tidak lahir dari iman.
Rom 1:5b - ‘percaya dan taat’. Ini salah terjemahan.
NASB: ‘the obedience of faith’ (= ketaatan dari iman).
NIV: ‘the obedience that comes from faith’ (= ketaatan yang datang dari iman).
Inilah ketaatan yang betul-betul adalah ketaatan, yaitu ketaatan yang lahir dari iman kepada Yesus, atau datang dari iman
kepada Yesus.
b) Karena tindakan itu tidak dilakukan berdasarkan kasih kepada Allah / Yesus.
Yoh 14:15 - “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu”.
c) Karena tindakan itu tidak dilakukan untuk memuliakan Allah.
1Kor 10:31: “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah
semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.
Suatu ‘ketaatan / perbuatan baik’, yang dilakukan oleh orang yang tidak percaya kepada Yesus, dan dilakukan bukan
karena hati yang mengasihi Tuhan, dan dilakukan bukan untuk kemuliaan Allah, pada dasarnya adalah ‘ketaatan /
perbuatan baik’ yang dilakukan tanpa mempedulikan Allah. Sekarang pikirkan sendiri, bisakah perbuatan demikian
disebut baik?
Kalau saudara sudah bisa mempunyai kerinduan untuk pergi ke gereja, mendengar Firman Tuhan, dsb, maka itu bisa terjadi
karena Roh Kudus sudah bekerja dalam diri saudara (melahirbarukan dan mengubahkan saudara). Tanpa pekerjaan Roh Kudus,
saudara tidak akan senang / rindu pada apa yang baik.
1Kor 2:14 - “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah
suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani”.
7) Neraka (Ro 6:23 Wah 21:8).
Yang ini bukan hanya merupakan akibat / hukuman terhadap dosa Adam saja, tetapi dosa setiap orang, karena Ro 6:23a
berbunyi: “Sebab upah dosa ialah maut”. ‘Maut’ dalam Ro 6:23 ini tidak hanya menunjuk pada kematian biasa, tetapi
menunjuk pada kematian kedua / penghukuman kekal di neraka.
Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh,
orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat
bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua”.
Hal-hal yang perlu diketahui tentang neraka.
a) Neraka itu merupakan suatu tempat yang nyata dan betul-betul ada.
Ada ajaran / orang yang tidak percaya adanya neraka, seperti:
1. Ajaran Saksi Yehuwa / Arianisme, yang begitu menekankan kasih Allah sehingga mengatakan bahwa Allah yang kasih
itu tidak mungkin menghukum manusia selama-lamanya di dalam neraka. Mereka percaya bahwa Allah akan
memusnahkan manusia berdosa tetapi tidak menghukum mereka dalam neraka.
Untuk ini perlu diingat bahwa sekalipun Allah itu kasih, Ia juga adalah suci dan adil sehingga Ia membenci dosa dan
harus menghukum orang berdosa. Ini sesuai dengan Nahum 1:3 yang berbunyi: “TUHAN itu panjang sabar dan besar
kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah” (bdk. Kel 34:6-7).
2. Pandangan yang berkata bahwa neraka adalah penderitaan yang kita alami di dunia ini.
Dalam suatu buku Saat Teduh ada cerita sebagai berikut:
“An evangelist once encountered a skeptic who, when asked to receive Christ, said, ‘I’m not afraid of Hell - all the
Hell we get is here on earth! The preacher’s reply was quick and devastating, ‘I’ll give you three reasons why this
cannot be Hell! First, I am a Christian, and there are no Christians in Hell! Secondly, there is a place just around the
corner where you can slake your thirst, but there is no water in Hell! Thirdly, I have been preaching Christ to you,

27
DASAR KEKRISTEN / INJIL
and there is no Gospel in Hell!’” (= Suatu kali seorang penginjil bertemu dengan seorang skeptik yang, pada waktu
diminta untuk menerima Kristus, berkata: ‘Aku tidak takut pada neraka - Neraka yang kita dapatkan adalah di
sini di dunia ini!’. Jawaban pengkhotbah itu cepat dan bersifat menghancurkan: ‘Aku akan memberimu 3 alasan
mengapa ini tidak mungkin adalah neraka! Pertama, aku adalah seorang Kristen, dan tidak ada orang Kristen
dalam neraka! Kedua, ada tempat di dekat sudut itu dimana kamu bisa memuaskan kehausanmu, tetapi tidak ada
air dalam neraka! Ketiga, aku telah memberitakan Kristus kepadamu, dan tidak ada Injil dalam neraka!’) -
‘Bread For Each Day’, September 14.
Perlu diketahui bahwa penderitaan dalam dunia, yang bagaimana-pun hebatnya, hanyalah semacam cicipan dari
hukuman / siksaan yang luar biasa hebatnya dalam neraka.
Karena itu kalau saudara mau bunuh diri untuk lari dari penderitaan dunia ini, maka ingatlah bahwa itu akan
menyebabkan saudara justru akan masuk ke dalam neraka selama-lamanya, dimana saudara akan mengalami penderitaan
yang jauh lebih hebat dari penderitaan saudara dalam dunia ini!
Perlu saudara ingat bahwa kalau neraka itu tidak ada, maka:
a. Semua ayat-ayat Kitab Suci yang berbicara tentang neraka adalah salah dan harus dibuang dari Kitab Suci!
b. Allah juga tidak ada. Mengapa bisa demikian? Semua orang harus mengakui bahwa dalam dunia ini ada banyak
ketidakadilan, misalnya: orang saleh justru miskin, orang jahat justru jaya, orang kaya dan berkedudukan menindas
orang miskin yang rendah, dsb. Juga ada banyak dosa yang tidak dihukum, mungkin karena dosa itu tidak diketahui
orang lain, atau karena pintarnya orangnya mempermainkan hukum. Andaikata neraka tidak ada, maka semua
ketidakadilan dan dosa ini tidak dibereskan! Dengan demikian Allah itu tidak adil, dan kalau Allah itu tidak adil, Ia
bukanlah Allah. Jadi kalau saudara tidak mempercayai adanya neraka, saudara harus menjadi orang yang atheis!
Kalau saudara tidak percaya adanya neraka, saya justru yakin bahwa saudara akan masuk ke neraka. Pada saat itu
saudara akan percaya akan adanya neraka, tetapi sudah terlambat!
b) Neraka adalah tempat dimana orang terpisah dari Allah selama-lamanya, tanpa bisa dipulihkan kembali.
2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari
kemuliaan kekuatanNya”.
Perhatikan bahwa istilah ‘kebinasaan’ dalam ayat tersebut di atas tidaklah berarti bahwa orangnya dimusnahkan. Bagian
terakhir dari ayat itu menjelaskan apa arti dari kata ‘kebinasaan’ itu, yaitu ‘dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan
kekuatanNya’. Dan ini berlangsung selama-lamanya!
Mungkin dalam pandangan orang kafir, terpisah dari Allah itu bukanlah suatu penderitaan. Tetapi perlu diingat bahwa
terpisahnya manusia dengan Allah adalah sumber dari segala penderitaan. Pada waktu Adam dan Hawa masih suci, mereka
hidup dekat dengan Allah, dan mereka bahagia. Tetapi pada waktu mereka berdosa, hubungan mereka dengan Allah putus,
sehingga mulai muncul segala macam penderitaan.
Juga dalam Maz 16:11 dikatakan: “... di hadapanMu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kananMu ada nikmat
senantiasa”.
NIV: “You will fill me with joy in your presence, with eternal pleasures at your right hand” (= Engkau akan mengisi aku
dengan sukacita di dalam kehadiranMu, dengan kesenangan yang kekal di tangan kananMu).
Ayat ini menunjukkan bahwa kalau seseorang dekat dengan Tuhan, maka ada sukacita dan kebahagiaan. Secara implicit ayat
ini menunjukkan bahwa kalau seseorang terpisah dari Allah, ia tidak akan mempunyai sukacita ataupun kebahagiaan. Ia
memang bisa menda-patkan sukacita / kebahagiaan duniawi yang bersifat semu dan sementara. Tetapi sukacita dan
kebahagiaan yang sejati, tidak akan pernah ia miliki.
Karena itu, pada waktu seseorang masuk neraka, dan ia dijauhkan dari hadirat Allah selama-lamanya, itu jelas menunjukkan
akan adanya penderitaan yang juga bersifat kekal!
c) Neraka adalah tempat penyiksaan / penderitaan yang:
1. Luar biasa hebatnya.
Ini ditunjukkan oleh:
a. Kata ‘siksaan’ (Mat 25:46 Yudas 7 Wah 14:11 20:10).
b. Orang kaya ‘menderita sengsara’, ‘sangat kesakitan’, dan ‘sangat menderita’ (Luk 16:23,24,25).
c. Kata-kata ‘ratap dan kertak gigi’ (Mat 8:12 13:42,50 22:13b).
Ada yang beranggapan bahwa ‘kertak gigi’ itu dilakukan karena mereka marah kepada Allah yang menyiksa mereka
dengan begitu hebat. Tetapi saya beranggapan bahwa kertak gigi itu dilaku kan untuk menahan sakit yang begitu
hebat yang mereka derita. Yang manapun arti yang benar, tetap menunjukkan bahwa orang-orang ini mengalami
penderitaan yang luar biasa.
d. Simbol-simbol tentang neraka, yaitu:
 Api (Mat 3:12b 13:42,50 25:41 Mark 9:43-48 Luk 16:24 Yudas 7 Wah 14:11 19:20 20:10 21:8).
Ini merupakan simbol yang paling umum, dan penggunaan simbol api jelas menunjukkan suatu siksaan yang
sangat menyakitkan. Kalau saudara terkena api sekitar 1-2 detik, itu sudah sangat menyakitkan. Kalau 15-30
detik, itu sudah merupakan luka bakar yang sangat parah dan menyakitkan. Bisakah saudara bayangkan
bagaimana rasanya kalau saudara dibakar secara kekal?
 Ulat-ulat bangkai.
28
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Mark 9:43-48 - “(43) Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau
masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam
neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (44) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak
akan padam.] (45) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke
dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (46)
[di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (47) Dan jika matamu menyesatkan
engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari
pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, (48) di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan
api tidak padam”.
Pernah terjadi ada orang yang mengalami kecelakaan mobil, sehingga lumpuh total karena syarafnya terjepit
pada tulang belakangnya. Di rumah sakit ia terus terbaring pada punggungnya (tidak dibolak balik, karena takut
syarafnya yang terjepit itu akan bertambah parah dan membunuh dia), dan akhirnya punggung itu membusuk
dan ada zet / ulat bangkainya. Dalam keadaan hidup orang itu merasakan penderitaan yang begitu hebat karena
zet itu menggerogoti tubuhnya! Akhirnya dia mati dan terbebas dari siksaan ulat bangkai duniawi itu. Tetapi
kalau seseorang masuk ke neraka, hal seperti ini akan berlangsung selama-lamanya!
 Kegelapan yang paling gelap (Mat 8:12 Mat 22:13b).
Mat 8:12 - “sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap,
di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.
Ini menggambarkan keadaan dalam penjara Romawi yang ada di bawah tanah di mana sama sekali tidak ada
cahaya. Ini menyebabkan seseorang merasa stress, tidak ada harapan, depresi dsb, sehingga bisa gila, bunuh
diri, dsb. Dan ini merupakan tempat penderitaan yang luar biasa hebatnya. Kalau tidak demikian, tentu orang
Romawi tidak akan menciptakan tempat hukuman semacam itu.
Sekarang, apakah api, ulat bangkai, dan kegelapan ini adalah sesuatu yang bersifat hurufiah atau simbol? Ada
penafsir yang menganggap bahwa api adalah sesuatu yang hurufiah / bukan simbol. Argumentasinya:
“Fire is evidently the only word in human language which can suggest the anguish of perdition. It is the only
word in the parable of the wheat and the tares which our Lord did not interpret (Matt. 13:36-43). He said: ‘The
field is the world,’ ‘the enemy ... is the devil,’ ‘the harvest is the end of the world,’ ‘the reapers are the angels.’
But we look in vain for such a statement as, ‘the fire is ...’ The only reasonable explanation is that fire is not a
symbol. It perfectly describes the reality of the eternal burnings” [= Api jelas merupakan satu-satunya kata
dalam bahasa manusia yang bisa menunjukkan penderitaan dari penghukuman akhir / neraka. Itu adalah
satu-satunya kata dalam perumpamaan gandum dan lalang yang tidak ditafsirkan oleh Tuhan kita
(Mat 13:36-43). Ia berkata: ‘ladang ialah dunia’, ‘musuh ... ialah Iblis’, ‘waktu menuai ialah akhir zaman’,
‘para penuai ialah malaikat’. Tetapi kita mencari dengan sia-sia pernyataan seperti ini, ‘api ialah ...’. Satu-
satunya penjelasan yang masuk akal adalah bahwa api bukanlah simbol. Itu secara sempurna
menggambarkan kenyataan dari pembakaran kekal] - S. Maxwell Coder, ‘Jude: The Acts of The Apostates’, hal
82.
Saya berpendapat bahwa argumentasi ini tidak kuat dan bisa dijawab dengan mudah. Api tak diberi arti karena
apapun yang ada di neraka (juga di surga) tak ada di dunia / alam semesta ini. Jadi, mau disamakan dengan apa?
Kebanyakan penafsir yang beranggapan bahwa semua ini (api, ulat bangkai, kegelapan) adalah simbol! Ini terlihat
dari:
 ‘Api’ dan ‘kegelapan’ tidak mungkin bisa bersatu.
 Pada waktu Kitab Suci menggambarkan surga digunakan simbol (Wah 21:11-21), karena bahan-bahan di
surga itu jelas tidak ada di dunia. Kalau sorga digambarkan dengan simbol, saya juga percaya bahwa neraka
juga digambarkan dengan simbol.
Tetapi satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan ialah: jangan sekali-kali hal ini membuat saudara
meng-anggap bahwa kalau demikian neraka tidaklah terlalu me-nakutkan. Pemikiran ‘Toh semua itu hanya
simbol, jadi tidak perlu terlalu kita takuti’ adalah pemikiran yang sangat bodoh dan keliru. Perlu saudara
ingat bahwa pada waktu Kitab Suci menggambarkan surga dengan simbol, Kitab Suci menggambarkannya
dengan simbol yang indah. Kalau simbolnya indah / mulia, maka aslinya tentu lebih indah / lebih mulia lagi.
Sebaliknya pada waktu Kitab Suci meng-gambarkan tentang neraka, maka Kitab Suci menggunakan simbol-
simbol yang mengerikan. Kalau simbolnya mengeri-kan, maka aslinya tentu lebih mengerikan lagi!
2. Bersifat kekal / selama-lamanya, tanpa ada akhir, pengurangan (ingat bahwa hukuman di neraka bukanlah hukuman
yang bersifat memperbaiki, tetapi betul-betul hukuman, dan karenanya tidak ada pengurangan) ataupun istirahat dari
hukuman tersebut.
a. Bahwa hukuman di neraka bersifat kekal / tidak ada akhirnya digambarkan oleh:
 kata-kata ‘api yang tidak terpadamkan’ (Mat 3:12b Mark 9:43b,48).
 kata-kata ‘api yang kekal’ (Mat 25:41 Yudas 7).
 kata-kata ‘siksaan yang kekal’ (Mat 25:46).
 kata-kata ‘siang malam tidak henti-hentinya’ (Wah 14:11).
29
DASAR KEKRISTEN / INJIL
 kata-kata ‘siang malam sampai selama-lamanya’ (Wah 20:10).
 kata-kata ‘ulat-ulatnya tidak akan mati’ (Mark 9:44,46,48).
 tidak bisanya orang kaya menyeberang ke surga karena adanya jurang yang tidak terseberangi (Luk 16:26).
William G. T. Shedd: “Had Christ intended to teach that future punishment is remedial and temporary, he would
have compared it to a dying worm, and not to an undying worm; to a fire that is quenched, and not to an
unquenchable fire” (= Andaikata Kristus bermaksud untuk mengajar bahwa hukuman yang akan datang itu
bersifat memperbaiki dan sementara, Ia akan membanding-kannya dengan ulat yang bisa mati, dan
bukannya dengan ulat yang tidak bisa mati; dengan api yang bisa padam, dan bukannya dengan api yang
tidak dapat dipadamkan) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 681.
b. Bahwa di neraka tidak ada pengurangan ataupun istirahat dari hukuman / penderitaan terlihat dari:
 tidak bisanya Lazarus memberi air kepada orang kaya (Luk 16:24-26). Andaikata Lazarus bisa memberikan air
itu, itu menunjukkan adanya istirahat dari penderitaan atau pe-ngurangan penderitaan. Tetapi ternyata hal itu
tidak bisa dilakukan.
 Wah 14:11 - ‘siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa’. Kata ‘tidak henti-hentinya’ ini oleh
KJV/RSV/NIV/NASB diterjemahkan ‘no rest’ (= tidak ada istirahat).
Illustrasi: Seorang wanita yang mau melahirkan anak, juga mengalami kesakitan yang hebat, tetapi rasa sakit itu
tidak datang terus menerus. Ada ‘istirahat’ dari rasa sakit itu, dan ini tentu menyebabkan penderitaan itu jauh
berkurang dibanding-kan kalau sama sekali tidak ada istirahat.
Jonathan Edwards, dalam khotbahnya yang berjudul ‘Sinners in the Hands of an Angry God’ (= Orang berdosa dalam
tangan Allah yang murka), berkata:
 “It is everlasting wrath. It would be dreadful to suffer this fierceness and wrath of Almighty God one moment; but
you must suffer it to all eternity” (= Ini adalah murka yang kekal. Adalah sesuatu yang menakutkan /
mengerikan untuk menderita kehebatan dan murka Allah yang mahakuasa ini untuk satu saat saja; tetapi
kamu harus menderitanya sampai kekal).
 “... you will absolutely despair of ever having any deliverance, any end, any mitigation, any rest at all” (= ...
kamu akan benar-benar putus asa untuk bisa mendapatkan pembebasan, akhir, pengurangan / peringanan
hukuman, istirahat).
 “You will know certainly that you must wear out long ages, millions of millions of ages, in wrestling and
conflicting with this almighty merciless vengeance; and then when you have so done, when so many ages have
actually been spent by you in this manner, you will know that all is but a point to what remains. So that your
punishment will indeed be infinite” (= Kamu pasti akan tahu bahwa kamu akan menjalani zaman-zaman yang
panjang, ber-juta-juta zaman, dalam pergumulan dan pertentangan dengan pembalasan hebat tanpa belas
kasihan ini; dan bila kamu telah menjalaninya, bila begitu banyak zaman telah kamu lalui dengan cara ini,
maka kamu akan tahu bahwa semua itu hanyalah satu titik dibandingkan dengan waktu yang tersisa. Dengan
demikian hukumanmu itu betul-betul tidak terbatas).
2 hal di atas ini, yaitu bahwa penderitaan di neraka itu luar biasa hebatnya dan bersifat kekal / selama-lamanya,
membuat neraka itu begitu mengerikan. Andaikata penderitaannya hebat tetapi bersifat sementara, atau
penderitaannya kekal tetapi tidak terlalu hebat, maka mungkin neraka tidaklah terlalu mengerikan. Tetapi kombinasi
/ gabungan dari 2 hal itu betul-betul menyebabkan neraka itu sangat mengerikan.
Satu hal lagi yang saudara perlu ingat adalah: kalau kita sedang senang / mengalami sesuatu yang enak, maka waktu terasa
berlalu dengan cepat. Sebaliknya, kalau kita sedang menderita / sakit, maka waktu terasa begitu lama. Jadi sebetulnya,
kalaupun hukuman di neraka itu berlangsung ‘hanya’ 100 tahun saja, maka karena penderitaan yang luar biasa hebatnya itu,
waktu yang 100 tahun itu akan terasa seperti selama-lamanya / kekal. Apalagi kalau hukuman di neraka itu memang bersifat
kekal; jadi berapa lama rasanya?
Karena itu tidak heran kalau Yesus berkata tentang Yudas (yang pasti akan masuk neraka) sebagai berikut: “... celakalah
orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan”
(Mat 26:24).
Sekarang, selagi saudara masih hidup, masih ada waktu untuk bertobat. Tetapi kalau saudara sudah mati dan masuk ke neraka,
tidak ada kesempatan untuk bertobat. Ajaran yang mengatakan bahwa seseorang yang mati tanpa percaya Yesus akan diberi
kesempatan kedua (second chance) karena mereka akan diinjili oleh Yesus sendiri, adalah ajaran sesat yang bertentangan dengan:
1. Luk 16:19-31 yang menunjukkan bahwa orang kaya yang telah masuk ke neraka itu menyesal, tetapi tidak ada gunanya.
2. Maz 88:12 berbunyi: “Dapatkah kasihMu diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaanMu di tempat kebinasaan?”.
Kalau saudara membaca Maz 88:11-13, saudara bisa melihat bahwa rentetan pertanyaan dalam ayat-ayat tersebut semuanya
harus dijawab dengan ‘tidak’.
3. Penekanan Kitab Suci bahwa orang harus bertobat dan percaya Yesus secepatnya.
2Kor 6:2 - “Sebab Allah berfirman: ‘Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku
menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.’ Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya,
hari ini adalah hari penyelamatan itu”.
4. Penekanan pemberitaan Injil kepada orang yang belum percaya (Mat 28:19).

30
DASAR KEKRISTEN / INJIL
III) Kematian dan Kebangkitan Yesus.
A) Yesus adalah Allah.
Bukti bahwa Yesus adalah Allah:
1) Yesus disebut ‘Anak Allah’.
Sebutan ‘Anak Allah’ harus diartikan menurut pengertian orang di sana pada jaman itu, bukan menurut pengertian orang di
sini pada jaman ini!
Sebutan ‘Anak Allah’ ini tidak berarti bahwa mula-mula ada Allah, yang lalu beranak. Kalau diartikan seperti itu, jelas
menunjukkan bahwa Yesus itu tidak kekal, sehingga Ia pasti bukan Allah.
Sebutan ‘Anak Allah’ bagi Yesus berarti bahwa Ia mempunyai hakekat yang sama dengan Allah Bapa dan itu berarti bahwa
Ia adalah Allah sendiri (Yoh 5:18 10:33 19:7).
Yoh 5:18 - “Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia
meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian
menyamakan diriNya dengan Allah”.
Semua orang Yahudi tahu makna dari pengakuan Yesus sebagai Anak Allah, dan karena itu mereka menganggapNya
menghujat Allah dan berusaha membunuh Dia.
2) Kitab Suci secara explicit mengatakan demikian (Yes 9:5 Yoh 1:1 Roma 9:5 Fil 2:5b-7 Titus 2:13 Ibr 1:8 2Pet 1:1 1Yoh
5:20).
Beberapa dari ayat-ayat ini saya jelaskan di bawah ini:
a) Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”.
Kata ‘Firman’ (bahasa Yunani: LOGOS) di sini jelas menunjuk kepada Yesus. Ini terlihat dari Yoh 1:14a yang
mengatakan bahwa ‘Firman itu telah menjadi manusia’ dan dari Yoh 1:14b yang menyebutNya sebagai ‘Anak Tunggal
Allah’. Dan Yoh 1:1 ini secara explicit mengatakan bahwa Firman / Yesus itu adalah Allah.
b) Ro 9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai
manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.
c) Fil 2:5b-7 - “(5b) ... Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan
Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.
Istilah ‘dalam rupa Allah’ dan ‘kesetaraan dengan Allah’ sudah secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah.
d) Tit 2:13 - “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan
Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus”.
NIV: “while we wait for the blessed hope - the glorious appearing of our great God and Savior, Jesus Christ” (=
sementara kita menantikan pengharapan yang mulia - penampilan yang mulia dari Allah kita yang besar dan
Juruselamat kita, Yesus Kristus).
e) 2Pet 1:1 - “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami
memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.
NASB: “... by the righteousness of our God and Savior, Jesus Christ” (= oleh kebenaran Allah dan Juruselamat kita,
Yesus Kristus).
f) 1Yoh 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada
kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia
adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal”.
3) Kitab Suci memberikan nama-nama ilahi untuk Yesus (Yes 9:5 Yer 23:5-6 Mat 1:23 2Tim 1:10 Ibr 1:8,10).
Beberapa dari ayat-ayat ini saya jelaskan di bawah ini:
a) Yes 9:5 jelas merupakan suatu nubuat tentang Kristus, dan dalam ayat itu Ia disebut sebagai ‘Allah yang perkasa’.
Yes 9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang
pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa
yang Kekal, Raja Damai”.
Kalau ayat ini kita gunakan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa, mereka akan mengatakan bahwa Yesus di sini hanya disebut
dengan istilah ‘Allah yang perkasa’ (mighty God), bukan ‘Allah yang maha kuasa’ (the Almighty God) seperti yang
digunakan terhadap Bapa dalam Kej 17:1. Jadi, Yesus hanya allah kecil.
Jawaban saya: Tetapi dalam Yes 10:21 istilah yang persis sama (juga dalam bahasa Ibraninya - EL GIBOR) digunakan
untuk Yahweh / Allah.
Yes 10:21 - “Suatu sisa akan kembali, sisa Yakub akan bertobat di hadapan Allah yang perkasa”.
Jadi, Yesus dan Allah Bapa sama-sama Allah kecil atau sama-sama Allah sesungguhnya? Biarlah mereka memilih.
b) Yer 23:5-6 juga jelas merupakan nubuat tentang Kristus, dan dalam ayat-ayat itu Kristus disebut sebagai ‘TUHAN
keadilan’, dimana kata TUHAN tersebut dalam bahasa Ibraninya adalah YAHWEH / YEHOVAH.
Yer 23:5-6 - “(5) Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan
menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan
keadilan dan kebenaran di negeri. (6) Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan
tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN - keadilan kita”.

31
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Ini adalah ayat-ayat yang sangat penting dalam menghadapi Saksi-Saksi Yehuwa karena dalam ayat-ayat ini Yesus
Kristus disebut dengan sebutan YAHWEH / YEHOVAH.
Perlu diketahui bahwa dalam Kitab Suci sebutan ‘ADONAI’ (= Tuhan / Lord) bisa digunakan untuk seseorang yang
bukan Allah (Misalnya dalam Yes 21:8). Demikian juga dengan sebutan Ibrani ‘ELOHIM’ [= Allah / God(s)], atau
sebutan Yunani THEOS (= God / Allah), bisa digunakan untuk menunjuk kepada dewa dan bahkan manusia (Misalnya:
Kel 4:16 Kel 7:1 Kel 12:12 Kel 20:3,23 Hakim 16:23-24 1Raja 18:27 Maz 82:1,6 Kis 28:6). Tetapi sebutan
YAHWEH / YEHOVAH (= TUHAN / LORD) tidak pernah digunakan untuk siapapun selain Allah, karena YAHWEH
adalah nama Allah (Kel 3:15 Yes 42:8)!
Maz 83:19 - “supaya mereka tahu bahwa Engkau sajalah yang bernama TUHAN, Yang Mahatinggi atas seluruh
bumi”.
NIV: ‘Let them know that you, whose name is the LORD - that you alone are the Most High over all the earth ’ (= Biarlah
mereka mengetahui bahwa Engkau, yang namaNya adalah TUHAN - bahwa Engkau saja adalah Yang Maha Tinggi atas
seluruh bumi).
Hanya Allah yang namaNya YAHWEH, dan karena itu, kalau Yesus disebut dengan nama YAHWEH, itu jelas
menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah sendiri.
c) Dalam Mat 1:23 Yesus disebut dengan istilah IMMANUEL, yang artinya adalah ‘God with us’ (= Allah dengan kita).
Mat 1:23 - “‘Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka
akan menamakan Dia Imanuel’ - yang berarti: Allah menyertai kita”.
d) Dalam Perjanjian Lama, sebutan ‘Juruselamat’ dan ‘Penebus / Penolong’ ditujukan kepada Allah (Yes 43:3,11
Yes 45:15 Yer 14:8 Hos 13:4), tetapi dalam Perjanjian Baru, sebutan itu ditujukan kepada Yesus (2Tim 1:10 Tit 1:4
Tit 2:13 Tit 3:6 2Pet 1:11 2Pet 2:20 2Pet 3:18).
e) Dalam Ibr 1:8,10 Allah menyebut Yesus / Anak dengan sebutan ‘Allah’ dan ‘Tuhan’.
Ibr 1:8,10 - “(8) Tetapi (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya,
dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. ... (10) Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah
meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu”.
KJV: ‘But unto the Son he saith, ...’ (= Tetapi kepada Anak Ia berkata, ...).

f) Yoh 20:28-29 - “(28) Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’ (29) Kata Yesus kepadanya: ‘Karena
engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.’”.
4) Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus mempunyai sifat-sifat ilahi seperti:
a) Kekal (Mikha 5:1b Yoh 1:1 Yoh 8:58 Yoh 10:10 Yoh 17:5 Ibr 1:11-12 Wah 1:8,17-18 Wah 22:13).
1. Mikha 5:1b, yang jelas merupakan suatu nubuat tentang Kristus, mengatakan ‘yang permulaannya sudah sejak
purbakala, sejak dahulu kala’.
Mikha 5:1 - “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari
padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak
purbakala, sejak dahulu kala”.
2. Yoh 1:1 mengatakan bahwa Firman / Yesus itu sudah ada ‘pada mulanya’.
Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah
Allah”.
3. Yoh 8:58 mengatakan bahwa Yesus sudah ada sebelum Abraham, padahal Abraham hidup lebih dari 2000 tahun
sebelum Kristus lahir.
Yoh 8:58 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku
telah ada.’”.
KJV: ‘Jesus said unto them, Verily, verily, I say unto you, Before Abraham was, I am’.
4. Yoh 10:10, dan banyak ayat Kitab Suci yang lain, mengatakan bahwa Yesus ‘datang’.
Yoh 10:10 - “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya
mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”.
Ini menunjuk pada saat kelahiran Yesus. Tidak dikatakan ‘dilahirkan’ tetapi ‘datang’, karena ‘datang’
menunjukkan bahwa Ia sudah ada sebelum saat itu.
5. Yoh 17:5 mengatakan bahwa Yesus memiliki kemuliaan di hadapan hadirat Allah sebelum dunia ada.
Yoh 17:5 - “Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki
di hadiratMu sebelum dunia ada”.
6. Ibr 1:11-12.
Ibr 1:11-12 - “(11) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang
seperti pakaian; (12) seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan
diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.’”.
a. Perhatikan kata-kata ‘semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada. ... tetapi Engkau tetap sama, dan
tahun-tahunMu tidak berkesudahan’.
b. Bahwa bagian ini menunjuk kepada Yesus adalah sesuatu yang jelas, karena Ibr 1:10-12 merupakan sambungan
dari Ibr 1:8-9 (dihubungkan oleh kata ‘dan’ pada awal Ibr 1:10), dan Ibr 1:8 berkata ‘tentang Anak’.

32
DASAR KEKRISTEN / INJIL
7. Wah 1:8 dan Wah 22:13 menyebut Yesus sebagai ‘Alfa dan Omega’ (huruf pertama dan terakhir dalam abjad
Yunani), dan Wah 1:17 dan Wah 22:13 mengatakan bahwa Ia adalah ‘Yang Awal dan Yang Akhir’, dan
Wah 22:13 juga mengatakan bahwa Yesus adalah ‘Yang pertama dan Yang terkemudian’, dan semua ini jelas
menunjukkan bahwa Ia ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Lalu Wah 1:18 mengatakan bahwa Ia
‘hidup, sampai selama-lamanya’.
Wah 1:8 - “‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan
datang, Yang Mahakuasa.’”.
Wah 22:13 - “Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang
Akhir.’”.
Wah 1:17 - “Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kakiNya sama seperti orang yang mati;
tetapi Ia meletakkan tangan kananNya di atasku, lalu berkata: ‘Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan
Yang Akhir”.
b) Suci / tak berdosa (2Kor 5:21 Ibr 4:15).
c) Mahakuasa.
Mujijat-mujijat yang Ia lakukan, seperti membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang sakit, memberi makan 5000
orang lebih dengan 5 roti dan 2 ikan, menenangkan badai, mengubah air menjadi anggur, berjalan di atas air, mengusir
setan, dsb, menunjukkan kemaha-kuasaanNya.
Memang nabi-nabi dan rasul-rasul tertentu juga melakukan banyak mujijat, tetapi ada beberapa perbedaan:
1. Tidak ada nabi / rasul yang bisa melakukan mujijat sesuai kehendaknya sendiri, tetapi Kristus bisa (Yoh 5:21).
Yoh 5:21 - “Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian
juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendakiNya”.
2. Nabi melakukan mujijat bukan dengan kuasanya sendiri tetapi dengan kuasa Allah, sedangkan rasul juga demikian
karena mereka melakukan mujijat dengan menggunakan nama Yesus. Tetapi Yesus melakukan mujijat dengan
kuasaNya sendiri (bdk. Yoh 10:18), dan Ia tidak pernah menggunakan nama orang lain untuk melakukan mujijat.
Yoh 10:18 - “Tidak seorangpun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku memberikannya menurut
kehendakKu sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang
Kuterima dari BapaKu.’”.
3. Tidak ada seorangpun pernah melakukan mujijat sebanyak / sehebat yang Yesus lakukan (Yoh 15:24).
Yoh 15:24 - “Sekiranya Aku tidak melakukan pekerjaan di tengah-tengah mereka seperti yang tidak pernah
dilakukan orang lain, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang walaupun mereka telah melihat semuanya
itu, namun mereka membenci baik Aku maupun BapaKu”.
d) Mahatahu (Mat 9:4 Mat 12:25 Yoh 2:24-25 Yoh 6:64).
e) Mahaada.
1. Ini terlihat dari Yoh 1, yang mula-mula menyatakan bahwa Firman / Yesus itu pada mulanya bersama-sama dengan
Allah (Yoh 1:1), tetapi lalu menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu lalu menjadi manusia dan diam di antara kita
(Yoh 1:14). Tetapi anehnya Yoh 1:18 mengatakan bahwa Firman / Yesus itu masih ada di pangkuan Bapa.
Yoh 1:1,14,18 - “(1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah. ... (14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat
kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia
dan kebenaran. ... (18) Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di
pangkuan (dada) Bapa, Dialah yang menyatakanNya”.
Yoh 1:18 (NIV): “... but God the only Son, who is at the Father’s side ...”).
2. Kemahaadaan Yesus juga jelas terlihat dari janji yang Ia berikan dalam Mat 18:20 dan Mat 28:20b.
Mat 18:20 - “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam NamaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah
mereka.’”.
Mat 28:20 - “dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.
Dengan adanya janji seperti itu, kalau Ia tidak mahaada, maka Ia pasti adalah seorang pendusta!
f) Tidak berubah.
Ibr 13:8 - “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya”.
5) Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan ilahi seperti:
a) Penciptaan (Yoh 1:3,10 1Kor 8:6 Kol 1:16 Ibr 1:2,10).
b) Pengampunan dosa (Mat 9:2-7).
c) Penghancuran segala sesuatu (Ibr 1:10-12).
d) Pembaharuan segala sesuatu (Fil 3:21 Wah 21:5).
e) Penghakiman pada akhir jaman (Mat 25:31-32 Yoh 5:22,27).
Bahwa Yesus akan menjadi Hakim pada akhir jaman, menunjukkan bahwa Ia juga adalah Allah sendiri. Mengapa?
1. Jumlah manusia yang pernah hidup dalam dunia ini sejak dari jaman Adam dan Hawa sampai kedatangan Kristus
yang keduakalinya adalah begitu banyak.

33
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Kalau Kristus bukanlah Allah sendiri, bagaimana mungkin Ia bisa menghakimi begitu banyak manusia itu dengan
adil?
2. Karena ada begitu banyaknya faktor yang harus dipertimbangkan dalam menjatuhkan hukuman kepada orang-orang
berdosa (ingat bahwa neraka bukanlah semacam ‘masyarakat komunis’ dimana hukuman semua orang sama),
seperti:
a. Banyaknya dosa yang dilakukan seseorang. Orang yang dosanya sedikit tentu tidak bisa disamakan hukumannya
dengan orang yang dosanya banyak.
b. Tingkat dosanya.
Misalnya, dosa membunuh dan mencuri tentu tidak sama hukumannya (bdk. Kel 21:12 dan Kel 22:1).
Kel 21:12 - “‘Siapa yang memukul seseorang, sehingga mati, pastilah ia dihukum mati”.
Kel 22:1 - “‘Apabila seseorang mencuri seekor lembu atau seekor domba dan membantainya atau
menjualnya, maka ia harus membayar gantinya, yakni lima ekor lembu ganti lembu itu dan empat ekor
domba ganti domba itu”.
c. Tingkat pengetahuannya.
Makin banyak pengetahuan Firman Tuhan yang dimiliki seseorang, makin berat hukumannya kalau ia berbuat
dosa (Luk 12:47-48).
Luk 12:47-48 - “(47) Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan
persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. (48)
Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan
pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya
akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi
dituntut.’”.
d. Kesengajaannya.
Dosa sengaja dan tidak sengaja tentu juga berbeda hukumannya.
Kel 21:12-14 - “(12) ‘Siapa yang memukul seseorang, sehingga mati, pastilah ia dihukum mati. (13) Tetapi
jika pembunuhan itu tidak disengaja, melainkan tangannya ditentukan Allah melakukan itu, maka Aku
akan menunjukkan bagimu suatu tempat, ke mana ia dapat lari. (14) Tetapi apabila seseorang berlaku
angkara terhadap sesamanya, hingga ia membunuhnya dengan tipu daya, maka engkau harus mengambil
orang itu dari mezbahKu, supaya ia mati dibunuh”.
e. Pengaruh dosa yang ditimbulkan.
Kalau seseorang yang mempunyai kedudukan tinggi dalam gereja berbuat dosa, maka pengaruh negatif yang
ditimbul-kan akan lebih besar dari pada kalau orang kristen biasa berbuat dosa. Dan karena itu hukumannya
juga lebih berat. Hal ini bisa terlihat dari kata-kata Yesus yang menunjukkan bahwa para ahli Taurat pasti akan
menerima hukuman yang lebih berat (Mark 12:40b Luk 20:47b).
Mark 12:40b - “yang menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa
yang panjang-panjang. Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.’”.
f. Apa yang menyebabkan seseorang berbuat dosa.
Seseorang yang mencuri tanpa ada pencobaan yang terlalu berarti tentu lebih berat dosanya dari pada orang
yang mencuri karena membutuhkan uang untuk mengobati anaknya yang hampir mati. Hal ini bisa terlihat dari
ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang-orang yang melakukan dosa tanpa sebab / alasan, seperti dalam
Maz 25:3b Maz 35:19 Maz 69:5 Maz 119:78,86. Juga dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang yang
mencintai / mencari dosa, seperti Maz 4:3.
Maz 25:3b - “Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu; yang mendapat malu
ialah mereka yang berbuat khianat dengan tidak ada alasannya”.
Maz 35:19 - “Janganlah sekali-kali bersukacita atas aku orang-orang yang memusuhi aku tanpa sebab,
atau mengedip-ngedipkan mata orang-orang yang membenci aku tanpa alasan”.
Maz 69:5 - “Orang-orang yang membenci aku tanpa alasan lebih banyak dari pada rambut di kepalaku;
terlalu besar jumlah orang-orang yang hendak membinasakan aku, yang memusuhi aku tanpa sebab; aku
dipaksa untuk mengembalikan apa yang tidak kurampas”.
Maz 119:78,86 - “(78) Biarlah orang-orang yang kurang ajar mendapat malu, karena mereka berlaku
bengkok terhadap aku tanpa alasan; tetapi aku akan merenungkan titah-titahMu. ... (86) Segala
perintahMu dapat dipercaya; mereka mengejar aku tanpa alasan - tolonglah aku!”.
Maz 4:3 - “Hai orang-orang, berapa lama lagi kemuliaanku dinodai, berapa lama lagi kamu mencintai
yang sia-sia dan mencari kebohongan? Sela”.
3. Demikian juga pada saat mau memberi pahala kepada orang-orang yang benar, pasti ada banyak hal yang harus
dipertimbangkan, seperti:
a. Banyaknya perbuatan baik yang dilakukan.
b. Jenis perbuatan baik yang dilakukan.

34
DASAR KEKRISTEN / INJIL
c. Besarnya pengorbanan pada waktu melakukan perbuatan baik. Yesus berkata bahwa janda yang memberi 2
peser memberi lebih banyak dari semua orang kaya yang memberi persembahan besar, karena janda itu
memberikan seluruh nafkahnya (Luk 21:1-4).
d. Motivasinya dalam melakukan perbuatan baik itu, dsb.
Untuk bisa melakukan semua ini dengan benar, maka Hakim itu haruslah seseorang yang maha tahu, maha bijaksana dan
maha adil, dan karena itu Ia harus adalah Allah sendiri!
Charles Hodge: “As Christ is to be the judge, as all men are to appear before him, as the secrets of the hearts are to be
the grounds of judgment, it is obvious that the sacred writers believed Christ to be a divine person, for nothing less
than omniscience could qualify any one for the office here ascribed to our Lord” (= Karena Kristus akan menjadi
Hakim, karena semua orang akan menghadap di hadapanNya, karena rahasia dari hati adalah dasar
penghakiman, jelaslah bahwa penulis-penulis sakral / kudus percaya bahwa Kristus adalah Pribadi ilahi, karena
hanya kemahatahuan yang bisa memenuhi syarat bagi siapapun untuk jabatan / tugas yang di sini dianggap
sebagai milik Tuhan kita) - ‘I & II Corinthians’, hal 501.
Karena itu adalah sesuatu yang aneh kalau ada orang-orang yang percaya bahwa Yesus akan menjadi Hakim
pada akhir jaman, tetapi tidak mempercayai bahwa Yesus adalah Allah sendiri!
6) Kitab Suci memberikan kehormatan ilahi kepada Yesus seperti:
a) Penghormatan.
Yoh 5:23 - “supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak
menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia”.
b) Kepercayaan.
Yoh 14:1 - “‘Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu”.
c) Pengharapan.
1Kor 15:19 - “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah
orang-orang yang paling malang dari segala manusia”.
d) Penyejajaran namaNya dengan pribadi-pribadi lain dari Allah Tritunggal.
Mat 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan
Anak dan Roh Kudus”.
2Kor 13:13 - “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu
sekalian”.
7) KesatuanNya dengan Bapa seperti yang dinyatakan oleh ayat-ayat di bawah ini:
a) Yoh 10:30 - “Aku dan Bapa adalah satu”.
b) Yoh 14:7-10a - “(7) Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal BapaKu. Sekarang ini kamu
mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia’. (8) Kata Filipus kepadaNya: ‘Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada
kami, itu sudah cukup bagi kami.’ (9) Kata Yesus kepadanya: ‘Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu,
Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana
engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. (10a) Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam
Bapa dan Bapa di dalam Aku?”.
Dalam tafsirannya tentang Yoh 17:10 (“dan segala milikKu adalah milikMu dan milikMu adalah milikKu”), Calvin
memberikan suatu penerapan yang indah tentang kesatuan Bapa dan Anak dalam hidup / iman kita.
Calvin: “All these things are spoken for the confirmation of our faith. We must not seek salvation anywhere else than in
Christ. But we shall not be satisfied with having Christ, if we do not know that we possess God in him. We must therefore
believe that there is such unity between The Father and the Son as makes it impossible that they shall have anything
separate from each other” (= Semua hal-hal ini dikatakan untuk meneguhkan iman kita. Kita tidak boleh mencari
keselamatan di tempat lain manapun juga selain di dalam Kristus. Tetapi kita tidak akan puas dengan memiliki
Kristus, jika kita tidak mengetahui bahwa kita memiliki Allah dalam Dia. Karena itu kita harus percaya bahwa ada
suatu kesatuan sedemikian rupa antara Bapa dan Anak sehingga membuatnya mustahil bahwa yang satu mempunyai
apapun terpisah dari yang lainnya) - hal 174.
8) Yesus sendiri mengakui bahwa Ia adalah Allah / Anak Allah (Yoh 5:23 Yoh 10:30 Yoh 14:7-10 Yoh 15:23 Mat 26:63-64).
Memang kalau seseorang mengaku bahwa dirinya adalah Allah / Anak Allah, itu tidak / belum berarti bahwa ia memang
betul-betul adalah Allah. Bisa saja bahwa ia adalah seorang pendusta. Tetapi Yesus bukan hanya mengaku bahwa diriNya
adalah Allah / Anak Allah, tetapi Ia juga rela mati demi pengakuan tersebut!
Ada seorang penulis buku yang menggunakan hal ini untuk membuktikan keilahian Yesus dengan cara sebagai berikut:

Yesus = Allah / Anak Allah

Tidak benar Benar

Tahu Tidak tahu


35
DASAR KEKRISTEN / INJIL

Pendusta Orang gila Allah / Anak Allah


Orang tolol

Keterangan:
Yesus mengaku sebagai Allah / Anak Allah, dan Ia mau mati untuk pengakuan itu.
Ada 2 kemungkinan tentang pengakuan itu, yaitu: TIDAK BENAR atau BENAR.
Kalau pengakuan itu TIDAK BENAR, maka ada 2 kemungkinan lagi yaitu: Yesus TAHU bahwa pengakuanNya tidak benar,
atau Yesus TIDAK TAHU bahwa pengakuanNya tidak benar.
Kalau Yesus tahu bahwa pengakuannya tidak benar, maka Ia pasti adalah seorang PENDUSTA, bahkan ORANG TOLOL
(karena Ia mau mati untuk suatu dusta).
Kalau Yesus tidak tahu bahwa pengakuanNya tidak benar, maka Ia pasti adalah ORANG GILA, karena hanya orang gila
yang tidak mengerti apa yang Ia sendiri katakan.
Kalau pengakuan Yesus tersebut adalah BENAR, maka Yesus adalah ALLAH / ANAK ALLAH.

Jadi sekarang, hanya ada beberapa pilihan untuk saudara:


a) Yesus adalah pendusta / orang tolol.
b) Yesus adalah orang gila.
c) Yesus betul-betul adalah Allah / Anak Allah.
Yang mana yang menjadi pilihan saudara?
C. S. Lewis: “A man who was merely a man and said the sort of things Jesus said wouldn’t be a great moral teacher. He’d
either be a lunatic ... or else he’d be the Devil of Hell. You must make your choice. Either this man was, and is, the Son of
God, or else a madman or something worse” (= Seseorang yang adalah semata-mata seorang manusia dan
mengucapkan hal-hal seperti yang Yesus katakan, bukanlah seorang guru moral yang agung. Atau ia adalah seorang
gila ... atau ia adalah Iblis dari Neraka. Kamu harus menentukan pilihanmu. Atau orang ini adalah Allah, baik dulu
maupun sekarang, atau ia adalah orang gila atau sesuatu yang lebih jelek lagi).
9) Setan mengakui bahwa Yesus adalah Allah / Anak Allah dan setan tunduk kepada Yesus (Mat 8:28-32).
10) Kitab Suci memerintahkan penyembahan terhadap Yesus.
Dalam Ibr 1:6 Allah sendiri berkata bahwa malaikat-malaikat harus menyembah Anak / Yesus.
Ibr 1:6 - “Dan ketika Ia membawa pula AnakNya yang sulung ke dunia, Ia berkata: ‘Semua malaikat Allah harus
menyembah Dia.’”.
Yesus sendiri mau disembah dan disebut Tuhan / Allah (Mat 14:33 Mat 28:9,17 Yoh 9:38 Yoh 20:28), padahal Yesus
sendiri berkata bahwa kita hanya boleh menyembah Allah (Mat 4:10).
Mat 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah
Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.
Perhatikan juga bahwa:
a) Rasul-rasul menolak sembah (Kis 10:25-26 Kis 14:14-18).
b) Malaikatpun menolak sembah, dan berusaha mengalihkan sembah itu kepada Allah (Wah 19:10 Wah 22:8-9).
c) Herodes dihukum mati oleh Tuhan karena menerima penghormatan ilahi (Kis 12:20-23).
Karena itu, kalau Yesus menerima sembah, dan bahkan menerima sebutan Tuhan / Allah bagi diriNya, maka hanya ada 2
pilihan: atau Dia adalah orang yang kurang ajar / nabi palsu, atau Dia adalah Allah sendiri! Yang mana yang saudara pilih?
B) Yesus adalah manusia.
1) Setelah inkarnasi (kristen percaya pada inkarnasi, bukan pada reinkarnasi!), maka Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan
sungguh-sungguh manusia (100% Allah dan 100% manusia), tetapi Ia hanya 1 pribadi.
Herschel H. Hobbs: “It is just as great a heresy to deny His humanity as to deny His deity” (= Menyangkal
kemanusiaanNya adalah sama sesatnya dengan menyangkal keilahianNya) - ‘The Epistles of John’, hal 21.
2) Bukti bahwa Yesus adalah manusia:
a) Ia disebut ‘orang / seorang manusia’ (Yoh 8:40 Kis 2:22 Ro 5:15 1Kor 15:21).
b) Ia menyebut diriNya sendiri ‘Anak Manusia’ (Mat 24:44).
c) Kitab Suci mengatakan bahwa Ia telah menjadi manusia / daging.
Yoh 1:14 - “Firman itu telah menjadi manusia”.
1Tim 3:16 - “ Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: ‘Dia, yang telah menyatakan diriNya dalam rupa
manusia, ...”.
Ibr 2:14 - “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan
mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka ...”.
1Yoh 4:2 - “Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang
sebagai manusia, berasal dari Allah”.
Semua ayat-ayat ini sebetulnya terjemahan hurufiahnya menggunakan kata ‘daging’. Ini merupakan suatu synecdoche (=
gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya), yang bukan hanya menunjuk pada daging / tubuh manusia,

36
DASAR KEKRISTEN / INJIL
tetapi pada seluruh manusia. Dengan demikian ayat-ayat tersebut tidak boleh diartikan bahwa Kristus hanya mempunyai
tubuh manusia tetapi tidak mempunyai jiwa / roh manusia.
d) Kitab Suci menggambarkan Kristus sebagai seseorang yang:
1. Mempunyai tubuh (darah, daging, dan tulang) dan jiwa / roh.
a. Bahwa Kristus betul-betul mempunyai tubuh (darah, daging, tulang) ditunjukkan oleh ayat-ayat seperti Mat
26:26,28 Luk 24:39 Ibr 2:14.
Mat 26:26,28 - “(26) Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat,
memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-muridNya dan berkata: ‘Ambillah,
makanlah, inilah tubuhKu.’ ... (28) Sebab inilah darahKu, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi
banyak orang untuk pengampunan dosa”.
Luk 24:39 - “Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu
tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’”.
Ibr 2:14 - “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama
dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia
memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut”.
b. Bahwa Kristus mempunyai jiwa / roh ditunjukkan oleh:
 ayat-ayat seperti Mat 26:38 Mat 27:50 Luk 23:46 Yoh 11:33 Yoh 12:27 Yoh 13:21 1Yoh 3:16.
Dalam Mat 26:38 kata ‘hati’ seharusnya adalah ‘jiwa’ (bahasa Yunani: PSUCHE).
Dalam Mat 27:50 dan Luk 23:46, kata ‘nyawa’ seharus-nya adalah ‘roh’ (bahasa Yunani: PNEUMA).
Dalam Yoh 11:33 kata ‘hati’ seharusnya adalah ‘roh’.
Dalam Yoh 12:27 Kitab Suci Indonesia memberikan ter-jemahan yang benar, yaitu ‘jiwaKu’.
Dalam Yoh 13:21 terjemahan hurufiahnya adalah: ‘was troubled in spirit’ (= terganggu / susah dalam roh).
Dalam 1Yoh 3:16 kata ‘nyawa’ seharusnya adalah ‘jiwa’.
 adanya pikiran manusia (Mat 24:36 Luk 2:40,52), perasaan manusia (Mat 8:10 Mat 9:36 Mat 26:37,38
Mark 3:5 Mark 6:6 Luk 7:9 Yoh 11:33,35 Yoh 12:27), dan kehendak manusia (Mat 26:39). Ini semua
jelas menun-jukkan adanya jiwa / roh manusia.

2. Mengalami pertumbuhan / perkembangan (Luk 2:40,52).


Luk 2:40,52 - “(40) Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada
padaNya. ... (52) Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin
dikasihi oleh Allah dan manusia”.
3. Mengalami segala sesuatu yang dialami oleh manusia-manusia yang lain (kecuali dalam hal melakukan dosa),
seperti: lahir (Luk 2:7), lapar (Mat 4:2), haus (Yoh 4:7 Yoh 19:28), letih (Yoh 4:6), tidur (Mat 8:24), penderitaan
(Ibr 2:10,18 Ibr 5:8), dan mati (Yoh 19:30).
e) Ayat-ayat seperti Ro 8:3 Fil 2:7-8 Ibr 2:14-17 jelas menunjukkan bahwa Yesus sungguh-sungguh adalah manusia.
Ro 8:3 - “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah
dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang
dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging”.
Fil 2:7-8 - “(7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi
sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai
mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.
Ibr 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama
dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia,
yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang
seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan
malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka
dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh
belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”.
3) Keberatan terhadap kemanusiaan Yesus dan jawabannya:
a) Ada orang yang mengatakan bahwa kalau Yesus adalah manusia yang suci, maka sebetulnya Ia bukan manusia, karena
semua manusia berdosa. Untuk menjawab keberatan ini perlu diketahui bahwa dosa tidak termasuk dalam hakekat
manusia. Sebelum jatuh ke dalam dosa, Adam dan Hawa sudah adalah manusia!
b) Ada juga yang mengatakan bahwa Yesus bukanlah manusia yang sama seperti kita karena dalam pembuahannya tidak
digunakan air mani laki-laki. Untuk menjawab serangan ini, kita bisa menunjuk pada Adam dan Hawa, yang dalam
pembentukannya juga tidak menggunakan air mani laki-laki. Bahkan boleh dikatakan bahwa dalam pembentukan
mereka tidak ada pembuahan apapun. Tetapi mereka tetap adalah manusia sungguh-sungguh, sama seperti kita.
Stephen Tong pernah berkata bahwa Allah bisa dan pernah mencipta manusia dengan 4 cara:
1. Tanpa menggunakan laki-laki ataupun perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan Adam.
2. Tanpa menggunakan perempuan tetapi dengan menggunakan laki-laki, yaitu pada waktu Ia menciptakan Hawa.

37
DASAR KEKRISTEN / INJIL
3. Tanpa menggunakan laki-laki tetapi dengan menggunakan perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan manusia
Yesus.
4. Dengan menggunakan laki-laki dan perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan semua manusia selain Adam,
Hawa, dan manusia Yesus.
Jadi kesimpulannya, bahwa manusia Yesus diciptakan oleh Allah hanya dengan menggunakan seorang perempuan, tidak
menyebabkan Ia bukanlah manusia yang sejati.
4) Hal yang perlu diwaspadai.
Sesuatu yang penting sekali untuk diwaspadai / diperhatikan adalah: Ada banyak ayat yang menunjukkan keilahian
Kristus, dan ada banyak ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus. Kita tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang
menunjukkan keilahian Kristus untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah manusia, dan kita juga tidak boleh
menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah!
Illustrasi: Saya adalah seorang pendeta, tetapi pada saat yang sama saya juga adalah seorang olahragawan. Kadang-kadang
saya memakai toga dan memimpin Perjamuan Kudus, sehingga saya terlihat sebagai pendeta. Tetapi kadang-kadang saya
memakai celana pendek, kaos, dan sepatu olah raga, sehingga saya terlihat sebagai olahragawan. Tidak ada orang yang pada
waktu melihat saya memakai toga, menganggap itu sebagai bukti bahwa saya bukan olahragawan, dan sebaliknya, waktu
melihat saya memakai pakaian olah raga, menganggap itu sebagai bukti bahwa saya bukan pendeta!
Analoginya, karena Yesus adalah Allah dan manusia, maka kita tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan
keilahian Yesus untuk membuktikan bahwa Ia bukan manusia, atau menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan
Yesus (seperti Yoh 14:28 dan Mat 24:36) untuk membuktikan bahwa Ia bukan Allah!
Para Saksi Yehuwa sering menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Kris -
tus bukanlah Allah.
Misalnya:
a) Mat 24:36 yang menunjukkan pikiran manusia yang terbatas dalam diri Yesus, dipakai sebagai bukti bahwa Yesus
bukanlah Allah.
Mat 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan
Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.
b) Yoh 14:28 yang jelas juga menekankan Yesus sebagai manusia (pikiran manusialah yang saat itu timbul) dipakai untuk
membuk-tikan bahwa Yesus bukanlah Allah, atau bahwa Yesus lebih rendah dari pada Allah.
Yoh 14:28 - “Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali
kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada BapaKu,
sebab Bapa lebih besar dari pada Aku”.
c) Ibr 5:8 yang mengatakan bahwa Yesus ‘telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya’, yang jelas juga
menunjukkan Yesus sebagai manusia, dipakai untuk menunjukkan bahwa Yesus bukanlah Allah, karena Allah tidak
perlu belajar.
Ibr 5:8 - “Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya”.
d) Mat 4:1-11 yang menunjukkan bahwa Yesus dicobai, dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Yesus bukanlah
Allah, karena Allah tidak bisa dicobai (bdk. Yak 1:13).
Yak 1:13b - “Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun”.
e) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus berdoa, juga mereka pakai untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah,
karena Allah tidak perlu berdoa.
5) Mengapa Yesus menjadi manusia?

a) Karena Ia mau memikul hukuman dosa manusia (Ibr 2:14-17).


Ibr 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama
dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia,
yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang
seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan
malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka
dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh
belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”.
Andaikata Ia mau memikul hukuman dosa malaikat, maka Ia harus menjadi malaikat. Tetapi karena Ia mau memikul
hukuman dosa manusia, maka Ia harus menjadi manusia.
b) Supaya bisa menjadi pengantara antara Allah dan manusia.
1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu
manusia Kristus Yesus”.
c) Supaya bisa menjadi teladan bagi kita.
Yoh 13:14-15 - “(14) Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun
wajib saling membasuh kakimu; (15) sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga
berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”.
d) Supaya bisa mati.
38
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Upah dosa ialah maut / kematian (Ro 6:23). Allah tidak bisa mati. Jadi supaya bisa memikul hukuman dosa yaitu
kematian, Yesus menjadi manusia.
C) Kematian Yesus untuk menebus dosa manusia.
Allah itu kasih, dan karena itu Ia ingin manusia bebas dari hukuman dosa. Tetapi Allah tidak bisa menghapuskan /
mengampuni dosa begitu saja, karena Ia juga adalah Allah yang adil, yang harus menghukum setiap orang berdosa. Kalau
Allah mau manusia bebas dari hukuman dosa, maka Allah sendiri harus menanggung / memikul hukuman dosa itu bagi
manusia. Dengan kata lain Allah harus menjadi substitute / pengganti dalam memikul hukuman dosa. Karena itulah, maka
Allah lalu menjadi manusia (yaitu Yesus) dan Ia sendiri menanggung hukuman yang Ia sendiri jatuhkan. Jadi, pada
waktu Yesus ada di atas kayu salib, Ia menanggung / memikul hukuman dosa manusia (Yes 53:4-6).
Bahwa Kristus adalah substitute / pengganti kita dalam memikul hukuman dosa, terlihat dari:
1) Ayat-ayat Kitab Suci seperti 2Kor 5:15 dan Yes 53:4-6.
Yes 53:4-6 - “(4) Tetapi sesungguhnya, PENYAKIT kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang
dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena
pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita
ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi SEMBUH. (6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-
masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”.
Catatan: kata-kata ‘penyakit’ dan ‘sembuh’ tidak boleh diartikan secara jasmani, tetapi secara rohani. Jadi ‘penyakit’
menunjuk pada penyakit rohani, yaitu dosa, dan ‘sembuh’ menunjuk pada kesembuhan rohani, yaitu penerimaan
pengampunan dosa / pembenaran.
2Kor 5:15 - “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya
sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.
Catatan: dalam ayat ini ada kata-kata ‘Kristus telah mati untuk semua orang’ dan ‘telah mati dan dibangkitkan untuk
mereka’, dimana kata ‘untuk’ dalam bahasa Yunaninya adalah HUPER yang berarti: ‘for’ (= untuk); ‘in behalf of’ (= untuk
kepentingan), ‘for the sake of’ (= demi).
2) Kristus tidak berdosa (2Kor 5:21 Ibr 4:15).
Andaikata Ia berdosa, maka pada saat Ia mati, Ia mengalami hukuman untuk diriNya sendiri. Tetapi karena Ia suci, maka
pada saat Ia mati, Ia mengalaminya untuk kita!
3) Jenis hukuman mati yang Ia alami adalah penyaliban, bukan pemeng-galan, perajaman, dsb.
Mengapa harus salib? Karena salib adalah hukuman yang terkutuk, dan dengan mengalami kematian yang terkutuk itu, Ia
menanggung kutuk yang seharusnya untuk kita (Gal 3:10b,13 bdk. Ul 21:23).
Gal 3:10b - “Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat”.
Gal 3:13 - “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada
tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”.
Ul 21:23 - “maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau
menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau
menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.’”.
Memang sebetulnya kematian karena hukuman gantung juga merupakan kematian yang terkutuk, tetapi kalau Kristus mati
karena hukuman gantung, maka Ia tidak mencurahkan darah. Padahal pencurahan darah itu harus ada, karena:
a) Dengan demikian Ia menggenapi TYPE / gambaran domba korban dosa dalam Perjanjian Lama.
b) Tanpa pencurahan darah tidak ada pengampunan dosa (Ibr 9:22).
Jadi, Kristus tidak boleh mati karena hukuman gantung, tetapi harus karena penyaliban.
4) Penderitaan yang luar biasa yang Ia alami.
Kalau kita masuk neraka untuk menerima hukuman karena dosa-dosa kita, maka jelas bahwa kita akan mengalami hukuman
yang luar biasa! Kristus menjadi substitute / pengganti kita, dan karena itu Ia harus mengalami penderitaan yang luar biasa.
Kristus memang mengalami penderitaan yang luar biasa hebatnya, yaitu:
a) Pencambukan.
Untuk bisa mengerti betapa hebatnya pencambukan yang Kristus alami bagi kita, mari kita melihat 2 buah kutipan di
bawah ini.
William Hendriksen: “The Roman scourge consisted of a short wooden handle to which several thongs were attached,
the ends equipped with pieces of lead or brass and with sharply pointed bits of bone. The stripes were laid especially
on the victim’s back, bared and bent. Generally two men were employed to administer this punishment, one lashing
the victim from one side, one from the other side, with the result that the flesh was at times lacerated to such an extent
that deep-seated veins and arteries, sometimes even entrails and inner organs, were exposed. Such flogging, from
which Roman citizens were exempt (cf Acts 16:37), often resulted in death” [= Cambuk Romawi terdiri dari gagang
kayu yang pendek yang diberi beberapa tali kulit, yang ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan timah
atau kuningan dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan. Pencambukan diberikan terutama pada
punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkukkan. Biasanya 2 orang dipekerjakan untuk melaksanakan
hukuman ini, yang seorang mencambuki dari satu sisi, yang lain mencambuki dari sisi yang lain, dengan akibat
bahwa daging yang dicambuki itu kadang-kadang koyak / sobek sedemikian rupa sehingga pembuluh darah dan
arteri yang terletak di dalam, kadang-kadang bahkan isi perut dan organ bagian dalam, menjadi terbuka /
39
DASAR KEKRISTEN / INJIL
terlihat. Pencambukan seperti itu, yang tidak boleh dilakukan terhadap warga negara Romawi (bdk. Kis 16:37),
sering berakhir dengan kematian].
William Barclay: “Roman scourging was a terrible torture. The victim was stripped; his hands were tied behind him,
and he was tied to a post with his back bent double and conveniently exposed to the lash. The lash itself was a long
leather thong, studded at intervals with sharpened pieces of bone and pellets of lead. Such scourging always preceded
crucifixion and ‘it reduced the naked body to strips of raw flesh, and inflamed and bleeding weals’. Men died under it,
and men lost their reason under it, and few remained conscious to the end of it” [= Pencambukan Romawi adalah
suatu penyiksaan yang hebat. Korban ditelanjangi, tangannya diikat kebelakang, lalu ia diikat pada suatu tonggak
dengan punggungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap cambuk. Cambuk itu sendiri adalah suatu tali
kulit yang panjang, yang ditaburi dengan potongan-potongan tulang dan butiran-butiran timah yang runcing.
Pencambukan seperti itu selalu mendahului penyaliban dan ‘pencambukan itu menjadikan tubuh telanjang itu
menjadi carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang meradang dan berdarah’. Ada orang yang mati
karenanya, dan ada orang yang kehilangan akalnya (menjadi gila?) karenanya, dan sedikit orang bisa tetap sadar
sampai akhir pencambukan].
Sebetulnya saudara dan sayalah yang seharusnya dicambuki sebagai hukuman atas dosa-dosa kita, tetapi Kristus
telah memikul hukuman kita. Dengan demikian kalau kita mau percaya kepadaNya, kita bebas dari hukuman dan
mendapatkan hidup yang kekal.
b) Penyaliban.
Untuk bisa mengerti betapa hebatnya penyaliban yang Kristus alami bagi kita, mari kita melihat 2 buah kutipan di bawah
ini.
Pulpit Commentary: “Nails were driven through the hands and feet, and the body was supported partly by these and
partly by a projecting pin of wood called the seat. The rest for the feet, often seen in picture, was never used” (= Paku-
paku menembus tangan dan kaki, dan tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini dan sebagian lagi
oleh sepotong kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat duduk’. Tempat pijakan kaki, yang sering terlihat dalam
gambar, tidak pernah digunakan).
William Barclay: “When they reached the place of crucifixion, the cross was laid flat on the ground. The prisoner was
stretched upon it and his hands nailed to it. The feet were not nailed, but only loosely bound. Between the prisoner’s
legs projected a ledengane of wood called the saddle, to take his weight when the cross was raised upright - otherwise
the nails would have torn through the flesh of the hands. The cross was then lifted upright and set in its socket - and
the criminal was left to die ... Sometimes prisoners hung for as long as a week, slowly dying of hunger and thirst,
suffering sometimes to the point of actual madness” [= Ketika mereka sampai di tempat penyaliban, salib itu
ditidurkan di atas tanah. Orang hukuman itu direntangkan di atasnya, dan tangannya dipakukan pada salib itu.
Kakinya tidak dipakukan, tetapi hanya diikat secara longgar. Di antara kaki-kaki dari orang hukuman itu
(diselangkangannya), menonjol sepotong kayu yang disebut sadel, untuk menahan berat orang itu pada waktu
salib itu ditegakkan - kalau tidak maka paku-paku itu akan merobek daging di tangannya. Lalu salib itu
ditegakkan dan dimasukkan di tempatnya - dan kriminil itu dibiarkan untuk mati ... Kadang-kadang, orang-
orang hukuman tergantung sampai satu minggu, mati perlahan-lahan karena lapar dan haus, menderita sampai
pada titik dimana mereka menjadi gila].
Catatan: William Barclay menganggap bahwa yang dipaku hanyalah tangan saja. Kaki hanya diikat secara longgar,
tetapi tidak dipaku. Ini ia dasarkan pada:
1. Tradisi.
2. Yoh 20:25,27 yang tidak menyebut-nyebut tentang bekas paku pada kaki.
Yoh 20:25,27 - “(25) Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ‘Kami telah melihat Tuhan!’ Tetapi
Tomas berkata kepada mereka: ‘Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku
mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali
aku tidak akan percaya.’ ... (27) Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah
tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi,
melainkan percayalah.’”.
Tetapi saya tidak setuju dengan Barclay, dan saya berpendapat bahwa Yesus dipaku bukan hanya tangannya, tetapi juga
kakinya. Alasan saya:
a. Penulis-penulis lain ada yang mengatakan bahwa tradisinya tak selalu seperti yang dikatakan oleh Barclay (misalnya
penulis dari Pulpit Commentary yang saya kutip di atas). Juga tentang pemakuan kaki ini caranya tidak selalu sama.
Kadang-kadang kedua kakinya dipaku menjadi satu, dan kadang-kadang kedua kakinya dipaku sendiri-sendiri secara
terpisah.
b. Maz 22, yang adalah mazmur / nubuat tentang salib (baca seluruh mazmur itu dan perhatikan ay 2,8-9,16,17b,19
yang jelas menunjukkan bahwa ini adalah Mazmur tentang salib), berkata pada ay 17b: ‘mereka menusuk tangan
dan kakiku’.
c. Dalam Luk 24:39-40, Tuhan Yesus menunjukkan tangan dan kakiNya! Pasti karena ada bekas pakunya!

40
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Luk 24:39-40 - “(39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena
hantu (roh) tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata
demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka”.
Note: Putar Cuplikan Film The Possion Of Christ(Folder Viadolorosa Film-Dokumen)
Sama seperti pencambukan, penyaliban adalah hukuman yang sebetulnya dijatuhkan kepada kita. Tetapi Yesus
sudah me-mikulnya bagi kita sehingga kita tidak lagi perlu dihukum, asal kita mau percaya kepada Yesus!
Selanjutnya Barclay mengutip seorang yang bernama Klausner sebagai berikut: “The criminal was fastened to his cross,
already a bleeding mass from the scourging. There he hung to die of hunger and thirst and exposure, unable even to
defend himself from the torture of the gnats and flies which settled on his naked body and on his bleeding wounds” [=
Kriminil itu dilekatkan / dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh dengan darah karena pencambukan.
Di sana ia tergantung untuk mati karena lapar, haus dan kepanasan, bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri
dari siksaan dari nyamuk dan lalat yang hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada luka-lukanya yang
berdarah].
Barclay lalu mengatakan: “It is not a pretty picture but that is what Jesus Christ suffered - willingly - for us” (= Itu
bukanlah suatu gambaran yang bagus, tetapi itulah yang diderita oleh Yesus Kristus - dengan sukarela - bagi
kita).
Ada satu hal yang harus diwaspadai kalau kita mendengar tentang hebatnya penderitaan yang Yesus alami bagi kita,
yaitu kalau kita sekedar merasa kasihan kepadaNya. Dalam Luk 23:27-32 bisa kita lihat bahwa ada banyak perempuan
merasa kasihan dan menangisi Yesus, yang lalu justru ditegur oleh Yesus.

Luk 23:27-28 - “(27) Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan
meratapi Dia. (28) Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: ‘Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu
menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!”.
Dan Pulpit Commentary mengomentari peristiwa ini dengan berkata: “He does not want our pity. This would be a
wasted and mistaken sentiment” (= Ia tidak membutuhkan / menghendaki belas kasihan kita. Ini adalah suatu
perasaan yang sia-sia dan salah).
Yesus berkorban bagi saudara bukan supaya saudara merasa kasihan kepadaNya, tetapi supaya saudara percaya
kepadaNya dan diselamatkan! Kalau saudara hanya mempunyai perasaan kasihan kepada Yesus, tetapi tidak percaya
kepadaNya, saudara sudah ditipu oleh setan. Dengan adanya perasaan kasihan itu saudara seakan-akan adalah orang
yang pro Yesus, tetapi ketidakpercayaan saudara membuktikan bahwa saudara tetap adalah orang yang anti Yesus!
5) Kristus menolak anggur bius (Mat 27:34).
Mat 27:34 - “Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau
meminumnya”.
Banyak penafsir beranggapan bahwa Ia menolak anggur itu, karena:
a) Anggur itu mengandung sejenis ramuan bius, yang bisa mengurangi rasa sakit.
b) Ia sadar bahwa saat itu Ia sedang menggantikan kita dalam memikul hukuman dosa, dan karena itu Ia tidak mau rasa
sakitnya dikurangi. Ia mau memikul 100 % hukuman dosa kita!
6) Kristus mengalami kehausan.
Ingat bahwa orang di neraka pasti mengalami kehausan yang luar biasa. Bandingkan dengan kehausan dari orang kaya di
neraka dalam Luk 16:23-24 - “(23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di
alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu
ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke
dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini”.
Kristus menggantikan kita memikul hukuman itu, dan karenanya Ia harus mengalami kehausan yang luar biasa.
Yoh 19:28 - “Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia - supaya genaplah yang
ada tertulis dalam Kitab Suci -: ‘Aku haus!’”.
Maz 22:16 - “kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut
Kauletakkan aku”.
Ini menyebabkan kita tidak perlu mengalami kehausan di neraka, asal kita mau percaya kepada Yesus!
7) Kristus mengalami keterpisahan dengan Allah.
Keterpisahan dengan Allah merupakan hukuman dosa (Yes 59:1-2 2Tes 1:9).
Yes 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya
tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala
kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah
segala dosamu”.
2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari
kemuliaan kekuatanNya”.
Kristus menggantikan kita memikul hukuman dosa, dan karena itu Ia harus mengalami keterpisahan dengan Allah / BapaNya
(Mat 27:46). Inilah ‘neraka’ yang Ia pikul bagi kita!
Mat 27:46 - “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya:
41
DASAR KEKRISTEN / INJIL
AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.
8) Kristus mati.
Upah dosa ialah maut (Ro 6:23), dan karena itu Kristus, yang menggantikan kita untuk memikul hukuman dosa, harus
mengalami kematian.
Kristus memang telah menderita dan mati sebagai substitute / pengganti orang berdosa. Tetapi ini tidak ada gunanya bagi
saudara kalau saudara tidak percaya dan menerima Dia sebagai Juruselamat dan Tuhan dalam kehidupan saudara!
D) Kebangkitan Yesus.
1) Arti kebangkitan Yesus.
a) Musuh (Iblis dan maut) sudah dikalahkan (Kej 3:15 1Kor 15:57).
Kej 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan
keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’”.
1Kor 15:57 - “Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus,
Tuhan kita”.
1. Baik Iblis maupun maut sebetulnya sudah dikalahkan pada waktu Yesus bangkit dari antara orang mati. Tetapi seka -
rang Iblis dan maut masih diberi kesempatan untuk menakut-nakuti / menggoda manusia. Pada kedatangan Kristus
yang kedua nanti, barulah maut dihancurkan selama-lamanya (1Kor 15:53-55 Wah 21:4) dan Iblis dibuang ke
dalam neraka (2Tes 2:8 Wah 20:10), sehingga tidak lagi bisa menggoda kita. Ini adalah sesuatu yang sudah pasti
akan terjadi, dan hal ini bahkan diketahui dan diakui oleh setan sendiri (Mat 8:29).
2. Karena itu orang kristen tidak boleh takut kepada setan maupun kepada kematian. Orang kristen memang tetap akan
mengalami kematian jasmani, tetapi bagi orang kristen kematian itu bukan lagi merupakan hukuman dosa, tetapi
merupakan pintu gerbang menuju surga.
b) Hutang dosa telah dibayar lunas dan pembayarannya telah diterima oleh Allah.
1. Yesus membayar hutang dosa kepada Allah, bukan kepada setan!
Ini perlu ditekankan karena adanya ajaran yang mengatakan bahwa pada waktu manusia jatuh ke dalam dosa,
manusia menjadi milik setan. Karena itu Yesus mati untuk membayar kepada setan supaya bisa mendapatkan
manusia kembali. Ini adalah ajaran yang salah / sesat, karena pada waktu manusia berbuat dosa, manusia berbuat
dosa kepada Allah, bukan kepada setan. Karena itu pembayaran hutang dosa jelas harus ditujukan kepada Allah.
Setan sama sekali tidak berhak menerima pembayaran hutang dosa itu!
2. Kalau pembayaran itu tidak diterima oleh Allah, atau kalau hutang dosa itu belum lunas, maka Yesus harus tetap
ada di dalam kematian yang merupakan upah dosa (Ro 6:23). Bahwa Ia bisa bangkit, menunjukkan bahwa
pembayaran hutang itu telah diterima oleh Allah, dan hutang dosa manusia sudah betul-betul lunas. Karena itu, fakta
bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati, menjamin keselamatan kita!

c) Menunjukkan apa yang akan dialami oleh orang-orang yang percaya kepada Kristus. Kebangkitan Kristus merupakan
pola yang akan diikuti oleh orang yang percaya kepadaNya.
Ro 6:4,5,8 - “(4) Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam
kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian
juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. (5) Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan
kematianNya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitanNya. ... (8) Jadi jika kita
telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia”.
1Kor 6:14 - “Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasaNya”.
1Kor 15:20-23 - “(20) Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai
yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. (21) Sebab sama seperti maut datang karena satu orang
manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. (22) Karena sama seperti
semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam
persekutuan dengan Kristus. (23) Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung;
sesudah itu mereka yang menjadi milikNya pada waktu kedatanganNya”.
2Kor 4:14 - “Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami
juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada
diriNya”.
Fil 3:21 - “yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuhNya yang mulia, menurut
kuasaNya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diriNya”.
Kol 2:12 - “karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga
oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati”.
1Tes 4:14 - “Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga
bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia”.
d) Menunjukkan bahwa Yesus adalah Anak Allah (Ro 1:4).
Ro 1:4 - “dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitanNya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah
Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita”.
2) Penyangkalan terhadap kebangkitan Yesus.
42
DASAR KEKRISTEN / INJIL
a) Yesus sebetulnya tidak bangkit, tetapi mayatNya dicuri oleh murid-muridNya.
Mat 28:11-15 - “(11) Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan
memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. (12) Dan sesudah berunding dengan tua-tua,
mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu (13) dan
berkata: ‘Kamu harus mengatakan, bahwa murid-muridNya datang malam-malam dan mencuriNya ketika kamu
sedang tidur. (14) Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga
kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa.’ (15) Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan
kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini”.
Pandangan ini tidak masuk akal, sebab:
1. Adanya batu besar yang menutup kubur, meterai, dan pen-jagaan yang ketat (Mat 27:62-66).
Perlu diingat bahwa pada jaman itu penjaga yang lalai dalam tugasnya menghadapi hukuman mati (bdk. Kis 12:19
Kis 16:27). Karena itu tidak mungkin para penjaga kubur Yesus itu lalai dalam menjaga kubur sehingga mayat
Yesus bisa dicuri.
2. Kain kapan tetap ada dalam kuburan (Yoh 20:5-7).
Kalau murid-murid mencuri mayat Tuhan Yesus, pasti mereka tidak akan berlama-lama di dalam kubur. Mereka
pasti tidak akan membuka kain kapan itu di dalam kuburan, tetapi akan membawa mayat Yesus beserta kain
kapannya.
3. Selama 40 hari, berulang-ulang Yesus menampakkan diri.
4. Murid-murid mati syahid untuk Yesus.
Kalau murid-murid mencuri mayat Yesus, mereka pasti tahu bahwa Yesus adalah seorang pendusta, dan tidak
mungkin mereka mau mati untuk seorang pendusta.
5. Kalau memang ada pencuri yang mencuri mayat Yesus pada waktu penjaga-penjaga sedang tertidur, dari mana para
penjaga itu tahu bahwa yang mencuri adalah murid-murid Yesus? Dan kalaupun dari penyelidikan mereka akhirnya
bisa tahu hal itu, mengapa mereka tidak berusaha menangkap murid-murid Yesus untuk mendapatkan mayat Yesus
kembali?
b) Yesus tidak bangkit, tapi mayatNya dicuri oleh tentara Romawi / para pemimpin agama.
Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:
1. Pada saat murid-murid mengatakan bahwa Yesus sudah bangkit, pencuri mayat itu dengan mudah bisa menunjukkan
mayat Yesus, dan membuktikan bahwa Yesus tidak bangkit. Tetapi ternyata hal ini tidak pernah mereka lakukan.
2. Selama 40 hari, berulang-ulang Yesus menampakkan diri.
c) Yesus tidak bangkit, tetapi sadar dari pingsanNya.
Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:
1. Yesus mengalami luka-luka berat, baik karena pencambukan, penyaliban, maupun penusukan tombak.
2. Yesus ada dalam kubur seorang diri, tanpa makanan, minuman, obat-obatan, dan tidak ada dokter atau perawat yang
menolongNya. Dalam situasi seperti ini, bagaimana mungkin Yesus justru jadi ‘sembuh’ setelah hari yang ketiga?
d) Yesus tidak bangkit, tetapi keluar dari persembunyianNya, sedang-kan yang mati disalib adalah orang lain yang mirip
Yesus.
Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:
1. Orang-orang yang membenci Yesus tidak mungkin keliru menyalibkan orang lain, karena orang yang benci pada
seseorang pasti mengingat wajah musuhnya.
2. Murid-murid yang mencintai Yesus juga tidak mungkin keliru mengenali Guru mereka, sehingga mereka menjadi
takut setelah Yesus mati.
3. Waktu Yesus ‘keluar dari persembunyianNya’, mayat Yesus palsu seharusnya tetap ada di dalam kubur. Tetapi
kenyata-annya adalah: kubur itu kosong.
e) Yesus tidak bangkit, murid-murid hanya mengalami halusinasi.
Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:
1. Murid-murid tidak pernah mengharapkan kebangkitan Yesus.
2. ‘Halusinasi’ itu bisa dilihat oleh banyak orang sekaligus.
3. Dalam ‘halusinasi’ itu Yesus bisa bercakap-cakap, bisa dipegang, dan juga bisa makan (Luk 24:36-43).

f) Yesus bangkit, bukan secara jasmani, tetapi secara rohani (pandangan dari Saksi Yehuwa).
Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:
1. Apa gerangan yang dimaksud dengan kebangkitan rohani? Roh Yesus tidak pernah mati! Ia memang pernah
mengalami kema-tian rohani, yaitu pada waktu Ia ditinggal oleh Bapanya (Mat 27:46). Tetapi dalam arti sebenarnya
‘roh’ tidak bisa mati!
2. Kubur Yesus kosong, dan ini menunjukkan bahwa Yesus pasti bangkit secara jasmani.
3. Setelah kebangkitan, Yesus bisa makan (Luk 24:41-43), bisa dilihat / dipegang (Mat 28:9 Luk 24:38-40 Yoh 20:27)
3) Pentingnya kepercayaan pada kebangkitan Yesus.
Kepercayaan akan kebangkitan Yesus adalah sesuatu yang sangat penting, sebab:

43
DASAR KEKRISTEN / INJIL
a) Kebangkitan Yesus dinyatakan secara sangat jelas oleh Kitab Suci, sehingga tidak percaya pada kebangkitan Yesus
berarti sama dengan tidak percaya pada Kitab Suci / Firman Tuhan.
b) Orang yang tidak percaya pada kebangkitan Yesus, tidak akan selamat.
Ro 10:9 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu,
bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan”.
Karena itu, Paulus dalam penginjilannya sangat mementingkan berita tentang kebangkitan Yesus.
1Kor 15:3-4 - “(3) Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima
sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, (4) bahwa Ia telah
dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci”.
4) Hubungan antara kematian dan kebangkitan Kristus.
Salib, kematian dan penguburan Kristus kelihatannya menunjukkan kelemahan dan kekalahan. Tetapi kebangkitan Kristus
betul-betul menunjukkan kemenanganNya, dan kebangkitanNya menyebabkan kematianNya mempunyai kuasa dan manfaat
dalam hidup kita.
1Kor 15:14,17 - “(14) Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah
juga kepercayaan kamu. ... (17) Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu
masih hidup dalam dosamu”.
Karena itu, kematian dan kebangkitan Kristus tidak boleh dipisahkan. Kitab Suci dalam banyak bagian menyebutkan kema -
tian dan kebangkitan Kristus sekaligus (Ro 4:25 Ro 6:4 2Kor 13:4 Fil 3:10).
Memang ada bagian-bagian Kitab Suci yang hanya berbicara tentang kematian atau kebangkitan saja. Pada saat kita meli hat
bagian yang hanya berbicara tentang kematian Kristus, kita harus juga mengingat kebangkitanNya. Sebaliknya, pada saat kita
melihat bagian yang hanya berbicara tentang kebangkitan Kristus, kita juga harus meng-ingat kematianNya.
Calvin: “So then, let us remember that whenever mention is made of His death alone, we are to understand at the same
time what belongs to His resurrection. Also, the same synecdoche applies to the word ‘resurrection’: whenever it is
mentioned separately from death, we are to understand it as including what has to do especially with His death” (= Jadi,
marilah kita mengingat bahwa kalau hanya disebutkan tentang kematianNya, kita harus mengartikan pada saat yang
sama, apa yang termasuk dalam kebangkitanNya. Juga synecdoche yang sama berlaku terhadap kata ‘kebangkitan’:
kalau kata itu disebutkan terpisah dari kematian, kita harus menafsirkan kata itu beserta apa yang termasuk dalam
kematianNya) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XVI, No 13.
Contoh:
a) Ro 10:9 mengatakan bahwa orang yang percaya bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati, akan diselamatkan.
Ini tentu tidak boleh diartikan bahwa orang itu tidak perlu percaya tentang kematian Kristus untuk menebus dosanya.
Ro 10:9 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu,
bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan”.
b) Ibr 2:14 mengatakan bahwa oleh kematianNya Yesus memusnah-kan Iblis. Ini rasanya tidak cocok, dan karenanya kata
‘kematian’ di sini harus diartikan mencakup juga akan ‘kebangkitan’ Yesus.
Ibr 2:14 - “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan
mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis,
yang berkuasa atas maut”.
IV) Iman dan Pertobatan.
A) Beberapa hal yang penting tentang ‘iman yang menyelamatkan’ (saving faith).
1) Iman adalah kepercayaan yang didasarkan pada Firman Tuhan / janji Tuhan.
Kej 15:5-6 - “(5) Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: ‘Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-
bintang, jika engkau dapat menghitungnya.’ Maka firmanNya kepadanya: ‘Demikianlah banyaknya nanti
keturunanmu.’ (6) Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya
sebagai kebenaran”.
Ro 10:17 - “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”.
Jadi, orang yang beriman adalah orang yang percaya pada apa yang Alkitab katakan tentang Kristus, seperti:
a) Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia.
b) Yesus mati disalib untuk menebus dosa manusia.
c) Yesus bangkit dari antara orang mati.
d) Yesus naik ke surga dan akan datang kembali sebagai Hakim.
e) Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga (Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11-12).
Saudara mungkin sudah tahu / mengerti tentang hal-hal ini, tetapi sudahkah saudara mempercayainya?
2) Iman yang menyelamatkan (saving faith) mempunyai Yesus Kristus sebagai obyek.
Jadi, orang yang beriman bukan sekedar percaya apa yang Kitab Suci katakan tentang Kristus, tetapi juga harus
percaya kepada Kristus. Saudara mungkin sudah percaya tentang Kristus, tetapi sudahkan saudara percaya kepada
Kristus?
3) Penekanan dari iman yang menyelamatkan (saving faith) adalah kepercayaan kepada Kristus sebagai Juruselamat / Penebus
dosa.

44
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Jaman sekarang banyak orang percaya kepada Yesus hanya sebagai dokter, pelaku mujijat, penyembuh, pemberi
berkat, penolong dalam kesukaran, dsb, tetapi tidak kepada Yesus sebagai Juruselamat / Penebus. Ini bukan iman
yang menye-lamatkan!
Perlu saudara ingat bahwa malaikat menyuruh Yusuf memberi nama ‘Yesus’ kepada anak yang akan dilahirkan
Maria, karena ‘Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka’ (Mat 1:21). Jadi, Yesus harus
ditekankan sebagai Juruselamat / Penebus dosa!
Disamping itu, dalam 1Kor 15:19 Paulus berkata: “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan
pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia”.
Kalau saudara hanya percaya kepada Yesus sebagai dokter, pelaku mujijat, penyembuh, pemberi berkat, penolong
dalam kesukaran, dsb, jelas bahwa saudara hanya berharap kepada Kristus untuk hidup ini saja! Dengan demikian,
maka menurut Paulus / Firman Tuhan, saudara adalah orang yang paling malang dari segala manusia! Memang
dalam hidup kita sekarang ini, kita juga berharap kepada Kristus, tetapi kita terutama harus berharap kepadaNya
untuk hidup yang akan datang. Kalau kita mempercayai Kristus sebagai Juruselamat / Penebus dosa kita, maka kita
yakin bahwa pada waktu kita mati, kita tidak akan masuk neraka / dihukum (bdk. Ro 8:1), tetapi akan masuk ke
surga. Jadi, ‘kepercayaan kepada Kristus sebagai Juruselamat / Penebus dosa’ sangat berhubungan dengan
‘pengharapan kepada Kristus untuk hidup yang akan datang’.
4) Iman yang benar harus mencakup:
a) Pikiran.
Ini berarti bahwa:
1. Orangnya harus mempunyai pengetahuan / pengertian yang benar tentang dasar kekristenan (Ro 10:13-14,17
Mat 13:23).
Ro 10:13-14,17 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi
bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka
dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang
Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? ... (17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran
oleh firman Kristus”.
Mat 13:23 - “Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu DAN MENGERTI,
dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh
kali lipat.’”.
Ingat bahwa orangnya tidak harus mengerti tentang doktrin / hal yang sukar, seperti doktrin Allah Tritunggal dsb,
tetapi ia harus mengerti tentang dasar kekristenan, yaitu Injil. Misalnya:
a. Bahwa ia adalah orang berdosa yang seharusnya masuk neraka.
b. Bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia dan lalu mati disalib menebus dosanya.
c. Bahwa ia diselamatkan karena jasa penebusan Kristus yang ia terima melalui iman, bukan karena ia berbuat
baik.
2. Otak orang itu harus percaya / bisa menerima pada apa yang diketahui / dimengerti. Ini merupakan persetujuan
intelektual / logika.
b) Emosi / perasaan.
Tidak cukup hanya mengerti dan percaya secara intelektual saja. Perasaan juga harus terlibat. Misalnya:
1. Adanya perasaan sedih karena dosa / menyakiti hati Tuhan.
2. Merasakan kasih Allah.
3. Yakin akan penebusan Kristus.
4. Merasa sukacita karena penebusan Kristus, dsb.
Kontras dengan ini adalah sikap acuh tak acuh terhadap dosa, Kitab Suci / kebenaran, surga / neraka, dan bahkan
terhadap Tuhan sendiri. Juga keragu-raguan akan penebusan Kristus, dan keragu-raguan akan keselamatannya sendiri.
c) Kemauan / kehendak.
Sekalipun pikiran sudah mengerti dan percaya, dan perasaan sudah terlibat, tetapi kalau kehendak kita tidak terlibat,
dalam arti kita tidak mau ikut Kristus, kita bukan orang kristen (bandingkan dengan pemuda kaya dalam Mat 19:21-22).
Mat 19:21-22 - “(21) Kata Yesus kepadanya: ‘Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu
dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke
mari dan ikutlah Aku.’ (22) Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia DENGAN SEDIH, sebab
banyak hartanya”.
Dalam Luk 15:17-20, pertobatan anak bungsu mengandung 3 elemen tersebut di atas.
Luk 15:17-20 - “(17) Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang
berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. (18) Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku
dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, (19) aku tidak layak lagi
disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. (20) Maka bangkitlah ia dan pergi kepada
bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu
berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia”.
5)Iman yang benar juga tidak akan mempunyai cadangan kepercayaan / agama lain.
45
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Tuhan tidak pernah menyenangi syncretisme (penggabungan 2 agama atau lebih). Ini terlihat misalnya dalam 1Raja 18:21
Yosua 24:14-15 Kel 20:3-5.
1Raja 18:21 - “Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: ‘Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan
bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.’ Tetapi rakyat itu tidak
menjawabnya sepatah katapun”.
Yos 24:14-15 - “(14) Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan
setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan
beribadahlah kepada TUHAN. (15) Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah
pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang
sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan
beribadah kepada TUHAN!’”.
Dalam persoalan keselamatan, kalau saudara berkata bahwa saudara percaya kepada Kristus, tetapi saudara masih tetap
mempercayai kepercayaan / agama lain, maka itu berarti bahwa iman saudara kepada Kristus itu sebetulnya tidak ada.
Illustrasi: Kalau saudara membawa ban serep dalam mobil saudara itu berarti bahwa saudara tidak percaya kepada ban mobil
saudara, dalam arti saudara menganggap ban bisa gembos, sehingga perlu ban serep. Kalau saudara naik kereta api, tentu
tidak akan membawa ban serep, karena percaya bahwa ban tidak bisa gembos. Demikian juga kalau saudara betul-betul
percaya kepada Kristus tentang kesela-matan saudara, maka saudara akan membuang semua kepercayaan / agama lain. Ini
termasuk kebatinan, kepercayaan kepada Maria, jimat / berhala, dan semua agama lain.
6) Iman yang sejati / sungguh-sungguh harus diikuti oleh pertobatan dari dosa / perubahan hidup.
Yak 2:17,26 - “(17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada
hakekatnya adalah mati. ... (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-
perbuatan adalah mati”.
Mengapa demikian? Karena orang yang betul-betul percaya kepada Yesus, pasti menerima Roh Kudus (Yoh 7:38-39 Ef
1:13-14), dan Roh Kudus itu akan menguduskan / menyucikan hidup orang itu (Gal 5:22-23).
Yoh 7:38-39 - “(38) Barangsiapa percaya kepadaKu, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan
mengalir aliran-aliran air hidup.’ (39) Yang dimaksudkanNya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang
percaya kepadaNya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan”.
Ef 1:13-14 - “(13) Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil
keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang
dijanjikanNya itu. (14) Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu
penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaanNya”.
Gal 5:22-23 - “(22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, (23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu”.
Kalau ada orang yang mengatakan bahwa dirinya adalah orang percaya, tetapi hidupnya tidak berubah, maka itu
menunjukkan bahwa ia tidak mempunyai Roh Kudus. Dan kalau ia tidak mempunyai Roh Kudus, itu berarti ia belum
percaya.
Sekalipun iman yang sejati pasti diikuti oleh adanya ketaatan / perbuatan baik / pengudusan, tetapi yang menyebabkan kita
diselamatkan adalah imannya, dan sama sekali bukan perbuatan baiknya.
Illustrasi:
sakit  obat  sembuh  olah raga / bekerja
dosa  iman  selamat  taat / berbuat baik
Apa yang menyebabkan sembuh? Tentu saja obat, bukan olah raga / bekerja. Olah raga / bekerja hanya merupakan bukti
bahwa orang itu sudah sembuh. Karena itu kalau seseorang berkata bahwa ia sudah minum obat dan sudah sembuh, tetapi ia
tetap tidak bisa berolah raga / bekerja, maka pasti ada yang salah dengan obatnya.
Demikian juga dengan orang berdosa. Ia selamat karena iman, bukan karena perbuatan baik. Tetapi kalau seseorang berkata
bahwa ia sudah beriman dan sudah selamat, tetapi dalam hidupnya sama sekali tidak ada perbuatan baik / ketaatan, maka
pasti ada yang salah dengan imannya.
Juga kalau kita melihat pada garis waktu, maka akan terlihat dengan jelas bahwa imanlah, dan bukannya perbuatan baik,
yang menye-babkan kita diselamatkan.

----------------------------------------------------------------------------------------
tak ada perbuatan baik ada perbuatan baik
(total depravity)

46
DASAR KEKRISTEN / INJIL
selamat

Luk 19:9 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak
Abraham.”.
MEDAN SAMPAI SII
TANGGAL 11-11-201
B) Hal-hal yang akan diterima oleh orang-orang yang mempunyai iman yang sejati:
1) Pengampunan dosa.
Kis 10:43 - “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat
pengampunan dosa oleh karena namaNya”.
Semua dosa-dosa pada masa yang lalu diampuni (termasuk dosa asal), dan di samping itu, tersedia pengampunan untuk dosa-
dosa yang akan datang.
Orang kristen memang tidak mungkin hidup suci (1Yoh 1:8,10).
1Yoh 1:8,10 - “(8) Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran
tidak ada di dalam kita. ... (10) Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi
pendusta dan firmanNya tidak ada di dalam kita”
Tetapi bagaimana dengan 1Yoh 3:9?
1Yoh 3:9 - “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia
tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah”.
1Yoh 3:9 ini tak berarti bahwa orang kristen bisa hidup tanpa dosa. Yang dimaksud dalam 1Yoh 3:9 adalah bahwa orang
kristen tidak mungkin hidup dalam dosa terus-menerus. Ini terlihat dari terjemahan versi NIV di bawah ini.
1Yoh 3:9 (NIV) - “No one who is born of God will continue to sin, because God’s seed remains in him; he can not go on
sinning” (= Tidak seorangpun yang dilahirkan Allah akan terus-menerus berbuat dosa, karena benih Allah tinggal
dalam dia; ia tidak bisa terus berbuat dosa).
Kalau orang kristen jatuh ke dalam dosa, ia hanya perlu mengaku dosanya kepada Allah dan dosanya akan diampuni
(1Yoh 1:9). Tetapi, ia harus mengakui dengan hati yang betul-betul menyesal / bertobat (Maz 51:19).
1Yoh 1:9 - “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa
kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”.
Maz 51:19 - “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan
Kaupandang hina, ya Allah”.
Ia tidak perlu mengundang Kristus masuk ke dalam hatinya lagi! Sekali Kristus / Roh Kudus masuk ke dalam hatinya /
hidupnya, Ia tidak akan keluar lagi.
Yoh 14:16 - “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya
Ia menyertai kamu selama-lamanya”.
Ibr 13:5b - “Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak
akan meninggalkan engkau.’”.
2) Pembenaran / justification.
Ro 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena
Tuhan kita Yesus Kristus”.
Ro 5:18-19 - “(18) Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula
oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. (19) Jadi sama seperti oleh
ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua
orang menjadi orang benar”.
Yang dimaksud dengan ‘satu perbuatan kebenaran’ atau ‘ketaatan satu orang’ adalah kebenaran / ketaatan Yesus Kristus.
Dalam dunia hanya ada 2 golongan manusia:
a) Orang-orang yang ada ‘di dalam Adam’.
Semua manusia ada ‘di dalam Adam’ sejak lahir. Dan semua yang ada di dalam Adam ini dianggap najis / berdosa oleh
Allah.
b) Orang-orang yang ada ‘di dalam Kristus’.
Kalau seseorang yang ada ‘di dalam Adam’ lalu percaya kepada Kristus, maka ia berpindah kedudukan menjadi ‘di
dalam Kristus’. Sekarang, kebenaran Kristus diberlakukan atas dia, sehingga ia tidak lagi dianggap najis / berdosa oleh
Allah, tetapi dianggap sebagai orang benar.
Calvin: “Hence, in order to partake the miserable inheritance of sin, it is enough for thee to be man, for it dwells in flesh
and blood; but in order to enjoy the righteousness of Christ it is necessary for thee to be a believer; for a participation of
him is attained only by faith” (= Jadi, untuk mengambil bagian dalam warisan dosa yang menyedihkan, cukup bagimu
untuk menjadi manusia, karena itu tinggal dalam daging dan darah; tetapi untuk menikmati kebenaran Kristus
engkau harus menjadi orang percaya; karena pengambilan bagian dari Dia didapatkan hanya dengan iman).

47
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Jadi, untuk bisa masuk ke neraka cukup bagi saudara untuk berdiam diri. Sejak lahir saudara ada di dalam Adam,
sehingga dengan berdiam diri saja, itu sudah cukup untuk membawa saudara ke dalam neraka. Tetapi kalau saudara
ingin masuk surga, sudara harus percaya kepada Yesus dan menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara!
3) Keselamatan / hidup yang kekal.
Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal”.
Kis 16:31 - “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”.
a) Kita mendapatkan keselamatan / hidup yang kekal itu pada saat kita percaya, bukan pada saat kita mati.
Pada saat Zakheus bertobat / percaya kepada Yesus, maka Luk 19:9 berkata: “Kata Yesus kepadanya: ‘Hari ini telah
terjadi kese-lamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham’”.
Jadi, bukannya pada saat mati Zakheus baru diselamatkan, tetapi pada saat ia percaya / bertobat!
b) Keselamatan itu tidak bisa hilang!
Dalam dunia theologia ada 2 aliran yang sangat bertentangan dalam persoalan ini. Ajaran Arminianisme percaya bahwa
sese-orang bisa murtad dan kehilangan keselamatannya; tetapi ajaran Calvinisme / Reformed percaya bahwa
keselamatan tidak bisa hilang, dan inilah yang benar.
Dasar Kitab Suci bahwa keselamatan tidak bisa hilang:
Yoh 6:39 - “Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya
kepadaKu jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman”.
Yoh 10:27-30 - “(27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut
Aku, (28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai
selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan
mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan
Bapa. (30) Aku dan Bapa adalah satu.’”.
Yoh 11:25-26 - “(25) Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan
hidup walaupun ia sudah mati, (26) dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati
selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?’”.
Ro 5:8-10 - “(8) Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita,
ketika kita masih berdosa. (9) Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan
diselamatkan dari murka Allah. (10) Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh
kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh
hidupNya!”.
Ro 8:29-30 - “(29) Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula
untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara
banyak saudara. (30) Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka
yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga
dimuliakanNya”.
Ro 8:38-39 - “(38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun
pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik yang di
atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah,
yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”
1Kor 1:8-9 - “(8) Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada
hari Tuhan kita Yesus Kristus. (9) Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan AnakNya Yesus
Kristus, Tuhan kita, adalah setia”.
2Kor 1:21-22 - “(21) Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus,
adalah Allah yang telah mengurapi, (22) memeteraikan tanda milikNya atas kita dan yang memberikan Roh
Kudus di dalam hati kita SEBAGAI JAMINAN dari semua yang telah disediakan untuk kita ”.
Fil 1:6 - “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan
meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus”.
1Pet 1:5 - “Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan
keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir”.

1Pet 5:10 - “Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada
kemuliaanNya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu
menderita seketika lamanya”.
Yudas 24 - “Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan
tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaanNya”.
Beberapa serangan terhadap doktrin ini dan jawabannya:
1. Bagaimana dengan orang yang ‘murtad’?
Jawab: Orang yang murtad menunjukkan bahwa ia tidak pernah sungguh-sungguh percaya kepada Kristus.

48
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Yoh 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam
firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”.
1Yoh 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu
dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa
waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi
mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita,
niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak
semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita”.
2Yoh 9 - “Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ,
tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak”.
Mat 24:24 - “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan
tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-
orang pilihan juga”.
2. Bagaimana dengan Mat 7:21-23?
Jawab
Mat 7:15-23 - “(15) ‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti
domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. (16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal
mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (17)
Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik
menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak
baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. (19) Dan setiap pohon yang tidak
menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (20) Jadi dari buahnyalah kamu
akan mengenal mereka. (21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari
terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu,
dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu
itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku TIDAK PERNAH mengenal kamu!
Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.
Mat 7:21-23 juga menunjuk pada orang-orang yang belum pernah sungguh-sungguh percaya kepada Kristus. Karena
itu, dalam ay 23, Kristus berkata: ‘Aku tidak pernah mengenal kamu’. Disamping itu kalau saudara melihat
seluruh kontex, yaitu Mat 7:15-23 maka saudara bisa melihat dengan jelas bahwa dalam kontex ini Yesus
membicarakan nabi-nabi palsu, dan karena itu jelas menunjuk pada orang, yang sekali-pun mempunyai jabatan
tinggi, tetapi adalah orang kristen KTP.
3. Bagaimana dengan adanya perintah untuk bertekun sampai mati, seperti dalam Wah 2:10? Bdk. Mat 24:13.
Wah 2:10b - “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota
kehidupan”.
Bdk. Mat 24:13 - “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat”.
Jawab: Perintah ini diberikan oleh Allah kepada kita, karena sekalipun Allah berjanji untuk terus ‘memegang’ kita,
sehingga keselamatan kita tidak mungkin hilang, tetapi pada saat yang sama, Allah menghen daki kita untuk
berusaha. Jaminan bahwa keselamatan tidak bisa hilang, sama sekali tidak boleh dijadikan alasan untuk hidup
seenak kita. Kita harus berusaha untuk memelihara keselamatan kita seakan-akan keselamatan itu bisa hilang.
Illustrasi: Bacalah Kis 27:14-44.
Kis 27:22-34 - “(22) Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap
bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. (23) Karena tadi
malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milikNya, berdiri di sisiku,
(24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia
Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau.
(25) Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya
pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku. (26) Namun kita harus mendamparkan kapal ini di
salah satu pulau.’ (27) Malam yang keempat belas sudah tiba dan kami masih tetap terombang-ambing di laut
Adria. Tetapi kira-kira tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah dekat daratan. (28) Lalu
mereka mengulurkan batu duga, dan ternyata air di situ 20 depa dalamnya. Setelah maju sedikit mereka
menduga lagi dan ternyata 15 depa. (29) Dan karena takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu
karang, mereka membuang 4 sauh di buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang.
(30) Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan
berbuat seolah-olah mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan. (31) Karena itu Paulus berkata
kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat. ’
(32) Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut. (33) Ketika hari menjelang
siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: ‘Sudah 14 hari lamanya kamu menanti-nanti
saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. (34) Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan

49
DASAR KEKRISTEN / INJIL
dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun
dari rambut kepalanya.’”.
Dalam ay 22-25 terlihat adanya jaminan bahwa semua mereka pasti selamat. Tetapi dalam ay 31,34a Paulus tetap
memberikan hal-hal tertentu yang harus mereka lakukan supaya selamat. Lalu dalam ay 34b ia lagi-lagi memberikan
jaminan selamat. Apakah hal-hal ini bertentangan? Tidak! Semua ini menunjukkan bahwa adanya jaminan
keselamatan dari Allah, tidak membuang tanggung jawab mereka untuk melakukan hal yang terbaik bagi
keselamatan mereka.
Demikian juga kalau Allah menjamin bahwa keselamatan tidak bisa hilang. Ini tidak membuang tanggung jawab
kita untuk melakukan hal yang terbaik demi keselamatan kita!

4) Pengangkatan menjadi anak Allah.


Yoh 1:12 - “Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka
yang percaya dalam namaNya”.
Semua manusia lahir sebagai anak setan, dan hanya kalau kita percaya kepada Yesus Kristus, kita bisa menjadi anak-anak
Allah. Banyak orang tidak bisa menerima ajaran ini, tetapi perlu diperhatikan bahwa Kitab Suci mengajarkan bahwa:
a) Manusia hanya dibagi menjadi 2 golongan, yaitu anak Allah atau anak setan.
1Yoh 3:10 - “Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran,
tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya”.
Yoh 8:42-44 - “(42) Kata Yesus kepada mereka: ‘Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab
Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendakKu sendiri, melainkan Dialah yang
mengutus Aku. (43) Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasaKu? Sebab kamu tidak dapat menangkap
firmanKu. (44) Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah
pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran.
Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta”.
b) Hanya orang yang percaya kepada Yesuslah yang dijadikan anak Allah (Yoh 1:12).
Bagaimana kalau setelah kita percaya kepada Yesus dan menjadi anak Allah kita lalu berbuat dosa lagi? Apakah ini
menyebabkan kita kembali menjadi anak setan? Tidak. Sekali kita menjadi anak Allah, kita tidak bisa kembali menjadi anak
setan. Kalau kita berbuat dosa, persekutuan kita dengan Allah menjadi renggang, tetapi kita hanya perlu menyesali dosa itu,
mengakuinya dan bertobat daripadanya, maka persekutuan dengan Allah akan dipulihkan kembali.
5) Damai sejahtera.
Yoh 14:27 - “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang
Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu”.
Gal 5:22 - “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan”.
Waktu Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka kehilangan damai. Mereka menjadi takut terhadap Allah (Kej 3:7-10).
Sebagai keturunan Adam dan Hawa, kita lahir dalam dosa / dalam keadaan tanpa hubungan dengan Allah, sehingga kita tidak
mempunyai damai. Tetapi, kalau kita percaya kepada Kristus, maka kita bisa diperdamaikan dengan Allah, sehingga kita
kembali memiliki damai seperti Adam dan Hawa sebelum mereka jatuh dalam dosa.
6) Roh Kudus (Kis 2:38 Yoh 7:38-39 Ef 1:13).
Kis 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis
dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”.
Yoh 7:38-39 - “(38) Barangsiapa percaya kepadaKu, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan
mengalir aliran-aliran air hidup.’ (39) Yang dimaksudkanNya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang
percaya kepadaNya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan”.
Kita menerima Roh Kudus pada saat kita percaya. Ini terlihat dari Ef 1:13 yang berbunyi: “Di dalam Dia kamu juga -
karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu
percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu”.
Orang yang menerima Roh Kudus tidak harus berbahasa lidah / roh! Bahwa tidak setiap orang kristen harus berbahasa roh /
lidah terlihat dari 1Kor 12:7-11,28-30.
1Kor 12:7-11,28-30 - “(7) Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. (8)
Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh
yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. (9) Kepada yang seorang Roh yang sama
memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. (10) Kepada yang seorang
Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat,
dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang
Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk
menafsirkan bahasa roh itu. (11) Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang
memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya. ..... (28) Dan Allah telah
menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar.
Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani,
untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. (29) Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau

50
DASAR KEKRISTEN / INJIL
pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, (30) atau untuk menyembuhkan,
atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?”.
Tanda dari orang yang memiliki Roh Kudus, bukanlah bahasa roh / lidah, tetapi buah roh (Gal 5:22-23). Dengan kata lain
tanda dari orang yang memiliki Roh Kudus adalah hidup yang dikuduskan / diubahkan ke arah yang positif, menjadi lebih
sesuai dengan Firman Tuhan.
7) Kemerdekaan dari perhambaan dosa (Yoh 8:34-36).
Yoh 8:34-36 - “(34) Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat
dosa, adalah hamba dosa. (35) Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah.
(36) Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.’”.
Sebelum kita percaya kepada Kristus, kita hanya bisa berbuat dosa. Ini terlihat bukan hanya dari istilah ‘hamba dosa’ dalam
Yoh 8:34-36, tetapi juga dari ayat-ayat seperti Kej 6:5 Kej 8:21 Roma 6:20 Roma 8:7-8 Titus 1:15.
Tetapi setelah percaya kepada Kristus, kita dimerdekakan dari perhambaan dosa itu (Yoh 8:36 Roma 8:2).
Ro 8:2 - “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut”.
Ini tidak berarti bahwa kita lalu tidak lagi berbuat dosa, tetapi ini berarti bahwa kita mulai bisa berbuat baik. Disamping itu,
sekalipun kita masih berbuat dosa atau jatuh ke dalam dosa, kita tidak lagi mencintai dosa, tetapi sebaliknya membenci dosa.
V) Gunanya ketaatan / perbuatan baik.
Ketaatan / perbuatan baik sama sekali tidak menyelamatkan kita. Kita selamat hanya karena iman. Tetapi, itu tidak berarti ketaatan /
perbuatan baik tidak ada gunanya / tidak perlu dilakukan.
Gunanya ketaatan / perbuatan baik:
1) Bukti iman (Yak 2:17,26).
Yak 2:17,26 - “(17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada
hakekatnya adalah mati. ... (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-
perbuatan adalah mati”.
Tidak adanya ketaatan menunjukkan tidak adanya Roh Kudus dalam diri kita, dan tidak adanya Roh Kudus dalam diri kita
menunjukkan tidak adanya iman yang sejati kepada Kristus. Sebaliknya, kalau ada ketaatan, maka itu menunjukkan adanya Roh
Kudus dalam diri kita, dan ini membuktikan bahwa kita memang beriman kepada Kristus. Bukti iman ini penting untuk diri kita
sendiri, maupun untuk orang lain pada waktu mereka melihat kita.
2) Tanda cinta kita kepada Tuhan (Yoh 14:15).
Yoh 14:15 - “‘Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu”.
Kita bisa taat kepada Tuhan karena takut kepada Tuhan (takut dihukum, takut tidak diberkati, dsb). Ketaatan seperti ini memang
masih lebih baik dari pada ketidaktaatan, tetapi ketaatan ini tetap kurang baik. Ketaatan yang benar adalah ketaatan karena kasih
kepada Tuhan. Jadi, karena kita mengasihi Tuhan, dan kita tahu bahwa ketidaktaatan / dosa itu menyakiti hati Tuhan, maka kita
mentaati Tuhan.
3) Supaya kita bisa kuat pada saat kesukaran datang (Mat 7:24-27).
Mat 7:24-27 - “(24) ‘Setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang
bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. (25) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin
melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. (26) Tetapi setiap orang yang mendengar
perkataanKu ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.
(27) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan
hebatlah kerusakannya.’”.
Misalnya:
a) Tuhan menyuruh kita belajar FirmanNya. Kalau kita menuruti hal ini dan belajar Firman dengan rajin dan tekun, maka pada
waktu serangan setan / kesukaran datang, Firman yang sudah kita pelajari itu akan sangat berguna untuk menghadapi dan
bahkan mengatasi kesukaran / serangan setan itu. Tetapi orang yang tidak mentaati perintah Tuhan untuk belajar Firman ini,
pada saat kesukaran dan serangan setan datang, tidak akan kuat bertahan.
b) Tuhan menyuruh kita hidup dalam kasih. Kalau kita menuruti perintah ini, maka pasti ada banyak orang yang juga mengasihi
kita dan dekat dengan kita. Pada waktu kesukaran datang, orang-orang ini bisa menolong kita / menghibur kita, sehingga kita
kuat menghadapi kesukaran itu. Sebaliknya, kalau kita tidak menuruti perintah untuk hidup dalam kasih itu, maka banyak
orang tidak senang dengan kita, sehingga pada waktu kita mengalami kesukaran, tidak ada orang yang peduli, dan kita tidak
bisa bertahan.
4) Supaya kita makin mengerti tentang kebenaran (Yoh 8:31-32 2Pet 1:5-8).
Yoh 8:31-32 - “(31) Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam
firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu (32) dan kamu akan mengetahui kebenaran , dan kebenaran itu akan
memerdekakan kamu.’”.
2Pet 1:5-8 - “(5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu
kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri
ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih
akan saudara-saudara kasih akan semua orang. (8) Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah,
kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita”.

51
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Kalau kita tidak mau taat pada kebenaran yang sudah kita mengerti, maka Tuhan tidak akan menambah pengetahuan itu. Tetapi
kalau kita mentaatinya, maka Tuhan akan menambah pengertian kita.
Illustrasi:
a) Kalau saudara memberi makan anak atau binatang peliharaan, maka kalau makanannya habis, saudara akan menambahnya.
Tetapi kalau makanan yang ada tidak dimakan, saudara tidak akan memberi tambahan makanan.
b) Pada waktu seorang guru mengajar anak, kalau baru persoalan penjumlahan dan pengurangan saja anak itu belum bisa, maka
tentu saja guru itu tidak akan mengajar persoalan perkalian dan pembagian.
5) Menguatkan iman.
Ini berhubungan dengan no 4 di atas. Karena ketaatan menyebabkan kita makin mengerti Firman, yang adalah makanan rohani
kita, maka ketaatan juga menumbuhkan iman.
Disamping itu, ketaatan juga mendekatkan kita dengan Tuhan (lihat no 7 di bawah), dan ini menyebabkan kita tidak takut / kuatir
menghadapi apapun.
6) Supaya kita menjadi saksi Tuhan yang baik, yang menyebabkan nama Tuhan dipermuliakan (Mat 5:13-16 Fil 1:10-11 bdk. Wah
3:18).
Mat 5:16 - “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik
dan memuliakan Bapamu yang di sorga.’”.
Fil 1:10-11 - “(10) sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari
Kristus, (11) penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah”.
Dosa menyebabkan Tuhan dipermalukan (Amsal 30:9b Wah 3:18).
Wah 3:18 - “maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari padaKu emas yang telah dimurnikan dalam
api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan
ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat”.
Amsal 30:9 - “Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkalMu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku
miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku”.
Sebaliknya ketaatan / kesucian hidup menyebabkan Tuhan dipermuliakan. Dan perlu diingat bahwa kemuliaan Tuhan harus
menjadi tujuan hidup setiap orang (1Kor 10:31).
1Kor 10:31 - “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang
lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.
7) Menjaga persekutuan dengan Tuhan / mendekatkan diri kepada Tuhan.
Yes 59:2 - “tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia
menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu”.
Sekalipun dengan percaya kepada Yesus kita sudah mempunyai hu-bungan / persekutuan dengan Tuhan, tetapi persekutuan ini
bisa men-dekat / membaik ataupun merenggang / memburuk. Kalau kita banyak berbuat dosa, apalagi secara sengaja dan dengan
sikap tegar tengkuk, maka hubungan kita dengan Tuhan akan merenggang / memburuk. Sebaliknya, kalau kita mentaati Tuhan /
menyucikan diri, maka hubungan kita dengan Tuhan akan mendekat / membaik. Ini semua karena Tuhan adalah Tuhan yang suci!
8) Memberikan damai.
Yes 48:18 - “Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintahKu, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang
tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah
berhenti”.
Pada waktu kita percaya kepada Yesus, maka kita diberi damai. Tetapi damai ini bisa hancur kalau kita berbuat dosa, apalagi
secara sengaja dan dengan sikap tegar tengkuk. Hancurnya damai itu merupakan hajaran Tuhan supaya kita kembali kepadaNya /
bertobat. Sebaliknya, kalau kita mentaati Tuhan / menyucikan diri, damai itu akan makin lama makin berlimpah.

9) Supaya Tuhan lebih memakai kita dalam pelayanan kita (2Tim 2:20-21).
2Tim 2:20-21 - “(20) Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari
kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia.
(21) Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia,
ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia”.
Ada satu extrim yang harus dihindari, yaitu yang mengatakan bahwa kita harus suci dulu baru bisa dipakai oleh Tuhan. Kalau ini
benar, maka Tuhan tidak bisa memakai manusia yang manapun, dan Ia harus memakai malaikat untuk melayani Dia. Tetapi
extrim sebaliknya mengatakan bahwa tidak jadi soal kita dosa atau tidak dosa, Tuhan tetap mau memakai kita. Ini jelas juga
salah.
Yang benar adalah: Tuhan memang mau memakai orang berdosa seba-gai alatNya dalam pelayanan, tetapi makin orang itu
menyucikan dirinya makin Tuhan memakai dia / memberkati pelayanannya.
10) Agar kita mendapat tempat yang tinggi di surga (Mat 5:19).
Mat 5:19 - “Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan
mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga;
tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang
tinggi di dalam Kerajaan Sorga”.

52
DASAR KEKRISTEN / INJIL
Surga ada tingkat-tingkatnya (Mat 5:19 Luk 19:16-19 1Kor 3:15 Mat 20:20-28), dan demikian juga dengan neraka (Mat 11:20-
24).
Luk 19:16-19 - “(16) Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang 1 itu telah menghasilkan 10 mina.
(17) Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara
kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas 10 kota. (18) Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah
menghasilkan 5 mina. (19) Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah 5 kota”.
1Kor 3:15 - “Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti
dari dalam api”.
Mat 20:20-28 - “(10) Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di
hadapanNya untuk meminta sesuatu kepadaNya. (21) Kata Yesus: ‘Apa yang kaukehendaki?’ Jawabnya: ‘Berilah
perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam KerajaanMu, yang seorang di sebelah kananMu dan yang
seorang lagi di sebelah kiriMu.’ (22) Tetapi Yesus menjawab, kataNya: ‘Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta.
Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?’ Kata mereka kepadaNya: ‘Kami dapat.’ (23) Yesus berkata
kepada mereka: ‘CawanKu memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku
tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa BapaKu telah menyediakannya.’ (24)
Mendengar itu marahlah ke 10 murid yang lain kepada kedua saudara itu. (25) Tetapi Yesus memanggil mereka lalu
berkata: ‘Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan
pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. (26) Tidaklah demikian di antara kamu.
Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, (27) dan barangsiapa ingin menjadi
terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; (28) sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk
dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.
Mat 11:20-24 - “(20) Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak
melakukan mujizat-mujizatNya: (21) ‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan
di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.
(22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada
tanggunganmu. (23) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan
diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-
tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. (24) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman,
tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.’”.
Memang, kita bisa masuk ke surga karena kita beriman (bukan karena kita taat), tetapi tempat / tingkatan kita di surga ditentukan
oleh ketaatan kita. Makin kita taat, makin tinggi tempat kita di surga.
Tetapi perlu juga diingat bahwa dalam kita mentaati Tuhan, kita tidak boleh mempunyai motivasi ‘supaya mendapat tempat yang
tinggi di sorga’. Ini adalah ketaatan yang didasari oleh pamrih.

-o0o-

53
Yesus: satu-satunya jalan ke surga

I) Yesus hanya merupakan salah satu jalan ke surga?


Ada pepatah yang mengatakan: ‘Ada banyak jalan menuju ke Roma’. Pepatah ini mungkin benar untuk banyak hal. Dan saya percaya
bahwa pepatah ini berlaku untuk neraka. Memang, ada banyak jalan menuju ke neraka (Yakinkah saudara bahwa saudara tidak sedang
berada pada jalan ke neraka ini?). Tetapi betul-betul menyedihkan kalau ada orang yang mengaku sebagai orang kristen, apalagi
sebagai hamba Tuhan, yang menerapkan pepatah ini untuk surga.
Ada bermacam-macam perwujudan dari kepercayaan sesat ini:
1) Ada yang menyatakannya secara terang-terangan.
Perlu diketahui bahwa pada jaman ini sudah ada pendeta-pendeta yang berani secara terang-terangan menunjukkan pandangan
sesat ini, bahkan tidak jarang ia menunjukkannya dengan disertai serangan atau bahkan ejekan terhadap orang yang mempercayai
/ mengajarkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.
Contoh:
a) Pdt. Robert Setio, Ph. D. menuliskan dalam warta tertulis sebuah renungan yang saya kutip di bawah ini:
“‘Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi, tak ada sesuatu yang baru di
bawah matahari’ (Pengkhotbah 1:9).
Suara itu semakin lama semakin keras. Seperti suara pasukan berkuda dalam medan peperangan yang semakin lama
semakin bergemuruh, riuh rendah, menyeramkan bagi yang mendengarnya. Suara apa gerangan itu? Itu suara umat,
umat beragama. Apa yang terjadi? Apa yang mereka teriakan dengan gegap gempita? Ternyata mereka meneriakkan
kata-kata ini: ‘tidak ada keselamatan lain, selain melalui agama kami’. Sementara yang lain menambah dengan
semangat yang kurang lebih sama: ‘agama kamilah yang paling diperkenan Allah, agama kamilah yang paling benar’.
Begitu keras dan riuh rendahnya suara itu, sampai-sampai mereka yang tak tahu menahu bilang: ‘Kayak kampanye
pemilu, ya?!’
Tapi, yang berteriak-teriak datang membela diri. Kata mereka: ‘kami bukannya mau kampanye, kami hanya
menyatakan kebenaran, itu saja, dan supaya saudara ketahui, kebenaran itu adalah agama kami maka siapa saja yang
ndak mau ikut agama kami pasti tidak dapat dibenarkan’. Mereka terus menyerocos, ‘saudara tahu, Allah
sebenarnya telah memberikan penyataan khususnya bagi kami, ini istimewa lho. Sedang bagi yang lain, Allah hanya
memberikan penyataan umum yang samar-samar, tidak jelas dan tentu saja tidak seistimewa penyataan yang telah
diberikan pada kami’. Hal-hal seperti ini mereka katakan dengan semangat penuh bak seorang prajurit kamikase
(prajurit Jepang yang siap bunuh diri demi Kaisar), tentu saja dengan satu maksud yaitu supaya orang berbondong2
pindah ke agama mereka.
Namun benarkah agama kita lebih istimewa dari yang lain? Benarkah orang yang beragama lain itu tidak selamat
dan agama mereka sia-sia? Belum tentu. Ya, belum tentu demikian, sebab, seperti kata Pengkhotbah, ‘tidak ada
sesuatu yang baru di bawah matahari’, artinya, ‘tidak ada sesuatu yang istimewa di dunia ini’. Semuanya sama saja.
Apa yang kita pikirkan, harapkan, doakan sebagai manusia, sama saja dengan apa yang orang lain pikirkan,
harapkan & doakan. Setiap orang memiliki pergumulan dasar yang sama. ‘Sama-sama makan nasinya’, kata orang
Indonesia. Kita sama-sama menghirup udara yang sama, diterangi oleh matahari yang sama, bulan dan bintang yang
sama. Kita sama-sama dilahirkan, sama-sama mati. Mengapa kita harus membedakan diri kita dengan yang lainnya?
Keselamatan yang berlaku bagi kita, mengapa tidak mungkin juga terjadi bagi orang lain, meskipun mereka berbeda
agama?”.
b) Pdt. Dr. Budyanto, Pendeta GKJW yang kini menjabat Dekan Fakultas Teologi Universitas Duta Wacana, Yogyakarta
menulis dalam Majalah DUTA terbitan GKJW, bulan April 2000, hal 8-9, suatu artikel yang berjudul ‘Pemikiran ulang
Amanah Agung Yesus Kristus (Mat 28:19-20)’. Bunyinya adalah sebagai berikut:
“Amanat Agung Yesus Kristus ini biasanya dipahami sebagai perintah untuk mengabarkan Injil, dalam arti sempit
mengkristenkan umat lain, bahkan lebih sempit lagi menjadikan orang lain menjadi warga gereja tertentu.
Pandangan ini biasanya disertai dengan keyakinan, bahwa keselamatan hanya ada dalam Yesus Kristus dan di luar
Yesus Kristus manusia akan binasa, seperti yang terdapat dalam Yohanes 14:6: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan
hidup. Tidak seorang pun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku’. Dua ayat inilah yang membuat gereja sangat
bersikap eksklusif dan merasa diri sebagai umat pilihan Allah. Yang lebih benar, lebih baik dari umat lain.
Pemahaman ini akan membuat gereja kesulitan dalam menjalankan tugas panggilannya di dunia ini. Karena itu dua
ayat ini perlu mendapat penjelasan ulang.
Pertama, Matius 28:19-20: ‘Pergilah, jadikan semua bangsa murid-Ku dan baptiskanlah mereka dalam nama Bapa dan
Putera dan Roh Kudus. Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang Kuperintahkan kepadamu.’ Kata
‘baptiskanlah mereka’ selama ini dipahami sebagai tanda bahwa seseorang menjadi orang Kristen atau menjadi
anggota gereja tertentu. Padahal baptis dalam Alkitab tidak dihubungkan dengan gereja, tetapi dihubungkan dengan
kematian dan kebangkitan Kristus, sebagai simbol seseorang dipersekutukan dengan kematian dan kebangkitan
Kristus (Rm. 6:3,4; Kol. 2:12), sebagai simbol pembebasan dari dosa dan dilibatkannya manusia dalam hadirnya
kerajaan Allah dalam diri Kristus, yang mendatangkan syalom. Itulah sebabnya perkataan ini dihubungkan dengan

54
YESUS: SATU-SATUNYA JALAN KE SURGA
menjadi murid Kristus. Adapun menjadi murid Kristus itu berarti ‘mengajar melakukan apa yang diperintahkan oleh
Kristus, bukan mengajar perintah Kristus, tetapi mengajar melakukan’.
Karena itu penulis setuju dengan pendapat Moltmann yang mengatakan, misi Kristen itu tidak lagi dipahami sebagai
membaptiskan dan mengumpulkan orang sebanyak-banyaknya menjadi warga gereja serta mendirikan gereja
dimana-mana. Itu adalah misi kuantitatif, yang lebih penting adalah misi yang kualitatif, yaitu menulari manusia apa
pun agamanya, dengan roh pengharapan, kasih dan tanggung jawab kepada dunia dengan segala macam
persoalannya. Agama harus mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mengatasi masalah manusia saat ini yaitu:
kelaparan, dominasi satu kelas terhadap kelas lain, imperialisme ideologi, perang atom dan perusakan terhadap
lingkungan hidup dan sebagainya.
Kedua, Yohanes 14:6: Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak seorang pun yang datang
kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.’ Ayat inilah yang sering dipakai oleh kelompok Kristen eksklusif sebagai dasar
pemutlakan Yesus, bahkan pemutlakan agama Kristen, bahwa tidak ada jalan lain menuju Bapa kalau tidak lewat
Yesus Kristus atau bahkan kalau tidak lewat gereja. Sedangkan kelompok pluralis cenderung melupakan dan tidak
menyinggung-nyinggung ayat ini, karena ayat ini sukar dipahami dalam konteks pluralisme agama-agama. Secara
eksklusif William Barclay menafsirkan ayat ini sebagai berikut: Memang banyak orang yang mengajar tentang jalan
yang harus ditempuh, tetapi hanya Yesuslah jalan itu dan di luar Dia manusia akan tersesat. Banyak orang yang
berbicara tentang kebenaran, tetapi hanya Yesuslah yang dapat mengatakan ‘Akulah kebenaran’ itu. Orang lain
mengajarkan tentang jalan kehidupan, tetapi hanya dalam Yesus orang menemukan kehidupan itu. Karena itu hanya
Dia saja yang dapat membawa manusia kepada Tuhan.
Tafsiran Barclay ini bertolak belakang dengan hakikat gereja sebagai umat Allah, yang sejajar dengan umat-umat
lain dan bertolak belakang dengan semangat pluralisme agama-agama. Mungkin lebih cocok dengan tafsiran
Samartha yang mengatakan bahwa dalam agama Kristen, Yesus Kristus memang Juru Selamat namun orang Kristen
tidak dapat mengklaim bahwa juru selamat hanya Yesus Kristus. Demikian pula Yesus adalah jalan, tetapi jalan itu
bukan hanya Yesus, seperti yang dikatakan Kenneth Cracknell bahwa di luar agama Kristen-pun dikenal banyak
jalan menuju keselamatan.
Dalam agama Yahudi dikenal istilah Halakhah, yang secara hurufiah artinya berjalan. Kata ini merupakan istilah
teknis dalam pengajaran agama Yahudi yang berhubungan dengan semua materi hukum dan tatanan hidup sehari-
hari. Istilah ini diambil dari Keluaran 18:20: ‘Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-
ketetapan dan keputusan-keputusan yang memberitahukan kepada mereka jalan yang harus mereka jalani dan pekerjaan
yang harus mereka lakukan’. Dalam agama Islam konsep jalan itu terdapat dalam Sura 1:5-7: ‘... Hanya Engkaulah
yang kami sembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan. Pimpinlah kami ke jalan yang lurus (yaitu),
jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka ...’
Dalam agama Hindu juga dikenal adanya jalan menuju mokhsa, menuju kelepasan dari kelahiran kembali, menuju
keselamatan, yaitu Jnana marga atau jalan pengetahuan, Karma marga atau jalan perbuatan baik, serta Bhakti marga
yaitu jalan kesetiaan atau ibadah. Sedangkan dalam agama Budha dikenal Dhama pada, jalan kebenaran menuju
nirwana.
Lalu bagaimana hubungan jalan-jalan ini dengan Kristus yang adalah jalan? Pemahaman ini bisa ditarik ke
paradigma inklusif, artinya ada banyak jalan kecil-kecil (path), tetapi hanya satu jalan besar (way) yaitu jalan Kristus.
Atau, ditarik ke paradigma pluralis indiferen, artinya banyak jalan, termasuk jalan Kristus, tetapi hanya ada satu
tujuan yaitu Allah. Kalau kita memilih yang pertama, memang tidak cocok dengan semangat pluralisme agama-
agama, tetapi lebih sesuai dengan teks Yohanes 14:6
Ada banyak jalan tetapi hanya ada satu jalan yang menuju Bapa, yaitu jalan Kristus. Kalau memilih alternatif kedua,
hal itu sesuai dengan semangat pluralisme, tetapi persoalan tentang ‘Tidak seorang sampai kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku’ tidak terpecahkan. Dengan memilih alternatif kedua, berarti menempatkan Yesus sebagai jalan (cara)
untuk mencapai suatu tujuan. Padahal menurut banyak penafsir Yesus itu bukan jalan (cara) untuk mencapai tujuan,
tetapi Ia sendiri jalan sekaligus tujuan. Dalam teks dikatakan ‘Aku adalah ... (tiga kata berikutnya mempunyai
kedudukan yang sejajar) jalan, kebenaran dan hidup’. Bukan Aku jalan menuju kebenaran dan menuju hidup, juga
bukan Aku jalan kebenaran dan jalan hidup.
Penulis setuju bahwa di luar agama Kristen ada jalan (minhaj, marga, dhama pada), ada jalan kebenaran, ada
keselamatan, tetapi tidak berarti bahwa semua jalan itu sama saja, sehingga semua agama sama saja. Juga tidak
berarti bahwa jalan Yesus itu jalan yang luar biasa, sedangkan jalan yang lain jalan biasa.
Lalu persoalannya adalah bagaimana kalimat ‘Tidak seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’
harus ditafsirkan? Konteks ayat ini adalah: ketika itu Tuhan Yesus berkata kepada para murid-Nya, Ia pergi untuk
menyediakan tempat bagi murid-murid-Nya, kemudian Ia akan kembali menjemput mereka, supaya di mana Yesus
berada, murid-murid juga berada di sana (Yohanes 14:3). Kemudian Thomas berkata, ‘Tuhan, kami tidak tahu ke
mana Engkau pergi, jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?’. Dengan perkataan itu Thomas ingin tahu jalannya
supaya bisa sampai ke tempat itu dengan cara dan kekuatannya sendiri. Kemudian Tuhan Yesus menjawab, ‘Akulah
jalan dan kebenaran dan hidup, tidak seorangpun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku’ . Yang dimaksud Tuhan
Yesus dengan perkataan itu adalah Thomas tidak dapat datang ke tempat itu dengan usaha dan kekuatannya sendiri.
Kalau toh ia bisa datang di tempat itu karena Tuhan Yesus yang membawa dia (Bdk. ay. 3 yang berkata: ‘Aku akan

55
YESUS: SATU-SATUNYA JALAN KE SURGA
datang kembali membawa kamu’). Dengan kata lain, kalau Thomas bisa datang di tempat itu, semua itu semata-mata
hanya karena anugerah Allah yang nyata dalam kehadiran Yesus Kristus.
Jadi persoalannya bukan di luar Kristus tidak ada jalan, tetapi bagi umat Kristen kita bisa sampai ke tempat di mana
Kristus berada, itu semata-mata karena anugerah Allah. Inilah yang membedakan jalan yang ditempuh umat Kristen
dan jalan-jalan lainnya. Di sana bukan tidak ada jalan, di sana juga ada jalan, jalan di sana bukan kurang baik,
sedangkan di sini lebih baik, tetapi memang jalan itu berbeda. Dengan demikian pemutlakan orang Kristen terhadap
Yesusnya, tidak harus membuat orang Kristen menjadi eksklusif, atau menyamakan saja semua agama. Kita yakin
seyakin-yakinnya bahwa hanya Yesus Kristuslah yang membawa kita kepada keselamatan, tetapi kita juga tidak
harus mengatakan di sana, dalam agama-agama lain, sama sekali hanya ada kegelapan dan kesesatan. Kalau kita
sendiri tidak rela orang menganggap dalam kekristenan hanya ada kegelapan dan kesesatan, mengapa hal yang sama
kita tujukan kepada orang lain.
Apakah pandangan ini tidak memperlemah semangat pekabaran Injil? Tidak, hanya harus ada orientasi baru tentang
Pekabaran Injil. Pekabaran Injil harus dipahami seperti pemahaman Yesus Kristus sendiri: ‘Roh Tuhan ada padaKu,
oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik (mengabarkan Injil) kepada orang-orang miskin,
untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk
membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang’ (Luk. 4:18,19).
Memberitakan Injil tidak lagi dipahami sebagai kristenisasi, tetapi kristusisasi. Menambah jumlah orang-orang yang
diselamatkan dan menjadi anggota gereja bukan tujuan pekabaran Injil, tetapi sebagai akibat atau buah pekabaran
Injil: ‘Mereka disukai semua orang dan setiap hari Tuhan menambahkan dengan orang-orang yang diselamatkan’ (Kis.
2:46). Buah pekabaran Injil ini mungkin tidak segera kita nikmati dalam kehadiran mereka di gereja, tetapi mungkin
pada waktu dan di tempat lain.
Apakah pemahaman pekabaran Injil ini tidak sama saja dengan pemahaman sebelumnya? Tidak, pada pola
pemahaman yang pertama mengesampingkan sikap toleransi yang karenanya dapat menimbulkan kecurigaan bahkan
konflik sosial. Sering kekristenan mereka yang ‘bertobat’ lebih bersifat emosional. Sedangkan pola pekabaran Injil
kedua, sangat bersifat tenggang rasa, toleran dan bahkan mungkin pekabaran Injil bisa dilakukan dengan kerja sama
antar agama. Kalau akhirnya ada yang menjadi anggota gereja, kekristenan mereka tidak bersifat emosional, tetapi
dengan kesadaran penuh.”.
c) Dalam majalah ‘PENUNTUN’ yang diterbitkan oleh GKI, vol 2, No 6, Januari - Maret 1996, bagian ‘Kata Pengantar’ (hal v)
ada kata-kata sebagai berikut:
“Banyak orang sering semberono menilai dengan negatif agama-agama lain yang mereka sendiri tidak hayati. Hal
paling minimal yang diperlukan dalam rangka mengenal orang-orang yang beragama lain, yaitu membaca dan
memahami Kitab Suci agama-agama lain, belum mereka lakukan. Apalagi menghayati hidup seperti yang dihayati
penganut agama lain itu sendiri. Sikap seperti itu, tidak terkecuali, banyak ditemukan di dalam diri orang-orang
Kristen. Yang berpendidikan tinggi maupun yang tidak. Orang juga sering memakai petobat-petobat baru untuk
membuktikan betapa agama-agama semula yang sudah ditinggalkan petobat-petobat baru itu adalah agama-agama
yang kurang sempurna, yang di dalamnya tidak terdapat kebenaran, atau, dalam ungkapan yang sangat menusuk
perasaan, berisi ajaran-ajaran sesat dari kuasa-kuasa kegelapan. Tindakan jahat yang tidak penuh kasih semacam ini
juga banyak ditemukan di antara orang-orang Kristen. ... Pemahaman dan pendekatan yang simpatetik terhadap
pelbagai pandangan keselamatan, khususnya yang terdapat di dalam agama-agama lain, diharapkan akan sedikit
banyak mempengaruhi dengan positif sikap dan pandangan orang Kristen terhadap agama-agama lain dan para
penganutnya. ... Tulisan Ioanes Rakhmat berupaya menunjukkan bahwa pandangan yang sudah sangat berakar di
dalam diri orang-orang Kristen bahwa di dalam agama-agama lain tidak ditemukan karunia keselamatan dari Allah,
adalah pandangan yang sangat subyektif dan keliru”.
d) Dalam majalah ‘Penuntun’ terbitan GKI Jabar (Vol. 2. No. 6, Januari - Maret 1996), ada sebuah artikel yang ditulis oleh Pdt.
Eka Darma-putera, Ph. D. yang berjudul ‘Boleh diperbandingkan, jangan diper-tandingkan’. Dan dalam artikel itu ada kata-
kata sebagai berikut:
“Sebuah dongeng Hindu. Ada seorang raja yang adil, arif lagi bijaksana. Tiga orang puteranya, semua serba gagah,
tampan dan perkasa. Konon menyadari usianya yang kian uzur, sri baginda ingin mempersiapkan segala sesuatu
sebaik-baiknya sebelum ajal tiba. Demikianlah ia memutuskan untuk membagi semua harta di kerajaannya menjadi
tiga. Semua, tanpa boleh ada yang tersisa atau terlupa. Masing-masing puteranya harus menerima persis sepertiga.
Tak ada yang lebih atau kurang. Supaya jangan ada yang bangga, dan ada yang kecewa. Titah ini segera dilaksanakan
tanpa masalah. Sampai sang raja sendiri menyadari, bahwa ternyata masih ada satu yang tersisa. Yaitu cincin yang
selama ini melingkar di jari manisnya. Bagaimana membaginya? Namun bukan sri baginda namanya bila tidak
menemukan jalan keluar juga pada akhirnya. Dengan diam-diam dan amat rahasia, pada suatu hari, dipanggilnya
pandai mas yang paling ahli di seluruh kerajaannya. Pandai mas itu dititahkannya membuat dua buah cincin lagi.
Syaratnya: sama persis dalam segala hal dengan cincin yang semula. Ringkas cerita, persoalan teratasi. Namun
sementara. Sebab akhirnya, lama setelah baginda wafat, tiga pangeran itu toh mafhum juga bahwa tidak semua dari
tiga cincin yang ada itu ‘asli’. Mereka segera bertengkar hebat sekali, masing-masing mengklaim bahwa cincin yang
lain adalah ‘tiruan’, dan cuma cincinnya sendiri yang ‘asli’. Pertengkaran itu pasti akan berkelanjutan, bila mereka
tidak segera menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu pasti membuat hati mendiang ayah mereka terluka dan

56
YESUS: SATU-SATUNYA JALAN KE SURGA
amat berduka. Terlebih lagi, alangkah bodohnya yang mereka lakukan itu! Bertengkar menguras enerji dan emosi
untuk hal yang tak dapat mereka buktikan! Akhirnya kembali ke akal sehat mereka. Mereka masing-masing bertekad
merawat cincin mereka masing-masing. Tanpa mempersoalkan, apalagi mempertengkarkan, mana yang ‘asli’ dan
mana yang ‘palsu’. Sebab mengenai ini, hanya ayahanda tercinta saja yang mengetahuinya. Untuk apa ‘dongeng’
tersebut? Untuk menolong kita memasuki pembicaraan yang akan cukup rumit dan peka. Yaitu, ketika Redaksi
Penuntun meminta saya menunjukkan mana di antara ketiga ‘cincin’ itu yang ‘asli’. Melalui dongeng di atas saya
telah memberikan pratanda apa yang bakal menjadi jawab saya nanti. Yang pertama-tama ingin saya katakan
adalah, permintaan itu aneh tetapi wajar. Bahkan, saya yakin, apa yang diminta itu, adalah pertanyaan sebagian
besar pembaca juga. Yaitu, setelah artikel-artikel mengenai ajaran keselamatan dari pelbagai macam agama /
kepercayaan itu, kita pasti bertanya: manakah yang benar di antara ajaran yang berbeda-beda itu? Begitu lazimnya
pertanyaan itu, sehingga banyak orang tidak merasa perlu bertanya terlebih dahulu: Tepatkah pertanyaan itu? Dan
mungkinkah menjawab pertanyaan itu? Ternyata cukup banyak juga yang menjawab: ‘Ya! Pertanyaan itu bukan
cuma tepat, tetapi juga perlu!’ Termasuk dalam kelompok ini, adalah sebagian besar pemimpin serta penganut agama
(Anda juga?). Yaitu ketika dengan keyakinan yang tidak dibuat-buat, mereka berkata, ‘Anda mau tahu mana yang
benar dari antara ajaran yang bermacam-macam itu? Ya agama saya! Apa lagi?!’ Bila Anda mendengar jawaban
seperti itu, anjuran saya adalah jangan mendebatnya. Mengapa? Sebab yang saya bayangkan adalah, Anda pasti akan
bertanya: ‘Dari mana dan bagaimana Anda tahu bahwa cuma agama Anda yang benar?’. Iya ‘kan?” (hal 170,171).
“Orang-orang ini (dalam ilmunya) ‘memperbandingkan’ agama-agama tapi tidak ‘mempertandingkan’nya. Mereka
tidak berminat untuk mencari mana yang lebih benar dan lebih unggul. Dan semua itu dilakukan dengan seilmiah
serta seobyektif mungkin. Sebab itu biasanya enak dan mengasyikkan berdiskusi dengan orang-orang dari kelompok
ini! Toleran, terbuka, dan simpatik! Berbeda dengan kelompok pertama.” (hal 173).
“Dengan tetap menghormati kekhasan masing-masing agama, kita harus tetap mengatakan bahwa semua agama ada
pada dataran yang sama. Ada perbedaan, namun (dalam bahasa Inggris) ‘they are different in degree, but not in
kind’. Berbeda dalam banyak hal, tapi tidak dalam hakikat. Secara hakiki, semua adalah satu kategori.” (hal 174).
“Dengan membuat perbandingan itu, kita dipaksa dan dilatih untuk terbuka dan rendah hati. Di samping itu, manfaat
yang sering tidak kita sadari adalah: kita tidak hanya dibuat lebih mengenal kepercayaan orang lain, tetapi juga
kepercayaan kita sendiri. Kita hanya dapat membuat perbandingan, apabila kita mengenal dengan baik dan dengan
benar ajaran sendiri maupun ajaran orang lain, bukan? Sayang sekali, bagi banyak penganut agama polemik dan
apologetik masih lebih digemari ketimbang perbandingan dan dialog. Padahal, dengan polemik dan apologetik, tanpa
sadar kita terdorong untuk melebih-lebihkan diri sendiri dan mencari-cari atau menekan-nekankan kelemahan orang
lain. Sikap yang tidak kristiani, bukan? Tanpa sadar kita tergiring untuk semakin menutup diri. Kehilangan
kesempatan untuk belajar dari kekurangan diri sendiri dan kelebihan orang lain. Kehilangan kesempatan untuk
diperkaya oleh orang lain dan sekaligus menjadi berkat bagi orang lain! Sayang sekali! Tapi itu yang sering
terdengar. ‘Orang Kristen tidak perlu belajar apa-apa dari siapa-siapa! Kita sudah punya Yesus!’ Menarik sekali
kata-kata ini! Tetapi naif! Sebab justru bila Anda benar-benar sudah punya Yesus maka, seperti Dia, Anda akan tahu
apa artinya kerendahan hati dan ‘mengosongkan diri’, terbuka untuk belajar dari siapa saja! Justru bila Anda benar-
benar sudah punya Yesus, Anda akan dapat mendemonstrasikan iman yang seperti kanak-kanak bukan iman Farisi
yang penuh dengan keangkuhan hati!” (hal 174-175).
e) Dalam suatu camp GKJW saya pernah mengalami suatu konfrontasi dengan Pdt. Bambang Roesena dari GKJW. Dalam acara
tanya jawab, saya ditanya apakah orang Katolik dan orang yang tidak pernah mendengar Injil bisa selamat. Saya menjawab
bahwa Katolik berbeda secara dasari dengan Kristen, karena prinsip mereka adalah keselamatan karena iman dan perbuatan
baik. Karena salah secara dasari, maka tentu tidak bisa selamat. Tentang orang yang tidak pernah mendengar Injil, saya juga
katakan tidak selamat, berdasarkan Ro 2:12 dan Ro 10:13-15a.
Pdt. Bambang Roesena lalu menanggapi bahwa kita tidak boleh mempunyai theologia batu, tetapi harus theologia air.
Maksudnya kita harus flexible. Dari tanggapannya jelas terlihat bahwa ia tidak mempercayai Yesus sebagai satu-satunya
jalan ke surga.
2) Kadang-kadang pandangan / ajaran sesat semacam ini terselubung di bawah slogan yang benar. Misalnya ada pendeta /
pengkhotbah / orang kristen yang kalau berdoa, mengakhiri doanya dengan kata-kata ‘dalam nama Yesus Kristus, satu-satunya
Juruselamat dunia’. Tetapi mereka tidak pernah memberitakan Injil / mendorong orang untuk percaya dan menerima Yesus
sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan mereka tidak pernah mendorong orang untuk memberitakan Injil, dan kalau kepada mereka
ditanyakan apakah orang yang beragama lain itu pasti masuk ke neraka, mereka menjawab ‘tidak’
Pernyataan-pernyataan yang bertentangan seperti itu juga ada dalam Gereja Roma Katolik.
Dalam ‘Catechism of the Catholic Church’ yang dikeluarkan tahun 1992 ada pernyataan-pernyataan sebagai berikut:
 No 161: “Believing in Jesus Christ and in the One who sent him for our salvation is necessary for obtaining salvation” (=
Percaya kepada Yesus Kristus dan kepada Yang mengutusNya untuk keselamatan kita adalah perlu untuk
mendapatkan keselamatan).
 No 618 (bagian akhir): “Apart from the cross there is no other ladder by which we may get to heaven” (= Terpisah dari
salib tidak ada tangga lain melalui mana kita bisa sampai ke surga).
Dari 2 pernyataan ini kelihatannya mereka percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga. Tetapi dalam Catechism
yang sama ternyata juga ada pernyataan-pernyataan yang bertentangan dengan kedua pernyataan di atas, dan jelas menunjukkan
57
YESUS: SATU-SATUNYA JALAN KE SURGA
kepercayaan bahwa di luar Kristus ada keselamatan, dan dengan demikian Kristus bukanlah satu-satunya jalan ke surga.
Misalnya:
 No 839b: “The Jewish faith, unlike other non-Christian religions, is already a response to God’s revelation in the Old
Covenant. To the Jews ‘belong the sonship, the glory, the covenants, the giving of the law, the worship, and the promises;
to them belong the patriarchs, and of their race, according to the flesh, is the Christ’, ‘for the gifts and the call of God are
irrevocable.’” [= Iman / kepercayaan Yahudi, tidak seperti agama-agama non-Kristen yang lain, sudah merupakan
suatu tanggapan terhadap wahyu Allah dalam Perjanjian Lama. Orang-orang Yahudi ‘memiliki ke-anak-an,
kemuliaan, perjanjian-perjanjian, pemberian hukum Taurat, penyembahan, dan janji-janji; mereka memiliki kepala
keluarga nenek moyang mereka (Abraham, Ishak, Yakub dsb), dan Kristus, menurut daging, adalah dari bangsa
mereka’, ‘karena karunia-karunia dan panggilan Allah tidak dapat dibatalkan.’].
 No 841: “The Church’s relationship with the Muslims. ‘The plan of salvation also includes those who acknowledge the
Creator, in the first place amongst whom are the Muslims; these profess to hold the faith of Abraham, and together with
us they adore the one, merciful God, mankind's judge on the last day.’” (= Hubungan Gereja dengan orang-orang
Islam. ‘Rencana keselamatan juga mencakup mereka yang mengakui sang Pencipta, dan di antara mereka yang ada di
tempat pertama adalah orang-orang Islam; mereka mengaku memegang / mempercayai iman Abraham, dan
bersama-sama dengan kita / kami mereka memuja / menyembah satu Allah yang penuh belas kasihan, hakim umat
manusia pada hari terakhir.’).
 No 847b: “Those who, through no fault of their own, do not know the Gospel of Christ or his Church, but who
nevertheless seek God with a sincere heart, and, moved by grace, try in their actions to do his will as they know it through
the dictates of their conscience - those too may achieve eternal salvation” (= Mereka yang bukan karena salah mereka
sendiri, tidak mengetahui / mengenal Injil Kristus atau GerejaNya, tetapi yang sekalipun demikian mencari Allah
dengan hati yang tulus, dan, digerakkan oleh kasih karunia, mencoba / mengusahakan dalam tindakan mereka untuk
melakukan kehendakNya, seperti yang mereka ketahui melalui perintah hati nurani mereka - mereka juga bisa
mencapai keselamatan yang kekal).
3) Juga perlu diingat bahwa kadang-kadang pendeta / pengkhotbah yang mempunyai pandangan sesat ini bersikap sebagai seekor
bunglon. Dalam kalangan orang Injili, ia menyatakan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga, tetapi begitu ia ada dalam
kalangan orang yang segolongan dengan dia, ia menunjukkan warna aslinya dan menyatakan Yesus hanya sebagai salah satu
jalan ke surga.
4) Bisa juga pandangan sesat ini diwujudkan oleh seorang pendeta / pengkhotbah dengan mengijinkan atau bahkan mendorong jemaat
untuk menyumbang / membantu agama lain.
Waktu saya masih ada di Komisi Pemuda GKI Sulung, saya pernah konfrontasi dalam acara Pemahaman Alkitab dengan Ny.
Kaligis Sm. Th. karena ia menceritakan tentang seorang kristen yang menyumbang MTQ sebanyak Rp 500 juta, dan ia
mengatakan hal itu sebagai sesuatu yang baik.
Ada bermacam-macam alasan yang dikemukakan sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga, dan
orang yang tidak percaya kepada Yesuspun bisa masuk ke surga.
Alasan-alasan yang sering dipakai adalah:
1) Kita tidak boleh menghakimi, hanya Allah yang berhak menghakimi.
2) Kita tidak maha tahu, jadi kita tidak tahu apakah orang yang tidak percaya kepada Yesus akan masuk ke neraka.
3) Kita tidak boleh menghina orang yang non kristen / beragama lain. Kita hidup dalam suatu masyarakat yang bersifat majemuk,
bahkan yang mayoritas beragama lain, dan karena itu kita harus bertoleransi terhadap agama lain. Sedangkan kepercayaan bahwa
Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga merupakan sikap yang sangat tidak toleran.
4) Mempercayai Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga adalah sikap yang egois, tidak kasih dan mau menangnya sendiri.
5) Orang yang beragama lain banyak yang hidupnya saleh, masakan semua harus masuk ke neraka?

II) Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga


Dasar Kitab Suci bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga:
1) Ayat-ayat Kitab Suci di bawah ini secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.
 Yoh 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang
kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’”.
Ayat ini hanya mempunyai 3 kemungkinan:
 Kitab Sucinya salah / ngawur. Yesus tidak pernah mengatakan pernyataan ini, tetapi Kitab Suci mencatat seolah-olah
Yesus mengatakan pernyataan ini.
 Kitab Sucinya betul; Yesus memang pernah mengucapkan pernyataan ini. Tetapi Yesusnya berdusta, karena Ia
menyatakan diri sebagai satu-satunya jalan kepada Bapa padahal sebetulnya tidak demikian.
 Kitab Sucinya betul, dan Yesusnya tidak berdusta, sehingga Ia memang adalah satu-satunya jalan kepada Bapa / ke
surga.
Renungkan: yang mana dari 3 kemungkinan ini yang saudara terima? Kalau saudara menerima yang pertama atau yang
kedua, Sebaiknya saudara pindah agama saja, karena apa gunanya menjadi Kristen tetapi mempercayai bahwa Kitab Sucinya
salah / ngawur, atau Tuhannya pendusta!

58
YESUS: SATU-SATUNYA JALAN KE SURGA
 Kis 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini
tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”.
 1Yoh 5:11-12 - “Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada
di dalam AnakNya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak
memiliki hidup”.
 1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia
Kristus Yesus”.
Hanya orang sesat yang tidak menghargai otoritas Kitab Suci dan yang ingin memutarbalikkan Kitab Suci yang bisa menafsirkan
bahwa ayat-ayat ini tidak menunjukkan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga.
Perhatikan bahwa Kis 4:12 itu menyatakan bahwa ‘keselamatan itu ada di dalam Yesus’, dan 1Yoh 5:11-12 menyatakan bahwa
‘hidup yang kekal itu ada di dalam Yesus’. Bayangkan Yesus sebagai sebuah kotak yang di dalamnya berisikan keselamatan /
hidup kekal. Kalau seseorang menerima kotaknya (Yesus), maka ia menerima isinya (keselamatan / hidup yang kekal), dan
sebaliknya kalau ia menolak kotaknya (Yesus), otomatis ia juga menolak isinya (keselamatan / hidup yang kekal).
Perhatikan juga kata-kata ‘di bawah kolong langit ini’ dalam Kis 4:12, dan kata-kata ‘barangsiapa tidak memiliki Anak’
dalam 1Yoh 5:12 itu. Ini menunjukkan bahwa tidak mungkin kata-kata ini ditujukan hanya untuk orang kristen. Ayat-ayat
tersebut di atas ini berlaku untuk seluruh dunia!
Juga perhatikan bahwa berbeda dengan Yoh 14:6 yang diucapkan oleh Yesus kepada murid-muridNya (orang-orang yang percaya
/ kristen), maka Kis 4:12 diucapkan oleh Petrus kepada orang-orang Yahudi yang anti kristen! Jadi jelas bahwa ayat ini tidak
mungkin dimaksudkan hanya bagi orang kristen!
2) Yoh 8:24 dan Wah 21:8 secara explicit menunjukkan bahwa orang yang tidak percaya kepada Yesus akan mati dalam dosanya /
masuk neraka.
Yoh 8:24b - “Jikalau kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu”.
Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh,
orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat
bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua”.
Dalam kontex Kitab Suci, ‘orang yang tidak percaya’ artinya adalah ‘orang yang tidak percaya kepada Yesus’!
3) Dalam Perjanjian Lama, Allah berulang kali hanya memberikan 1 jalan untuk bebas dari hukuman, yang adalah TYPE /
gambaran dari Kristus.
Contoh:
a) Bahtera Nuh (Kej 6-8).
Pada jaman Nuh itu, kalau orang tidak mau masuk ke dalam bahtera, maka tidak ada jalan lain baginya melalui mana ia bisa
selamat. Pada waktu banjir itu mulai meninggi, ia mungkin akan mencoba naik pohon, naik atap rumah, naik gunung yang
tinggi, dsb, tetapi ia akan tetap mati, karena air bah itu merendam seluruh dunia bahkan gunung yang tertinggi sekalipun
(bdk. Kej 7:19-20). Jadi jelas bahwa bahtera itu adalah satu-satunya jalan keselamatan.
b) Darah pada ambang pintu (Kel 12:3-7,12-13,21-23,25-30 1Kor 5:7).
Pada waktu Allah mau menghukum orang Mesir dengan membunuh semua anak sulung, Allah memberikan jalan melalui
mana bangsa Israel bisa lolos dari hukuman itu. Caranya adalah menyapukan darah domba Paskah pada ambang pintu. Dan
ini adalah satu-satunya jalan melalui mana mereka bisa lolos dari hukuman Allah itu.
Selanjutnya, 1Kor 5:7b berbunyi: “Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus”. Jadi, jelaslah
bahwa anak domba Paskah yang darahnya merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat itu, merupakan TYPE /
gambaran dari Kristus.
c) Ular tembaga (Bil 21:4-9 Yoh 3:14-15).
Lagi-lagi dalam peristiwa ular tembaga, pada waktu Israel berdosa dan dihukum oleh Tuhan dengan ular berbisa, Tuhan
memberikan hanya satu jalan keluar, yaitu dengan memandang kepada ular tembaga itu. Kalau mereka menolak jalan itu dan
mencari jalan yang lain, apakah dengan berobat kepada tabib / dukun, atau dengan mengikat bagian yang digigit, atau
dengan mencari obat lain manapun juga, mereka pasti mati. Hanya kalau mereka mau memandang kepada ular tembaga yang
dibuat Musa barulah mereka bisa sembuh. Juga perlu dingat bahwa Tuhan tidak menyuruh Musa untuk membuat banyak
patung ular tembaga, tetapi hanya satu patung ular tembaga!
Selanjutnya Yoh 3:14-15 berkata: “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak
Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal”.
Dari ayat ini terlihat bahwa ular tembaga adalah TYPE / gambaran dari Kristus. Sama seperti ular tembaga itu merupakan
satu-satunya jalan keselamatan pada saat itu, demikian juga Kristus merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat ini.
4) Sikap kita kepada Yesus merupakan sikap kita terhadap Allah / Bapa.
Luk 10:16 - “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku;
dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku”.
Yoh 5:23 - “supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak
menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia”.
Yoh 15:23 - “Barangsiapa membenci Aku, ia membenci juga BapaKu”.

59
YESUS: SATU-SATUNYA JALAN KE SURGA
Karena itu, orang tidak bisa menyembah / mentaati / melayani Allah, tetapi pada saat yang sama menolak Yesus. Menolak Yesus
berarti menolak Allah, dan tidak percaya kepada Yesus berarti tidak percaya kepada Allah. Melihat pada semua ini bisakah orang
yang tidak percaya kepada Yesus masuk surga?
5) Yesus adalah Allah sendiri, yang adalah tuan rumah / pemilik Kerajaan Surga. Bagaimana mungkin orang yang tidak percaya
kepadaNya, apalagi yang menentangNya, bisa masuk ke surga, yang adalah milikNya?
6) Semua manusia membutuhkan Penebus, karena semua manusia berdosa, dan dosa tidak bisa ditebus dengan perbuatan baik /
ketaatan.
Bahwa semua manusia berdosa dinyatakan oleh Ro 3:23 yang berbunyi: “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah”.
Dan bahwa dosa tidak bisa ditebus dengan perbuatan baik, dinyatakan oleh Gal 2:16,21 yang berbunyi: “Kamu tahu, bahwa
tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus
Yesus ... sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Illustrasi: Seseorang ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan 1 minggu setelahnya harus menghadap ke
pengadilan. Dalam waktu satu minggu itu ia lalu banyak berbuat baik untuk menebus dosanya. Ia menolong tetangga, memberi
uang kepada pengemis, dsb. Pada waktu persidangan, ia membawa semua orang kepada siapa ia sudah melakukan kebaikan itu
sebagai saksi. Pada waktu hakim bertanya: ‘Benarkah saudara melanggar peraturan lalu lintas?’, ia lalu menjawab: ‘Benar pak
hakim, tetapi saya sudah banyak berbuat baik untuk menebus dosa saya. Ini saksi-saksinya’. Sekarang pikirkan sendiri, kalau
hakim itu waras, apakah hakim itu akan membebaskan orang itu? Jawabnya jelas adalah ‘tidak’! Jadi terlihat bahwa dalam
hukum duniapun kebaikan tidak bisa menutup / menebus / menghapus dosa! Demikian juga dengan dalam hukum Tuhan / Kitab
Suci!
Karena itu sebetulnya semua manusia membutuhkan Juruselamat / Penebus dosa. Dan Yesus adalah satu-satunya yang pernah
menebus dosa manusia. Kalau kita menolak Dia, maka kita harus membayar sendiri hutang dosa kita, dan itu berarti kita harus
masuk ke neraka selama-lamanya.
7) Penderitaan yang Yesus alami untuk menebus dosa manusia merupakan penderitaan yang luar biasa hebatnya. Mengingat
hebatnya penderitaan yang Yesus alami untuk menebus dosa kita, kalau Yesus bukan satu-satunya jalan keselamatan, maka:
1. Tindakan Bapa merelakan AnakNya untuk mati dengan cara yang begitu mengerikan hanya untuk memberikan satu
tambahan jalan ke surga betul-betul merupakan tindakan yang sangat kejam.
Illustrasi: Pada waktu untuk pertama kalinya anak saya disuntik, anak itu menangis, saya merasa begitu kasihan kepadanya,
sehingga saya memeluk dia untuk mendiamkannya. Padahal anak itu disuntik dengan suntikan mini yang jarumnya sangat
kecil. Kalau saya bisa merasa kasihan pada waktu anak saya ‘disakiti’ dengan jarum suntik itu, bayangkan bagaimana
perasaan Bapa pada waktu AnakNya yang tunggal itu dicambuki sampai hancur punggungNya dan lalu dipakukan pada kayu
salib. Kalau ada jalan lain untuk menyelamatkan manusia, saya yakin bahwa Bapa tidak akan membiarkan AnakNya
mengalami penderitaan seperti itu. Tetapi karena memang tidak ada jalan lain, demi kasihNya kepada manusia berdosa, Ia
rela membiarkan AnakNya mengalami penderitaan itu.
2. Tindakan Yesus untuk mati di salib untuk memberikan satu tambahan jalan ke surga adalah tindakan konyol, bodoh dan sia-
sia. Ini sesuai dengan Gal 2:21b berbunyi: “... sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian
Kristus”.
Illustrasi: Bayangkan bahwa saya dan anak saya ada di lantai ketiga di sebuah bangunan bertingkat tiga, dan bangunan itu
lalu terbakar. Saya lalu menggendong anak saya dan melompat, dan sesaat sebelum menyentuh tanah, saya melemparkan
anak saya ke atas, maka anak saya selamat dan saya mati. Kalau saat itu memang tidak ada jalan lain untuk selamat selain
melompat dari lantai tiga itu, maka mungkin sekali orang akan menganggap saya sebagai pahlawan yang rela berkorban bagi
anak saya. Tetapi kalau pada saat itu sebetulnya ada banyak jalan yang lain, dan saya tetap ‘rela mengorbankan nyawa saya’
demi anak saya, maka saya yakin bahwa orang akan menganggap tindakan itu sebagai tindakan konyol dan bodoh.
Demikian juga dengan apa yang Yesus lakukan bagi kita. Kalau memang ada jalan lain untuk selamat, dan Yesus tetap rela
berkorban bagi kita, Ia betul-betul konyol dan bodoh. Tetapi karena memang tidak ada jalan lain, dan Yesus rela melakukan
pengorbanan di atas kayu salib, maka tindakanNya betul-betul merupakan tindakan kasih yang luar biasa.
8) Perintah Yesus untuk menjadikan semua bangsa murid Yesus (Mat 28:19-20) menunjukkan bahwa:
a) Yesus memang adalah satu-satunya jalan ke surga.
Kalau memang Yesus bukan satu-satunya jalan keselamatan, untuk apa ada perintah untuk memberitakan Injil / membawa
semua orang untuk datang kepada Yesus?
b) Orang yang tidak pernah mendengar tentang Yesus juga akan binasa / masuk neraka! Kalau orang yang tidak pernah
mendengar Injil bisa masuk surga, maka untuk apa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil? Bahwa kita diperintahkan
untuk memberitakan Injil dan menjadikan semua bangsa murid Yesus, jelas menunjukkan bahwa orang yang tidak pernah
mendengar Injil juga pasti tidak bisa selamat. Pandangan ini didukung oleh beberapa bagian Kitab Suci yang lain seperti:
 Ro 2:12a - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat”.
Dalam jaman Perjanjian Lama, orang di luar Israel / Yahudi yang tidak pernah mempunyai hukum Taurat, dikatakan
‘binasa tanpa hukum Taurat’. Analoginya, dalam jaman Perjanjian Baru, orang yang tidak pernah mendengar Injil,
akan ‘binasa tanpa Injil’!
 Ro 10:13-14 - “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana
mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya
60
YESUS: SATU-SATUNYA JALAN KE SURGA
kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada
yang memberitakanNya?”.
Text ini membentuk suatu rantai. Orang yang berseru kepada nama Tuhan akan selamat, tetapi ia tidak akan bisa berseru
kepada nama Tuhan kalau ia tidak percaya kepada Tuhan. Dan ia tidak akan bisa percaya kepada Tuhan kalau ia tidak
perneh mendengar tentang Dia. Dan ia tidak akan bisa mendengar tentang Dia, kalau tidak ada yang memberitakan Injil
kepadaNya.
Jadi, kalau tidak ada orang yang memberitakan Injil kepadanya, ia tidak bisa mendengar tentang Dia, sehingga tidak
percaya kepadaNya, sehingga tidak bisa berseru kepadaNya, sehingga tidak bisa diselamatkan.
Dengan demikian jelaslah bahwa orang yang tidak diinjili / tidak pernah mendengar tentang Yesus, pasti tidak selamat.
Fakta Kitab Suci inilah yang mendasari pengutusan misionaris ke tempat-tempat yang belum pernah dijangkau Injil.
 Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak
memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang
jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut
pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu”.
Sesuatu hal lain yang perlu diingat adalah bahwa dalam rasul-rasul melaksanakan perintah ini, mereka memberitakan Injil kepada
orang-orang yang sudah beragama sekalipun (agama Yahudi). Dan bagaimanapun mereka diancam untuk tidak memberitakan
Injil, mereka tetap memberitakan Injil! (baca Kis 3:11-5:42).
Dari 8 point ini jelaslah bahwa pandangan yang mengatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga bukanlah fanatisme yang
picik, tetapi memang merupakan doktrin / kebenaran yang nyata sekali diajarkan dalam Kitab Suci! Menolak kebenaran ini sama
dengan menolak Kitab Suci / Firman Tuhan! Mengejek orang kristen yang mempercayai kebenaran ini sama dengan mengejek Kitab
Suci / Firman Tuhan!

III) Konsekwensi dardoktrin / ajaran ini.


1) Kita sendiri harus percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, karena tanpa itu kita menolak jalan satu-satunya
ke sorga, sehingga kita tidak mungkin bisa selamat.
2) Kita harus mengusahakan supaya orang lain bisa mendengar tentang Yesus dan mau percaya kepada Yesus, dengan cara
memberitakan Injil kepada mereka, berdoa supaya mereka bisa dan mau percaya kepada Yesus, dan melakukan segala usaha yang
bisa kita lakukan untuk mempertobatkan orang yang belum percaya kepada Yesus.
Kita juga harus memberitakan Injil khususnya kepada keluarga kita supaya mereka mau percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat. Sebagai orang tua kristen, kita harus berusaha mengarahkan anak-anak kita kepada Yesus. Ada orang tua kristen
yang merasa bangga dengan sikap mereka yang tidak memaksakan agama mereka kepada anak-anaknya, dan membiarkan anak-
anaknya memilih sendiri agama mereka. Saya berpendapat bahwa hanya ada 2 kemungkinan tentang orang tua kristen yang
membiarkan anaknya tumbuh bebas dan memilih agamanya sendiri. Atau ia adalah orang kristen KTP yang tidak percaya Yesus
sebagai satu-satunya jalan ke surga, atau ia adalah orang tua yang tidak mengasihi anaknya sehingga tidak peduli kalau anaknya
masuk ke neraka karena tidak punya Juruselamat. Pada umumnya kemungkinan pertamalah yang benar.
Perhatikan bahwa hal ini dilakukan bukan demi kepentingan kekristenan, tetapi demi kepentingan / keselamatan orang yang
diinjili tersebut.
3) Kita jaga harus mengusahakan supaya orang kristen yang lain juga mau dan bisa memberitakan Injil.
Usahakan supaya gereja saudara mengadakan kader Pekabaran Injil sehingga jemaat bisa diajar bagaimana caranya
memberitakan Injil.
Dengan ada lebih banyak orang kristen yang memberitakan Injil maka jelas bahwa Injil akan lebih cepat tersebar, dan lebih
banyak orang bisa diselamatkan.
4) Orang kristen yang menganggap bahwa Yesus hanyalah salah satu jalan ke surga bukanlah orang yang bertoleransi terhadap
agama lain, tetapi adalah orang kristen yang tidak percaya pada Kitab Suci / Firman Tuhan, dan ini jelas adalah orang kristen
KTP. Tidak peduli betapa tingginya jabatan mereka dalam gereja, bahkan sekalipun mereka adalah pendeta, beritakanlah Injil
kepada mereka supaya mereka bertobat.
Catatan: toleransi terhadap agama lain tidak berarti bahwa kita lalu mengubah kepercayaan kita sendiri!

5) Orang yang mengaku sebagai hamba Tuhan tetapi tidak mau mempercayai hal ini dan bahkan mengajarkan sebaliknya, jelas
adalah serigala yang berbulu domba (Mat 7:15), atau nabi palsu, yang sedikitpun tidak menghormati otoritas dari Kitab Suci!
6) Kalau kita mengatakan bahwa orang yang tidak percaya kepada Yesus pasti masuk neraka, maka kita bukan menghakimi, tetapi
percaya pada kebenaran Kitab Suci!
Juga perlu dicamkan bahwa Mat 7:1-2 yang berbunyi “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena
dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk
mengukur, akan diukurkan kepadamu”, tidak berarti bahwa kita sama sekali tidak boleh menghakimi / menilai kesalahan /
kesesatan orang lain, karena kita juga harus memperhatikan Yoh 7:24 yang berbunyi “Janganlah menghakimi menurut apa
yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil”.

61
YESUS: SATU-SATUNYA JALAN KE SURGA
Juga perhatikan ayat-ayat di bawah ini, yang menunjukkan bahwa orang kristen diberi kuasa untuk menyatakan apakah seseorang
diampuni oleh Allah atau tidak (tentu saja pernyataan ini tergantung dari tanggapan orang itu terhadap penginjilan yang kita
lakukan).
 Mat 16:18-19 - “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan
mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga.
Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.’”.
 Mat 18:18 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa
yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga”.
 Yoh 20:23 - “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang
tetap ada, dosanya tetap ada”.
Mat 18:18 boleh dikatakan sama bunyinya dengan Mat 16:19. Dan kedua ayat itu boleh dikatakan sama artinya dengan
Yoh 20:23. Bedanya adalah, kalau Mat 16:19 itu diucapkan hanya kepada Petrus, maka Mat 18:18 dan Yoh 20:23 diucapkan
kepada semua murid.
7) Kalau orang kristen percaya / menyatakan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga, itu bukan sikap egois, mau menang sendiri,
tidak kasih kepada orang lain dsb.
Illustrasi: Bayangkan bahwa saya mempunyai sebuah rumah dan saya memberikan hanya 1 pintu untuk masuk ke rumah itu. Si A
saya beri tahu bahwa kalau mau masuk ke rumah saya harus melalui pintu satu-satunya itu. Kalau masuk melalui jendela atau
naik tembok belakang atau masuk lewat genteng, akan saya tembak. Lalu si A memberitakan hal itu kepada saudara supaya
saudara bisa masuk rumah saya dengan cara yang benar dan tidak ditembak. Apakah si A ini egois, mau menang sendiri, tidak
kasih kepada saud
Kepercayaan tentang Kristus sebagai satu-satunya jalan ke surga bisa ada bersama-sama dengan kasih kepada orang non kristen,
dan ini diwujudkan dengan memberitakan Injil kepada orang non kristen itu, supaya ia bisa diselamatkan.
8) Orang-orang kristen yang sudah mendengar ajaran ini tetapi tetap berkata bahwa mereka tidak tahu akan nasib orang yang tidak
percaya Yesus dengan alasan bahwa mereka tidak maha tahu dan hanya Allah yang maha tahu, bukanlah orang yang rendah hati,
tetapi adalah orang-orang tegar tengkuk yang tidak menghargai otoritas Kitab Suci! Mereka bukannya tidak tahu, tetapi memang
tidak mau tahu! Tidak ada orang yang lebih buta dari pada orang yang tidak mau melihat!
9) Kita perlu hati-hati dengan orang yang mengatakan ‘moga-moga Tuhan menyediakan jalan untuk selamat bagi orang yang
mati tanpa Kristus’. Kata-kata seperti ini tampaknya penuh kasih, tetapi jelas merupakan kata-kata dari orang yang tidak
percaya pada Firman Tuhan! Mengatakan ‘moga-moga orang di luar Kristus bisa selamat’ adalah sama dengan mengatakan
‘moga-moga kata-kata Yesus dalam Yoh 14:6 itu adalah salah / dusta’!
10) Kita tidak boleh mendukung:
a) Gereja-gereja sesat yang tidak mempercayai Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.
b) Gereja-gereja yang tidak lagi memberitakan Injil.
Catatan: perlu diingat bahwa ada banyak gereja yang masih mem-punyai slogan yang injili, seperti Yesus adalah satu-satunya
Juru-selamat dsb, tetapi itu tidak diwujudkan dengan ditekankannya Pem-beritaan Injil.
c) Gereja-gereja yang memberitakan Injil yang sudah diselewengkan, seperti:
 Social Gospel (= Injil sosial), dimana penekan penginjilannya adalah pada bantuan sosial, bukan pada pemberitaan Injil.
Ini banyak terdapat dalam gereja-gereja Protestan yang liberal. Mereka mempunyai komisi Pekabaran Injil, tetapi apa
yang dilakukan oleh komisi Pekabaran Injil tersebut hanyalah mendatangi panti asuhan, tempat yang terkena bencana
alam, dsb, dimana mereka lalu membagi-bagikan uang, makanan, pakaian, dan lalu pulang. Perlu diingat bahwa fungsi
gereja bukanlah menjadi semacam sinterklaas, tetapi sebagai pemberita Injil / Firman Tuhan! Juga perlu diingat bahwa
orang-orang yang dilayani dengan pelayanan seperti itu, sekalipun mereka merasa senang karena mendapatkan
pertolongan yang bersifat jasmani dan sementara, tetapi pada akhirnya tetap akan masuk ke neraka, karena tidak percaya
kepada Kristus, yang tidak pernah diberitakan kepada mereka!
 Yesus ditekankan sebagai dokter, pelaku mujijat, pemberi berkat, tetapi tidak sebagai Juruselamat dan Tuhan. Ini banyak
terdapat dalam gereja Pentakosta / Kharismatik.
Jangan mendukung gereja-gereja seperti ini baik dalam keuangan, tenaga / pikiran, pelayanan, publikasi, atau bahkan kehadiran
dan doa (kecuali mendoakan supaya mereka bertobat), karena mendukung gereja sesat sama dengan mendukung setan!
Bandingkan dengan Gal 1:6-9 yang menunjukkan pandangan Paulus terhadap orang yang memberitakan Injil yang berbeda: “Aku
heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan
mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud
untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan
kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang
telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil,
yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia”.

Kalau mendukung gereja sesat sudah tidak boleh, lebih-lebih mendukung agama lain! Ingat bahwa kita memang harus mengasihi
orang yang beragama lain. Ini diwujudkan dengan memberitakan Injil kepada mereka, dan bahkan menolong mereka /
menyumbang mereka kalau mereka mendapatkan musibah / membutuhkan pertolongan. Tetapi kita tidak boleh mendukung
agama mereka!
62
YESUS: SATU-SATUNYA JALAN KE SURGA
Sebaliknya, dukunglah gereja-gereja / hamba-hamba Tuhan yang betul-betul memberitakan Injil. Dukungan dibutuhkan baik
dalam doa, tenaga, pikiran, keuangan, publikasi, dsb. Ingat bahwa tidak mendukung gereja yang benar, adalah sama dengan
mendukung kesesatan!

-AMIN-

63
ORANG KRISTEN KTP

Intro: dalam hal duniawi / jasmani, kalau kita tidak bisa membedakan barang yang asli dan palsu, kita bisa rugi. Misalnya menerima uang
palsu. Demikian juga dalam dunia rohani. Misalnya gereja yang mengambil seorang nabi palsu sebagai pendeta, atau menggunakan orang
Kristen KTP sebagai majelis / guru sekolah minggu, atau orang kristen yang menikahi orang kristen KTP. Tetapi paling celaka adalah
‘orang Kristen’ yang tidak menyadari kepalsuan kekris-tenannya, atau dengan kata lain, orang Kristen KTP yang mengira dirinya adalah
orang Kristen sejati. Karena itu dalam pelajaran ini saya mengajak saudara untuk membahas tentang persoalan ini.

I) Dasaritab Suci tentang adanya orang Kristen KTP.


Dalam Perjanjian Lama kita sudah melihat adanya ‘orang kristen’ KTP, seperti Korah, Datan dan Abiram (Bil 16), Akhan (Yos 7),
raja Saul (1Sam 9-dst). Dalam Perjanjian Baru kita juga melihat orang kristen KTP seperti Yudas Iskariot, Ananias dan Safira (Kis 5),
Simon tukang sihir (Kis 8:9-24), Diotrefes (3Yoh 9-10), dsb.
Dasar Kitab Suci yang lain tentang adanya orang kristen KTP:
 Mat 13:24-30,36-43 - perumpamaan lalang di antara gandum.
 Yoh 15:1-7 - ranting yang berbuah dan yang tidak berbuah.
 Yoh 6:66 - banyak ‘murid’ yang berhenti ikut Yesus pada waktu dengar ajaran keras!
 Mat 7:15-23 - nabi-nabi palsu yang pada akhir jaman ditolak oleh Yesus.
 1Yoh 2:18-19 - banyak antikristus yang muncul dari kalangan kristen.
 2Pet 2:1-3 - guru-guru palsu.
 Ibr 6:4-6 - orang yang murtad.
 Yudas 4,12 - orang-orang yang menyusup ke dalam gereja.
 Yak 2:17-20 - orang yang mengaku beriman, tetapi tidak mempunyai perbuatan baik sebagai bukti pertobatan.

II) Perbedaan orang Kristen asli dengan orang Kristen KTP.


1) Orang Kristen sejati harus mempunyai keyakinan keselamatan.
Dalam metode penginjilan E. E. (Evangelism Explosion / Ledakan Penginjilan) ada 2 pertanyaan yang digunakan untuk
mengetahui apakah yang akan diinjili ini adalah orang yang sungguh-sungguh kristen atau tidak. Pertanyaan pertama adalah:
kalau kamu mati malam ini, yakinkah kamu bahwa kamu akan masuk surga? Kalau jawabannya ‘tidak’, itu menunjukkan orang
itu bukan kristen atau bukan kristen yang sejati.
Memang, kalau saudara tidak yakin akan selamat / masuk surga, saya yakin saudara memang belum selamat dan tidak akan
masuk surga (kecuali saudara bertobat dengan sungguh-sungguh). Dengan kata lain, saudara adalah orang kristen KTP.
a) Kekristenan memang mempunyai keyakinan keselamatan.
Apa dasar dari pandangan ini?
1. Kristen adalah agama yang hanya mengandalkan iman kepada Yesus Kristus untuk keselamatan.
Dalam agama lain (termasuk Katolik) perbuatan baik menentu-kan keselamatan, atau setidaknya mempunyai
andil dalam keselamatan. Ini menyebabkan dari sudut agama itu sendiri tidak mungkin ada keyakinan
keselamatan, karena siapa yang bisa tahu banyaknya dosa atau perbuatan baik yang ia lakukan selama hidupnya?
Tetapi dalam kekristenan, keselamatan didapatkan hanya karena iman kepada Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat, dan karena itu orang kristen bisa, dan bahkan harus, mempunyai keyakinan keselamatan.
2. Adanya ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa orang kristen harus yakin akan keselamatannya, seperti:
 1Yoh 5:13 - “Semuanya ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah,
tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal”.
 Ro 8:16 - “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah”.
Arti Ro 8:16 ini ad alah bahwa Roh Kudus meyakinkan kita yang percaya bahwa kita adalah anak Allah, dan kalau
kita yakin bahwa kita adalah anak Allah, maka kita pasti akan yakin akan keselamatan kita.
3. Orang kristen sejati harus percaya bahwa Kristus mati disalib untuk menebus semua dosanya, baik dosa asal, dosa yang
lalu, yang sekarang, maupun yang akan datang, tanpa kecuali. Hal ini ditunjukkan oleh kata-kata ‘segala’ atau ‘semua’
dalam ayat-ayat di bawah ini:
 Kol 2:13 - “Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaran-mu dan oleh karena tidak disunat secara
lahiriah, telah dihidup-kan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran
kita”.
 1Yoh 1:7,9 - “Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh
persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, AnakNya itu, menyucikan kita dari pada segala
dosa. ... Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala
dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”.
 Tit 2:14 - “yang telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk mem-bebaskan kita dari segala kejahatan dan
untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik”.

64
ORANG KRISTEN KTP
 Yeh 36:25 - “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala
kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu”.

Ada orang yang tidak bisa percaya bahwa Kristus sudah mati untuk menebus dosa-dosa kita yang akan datang,
dengan alasan bahwa dosa-dosa itu belum terjadi. Orang seperti ini harus ingat bahwa Kristus mati disalib
sekitar 2000-an tahun yang lalu, dan pada waktu itu dosa-dosa kita yang lampaupun belum terjadi. Kalau Ia bisa
mati untuk dosa-dosa itu, mengapa Ia tidak bisa mati untuk dosa-dosa kita yang akan datang?
Sekarang, bisakah orang yang percaya bahwa Yesus mati menebus semua dosanya masih ragu-ragu akan masuk
surga? Dosa yang mana yang menyebabkan ia berpikir bahwa ia masih bisa masuk neraka? Bukankah ia percaya
semua dosanya sudah ditebus? ‘Percaya bahwa Yesus mati untuk semua dosanya’ dan ‘takut kalau-kalau ia akan
masuk ke neraka / tidak yakin ia akan masuk surga’ adalah 2 hal yang kontradiksi / bertentangan, yang tidak
mungkin bisa ada dalam diri seseorang secara bersamaan. Jadi, kalau seseorang betul-betul percaya bahwa Yesus
telah mati untuk semua dosanya (yang lalu, yang sekarang, maupun yang akan datang, tanpa kecuali), maka ia
pasti yakin akan masuk surga.
Dalam hidupnya ia memang masih berdosa dan akan berbuat dosa lagi terus sampai ia mati. Tetapi kalau ia percaya
bahwa Kristus telah mati untuk semua dosanya, termasuk semua dosa-dosa yang akan datang, maka tidak ada alasan bagi
dia untuk meragukan keselamatannya. Sebaliknya, kalau ia masih tidak yakin akan masuk surga atau masih takut kalau-
kalau akan masuk neraka, maka itu menunjukkan bahwa ia tidak percaya bahwa Yesus telah mati untuk semua dosanya,
dan ini menunjukkan bahwa ia hanyalah orang kristen KTP.
Illustrasi: saudara mempunyai hutang kepada si A. Si B merasa kasihan kepada saudara dan ia lalu membayar semua /
seluruh hutang itu, dan ia lalu memberitakan hal itu kepada saudara. Kalau saudara betul-betul percaya kata-kata si B
bahwa ia telah membayar seluruh hutang saudara kepada si A, mungkinkah saudara masih takut untuk bertemu si A,
dengan alasan takut ditagih hutang? Kalau saudara masih takut, itu menunjukkan saudara tidak percaya bahwa si B telah
membayar seluruh hutang saudara.
Memang kebanyakan orang kristen yang tidak yakin selamat itu, menganggap bahwa dirinya belum tentu selamat karena
dirinya masih banyak dosa. Kalau saudara adalah orang seperti ini, maka pikirkan / renungkan hal-hal ini:
 Saudara percaya bahwa Yesus mati untuk semua dosa saudara yang banyak itu atau tidak?
 Saudara mengandalkan keselamatan karena perbuatan baik saudara atau mengandalkan jasa penebusan Kristus yang
saudara terima dengan iman? Bdk. Kis 13:38-39 Ro 3:24,27-28 Gal 2:16,21 Ef 2:8-9.
 Semua orang kristen yang lain juga banyak dosa, bahkan mungkin lebih banyak dari saudara. Mengapa mereka bisa
yakin selamat sedangkan saudara tidak? Jelas ada yang tidak beres dengan iman saudara!
 ‘Masih banyak dosa’ bukan alasan yang sah untuk meragukan keselamatan. Alasan yang sah untuk meragukan
keselamatan adalah kalau dalam hidup saudara sama sekali tidak ada pengudusan / perubahan hidup ke arah positif
(lihat point 4 di bawah).
b) Keyakinan keselamatan ini bukanlah keyakinan yang dipaksakan, dimana orang itu berusaha meyakin-yakinkan dirinya
sendiri bahwa ia pasti akan masuk surga. Keyakinan yang benar datang / diberikan oleh Roh Kudus. Ini terlihat dari Ro 8:16
yang sudah saya bahas di atas, yang menunjukkan bahwa Roh Kudus itu meyakinkan kita bahwa kita adalah anak-anak
Allah. Karena keyakinan ini diberikan oleh Roh Kudus, maka keyakinan ini akan ada tanpa dipaksakan . Pada waktu ditanya:
‘Apakah kalau kamu mati kamu yakin akan masuk surga?’, maka dengan hati yang sungguh-sungguh yakin, ia bisa berkata
‘Ya!’.
Ada orang kristen yang kalau ditanya: ‘Kalau kamu mati, apakah kamu yakin kamu akan masuk surga?’, lalu menjawab:
‘Menurut Kitab Suci begitu’. Saya sangat curiga dengan jawaban seperti ini. Memang keyakinan dalam diri kita didasarkan
pada Kitab Suci. Tetapi jawaban orang itu bisa / mungkin menunjukkan bahwa sebetulnya ia sendiri tidak yakin, tetapi ia
berusaha yakin karena Kitab Suci mengatakan demikian.
c) ‘Keyakinan keselamatan’ ini berbeda dengan ‘keyakinan bahwa Tuhan mengasihi saya’. Memang 2 hal ini bisa ada
bersamaan, tetapi bisa juga tidak. Kalau saudara sekedar merasa bahwa Tuhan mengasihi saudara, tetapi saudara tidak yakin
akan selamat / masuk surga, saudara tetap adalah orang kristen KTP.
d) Sekalipun sebagai orang Reformed saya tidak percaya bahwa orang kristen yang sejati bisa kehilangan keselamatan, tetapi
saya percaya bahwa orang kristen yang sejati bisa kehilangan keyakinan kesela-matan (bdk. Mat 11:2-6 yang menunjukkan
bahwa Yohanes Pem-baptis mengalami kegoncangan iman yang hebat sampai meragukan ke-Mesias-an Yesus). Kehilangan
keyakinan keselamatan biasanya terjadi karena hidup dalam dosa, dan / atau tidak dijaganya perse-kutuan dengan Tuhan, dan
ini mungkin sekali memang diberikan oleh Tuhan dengan tujuan untuk mempertobatkan orang tersebut. Karena itu, kalau
dulu saudara betul-betul pernah yakin akan keselamatan saudara, tetapi sekarang ragu-ragu lagi, maka introspeksilah diri
saudara. Bertobatlah dari dosa-dosa, dan kembalilah dekat dengan Tuhan.
Kalau saudara lulus dalam ‘testing’ pertama ini, dalam arti saudara betul-betul yakin akan keselamatan saudara, jangan terlalu
cepat merasa senang. Lihat dulu apakah saudara juga lulus dalam testing-testing yang berikut.
2) Orang Kristen yang sejati harus mempunyai pengertian yang benar tentang dasar-dasar kekristenan / Injil (Mat 13:23 - tanah
subur itu ‘men-dengar firman itu dan mengerti’).

65
ORANG KRISTEN KTP
Catatan: Perhatikan bahwa saya katakan ‘dasar-dasar kekristenan’, bu-kan doktrin-doktrin yang tinggi-tinggi seperti Predestinasi,
Tritunggal, dsb.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam persoalan ini:
a) Tanpa mendengar dan mengerti Injil, seseorang tidak mungkin bisa percaya kepada Yesus. Ini terlihat dari ayat-ayat di
bawah ini:
 Ro 10:13-14 - “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana
mereka berseru kepada-Nya jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada
Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang
memberitakanNya?”.
 Ro 10:17 - “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”.
Jadi, orang yang tidak pernah mendengar Injil, atau orang yang tidak mau mendengar Injil atau bersikap acuh tak acuh setiap
kali mendengar Injil, tidak bisa percaya!
Demikian juga dengan orang gila dan idiot, dan bayi di bawah 2-3 tahun, apalagi bayi yang masih ada dalam kandungan,
tidak bisa mengerti Firman Tuhan / Injil (ini saya katakan karena ada hamba Tuhan yang mengajarkan untuk menginjili bayi,
yang bahkan masih dalam kandungan).
b) Apa saja yang termasuk Injil / dasar-dasar kekristenan?
Kitab Suci menunjukkan bahwa ‘iman yang menyelamatkan’ (saving faith) adalah iman kepada Kristus, dan ini harus
berhubungan dengan penebusan dosanya dan bukan sekedar percaya bahwa Yesus ada, bisa menyembuhkan penyakit, bisa
melakukan mujijat, menolong dari problem, dsb.
Ini terlihat dari banyak ayat seperti:
 Ro 3:25a - “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya”. NIV:
‘through faith in his blood’ (= melalui iman dalam / kepada darahNya).
 Ro 5:9 - “Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari
murka Allah”.
 Mat 1:21 - nama ‘Yesus’ diberikan karena Ia yang menyelamatkan umatNya dari dosa.
Jadi, pengertian minimal yang harus ada pada seorang kristen adalah bahwa Yesus adalah Allah, yang telah menjadi
manusia, dan mati disalib untuk menebus dosa-dosanya, dan bahwa ia diselamatkan bukan karena perbuatan baiknya, tetapi
semata-mata karena jasa penebusan Kristus, yang ia terima melalui iman.
c) Orang yang lulus pada testing pertama, tetapi gagal pada testing yang kedua, tetap adalah orang Kristen KTP. Atau dengan
kata lain, orang yang ‘yakin selamat’ tetapi tidak mempunyai pengertian yang benar tentang Injil, tetap adalah orang kristen
KTP.
Dalam metode Penginjilan E. E. (Evangelism Explosion), kalau orang yakin akan keselamatannya, maka diberikan
pertanyaan kedua yang berbunyi: “kalau kamu mati malam ini dan menghadap Tuhan, dan Tuhan bertanya: ‘Mengapa
aku harus memasukkan kamu ke surga?’, apa jawabmu?”. Sebetulnya pertanyaan ini bisa disederhanakan men-jadi:
‘Mengapa kamu yakin selamat?’. Melalui jawaban atas pertanyaan ini diharapkan kita bisa mengetahui benar tidaknya
pengertian orang itu tentang dasar kekristenan.
Kalau seseorang yakin akan keselamatannya, tetapi pada waktu ditanya: ‘Mengapa kamu yakin selamat?’, ia menjawab:
‘Karena aku sudah dibaptis’, atau, ‘Karena aku sudah rajin ke gereja / sudah berusaha hidup baik’, maka itu menunjukkan
bahwa ia mempercayai ‘keselamatan karena perbuatan baik’, dan menunjukkan bahwa ia tidak mengerti tentang Injil (karena
Injil tidak pernah mengajarkan ajaran keselamatan karena perbuatan baik, yang memang merupakan ajaran sesat), dan ini
menunjukkan bahwa ia tetap adalah seorang kristen KTP. Keyakinan keselamatannya adalah keyakinan yang palsu!
3) Orang Kristen yang sejati pasti mempunyai kerinduan / cinta dan sikap hormat / tunduk pada Firman Tuhan.
Yoh 8:47 - “Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak
mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah.’”.
Bandingkan juga dengan Maz 119:16,20,24,40,70,72,77,92,113,119,127, 143,159 Kis 2:41-42 Kis 16:14 1Pet 2:2-3).
1Kor 2:14 - “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah
suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani”.
Tetapi kalau ia sudah dilahirbarukan oleh Roh Kudus, apalagi sudah percaya kepada Kristus, maka ia pasti akan rindu pada
Firman Tuhan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang kerinduan pada Firman Tuhan ini:

a) ‘Rindu terhadap Firman Tuhan’ berbeda dengan sekedar ‘mau mendengar Firman Tuhan’
Kalau seseorang sekedar ‘mau mendengar Firman Tuhan’, maka ia tidak akan terlalu mengusahakan hal itu. Kasarnya ia
akan mempunyai motto: ‘ada Firman Tuhan baik, tidak ada ya sudah’.
Tetapi kalau seseorang betul-betul rindu Firman Tuhan, maka ini akan diwujudkan dengan mencari Firman Tuhan, baik itu
Katekisasi, Pema-haman Alkitab, membaca Alkitab dalam Saat Teduh, mengikuti Bible Camp, Seminar, membeli dan
membaca buku-buku rohani, dsb. Keadaannya akan mirip dengan orang yang sedang jatuh cinta yang merindukan sang
pacar. Ia rela meninggalkan apa saja asal bisa bertemu dengan sang pacar. Pernahkah saudara mempunyai kerin-duan seperti
ini terhadap Firman Tuhan?

66
ORANG KRISTEN KTP
b) Ini berbeda dengan orang yang senang belajar, atau orang yang karena memang senang pada agama , lalu senang mendengar
Firman Tuhan (dan senang juga mendengar pelajaran agama lain). Yang seperti ini biasanya tidak akan tahan lama, tetapi
akan menjadi bosan.

c) ‘Senang mendengar khotbah’ belum tentu sama dengan ‘rindu / senang pada Firman Tuhan’.
Orang yang senang mendengar khotbah karena khotbahnya penuh lelucon, cerita, atau penghiburan, dsb, tidak
berarti bahwa ia betul-betul rindu Firman Tuhan (bdk. 2Tim 4:3-4). Sebaliknya orang yang betul-betul rindu Firman
Tuhan bisa saja sangat tidak senang men-dengar khotbah yang tidak ada isinya, khotbah yang tanpa arah, dan apalagi
khotbah yang sesat.
d) Seorang kristen yang sejati bisa saja tidak menyenangi khotbah / Firman Tuhan yang tidak sesuai dengan tingkat
kerohaniannya. Misalnya, seorang bayi kristen, yang sebetulnya rindu Firman Tuhan, bisa saja tidak menyenangi Firman
Tuhan yang terlalu sukar / berat untuknya. Ini seperti bayi yang senang dengan susu, tetapi belum bisa makan daging. Ini
bukan menunjukkan kristen KTP, tetapi bayi kristen. Ia memang sudah selamat, tetapi ia harus bertumbuh dan melatih diri
untuk bisa mendengar Firman Tuhan yang lebih sukar (1Kor 3:1-2 Ibr 5:11-14). Sebaliknya, orang kristen yang dewasa
dalam iman, bisa saja tidak menyenangi ‘susu’ / Firman Tuhan yang terlalu mudah / sederhana.
e) Orang kristen yang IQnya / pendidikannya rendah juga bisa meng-alami hal yang sama seperti bayi kristen di atas, pada
waktu mene-rima pelajaran Firman Tuhan yang terlalu sukar, misalnya dengan menggunakan penguraian gramatika bahasa
Yunani ataupun Inggris.
Sebaliknya orang yang IQnya tinggi / berpendidikan tinggi bisa tidak senang atau merasa bosan pada waktu mendengar
Firman Tuhan yang disusun untuk orang yang berpendidikan rendah, misalnya dengan digunakannya banyak ilustrasi. Orang
yang pandai ini sudah mengerti sekalipun tanpa ilustrasi, tetapi si pengkhotbah memberinya ilustrasi lagi, dan bukan hanya
satu tetapi beberapa. Ini bisa mem-bosankan bagi dia, padahal belum tentu ia tidak rindu Firman Tuhan!
f) Orang kristen sejati yang dulu pernah rindu pada Firman Tuhan, bisa saja pada suatu saat rohaninya mundur, terjerat kembali
oleh dosa, dsb, sehingga kehilangan kerinduannya akan Firman Tuhan. Ini tidak menunjukkan bahwa ia adalah orang kristen
KTP. Orang kristen KTP tidak pernah rindu pada Firman Tuhan.
g) Orang yang rindu Firman Tuhan pasti akan merasakan sukacita dalam hati pada waktu mendapat pengertian yang baru
tentang Tuhan / Firman Tuhan, bahkan pada waktu pengertian baru itu menegur dia. Sukacita ini berbeda dengan rasa senang
yang bersifat daging, yang muncul waktu mendengar lelucon dalam khotbah!
h) Kerinduan terhadap Firman Tuhan ini juga harus disertai sikap hormat / tunduk pada Firman Tuhan.
4) Orang Kristen yang sejati pasti mengalami pengudusan / perubahan hidup ke arah yang positif (Yak 2:17,26).
a) Pemberian Roh Kudus kepada orang yang percaya kepada Kristus menyebabkan terjadinya pengudusan, karena Roh Kudus
ini meng-hasilkan buah Roh (Gal 5:22-23). Pengudusan langsung dimulai setelah percaya, dan merupakan proses yang tidak
akan pernah selesai seumur hidup kita. Tidak ada pengudusan dimana orangnya mendadak menjadi suci / saleh luar biasa,
misalnya yang dilakukan oleh kalangan Kharismatik dengan menengking semua roh jahat dalam diri orang itu. Pengudusan
yang merupakan proses seumur hidup ini sesuai dengan gambaran ‘buah’, yang mula-mula kecil dan perlahan-lahan menjadi
makin besar dan makin matang.
b) Karena pengudusan merupakan buah dari Roh Kudus yang ada di dalam kita, maka pengudusan orang kristen muncul dari
dalam, bukan dipaksakan dari luar. Misalnya dalam persoalan pergi ke gereja, ia akan melakukan hal itu bukan sekedar
karena didesak orang lain, tetapi karena hatinya memang ingin ke gereja. Demikian juga dalam belajar Firman Tuhan,
memberitakan Injil, dsb.
c) Pekerjaan Roh Kudus yang menguduskan ini akan menyebabkan orang kristen itu mulai membenci dosa, dan kebencian
terhadap dosa ini akan terus bertumbuh, dan menyebabkan ia tidak mungkin meremehkan dosa, atau bersikap santai / acuh
tak acuh pada waktu ia tahu bahwa ia telah berbuat dosa. Pada saat yang sama dalam diri orang itu akan muncul dan
bertumbuh suatu kecintaan pada kebenaran / kesucian. Kedua hal ini bisa terlihat dari:
 Maz 101:3 - “Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila; perbuatan murtad aku benci, itu takkan melekat
padaku”.
 Maz 119:104 - “Aku beroleh pengertian dari titah-titahMu, itulah sebabnya aku benci segala jalan dusta”.
 Maz 119:128 - “Itulah sebabnya aku hidup jujur sesuai dengan segala titahMu; segala jalan dusta aku benci”.
 Maz 119:163 - “Aku benci dan merasa jijik terhadap dusta, tetapi TauratMu kucintai”.
 Sikap Yesus, rasul-rasul, nabi-nabi, orang-orang saleh pada waktu mereka marah karena adanya dosa
d) Pekerjaan Roh Kudus yang menguduskannya ini menyebabkan orang itu akan mengalami konflik dalam dirinya, yaitu
konflik antara kecen-derungan daging / manusia lamanya untuk berbuat dosa, dan pe-kerjaan Roh Kudus yang
mendorongnya pada kekudusan. Kadang-kadang seakan-akan ada kebencian dan kecintaan sekaligus pada suatu dosa
tertentu. Ini sesuai dengan ayat-ayat di bawah ini:
 Mat 26:41 - “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang
penurut, tetapi daging lemah”.
 Gal 5:17 - “Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan
keinginan daging - karena keduanya bertentangan - sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu
kehendaki”.

67
ORANG KRISTEN KTP
 Ro 7:15-23 - “Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku
perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki,
aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa
yang ada di dalam aku. Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada
sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab
bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki,
yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku
yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku
menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum
Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal
budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku”.
Karena itu, selama dalam diri saudara memang ada pengudusan / keinginan untuk mentaati Tuhan, maka jangan menganggap
daya tarik kepada dosa dalam diri saudara itu sebagai bukti bahwa saudara adalah orang Kristen KTP.
e) Tidak adanya / kurangnya pengudusan dalam satu / beberapa segi kehidupan, tidak / belum menunjukkan bahwa orangnya
adalah orang kristen KTP. Kalau ia adalah orang kristen KTP, maka ia tidak mengalami pengudusan sama sekali, kecuali
pengudusan yang dipaksakan dari luar, yang sebetulnya bukanlah pengudusan.
f) Dalam menyoroti pengudusan, yang disoroti bukanlah apakah orang-nya saleh atau tidak, tetapi apakah orangnya menjadi
lebih baik atau tidak. Jadi, orang saleh yang memang saleh dari kecil, tetapi tidak mengalami kemajuan dalam kesalehannya,
bukanlah orang kristen. Sebaliknya, sekalipun seorang kristen masih banyak mempunyai kekurangan / kelemahan, tetapi
kalau ia mengalami kemajuan dalam pengudusannya, maka ia adalah orang kristen sejati.
g) Orang kristen yang sejati bisa mengalami pengudusan, tetapi lalu terhenti. Karena itu ada ayat-ayat seperti 2Pet 1:5-8 dan
1Tes 4:1,10 yang menyuruh kita untuk berusaha melakukan pengudusan dengan lebih bersungguh-sungguh lagi. Ini tidak
menunjukkan bahwa ia adalah orang kristen KTP.
h) Orang yang mengalami pengudusan biasanya justru merasa bahwa dirinya begitu kotor / berdosa (bdk. Ro 7:18-19
1Tim 1:15b). Me-ngapa? Karena pengudusan menyebabkan ia dekat dengan Tuhan yang maha suci, dan itu otomatis akan
menyebabkan ia merasa kotor. Disamping itu pengudusan mensyaratkan pertumbuhan pengertian Firman Tuhan, dan
pertumbuhan pengertian Firman Tuhan ini juga membuat orangnya makin menyadari dosanya.
5) Orang Kristen yang sejati pasti mempunyai keinginan untuk menyela-matkan orang lain (Yoh 1:41,45 Mat 9:9-10 Kis 8:1-4
1Kor 9:16b).
Keinginan menyelamatkan orang lain itu bisa diwujudkan dengan mengajaknya ke gereja, memberitakan Injil kepadanya,
mendoakannya, dan memberi kesaksian yang baik kepadanya.
Pulpit Commentary: “The true Christian is at heart a missionary, and his evangelic spirit will be seen in his active life. If
Christ calls any for himself, it is that he may send them forth for the good of the world” (= Seorang kristen yang sejati dalam
hatinya adalah seorang misionaris, dan semangat injilinya akan terlihat dalam kehidupan akitfnya. Jika Kristus
memangggil siapapun untuk diriNya sendiri, itu adalah supaya Ia bisa mengutusnya untuk kebaikan dunia ini) - hal 425.
Charles Haddon Spurgeon: “I will not believe that you have tasted of the honey of the gospel if you can eat it all yourself” (=
Aku tidak akan percaya bahwa engkau sudah mengecap madu Injil jika engkau bisa memakan sendiri semuanya) -
‘Morning and Evening’, February 19, evening.
Kalau saudara sebetulnya mempunyai beban untuk memberitakan Injil, tetapi takut melakukannya, maka itu mungkin masih
menunjukkan bahwa saudara adalah orang kristen sejati. Tetapi kalau saudara sama sekali tidak mempunyai beban untuk
memberitakan Injil / menyelamatkan orang lain, itu menunjukkan bahwa saudara sendiri belum pernah diselamatkan.
6) Satu hal lagi yang bisa ditambahkan adalah orang kristen KTP seringkali merasa jengkel / tersinggung kalau ia diinjili, apalagi
kalau ditanya: ‘Apakah kamu yakin akan masuk surga?’.
Orang kristen yang sejati, seharusnya senang / bersukacita kalau orang kristen lain mentaati Tuhan (2Yoh 4 3Yoh 3-4). Karena
itu, pada saat ia melihat orang kristen memberitakan Injil, sekalipun penginjilan itu ditujukan kepadanya, ia harus senang /
bersukacita. Ia seharusnya memuji orang yang memberitakan Injil itu dan mendorongnya untuk terus melakukannya kepada orang
lain, bukan lalu jengkel dan memarahinya, karena hal ini bisa menyebabkan orang itu justru lalu berhenti mem-beritakan Injil.

III) Tanggapan kita


1) Untuk orang kristen yang sejati.
Kalau saudara adalah kristen yang sejati, dan saudara bertemu dengan orang kristen merasa bahwa dirinya adalah orang kristen
KTP, dan saudara sendiri juga yakin adalah ia adalah orang kristen KTP, maka:
a) Janganlah menghibur orang itu dengan menutup-nutupi ke-kristen-KTP-an orang itu atau meyakinkan bahwa sebetulnya ia
adalah kristen sejati.
Ini bukan hanya merupakan suatu dusta, tetapi juga merupakan tindakan ‘membunuh’ orang itu! Ini sama seperti seorang
dokter yang setelah mengetahui bahwa pasiennya terkena kanker, lalu berusaha menghiburnya dengan mengatakan bahwa
keadaannya baik-baik saja.
Hal yang seharusnya saudara lakukan adalah meyakinkan bahwa ia adalah kristen KTP, belum diselamatkan, akan masuk
neraka kalau tidak bertobat.
b) Injililah ia dan desak ia untuk percaya kepada Yesus.
68
ORANG KRISTEN KTP
Saudara harus rajin / tekun memberitakan Injil kepadanya sambil banyak berdoa. Bandingkan dengan Pengkhotbah 11:4-6 -
“Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai.
Sebagaimana engkau tidak mengetahui jalan angin dan tulang-tulang dalam rahim seorang perempuan yang
mengandung, demikian juga engkau tidak mengetahui pekerjaan Allah yang melakukan segala sesuatu. Taburkanlah
benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak
mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik”.
Catatan: ayat ini sebetulnya tidak khusus berbicara tentang Pem-beritaan Injil, tetapi bisa diterapkan pada Pemberitaan Injil.
c) Sebelum orang itu bertobat, jangan memberi pelayanan kepada orang itu, apalagi suatu jabatan yang penting, karena ini bisa
mengacaukan gereja.
2) Untuk orang kristen KTP.
Kalau dari pelajaran di atas saudara menyimpulkan bahwa diri saudara sendiri adalah orang kristen KTP, maka:
a) Ingatlah bahwa saya memberitakan semua ini bukan karena saya membenci saudara, ingin memaki-maki saudara dsb. Saya
mem-beritakan semua ini justru karena saya mengasihi saudara, dan saya ingin saudara menjadi orang kristen yang sejati dan
sungguh-sungguh diselamatkan!
b) Bertobatlah dan percayalah kepada Yesus. Keselamatan / hidup kekal bukan ada di dalam gereja, tetapi di dalam Kristus (Kis
4:12 1Yoh 5:11-12).
c) Kalau saudara tidak bisa percaya pada saat ini, maka teruslah berusaha mendengar Injil, karena “iman timbul dari
pendengaran, dan pendengaran akan firman Kristus” (Ro 10:17).
Illustrasi: suami istri yang ingin anak tetapi belum mempunyai anak. Apa yang harus dilakukan? Berdoa dan seringlah
melakukan hubung-an sex. Mengapa? Karena hubungan sex itu merupakan cara yang dipakai oleh Tuhan untuk memberi
anak. Demikian juga karena Injil dipakai oleh Tuhan untuk mempertobatkan, maka orang kristen KTP harus sering
mendengar Injil.

-AMIN-

69
Daftar Isi
PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
1) Pentingnya pelajaran dasar / katekisasi......................................................................1
2) Lamanya mengajar pelajaran dasar / katekisasi.........................................................2

KRISTEN & AGAMA LAIN......................................................................................... 4


1) Pengakuan terhadap Yesus Kristus............................................................................4
2) Prinsip kekristenan adalah Allah mencari manusia.....................................................4
3) Keselamatan melalui iman kepada Yesus Kristus.......................................................5

DASAR KEKRISTENAN / INJIL................................................................................. 7


I) Dosa............................................................................................................................. 7
1) Pentingnya kesadaran akan dosa............................................................................7
2) Kitab Suci sebagai standard.....................................................................................7
3) Macam-macam dosa................................................................................................9
4) Hukum Taurat menyadarkan dosa.........................................................................10
HUKUM 1................................................................................................................ 10
HUKUM 2................................................................................................................ 13
HUKUM 3................................................................................................................ 15
HUKUM 4................................................................................................................ 16
HUKUM 5................................................................................................................ 21
HUKUM 6................................................................................................................ 22
HUKUM 7................................................................................................................ 26
HUKUM 8................................................................................................................ 28
HUKUM 9................................................................................................................ 30
HUKUM 10..............................................................................................................33
Hal-hal yang perlu diketahui tentang 10 Hukum Tuhan..........................................33
II) Hukuman dosa..........................................................................................................34
1) Penderitaan........................................................................................................... 34
2) Putus hubungan dengan Allah..............................................................................35
3) Kematian............................................................................................................... 35
4) Semua manusia menjadi manusia berdosa...........................................................35
5) Semua manusia ada di bawah murka Allah..........................................................36
6) Semua manusia condong pada dosa, dan tidak bisa berbuat baik.......................36
7) Neraka................................................................................................................... 38
III) Kematian dan kebangkitan Yesus............................................................................44
A) Yesus adalah Allah (bukti keilahian Yesus).........................................................44
B) Yesus adalah manusia.........................................................................................51
1) Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia........................51
2) Bukti kemanusiaan Yesus................................................................................52
3) Keberatan terhadap kemanusiaan Yesus dan jawabannya.............................53
4) Hal yang perlu diwaspadai...............................................................................53
5) Mengapa Yesus menjadi manusia?.................................................................54
C) Kematian Yesus untuk menebus dosa manusia..................................................55
1) 2Kor 5:15 dan Yes 53:4-6................................................................................55
2) Kristus tidak berdosa........................................................................................56
3) Jenis hukuman mati yang Ia alami...................................................................56
4) Penderitaan yang luar biasa yang Ia alami......................................................56
a) Pencambukan...............................................................................................56
b) Penyaliban....................................................................................................57
5) Kristus menolak anggur bius............................................................................59
6) Kristus mengalami kehausan............................................................................60
7) Kristus mengalami keterpisahan dengan Allah.................................................60
8) Kristus mati.......................................................................................................60
D) Kebangkitan Yesus..............................................................................................60
1) Arti kebangkitan Yesus.....................................................................................60
2) Penyangkalan terhadap kebangkitan Yesus....................................................61
3) Pentingnya kepercayaan pada kebangkitan Yesus.........................................63
4) Hubungan antara kematian dan kebangkitan Kristus.......................................63
IV) Iman dan Pertobatan................................................................................................64
A) Beberapa hal yang penting tentang ‘iman yang menyelamatkan’........................64
1) Iman adalah kepercayaan yang didasarkan pada Firman Tuhan....................64
2) Iman yang menyelamatkan mempunyai Yesus Kristus sebagai obyek............64
3) Kepercayaan kepada Kristus sebagai Juruselamat / Penebus dosa...............65
4) Hal-hal yang harus dicakup dalam iman yang benar........................................65
5) Iman yang benar bertentangan dengan syncretisme.......................................65
6) Iman yang sejati harus diikuti oleh perubahan hidup.......................................67
B) Hal-hal yang akan diterima oleh orang yang punya iman yang sejati..................68
1) Pengampunan dosa.........................................................................................68
2) Pembenaran.....................................................................................................68
3) Keselamatan / hidup yang kekal.......................................................................69
a) Didapatkan pada saat percaya.....................................................................69
b) Keselamatan tidak bisa hilang......................................................................69
4) Pengangkatan menjadi anak Allah...................................................................70
5) Damai sejahtera...............................................................................................71
6) Roh Kudus........................................................................................................71
7) Kemerdekaan dari perhambaan dosa..............................................................71
V) Gunanya ketaatan / perbuatan baik..........................................................................71
1) Bukti iman.............................................................................................................. 72
2) Tanda cinta kita kepada Tuhan.............................................................................72
3) Supaya kita bisa kuat pada saat kesukaran datang..............................................72
4) Supaya kita makin mengerti tentang kebenaran...................................................72
5) Menguatkan iman..................................................................................................73
6) Supaya kita menjadi saksi Tuhan yang baik.........................................................73
7) Untuk menjaga persekutuan dengan Tuhan.........................................................73
8) Memberikan damai................................................................................................73
9) Supaya Tuhan lebih memakai kita dalam pelayanan kita......................................73
10) Agar kita mendapat tempat yang tinggi di surga.................................................74

YESUS: SATU-SATUNYA JALAN KE SURGA.......................................................75


I) Yesus hanya salah satu jalan ke surga?....................................................................75
II) Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga................................................................84
III) Konsekwensi dari doktrin / ajaran ini........................................................................90

ORANG KRISTEN KTP............................................................................................. 94


I) Dasar Kitab Suci tentang adanya orang kristen KTP.................................................94
II) Perbedaan orang kristen sejati dan orang kristen KTP.............................................94
1) Orang kristen asli mempunyai keyakinan keselamatan.........................................94
2) Orang kristen sejati harus mempunyai pengertian yang benar tentang Injil..........98
3) Orang kristen sejati pasti rindu Firman Tuhan.......................................................99
4) Orang kristen sejati pasti mengalami pengudusan..............................................101
5) Orang kristen sejati pasti ingin menyelamatkan orang lain.................................103
6) Orang kristen KTP sering jengkel pada waktu diinjili...........................................104
III) Tanggapan kita.......................................................................................................104
-o0o-
FONDASI
KEKRISTENAN

(pedoman katekisasi)

(revised)

JILID 1
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
Kata pengantar
Tidak ada bangunan bisa menjadi besar dan kuat kalau tidak mempunyai fondasi yang baik. Demikian juga
dengan orang kristen. Kalau fondasi imannya tidak ada atau kurang baik, ini sangat membahayakan. Bukan saja
ia tidak akan bisa bertumbuh, tetapi lebih dari itu ia mempunyai resiko untuk menjadi murtad, sesat, dan bahkan
menjadi penyesat / nabi palsu
Saya sering menanyai orang kristen yang saya jumpai: ‘Kalau saudara mati sekarang, apakah saudara yakin akan
masuk surga?’. Ternyata kebanyakan orang kristen justru tidak yakin akan masuk surga! Ada yang yakin, tetapi
keyakinannya didasarkan pada sesuatu yang salah, misalnya: mereka yakin akan masuk surga karena sudah
dibaptis, sudah melayani, sudah berusaha berbuat baik, sudah berbahasa roh, dsb. Singkatnya, mereka yakin
akan masuk surga berdasarkan perbuatan / usahanya sendiri. Hal semacam ini bahkan banyak terdapat di
kalangan mahasiswa theologia! Dan semua ini bisa terjadi karena tidak adanya fondasi yang baik dalam
kekristenan mereka.
Untuk menangani hal-hal semacam inilah saya menyusun buku ‘FONDASI KEKRISTENAN’ ini. Sebetulnya buku
ini merupakan bahan katekisasi yang saya berikan di gereja yang saya gembalakan yaitu GKRI EXODUS. Buku ini
bisa dibaca sendiri secara pribadi untuk memberikan fondasi yang baik bagi kekristenan saudara, tetapi tujuan
utama saya adalah supaya buku ini dipakai oleh hamba-hamba Tuhan dalam memberikan pelajaran dasar bagi
jemaatnya
Saya berdoa supaya Tuhan menyertai buku ini dan siapapun yang membaca dan menggunakannya /
mengajarkannya, sehingga bisa memberikan fondasi yang baik bagi banyak orang kristen, dan akhirnya membawa
kemuliaan bagi nama Tuhan.

Penulis

Anda mungkin juga menyukai