Anda di halaman 1dari 9

BAB 2 Empati dan Pemahaman Konteks

2.1 Pentingnya Empati dalam Social Design Thinking


Empati adalah elemen fundamental dalam Social Design Thinking (SDT). Ini merupakan
kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang orang lain rasakan, termasuk
kebutuhan, keinginan, dan kekhawatiran mereka. Dalam SDT, empati berperan penting
dalam:
1.Memahami Permasalahan Sosial:
•Membangun koneksi dengan komunitas dan individu yang terkena dampak masalah sosial.
•Mengidentifikasi akar permasalahan dan pengalaman mereka secara mendalam.

2.Menemukan Solusi yang Berpusat pada Manusia:


•Merancang solusi yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi komunitas.
•Memastikan solusi tersebut bermanfaat dan diterima oleh target pengguna.

3.Membangun Kepercayaan dan Kolaborasi:


•Menjalin hubungan yang positif dan saling menghormati dengan pemangku kepentingan.
•Mendukung partisipasi aktif dan kepemilikan komunitas dalam proses SDT.

Contoh Penerapan Empati dalam Social Design Thinking:


1.Proyek "Urban Farming" di Kampung Kumuh:
•Empati: Melakukan observasi, wawancara, dan survei untuk memahami kebutuhan dan
kondisi hidup warga.
•Pemahaman: Mengidentifikasi masalah seperti akses makanan yang terbatas, ruang hijau
yang minim, dan pengangguran.
•Solusi: Merancang program "urban farming" yang menyediakan pelatihan, akses lahan,
dan pendanaan untuk membantu warga menanam makanan sendiri.

2.2 Teknik-Teknik Melatih Empati


1.Mendengarkan dengan Baik
-Berikan perhatian penuh kepada orang yang berbicara. Hindari gangguan seperti
memeriksa ponsel atau melihat ke sekeliling.
-Gunakan bahasa tubuh yang menunjukkan bahwa Anda mendengarkan, seperti kontak
mata, anggukan kepala, dan postur tubuh yang terbuka.
-Ajukan pertanyaan terbuka untuk mendorong orang tersebut berbicara lebih lanjut.
-Hindari menghakimi atau memberikan nasihat yang tidak diminta.
Contoh:
Seorang teman Anda sedang mengalami kesulitan di tempat kerja. Anda mendengarkan
dengan penuh perhatian saat dia menceritakan masalahnya. Anda mengajukan pertanyaan
untuk memahami situasinya dengan lebih baik. Anda tidak menghakimi atau memberikan
nasihat yang tidak diminta.

2.Berempati dengan Orang yang Berbeda


-Cobalah untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Pertimbangkan latar
belakang, pengalaman, dan nilai-nilai mereka.
-Bersikaplah terbuka terhadap perbedaan. Jangan berasumsi bahwa semua orang berpikir
dan merasa seperti Anda.
-Hindari membuat stereotip tentang kelompok orang tertentu.
Contoh:
Anda sedang berbicara dengan seseorang yang memiliki latar belakang budaya yang
berbeda dari Anda. Anda mencoba memahami budayanya dan bagaimana hal itu
memengaruhi pandangannya terhadap dunia. Anda menghindari membuat stereotip
tentang orang-orang dari budayanya.

3.Membayangkan Diri Sendiri dalam Situasi Orang Lain


-Tanyakan pada diri sendiri bagaimana Anda akan merasa jika Anda berada dalam situasi
yang sama dengan orang lain.
-Pertimbangkan apa yang Anda butuhkan jika Anda berada dalam posisi mereka.
-Bayangkan bagaimana tindakan Anda akan memengaruhi orang lain.
Contoh:
Anda melihat seorang anak yang sedang diintimidasi. Anda membayangkan diri Anda
sebagai anak tersebut dan merasakan ketakutan dan kesepian yang mereka rasakan. Anda
memutuskan untuk melakukan sesuatu untuk membantu mereka.

2.3 Memahami Konteks Sosial dan Budaya


Konteks sosial dan budaya adalah faktor penting yang memengaruhi cara manusia
berkomunikasi dan berperilaku. Konteks ini mengacu pada norma, nilai, kepercayaan, dan
kebiasaan yang dianut oleh sekelompok orang dalam suatu masyarakat atau komunitas.
Memahami konteks sosial dan budaya sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman dan
membangun komunikasi yang efektif.

Berikut adalah beberapa contoh bagaimana konteks sosial dan budaya dapat memengaruhi
komunikasi dan perilaku:
1.Norma dan Nilai:
•Di beberapa budaya, kontak mata langsung dianggap sebagai tanda rasa hormat, sedangkan di
budaya lain, hal ini dianggap tidak sopan.
2.Bahasa dan Isyarat:
•Kata-kata dan frasa yang sama dapat memiliki arti yang berbeda dalam budaya yang berbeda.

3.Humor dan Sarkasme:


•Apa yang dianggap lucu di satu budaya mungkin tidak lucu di budaya lain.
•Sarkasme dapat dengan mudah disalahartikan sebagai ketulusan dalam budaya yang berbeda.

4.Agama dan Keyakinan:


•Keyakinan agama dapat memengaruhi cara orang berpakaian, makan, dan berperilaku.
•Penting untuk menghormati keyakinan orang lain, bahkan jika berbeda dengan keyakinan kita.
Contoh:
Seorang turis dari Amerika Serikat mungkin merasa bingung ketika dia disapa dengan ciuman
pipi oleh seorang kenalan baru di Prancis. Di Amerika Serikat, jabat tangan adalah cara yang
lebih umum untuk menyapa seseorang. Namun, di Prancis, ciuman pipi adalah cara yang biasa
untuk menunjukkan rasa hormat dan persahabatan.

2.4 Pemetaan Stakeholder dan Identifikasi Kebutuhan


Pemetaan stakeholder adalah proses mengidentifikasi dan memahami individu atau
kelompok yang memiliki kepentingan dalam proyek desain sosial.
Identifikasi kebutuhan adalah proses memahami apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh
stakeholder.
Contohnya dalam social design thinking:
1.Pemetaan Stakeholder:
•Membuat daftar stakeholder:
-Pengguna langsung (misalnya, komunitas yang terkena dampak)
-Pengguna tidak langsung (misalnya, pemerintah, organisasi nirlaba)
-Pemangku kepentingan yang memiliki pengaruh (misalnya, media, investor)
•Mengkategorikan stakeholder:
-Kekuatan: Seberapa besar pengaruh mereka terhadap proyek?
-Minat: Seberapa besar kepedulian mereka terhadap proyek?
-Urgensi: Seberapa cepat kebutuhan mereka harus dipenuhi?
•Memahami perspektif stakeholder:
-Apa yang mereka ketahui tentang masalahnya?
-Apa yang mereka harapkan dari proyeknya?
-Apa kekhawatiran mereka?

2.Identifikasi Kebutuhan:
•Melakukan riset:
-Wawancara dengan stakeholder
-Observasi lapangan
-Kuesioner
•Menganalisis data:
-Mencari tema dan pola
-Mengidentifikasi kebutuhan yang paling mendesak
•Membuat persona pengguna:
-Representasi fiktif dari kelompok pengguna utama
-Membantu desainer untuk memahami kebutuhan dan keinginan pengguna

Contoh:
Proyek: Merancang taman bermain baru di komunitas
Stakeholder:
•Pengguna langsung: Anak-anak, orang tua, orang tua
•Pengguna tidak langsung: Tetangga, pemerintah setempat
•Pemangku kepentingan yang memiliki pengaruh: Kelompok lingkungan, organisasi nirlaba
Kebutuhan:
•Ruang yang aman dan ramah anak
•Peralatan bermain yang inklusif dan beragam
•Akses mudah bagi penyandang disabilitas
•Ruang hijau yang cukup
•Tempat duduk untuk orang tua

Bab 3 Ideation dan Kreativitas


Ideation merupakan tahap krusial dalam social design thinking yang berfokus pada
generasi ide-ide kreatif untuk menyelesaikan permasalahan sosial. Pada tahap ini,
kreativitas menjadi elemen penting untuk menghasilkan solusi inovatif dan berdampak.

Kreativitas dalam social design thinking didefinisikan sebagai kemampuan untuk:


•Melihat masalah dari berbagai sudut pandang: Berpikir out-of-the-box dan menantang
asumsi untuk menemukan solusi yang unik.
•Menghubungkan ide yang seemingly unrelated: Menggabungkan konsep dan gagasan dari
berbagai disiplin ilmu untuk menciptakan solusi yang komprehensif.
•Beradaptasi dan belajar dari feedback: Terbuka terhadap masukan dan terus
menyempurnakan ide berdasarkan umpan balik dari berbagai pihak.

3.1 Stimulasi Kreativitas dalam Social Design Thinking


Social Design Thinking (SDT) adalah metodologi yang berfokus pada manusia untuk
menyelesaikan masalah sosial yang kompleks. Kreativitas memainkan peran penting dalam
SDT karena memungkinkan para desainer untuk:
•Memahami masalah dengan lebih baik: Kreativitas membantu desainer untuk melihat
masalah dari berbagai sudut pandang dan menemukan solusi yang inovatif.
•Mengembangkan solusi yang lebih efektif: Kreativitas membantu desainer untuk
menghasilkan solusi yang lebih menarik dan mudah dipahami oleh pengguna.
•Melibatkan pemangku kepentingan: Kreativitas membantu desainer untuk melibatkan
pemangku kepentingan secara lebih efektif dalam proses desain.

Berikut adalah beberapa cara untuk menstimulasi kreativitas dalam SDT:


1. Brainstorming: Brainstorming adalah teknik yang memungkinkan para desainer untuk
menghasilkan banyak ide dalam waktu singkat.
2. Mind mapping: Mind mapping adalah teknik yang membantu para desainer untuk
memvisualisasikan hubungan antara berbagai ide.
3. Prototyping: Prototyping adalah teknik yang memungkinkan para desainer untuk
membuat model kasar dari solusi mereka untuk diuji dengan pengguna.
4. Storytelling: Storytelling adalah teknik yang membantu para desainer untuk
berkomunikasi dengan pengguna dan mendapatkan empati mereka.
5. Empati: Memahami kebutuhan dan perasaan pengguna sangat penting untuk merancang
solusi yang efektif.

Contoh Stimulasi Kreativitas dalam SDT:


•Proyek "Designing for Change": Proyek ini melibatkan siswa dalam merancang solusi
untuk masalah sosial di komunitas mereka.
•Proyek "The Empathy Museum": Museum ini menggunakan seni dan desain untuk
membantu orang memahami berbagai pengalaman manusia.
•Proyek "IDEO.org": Organisasi ini menggunakan desain untuk mengatasi masalah
kemiskinan dan ketidakadilan di seluruh dunia.

3.2 Teknik-Teknik Ideation


1.Brainstorming:
•Tujuan: Menghasilkan ide sebanyak mungkin dalam waktu singkat.
•Contoh: Mengadakan sesi brainstorming dengan sekelompok orang yang beragam untuk
menghasilkan ide-ide untuk meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak di daerah
pedesaan.
2.Mind Mapping:
•Tujuan: Memvisualkan hubungan antara ide-ide dan konsep.
•Contoh: Membuat mind map untuk memetakan berbagai faktor yang berkontribusi pada
kemiskinan dan merumuskan solusi yang potensial.
3.Worst Possible Idea:
•Tujuan: Mendorong pemikiran kreatif dengan mengeksplorasi ide-ide terburuk yang
mungkin.
•Contoh: Memikirkan ide-ide terburuk untuk mengatasi masalah polusi udara dan
kemudian membalikkannya untuk menemukan solusi inovatif.
4.SCAMPER:
•Tujuan: Memodifikasi dan meningkatkan ide-ide yang sudah ada.
•Contoh: Menerapkan teknik SCAMPER untuk mengembangkan ide-ide baru untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengabdian masyarakat.
5.Prototyping:
•Tujuan: Membuat prototipe kasar untuk menguji dan memvalidasi ide-ide.
•Contoh: Membangun prototipe sederhana dari aplikasi mobile yang dirancang untuk
membantu menghubungkan orang-orang dengan peluang sukarelawan di komunitas
mereka.

Contoh Penerapan Teknik Ideation pada Social Design Thinking:


Kasus: Meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak di daerah pedesaan.

Teknik: Brainstorming
Langkah-langkah:
1.Mengumpulkan sekelompok orang yang beragam, termasuk guru, orang tua, murid, dan
pemangku kepentingan lainnya.
2.Meminta mereka untuk menuliskan ide-ide sebanyak mungkin untuk meningkatkan akses
pendidikan bagi anak-anak di daerah pedesaan.
3.Mendiskusikan ide-ide tersebut dan memilih ide-ide yang paling menjanjikan.

Hasil:
•Berbagai ide kreatif dihasilkan, seperti:
oMembangun sekolah online yang dapat diakses oleh anak-anak di daerah pedesaan.
oMenyediakan program bimbingan belajar bagi anak-anak di daerah pedesaan.
oMelatih guru-guru di daerah pedesaan untuk menggunakan teknologi pendidikan.
Teknik-teknik ideation dalam Social Design Thinking dapat membantu individu dan tim
untuk menghasilkan ide-ide kreatif dan inovatif untuk memecahkan masalah sosial dan
menciptakan perubahan positif dalam masyarakat.

3.3 Prototyping dan Visualisasi


Prototyping dan visualisasi adalah dua alat penting dalam Social Design Thinking (SDT)
yang membantu:
•Memahami masalah dan kebutuhan pengguna: Dengan membuat prototipe dan visualisasi,
kita dapat melihat ide-ide kita secara lebih konkret dan mendapatkan umpan balik dari
pengguna. Umpan balik ini membantu kita untuk memahami masalah dan kebutuhan
pengguna dengan lebih baik.
•Berkomunikasi dengan pemangku kepentingan: Prototipe dan visualisasi dapat membantu
kita untuk mengkomunikasikan ide-ide kita kepada pemangku kepentingan, seperti donor,
mitra, dan komunitas. Hal ini membantu untuk mendapatkan dukungan dan persetujuan
untuk proyek kita.
•Mengembangkan solusi yang lebih baik: Prototipe dan visualisasi memungkinkan kita
untuk menguji coba ide-ide kita dan melihat apa yang berhasil dan apa yang tidak. Hal ini
membantu kita untuk mengembangkan solusi yang lebih baik dan lebih efektif untuk
masalah sosial.

Contoh:
•Pemetaan perjalanan pengguna: Ini adalah visualisasi yang menunjukkan langkah-langkah
yang diambil pengguna untuk menyelesaikan suatu tugas. Pemetaan perjalanan pengguna
dapat membantu kita untuk mengidentifikasi area di mana pengguna mengalami kesulitan.
•Storyboard: Ini adalah serangkaian gambar yang menceritakan sebuah cerita. Storyboard
dapat digunakan untuk mengkomunikasikan ide-ide tentang bagaimana suatu produk atau
layanan akan digunakan.
•Prototipe kertas: Ini adalah model sederhana yang terbuat dari kertas dan bahan lainnya.
Prototipe kertas dapat digunakan untuk menguji coba ide-ide tentang bagaimana suatu
produk atau layanan akan bekerja.

Berikut adalah beberapa contoh bagaimana prototyping dan visualisasi dapat digunakan
dalam Social Design Thinking:
•Sebuah kelompok yang ingin meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak di daerah
pedesaan dapat membuat prototipe aplikasi mobile yang memungkinkan anak-anak untuk
belajar secara online.
•Sebuah organisasi yang ingin mengurangi tunawisma dapat membuat visualisasi yang
menunjukkan dampak tunawisma pada individu dan komunitas.
•Sebuah perusahaan yang ingin meningkatkan keberlanjutan produknya dapat membuat
prototipe produk baru yang terbuat dari bahan yang berkelanjutan.

3.4 Brainstorming dan Mind Mapping


Brainstorming dan Mind Mapping adalah dua teknik penting dalam Social Design Thinking
yang membantu para desainer dan pemikir sosial untuk:
•Mengembangkan ide-ide baru: Brainstorming memungkinkan tim untuk menghasilkan
banyak ide dalam waktu singkat, sedangkan mind mapping membantu mengorganisir dan
menghubungkan ide-ide tersebut.
•Memahami masalah sosial: Brainstorming dan mind mapping dapat membantu tim untuk
mengidentifikasi dan menganalisis berbagai aspek masalah sosial yang kompleks.
•Menemukan solusi yang inovatif: Teknik-teknik ini dapat membantu tim untuk
menemukan solusi yang kreatif dan efektif untuk masalah sosial yang dihadapi.
Contoh:
Brainstorming:
•Sebuah tim yang ingin meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak di daerah pedesaan
dapat melakukan brainstorming untuk menghasilkan berbagai ide, seperti:
-Membangun sekolah baru di daerah pedesaan.
-Memberikan beasiswa kepada anak-anak di daerah pedesaan.
-Menerapkan program pendidikan jarak jauh.
Mind Mapping:
•Sebuah tim yang ingin mengatasi masalah polusi di kota dapat membuat mind map untuk:
-Mengidentifikasi berbagai sumber polusi.
-Menganalisis dampak polusi terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
-Mengembangkan solusi untuk mengurangi polusi.
Manfaat Brainstorming dan Mind Mapping:
•Meningkatkan kreativitas dan inovasi.
•Meningkatkan kolaborasi dan komunikasi tim.
•Memperjelas masalah dan solusi.
•Membantu dalam membuat keputusan.
Tips untuk Brainstorming dan Mind Mapping yang Efektif:
•Libatkan berbagai orang dengan latar belakang yang berbeda.
•Buatlah suasana yang santai dan kreatif.
•Gunakan alat bantu visual.
•Jangan takut untuk berpikir di luar kotak.
•Fokus pada solusi, bukan pada masalah.

Contoh Penggunaan Brainstorming dan Mind Mapping dalam Social Design Thinking:
•Proyek: Meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak di daerah pedesaan.
Brainstorming:
•Tim brainstorming menghasilkan berbagai ide, seperti:
-Membangun sekolah baru di daerah pedesaan.
-Memberikan beasiswa kepada anak-anak di daerah pedesaan.
-Menerapkan program pendidikan jarak jauh.
-Melatih guru-guru di daerah pedesaan.
-Memberikan akses internet kepada anak-anak di daerah pedesaan.
Mind Mapping:
•Tim membuat mind map untuk:
oMengidentifikasi berbagai hambatan akses pendidikan di daerah pedesaan, seperti:
-Jarak yang jauh ke sekolah.
-Kurangnya guru yang berkualitas.
-Kemiskinan.
-Kurangnya infrastruktur.
-Mengembangkan solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, seperti:
`Membangun sekolah-sekolah kecil di desa-desa.
`Memberikan pelatihan kepada guru-guru di daerah pedesaan.
`Memberikan beasiswa kepada anak-anak di daerah pedesaan.
`Menerapkan program pendidikan jarak jauh.
Hasil:
•Tim berhasil mengembangkan solusi yang inovatif dan efektif untuk meningkatkan akses
pendidikan bagi anak-anak di daerah pedesaan.

Anda mungkin juga menyukai