Makalah Telaah Pesantren Kelompok 6
Makalah Telaah Pesantren Kelompok 6
KHARISMATIK USTADZ/KYAI
Dosen Pengampu :
Dr. Bambang Samsul Arifin, M.Si dan Dr. Iis Salsabilah, M.Ag
Disusun oleh :
2023/1444 H
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari karismatik ?
b. Bagaimana peranan ustadz/kyai dalam pesantren dan masyarakat ?
c. Bagaimana seorang kyai bisa disebut karismatik ?
C. Tujuan
a. Mengetahui pengertian dari karismatik
b. Mengetahui peranan ustadz/kyai dalam pesantren dan masyarakat
c. Mengetahui seorang kyai bisa disebut karismatik
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi, kharisma berasal dari kata Yunani yang artinya karunia yang
diinspirasi ilahi, seperti kemampuan untuk melakukan mukjizat atau memprediksi
peristiwa-peristiwa di masa mendatang. Pengertian kharisma dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kepemimpinan yang luar
biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan rasa
kagum dari masyarakat terhadap dirinya atau atribut kepemimpinan yang didasarkan atas
kualitas kepribadian individu. Dengan demikian, kharisma merupakan atribut yang
melekat pada diri seseorang. Kharisma dapat bersumber dari keturunan atau ciri fisik,
kepribadian mulia, serta kelebihan khusus dalam pengetahuan keagamaan maupun
pengetahuan umum yang dimiliki seseorang.
Menurut Max Weber, kepemimpinan kharismatik didapat oleh seorang yang begitu
luar biasa sehingga perintah dan perkataannya dapat mempengaruhi sekelompok orang.
Kharisma yang dimiliki seorang kyai yang bertujuan untuk memimpin masyarakat, maka
pengidentifikasian ini mengacu kepada fungsi ulama atau kyai sebagai pelanjut dan
pengemban risalah kenabian yang disampaikan kepada umat manusia.
Menurut Saiful Akhyar Lubis, menyatakan bahwa “Kyai adalah tokoh sentral dalam
suatu pondok pesantren, maju mundurnya pondok pesantren ditentukan oleh wibawa dan
kharisma sang kyai. Karena itu, sering terjadi apabila sang kyai di salah satu pondok
pesantren wafat, maka pamor pondok pesantren tersebut merosot karena kyai yang
menggantikannya tidak sepopuler kyai yang telah wafat itu”
a. Guru Ngaji : Kyai sebagai guru ngaji dijabarkan secara khusus dalam jabatan-
jabatannya diantarnya Sebagai berikut : Mubaligh, khotib, penasihat, guru
Diniyah atau pengasuh dan Qori kitab salaf dalam sistem sorogan (individu)
b. Tabib (Penjampi) : Kyai melakukan pengobatan dengan rukyah (mengobati pasien
dengan doa), mengobati pasien dengan menggunakan alat non medis seperti air,
akik dan lainnya dengan perantara kepada sang illahi untuk mengurus roh halus.
c. Rois atau Imam : Imam sholat rawatib dan shalat Sunnah lainnya, imam ritual
slametan, imam tahlilan dan imam prosesi perawatan dan penyampaian maksud
atau hajatan.
d. Pegawai Pemerintahan : Tugas kyai sebagai pegawai pemerintah tercermin dalam
tugas-tugasnya yaitu Kepala KUA atau penghulu, Moddin, PPN, Guru Agama
Islam, pegawai dinas partai politik, dan pengurus organisasi kemasyarakatan.
e. Pemimpin Non Formal dan Pemimpin Spiritual : Kedudukan kyai pasti sangat
dekat dengan kelompok-kelompok masyarakat lapisan bawah di desa. Sebagai
pemimpin masyarakat, kyai memiliki jama‟ah komunitas dan masa yang diikat
oleh hubungan keguyuban dan ikatan budaya paternalistik. Petuah-petuahnya
selalu didengar, diikuti dan dilaksanakan oleh jama‟ah, komunitas dan masa yang
dipimpinnya. Maka sudah pasti kyai menjadi seseorang yang ditirukan oleh
masyarakat, atau menjadi bapak masyarakat terutama masyarakat desa.
Sifat kharismatik dan otoritas yang dimiliki kyai terhadap pengikutnya terutama
para santri seringkali dipandang negatif oleh masyarakat non pesantren. Mereka
memandang bahwa kepatuhan “mutlak” santri pada kyai menggambarkan hubungan
antara penakluk dan yang ditaklukkan, seperti tuan dan hamba dan bukan dalam
kesamaan derajat atas dasar ketundukan pada Allah. Pendapat tersebut adalah tidak benar
karena pola hubungan masyarakat pesantren memiliki nuansa yang komplek. Terdapat
nuansa kultural, akhlak, ilmu, karomah, integritas keimanan dan sebagainya di pesantren.
Santri patuh dan taat serta hormat pada kyai hakekatnya tidak ditujukan paa orangnya,
jabatan ke-kyaiannya atau apapun gelar yang disandangnya, melainkan ditujukan pada
karomahnya yang diberikan Allah pada kyai. Karomah tersebut bisa karena ke-aliman
ilmunya, ketinggian akhlaknya dan sebagainya.
Sifat-sifat yang membuat seorang kyai atau ustadz menjadi kharismatik bisa
bervariasi, dan ini seringkali bergantung pada faktor kepribadian, pengalaman, dan cara
mereka berinteraksi dengan orang lain. Berikut beberapa sifat yang dapat membuat
seseorang di bidang keagamaan menjadi kharismatik:
1. Kepahaman dan Kedalaman Ilmu: Seorang kyai atau ustadz yang memiliki
pemahaman yang mendalam tentang agama dan ilmu pengetahuan terkait dapat
memikat orang lain. Kepahaman yang kuat dan kemampuan untuk menjelaskan
konsep-konsep agama dengan jelas dapat membuat orang merasa terinspirasi dan
terhubung.
2. Kejujuran dan Integritas: Kharisma seringkali berakar dari kejujuran dan
integritas. Orang-orang cenderung terpesona oleh individu yang hidup sesuai
dengan nilai-nilai yang mereka ajarkan dan yang tampil sebagai contoh nyata.
3. Ketegasan dan Kepemimpinan: Seorang kyai atau ustadz yang memiliki
kemampuan kepemimpinan yang kuat dan dapat mengambil keputusan yang tegas
dapat menginspirasi pengikutnya.
4. Empati dan Kepedulian: Kemampuan untuk mendengarkan dan memahami
masalah orang lain dengan empati dapat membuat seseorang menjadi kharismatik.
Orang-orang cenderung merasa terhubung dengan mereka yang peduli dan mau
membantu.
5. Kerendahan Hati: Orang yang rendah hati dan tidak merasa lebih baik dari orang
lain dapat membangun hubungan yang lebih kuat dengan pengikutnya. Rasa
kerendahan hati juga menunjukkan bahwa seseorang tidak menggunakan agama
untuk kepentingan pribadi.
6. Keberanian: Keberanian dalam menghadapi tantangan atau ketidaksetujuan dapat
membuat seseorang menjadi kharismatik karena orang-orang seringkali mencari
pemimpin yang memiliki keberanian untuk berbicara atas nama kebenaran.
7. Kemampuan untuk Menginspirasi: Kharisma seringkali terkait dengan
kemampuan seseorang untuk menginspirasi orang lain untuk mencapai potensi
terbaik mereka dalam kehidupan spiritual dan pribadi.
8. Ketekunan dan Dedikasi: Orang yang tekun dan berdedikasi dalam perjalanan
spiritual mereka dapat memikat pengikut karena mereka menunjukkan komitmen
yang tinggi terhadap agama dan ajarannya.
9. Kecerdasan Emosional: Kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik dan
membantu orang lain mengatasi konflik atau tantangan emosional juga dapat
meningkatkan daya tarik seseorang.
10. Kecerdasan Emosional: Kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik dan
membantu orang lain mengatasi konflik atau tantangan emosional juga dapat
meningkatkan daya tarik seseorang.
Kekuasaan kyai yang mutlak di pesantren modern ini dilihat sebagai penindasan
bila ditinjau dari perspektif baru pendidikan yakni sebagai upaya pembebasan. Seperti
yang dikatakan M. Rusli Karim bahwa pendidikan Islam mempunyai arti pembebasan
manusia. Dominasi kekuasaan Kyai secara sosiologis menciptakan hubungan
superordinasi dan subordinasi, hierarki atas bawah, penguasa penguasa yang dikuasai
dapat menimbulkan konflik dan paksaaan dan kekerasan, namun hubungan-hubungan
tersebut tidak menimbulkan apa yang seharusnya terjadi karena kekuasaan ideologis itu
berhasil ditarik ke dalam kesadaran mistifikasi kekuasaan tersebut.
Pemimpin merupakan dalang di balik laju suatu organisasi atau kelompok yang
dipimpinnya. Jika di analogikan pada rangkain organ tubuh manusia, maka pemimpin
adalah otak yang memiliki kewenangan untuk memberikan perintah atau tugas kepada
bagian tubuh lainnya untuk menjalankan fungsi masing-masing. Begitulah urgensi
pemimpin pada suatu kelompok atau organisasi. Pemimpin menjadi pusat kendali baik
dalam menjalankan tugas organisasi hingga pada emosi para anggotanya. Pemimpin harus
menjadi pengelola emosi yang baik bukan hanya untuk dirinya saja, tapi juga untuk
anggotanya. Selain itu di era modern ini, pemimpin dituntut memiliki kemampuan dan
keterampilan untuk merumuskan suatu visi dan mampu untuk mengimplementasikannya
ke dalam organisasi, hal inilah faktor utama dalam teori kepemimpinan modern yang
menjadikan pemimpin sukses di era modern.
Pemimpin adalah seorang teladan, yang mau tidak mau perangai dan perilakunya
menjadi contoh yang akan ditiru setiap tingkah lakunya. Maka dari itu pemimpin haruslah
memiliki pondasi karakter yang mulia, terlebih pemimpin memiliki kelebihan yang bisa
dengan cara berpikir, dalam kerohanian, dan dalam kejasmaniannya. Begitulah kiranya
pemimpin pondok pesantren, harus memiliki kelebihan yang nampak dan pengetahuan
yang luas agar para santri dan bawahannya menaruh hormat kepadanya. Pengalaman atau
pendidikannya dapat memunculkan kelebihan-kelebihannya sehingga menjadikannya
seorang pemimpin yang bijak.
Meski demikian, pola kepemimpinan kharismatik para kyai tidak serta merta
hilang begitu saja. Seorang Kyai dalam pondok pesantren modern menggabungkan antara
pola kepemimpinan kharismatik yang memang sudah melekat dalam figurnya dengan
pola kepemimpinan demokratis. Karena tidak selamanya pola kepemimpinan yang
mengandalkan aura kharismatik itu mampu menumbuh kembangkan pesantren menjadi
baik. Walaupun tidak bisa dipungkiri kepemimpinan kharismatik kyai sangat berpengaruh
terhadap kinerja bawahannya karena dalam memimpin selalu ada motivasi dan dorongan
kepada bawahannya untuk menjalankan tugas sebaik-baiknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian kharisma dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan atau
bakat yang dihubungkan dengan kepemimpinan yang luar biasa dalam hal kepemimpinan
seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap
dirinya atau atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kualitas kepribadian individu.
Menurut Max Weber, kepemimpinan kharismatik didapat oleh seorang yang begitu luar
biasa sehingga perintah dan perkataannya dapat mempengaruhi sekelompok orang.
Menurut Saiful Akhyar Lubis, menyatakan bahwa “Kyai adalah tokoh sentral dalam suatu
pondok pesantren, maju mundurnya pondok pesantren ditentukan oleh wibawa dan
kharisma sang kyai.
Peran kyai dalam Pondok Pesantren dan masyarakat adalah, Guru, Tabib
(Penjampi), Rois atau Imam, Pegawai Pemerintahan, Pemimpin Non Formal dan
Pemimpin.
http://repository.iainkudus.ac.id/1967/5/5.%20BAB%20II.pdf
Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami Kyai dan Pesantren, (Yogyakarta, eLSAQ
Press, 2007), h. 169.