Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Kesehatan Tujuh Belas (Jurkes TB) ISSN : 2715-0976

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KECEMASAN


PADA PASIEN PRE-OPERASI BEDAH MAYOR ELEKTIF

Amik Muladi1, Maya Aga Setia2


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tujuh Belas
E-mail: amikmuladi@yahoo.com

ABSTRAK

Pre-operasi dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi dibuat dan berakhir ketika pasien
dipindahkan ke meja operasi. Operasi dapat menimbulkan permasalahan psikologis bagi pasien,
yaitu kecemasan. Salah satu faktor yang dapat menimbulkan kecemasan ialah kurangnya
dukungan keluarga yang diberikan kepada pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre-operasi bedah mayor elektif.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, dengan desain penelitian cross
sectional. Sampel penelitian ini adalah 25 orang yang mau menjalani operasi bedah mayor elektif
di RSUD Karanganyar, yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, serta dipilih secara
accidental sampling. Pengukuran data menggunakan kuesioner. Teknik analisis dengan
menggunakan uji Chi-square. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai koefisien korelasi (rk) = -0,752
dan nilai p = 0,000 (p<0,05), terdapat hubungan dukungan keluarga terhadap kecemasan pada
pasien pre-operasi di RSUD Karanganyar. Dukungan keluarga akan mengurangi tingkat
kecemasan pada pasien pre-operasi bedah mayor elektif.

Kata kunci: dukungan keluarga, kecemasan

THE EFFECT OF FAMILY SUPPORT TOWARDS THE ANXIETY ON


THE PATIENTS OF PRE-ELECTIVE MAJOR OPERATING

ABSTRACT

Pre-operation is started when the decision to undergo surgery is made and ended when the patient
is transferred to the operating table. Surgery can cause psychological problems for the patient, that
is anxiety. One of the factors that can cause anxiety is family support provided to patients (Setiadi,
2008). The purpose of this research is to determine the relationship of family support with anxiety
levels of patients pre-elective major surgery. This research used quantitative research, with cross
sectional study design. Sampling technique with non probability sampling technique with
accidental sampling method, with population number 36 and with sample number 25 respondents.
Data collection using questionnaires. Analysis technique using Chi-square test. The research was
conducted in RSUD Karanganyar. The result of this research show the correlation coefficient (rk)
= -0,752 and p = 0,000 (p <0,05), meaning that there is a significant correlation between family
support to anxiety in pre-operative patient at Karanganyar General Hospital. The support of the
family will reduce the level of anxiety in patients pre-surgical major elective surgery.

Keywords: family support, anxiety

Vol. 1, No. 2 Mei 2020 80


Jurnal Kesehatan Tujuh Belas (Jurkes TB) ISSN : 2715-0976

LATAR BELAKANG menjalani operasi mengalami kecemasan


karena menganggap tindakan operasi
Operasi merupakan penyembuhan
merupakan pengalaman yang menakutkan.
penyakit dengan jalan memotong anggota
Dalam hal ini, persiapan sebelum operasi
tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan
sangat penting dilakukan untuk mendukung
dengan anestesi, dirawat inap, dan jenis
kesuksesan tindakan operasi. Persiapan
operasi yang dilaksanakan lebih serius.
operasi yang dapat dilakukan, di antaranya
Operasi ini berisiko pada ancaman jiwa
persiapan fisiologis, yaitu persiapan yang
sehingga tindakan operasi merupakan
dilakukan mulai dari persiapan fisik,
ancaman potensial aktual terhadap integritas
persiapan penunjang, pemeriksaan status
seseorang yang dapat membangkitkan reaksi
anestesi, sampai informed consent. Selain itu,
stres fisiologis maupun psikologis (Lois,
terdapat pula persiapan mental atau
dalam Hasanudin, 2009).
psikologis. Persiapan mental tidak kalah
Sebelum dilakukan tindakan operasi,
pentingnya dalam proses persiapan operasi
akan timbul rasa ketakutan dan kecemasan
karena mental pasien yang tidak siap atau
yang umum, di antaranya takut terhadap
labil dapat berpengaruh terhadap kondisi
anestesi, takut terhadap nyeri akibat luka
fisiknya. Persiapan mental dapat dilakukan
operasi, takut tentang ketidaktahuan atau
dengan bantuan keluarga dan perawat. Dalam
takut terhadap deformitas dan ancaman lain
persiapan mental ini, dukungan keluarga
terhadap citra tubuh yang dapat
sangat dibutuhkan oleh pasien yang akan
menyebabkan ketidaktenangan atau
menjalani tindakan operasi (Smeltzer & Bare,
kecemasan, takut operasi gagal, dan takut
2002).
kematian. Selain ketakutan di atas, pasien
Dukungan keluarga menjadi salah satu
juga sering mengalami kekhawatiran lain,
sumber dukungan bagi anggota keluarga
seperti masalah finansial, tanggung jawab
yang sedang sakit. Menurut Friedmen (1998),
terhadap keluarga, pekerjaan, dan ketakutan
dukungan yang diberikan keluarga untuk
akan prognosa yang buruk atau probabilitas
mengurangi kecemasan pasien itu sendiri
kecacatan di masa yang akan datang
adalah dukungan informasional, yakni
(Smeltzer & Bare, 2002).
keluarga memberikan nasihat, saran,
Cemas berbeda dengan rasa takut.
dukungan jasmani, maupun rohani.
Cemas disebabkan oleh hal-hal yang tidak
Dukungan emosional juga diberikan
jelas, termasuk pada klien yang akan
keluarga, yang meliputi dukungan dalam
menjalani operasi karena mereka tidak tahu
bentuk afeksi/sikap, adanya kepercayaan,
konsekuensi operasi dan takut terhadap
perhatian, mendengarkan, dan didengarkan.
prosedur operasi itu sendiri (Chitty, dalam
Dukungan lainnya adalah dukungan penilaian
Purwaningsih, 2010). Pembahasan tentang
dan dukungan instrumental.
reaksi-reaksi pasien terhadap operasi
Gambaran kasus berdasarkan data awal
sebagian besar berfokus pada persiapan
di Instalasi Bedah RSUD Karanganyar,
operasi (Potter & Perry, 2005). Faktor-faktor
didapatkan data klien yang melakukan
yang memengaruhi tingkat kecemasan, di
operasi pada bulan Januari 2015 sampai
antaranya faktor internal, yaitu usia,
Desember 2016 sebanyak 2.180 pasien dan
pengalaman, tipe kepribadian, keadaan fisik
yang batal operasi sebanyak 255 pasien.
seseorang, dan maturasi (kematangan).
Penyebab pasien batal operasi, yaitu takut,
Sementara itu, faktor eksternalnya dapat
tekanan darah tinggi, suhu badan meningkat,
berasal dari status pendidikan, pengetahuan,
trombosit rendah, dan lain-lain. Namun,
status ekonomi, potensi stresor, obat,
sebagian besar karena pasien takut atau
keluarga, sosial budaya, dan lingkungan.
cemas. Masih terdapat pasien pre-operasi
Faktor-faktor ini sangat memengaruhi tingkat
yang merasa cemas saat akan menghadapi
kecemasan pasien yang melakukan tindakan
operasi karena tidak mendapat dukungan dari
pembedahan (Adikusumo, 2003).
keluarga. Untuk menurunkan tingkat
Sebagian besar pasien yang akan

Vol. 1, No. 2 Mei 2020 81


Jurnal Kesehatan Tujuh Belas (Jurkes TB) ISSN : 2715-0976

kecemasan pasien tersebut, keluarga harus akan menyebabkan dampak psikologis


lebih banyak memberikan dukungan, salah terhadap pasien tersebut.
satunya dengan selalu berada di dekat pasien Berdasarkan latar belakang yang
dan memotivasi pasien untuk memberi dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik
keyakinan bahwa operasi dapat berjalan untuk meneliti hubungan dukungan keluarga
dengan lancar (Setiadi, 2008). Oleh karena dengan tingkat kecemasan pasien pre-operasi
itu, dukungan keluarga sangat dibutuhkan. di RSUD Karanganyar.
Apabila dukungan keluarga tidak ada maka

METODE PENELITIAN pada lembar kuisioner.


3. Processing/entry
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
Dalam kegiatan ini, jawaban dari
kuantitatif dan menggunakan desain
responden yang telah diterjemahkan menjadi
penelitian cross sectional, yakni seluruh
bentuk angka selanjutnya diproses agar
variabel yang diamati, antara variabel bebas
mudah dianalisis.
dengan variabel terikat, diukur pada saat
4. Cleaning
bersamaan ketika penelitian berlangsung.
Kegiatan ini merupakan kegiatan
Populasi yang dimaksud dalam
pembersihan data dengan cara memeriksa
penelitian ini adalah semua pasien yang akan
kembali data yang sudah di-entry, apakah ada
menghadapi operasi bedah mayor elektif
kesalahan atau tidak. Pemeriksaan ini
yang dirawat di RSUD Karanganyar,
meliputi pemeriksaan ulang terhadap data,
sebanyak 36 responden. Dalam penelitian ini
pengkodean, dan scoring.
menggunakan sampel jenuh, yaitu
Proses analisis data dalam penelitian ini
mengambil semua populasi untuk dijadikan
menggunakan analisis univariat dan bivariat.
sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah
1. Univariat (penelitian deskriptif)
pasien yang akan menjalani operasi bedah
Analisis univariat dilakukan secara
mayor elektif di RSUD Karanganyar, yakni
deskriptif, yaitu menampilkan tabel frekuensi
sejumlah 25 pasien.
tentang karakteristik responden sebagai
Data dalam penelitian ini terdiri dari
variabel independen dalam penelitian ini,
data primer dan sekunder. Data primer
yakni pengaruh dukungan keluarga terhadap
diperoleh dari angket/kuesioner dengan
kecemasan pada pasien pre-operasi bedah
teknik wawancara. Kuesioner alat ukur
mayor elektif di RSUD Karanganyar.
berupa angket/kuesioner dengan beberapa
2. Bivariat
pertanyaan. Alat ukur ini dilakukan dengan
Analisis bivariat menganalisis pengaruh
memberikan kuesioner pada responden di
dukungan keluarga terhadap kecemasan pada
ruang bedah RSUD Karanganyar. Data
pasien pre-operasi di RSUD Karanganyar.
sekunder bersumber dari wawancara dengan
Uji korelasi menggunakan korelasi Spearman
responden, keluarga, perawat ruangan, rekam
Rank yang digunakan untuk variabel
medis, dan kuesioner.
berbentuk ordinal dan tidak harus
Pengolahan data pada penelitian ini
berdistribusi normal (Sugiyono, 2007).
didasarkan pada teori Azwar (2002) dan
Sebelum dimasukkan ke dalam rumus, data
Joedo Prihartono (2003), yaitu:
terlebih dahulu diubah menjadi data ordinal
1. Editing
dalam bentuk rangking. Rumus korelasi
Pada kegiatan editing, peneliti mengecek
Spearman Rank adalah:
ulang kelengkapan dan kejelasan jawaban
responden. ρ = 1 – ( 6Σbi 2 : n ( n2 – 1 )
2. Coding ρ = Koefisien Korelasi Spearman Rank
Setelah data terkumpul dan selesai diedit
Hasil interpretasi apabila ρ hitung >ρ
di lapangan, tahap berikutnya adalah
tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, yang
mengkode data. Untuk mempermudah
berarti ada hubungan yang bermakna.
mengolah data, jawaban diberi kode langsung

Vol. 1, No. 2 Mei 2020 82


Jurnal Kesehatan Tujuh Belas (Jurkes TB) ISSN : 2715-0976

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Jenis Kelamin

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


Perempuan 11 44.0
Laki-laki 14 56.0
Total 25 100.0

Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa kelamin perempuan berjumlah 11 orang


responden dengan jenis kelamin laki-laki (44,0%).
berjumlah 14 orang (56,0%) dan dengan jenis

2. Umur

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Persentase


41-50 tahun 7 28.0
51-60 tahun 9 36.0
> 60 tahun 9 36.0
Total 25 100.0

Berdasarkan tabel 5.2, diketahui bahwa (36,0%), dan umur 41-50 tahun berjumlah 7
responden dengan umur 51-60 tahun dan >60 orang (28,0%).
tahun masing-masing berjumlah 9 orang

3. Pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase


SD 13 52.0
SMP 5 20.0
SMA 6 24.0
PT 1 4.0
Total 25 100.0

Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa 13 orang (52,0%), dan dengan pendidikan
responden dengan pendidikan SD berjumlah perguruan tinggi berjumlah 1 orang (4,0%).

Vol. 1, No. 2 Mei 2020 83


Jurnal Kesehatan Tujuh Belas (Jurkes TB) ISSN : 2715-0976

4. Pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase


Tani/Buruh 17 68.0
Wiraswasta 7 28.0
PNS/TNI/Polri 1 4.0
Total 25 100.0

Berdasarkan tabel 5.4, diketahui bahwa 17 orang (68,0%) dan dengan pekerjaan TNI
responden dengan pekerjaan tani berjumlah berjumlah 1 orang (4,0%).

5. Dukungan Keluarga

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga

Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase


Kurang 3 12.0
Cukup 14 56.0
Baik 8 32.0
Total 25 100.0

Berdasarkan tabel 5.5, diketahui bahwa dan dengan dukungan keluarga dalam
responden dengan dukungan keluarga dalam kategori kurang berjumlah 3 orang (12,0%).
kategori cukup berjumlah 14 orang (56,0%)

6. Kecemasan Pre-operasi

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kecemasan

Kecemasan Frekuensi Persentase


Tidak ada 4 16.0
Ringan 6 24.0
Sedang 11 44.0
Berat 3 12.0
Panik 1 4.0
Total 25 100.0

Berdasarkan tabel 5.6, diketahui bahwa dengan kecemasan dalam kategori panik
responden dengan kecemasan dalam kategori berjumlah 1 orang (4,0%).
sedang berjumlah 11 orang (44,0%) dan

B. Analisis Bivariat dukungan keluarga terhadap kecemasan pada


pasien pre-operasi di RSUD Karanganyar.
Analisis bivariat dalam penelitian ini
Analisis bivariat dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan

Vol. 1, No. 2 Mei 2020 84


Jurnal Kesehatan Tujuh Belas (Jurkes TB) ISSN : 2715-0976

menggunakan uji Spearman Rank karena signifikan terhadap kecemasan pada pasien
data dengan skala ordinal-ordinal, dukungan pre-operasi di RSUD Karanganyar jika nilai
keluarga dikatakan memiliki hubungan yang p<0,05.

Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kecemasan pada Pasien Pre-operasi

Tabel 5.7 Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kecemasan pada Pasien Pre-operasi di RSUD
Karanganyar

Dukungan
Kecemasan Total p
Keluarga
Tidak ada Ringan Sedang Berat Panik
0(0.0%) 0(0.0%) 1(9.1%) 1(33.3%) 1(100.%) 3(12.0%) 0,00
Kurang 0
Cukup 0(0.0%) 3(50.0%) 9(81.8%) 2(66.7%) 0(0.0%) 14(56.0%)
Baik 4(100.0%) 3(50.0%) 1(9.1%) 0(0.0%) 0(0.0%) 8(32.0%)
4(100.0%) 6 11 3 1 25
Total (100.0%) (100.0%) (100.0%) (100.0%) (100.0%)

Berdasarkan tabel 5.7, diketahui bahwa baik cederung tidak mengalami kecemasan
responden dengan dukungan keluarga kurang dalam menghadapi operasi.
cenderung dengan kecemasan dalam kategori Nilai koefisien korelasi (rk) = -0,752 dan
sedang sampai panik, masing-masing nilai p =0,000 (p<0,05), yang artinya terdapat
berjumlah 1 orang. Responden dengan hubungan yang signifikan antara dukungan
dukungan keluarga dalam kategori cukup keluarga terhadap kecemasan pada pasien
berjumlah 14 orang, dengan tingkat pre-operasi di RSUD Karanganyar, kekuatan
kecemasan sedang berjumlah 9 orang. hubungan dalam kategori kuat. Nilai negatif
Responden dengan dukungan keluarga dalam artinya ada hubungan negatif, di mana
kategori baik berjumlah 8 orang, yang semakin baik dukungan keluarga semakin
mengalami kecemasan berjumlah 4 orang. ringan tingkat kecemasan.
Jadi, pasien dengan dukungan keluarga yang

PEMBAHASAN perempuan (Lukman, 2009). Penelitian


ini diperkuat dengan teori terkait
A. Karakteristik Responden kecemasan pada perempuan dan laki-laki
oleh Sunaryo (2014) yang menulis dalam
1. Jenis Kelamin bukunya bahwa pada umumnya seorang
perempuan dewasa mempunyai mental
Berdasarkan tabel 5.1, diketahui
yang kuat terhadap suatu hal yang
bahwa responden dengan jenis kelamin
dianggap mengancam bagi dirinya
laki-laki bejumlah 14 orang (56,0%), dan
dibandingkan dengan laki-laki.
dengan jenis kelamin perempuan
Perempuan mempunyai tingkat
berjumlah 11 orang (44,0%).
pengetahuan lebih luas dibandingkan
Penelitian ini tidak sesuai dengan
dengan laki-laki, karena perempuan
hasil pengamatan tim psikologis
banyak berinteraksi dengan lingkungan
independen program kajian psikologis
luar dan lebih aktif, sedangkan sebagian
Universitas Indonesia yang mendapatkan
besar laki-laki lebih cuek dan lebih
hasil sejumlah 56,41% individu laki-laki
mengutamakan pekerjaannya sehingga
cenderung lebih cemas terhadap kejadian
tingkat transfer informasi yang
operasi dibandingkan individu

Vol. 1, No. 2 Mei 2020 85


Jurnal Kesehatan Tujuh Belas (Jurkes TB) ISSN : 2715-0976

didapatkan terbatas tentang pencegahan persepsi yang menakutkan bagi mereka


penyakit. dalam merespons kejadian operasi
tersebut.

2. Umur 4. Pekerjaan
Berdasarkan tabel 5.2, diketahui Berdasarkan tabel 5.4, diketahui
bahwa responden dengan umur 51-60 bahwa responden dengan pekerjaan tani
tahun dan >60 tahun masing-masing berjumlah 17 orang (68,0%), dan
berjumlah 9 orang (36,0%), dan umur pekerjaan TNI berjumlah 1 orang (4,0%).
41-50 tahun berjumlah 7 orang (28,0%). Hal ini sesuai dengan penjabaran Robby
Pasien yang dikategorikan lansia lebih (2009) bahwa pengalaman dan
tinggi tingkat kecemasannya pengetahuan dalam status pekerjaan dapat
dibandingkan dengan kelompok umur di memengaruhi perkembangan
bawahnya karena mekanisme kopingnya keterampilan seseorang dalam
sudah menurun (Lukman, 2009). menggunakan koping. Keberhasilan
Menurut Haryanto (2002), umur seseorang pada masa lalu dapat membantu
menunjukkan ukuran waktu individu untuk mengembangkan
pertumbuhan dan perkembangan keterampilan menggunakan koping.
seorang individu. Umur berkorelasi Sebaliknya, kegagalan atau reaksi
dengan pengalaman, pengalaman emosional menyebabkan seseorang
berkorelasi dengan pengetahuan, menggunakan koping yang maladaptif
pemahaman, dan pandangan terhadap terhadap stresor tertentu.
suatu penyakit atau kejadian sehingga
akan membentuk persepsi dan sikap. B. Dukungan Keluarga Pasien Pre-
Kematangan dalam proses berpikir pada operasi Bedah Mayor Elektif
individu yang berumur dewasa lebih
memungkinkan untuk menggunakan Dukungan keluarga menjadi salah satu
mekanisme koping dengan baik sumber dukungan bagi anggota keluarga
dibandingkan kelompok umur anak- yang sedang sakit. Menurut Friedmen (1998),
anak dan lanjut usia. dukungan yang diberikan keluarga untuk
mengurangi kecemasan pasien itu sendiri
3. Pendidikan adalah dukungan informasional, yakni
keluarga memberikan nasihat, saran, dan
Berdasarkan tabel 5.3, diketahui
dukungan jasmani maupun rohani. Dukungan
bahwa responden dengan pendidikan SD
emosional juga diberikan keluarga, yang
berjumlah 13 orang (52,0%), dan
meliputi dukungan dalam bentuk
responden dengan pendidikan perguruan
afeksi/sikap, adanya kepercayaan, perhatian,
tinggi berjumlah 1 orang (4,0%).
mendengarkan, dan didengarkan.
Menurut Heriani (2013), responden
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
yang berpendidikan rendah kurang
responden dengan dukungan keluarga dalam
mampu menggunakan pemahaman
kategori cukup berjumlah 14 orang (56,0%),
mereka dalam merespons kejadian pre-
dan dengan dukungan keluarga dalam
operasi secara adaptif dibandingkan
kategori kurang berjumlah 3 orang (12,0%).
kelompok responden yang
Friedman (1998) menyatakan bahwa
berpendidikan lebih tinggi. Kondisi ini
dukungan keluarga adalah sikap, tindakan,
menunjukkan respons cemas berat, yang
dan penerimaan keluarga terhadap penderita
cenderung dapat kita temukan pada
yang sakit. Anggota keluarga memandang
responden berpendidikan rendah karena
bahwa orang yang bersifat mendukung selalu
rendahnya pemahaman mereka terhadap
siap memberikan pertolongan dan bantuan
kejadian operasi sehingga membentuk
jika diperlukan. Keluarga berfungsi sebagai

Vol. 1, No. 2 Mei 2020 86


Jurnal Kesehatan Tujuh Belas (Jurkes TB) ISSN : 2715-0976

sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) sebagai suatu keadaan tegang yang memaksa
informasi tentang dunia. Keluarga individu untuk berbuat sesuatu.
memberikan saran, sugesti, dan informasi Kekhawatiran terhadap tindakan operasi
yang dapat digunakan untuk mengungkapkan memengaruhi integritas tubuh secara
suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini keseluruhan sehingga timbul rasa ketakutan
adalah dapat menekan munculnya suatu dan kecemasan yang umum, di antaranya
stresor karena informasi yang diberikan dapat takut terhadap anestesi, takut terhadap nyeri
menyumbangkan aksi sugesti yang khusus akibat luka operasi, takut tentang
pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ketidaktahuan atau ancaman lain terhadap
ini adalah nasihat, usulan, saran, petunjuk, citra tubuh, takut operasi gagal, dan takut
dan pemberian informasi. kematian (Smeltzer & Bare, 2002).
Suatu dukungan informasional, yakni Sementara itu, hasil dari penelitian yang
keluarga memberikan nasihat, saran, dilakukan oleh Ainun di RSUD Prof. Dr. Hi.
dukungan jasmani maupun rohani, serta Aloei Saboe Kota Gorontalo tahun 2014,
dukungan yang diwujudkan dalam bentuk didapatkan sebagian besar mengalami cemas
sikap, adanya kepercayaan, perhatian, ringan sebanyak 18 orang (51.4%), cemas
mendengarkan, dan didengarkan, dapat sedang sebanyak 15 orang (42.9%), dan
memberikan motivasi kepada pasien untuk cemas berat sebanyak 2 orang (5.7%).
melakukan operasi (Setiadi, 2008).
Sementara hasil dari penelitian yang D. Hubungan Dukungan Keluarga
dilakukan oleh Ainun di RSUD Prof. Dr. Hi. terhadap Kecemasan pada Pasien Pre-
Aloei Saboe Kota Gorontalo tahun 2014, operasi Bedah Mayor Elektif
didapatkan sebagian besar pasien yang
memiliki dukungan keluarga baik, yaitu Dukungan sosial keluarga adalah sebuah
sebanyak 23 orang (65.7%), dukungan proses yang terjadi sepanjang masa
keluarga cukup sebanyak 7 orang (20.0%), kehidupan. Sifat dan jenis dukungan sosial
dan dukungan keluarga kurang sebanyak 5 berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap
orang (14.3%). siklus kehidupan, misalnya jenis-jenis dan
kuantitas dukungan sosial dalam fase
C. Kecemasan pada Pasien Pre-operasi perkawinan (sebelum sebuah pasangan muda
Bedah Mayor Elektif mendapat anak) sangat berbeda dengan
banyaknya jenis-jenis dukungan sosial yang
Trismiati (2004 dalam Purba, 2012) dibutuhkan ketika keluarga sedang berada
menyatakan bahwa konsep ansietas dalam tahap/fase siklus kehidupan terakhir.
(kecemasan) memegang peranan penting Hasil penelitian menunjukkan bahwa
yang sangat mendasar dalam teori-teori responden dengan dukungan keluarga kurang
tentang stres dan penyesuaian diri. cenderung dengan kecemasan dalam kategori
Kecemasan adalah perasaan was-was, sedang sampai panik masing-masing
khawatir, atau tidak nyaman seakan-akan berjumlah satu orang. Responden dengan
terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai dukungan keluarga dalam kategori cukup
ancaman. Kecemasan merupakan suatu berjumlah 14 orang, sebagian besar dengan
perasaan yang tidak menyenangkan, yang tingkat kecemasan sedang berjumlah 9 orang.
diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu, seperti Responden dengan dukungan keluarga dalam
perubahan detak jantung dan pernapasan. kategori baik berjumlah 8 orang, sebagian
Kecemasan melibatkan persepsi tentang besar dengan tingkat kecemasan tidak ada
perasaan yang tidak menyenangkan dan berjumlah 4 orang. Jadi, pasien dengan
reaksi fisiologis, dengan kata lain kecemasan dukungan keluarga yang baik cenderung
adalah reaksi atas situasi yang dianggap tidak cemas dalam menghadapi operasi.
berbahaya. Sementara itu, Corey (1995 Nilai koefisien korelasi (rk) = -0,752 dan
dalam Purba, 2012) mengartikan ansietas nilai p = 0,000 (p<0,05), artinya ada

Vol. 1, No. 2 Mei 2020 87


Jurnal Kesehatan Tujuh Belas (Jurkes TB) ISSN : 2715-0976

hubungan yang signifikan antara dukungan efek negatif dari stres terhadap kesehatan)
keluarga terhadap kecemasan pada pasien maupun efek-efek utama (dukungan sosial
pre-operasi di RSUD Karanganyar. Kekuatan secara langsung memengaruhi akibat-akibat
hubungan dalam kategori kuat. Nilai negatif dari kesehatan), semua ditemukan.
artinya ada hubungan negatif, di mana Sesungguhnya efek-efek penyangga dan
semakin baik dukungan keluarga semakin utama dari dukungan sosial terhadap
ringan tingkat kecemasan. kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi
Bentuk dukungan keluarga pada pasien berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik,
pre-operasi adalah dengan memberikan keberadaan dukungan sosial yang adekuat
nasihat, saran, dukungan jasmani maupun terbukti berhubungan dengan menurunnya
rohani, serta dukungan yang diwujudkan mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit
dalam bentuk sikap, adanya kepercayaan, bagi kalangan kaum tua, fungsi kognitif,
perhatian, mendengarkan, dan didengarkan fisik, dan kesehatan emosi.
sehingga dapat memberikan motivasi kepada Sementara itu, dari hasil penelitian yang
pasien untuk melakukan operasi (Setiadi, dilakukan oleh Ainun di RSUD Prof. Dr. Hi.
2008). Dukungan sosial keluarga adalah Aloei Saboe Kota Gorontalo tahun 2014,
sebuah proses yang terjadi sepanjang masa didapatkan bahwa dari sebagian besar
kehidupan. Sifat dan jenis dukungan sosial hubungan dukungan keluarga dengan
berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap kecemasan pada pasien pre-operasi diperoleh
siklus kehidupan, misalnya jenis-jenis dan responden yang memiliki dukungan keluarga
kuantitas dukungan sosial dalam fase baik sejumlah 16 orang (69.6%), dengan
perkawinan (sebelum sebuah pasangan muda kecemasan ringan sejumlah 7 orang (30.4%),
mendapat anak) sangat berbeda dengan dan kecemasan sedang serta responden yang
banyaknya jenis-jenis dukungan sosial yang tidak mengalami kecemasan berat (0%).
dibutuhkan ketika keluarga sedang berada Sementara responden yang memiliki
dalam tahap/fase siklus kehidupan terakhir. dukungan keluarga cukup, tidak terdapat
Namun demikian, dalam semua tahap siklus responden yang mengalami kecemasan
kehidupan, dukungan sosial keluarga ringan (0%) dan kecemasan berat (0%),
membuat keluarga mampu berfungsi dengan tetapi yang mengalami kecemasan sedang
berbagai kepandaian dan akal. Sebagai berjumlah 7 orang (100%). Untuk responden
akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan yang dukungan keluarganya kurang, terdapat
dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998). 2 orang (40.0%) yang mengalami kecemasan
Wills (1985 dalam Friedman, 1998) ringan, 1 orang (20.0%) yang mengalami
menyimpulkan bahwa baik efek-efek kecemasan sedang, dan 2 orang (40.0%) yang
penyangga (dukungan sosial menahan efek- mengalami kecemasan berat.

SIMPULAN DAN SARAN cukup berjumlah 14 orang (56,0%).


2. Sebagian besar responden dengan
Simpulan kecemasan dalam kategori sedang
Berdasarkan hasil penelitian yang berjumlah 11 orang (44,0%).
dilakukan pada 25 pasien pre-operasi di 3. Ada hubungan yang signifikan antara
RSUD Karanganyar, dapat disimpulkan dukungan keluarga terhadap
sebagai berikut. kecemasan pada pasien pre-operasi
1. Sebagian besar responden dengan di RSUD Karanganyar (rk = -0,752; p
dukungan keluarga dalam kategori = 0,000).

Saran operasi untuk mengurangi tingkat


1. Bagi rumah sakit, disarankan untuk kecemasan, seperti dengan
mempertahankan pelayanan yang memberikan edukasi akan
baik kepada pasien yang melakukan pentingnya dilakukan operasi.

Vol. 1, No. 2 Mei 2020 88


Jurnal Kesehatan Tujuh Belas (Jurkes TB) ISSN : 2715-0976

2. Bagi pasien, disarankan untuk tenang informasi yang baik tentang


dalam menghadapi operasi dengan pentingnya dilakukan operasi
melihat alasan pentingnya dilakukan sehingga pasien tidak mengalami
operasi tersebut. kecemasan.
3. Bagi keluarga pasien yang menjalani 4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan
operasi, diharapkan dapat dapat menambahkan variabel yang
memberikan motivasi serta dukungan memengaruhi tingkat kecemasan,
kepada pasien dengan memberikan seperti umur atau jenis kelamin.

DAFTAR PUSTAKA

Anggarani, Penatarima. 2009. Hubungan Ilmu Bedah. 2010. Konsep Pre-operasi.


antara Dukungan Sosial dengan Diakses tanggal 20 Desember 2013.
Strategi Koping pada Penderita Irmayanti dan Warsito. 2008. Penerapan
Pasca Stroke. Diakses tanggal 13 Strategi Relaksasi untuk Mengurangi
Desember 2013. Kecemasan Siswa Menjelang Ujian.
Bahiroh, Chaliyatul. 2008. Hubungan Diakses tanggal 13 Desember 2013.
Karakteristik dengan Kecemasan Kurasein, Nyi Dewi. 2009. Faktor-Faktor
pada Pasien Pre-operasi Elektif. yang Berhubungan dengan Tingkat
Semarang: Program Studi Ilmu Kecemasan Pasien yang Akan
Keperawatan UMS. Diakses tanggal Menjalani Operasi Mayor Elektif di
20 Desember 2013. Ruang Rawat Bedah RSUP
Bahsoan, Heriani. 2013. Hubungan Fatmawati – Jakarta Selatan. Skripsi
Mekanisme Koping dengan (tidak diterbitkan). Jakarta: Program
Kecemasan pada Pasien Pre- Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif
operasi. Gorontalo. Hidayatullah. Diakses tanggal 10
Dahlan, M., Sopiyudin. 2005. Besar Sampel Juni 2014.
dalam Penelitian Kedokteran dan Lutfa, U., A. Maliya, 2008. Faktor-Faktor
Kesehatan Seri 2. Jakarta: Arkans. yang Memengaruhi Kecemasan
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Pasien dalam Tindakan Kemoterapi
Keperawatan Kesehatan di Rumah Sakit Dr. Moewardi
Masyarakat. Jakarta: EGC. Surakarta. Diakses tanggal 13
Friedman, MM. 1998. Keperawatan Desember 2013.
Keluarga: Teori dan Praktik Edisi 3. Murniasih, Erni dan Rahmawati Andhika.
Jakarta: EGC. 2007. Hubungan Dukungan
Jahriah, Ainun dkk. 2012. Hubungan antara Keluarga dengan Tingkat
Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi
Kecemasan pada Pasien Pre-operasi pada Anak Usia Prasekolah di
Appendictomy di Ruang Flamboyan Bangsal L RSUP Dr. Soeradji
RSUD Tarakan Pemerintah Provinsi Tirtonegoro Klaten. Diakses tanggal
Kalimantan Timur. Diakses tanggal 13 Desember 2013.
13 Desember 2013. Mirianti, Dimi Pipi. 2011. Hubungan
Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Stres, Pengetahuan dan Tingkat
Cemas, dan Depresi. Jakarta: FKUI. Kecemasan Klien Pre-operasi
Hawari, Dadang. 2006. Manajemen Stres, Katarak di Poliklinik Mata Rumah
Cemas, dan Depresi. Jakarta: FKUI. Sakit Islam Siti Khodijah
Hidayat, A., Aziz Alimul. 2008. Metode Palembang. Diakses tanggal 20
Penelitian Keperawatan dan Teknik Desember 2013.
Analisis Data. Jakarta: Salemba Nadeak, R.J. 2010. Hubungan Dukungan
Medika. Keluarga dengan Tingkat

Vol. 1, No. 2 Mei 2020 89


Jurnal Kesehatan Tujuh Belas (Jurkes TB) ISSN : 2715-0976

Kecemasan Pasien Pre-operasi di Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.


Ruangan RB2 RSUP HAM. Diakses Smeltzer dan Bare. 2001. Keperawatan
pada 13 Desember 2013. Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Jiwa (Edisi 5). Jakarta:
Keperawatan. Jakarta: Salemba Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Medika. Utami, Dewi dkk. 2013. Hubungan
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Dukungan Keluarga terhadap
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Tingkat Kecemasan Kemoterapi
Rineka Cipta. pada Pasien Kanker Serviks di
Pamungkas, Gunawan. 2011. Konsep RSUD dr. Moewardi.
Kecemasan. Diakses tanggal 13 http://www.jurnal.stikesaisyiyah.ac.i
Desember 2013. d. Diakses tanggal 13 Desember
P. Rini, Angela. 2012. Hubungan Mekanisme 2013.
Koping dengan Tingkat Kecemasan Yusra, Aini. 2011. Hubungan antara
pada Pasien Pre-operasi di Ruang Dukungan Keluarga dengan Kualitas
Rawat Inap Rumah Sakit Marinir Hidup Pasien DM Tipe 2 di
Cilandak Jakarta Selatan. Skripsi Poliklinik Penyakit dalam RS Umum
(tidak diterbitkan). Jakarta: Program Pusat Fatmawati Jakarta. Thesis.
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fakultas Ilmu Keperawatan
Pembangunan Veteran. Diakses Universitas Indonesia.
tanggal 10 Juni 2014. http://lontar.ui.ac.id Diakses tanggal
Prasetyono. 2005. Kiat Mengatasi Cemas 20 Desember 2013.
dan Depresi. Yogyakarta: Tugu
Publisher.
Ramaiah, Savitri. 2003. Kecemasan
Bagaimana Mengatasi Penyebabnya.
Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009.
Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Sawitri, Endang dan Agus Sudaryanto. 2004.
Pengaruh Pemberian Informasi
Prabedah terhadap Tingkat
Kecemasan pada Pasien Prabedah
Mayor. Diakses tanggal 13
Desember 2013.
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan
Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Setiawan. 2005. Efek Komunikasi Terapeutik
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien
Pre-operasi di Rumah Sakit Haji
Adam Malik Medan.
http://www.scribd.com. Diakses
tanggal 3 Desember 2013.
Sjamsuhidayat dan Wim de Jong. 1998. Buku

Vol. 1, No. 2 Mei 2020 90

Anda mungkin juga menyukai