Anda di halaman 1dari 2

Nilai viabilitas sel pasca thawing yang didapat dalam praktikum ini sebesar 47,9%.

Viabilitas sel ini tergolong rendah karena berada di bawah batas minimal, yaitu 70%. Rendahnya
viabilitas sel dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti adanya pengaruh dari proses
penyimpanan sel (kriopreservasi), pengaruh dari adanya perubahan suhu saat proses thawing,
atau adanya kontaminasi pada sel. Namun, dalam praktikum ini, sel diamati menggunakan
mikroskop untuk diperiksa apakah terdapat kontaminan di dalamnya. Hasil pengamatan
menunjukkan tidak ada kontaminan di dalam kultur. Berdasarkan hal ini diduga penyebab
rendahnya viabilitas sel pasca thawing karena adanya pengaruh dari proses kriopreservasi atau
pengaruh adanya pengaruh perubahan suhu saat proses thawing.
Kriopreservasi merupakan suatu metode penyimpanan sel di dalam nitrogen cair yang
didinginkan pada suhu -196°C. Teknik kriopreservasi mengakibatkan proses metabolisme dan
pembelahan sel dapat berjalan dengan sangat lambat (stand still) bahkan terhenti sehingga sel
dapat disimpan dalam jangka panjang (sampai 10 tahun) tanpa mengubah morfologi, fenotip, dan
genotip sel (Leunufna, 2016). Namun, metode ini berpotensi menyebabkan berkurangnya
viabilitas sel. Hal ini dikarenakan terbentuknya kristal es ekstraseluler. Pada dasarnya, sel dapat
mentoleransi terbentuknya kristal es. Namun, daya mekanis dari kristal es yang tumbuh dan gaya
adesi kristal es terhadap membrane menyebabkan sebagian sel lisis (Tambunan & Ika, 2003).
Selain itu, rendahnya viabilitas sel juga dapat disebabkan adanya pengaruh dari perubahan suhu
saat proses thawing. Saat proses thawing, perubahan suhu menyebabkan terjadinya osmosis sel
agar konsentrasi intrasel dan ekstrasel dapat seimbang. Osmosis mengakibatkan air dari dalam
sel keluar sehingga sel dapat terdenaturasi (Uhrig et al., 2022).
Rendahnya viabilitas sel pasca thawing dapat ditangani dengan penambahan larutan
krioprotektan. Larutan ini dapat memelihara keutuhan membran dan meningkatkan potensial
osmotik pada media sehingga cairan di dalam sel mengalir keluar dan terjadi dehidrasi.
Penambahan larutan krioprotektan dapat menggantikan molekul air ekstraseluler dan mencegah
tersebarnya kristal es dengan cara berikatan dengan permukaannya. Hal ini menyebabkan kristal
es tidak dapat berikatan dengan air sehingga tidak dapat menyebar. Beberapa krioprotektan yang
umum digunakan adalah gliserol, DMSO, PEG, sorbitol, dan mannitol (Tambunan & Ika, 2003).

Leunufna, S. (2016). Kriopreservasi untuk Konservasi Plasma Nutfah Tanaman: Peluang


Pemanfaatannya di Indonesia. Jurnal AgroBiogen, 3(2), 80.
https://doi.org/10.21082/jbio.v3n2.2007.p80-88
Tambunan, I. R., & Ika, M. (2003). Pemanfaatan Teknik Kriopreservasi dalam Penyimpanan
Plasma Nutfah Tanaman. Buletin Plasma Nutfah, 9(2), 10–18.
Uhrig, M., Ezquer, F., & Ezquer, M. (2022). Improving Cell Recovery: Freezing and Thawing
Optimization of Induced Pluripotent Stem Cells. Cells, 11(5).
https://doi.org/10.3390/cells11050799

Anda mungkin juga menyukai