Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING


TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA TUNADAKSA
SDLB-D YPAC SURABAYA

Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya


untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian
Program Sarjana Pendidikan Luar Biasa

Oleh:
WIDIYA NANI
NIM: 14010044056

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

2018

1
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING


TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA TUNADAKSA
SDLB-D YPAC SURABAYA

Widiya Nani dan Endang Pudjiastuti Sartinah


(Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya) widiyanani69@gmail.com

Abstract:
This study was motivated by the need of disabled students to get better education according to educational principles. The
education should provide training and maximize students’ability. Problem based learning (PBL) model is one of learning models aiding
students to solve problems, so they are able to improve their learning results. Therefore, PBL model was appropriate to be given to
disabled students as treatment. This study aims to examine the influence of PBL model on mathematics learning results of disabled
students.
This study was a quantitative study using a concurrent embedded pre-experimental one group pretest-posttest design. The results
show that the average score of the pretest was 35.42 and that of the posttest was 64.58 for five-time treatments. Data were analyzed using
Wilcoxon match pair test. It obtained Zcount (2.20) > Ztable (1.96) with the significance value of 0.025. In conclusion, Ha was accepted
meaning that there was an influence of PBL model on Mathematics learning results of disabled students at Special Elementary School-D
YPAC Surabaya.

Keywords: problem-based learning model, mathematics learning results, disabled students

Pendahuluan 10) penguatan. Secara khusus prinsip


Siswa dengan ketunadaksaan pendidikan anak tunadaksa ada 2, yaitu
mengalami hambatan pada otot, tulang, dan prinsip multisensori dan prinsip
sendi. Meskipun demikian mereka tetap individualisasi (Salim, 1995). Prinsip
membutuhkan pendidikan yang mampu multisensori adalah prinsip pendidikan
mengoptimalkan potensi yang mereka yang diberikan kepada anak tunadaksa
miliki. Hallahan dan Kauffman (1994:386) dengan memanfaatkan seluruh sensori
menyampaikan bahwa anak yang yang dimilikinya, supaya stimulus yang
mengalami physical disabilities tidak bisa diterima oleh anak dapat
(ketidakmampuan fisik) adalah mereka digantikan dengan anggota tubuh lain yang
yang juga mengalami keterbatasan fisik masih berfungsi dengan baik. Prinsip
atau masalah kesehatan yang mengganggu individualisasi adalah prinsip pendidikan
kehadirannya di sekolah atau saat belajar yang diberikan kepada anak tunadaksa
sehingga layanan khusus, pelatihan, berdasarkan kemampuan masing-masing
peralatan, bahan, atau fasilitas yang sesuai anak.
sangat diperlukan. Oleh karena itu layanan Salah satu upaya menerapkan prinsip-
pendidikan yang tersedia bagi siswa prinsip tersebut adalah dengan
tunadaksa perlu memperhatikan beberapa menggunakan model pembelajaran yang
prinsip pendidikan bagi tunadaksa. Prinsip- sesuai. Model pembelajaran yang
prinsip tersebut diantaranya adalah prinsip digunakan juga harus sesuai dengan
dasar, prinsip umum, dan prinsip khusus. pelajaran yang diberikan kepada mereka.
Prinsip dasar program pendidikan anak Model pembelajaran problem based learning
tunadaksa adalah keseluruhan, kenyataan, (PBL) merupakan salah model
program yang dinamis, kesempatan yang pembelajaran yang dapat memberikan
sama dan kerja sama. Secara umum prinsip pengalaman belajar dan memenuhi prinsip-
pendidikan bagi anak tunadaksa ada 10, prinsip pendidikan yang dibutuhkan siswa
yaitu 1) kasih sayang, 2) keperagaan, 3) tunadaksa. Model pembelajaran PBL yang
keterpaduan dan keserasian antar ranah, 4) berpusat pada siswa dan berbasis masalah
pengembangan minat dan bakat, kontekstual dapat memberikan latihan
5)kemampuan anak, 6) model, 7) kepada siswa. Disampaikan bahwa model
pembiasaan, 8) latihan, 9) pengulangan, dan pembelajaran PBL dapat membantu siswa

2
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya

membangun kecakapan sepanjang hidup matematika siswa tunadaksa SDLB-D YPAC


dalam memecahkan suatu masalah, Surabaya.
kerjasama tim, dan berkomunikasi (Amir,
2015). Pembelajaran yang berbasis masalah Metode
harus disandingkan dengan pelajaran yang Penelitian dilaksanakan di SDLB-D YPAC
tepat. Salah satu pelajaran yang tepat Surabaya. Jumlah subjek penelitian 6 siswa yang
adalah pelajaran matematika.
terdiri dari siswa kelas 3, 4, dan 5. Waktu
Memiliki hasil belajar matematika
yang baik sangat penting karena menurut penelitian dilaksanakan pada 1-31 Mei 2018.
Lerner (dalam Abdurrahman, 2012) selain Penelitian ini menggunakan pendekatan
sebagai bahasa simbolis, matematika juga kombinasi dengan desain concurrent embedded
merupakan bahasa universal yang pre-eksperimen one-group pretest-posttest. Model
memungkinkan manusia untuk concurrent embedded disebut juga model
memikirkan, mencatat, dan
campuran tidak berimbang (Sugiyono, 2016).
mengkomunikasikan ide mengenai elemen
Desain ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dan kuantitas. Hal tersebut diperkuat
dengan alasan perlunya belajar matematika dan kualitatif, tanpa membuat kelompok
yang dikemukakan oleh Cornelius (dalam kontrol. Pre-tes diberikan sebelum subjek diberi
Abdurrahman, 2012) dimana ada lima perlakuan, dan pos-tes diberikan setelah diberi
alasan yakni (1) matematika merupakan perlakuan. Hal ini bertujuan untuk
sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) membandingkan keadaan sebelum dan sesudah
matematika merupakan sarana untuk
diberi perlakuan. Arikunto (2013:124)
memecahkan masalah kehidupan sehari-
hari, (3) matematika merupakan sarana menyampaikan desain one-group pretest-postest
mengenal pola-pola hubungan dan yang digambarkan sebagai berikut:
generalisasi pengalaman, (4) matematika
merupakan sarana untuk mengembangkan O1 X O2
kreativitas, dan (5) matematika merupakan Keterangan:
sarana untuk meningkatkan kesadaran O1 = pemberian pre-tes (sebelum diberi
terhadap perkembangan budaya. Kelima
perlakuan)
butir alasan di atas menunjukkan begitu
× = perlakuan yang diberikan
pentingnya matematika untuk dipelajari.
Kebutuhan siswa tunadaksa akan O2 = pemberian pos-tes (sesudah diberi
pendidikan yang memenuhi prinsip- perlakuan)
prinsip pendidikan dapat dipenuhi dengan Penjelasan:
salah satu cara yakni memberikan
pembelajaran yang bermakna bagi mereka. 𝐎𝟏 = Tes yang dilakukan terhadap siswa
Agar pembelajaran yang diberikan menjadi tunadaksa untuk mengetahui tingkat hasil
bermakna, kesesuaian penggunaan model belajar matematika siswa sebelum diberi
pembelajaran dan pelajaran yang tepat perlakuan dengan menggunakan model
sangat dibutuhkan. Oleh karena itu dengan pembelajaran problem based learning.
menimbang kebutuhan siswa tunadaksa × =. Merupakan treatment atau perlakuan.
digunakanlah model pembelajaran PBL Perlakuan yang diberikan menggunakan model
yang disandingkan dengan pelajaran pembelajaran problem based learning.
matematika. Selain terdapat kesesuaian, 𝐨𝟐 =Merupakan observasi setelah diberikan
menurut beberapa ahli belajar matematika
treatment atau disebut dengan posttest. Tes yang
sangat dibutuhkan. Sehingga dengan
menggunakan model pembelajaran PBL dilakukan terhadap siswa tunadaksa untuk
dapat memberikan pengaruh pada hasil mengetahui tingkat hasil belajar matematika
belajar matematika siswa tunadaksa. siswa setelah diberi perlakuan dengan model
pembelajaran problem based learning.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yakni untuk Adapun teknik pengumpulan data yang
mengkaji pengaruh dari model pembelajaran digunakan berupa tes sebagai data primer dan
Problem Based Learning terhadap hasil belajar observasi sebagai data sekunder. Instrumen

3
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya

yang digunakan yaitu RPP (rencana pelaksanaan Tabel 4.8


pembelajaran), silabus, soal tes hasil belajar Rekapitulasi Nilai Pre-Tes Dan
untuk pre-tes dan pos-tes. Pos-Tes
Analisis data kuantitatif menggunakan No. Siswa Kelas Nilai Nilai
analisis non-parametrik dengan teknik analisis Pre-Tes Pos-
Tes
Wilcoxon match pair test. Analisis data kuantitaif
1 J 3 37,50 87,50
dilakukan pada data yang diperoleh dari pre-tes
2 M 3 43,75 62,50
dan pos-tes. Data yang diperoleh dari observasi 3 N 4 6,25 12,50
digunakan sebagai penguat perolehan data 4 Y 4 43,75 87,50
kuantitatif. Signifikansi yang digunakan pada 5 D 5 43,75 81,25
analisis data dengan Wilcoxon math pair test 6 T 5 37,50 56,25
adalah 0,025 dengan Z tabel 1,96. Jumlah Nilai 212,50 387,50
Adapun rumus Wilcoxon Match Pairst Test Rata-rata Nilai 35,42 64,58
yang disampaiakan Sugiyono (2015:136) adalah Terlihat kenaikan nilai rata-rata pre-tes dan
sebagai berikut. pos-tes dari 35,42 menjadi 64,58. Ada
𝑇− T
kenaikan sebesar 29,16. Dalam persen
Z = terlihat kenaikan angka sebesar 54.85% dari
𝜎T
Keterangan : nilai tes awal (pre-tes).
z : Nilai hasil pengujian statistik Grafik 4.1
Wilcoxon match pair test Perubahan Rata-rata Nilai Tes
T : Jumlah jenjang/rangking yang
Rata-rata Nilai Tes
kecil
µ𝑇 : Harga Mean (nilai rata-rata) 80 64.58
𝑛(𝑛+1) 60
µ𝑇 = 35.42
4 40
𝜎𝑇 : Simpangan baku 20
𝑛(𝑛 + 1)(2𝑛 + 1) 0
𝜎𝑇 = √ pre-tes pos-tes
24
n : Jumlah sampel. rata-rata nilai tes

Berikutnya adalah analisis data yang


Hasil Dan Pembahasan dilakukan untuk menjawab rumusan
1. Hasil masalah penelitian dan menguji hipotesis
Pemberian perlakuan menggunakan model yang digunakan yakni “ada pengaruh model
pembelajaran PBL dilakukan sebanyak 5 pembelajaran problem based learning terhadap
kali, dapat meningkatkan hasil belajar hasil belajar matematika siswa tunadaksa”
matematika siswa SDLB-D YPAC Surabaya. atau Ha.
Hal tersebut dikarenakan model Setelah merekap nilai pre-tes dan pos-tes,
pembe;ajaran PBL dapat melatih siswa dilakukan analisis menggunakan rumus
menyelesaikan masalah dengan mandiri dan Wilcoxon match pair test. Penyajian tabel
meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil analisis data adalah sebagai berikut.
analisis data secara kuantitaif pada data Tabel 4.9
yang diperoleh saat pre-tes dan pos-tes Tabel Kerja Analisis Data
menunjukkan peningkatan. Sub- O2 O1 Beda Tanda Jenjang
jek (O2- Jen- + -
O1) jang
J 37,50 87,50 50,00 6 6 0
M 43,75 62,50 18,75 2,5 2,5 0
N 6,25 12,50 6,25 1 1 0

4
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya

Y 43,75 87,50 43,75 5 5 0 dapat diartikan bahwa ada pengaruh


D 43,75 81,25 37,50 4 4 0 penggunaan model pembelajaran problem based
V 37,50 56,25 18,75 2,5 2,5 0 learning terhadap hasil belajar matematika siswa
Jumlah T= 21 0 tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya.
Setelah data dianalisis dalam bentuk tabel, data Data yang diperoleh secara kuantitatif
dianalisis kembali menggunakan rumus sebagai diperkuat dengan data yang diperoleh secara
berikut. kualitatif melalui observasi. Data yang diperoleh
dari observasi menunjukkan hasil bahwa dalam
Diketahui n=6, maka: pelaksanaan penelitian muncul beberapa
𝑛(𝑛 + 1) 6(6 + 1) 6 𝑥 7 42 kendala.
µ 𝑇 (𝑚𝑒𝑎𝑛) = = = =
4 4 4 4 Tabel 4.5
= 10.5 Kendala dan Potensi yang Dapat Dikembangkan
Kendala Pelaksanaan Potensi yang Dapat
𝑛(𝑛 + 1)(2𝑛 + 1) Dikembangkan
𝜎𝑇 (𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢) = √
24
Antusiasme yang
6(6 + 1)(2.6 + 1) Subjek terteliti belum positif dimunculkan,
=√ terbiasa sehingga dapat
24
digunakan sebagai
penguat.
6(7). (13)
=√
24 Pemberian motivasi
Pola pikir awal dan penanaman
546 bagaimana membuat konsep kepada
=√ = √22,75 = 4,77 rumus matematikanya subjek
24

Didapatkan µT (mean) = 10,5 dan 𝛔T Siswa menjadi lebih


(simpangan baku) = 4,77. Untuk mengetahui ada Ketersediaan ruangan fokus dan
yang terbatas pengelolan kelas
tidaknya pengaruh penggunaan model
dilakukan agar tetap
pembelajaran problem based learning terhadap kondusif.
hasil belajar matematika siswa tunadaksa maka
µT dan 𝛔T dimasukkan kedalam rumus maka Sumber belajar baru
didapatkan hasil sebagai berikut. Keterbatasan sarana dapat disediakan
𝑇 − µ𝑇 media dan sumber dan lebih beragam
𝑧= belajar di kelas yang
𝜎𝑇
terkait materi
0 − 10,5 10,5
𝑧= =− Penyesuaian
4,77 4,77
Setiap siswa terhadap media yang
𝑧 = −2,20
membutuhkan media digunakan
Berdasarkan hasil analisis di atas yang berbeda
pengambilan keputusan menggunakan Hal tersebut dapat
signifikansi sebesar 0,025 sehingga diperoleh Sebagian subjek digunakan sebagai
Ztabel=1,96. Maka: berpuasa pancingan motivasi
Ha diterima apabila Zhitung > Ztabel untuk subjek terteliti.
Ho diterima apabila Zhitung < Ztabel
Ide pembuatan
didapatkan Zhitung=-2,20 (tanda minus Keterbatasan dalam produk terkait yang
diabaikan), dengan menggunakan signifikasi penyediaan sumber dibutuhkan oleh
0,025 didapatkan Ztabel = 1,96. belajar dan media subjek dengan
Berdasarkan hasil analisis data di atas ketunadaksaan
menunjukkan bahwa Zhitung 2,20 lebih besar dari
Subjek terteliti tetap
pada nilai krisis Z tabel yaitu 1,96 (Zh > Zt) maka Ketersediaan waktu menjalani kegiatan
Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian pelaksanaan perlakuan

5
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya

yang tidak selalu sekolah sebagaimana


Aspek yang Diamati
konsisten 90 menit. mestinya Sub
Hal tersebut dapat -jek Kognitif Afektif Psikomotor
Tidak semua subjek digunakan sebagai Pen
terteliti mengerjakan motivasi eli- T T T T T T T T T T T T T T T
tugas rumah tian 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Kesempatan untuk
Instrumen, sumber mendapat hasil yang 1 1 1 1 1 9 1 1 1 7 7 1 5 7
belajar, perlakuan yang lebih baik dapat J 0 0 0 0 0 9 3 0 0 0 5 5 0 0 5
diberikan, penyediaan diperoleh 0 0 0 0 0 3 , 0 0 0 0
media pembelajaran , 7
perlu mengalami 7 5
perbaikan jika dilakukan 5
pada penelitian
1 1 1 1 1 9 1 1 1 7 7 1 5 7
berikutnya
M 0 0 0 0 0 9 3 0 0 0 5 5 0 0 5
Kendala yang muncul terjadi selama
0 0 0 0 0 3 , 0 0 0 0
pelaksanaan pembelajaran. Adapun tahapan
, 7
pembelajaran yang dilakukan yakni
7 5
1)pengenalan masalah, 2)pengorganisasian
5
siswa, 3)pelaksanaan diskusi, 4)penyampaian
1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 5 7 5 5
hasil diskusi, 5)analisis dan evaluasi proses. N 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5 0 0
Berikutnya hasil belajar yang diperoleh siswa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
setiap kali perlakuan disajikan dalam tabel 0
berikut. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 7 1 7 7
Tabel 4.3 Y 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 5 5 0 5 5
Perolehan Hasil Belajar Selama Perlakuan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
1 1 1 1 1 9 1 1 1 7 7 5 7 7
D 0 0 0 0 0 9 3 0 0 0 5 5 0 5 5
0 0 0 0 0 3 , 0 0 0
, 7
7 5
5
1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 7 5 7 7
T 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 5 5 0 5 5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
Tabel di atas menggambarkan ketercapaian
yang dimiliki subjek selama perlakuan diberikan.
Respon yang beragam ditunjukkan oleh setiap
subjek terteliti. Selama proses pengamatan peneliti
memberikan penilaian terbaik yang dapat
diperoleh subjek terteliti. Peneliti sedapat mungkin
memberikan pancingan agar subjek terteliti mampu
mencapai hasil tersebut. Pada aspek kognitif
diutamakan pengulangan, aspek afektif didukung
dengan kebiasaan yang dilakukan di sekolah, dan
psikomotor menunjukkan keterampilan siswa
dalam menyampaikan hasil diskusinya.

6
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya

2. Pembahasan hambatan yang dijadikan masalah. Perbedaan


tersebut dapat dijadikan sebagai penguat.
Hasil penelitian menunjukkan ketika Pemanfaatan hambatan yang dimiliki setiap
diberikan model pembelajaran problem based
siswa dapat diubah dengan memaksimalkan
learning(PBL), hasil belajar matematika siswa
tunadaksa mengalami perubahan. Hal tersebut kemampuan dan potensi yang dimiliki masing-
ditunjukkan dari bertambahnya kemampuan masing. Sehingga satu sama lain dapat saling
siswa dalam menjawab soal tes yang diadaptasi menguatkan.
dan dimodifikasi dari PISA (program for Perlakuan yang diberikan melalui
international student assessment). Data yang pembelajaran juga digunakan untuk
diperoleh memperlihatkan kenaikan nilai rata- mendukung siswa bereksplorasi secara
rata pre-tes dan pos-tes dari 35,42 menjadi 64,58. maksimal melalui model pembelajaran PBL,
Ada kenaikan sebesar 29,16. Dalam persen namun kendala yang muncul yakni siswa
terlihat kenaikan angka sebesar 54.85% dari nilai dengan ketunadaksaan mengalami masalah
tes awal (pre-tes). Dari hasil analisis data dalam mengeksplorasi lingkungan.
diperoleh Zhitung 2,20 dan Ztabel 1,96 hal tersebut Keterbatasan tersebut taerjadi karena kesulitan
berarti Zhitung >Ztabel. Dengan demikian penelitian dalam mobilisasi dan keadaan fisik siswa. hal
ini menunjukkan pengaruh penggunaan model tersebut disampaikan Salim (1995:34)
pembelajaran problem based learning terhadap menurutnya ketunadaksaan adalah keadaan
hasil belajar matematika siswa tunadaksa SDLB- yang terjadi karena adanya kelainan sistem otot,
D YPAC Surabaya. tulang, dan persendian yang memiliki sifat
Peningkatan yang terjadi dari hasil pre-tes ke primer maupun sekunder. Sehingga hal tersebut
pos-tes tidak lepas dari pemberian perlakuan. mengakibatkan gangguan koordinasi, gangguan
Selama pemberian perlakuan didapatkan kemampuan komunikasi, adaptasi, mobilisasi,
temuan-temuan yang positif dan negatif. dan perkembangan kutuhan pribadi. Untuk
mengatasi hal tersebut diberikanlah model
Temuan tersebut menjadi pendukung dan juga
pembelajaran PBL yang merupakan model
penghambat selama pemberian perlakuan yang pembelajaran berbasis masalah kontekstual.
juga dapat mempengaruhi hasil pos-tes. Penggunaan model pembelajaran ini dengan
Adapun temuan positif dan negatif yang pelajaran yang tepat dapat membuat siswa
yang diperoleh peneliti telah disampaikan dalam bereksplorasi secara maksimal sesuai dengan
bentuk tabel. Temuan tersebut dapat digunakan kemampuannya, karena model pembelajaran
sebagai gambaran dan pijakan untuk PBL berpusat pada siswa bukan pada guru.
Matematika merupakan salah satu pelajaran
pelaksanaan pembelajarn dan penelitian
yang tepat untuk disandingkan dengan model
berikutnya agar hasil belajar yang diperoleh pembelajaran PBL. Matematika merupakan
lebih maksimal. Hasil observasi memperoleh salah satu pelajaran yang lekat penerapannya
kesimpulan bahwa peran pengajar begitu dikehidupan sehari-hari. Pemilihan materi
penting dalam pelaksanaan pembelajaran. selain strategi penggunaan uang dalam kehidupan
kondisi lingkungan belajar, ketersediaan sarana sehari-hari dipilih karena sesuai dengan pokok
materi yakni komputasi. Kemudian proses
dan prasarana serta keadaan siswa saat itu.
belajar yang menerapkan model pembelajaran
Perananpengajar sangat penting disini.
PBL dilaksanakan dalam 5 kali pertemuan
Keterlaksanaan pembelajaran dan pencapaian dimana kelima pertemuan tersebut mencakup
hasil belajar tergantung pada keterampilan materi komputasi uang yakni menambah,
pengajar dalam mengajar. Pengajar memiliki mengurangi, mengalikan, dan membagi.
peran penting disini. Hal tersebut disampaikan Masalah yang diberikan dalam bentuk soal
Suharti (2016:14) bahwa pengajar memiliki peran cerita dibedakan dengan soal tes yang diberikan
namun memiliki hubungan. Hal ini bertujuan
sebagai motivator, informator, organisatorm,
untuk melatih siswa dengan sebuah masalah
indisiator, katalisator, konduktor, fasilitator, dan yang berbeda namun memiliki cara penyelesaian
evaluator. Hal berikutnya yang menjadi kendala masalah yang sama. Sehingga apabila siswa
yakni keberagaman karakteristik siswa. menemui sebuah persoalan berbeda yang
Perbedaan karakteristik yang dimiliki setiap memiliki cara pemecahan yang sama siswa
siswa berkebutuhan khusus memang tidak asing dapat mengerjakannya dengan mudah. Setiap
lagi. Namun perbedaan itu bukanlah suatu pertemuan, siswa diberikan persoalan yang

7
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya

berbeda. Model pembelajaran PBL adalah model siswa, memonitor dan mengatur pekerjaan
pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa, mengatur sumber belajar yang
pada siswa untuk menemukan pengetahuannya dibutuhkan sebagai pendukung pembelajaran,
sendiri. Sehingga model pembelajaran ini dan mengatur perpindahan dan perilaku saat di
merupakan pembelajaran yang kontruktivis. Di luar kelas.
dalam kontruktivisme terdapat teori kognitif Agar tujuan-tujuan dapat tercapai maka
dan teori sosiokultural. Teori tersebut di dalam proses pelaksanaannya pengajar
implementasikan melalui pembelajaran yang senantiasa mengawasi proses dan menerapkan
berlangsung. Di dukung oleh pendapat Suranto langkah-langkah yang telah ditentukan.
(2015:76) model pembelajaran yang mencakup Pengajar memberikan bantuan pada siswa
teori belajar kognitif dan sosiokultural salah apabila mereka membutuhkan bantuan. Hal ini
satunya adalah model pembelajaran yang dilakukan berdasarkan kemampuan siswa,
berbasis masalah, yakni PBL. apabila kemampuan siswa secara fisik tidak
Keberhasilan dalam pelaksanaan model mendukung maka pengajar memberikan
pembelajaran PBL bagi siswa berkebutuhan bantuan agar siswa tidak merasa frustasi
khusus tidak bisa diperoleh begitu saja. Ada hal- padahal mereka dapat melakukannya. Pengajar
hal yang harus diperhatikan. Meskipun pada juga menjadi mediator antar anggota kelompok
umunya langkah-langkah dan tahapan karena setiap kelompok terdiri dari siswa yang
pelaksanaannya sama namun ada hal tertentu memiliki karakteristik masing-masing.
yang harus disesuaikan dengan karakteristik Dalam pelaksanannya pengajar membagi
siswa berkebutuhan khusus. Tahapan tugas anggota kelompok dimana siswa harus
pembelajaran yang dibuat oleh peneliti saling menguatkan dalam kelompok. Apa yang
disesuaikan dengan siswa berkebutuhan khusus tidak mampu dikerjakan anggota kelompok
yang menjadi subjek penelitian. hal tersebut digantikan tugasnya oleh anggota kelompok
bertujuan agar perlakuan yang diberikan yang lain. Kemudian diakhiri dengan presentasi
mampu memenuhi tujuan yang ingin dicapai. dari hasil pengerjaan mereka sebagai bentuk
Adapun tahapan tersebut adalah 1)mengenalkan tahap pengkomunikasian. Sehingga setiap siswa
siswa pada sebuah masalah yang kontekstual harus mengerti proses pengerjaan soal yang
(memberikan penjelasan untuk memberi diberikan. Peran pengajar sangat penting saat
pemahaman pada siswa mengenai hal penting proses pembelajaran. Hal tersebut disampaikan
yang harus dikerjakan). 2)Mengorganisasikan Suharti (2016:14) bahwa pengajar memiliki peran
siswa untuk belajar (membentuk kelompok sebagai motivator, informator, organisatorm,
dengan memperhatikan kemampuan dan indisiator, katalisator, konduktor, fasilitator, dan
karakteristik siswa berkebutuhan khusus). evaluator. Sehingga keberhasilan pembelajaran
3)Pelaksanaan diskusi (saat diskusi berlangsung dengan model pembelajaran PBL juga
siswa mencari jawaban dan solusi dari masalah ditentukan oleh kemampuan pengajar dalam
dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada. mengolah pembelajaran. Selain itu keberhasilan
Bantuan dapat diberikan terhadap individu atau penggunaan model pembelajaran PBL juga
kelompok yang membutuhkan bantuan). dapat dipengaruhi oleh pemilihan pelajaran
4)Penyampaian hasil diskusi (siswa yang tepat. Karena tidak semua pelajaran dapat
menyampaikan hasil yang telah diperoleh dari menggunakan PBL, maka materi dan pelajaran
proses diskusi, bantuan diberikan pada siswa yang diberikan pada saat perlakuan disesuaikan
yang membutuhkan bantuan dalam dengan penggunaan model pembelajaran PBL.
merencanakan dan menyiapkan hasil untuk Selama pemberian perlakuan dengan model
dibagi dengan siswa lain di kelas). 5)Analisis dan pembelajaran PBL muncul kendala-kendala
evaluasi proses (memberikan penilian dan yang disampaikan pada paragraf sebelumnya.
refleksi hasil diskusi siswa mengenai masalah Penyelesaian terhadap kendala yang muncul
yang diberikan). Pelaksanaan kelima tahap ini sangat penting, dikarenakan keberhasilan
diadaptasi dari model think pair share (TPS) dan pemberian perlakuan akan berpengaruh pada
pendapat Arends (2007:399-401) mengenai hasil belajar siswa yang dinilai melalui pre-tes
pembelajaran PBL bagi anak berkebutuhan dan pos-tes.
khusus, ia menyampaikan lingkungan belajar
dibuat dengan menghadirkan berbagai situasi
yang dapat dilakukan siswa dengan
berpasangan dan kelompok kecil, menyesuaikan
batas penyelesaian yang berbeda pada setiap

8
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya

PENUTUP B. SARAN
A. Simpulan Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat
1. Dalam pelaksanaan penelitian muncul diberikan saran:
kendala yang terkait penyediaan media, 1. Disarankan pada guru untuk
kemampuan yang dimiliki siswa tundaksa, menghadirkan pembelajaran yang
kebiasaan belajar saat di sekolah dan di memberikan latihan dengan memberikan
rumah, pengalaman siswa dalam pengalaman belajar kepada siswa.
menerapkan materi matematika stretegi Semakin sering siswa berlatih maka siswa
penggunaan uang. Sehingga untuk lebih terlatih untuk menyelesaikan
mengatasi hal tersebut dicarilah solusi agar masalah yang ditemui di kehidupan
kendala yang muncul tidak mempengaruhi nyata.
lingkungan penelitian yang telah dibentuk 2. Disarankan kepada orang tua untuk
sebelumnya. memberi latihan kepada anak agar
2. Ketercapaian hasil belajar yang dimiliki terbiasa menyelesaikan masalah diluar
siswa tundaksa selain dipengaruhi oleh lingkungan sekolah.
perlakuan yakni model pembelajaran PBL 3. Disarankan kepada pihak yang terkait
juga dipengaruhi iklim belajar saat dalam penyediaan media pembelajaran
perlakuan diberikan. Sehingga hasil belajar untuk membuat media pembelajarn yang
yang didapatkan akan berbeda karena iklim cocok dengan siswa berkebutuhan
belajar yang selalu berubah. Oleh karena itu khusus. Utamanya siswa dengan
solusinya adalah tetap menjaga iklim ketunadaksaan.
belajar. Hal ini tentu membutuhkan 4. Disarankan kepada peneliti berikutnya
peranan dari pengajar yang kompeten. mengadakan perbaikan pada kendala
3. Hasil tes yang didapatkan siswa dari pre-tes yang muncul saat penelitian berikutnya,
dan pos-tes mengalami peningkatan. yakni berupa media dan sumber belajar
Namun kemampuan menjawab soal saat yang lebih disesuaikan dengan
pre-tes dan saat pos-tes berbeda. Hal karakteristik siswa. Akan lebih baik jika
tersebut dikarenakan siswa sudah menggunakan perkembangan teknologi
mendapat pengalaman belajar. sehingga yang ada, seperti penggunaan assistive
mempengaruhi hasil belajar siswa yang technology saat pembelajaran berlangsung
berdampak pada kemampuan menjawab yang disesuaikan dengan kebutuhan
soal tes. siswa berdasarkan karakteristiknya.
4. Berdasarkan hasil analisis uji Wilcoxon 5. Disarankan pada peneliti berikutnya
tentang penggunaan model pembelajaran untuk memperbaiki kendala yang muncul
problem based learning terhadap hasil belajar dan kekurangan pada penelitian ini.
matematika siswa tunadaksa SDLB-D Sehingga menjadi kekuatan pada
YPAC Surabaya, diketahui Zhitung 2,20 lebih penelitian berikutnya. Agar didapatkan
besar dari nilai Ztabel dengan signifikansi hasil penelitian kedepan yang lebih baik
0,025 = 1,96 sehingga hipotesis nol (H o) dan bermanfaat bagi perkembangan
ditolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima. pendidikan siswa tunadaksa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh pada penggunaan
model pembelajaran problem based learning
(PBL) terhadap hasil belajar matematika
siswa tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya.

9
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan


Belajar Teori, Diagnosis, dan Remediasinya.
Jakarta: Rineka Cipta
Amir, Taufiq. 2015. Inovasi Pendidikan Melalui
Probelam Based Learning. Jakarta:
Prenadamedia Group
Arends, Richard I. 2007. Learning to Teach seventh
edition. New York: McGraw-Hill
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta
Chori, A.Salim. 1995. Ortopedagogik Anak
Tunadaksa. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi
Proyek Pendidikan Tenaga Guru
Hallahan, Daniel P., & Kauffman, James M. 1994.
Exceptional Children. Needham Heights:
Allyn & Bacon
Sugiyono. 2015. Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kombinasi
(mixed methods). Bandung: Alfabeta
Suharti. 2016. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya:
Universitas PGRI Adibuana
Suranto. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran
Kontemporer. Yogyakarta: laksbang
Pressindo

10

Anda mungkin juga menyukai