Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PERKEMBANGAN HUKUM BISNIS DI

INDONESIA

Dosen pengampu : Dr. Sinung Mufti Hangabei

Mata Kuliah : Hukum Bisnis

Disusun Oleh :

Nama : Wafi Muhammad

NPM: 2261201136

Kelas: Manajemen II C

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI EKONOMI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

2023
KATA PENGANTAR

Perkembangan hukum bisnis di Indonesia menjadi isu yang semakin penting dalam beberapa
dekade terakhir. Sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, Indonesia menarik
perhatian para pengusaha dan investor dalam dan luar negeri. Dalam konteks ini, hukum bisnis
memainkan peran kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, melindungi hak-hak pengusaha dan
mempromosikan iklim investasi yang menguntungkan.

Menengok ke belakang, perkembangan hukum dagang di Indonesia menempuh jalur yang


menarik. Dalam perjalanan perubahan politik dan sosial, hukum dagang menyesuaikan dengan
kebutuhan dan persyaratan waktu. Pada awal reformasi ekonomi tahun 1998, Indonesia melakukan
berbagai perubahan kebijakan dan reformasi hukum untuk mendorong pembangunan sektor usaha yang
lebih inklusif dan berkelanjutan.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan hukum bisnis di Indonesia juga
menghadapi beberapa tantangan. Kompleksitas peraturan, korupsi, perlindungan hak kekayaan
intelektual, persaingan yang adil antara perusahaan dan tata kelola perusahaan yang baik hanyalah
beberapa isu yang tetap menjadi fokus. Menghadapi tantangan ini, hukum dagang di Indonesia
berkembang, baik melalui perubahan legislatif yang diperlukan maupun pengembangan sistem
peradilan yang lebih efisien.

Penting untuk dipahami bahwa hukum bisnis tidak hanya sebagai alat untuk mengatur
hubungan antar entitas bisnis, tetapi juga memiliki peran dalam melindungi kepentingan konsumen,
menyeimbangkan kekuatan pasar, menjaga lingkungan dan menciptakan iklim yang kondusif untuk
inovasi dan investasi. Oleh karena itu, pengembangan hukum bisnis di Indonesia harus dilihat sebagai
bagian integral dari upaya menuju pembangunan yang berkelanjutan, inklusif, dan berkeadilan.

Dalam kata pengantar ini, kita akan melihat berbagai aspek perkembangan hukum dagang di
Indonesia, antara lain kebijakan pemerintah, tantangan yang dihadapi, perlindungan hak usaha, peran
hukum dagang dalam ekonomi digital, serta tanggung jawab dan peran sosial. hukum bisnis dalam
hukum bisnis penciptaan investasi ramah iklim. Penelitian lebih lanjut tentang perkembangan hukum
dagang di Indonesia akan memberikan wawasan tentang dinamika hukum dan memberikan wawasan
yang berharga bagi para praktisi, akademisi dan pembuat kebijakan.

Dalam tulisan ini, kami berharap dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pemahaman
tentang perkembangan hukum bisnis di Indonesia dan menginspirasi diskusi dan upaya yang lebih lanjut
untuk meningkatkan sistem hukum bisnis yang efektif dan responsif.

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

COVER

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN PENULISAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hukum Bisnis Di Indonesia

A. Bagaimana Hukum Bisnis Di buat di Indonesia dan diatur

B. Pihak yang Terlibat Dalam Pembuatan Hukum Bisnis

2.2 Kebijakan yang Telah Diterapkan dan Hambatan Didalam Menerapkannya

2.3 Perbedaan antara Hukum Bisnis di Indonesia dengan Hukum Bisnis di Negara
Lain

2.4 Bagaimana hukum bisnis di Indonesia mengatur isu-isu teknologi.

2.5 Peran Hukum Bisnis pada Pelaku Korupsi atau Praktek Bisnis yang Tidak Etis

2.6 Apakah ada perubahan atau perbaikan yang perlu dilakukan dalam hukum
bisnis di Indonesia untuk mengatasi masalah yang ada?

BAB III KESIMPULAN & PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan hukum bisnis di Indonesia telah berlangsung lama dan diwarnai dengan
dinamika yang kompleks. Indonesia, salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk
yang besar dan sumber daya alam yang kaya, memiliki potensi besar untuk pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan. Namun, Indonesia telah menghadapi berbagai tantangan sepanjang sejarahnya,
yang mempengaruhi perkembangan hukum dagang di tanah air.

Pada masa penjajahan Belanda, hukum dagang di Indonesia didasarkan pada sistem hukum
kolonial yang diperkenalkan oleh pemerintah Belanda. Hukum yang berlaku pada saat itu
mengutamakan kepentingan kolonial daripada kepentingan lokal.Hal ini menyebabkan ketimpangan
dan ketergantungan yang tinggi pada modal asing di sektor korporasi Indonesia.

Pada masa penjajahan Belanda, hukum dagang di Indonesia didasarkan pada sistem hukum
kolonial yang diperkenalkan oleh pemerintah Belanda. Hukum yang berlaku pada saat itu
mengutamakan kepentingan kolonial daripada kepentingan lokal. Hal ini menyebabkan ketimpangan
dan ketergantungan yang tinggi pada modal asing di sektor korporasi Indonesia.

Namun pada masa Orde Baru yang berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998, Indonesia
menganut model ekonomi yang lebih sentralistik dan didominasi oleh negara.Pemerintah memainkan
peran yang sangat penting dalam mengendalikan sektor korporasi dan mengatur kegiatan ekonomi. Ini
telah menciptakan iklim bisnis yang sulit, dengan peraturan yang rumit, birokrasi yang lamban, dan
korupsi yang merajalela.

Perubahan signifikan terjadi pada tahun 1998 dengan jatuhnya rezim Orde Baru. Reformasi
politik dan ekonomi telah mengubah lanskap hukum bisnis di Indonesia. Pemerintah mengeluarkan
kebijakan yang lebih ramah bisnis dan meliberalisasi ekonomi dengan mengubah undang-undang dan
deregulasi untuk mendorong investasi asing dan meningkatkan daya saing.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia telah melakukan upaya untuk
menyederhanakan peraturan bisnis dan memperbaiki iklim investasi. Ini termasuk inisiatif seperti
program Nawatita, yang bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
infrastruktur, dan langkah-langkah untuk memperkuat perlindungan hak kekayaan intelektual.
Meskipun ada kemajuan yang signifikan, masih ada tantangan dalam pengembangan hukum
dagang di Indonesia. Korupsi, birokrasi yang berbelit-belit, ketidakpastian hukum, dan buruknya
penegakan hukum hanyalah beberapa masalah yang terus mempengaruhi iklim usaha. Upaya terus
dilakukan untuk memperkuat sistem hukum perusahaan, meningkatkan tata kelola perusahaan dan
mendorong inovasi di sektor korporasi.

Selain itu, hukum bisnis di Indonesia menghadapi tantangan baru di era globalisasi dan
revolusi digital. Perkembangan ekonomi digital, perlindungan data pribadi, dan keamanan informasi
hanyalah beberapa masalah yang membutuhkan perhatian hukum yang lebih besar dan regulasi yang
lebih fleksibel.

Penting untuk memahami konteks perkembangan hukum dagang di Indonesia untuk


memahami konteks dan perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Melalui penelitian mendalam
dan pemahaman mendalam tentang sejarah hukum bisnis di Indonesia, kami mampu mengidentifikasi
tantangan yang ada dan merumuskan solusi yang efektif untuk menciptakan lingkungan bisnis yang
kondusif, adil dan berkelanjutan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


 Kebijakan dan Hukuman bagi yang melanggar
 Para pengatur serta Pembuat Hukum Bisnis
 Apa tantangan terkini yang dihadapi dalam perkembangan hukum bisnis di Indonesia,
terutama dalam menghadapi era globalisasi dan revolusi digital?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan adalah agar para pembaca mengtahui mengenai Hukum Bisnis dan
juga perbedaannya di dalam dan di luar negri, serta siapa yang mengatur dan yang
membuatnya, dan juga terkait apa saja Hukum Bisnis berlaku dan adakah Hukuman bagi
yang melanggarnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hukum Bisnis Di Indonesia

Hukum bisnis adalah peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatur perdagangan
dalam kegiatan ekonomi guna mewujudkan keamanan dan ketertiban perekonomian Indonesia. Hukum
bisnis juga dapat diartikan sebagai keseluruhan dari peraturan-peraturan hukum, baik yang tertulis
maupun tidak tertulis, yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang,
industri, dan perdagangan. Beberapa pengertian hukum bisnis menurut para ahli adalah sebagai berikut:

 Munir Fuady: segala sesuatu yang berhubungan dengan aturan hukum dan dapat disampaikan
baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Hukum bisnis sendiri mengatur segala sesuatu yang
berkaitan dengan hak serta kewajiban yang dimiliki oleh para pelaku bisnis
 Abdul Saliman: peraturan-peraturan hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang
mengatur tentang tata cara pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industri, dan perdagangan
 Dr. Johannes Ibrahim: seperangkat kaidah hukum yang diadakan untuk mengatur serta
menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul dalam kegiatan antar manusia, khususnya
dalam bidang perdagangan

Hukum bisnis memiliki beberapa sumber, yaitu:

 Asas kontrak adalah apa yang dilakukan oleh para pihak agar masing-masing pihak
memenuhi kontrak
 Asas kebebasan berkontrak, yang menurutnya para penyelenggara dapat membuat dan
memutuskan sendiri isi dari kontrak yang telah disepakati
 Perundang-undangan, seperti Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Hukum bisnis memiliki beberapa tujuan dan fungsi, yaitu:

 Mengatur dan melindungi bisnis dari berbagai risiko yang mungkin terjadi di kemudian
hari
 Menjaga keamanan dan ketertiban perekonomian Indonesia
 Mewujudkan sikap dan perilaku bisnis atau usaha yang baik dan benar
 Menjaga hak dan kewajiban para pelaku bisnis
Di Indonesia, terdapat beberapa aspek pokok yang diatur dalam hukum bisnis. Berikut adalah
beberapa aspek utama yang perlu diperhatikan dalam bisnis di Indonesia:

 Hukum Perusahaan: Aspek ini mengatur tentang pendirian, pengelolaan, kepemilikan, dan
pembubaran perusahaan. Hukum perusahaan di Indonesia didasarkan pada Undang-Undang
Perseroan Terbatas (UUPT) yang mengatur perseroan terbatas sebagai entitas bisnis yang paling
umum.
 Kontrak dan Perjanjian: Hukum kontrak mengatur mengenai pembentukan, pelaksanaan, dan
pembatalan kontrak antara pihak-pihak yang terlibat dalam bisnis. Hal ini meliputi ketentuan
mengenai syarat dan ketentuan, pembayaran, ganti rugi, dan penyelesaian sengketa.
 Ketenagakerjaan: Hukum ketenagakerjaan mengatur hubungan antara perusahaan dan
karyawan. Ini mencakup peraturan tentang upah, jam kerja, cuti, keamanan dan keselamatan
kerja, dan pemutusan hubungan kerja.
 Pajak: Hukum pajak mengatur kewajiban perusahaan dalam membayar pajak, seperti pajak
penghasilan, pajak pertambahan nilai (PPN), dan pajak lainnya. Pajak diatur oleh Kementerian
Keuangan dan Direktorat Jenderal Pajak.
 Perlindungan Konsumen: Aspek ini mengatur hak dan kewajiban konsumen serta tanggung
jawab perusahaan terhadap konsumen. Di Indonesia, perlindungan konsumen diatur dalam
Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
 Hak Kekayaan Intelektual: Hukum hak kekayaan intelektual (HKI) meliputi hak cipta, merek
dagang, dan paten. Ini melindungi karya intelektual dan memberikan pemilik hak eksklusif atas
karya-karya tersebut.

Selain aspek-aspek di atas, masih terdapat banyak peraturan lain yang relevan dengan bisnis di
Indonesia, seperti hukum persaingan usaha, hukum investasi, hukum lingkungan, dan hukum keuangan.
Penting bagi pelaku bisnis untuk memahami dan mematuhi semua peraturan yang berlaku untuk
menjalankan bisnis secara sah dan etis di Indonesia.

A. Bagaimana Hukum Bisnis Di buat di Indonesia dan diatur

Dalam bisnis di Indonesia, terdapat berbagai jenis peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pertama, Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) mengatur tentang pendirian, pengelolaan,
kepemilikan, dan pembubaran perusahaan perseroan terbatas. Kemudian, Undang-Undang
Ketenagakerjaan mengatur hubungan antara perusahaan dan karyawan, mencakup ketentuan upah, jam
kerja, cuti, dan pemutusan hubungan kerja. Selanjutnya, Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur
tentang kewajiban perusahaan dan individu dalam membayar pajak atas penghasilan yang diperoleh.
UU PPN mengatur tentang pajak pertambahan nilai yang dikenakan pada penjualan barang dan jasa.
Undang-Undang Perlindungan Konsumen memberikan perlindungan terhadap hak-hak konsumen dan
menetapkan kewajiban perusahaan terkait penjualan produk dan layanan. Selain itu, terdapat pula
Undang-Undang Merek dan Undang-Undang Paten yang melindungi hak kekayaan intelektual, serta
Undang-Undang Hak Cipta yang melindungi hak cipta atas karya-karya kreatif. Undang-Undang
Persaingan Usaha mengatur tentang persaingan usaha yang sehat dan melarang praktik monopoli,
persaingan tidak sehat, dan kartel. Terakhir, terdapat peraturan-peraturan menteri keuangan yang
berkaitan dengan investasi di Indonesia. Semua peraturan ini penting untuk dipahami dan dipatuhi agar
bisnis dapat beroperasi secara sah dan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Terdapat beberapa peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku dalam bisnis di


Indonesia. Misalnya, Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang
mengatur tentang prosedur kepailitan perusahaan dan penundaan pembayaran utang. Undang-Undang
Perbankan mengatur tentang kegiatan perbankan dan lembaga keuangan lainnya.

Selain itu, terdapat juga Undang-Undang Investasi yang memberikan kerangka hukum bagi
investasi dalam negeri dan investasi asing di Indonesia. Undang-Undang Pertambangan memberikan
kerangka hukum yang mengatur sektor pertambangan, termasuk perizinan dan kegiatan eksplorasi serta
eksploitasi sumber daya mineral dan batu bara.

Peraturan perundang-undangan lainnya yang relevan meliputi Undang-Undang Lingkungan


Hidup, yang mengatur tanggung jawab lingkungan perusahaan dan perlindungan lingkungan hidup,
serta Undang-Undang Penanaman Modal yang mengatur tentang kegiatan penanaman modal dan
perizinan.

Selain peraturan perundang-undangan di tingkat nasional, terdapat juga peraturan daerah yang
dapat berlaku dalam bisnis di Indonesia, seperti peraturan daerah tentang perizinan usaha, reklamasi,
penataan ruang, dan sebagainya. Bisnis juga perlu memperhatikan peraturan dan regulasi sektor khusus
yang berkaitan dengan industri tertentu, seperti sektor perikanan, pariwisata, energi, telekomunikasi,
dan lain sebagainya.

Dengan demikian, dalam menjalankan bisnis di Indonesia, penting untuk memahami dan
mematuhi berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik di tingkat nasional maupun
daerah, serta memperhatikan peraturan sektor dan industri yang relevan.

Hukum bisnis di Indonesia dibuat dan diatur oleh pemerintah melalui peraturan-peraturan
hukum yang tertulis maupun tidak tertulis. Hukum bisnis ini berisi aturan-aturan untuk mengatur,
mengawasi, dan melindungi setiap aktivitas bisnis, mulai dari perdagangan, bidang jasa, industri, dan
bidang lainnya yang berkaitan dengan bisnis dan keuangan. Hukum bisnis memiliki beberapa ruang
lingkup, yaitu pelaku bisnis, perbuatan pelaku bisnis, permodalan, dan perjanjian kontrak usaha.
Sumber hukum bisnis di Indonesia terdiri dari sumber hukum materil yang didasarkan pada agama,
kondisi sosial-ekonomi masyarakat, serta tata hukum yang berlaku di negara lain, dan sumber hukum
formil yang terdiri dari peraturan perundang-undangan. Hukum bisnis memiliki beberapa tujuan dan
fungsi, yaitu memberikan perlindungan bagi perusahaan dan pengusaha, menjaga keamanan dan
ketertiban perekonomian Indonesia, mewujudkan sikap dan perilaku bisnis atau usaha yang baik dan
benar, serta menjaga hak dan kewajiban para pelaku bisnis

Proses pembuatan peraturan hukum bisnis di Indonesia melalui beberapa tahapan, yaitu:

 Perencanaan

Tahap ini meliputi identifikasi masalah, penyusunan konsep, dan penyusunan rancangan
peraturan hukum bisnis.

 Penyusunan

Tahap ini meliputi penyusunan naskah akademik, penyusunan naskah akhir, dan penyusunan
naskah final.

 Pembahasan

Tahap ini meliputi pembahasan di tingkat pusat dan daerah, pembahasan di DPR, dan
pembahasan di tingkat eksekutif.

 Pengesahan

Tahap ini meliputi pengesahan oleh DPR, pengesahan oleh Presiden, dan pengesahan oleh
Menteri Hukum dan HAM.

 Pengundangan

Tahap ini meliputi pengundangan di media cetak dan elektronik, serta pengumuman di berbagai
media sosial.

Proses pembuatan peraturan hukum bisnis di Indonesia didasarkan pada UUD 1945 dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Proses ini melibatkan berbagai pihak, seperti pemerintah,
DPR, dan masyarakat. Tujuan dari proses pembuatan peraturan hukum bisnis adalah untuk mengatur,
mengawasi, dan melindungi setiap aktivitas bisnis di Indonesia, sehingga dapat mewujudkan keamanan
dan ketertiban perekonomian Indonesia

B. Pihak yang Terlibat Dalam Pembuatan Hukum Bisnis

Dalam proses pembentukan peraturan hukum bisnis di Indonesia, beberapa pihak terlibat,
antara lain:

 Pemerintah
Pemerintah memiliki peran utama dalam pembentukan peraturan hukum bisnis. Mereka
bertanggung jawab untuk menyusun, mengeluarkan, dan mengatur peraturan-peraturan yang berkaitan
dengan bisnis dan kegiatan ekonomi. Pemerintah juga memiliki kewenangan untuk mengawasi dan
menegakkan hukum bisnis di Indonesia.

 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

DPR memiliki peran penting dalam proses pembentukan peraturan hukum bisnis. Mereka
berperan sebagai lembaga legislatif yang bertugas untuk membahas, mengesahkan, dan mengawasi
peraturan-peraturan yang diajukan oleh pemerintah. DPR juga mewakili suara rakyat dalam proses
pembentukan hukum bisnis.

 Masyarakat dan Stakeholder Terkait

Partisipasi masyarakat dan stakeholder terkait juga penting dalam proses pembentukan
peraturan hukum bisnis. Mereka dapat memberikan masukan, saran, dan pendapat terkait peraturan-
peraturan yang akan dibuat. Melalui mekanisme konsultasi publik dan dialog dengan para pemangku
kepentingan, pemerintah dapat memperoleh perspektif yang lebih luas dan mempertimbangkan
kepentingan semua pihak.

 Ahli Hukum dan Akademisi

Ahli hukum dan akademisi juga berperan dalam proses pembentukan peraturan hukum bisnis.
Mereka memberikan kontribusi berupa penelitian, analisis, dan rekomendasi terkait peraturan-peraturan
yang akan dibuat. Pendapat dan pemikiran mereka dapat menjadi dasar bagi pemerintah dan DPR dalam
mengambil keputusan terkait hukum bisnis.

Dengan melibatkan berbagai pihak tersebut, diharapkan proses pembentukan peraturan hukum
bisnis di Indonesia dapat mencerminkan kepentingan dan kebutuhan semua pihak yang terlibat dalam
dunia bisnis dan ekonomi.

2.2 Kebijakan yang Telah Diterapkan dan Hambatan Didalam Menerapkannya

Beberapa kebijakan hukum telah diterapkan untuk mendorong perkembangan bisnis di


Indonesia. Salah satunya adalah penetapan hukum bisnis melalui perundang-undangan, seperti Undang-
Undang No. 8 tahun 1999. Selain itu, terdapat juga kebijakan lain seperti pembentukan badan-badan
yang memberikan nasihat kepada pemerintah tentang perumusan hukum bisnis di Indonesia, seperti
Komisi Pengembangan Investasi Indonesia (BIDC) dan Indonesia Corporation on Investment (ICCI).
Selain itu, terdapat juga penetapan peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2021 tentang Tahapan dan Tata Cara Pembuatan Perjanjian Perdagangan Internasional. Pemerintah juga
giat memberikan kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business (EoDB). erakhir, perbaruan dan
pengeluaran berbagai kebijakan yang dapat memudahkan investasi maupun mengembangkan bisnis
juga telah diterapkan. Dengan adanya kebijakan-kebijakan tersebut, diharapkan dapat mendorong
perkembangan bisnis di Indonesia dan memberikan kemudahan bagi para pelaku bisnis untuk
berinvestasi dan mengembangkan bisnisnya.

Adapun itu ada hambatan-hambatan yang bisa menggangu pemerintah dalam menerapkan
Hukum Bisnis, diantaranya

 Efektivitas Pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan

Meskipun telah ada peraturan perundang-undangan yang mengatur bisnis di Indonesia,


efektivitas pelaksanaannya masih perlu ditingkatkan. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya
pengawasan dan penegakan hukum yang memadai

 Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Partisipasi masyarakat dalam pembentukan peraturan perundang-undangan masih perlu


ditingkatkan. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas peraturan perundang-undangan yang dibuat,
sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat

 Pelanggaran Etika Bisnis

Masih sering ditemukan pelanggaran terhadap etika bisnis oleh para pebisnis yang tidak
bertanggung jawab di Indonesia. Hal ini dapat merugikan konsumen dan masyarakat serta merusak citra
bisnis di Indonesia

 Pelaksanaan Perjanjian Perdagangan Internasional

Pelaksanaan perjanjian perdagangan internasional masih perlu ditingkatkan agar dapat


memberikan manfaat yang optimal bagi Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan
dokumentasi dan ketatausahaan Biro Advokasi Perdagangan

 Korupsi

Korupsi masih menjadi hambatan utama dalam penerapan hukum bisnis di Indonesia. Praktik
korupsi dapat merusak tata kelola bisnis yang baik dan mempengaruhi iklim investasi di Indonesia

 Keterbatasan Sumber Daya Manusia

Keterbatasan sumber daya manusia dalam bidang hukum bisnis juga menjadi hambatan dalam
penerapan hukum bisnis di Indonesia. Kurangnya tenaga ahli dan pengacara yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam hukum bisnis dapat mempengaruhi kualitas penegakan hukum
bisnis di Indonesia
 Perbedaan Interpretasi Hukum

Perbedaan interpretasi hukum antara pihak yang berbeda juga menjadi hambatan dalam
penerapan hukum bisnis di Indonesia. Hal ini dapat mempengaruhi kepastian hukum dan mempersulit
proses penegakan hukum bisnis di Indonesia

Dengan mengatasi hambatan-hambatan tersebut, diharapkan penerapan hukum bisnis di


Indonesia dapat berjalan dengan lebih baik dan mendorong perkembangan bisnis di Indonesia.

2.3 Perbedaan antara Hukum Bisnis di Indonesia dengan Hukum Bisnis di Negara
Lain

Hukum bisnis di Indonesia memiliki beberapa perbedaan dengan hukum bisnis di negara lain.
Berdasarkan sumber, hukum bisnis internasional adalah pilar terpenting bagi Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa hukum bisnis di Indonesia memiliki cakupan yang lebih luas dan kompleks
dibandingkan dengan negara lain. Selain itu, perbedaan interpretasi hukum antara pihak yang berbeda
juga menjadi hambatan dalam penerapan hukum bisnis di Indonesia. Perbedaan ini dapat mempengaruhi
kepastian hukum dan mempersulit proses penegakan hukum bisnis di Indonesia. Perbedaan lainnya
dapat dilihat dari sumber hukum yang digunakan. Di Indonesia, sumber hukum bisnis berasal dari
peraturan perundang-undangan, seperti Undang-Undang No. 8 tahun 1999. Sementara itu, di negara
lain, sumber hukum bisnis dapat berbeda-beda tergantung pada sistem hukum yang dianut. Perbedaan-
perbedaan ini dapat mempengaruhi bisnis di Indonesia, terutama dalam hal kepastian hukum dan
pelaksanaan bisnis internasional.

Dalam penerapan hukum bisnis di Indonesia, terdapat perbedaan dengan hukum bisnis di
negara lain. Misalnya, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan, Kementerian Luar Negeri
Indonesia bertanggung jawab untuk menyusun rekomendasi kebijakan luar negeri yang berkualitas.
Selain itu, terdapat juga peraturan perundang-undangan yang mengatur perdagangan lintas negara,
seperti yang terkait dengan kepentingan nasional dan warga negara Indonesia. Proses pembuatan
peraturan perundang-undangan di Indonesia mencakup tahapan perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. Perbedaan interpretasi hukum juga
menjadi hambatan dalam penerapan hukum bisnis di Indonesia. Dengan adanya perbedaan-perbedaan
ini, bisnis di Indonesia dapat dipengaruhi dalam hal kepastian hukum dan pelaksanaan bisnis
internasional.

Oleh karena itu Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan, Kementerian Luar Negeri
Indonesia memiliki peran penting dalam menyusun rekomendasi kebijakan luar negeri yang berkualitas.
Badan ini bertanggung jawab untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah terkait
perumusan kebijakan luar negeri Indonesia. Dalam hal ini, Badan Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan, Kementerian Luar Negeri Indonesia dapat memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat
mempengaruhi bisnis di Indonesia, terutama dalam hal perdagangan internasional. Dengan adanya
rekomendasi kebijakan yang berkualitas, diharapkan dapat memudahkan perdagangan internasional di
Indonesia dan mendorong perkembangan bisnis di Indonesia. Badan Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan, Kementerian Luar Negeri Indonesia melakukan pengkajian terhadap isu-isu luar negeri
dengan melibatkan beberapa langkah dan mekanisme. Berikut adalah cara Badan Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan, Kementerian Luar Negeri melakukan pengkajian terhadap isu-isu luar
negeri:

 Penyusunan Kebijakan Teknis

Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan, Kementerian Luar Negeri Indonesia


bertanggung jawab dalam penyusunan kebijakan teknis terkait hubungan luar negeri. Hal ini meliputi
penyusunan rencana dan program analisis serta rekomendasi strategi kebijakan di bidang
penyelenggaraan hubungan luar negeri.

 Pengumpulan Data dan Informasi

Badan ini melakukan pengumpulan data dan informasi terkait isu-isu luar negeri yang sedang
dianalisis. Data dan informasi ini dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk laporan diplomatik,
penelitian, dan analisis kebijakan.

 Analisis dan Evaluasi

Setelah pengumpulan data dan informasi, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
melakukan analisis dan evaluasi terhadap isu-isu luar negeri yang sedang diteliti. Hal ini melibatkan
pemahaman mendalam tentang situasi politik, ekonomi, sosial, dan budaya di negara-negara terkait.

 Penyusunan Rekomendasi Kebijakan

Berdasarkan analisis dan evaluasi yang dilakukan, Badan ini menyusun rekomendasi kebijakan
luar negeri yang berkualitas. Rekomendasi ini dapat berupa strategi, langkah-langkah tindakan, atau
kebijakan spesifik yang diarahkan untuk mengatasi isu-isu luar negeri yang relevan.

Dengan melakukan pengkajian terhadap isu-isu luar negeri dan menyusun rekomendasi
kebijakan yang berkualitas, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan, Kementerian Luar Negeri
Indonesia berperan dalam membantu pemerintah dalam mengambil keputusan dan mengembangkan
kebijakan luar negeri yang sesuai dengan kepentingan nasional dan perkembangan global.
Dan juga, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan, Kementerian Luar Negeri
Indonesia biasanya mengkaji berbagai isu luar negeri yang relevan. Meskipun informasi yang spesifik
tentang isu-isu yang dikaji tidak ditemukan dalam sumber yang diberikan, berikut adalah beberapa
contoh isu luar negeri yang mungkin menjadi fokus pengkajian Badan tersebut:

 Hubungan Bilateral dan Multilateral

Badan ini mungkin mengkaji isu-isu terkait hubungan bilateral dan multilateral Indonesia
dengan negara-negara lain. Hal ini meliputi analisis terhadap kebijakan luar negeri Indonesia terhadap
negara-negara mitra, kerjasama regional, dan partisipasi Indonesia dalam organisasi internasional.

 Diplomasi Ekonomi

Isu-isu terkait diplomasi ekonomi, seperti perdagangan internasional, investasi, dan kerjasama
ekonomi bilateral dan multilateral, juga mungkin menjadi fokus pengkajian Badan tersebut. Hal ini
mencakup analisis terhadap perkembangan rezim investasi dan perdagangan internasional serta upaya
penguatan kinerja diplomasi ekonomi Indonesia.

 Keamanan dan Stabilitas Regional

Badan ini mungkin juga mengkaji isu-isu terkait keamanan dan stabilitas regional. Hal ini
meliputi analisis terhadap perkembangan politik, keamanan, dan konflik di kawasan serta peran
Indonesia dalam menjaga stabilitas dan perdamaian regional.

 Isu Global

Isu-isu global yang menjadi perhatian dunia internasional, seperti perubahan iklim,
keberlanjutan, dan isu kemanusiaan, juga mungkin menjadi bagian dari pengkajian Badan tersebut. Hal
ini mencakup analisis terhadap posisi dan kebijakan Indonesia dalam menghadapi isu-isu global
tersebut.

Adapun mengenai Bisnis dan Konsumennya sebagai berikut:

Dalam hubungan bisnis antara pelaku usaha dan konsumen di Indonesia, terdapat beberapa
permasalahan yang sering terjadi. Beberapa di antaranya adalah:

1. Pelanggaran Hak Konsumen: Terdapat kasus di mana pelaku usaha melanggar hak-hak
konsumen, seperti tidak memberikan informasi yang jelas tentang produk atau layanan,
melakukan praktik penipuan atau penjualan paksa, atau tidak menghormati hak konsumen
dalam hal pengembalian barang atau jaminan. Adapun cara penyelesaiaanya sebagai berikut:
 Negosiasi dan Komunikasi
 Mediasi dengan badan hukum (seperti Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
(BPSK) atau lembaga mediasi yang disetujui)
 Pengaduan ke Otoritas yang Berwenang, (jika yang sebelumnya belum berhasil)
 Gugatan Hukum, (jalan tempuh akhir jika dirasa belum menemukan keadilan)

2. Kualitas Produk atau Layanan yang Buruk: Konsumen sering menghadapi masalah terkait
dengan kualitas produk atau layanan yang tidak sesuai dengan harapan. Ini dapat mencakup
produk cacat, layanan yang tidak memuaskan, atau produk palsu atau ilegal. Adapun cara
penyelesaiaanya sebagai berikut:
 Hubungi Pelaku Usaha
 Gunakan Fasilitas Layanan Pelanggan
 Periksa Kebijakan Garansi
 Mediasi atau Arbitrasi
 Ajukan Pengaduan
 Pertimbangkan Gugatan Hukum

3. Ketidakjelasan Kontrak atau Persyaratan: Perbedaan dalam interpretasi kontrak atau


persyaratan penjualan dapat menyebabkan konflik antara pelaku usaha dan konsumen.
Ketidakjelasan tentang harga, garansi, ketentuan pengiriman, atau kebijakan pengembalian
dapat menjadi sumber ketidakpuasan. Adapun cara penyelesaiaanya sebagai berikut:
 Komunikasi dengan Pihak Terkait
 Tinjau Kembali Kontrak atau Persyaratan
 Mediasi atau Arbitrasi
 Konsultasikan dengan Ahli Hukum
 Evaluasi Hukum yang Berlaku
 Pengaduan ke Otoritas yang Berwenang

4. Penyelesaian Sengketa yang Lambat atau Sulit: Ketika terjadi perselisihan antara pelaku usaha
dan konsumen, proses penyelesaian sengketa sering kali lambat atau sulit. Konsumen sering
merasa sulit untuk mendapatkan kompensasi atau pemulihan atas kerugian yang mereka alami.
Adapun cara penyelesaiaanya sebagai berikut:
 Komunikasi yang Efektif
 Mediasi
 Arbitrase
 Pengadilan Alternatif
 Konsultasi dengan Ahli Hukum
 Pengaduan ke Otoritas yang Berwenang
5. Praktik Penjualan Agresif: Beberapa pelaku usaha menggunakan praktik penjualan agresif atau
menyesatkan untuk mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan pembelian. Hal ini
bisa meliputi tekanan penjualan yang berlebihan, penipuan promosi, atau taktik penjualan yang
tidak etis. Adapun cara penyelesaiaanya sebagai berikut:
 Menolak dengan Tegas
 Mengajukan Keluhan kepada Pelaku Usaha
 Laporkan ke Otoritas yang Berwenang
 Minta Dukungan dari Asosiasi Konsumen
 Laporkan melalui Media Sosial atau Ulasan Online
 Konsultasikan dengan Ahli Hukum

6. Ketidakpatuhan terhadap Standar Keamanan dan Kesehatan: Terkadang, pelaku usaha tidak
mematuhi standar keamanan dan kesehatan yang berlaku. Ini bisa menjadi ancaman terhadap
konsumen dan dapat mengakibatkan cedera atau kerugian bagi mereka. Adapun cara
penyelesaiaanya sebagai berikut:
 Laporkan kepada Pihak Terkait
 Tinjau Kembali Peraturan dan Standar yang Berlaku
 Minta Inspeksi atau Pemeriksaan
 Ajukan Pengaduan atau Laporan
 Dukungan dari Serikat Pekerja atau Asosiasi Profesional
 Melibatkan Media atau Masyarakat

Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya untuk mengatasi permasalahan ini melalui
peraturan perlindungan konsumen yang ada. Namun, tetap penting bagi konsumen untuk meningkatkan
kesadaran akan hak-hak mereka dan bagi pelaku usaha untuk berkomitmen untuk memberikan
pelayanan yang baik dan mematuhi peraturan yang berlaku.

2.4 Bagaimana hukum bisnis di Indonesia mengatur isu-isu teknologi.

Tidak hanya masalah isu terkait sosial namun Hukum Bisnis juga mengikat pada Teknologi,
Hukum bisnis di Indonesia mengatur isu-isu teknologi, seperti perlindungan data dan keamanan siber
melalui beberapa peraturan perundang-undangan. Salah satu peraturan yang mengatur perlindungan
data pribadi adalah Peraturan Menteri (Permen) No. 20 Tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi
(PDP). Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa sistem elektronik yang digunakan dalam proses
perlindungan data pribadi harus sudah tersertifikasi dan mempunyai aturan internal tentang
perlindungan data pribadi yang wajib memperhatikan aspek penerapan teknologi, sumber daya
manusia, metode, dan biayanya. Selain itu, UU No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik juga mengatur penggunaan informasi melalui media elektronik yang menyangkut data
pribadi seseorang harus dilakukan dengan memperhatikan hak privasi dan keamanan data pribadi.
Dalam hal keamanan siber, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) bertanggung jawab dalam
mengkoordinasikan dan mengawasi keamanan siber di Indonesia. Dengan adanya peraturan perundang-
undangan yang mengatur isu-isu teknologi, diharapkan dapat memberikan perlindungan dan keamanan
bagi data pribadi dan mendorong perkembangan teknologi di Indonesia.

Dalam mengatur isu-isu teknologi, seperti perlindungan data dan keamanan siber, hukum bisnis
di Indonesia melibatkan beberapa peraturan perundang-undangan yang relevan. Berikut adalah
tambahan informasi mengenai hal tersebut:

 Perlindungan Data Pribadi

Peraturan Menteri (Permen) No. 20 Tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi (PDP) menjadi
landasan hukum yang mengatur perlindungan data pribadi di Indonesia. Peraturan ini menetapkan
persyaratan dan kewajiban bagi pemilik data pribadi, pengelola data, dan pihak ketiga yang terlibat
dalam pengolahan data pribadi. Tujuan utamanya adalah untuk melindungi privasi dan keamanan data
pribadi individu.

 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik

Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik juga memiliki peran
dalam mengatur isu-isu teknologi, termasuk perlindungan data dan keamanan siber. Undang-undang ini
menetapkan persyaratan dan kewajiban bagi penyelenggara sistem elektronik, termasuk perlindungan
data pribadi dan keamanan informasi.

 Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN)

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) memiliki peran penting dalam mengkoordinasikan dan
mengawasi keamanan siber di Indonesia. BSSN bertanggung jawab untuk melindungi infrastruktur
informasi kritis dan memberikan arahan serta rekomendasi kebijakan dalam hal keamanan siber.

Dengan adanya peraturan perundang-undangan dan lembaga seperti BSSN, diharapkan bisnis
di Indonesia dapat menjalankan operasional mereka dengan memperhatikan perlindungan data pribadi
dan keamanan siber. Hal ini penting untuk membangun kepercayaan konsumen dan menjaga integritas
bisnis di era digital yang semakin maju.

A. perbuatan yang dilarang dalam penggunaan data pribadi menurut UU Pelindungan Data
Pribadi di Indonesia.
Berikut adalah perbuatan yang dilarang dalam penggunaan data pribadi menurut UU
Pelindungan Data Pribadi di Indonesia:
 Membuat data pribadi palsu atau memalsukan data pribadi dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain yang dapat mengakibatkan kerugian bagi
orang lain
 Mengungkapkan dan menggunakan data pribadi yang bukan milik sendiri
 Mengumpulkan data pribadi yang bukan milik sendiri dan mengakibatkan kerugian
pihak lain
 Memperoleh atau mengumpulkan data pribadi yang bukan miliknya secara melawan
hukum
 Menyebarkan data pribadi yang bukan miliknya
 Menggunakan data pribadi yang bukan miliknya
 Mencuri data pribadi
 Memalsukan data pribadi
Pelanggaran terhadap perbuatan-perbuatan tersebut dapat dikenakan sanksi pidana
penjara, denda administratif, dan perampasan keuntungan dan/atau harta kekayaan.

B. sanksi yang diberikan kepada pelanggar perlindungan data pribadi di Indonesia.


Berikut adalah sanksi yang diberikan kepada pelanggar perlindungan data pribadi di
Indonesia:
 Pidana Penjara
Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum menggunakan data pribadi yang
bukan miliknya dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun. Pelanggaran
lain seperti memalsukan data pribadi dapat dipidana 6 tahun dan/atau denda sebesar Rp60
miliar
 Denda Administratif
Pelanggaran terhadap perlindungan data pribadi juga dapat dikenakan sanksi
administratif berupa peringatan tertulis, penghentian sementara kegiatan pemrosesan data
pribadi, penghapusan atau pemusnahan data pribadi, dan/atau denda administratif. Denda
administratif tersebut paling tinggi 2 persen dari pendapatan tahunan atau penerimaan
tahunan terhadap variabel pelanggaran
 Perampasan Keuntungan dan/atau Harta Kekayaan
Selain dijatuhi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 dan Pasal 68, pelanggar
juga dapat dijatuhi pidana tambahan berupa perampasan keuntungan dan/atau harta
kekayaan yang diperoleh atau hasil dari tindak pidana dan pembayaran ganti kerugian.
Dengan adanya sanksi-sanksi tersebut, diharapkan dapat memberikan efek jera bagi
pelanggar perlindungan data pribadi dan mendorong kesadaran akan pentingnya
perlindungan data pribadi di Indonesia.

2.5 Peran Hukum Bisnis pada Pelaku Korupsi atau Praktek Bisnis yang Tidak Etis

Peraturan hukum memainkan peran penting dalam mengatasi masalah korupsi dan praktik
bisnis yang tidak etis di Indonesia. Peraturan hukum memberikan dasar hukum yang jelas dan tegas
untuk menindak tegas pelaku korupsi dan praktik bisnis yang tidak etis. Hukum bisnis di Indonesia,
seperti Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Korupsi, memberikan landasan
hukum untuk menindak pelaku korupsi. Selain itu, terdapat juga peraturan perundang-undangan yang
mengatur praktik bisnis yang tidak etis, seperti Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Penegakan hukum yang tegas dan adil terhadap
pelanggar hukum bisnis dapat memberikan efek jera dan mendorong praktik bisnis yang lebih etis.

Peraturan hukum juga mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam praktik bisnis.
Misalnya, peraturan tentang pelaporan keuangan dan audit yang ketat memastikan bahwa perusahaan
harus memberikan informasi yang akurat dan jujur tentang keuangan mereka. Hal ini membantu
mencegah praktik korupsi dan manipulasi dalam pelaporan keuangan.

Peraturan hukum juga bertujuan untuk melindungi konsumen dan pihak terkait dari praktik
bisnis yang merugikan. Misalnya, Undang-Undang Perlindungan Konsumen memberikan perlindungan
hukum bagi konsumen terhadap praktik bisnis yang tidak adil atau menyesatkan. Selain itu, peraturan
hukum juga dapat mengatur tanggung jawab perusahaan terkait dengan lingkungan, kesehatan, dan
keselamatan kerja.

Peraturan hukum juga dapat membentuk etika bisnis yang lebih baik melalui pengaturan dan
standar yang jelas. Misalnya, peraturan hukum dapat mengatur kode etik bisnis, praktik korporasi yang
bertanggung jawab, dan tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan adanya peraturan hukum yang
mengatur etika bisnis, diharapkan dapat mendorong praktik bisnis yang lebih bertanggung jawab dan
berkelanjutan.

Indonesia memiliki dasar-dasar hukum pemberantasan tindak pidana korupsi yang menjadi
pedoman dan landasan dalam pencegahan dan penindakan. Salah satunya menjadi dasar pembentukan
Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK untuk menjadi penggawa pemberantasan korupsi di tanah
air. Dasar-dasar hukum ini adalah bukti keseriusan pemerintah Indonesia dalam memberantas korupsi.
Dalam perjalanannya, berbagai perubahan undang-undang dilakukan untuk menyesuaikan dengan
kondisi terkini penindakan kasus korupsi. Menyadari tidak bisa hanya mengandalkan penegakan hukum
semata, pemerintah juga melakukan upaya pencegahan korupsi melalui berbagai program dan
kebijakan, seperti penerapan e-procurement dan sistem pengawasan internal yang ketat. Dengan peran
peraturan hukum yang kuat dan efektif, diharapkan dapat mengatasi masalah korupsi dan praktik bisnis
yang tidak etis di Indonesia, serta mendorong perkembangan bisnis yang berkelanjutan dan bertanggung
jawab.

Malpraktek di bisnis dapat menimbulkan kerugian bagi pihak yang terlibat. Misalnya, dalam
kasus malpraktek medis, kelalaian dan kecerobohan dalam memberikan pelayanan kesehatan dapat
menyebabkan terjadinya malpraktek yang menimbulkan kerugian bagi pasien. Selain itu, malpraktek
juga dapat terjadi dalam pelayanan publik, seperti ketidakmampuan pejabat publik dalam memberikan
pelayanan yang semestinya wajib dilakukan dalam rangka memberikan pelayanan publik kepada
masyarakat

Untuk menyelesaikan kasus malpraktek, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan, seperti
melalui jalur litigasi atau melalui pendekatan mediasi penal. Melalui jalur litigasi, dokter atau pelaku
malpraktek dapat dimintai pertanggungjawaban dan dijatuhi sanksi pidana penjara atau denda
administratif. Sedangkan melalui pendekatan mediasi penal, pihak yang terlibat dapat mencari solusi
bersama melalui mediasi dan mencapai kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak

Selain itu, pemerintah Indonesia terus memperbarui dan mengeluarkan berbagai kebijakan yang
dapat memudahkan investasi maupun mengembangkan bisnis, seperti yang dibahas dalam diskusi
BEBAF pada tahun 2021. Dengan adanya peraturan hukum yang jelas dan efektif, diharapkan dapat
mencegah terjadinya malpraktek dan praktik bisnis yang tidak etis, serta mendorong perkembangan
bisnis yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.

Jenis-jenis malpraktek yang sering terjadi dalam bisnis antara lain:

 Malpraktek Medis

Kelalaian dan kecerobohan dalam memberikan pelayanan kesehatan dapat menyebabkan


terjadinya malpraktek yang menimbulkan kerugian bagi pasien. Malpraktek medis dapat terjadi karena
kurangnya pengetahuan dan keterampilan dokter, kesalahan dalam diagnosis, atau kesalahan dalam
memberikan pengobatan.

 Praktik Bisnis yang Tidak Etis

Praktik bisnis yang tidak etis, seperti monopoli, persaingan usaha tidak sehat, dan manipulasi
pasar, juga dapat dianggap sebagai malpraktek dalam bisnis. Praktik bisnis yang tidak etis dapat
merugikan konsumen dan pesaing bisnis.

 Malpraktek dalam Pelayanan Publik


Malpraktek juga dapat terjadi dalam pelayanan publik, seperti ketidakmampuan pejabat publik
dalam memberikan pelayanan yang semestinya wajib dilakukan dalam rangka memberikan pelayanan
publik kepada masyarakat. Hal ini dapat menyebabkan pelayanan publik yang tidak efisien, buruk, dan
tidak memadai.

Penyelesaian kasus malpraktek dapat dilakukan melalui jalur litigasi atau melalui pendekatan
mediasi penal. Melalui jalur litigasi, pelaku malpraktek dapat dimintai pertanggungjawaban dan dijatuhi
sanksi pidana penjara atau denda administratif. Sedangkan melalui pendekatan mediasi penal, pihak
yang terlibat dapat mencari solusi bersama melalui mediasi dan mencapai kesepakatan yang
menguntungkan kedua belah pihak. Dengan adanya peraturan hukum yang jelas dan efektif, diharapkan
dapat mencegah terjadinya malpraktek dan praktik bisnis yang tidak etis, serta mendorong
perkembangan bisnis yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.

2.6 Apakah ada perubahan atau perbaikan yang perlu dilakukan dalam hukum
bisnis di Indonesia untuk mengatasi masalah yang ada?

Dalam perkembangan hukum bisnis di Indonesia, terdapat beberapa perubahan atau perbaikan
yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada. Salah satu perubahan yang perlu dilakukan
adalah peningkatan regulasi perdagangan internasional di Indonesia. Peraturan Menteri Perdagangan
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 tentang Tahapan dan Tata Cara Pembuatan Perjanjian
Perdagangan Internasional bertujuan untuk meningkatkan regulasi perdagangan internasional di
Indonesia. Selain itu, perlu dilakukan perbaikan dalam regulasi perlindungan konsumen untuk
meningkatkan perlindungan terhadap konsumen dari praktik bisnis yang tidak adil atau menyesatkan.
Hal ini dapat dilakukan dengan memperkuat peraturan hukum yang ada dan meningkatkan pengawasan
terhadap pelaku bisnis. Perlu dilakukan perbaikan dalam penegakan hukum korupsi untuk
meningkatkan efektivitas dalam menindak tegas pelaku korupsi dalam dunia bisnis. Hal ini dapat
dilakukan dengan memperkuat peraturan hukum yang ada dan meningkatkan pengawasan terhadap
pelaku bisnis. Selain itu, perlu dilakukan perbaikan dalam regulasi lingkungan untuk meningkatkan
perlindungan terhadap lingkungan hidup dalam konteks bisnis. Hal ini dapat dilakukan dengan
memperkuat peraturan hukum yang ada dan meningkatkan pengawasan terhadap pelaku bisnis. Dengan
adanya perubahan atau perbaikan dalam hukum bisnis di Indonesia, diharapkan dapat menciptakan
lingkungan bisnis yang lebih adil, transparan, dan bertanggung jawab serta mendorong pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan.

Selain perubahan atau perbaikan yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa hal lain
yang perlu diperhatikan dalam perkembangan hukum bisnis di Indonesia. Salah satunya adalah
pentingnya etika dan budaya hukum dalam penegakan hukum. Etika dan budaya hukum yang kuat dapat
membantu mencegah terjadinya pelanggaran hukum dan praktik bisnis yang tidak etis. Selain itu, perlu
dilakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam bidang hukum bisnis, seperti peningkatan
kualitas pendidikan dan pelatihan bagi para praktisi hukum bisnis. Hal ini dapat membantu
meningkatkan kualitas penegakan hukum dan praktik bisnis yang lebih etis dan bertanggung jawab di
Indonesia. Selain itu, perlu dilakukan penguatan sistem pengawasan dan penegakan hukum terhadap
pelaku bisnis yang melanggar hukum. Dengan adanya sistem pengawasan dan penegakan hukum yang
kuat, diharapkan dapat mencegah terjadinya pelanggaran hukum dan praktik bisnis yang tidak etis serta
meningkatkan kepercayaan investor dalam berbisnis di Indonesia.

Dalam perkembangan hukum bisnis di Indonesia, terdapat beberapa perubahan atau perbaikan
yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada, antara lain:

 Peningkatan Regulasi Perdagangan Internasional: Peraturan Menteri Perdagangan Republik


Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 tentang Tahapan dan Tata Cara Pembuatan Perjanjian
Perdagangan Internasional bertujuan untuk meningkatkan regulasi perdagangan internasional
di Indonesia. Hal ini diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan
internasional dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
 Peningkatan Regulasi Perlindungan Konsumen: Perlu dilakukan perbaikan dalam regulasi
perlindungan konsumen untuk meningkatkan perlindungan terhadap konsumen dari praktik
bisnis yang tidak adil atau menyesatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkuat peraturan
hukum yang ada dan meningkatkan pengawasan terhadap pelaku bisnis.
 Peningkatan Penegakan Hukum Korupsi: Perlu dilakukan perbaikan dalam penegakan hukum
korupsi untuk meningkatkan efektivitas dalam menindak tegas pelaku korupsi dalam dunia
bisnis. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkuat peraturan hukum yang ada dan
meningkatkan pengawasan terhadap pelaku bisnis.
 Peningkatan Regulasi Lingkungan: Perlu dilakukan perbaikan dalam regulasi lingkungan untuk
meningkatkan perlindungan terhadap lingkungan hidup dalam konteks bisnis. Hal ini dapat
dilakukan dengan memperkuat peraturan hukum yang ada dan meningkatkan pengawasan
terhadap pelaku bisnis.

Dengan adanya perubahan atau perbaikan dalam hukum bisnis di Indonesia, diharapkan dapat
menciptakan lingkungan bisnis yang lebih adil, transparan, dan bertanggung jawab serta mendorong
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
BAB III

KESIMPULAN & PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kesimpulan dari perkembangan hukum bisnis di Indonesia adalah sebagai berikut:

 Modernisasi dan Peningkatan Kepastian Hukum: Selama beberapa tahun terakhir, Indonesia
telah melakukan reformasi hukum untuk meningkatkan iklim investasi dan meningkatkan
kepastian hukum bagi pelaku bisnis. Langkah-langkah ini termasuk penyederhanaan regulasi,
penggunaan teknologi digital dalam proses perizinan, dan peningkatan perlindungan hukum
bagi investor.
 Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual: Pemerintah Indonesia telah mengambil tindakan
untuk meningkatkan perlindungan hak kekayaan intelektual. Terdapat perubahan signifikan
dalam perlindungan merek dagang, hak cipta, dan paten di Indonesia. Hal ini mendorong
inovasi dan investasi dalam industri kreatif dan teknologi.
 Penegakan Hukum yang Lebih Ketat: Pemerintah Indonesia telah meningkatkan penegakan
hukum terhadap pelanggaran bisnis seperti korupsi, penyuapan, dan tindak pidana keuangan.
Langkah-langkah ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan bisnis yang adil dan transparan
serta mendorong kepatuhan terhadap aturan hukum.
 Peningkatan Perlindungan Konsumen: Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang
diperbarui memberikan perlindungan yang lebih kuat bagi konsumen Indonesia. Hal ini
termasuk larangan praktik bisnis yang tidak adil, persyaratan kualitas produk dan layanan,
serta mekanisme penyelesaian sengketa yang lebih efektif.
 Dorongan terhadap Investasi Asing: Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan yang
mendukung investasi asing, seperti penyederhanaan proses perizinan, peningkatan
kemudahan berusaha, dan pemberian insentif fiskal. Ini bertujuan untuk meningkatkan arus
modal asing ke Indonesia dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
 Peningkatan Kesadaran Lingkungan: Pemerintah Indonesia semakin memperhatikan isu
lingkungan dan berupaya untuk mendorong praktik bisnis yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan. Terdapat regulasi yang mengatur tanggung jawab perusahaan terkait dengan
lingkungan hidup, seperti pengelolaan limbah, pengurangan emisi, dan konservasi sumber
daya alam.
 Kesimpulan ini menunjukkan bahwa Indonesia telah mengalami perkembangan positif dalam
hukum bisnis untuk menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi investasi dan
pengembangan bisnis. Peningkatan kepastian hukum, perlindungan hak kekayaan intelektual,
penegakan hukum yang lebih ketat, perlindungan konsumen, dorongan terhadap investasi
asing, dan kesadaran lingkungan adalah beberapa aspek penting yang telah diperhatikan dan
ditingkatkan oleh pemerintah Indonesia.

3.2 PENUTUP

Secara keseluruhan, perkembangan hukum bisnis di Indonesia mencerminkan komitmen


pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang lebih baik, meningkatkan kepastian hukum, dan
melindungi hak-hak para pelaku bisnis. Reformasi hukum yang dilakukan bertujuan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi, melindungi konsumen, meningkatkan perlindungan hak kekayaan intelektual,
serta menegakkan aturan hukum secara adil dan transparan.

Namun, meskipun terdapat kemajuan yang signifikan, masih ada beberapa tantangan yang perlu
diatasi. Beberapa di antaranya termasuk peningkatan efisiensi peradilan, pemberantasan korupsi, dan
pemantauan serta penegakan aturan hukum yang lebih konsisten di seluruh wilayah Indonesia.

Dalam hal ini, penting bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk terus bekerja
sama guna memperbaiki dan mengembangkan sistem hukum bisnis yang lebih baik. Dengan melakukan
hal ini, Indonesia dapat menjadi tujuan investasi yang lebih menarik, mendorong inovasi dan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, serta menciptakan lingkungan bisnis yang adil, transparan,
dan berkeadilan bagi semua pihak.

Perkembangan hukum bisnis yang positif di Indonesia adalah langkah yang baik dalam
mewujudkan visi Indonesia sebagai negara dengan iklim investasi yang menarik, daya saing ekonomi
yang kuat, dan perlindungan hukum yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Sudikno Mertokusumo. (2016). Hukum Bisnis di Indonesia: Beberapa Aspek Penting. Kencana.

Priyono, B. (2018). Hukum Bisnis di Indonesia: Teori dan Praktik. Penerbit Andi.

Roeslan Saleh. (2017). Hukum Bisnis Indonesia. Kencana.

Achmad Gunawan. (2015). Hukum Bisnis Indonesia: Panduan Praktis untuk Pengusaha, Penasihat
Hukum, dan Mahasiswa. Sinar Grafika.

Saldi Isra. (2018). Hukum Bisnis Indonesia: Mengupas Hukum Bisnis Indonesia dalam Penjelasan
Lengkap. Bhuana Ilmu Populer.

Rahmi Jened, dkk. (2019). Ekonomi dan Hukum Bisnis di Indonesia. Rajawali Pers.

Marzuki, P. M. (2018). Hukum Perdata Bisnis: Buku I Hukum Perikatan dan Buku II Hukum
Perusahaan. Kencana.

Yance Arizona. (2018). Hukum Perseroan Terbatas di Indonesia: Perspektif Hukum Bisnis. Gramedia
Pustaka Utama.

Satjipto Rahardjo. (2018). Hukum dan Keadilan: Tinjauan atas Hukum Bisnis di Indonesia. Kompas
Media Nusantara.

Arsjad Rasjid, dkk. (2019). Hukum Bisnis di Indonesia. Kompas Media Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai