24697-Article Text-28992-1-10-20180725
24697-Article Text-28992-1-10-20180725
Oleh:
WIDIYA NANI
NIM: 14010044056
2018
1
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya
Abstract:
This study was motivated by the need of disabled students to get better education according to educational principles. The
education should provide training and maximize students’ability. Problem based learning (PBL) model is one of learning models aiding
students to solve problems, so they are able to improve their learning results. Therefore, PBL model was appropriate to be given to
disabled students as treatment. This study aims to examine the influence of PBL model on mathematics learning results of disabled
students.
This study was a quantitative study using a concurrent embedded pre-experimental one group pretest-posttest design. The results
show that the average score of the pretest was 35.42 and that of the posttest was 64.58 for five-time treatments. Data were analyzed using
Wilcoxon match pair test. It obtained Zcount (2.20) > Ztable (1.96) with the significance value of 0.025. In conclusion, Ha was accepted
meaning that there was an influence of PBL model on Mathematics learning results of disabled students at Special Elementary School-D
YPAC Surabaya.
2
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya
3
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya
4
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya
5
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya
6
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya
7
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya
berbeda. Model pembelajaran PBL adalah model siswa, memonitor dan mengatur pekerjaan
pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa, mengatur sumber belajar yang
pada siswa untuk menemukan pengetahuannya dibutuhkan sebagai pendukung pembelajaran,
sendiri. Sehingga model pembelajaran ini dan mengatur perpindahan dan perilaku saat di
merupakan pembelajaran yang kontruktivis. Di luar kelas.
dalam kontruktivisme terdapat teori kognitif Agar tujuan-tujuan dapat tercapai maka
dan teori sosiokultural. Teori tersebut di dalam proses pelaksanaannya pengajar
implementasikan melalui pembelajaran yang senantiasa mengawasi proses dan menerapkan
berlangsung. Di dukung oleh pendapat Suranto langkah-langkah yang telah ditentukan.
(2015:76) model pembelajaran yang mencakup Pengajar memberikan bantuan pada siswa
teori belajar kognitif dan sosiokultural salah apabila mereka membutuhkan bantuan. Hal ini
satunya adalah model pembelajaran yang dilakukan berdasarkan kemampuan siswa,
berbasis masalah, yakni PBL. apabila kemampuan siswa secara fisik tidak
Keberhasilan dalam pelaksanaan model mendukung maka pengajar memberikan
pembelajaran PBL bagi siswa berkebutuhan bantuan agar siswa tidak merasa frustasi
khusus tidak bisa diperoleh begitu saja. Ada hal- padahal mereka dapat melakukannya. Pengajar
hal yang harus diperhatikan. Meskipun pada juga menjadi mediator antar anggota kelompok
umunya langkah-langkah dan tahapan karena setiap kelompok terdiri dari siswa yang
pelaksanaannya sama namun ada hal tertentu memiliki karakteristik masing-masing.
yang harus disesuaikan dengan karakteristik Dalam pelaksanannya pengajar membagi
siswa berkebutuhan khusus. Tahapan tugas anggota kelompok dimana siswa harus
pembelajaran yang dibuat oleh peneliti saling menguatkan dalam kelompok. Apa yang
disesuaikan dengan siswa berkebutuhan khusus tidak mampu dikerjakan anggota kelompok
yang menjadi subjek penelitian. hal tersebut digantikan tugasnya oleh anggota kelompok
bertujuan agar perlakuan yang diberikan yang lain. Kemudian diakhiri dengan presentasi
mampu memenuhi tujuan yang ingin dicapai. dari hasil pengerjaan mereka sebagai bentuk
Adapun tahapan tersebut adalah 1)mengenalkan tahap pengkomunikasian. Sehingga setiap siswa
siswa pada sebuah masalah yang kontekstual harus mengerti proses pengerjaan soal yang
(memberikan penjelasan untuk memberi diberikan. Peran pengajar sangat penting saat
pemahaman pada siswa mengenai hal penting proses pembelajaran. Hal tersebut disampaikan
yang harus dikerjakan). 2)Mengorganisasikan Suharti (2016:14) bahwa pengajar memiliki peran
siswa untuk belajar (membentuk kelompok sebagai motivator, informator, organisatorm,
dengan memperhatikan kemampuan dan indisiator, katalisator, konduktor, fasilitator, dan
karakteristik siswa berkebutuhan khusus). evaluator. Sehingga keberhasilan pembelajaran
3)Pelaksanaan diskusi (saat diskusi berlangsung dengan model pembelajaran PBL juga
siswa mencari jawaban dan solusi dari masalah ditentukan oleh kemampuan pengajar dalam
dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada. mengolah pembelajaran. Selain itu keberhasilan
Bantuan dapat diberikan terhadap individu atau penggunaan model pembelajaran PBL juga
kelompok yang membutuhkan bantuan). dapat dipengaruhi oleh pemilihan pelajaran
4)Penyampaian hasil diskusi (siswa yang tepat. Karena tidak semua pelajaran dapat
menyampaikan hasil yang telah diperoleh dari menggunakan PBL, maka materi dan pelajaran
proses diskusi, bantuan diberikan pada siswa yang diberikan pada saat perlakuan disesuaikan
yang membutuhkan bantuan dalam dengan penggunaan model pembelajaran PBL.
merencanakan dan menyiapkan hasil untuk Selama pemberian perlakuan dengan model
dibagi dengan siswa lain di kelas). 5)Analisis dan pembelajaran PBL muncul kendala-kendala
evaluasi proses (memberikan penilian dan yang disampaikan pada paragraf sebelumnya.
refleksi hasil diskusi siswa mengenai masalah Penyelesaian terhadap kendala yang muncul
yang diberikan). Pelaksanaan kelima tahap ini sangat penting, dikarenakan keberhasilan
diadaptasi dari model think pair share (TPS) dan pemberian perlakuan akan berpengaruh pada
pendapat Arends (2007:399-401) mengenai hasil belajar siswa yang dinilai melalui pre-tes
pembelajaran PBL bagi anak berkebutuhan dan pos-tes.
khusus, ia menyampaikan lingkungan belajar
dibuat dengan menghadirkan berbagai situasi
yang dapat dilakukan siswa dengan
berpasangan dan kelompok kecil, menyesuaikan
batas penyelesaian yang berbeda pada setiap
8
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya
PENUTUP B. SARAN
A. Simpulan Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat
1. Dalam pelaksanaan penelitian muncul diberikan saran:
kendala yang terkait penyediaan media, 1. Disarankan pada guru untuk
kemampuan yang dimiliki siswa tundaksa, menghadirkan pembelajaran yang
kebiasaan belajar saat di sekolah dan di memberikan latihan dengan memberikan
rumah, pengalaman siswa dalam pengalaman belajar kepada siswa.
menerapkan materi matematika stretegi Semakin sering siswa berlatih maka siswa
penggunaan uang. Sehingga untuk lebih terlatih untuk menyelesaikan
mengatasi hal tersebut dicarilah solusi agar masalah yang ditemui di kehidupan
kendala yang muncul tidak mempengaruhi nyata.
lingkungan penelitian yang telah dibentuk 2. Disarankan kepada orang tua untuk
sebelumnya. memberi latihan kepada anak agar
2. Ketercapaian hasil belajar yang dimiliki terbiasa menyelesaikan masalah diluar
siswa tundaksa selain dipengaruhi oleh lingkungan sekolah.
perlakuan yakni model pembelajaran PBL 3. Disarankan kepada pihak yang terkait
juga dipengaruhi iklim belajar saat dalam penyediaan media pembelajaran
perlakuan diberikan. Sehingga hasil belajar untuk membuat media pembelajarn yang
yang didapatkan akan berbeda karena iklim cocok dengan siswa berkebutuhan
belajar yang selalu berubah. Oleh karena itu khusus. Utamanya siswa dengan
solusinya adalah tetap menjaga iklim ketunadaksaan.
belajar. Hal ini tentu membutuhkan 4. Disarankan kepada peneliti berikutnya
peranan dari pengajar yang kompeten. mengadakan perbaikan pada kendala
3. Hasil tes yang didapatkan siswa dari pre-tes yang muncul saat penelitian berikutnya,
dan pos-tes mengalami peningkatan. yakni berupa media dan sumber belajar
Namun kemampuan menjawab soal saat yang lebih disesuaikan dengan
pre-tes dan saat pos-tes berbeda. Hal karakteristik siswa. Akan lebih baik jika
tersebut dikarenakan siswa sudah menggunakan perkembangan teknologi
mendapat pengalaman belajar. sehingga yang ada, seperti penggunaan assistive
mempengaruhi hasil belajar siswa yang technology saat pembelajaran berlangsung
berdampak pada kemampuan menjawab yang disesuaikan dengan kebutuhan
soal tes. siswa berdasarkan karakteristiknya.
4. Berdasarkan hasil analisis uji Wilcoxon 5. Disarankan pada peneliti berikutnya
tentang penggunaan model pembelajaran untuk memperbaiki kendala yang muncul
problem based learning terhadap hasil belajar dan kekurangan pada penelitian ini.
matematika siswa tunadaksa SDLB-D Sehingga menjadi kekuatan pada
YPAC Surabaya, diketahui Zhitung 2,20 lebih penelitian berikutnya. Agar didapatkan
besar dari nilai Ztabel dengan signifikansi hasil penelitian kedepan yang lebih baik
0,025 = 1,96 sehingga hipotesis nol (H o) dan bermanfaat bagi perkembangan
ditolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima. pendidikan siswa tunadaksa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh pada penggunaan
model pembelajaran problem based learning
(PBL) terhadap hasil belajar matematika
siswa tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya.
9
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Tunadaksa SDLB-D YPAC Surabaya
DAFTAR PUSTAKA
10